PENGELOLAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA KONTEKSTUAL DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Sri Budiyati, Sutama, dan Sabar Narimo Magister Manajemen Pendidikan PPs UMS
[email protected]
ABSTRAK The research objective is to describe contextual-based math learning management, which includes planning, implementation and evaluation as well as describe the constraints of experienced math teachers in the implementation of contextual-based mathematics learning at SMK Negeri 3 Klaten. The research method used is descriptive qualitative research, research data on the implementation of contextual learning was collected using interviews, observation and documentation. It is concluded in conclusion: (1) Planning learning early in the learning of mathematics held by preparing syllabi and lesson plans, (2) implementation of contextual learning mathematics in SMK Negeri 3 Klaten is not optimal, (3) Ratings are not only assess the final outcome but also to assess the process. Implementation of learning mathematics is not optimal constrained by: (1) Teachers do not fully understand and master the contextual learning, (2) Teachers difficulties when learning material linked with the life situation that is already known by the student, (3) Teachers still tend to use the lecture method, although teachers have learned a variety of learning methods. Kata Kunci: contextual, learning, management
kurikulum mata pelajaran matematika
Pendahuluan Seiring dengan perkembangan dan menyatunya
teknologi
informasi
perlu dirancang dan dipersiapkan dengan
dan
matang
agar
siswa
lulusan
SMK
komunikasi dalam dunia kerja atau Dunia
mempunyai skill yang sesuai dengan yang
Usaha
(DUDI)
dibutuhkan oleh DUDI. Hal ini sesuai
matematika
dengan pendapat Russel (Sumardyono,
dan
dibutuhkan
Dunia
Industri
pembelajaran
ditingkat satuan pendidikan, khususnya
2009:
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang
ratunya ilmu sebab ia lebih penting dari
sesuai
logika dan menjadi pelayan ilmu sebab
dengan
kemajuan
Ilmu
5)
yaitu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
dengan
Siswa
berkembang
SMK
setelah
menyelesaikan
studinya lebih banyak yang mencari kerja
Tinggi
(PT).
Untuk
matematika jauh
ilmu
bahkan
menjadi
dapat melebihi
perkiraan manusia.
dibanding dengan yang melanjutkan ke Perguruan
matematika
Sejauh ini pendidikan kita masih
itu
didominasi 115
oleh
pandangan
bahwa
116 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199
pengetahuan adalah seperangkat fakta
menciptakan
yang
pengembangan yang profesional.
harus
dihafal.
Guru
masih
program-program
merupakan sumber utama pengetahuan,
Di samping itu pemahaman yang
kemudian ceramah sebagai pilihan utama
keliru terhadap fungsi manajemen atau
metode pembelajaran. Kebanyakan siswa,
pengelolaan akan berpengaruh terhadap
dalam mengikuti pembelajaran disekolah
pengelolaan
tidak siap, minimal membaca terlebih
pendapat Mulyasa (2000:20), bahwa guru
dahulu bahan yang akan dipelajari, siswa
merasa
datang ke sekolah tanpa bekal seperti
meskipun tidak dapat menunjukkan alasan
botol kosong.
yang mendasari asumsi tersebut. Asumsi
Lebih parah lagi, siswa tidak mengetahui
tujuan
belajar
yang
pembelajaran.
Berdasar
telah mengajar dengan baik
yang keliru tersebut menyebabkan banyak guru mengambil
jalan pintas dalam
sebenarnya, tidak mengetahui manfaat
pembelajaran, baik dalam perencanaan,
belajar bagi masa depan. Ditambah lagi
pelaksanaan maupun evaluasi.
materi matematika yang disajikan oleh
Mengambil
jalan
pintas
yang
guru abstrak, suasana pembelajaran yang
dilakukan guru disebabkan guru belum
monoton, penuh ketegangan, banyak tugas
memandang pembelajaran sebagai sebuah
dan
sistem. Demikian juga dalam mengelola
membosankan,
kurang,
maka
fasilitas
lengkaplah
belajar
penunjang
kegagalan belajar. Fakta
di
pembelajaran matematika
lapangan
juga
matematika. dengan
karakteristiknya
berbagai
Materi macam
membutuhkan
menunjukkan bahwa pembelajaran yang
pengelolaan pembelajaran yang tepat,
selama ini dilakukan oleh guru masih
sehingga merupakan tugas dari guru untuk
terpaku pada kebiasaan urutan dalam
menciptakan pengelolaan pembelajaran
menyajikan
yang efektif dan efisien.
pembelajaran
matematika
sebagai berikut: (1) dimulai dengan
Strategi
kontekstual
mengajarkan teori / teorema / definisi, (2)
pembelajaran
dilanjutkan dengan memberikan contoh-
mengubah
contoh soal dan (3) selanjutnya latihan
membuat skenario pembelajaran yang
soal-soal.
Sesuai
dengan
dimulai dari kontek kehidupan nyata
Soebakri
(2011:
1),
pendapat
kondisi
diatas,
berusaha dengan
guru
siswa. Selanjutnya, guru memfasilitasi
cara-cara
siswa untuk mengangkat obyek dari
rutinitas dalam pembelajaran, tetapi lebih
kehidupan nyata itu ke dalam konsep
seyogyanya
yakni
matematika
dalam
meninggalkan
Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 117
matematika dengan tanya jawab, diskusi
guru
dan
matematika.
inkuiri.
(Rachmajanti,
Menurut
Johnson
2008:34),
strategi
dalam
mengelola
kontekstual memberi kesempatan siswa
Metode Penelitian
aktif membelajarkan diri sendiri dengan
Jenis
pengalaman nyata, bukan menghafal.
pembelajaran
penelitian
pendekatannya
berdasarkan
kualitatif.
Desain
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas
penelitian studi kasus (Sutama, 2010:38).
sudah saatnya diadakan pembaharuan,
Penelitian dilaksanakan selama delapan
inovasi perubahan pembelajaran kearah
bulan
tujuan
sampai Pebruari 2013 di SMK Negeri 3
pendidikan
matematika.
Pembelajaran matematika sebaiknya lebih bervariasi
strateginya
yaitu dimulai bulan Juli 2012
Klaten.
untuk
Teknik pengumpulan data dengan
siswa.
wawancara, observasi dan dokumentasi
mengelola
(Sutama, 2010:92). Informan penelitian
pembelajaran, merupakan bagian penting
kepala sekolah, wakil kepala sekolah
dalam
bagian kurikulum, guru matematika dan
mengoptimalkan Usaha
tujuan.
guru
kemampuan untuk
keberhasilan Untuk
itu
siswa
mencapai
penelitian
mengangkat
topik
pembelajaran
matematika
ini
pengelolaan
Teknik analisis data menggunakan
berbasis
analisis interaktif yang meliputi reduksi
kontekstual.
data,
Penelitian ini dilakukan, dengan tujuan
mendeskripsikan
pengelolaan
pembelajaran
matematika
mendeskripsikan
kendala
pembelajaran
siswa.
matematika
dan
pelaksanaan berbasis
sajian
kesimpulan
data yang
dan saling
penarikan berinteraksi
(Sutopo, 2006:109). Uji keabsahan data menggunakan
uji
credibility/validitas
internal, transferability/validitas eksternal, dependability/reliabilitas
dan
kontekstual di SMK Negeri 3 Klaten.
confirmability /obyektivitas (Sugiyono,
Sedangkan manfaat penelitian ini secara
2007:366).
teoritis memberikan informasi tambahan mengenai kemampuan guru SMK dalam melaksanakan pembelajaran matematika
Hasil Penelitian dan Pembahasan Perencanaan
pembelajaran
berbasis kontekstual. Informasi tersebut
matematika di SMK Negeri 3 Klaten
diharapkan bisa dijadikan sebagai umpan
dilaksanakan di awal tahun pembelajaran
balik dalam merefleksi ketrampilan para
dengan membuat silabus, prota, promes
118 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199
dan kemudian dijabarkan dalam RPP yang
sekolah dan lingkungannya, silabus dapat
didalamnya terkandung SK, KD, Indikator
disusun secara mandiri .
keberhasilan materi, metode pembelajaran
RPP yang sudah dibuat pada awal
dan alokasi waktu. Hal ini sesuai dengan
tahun
amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19
oleh bagian kurikulum. Ini dilakukan
tahun
merencanakan
sebagai bukti jika ada monitoring dari
pembelajaran dengan membuat silabus
Pengawas SMK atau keperluan akreditasi
dan RPP.
sekolah. Dalam pembelajaran kontekstual,
2005,
Semua
guru
guru
sudah
pembelajaran
didokumentasikan
membuat
RPP lebih bersifat sebagai rencana pribadi
silabus dan RPP, namun guru matematika
dari pada sebagai laporan untuk kepala
kebanyakkan masih mengganggap sulit
sekolah atau pengawas seperti yang
mengembangkan silabus. Para guru sudah
dilakukan saat ini. Jadi RPP lebih
terbiasa mengkopi paste silabus dari
cenderung berfungsi mengingatkan guru
sekolah lain terus menggunakannya tanpa
sendiri dalam menyiapkan alat-alat/media
di sesuaikan dengan keadaan dan kondisi
dan
sekolah yang ada. Hal ini dapat dilihat
(skenario)
dari jumlah alokasi waktu yang berbeda
bentuknya
antara yang tertuang di silabus dengan
2003:4).
yang ada pada RPP. Sebetulnya mengkopi silabus
dari
sekolah
lain
atau
mengendalikan
langkah-langkah
pembelajaran lebih
sehingga
sederhana
(Jumadi,
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran
kontekstual,
menggunakan contoh dari MGMP boleh
menyiapkan
saja,
dahulu
Rancangan itu merupakan bagian dari
jam
persiapan mengajar. Rancangan dibuat
masing-masing.
dalam bentuk model pembelajaran yang
namun
harus
disesuaikan
dengan
implementasi
sekolah
dilihat jumlah
rancangan
guru
Dengan demikian guru matematika dapat
menggambarkan
mengembangkan silabus secara kreatif
pembelajaran dari awal pembelajaran
dan mandiri. Sesuai dengan BSNP dalam
sampai akhir untuk satu KD. Satu KD
Supinah (2008,8), bahwa pengembang
dapat dituangkan dalam satu atau lebih
silabus : (1) dapat dilakukan oleh guru
RPP.
secara mandiri atau dari MGMP dan
digunakan guru sebagai petunjuk strategi
Dinas Pendidikkan, (2) jika guru mampu
mengajar
mengenali karakteristik siswa, kondisi
pembelajaran.
Model
merupakan
rencana
pembelajaran.
pelaksanaan
pembelajaran
untuk
mencapai
Model salah
satu
tersebut
tujuan
pembelajaran cara
untuk
Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 119
meningkatkan kemampuan siswa dalam
menyampaikan
belajar
pembelajaran
Joice
dan
Weil
(Wardhani,
tujuan dengan
dan jelas,
materi meliputi
2004:17). Disamping itu Kutz (Wardhani,
penjelasan kompetensi yang akan dicapai,
2004:17), mengemukakan tanpa model
mendiskripsikan cakupan materi yang
pembelajaran
akan dipelajari dan melakukan apersepsi
yang
nyata,
guru
mengembangkan pola pembelajarannya
dengan
berdasarkan pada pengalaman masa lalu
pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
dan intuisinya.
yang telah dimiliki siswa dengan materi
Guru
SMK
menyiapkan
Negeri
rancangan
3
Klaten
mengajukan
pertanyaan-
yang akan dipelajari.
pembelajaran
Tahapan inti meliputi, (1) guru
kontekstual sebagai berikut: (1) pada awal
mengajukan
proses pembelajaran guru mengajukan
kontekstual berkaitan dengan materi yang
permasalahan kontekstual yang ditulis
akan dipelajari dalam bentuk lembar kerja,
dalam
(2) siswa membentuk kelompok dengan
lembar
kontekstual
kerja.
tersebut
masing-masing
Permasalahan diberikan
kelompok
permasalahan
yang
pada
aturan setiap kelompok terdiri dari 4 atau
untuk
5 siswa dengan kemampuan heterogin, (3)
diselesaikan (2) mengembangkan cara
guru
memfasilitasi
dapat
penyelidikan dan menemukan sendiri
menyelesaikan masalah tersebut dengan
pemecahan dari permasalahan, (4) guru
caranya
memberi kesempatan kepada siswa untuk
siswa
sendiri,
kesempatan
untuk
(3)
kepada
Memberikan siswa
untuk
memfasilitasi
mengkonstruksi
siswa
melakukan
pengetahuan
dan
menjelaskan dan memberi alasan terhadap
keterampilan yang dimiliki (5) guru
jawabannya kelompok
dan
ditanggapi
oleh
mengembangkan
Hal
ini
akan
untuk bertanya, (6) guru menyajikan
interaksi
dan
dapat
model
lain.
menumbuhkan
keterampilan
pembelajaran
yang
siswa
inovatif.
membantu mengembangkan keterampilan
Pembahasan dari kegiatan inti diuraikan
bertanya siswa, (4) melakukan refleksi.
singkat dibawah.
Pelaksanaan pembelajaran yang
Dalam mengajukan permasalahan
kontekstual, dibagi dalam tiga tahapan
kontekstual, masih banyak guru yang
yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Pada
belum terbiasa sehingga siswa kurang
tahapan pendahuluan, hampir semua guru
terbiasa
sudah melaksanakan dengan baik. Guru
menerapkan
memulai
disampaikan guru matematika, belum
pembelajaran
dengan
untuk
menemukan
idenya.
Masalah
dan yang
120 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199
dapat dipikirkan secara nyata dalam
khayalan atau nyata yang diperoleh siswa
pikiran
dari
siswa,
sebagai
contoh
pada
pengalaman,
membuat
belajar
penyampaian materi Program Linier, guru
matematika sebagai suatu aktivitas yang
mengajukan masalah tentang hotel yang
berguna
memiliki dua tipe kamar atau tentang
menekankan penalaran bukan rumus-
pesawat yang memiliki dua macam tempat
rumus matematika (Turmudi, 2009: 1-15).
duduk untuk penumpang kelas ekonomi
Pada kegiatan inti pembelajaran
dan kelas eksekutif. Hal tersebut tidak
matematika di SMK tempat penelitian,
dapat dipikirkan secara nyata oleh siswa
siswa
karena kebanyakan siswa belum mengenal
aturan anggota kelompok terdiri dari 4
atau
atau
mengalami
situasi
tersebut.
dan
bermakna
membentuk
5
siswa
yang
kelompok
dengan
lebih
dengan
kemampuan
Sebaiknya dalam mengajukan masalah
heterogin. Dalam satu kelas jumlah siswa
yang kontekstual dipilih permasalahan
berkisar antara 38 sampai 40 siswa dan
yang dekat dengan kehidupan siswa dan
terbagi dalam delapan kelompok belajar.
siswa sudah mengenali dengan baik
Siswa melakukan diskusi, bekerjasama
sehingga
membangkitkan
mencari penyelesaian dari permasalahan
pengetahuan yang telah dimiliki oleh
yang diajukan guru dengan caranya
siswa dan dapat sebagai pijakan untuk
sendiri.
memahami konsep yang akan dipelajari
berlangsung nampak siswa yang belum
(Wickless,
mengerti bertanya kepada siswa yang
dapat
Ribenboim
dan
Dobbs
,
2006:252-259)
proses
diskusi
pandai bahkan ada yang bertanya kepada
Selain itu penggunaan konteks dalam
Selama
pembelajaran
guru
untuk
mendapatkan
bimbingan.
matematika
Menurut Hakim (2008:98), Kerjasama
menjadikan konsep-konsep abstrak dapat
akan saling menguntungkan satu dengan
dipahami berdasarkan situasi yang sudah
yang
dikenal dengan baik oleh siswa (Anggo,
kesatuan yang lebih baik dari pada bekerja
2011:35). Hal ini menunjukkan bahwa
sendiri.
berbagai situasi yang sudah dikenal siswa
lainnya
siswa
dapat
menemukan
dan
memberi
akan
membentuk
Guru kurang dalam memfasilitasi
dalam lingkungan kehidupan sehari-hari dimanfaatkan
dan
melakukan sendiri
penyelidikan
dan
pemecahan
dari
kontribusi yang besar dalam membangun
masalah dengan alasan tidak cukup waktu.
pengertian terhadap fakta, konsep dan
Guru yang sudah terbiasa menggunakan
prinsip matematika. Situasi yang bersifat
metode ceramah, memberikan semua
Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 121
pengetahuan
terlebih
bertahap, memberi makna konsep tersebut
soal-soal
melalui penerapan ke bidang yang lain,
kontekstual yang berkaitan dengan KD
bahkan untuk menghadapi kehidupan
yang diterangkan. Dengan demikian siswa
nyata siswa.
dahulu,
kepada
baru
siswa
memberikan
kurang mandiri dalam melakukan usaha
Bahan
ajar
matematika
yang
untuk mencari pemecahan dari suatu
digunakan guru tempat penelitian, buku
permasalahan. Menemukan adalah proses
paket dan modul. Buku paket digunakan
yang penting dalam pembelajaran, sebab
sebagai buku pegangan guru sedangkan
dengan menemukan pemecahan masalah
modul dimiliki oleh setiap siswa. Modul
sendiri,
pembelajaran matematika dibuat oleh
siswa
mempunyai
kepuasan
tersendiri dan tidak mudah lupa. Hal ini
MGMP
sesuai
Suherman
digunakan sebagai acuan utama untuk
(2012:11-54), bahwa dengan menemukan,
urutan materi ajar, baik yang disampaikan
kemampuan berpikir mandiri akan terlatih
pada proses pembelajaran maupun pada
dan menjadi terbiasa.
penyusunan RPP. Hasil penelitian yang
dengan
pendapat
Guru kurang memberi kesempatan kepada
siswa
untuk
mengkontruksi
pengetahuan
dan
keterampilan
dimiliki.
Kecenderungan
kabupaten
setempat
dan
berkaiatan dengan bahan ajar, adalah modul digunakan sebagai acuan utama
yang
dalam pembelajaran matematika. Hal ini
guru
menunjukkan bahwa bahan ajar masih
menggunakan metode yang konvensional
kurang. Sumber belajar yang digunakan
menjadikan siswa sebagai penonton dan
guru masih sebatas pada buku pegangan,
guru sebagai pemain. Sebaiknya, dalam
belum memanfaatkan literatur seperti
pembelajaran metode yang digunakan
jurnal ilmiah matematika, perpustakaan
lebih bervariasi, ini akan mengubah siswa
pribadi guru dan menelusuri website di
sebagai pemain dan guru sutradaranya.
internet.
Hal ini sesuai dengan pendapat Lynch dan
Usaha
guru
Dorothy (2003: 1-4), bahwa pembelajaran
mengembangkan
tidak hanya mentransfer ilmu melainkan
untuk bertanya hanya sedikit. Dilihat dari
proses
pengetahuan.
hasil pengamatan siswa bertanya jika
Belajar adalah suatu proses bukan sekedar
diminta oleh guru untuk bertanya, bukan
menghafal konsep yang sudah jadi, tetapi
kemauan
belajar harus mengalami sendiri. Siswa
bertanya. Mestinya siswa akan bertanya
mengkonstruksi sendiri konsep secara
ketika menemui kesulitan, saat berdiskusi,
mengkontruksi
dari
keterampilan
untuk
siswa
sendiri
siswa
untuk
122 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199
saat mengamati dan saat bekerja dalam
yang inovatif memuat langkah-langkah
kelompok dan sebagainya. Dari aktivitas
yang harus dikerjakan dengan jelas,
dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan itu
terorganisasi dan sistematis. Jika model
diharapkan
pembelajaran
tumbuh
dorongan
untuk
inovatif
dilaksanakan
bertanya, sehingga keterampilan bertanya
dengan baik akan menimbulkan interaksi
siswa dalam pembelajaran kontekstual
siswa yang positif. Model pembelajaran
tercapai. Hal ini didukung hasil penelitian
merupakan bentuk pembelajaran dari awal
Wasis
(2006:9),
yang
menunjukkan
sampai akhir yang disajikan secara khas
banyak
praktik,
banyak
memperoleh
oleh guru (Sutama, 2011: 12-13). Dengan
kesempatan berbicara, banyak bertanya
kata lain, model pembelajaran merupakan
kepada teman dan guru dapat menambah
bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
kesenangan
Strategi,
siswa
dalam
belajar
matematika.
teknik
dan
taktik
pembelajaran.
Selain itu apabila selama proses pembelajaran
metode,
pada
kegiatan
berlangsung
penutup, guru dan siswa melakukan
tidak banyak pertanyaan atau
refleksi dengan mengadakan tanya jawab,
komentar hanya penyelesaian soal-soal
tentang hal-hal yang baru saja dipelajari.
dengan bantuan guru, maka pembelajaran
Guru dan siswa bersama-sama membuat
matematika tidak produktif. Siswa kurang
rangkuman. Guru melakukan penguatan
percaya diri atau tidak mempunyai sikap
atau penekanan terhadap materi yang telah
yang positif terhadap matematika. Padahal
diajarkan, sehingga siswa mempunyai
siswa
pemahaman yang sama. Guru sudah
siswa
dapat
matematika
matematika
Selanjutnya
menyelesaikan dengan
sukses
masalah apabila
mengadakan
penilaian
penilaian
dengan
proses
baik,
mempunyai sikap positif atau sikap
meliputi
maupun
percaya diri terhadap matematika, Juter
penilaian hasil. Penilaian tidak hanya
(Sutama, 2013:93).
dilakukan pada akhir semester, akhir
Model pembelajaran yang inovatif,
tahun atau ujian akhir tapi penilaian juga
dan tidak monoton akan menumbuhkan
dilaksanakan saat proses pembelajaran
terjadinya interaksi antar siswa. Interaksi
berlangsung.
tersebut dapat diamati pada waktu siswa
penilaian pada saat siswa bekerjasama
bekerja sama dalam kelompok, siswa
dalam kerja kelompok, pada saat siswa
saling bertanya, saling membatu satu
mengadakan penyelidikan atau penemuan,
dengan yang lain.
pada saat siswa mendemonstrasikan hasil
Pada pembelajaran
Guru
sudah
melakukan
Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 123
diskusi
dan
keaktifan
siswa
dalam
bertanyapun juga dinilai oleh guru.
pembelajaran. Sedangkan penilaian yang dilakukan untuk kelas XII pada semester
Evaluasi atau penilaian digunakan
genap cenderung menggunakan penilaian
guru untuk mengumpulkan informasi
hasil
sebanyak-banyaknya tentang kemajuan
prosesnya. Hal ini terjadi karena siswa
belajar siswa. Biasanya setelah siswa
kelas
mengetahui hasil belajarnya kurang baik,
menyiapkan diri untuk menghadapi ujian
akan mengambil keputusan untuk belajar
Nasional.
yang lebih baik, sedangkan untuk guru
pembelajaran tidak dilakukan oleh guru
akan memanfaatkan hasil penilaian untuk
karena siswa hanya dilatih belajar soal-
memperbaiki pembelajaran selanjutnya.
soal yang berbentuk pilihan ganda.
Menurut Wasis (2006:2), terdapat
saja
XII
dan tidak memperhatikan
pada
semester
Penilaian
terhadap
Pembelajaran
Kelas
genap
proses
XII
masalah dalam penilaian hasil belajar saat
difokuskan untuk melatih siswa agar dapat
ini : (1) tes tertutup / tes dengan jawaban
menyelesaikan soal pilihan ganda dan
tunggal tidak memberikan gambaran yang
dapat memperoleh Nilai Ebtanas Murni
memadai tentang kemampuan siswa, (2)
(NEM) yang tinggi. Hal ini bertentangan
penilaian tidak perlu disesuaikan dengan
dengan tujuan pembelajaran matematika
cara
biasanya
yaitu untuk melatih daya nalar siswa dan
bervariasi, (3) penilaian lebih menunjukan
dapat menggunakan matematika dalam
ketidakmampuan
kehidupan
belajar
siswa
yang
siswa
dari
pada
kemampuan siswa, (4) penilaian tidak mempertimbangkan
serta
mampu
berpikir logis, kritis dan sistematis.
siswa
Lebih memprihatinkan lagi, demi
dalam mata pelajaran yang bersangkutan
untuk meraih NEM yang tinggi siswa
dan (5) penilaian tidak diselenggarakan
dibelajari untuk menghafalkan prosedur
sebagai
untuk
penyelesaian soal. Sistem penilaian yang
meningkatkan pembelajaran yang telah
terfokus pada hasil berdampak pada siswa
dilaksanakan.
tidak menyukai terhadap soal-soal yang
salah
kemajuan
sehari-hari,
satu
cara
Penilaian di SMK Negeri 3 Klaten,
berbentuk
uraian,
sehingga
siswa
untuk kelas X dan XI baik semester gasal
mengganggap matematika mata pelajaran
maupun genap sudah dilakukan penilaian
yang sukar.
dengan baik yaitu penilaian proses pada saat
pembelajaran
penilaian
hasil
berlangsung pada
saat
Pelaksanaan
pembelajaran
dan
matematika berbasis kontekstual di SMK
akhir
Negeri 3 Klaten belum optimal. Hal ini
124 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199
disebabkan
guru
belum
sepenuhnya
memahami
dan
menguasai
tentang
nyata, (3) dapat mempercepat pemahaman konsep.
pembelajaran yang kontekstual.
Berkaitan dengan kendala pada
Pembelajaran matematika dengan
proses pembelajaran tersebut dapat diatasi
strategi kontekstual sangat baik diterapkan
dengan
dalam proses pembelajaran matematika,
Musyawarah
karena
konsep lebih
(MGMP) yang ada di kabupaten setempat.
tertanam dalam memori siswa, namun
Kegiatan yang ada di MGMP dapat
untuk melaksanakan para guru banyak
digunakan
menemui kendala. Adapun kendala yang
permasalahan-permasalahan
dialami
dijumpai
akan membuat
guru
dalam
pembelajaran
pelaksanaaan
matematika
yang
cara
mengaktifkan Guru
Mata
untuk
guru
kegiatan
dalam
Pelajaran
menyelesaikan yang
menyampaikan
materi pembelajaran kepada siswa.
kontekstual antara lain: (1) Guru menemui kendala dalam hal merumuskan skenario
Simpulan
pembelajaran atau rencana pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran
tahap demi tahap kegiatan siswa, (2)
matematika di SMK Negeri 3 Klaten
Kurangnya
dimaknai sebatas penyusunan perangkat
pemahaman
bagaimana
mengaitkan antara materi pembelajaran
pembelajaran
dengan
administrasi
situasi
nyata
siswa
atau
untuk
memenuhi
sekolah.
Perencanaan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa, (3)
pembelajaran dilaksanakan di awal tahun
Materi atau kemampuan prasyarat yang
pembelajaran dengan membuat silabus,
harus dimiliki oleh siswa yang tidak
prota, promes dan kemudian dijabarkan
memadai. Akibatnya, proses pembelajaran
dalam RPP yang didalamnya terkandung
menjadi terhambat, (4) Kurangnya media
SK, KD, Indikator keberhasilan materi,
dalam proses pembelajaran. Para guru
metode pembelajaran dan alokasi waktu.
sendiri
sangat
penggunakan
menyadari media
pentingnya
dalam
proses
pembelajaran matematika.
adalah: (1)
memudahkan siswa menerima materi yang diajarkan, (2) Siswa pada jenjang SMK ternyata
masih
pembelajaran
matematika kontekstual di SMK Negeri 3 Klaten, dilakukan dengan tiga tahapan,
Pentingnya media dalam proses pembelajaran matematika
Pelaksanaan
membutuhkan
media
yaitu:
tahap
penutup.
pendahuluan, Masing-masing
inti
dan
tahapan
diuraikan singkat dibawah. Tahap pendahuluan yaitu: Guru menyampaikan
tujuan
dan
materi
Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 125
pembelajaran
dengan
meliputi
Evaluasi untuk kelas X dan XI di
penjelasan kompetensi yang akan dicapai,
SMK tempat penelitian, dilakukan dengan
mendiskripsikan
materi
akan
menggunakan penilaian autentik, yang
dipelajari
melakukan
apersepsi
meliputi penilaian proses dan penilaian
dan
jelas,
yang
dengan tanya jawab.
hasil. Penilaian proses dilakukan guru
Tahapan inti meliputi, (1) guru mengajukan
yang
menilai keaktifan siswa dalam bekerja
kontekstual berkaitan dengan materi yang
sama dan saling menghargai dalam satu
akan dipelajari dalam bentuk lembar kerja,
kelompok.
(2) siswa membentuk kelompok dengan
dengan tes harian atau semesteran, untuk
aturan setiap kelompok terdiri dari 4 atau
menilai tingkat penguasaan siswa terhadap
5 siswa dengan kemampuan heterogin, (3)
materi yang diajarkan.
guru
permasalahan
pada saat pembelajaran berlangsung, guru
memfasilitasi
siswa
Penilaian
hasil
dilakukan
melakukan
Evaluasi atau penilaian untuk kelas
penyelidikan dan menemukan sendiri
XII hanya dilakukan dengan penilaian
pemecahan dari permasalahan, (4) guru
hasil disebabkankelas XII dipersiapkan
memberi kesempatan kepada siswa untuk
untuk menghadapi ujian Nasional yang
mengkontruksi
soal-soalnya berbentuk pilihan ganda.
pengetahuan
dan
keterampilan yang dimiliki (5) guru mengembangkan
keterampilan
Kendala
dalam
melaksanaan
siswa
pembelajaran matematika kontekstual: (1)
untuk bertanya, (6) guru menyajikan
guru belum benar-benar memahami dan
pembelajaran yang inovatif.
menguasai pembelajaran matematika yang
Tahap penutup yaitu guru dan siswa
melakukan
refleksi
dengan
kontekstual (2) guru masih cenderung menggunakan metode ceramah, walaupun
mengadakan tanya jawab, tentang hal-hal
sebetulnya
yang baru saja dipelajari. Guru dan siswa
bermacam-macam metode pembelajaran.
bersama-sama membuat rangkuman. Guru
(3) kurangnya media pembelajaran yang
melakukan penguatan atau penekanan
menunjang
terhadap materi yang telah diajarkan,
kontekstual. (4) guru
sehingga siswa mempunyai pemahaman
mengaitkan materi pembelajaran dengan
yang sama. Guru sudah mengadakan
permasalahan dalam kehidupan nyata
penilaian dengan baik, meliputi penilaian
siswa.
proses maupun penilaian hasil.
guru
sudah
pembelajaran
mengetahui
matematika
belum terbiasa
Berbagai ucapan terima kasih perlu kami sampaikan kepada berbagai pihak.
126 δELT∆, Vol. 1, No. 2, Juli 2013, hlm 115-199
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada KOPERTIS Wilayah VI yang telah membantu dalam pendanaan biaya penelitian
multitahun
Penelitian
Tim
melalui
Pascasarjana.
Hibah Ucapan
terima kasih kami sampaikan kepada Direktur Pascasarjana dan Ketua Lembaga Penelitian UMS beserta stafnya, yang telah memberikan fasilitas dan dorongan sehingga kami bisa melakukan penelitian. Ucapan terima juga kami sampaikan kepada kepala sekolah, para guru dan staf SMK Negeri 3 Klaten, yang telah membantu proses penelitian sehingga berjalan sesuai perencanaan
Daftar Pustaka Anggo, Mustamin, 2011. Pemecahan Masalah Matematika Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi Siswa. Edumatika volume 01 nomor 02 Hakim, Lukmanul, 2008. Pendekatan Contextual Teaching and Learning Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Media Pembelajaran Sebagai Media Pembelajaran Entomologi, Jurnal Pendidikan Serambi. Volume 5 Nomor 2 Jumadi, 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Implementasinya Makalah disampaikan pada workshop sosialisasi dan implementasi kurikulum 2004. Jogyakarta: FMIPA UNY. Lynch Richard L. dan Dorothy Harnish., (2003), Contextual Teaching and Learning: Lessons Learned from Teacher Preparation through
Novice Teaching, University of Georgia Mulyasa, 2004. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Soebakri, 2011. Lesson Study (Suatu Model Pembelajaran Profesional), http://soebakri.blogspot.com/2011/ 05/lesson-study-suatu-modelpembelajaran.html Suherman, Erman, (2012:11-54). Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Matematika. Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya Sulistyo,Rachmajanti,Widiyati, 2008. Pengembangan Model Pembelajaran MIPA Bilingual Berbasis Pndekatan Kontekstual Berbentuk Compact Disc (CD). Malang: Fakultas Sastra, Universitas Negeri Malang. Jurnal Penelitian Kependidikan Tahun 18 Nomor 1 Sumardyono, 2004. Karakteristik Matematika dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika. Supinah, 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP, Yogyakarta: PPPPTK Matematika. Sutama, 2010. Metoda Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK, R&D. Surakarta: Fairuz Media. Sutama, 2011. “Pengelolaan pembelajaran Matematika Berbasis Aptitude Treatment Interaction” Pidato Pengukuhan Guru Besar, Disampaikan pada Sidang Senat Terbuka UMS, Sabtu, 8 Januari 2011. Sutama, Sabar Narimo dan Haryoto, 2013. Pembelajaran Matematika Kontekstual Berbasis Lesson Studi
Sutama, dkk., Pengelolaan Pembelajaran Matematika… 127
di SD Pasca Bencana Erupsi Merapi. Sukoharjo: Kafilah Publishing. Sutopo, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Turmudi, (2009), Students’S Responses To The Realistic Mathematics Teaching Approach In Junior Secondary School, Indonesia University Of Education, Proceeding Of IICMA.
Wardhani, Sri, 2004. Pembelajaran Matematika Kontekstual di SMP, Yogyakarta: PPPG Matematika. Wasis, 2006. Contextual Teaching And Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Sains- Fisika SMP, Cakrawala pendidikan TH XXV. No 1 Wickless, Ribenboim, Dobbs, (2006). Contextual approach in teaching mathematics: an example using the sum of series of positive integers, National Institute of Education, Nanyang Technological University, Singapore , 36.252-259