ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
REVERSE SHOULDER PROSTHESIS: REVIEW DARI FITUR IMAGING DAN KOMPLIKASINYA Sharanya Ramachandran Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (
[email protected]) ABSTRAK Latar belakang: reverse shoulder prosthesis adalah prosthesis yang telah digunakan secara klinis di Eropa sejak 1985 dan telah disetujui untuk digunakan di Amerika Serikat pada tahun 2004. Prosthesis unik ini memiliki dasar melekat pada glenoid, yang memegang komponen yang berbentuk bola, sedangkan komponen humerus yang meliputi polietilen yang terdapat di dalamnya adalah datar. Desain ini adalah konfigurasi “terbalik” yang terlihat dengan artroplasti konvensional, di mana komponen yang berbentuk bola merupakan bagian dari komponen humerus. Indikasi untuk prosthesis terbalik adalah: (1) arthritis yang sangat nyeri dikaitkan dengan robekan rotator-cuff yang tidak dapat diperbaiki (robekan rotatorcuff arthropathy), (2) hemiarthroplasty gagal dengan robekan rotator-cuff yang tidak dapat diperbaiki, (3) pseudoparalysis yang masif, robekan rotator-cuff yang tidak dapat diperbaiki, (4) beberapa rekonstruksi setelah reseksi tumor, dan (5) beberapa patah tulang bahu tidak dapat diperbaiki atau reconstructable dengan teknik lain. Prosthesis ini dapat menghasilkan pengurangan yang signifikan dalam rasa sakit dan beberapa perbaikan dalam fungsi untuk sebagian besar indikasi yang disebutkan. Namun, konfigurasi unik dan tantangan penyisipan dapat mengakibatkan tingginya insiden berbagai komplikasi yang tidak biasa. Beberapa komplikasi, seperti dislokasi komponen, mirip dengan penggantian bahu konvensional. Komplikasi lain, seperti bentukan skapula dan patah stress acromial yang unik untuk prostesis ini. Kesimpulan: Konfigurasi dari prosthesis terbalik, penampilan radiografi yang normal dan komplikasi potensial terkait penggunaan. Kata Kunci: reverse shoulder prosthesis
PENDAHULUAN
pasien-pasien tanpa manset rotator yang berfungsi,
Conventional total shoulder arthroplasty (TSA)
penggunaan
mengganti shoulder ball dan kantong sendi dengan
mengandung komponen kepala humerus merupakan
komponen humerus tersusun dari metal dan
terapi
komponen glenoid tersusun dari polietilen. TSA
penggunaan komponen humerus saja pada pasien-
hanya bisa diimplan bila ada manset rotator yang
pasien arthritis dan manset rotator non fungsional
berfungsi dan tulang glenoid yang adekuat sebagai
tidak mengurangi nyeri dan memperbaiki rentang
tempat komponen glenoid harus ditempelkan. Untuk
gerak pada banyak pasien.
yang
hemiarthroplasty
direkomendasikan.
yang
hanya
Sayangnya,
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
antusiasme terhadap alat ini pun meningkat. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengulas mengenai indikasi prosthesis bahu dan memperkenalkan tiga sistem yang saat ini tersedia di pasaran, menjelaskan mengenai tampilan imaging dari prosthesis normal, dan untuk mengilustrasikan dan mendiskusikan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul dari alat ini.
Gambar 1. Wanita 70 tahun yang menjalani arthroplasty bahu kiri total karena atrhrosis degenerative. Radiograph anteroposterior bahu kiri menunjukkan arthroplasty total standard Pada tahun 1985, seorang ahli bedah
Gambar 2A-E. Komponen humeral dan glenoid dari reverse shoulder prosthesis A. Shaft B. epiphysis C. Polyethylene D. Glenosphere E. Dasar
Prancis bernama Grammont mendesain sebuah prosthesis unik yang ditujukan untuk pasien-pasien yang memiliki arthritis bahu dan rotator-cuff yang tak
berfungsi.
Desain
baru
yang
radikal
ini
membalikkan hubungan tradisional antara ball dengan kantongnya dan mengimplantasi ball
ke
dalam alas yang direkatkan pada glenoid dengan sekrup, sedangkan komponen humerus proksimal memiliki sisipan polietilen yang menyerupai kantong. Prostesis ini telah dimodifikasi beberapa kali dan diimplan oleh ahli-ahli bedah di Eropa selama 20 tahun. Tujuan dari desain yang unik ini tidak hanya untuk
mengurangi
nyeri,
tetapi
juga
untuk
Gambar 3. Laki-laki 68 tahun dengan decreasing strength dan range of motion pada bahu kanan, pemeriksaan fisik menunjukkan elevasi aktif terbatas sampai 30 o. Radiograph anteroposterior pada bahu kanan menunjukkan subluksasi anteroposterior kepala humerus dengan arthropathy rotator-cuff
memperbaiki pergerakan bahu untuk pasien-pasien
INDIKASI PADA REVERSE SHOULDER PROSTHESIS
dengan rotator-cuff yang tak berfungsi.
Indikasi utama dari reverse prostesis adalah adanya
Pada bulan Maret 2004, alat yang unik ini
nyeri dan artropaty dari robekan rotator-cuff.
diluncurkan oleh FDA untuk digunakan oleh ahli-ahli
Dimana kondisi tersebut memiliki karakteristik
bedah di Amerika Serikat. Dalam waktu singkat, ahli
adanya superior subluksasi dari head-humerus pada
bedah ortopedi telah ahli menggunakan alat ini dan
gabungannya dengan artrosis glenohumeral. Dalam
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
pemeriksaan, pasien biasanya akan menunjukkan
dijelaskan untuk pasien dengan post-traumatic
berkurangnya range of motion dan kelemahan pada
arthritis dengan malunion atau nonunion dari
saat abduksi dan rotasi eksternal. Seringkali, pasien
tuberositas tulang dengan disfungsi rotator-cuff,
juga sebelumnya telah mengalami kegagalan pada
untuk fraktur kominutif akut tiga atau empat bagian
saat perbaikan cedera dari rotator-cuff, yang dapat
fraktur
menyebabkan nyeri dan subluksasi superior.
rekonstruksi bahu setelah adanya beberapa tumor.
Indikasi tersering kedua untuk prostesis adalah kegagalan pada proses artroplasty bahu dimana
rotator-cuff
tidak
berfungsi,
yang
menyebabkan subluksasi superior dari prostesis tradisional. Seperti juga pada kondisi yang terjadi pada pasien dengan insersi hemiartroplasty untuk rotator-cuff
tear
arthropathy,
atau
insersi
hemiartroplasty untuk fraktur kominutif tiga atau empat bagian dari humerus proksimal.
dari
humerus
proksimal,
dan
untuk
Komponen Prostesis Pada saat ini, terdapat 3 jenis reverse prosthesis yang tersedia dipasaran. Alat dasar meliputi komponen humeral dan glenoid. Komponen glenoid pada 3 sistem merupakan yang paling mirip dan terdiri atas pasak sentral dan skrup yang terletak didalam lubang bor dibagian tengah glenoid (Gambar 5A). Pada saat dasar ini telah terpasang, 4 buah skrup diletakkan melewati dasar kedalam glenoid dan skapula dengan tujuan untuk mengunci piringan kedalam tulang. Setelah dasar”ini terkunci, sebuah “gleno-sphere” ditanam menggunakan skrup sentral kedalam dasar (Gambar 5B). Komponen Glenoid tidak dieratkan karena didesain untuk tumbuh dalam tulang. Akan tetapi, apabila tulang tersebut lunak, semen digunakan untuk meningkatkan fixasi antara dari dasar dan skrup. Sepertiga sistem yang ada dipasaran memiliki skrup sentral daripada pasak sentral untuk mengunci piringan ke glenoid.
Gambar 4. Wanita79 tahun yang menjalani hemiarthroplasty bahu kiri untuk fracture proksimal humerus 6 tahun yang lalu. Radiograph anteroposterior pada bahu kiri menunjukkan kegagalan heniathroplasty dengan subluksasi superior pada humerus karena rotator-cuff tear Indikasi lain untuk reverse prostesis adalah pasien dengan rheumatoid arthritis yang terdapat hubungan
dengan
Penggunaan
dari
artropathy
prostesis
juga
rotator-cuff. telah
dapat
Gambar 5. A. Dasar dan surgical screws dari sistem reverse prosthesis. B reverse shoulder sistem yang menunjukkan komponen humeral dengan sisipan plastik berpasangan dengan komponen glenoid, dimana sekarang hemisphere sudah diikatkan
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
Komponen humeral terdiri dari sebuah batang dan
subluksasi dibagian superior ketika otot deltoid
bagian proximal yang disatukan bersama-sama oleh
berkontraksi (Gambar 8). Vector ini tidak dapat
sebuah galur sekrup (Gambar 5B). Komponen
dikoreksi dengan menggunakan hemiarthroplasty
polyethylene cekung kemudian dimasukkan menuju
standard pada pasien yang tidak memiliki “rotator-
ujung proximal pada batang humeral, dan komponen
cuff”.
polyethylene ini memiliki kurvatura radius yang
keabnormalan vector ini
Reverse
prosthesis
dapat
mengkoreksi
hampir serupa dengan gleno-sphere (Gambar 5B). pada salah satu sistem, komponen polyethylene merupakan
komponen
yang
lebih
besar
dibandingkan 2 sistem lainnya (Gambar 6B). Batang humeral ini biasanya direkatkan, meskipun tersedia pula batang humeral yang tidak direkatkan di Eropa. Komponen humeral dan gleno-sphere berartikulasi satu sama lain dan terletak pada orientasi yang tepat dari komponen dan pada tegangan jaringan lunak untuk tetap pada posisinya (Gambar 7). Batang humeral panjang untuk revisi kasus tersedia dan biasanya direkatkan ke dalam piringan.
Gambar 7.A. Radiograph anteroposterior dari bahu kiri wanita 76 tahun yang menjalani implantasi “reverse prosthesis” pada arthropathy rotator-cuff. B. Gambaran axilla pasien yang sama. C. Radiograph anteroposterior pada bahu kiri wanita 75 tahun yang menjalani revisi arthroplasty bahu total yang gagal.dengan menggunakan “long stem reverse prosthesis” Dengan memindahkan
pusat rotasi dari lengan
secara lateral dan mengalihkan arah tarikan otot deltoid (Gambar 8B). Pemindahan pusat rotasi dengan
menggunakan
prosthesis
memudahkan
deltoid untuk mengelevasi lengan meskipun sendi bahu memiliki sedikit atau bahkan tidak sekalipin memiliki “rotator-cuff tendons”
Gambar 6. A dasar dan surgical screws pada sistem reverse prosthesis dimana dasar memiliki sekrup sentral daripada pasak sentral. B. Komponen humeral memiliki polyethylene yang lebih besar dan komponen humeral berbeda dengan yang beredar dipasaran. Secara biomekanik, reverse prosthesis bekerja dengan merubah arah dan menarik otot deltoid. Pada pasien yang tidak memiliki “rotator-cuff”, bagian kepala humeral cenderung untuk mengalami
Gambar 8. A. Pada bahu pasien tanpa tendon rotator-cuff, terdapat sedikit pengekangan relative ke subluksasi antero-superior dari kepala humeral menuju glenoid ketika pasien berusaha untuk mengangkat lengannya. Tarikan pada otot deltoid
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
memperparah kondisi ini dengan menarik kearah superior dan medial (tanda panah) B. Pada reverse prosthesis, pengangkat otot deltoid kembali seperti semula, memudahkan untuk menarik humerus naik dan keluar (tanda panah)
prosthesis ini terjadi pada 2 tahun pertama setelah implantasi.
Tabel 1. Kesimpulan laporan outcomes klinik dengan reverse shoulder prosthesis
Gambar 9. Radiograph anteroposterior bahu kanan laki laki 86 tahun yang menjalani shoulder replacement karena arthropathy rotator-cuff . Tanda panah menunjukkan scapular notching, tetapi tidak ada dampak pada notching ini dan tidak terdapat tanda penipisan Tabel 2. Kesimpulan laporan komplikasi dengan
Clinical Outcome
reverse shoulder prosthesis Pada umumnya, “reverse prosthesis” menyediakan pemecahan masalah yang nyata pada bahu yang rusak dengan arthritis berat dan “irreparable rotator-cuff”
(8,9,12,13,15-19).
Terdapat
perkembangan yang meningkat pada mayoritas pasien dalam hal perbaikan nyeri dan “range of motion”
KOMPLIKASI Beberapa komplikasi yang dapat terjadi dengan penggunaan
reverse
prosthesis
sama
dengan
komplikasi yang ditimbulkan dengan arthroplasty shoulder yang dilakukan pada pasien dengan
Akan tetapi “reverse prosthetic” , secara tekhnik
rekonstruksi kompleks dari bahu, antara lain
masih merupakan suatu tantangan bagi para ahli
hematoma, infeksi dan kerusakan saraf. Infeksi dapat
bedah karena komplikasinya yang umum (Tabel 2).
menyebabkan kelonggaran komponen dan akhirnya
Werner et al melaporkan komplikasi mayor dan
kegagalan.
minor pada 50% studi kohort 58 pasien; dengan ratio operasi kembali mencapai 33% (19). Frankle melaporkan komplikasi 17% dari 60 pasien dan 12% gagal dan membutuhkan revisi kembali. Frankle berpendapat bahwa periode krisis pemasangan
Komplikasi yang sering terjadi setelah implantasi reverse prosthesis adalah penyatuan scapula
inferior
dengan
komponen
humeral
(Gambar.9). Penyatuan ini diyakini karena kontak antara bagian proksimal humerus dan scapula
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
inferior. Penyatuan ini telah diklasifikasikan oleh Nero (Gambar.10) dan muncul segera setelah implantasi, biasanya menjadi stabil setelah 1 tahun pada sebagian besar pasien. Masih ada kontroversi apakah penyatuan ini menimbulkan gejala klinis.
Gambar 11. Wanita 82 tahun dilakukan reverse shoulder arthroplasty 7 bulan sebelumnya. Dia mengalami onset nyeri ketika menggerakakan bahunya dengan posisi abduksi dan rotasi eksternal. Radiografi oblik dari bahu kanannya menunjukkan dislokasi dari reverse prosthesis.
Gambar 10. Klasifikasi Nero tentang progresivitas penyatuan skapula. A) Grade 0 : tidak ada penyatuan, B) Grade 1 : penyatuan kecil, C) Grade 2 : penyatuan dengan kondensasi (stabil), D) Grade 3 : evolutive notch (erosi dari skrup inferior), E) Grade 4 : kelonggaran glenoid awal.
Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah dislokasi dari prosthesis (Gambar.11). Radiografi
Gambar 12. A) Radiografi anteroposterior pada bahu kanan menunjukkan dislokasi reverse prosthesis pada pasien yang berbeda. B) Radiografi aksilari pada pasien yang sama menunjukkan dislokasi prosthesis.
tegak lurus satu sama lain diperlukan untuk membuat
diagnosis
tersebut
(Gambar.12).
Ketidakstabilan prosthesis mungkin disebabkan oleh
Garis radiolusen sekitar dasar pada glenoid
ketegangan jaringan lunak yang tidak adekuat,
telah diobsevasi, namun sebagian orang meyakini
malposisi dari komponen atau kelonggaran dari
gambaran ini disebabkan oleh penutupan dari
komponen dengan gerakan.
bidang gleno pada perlekatannya terhadap dasar. Pergeseran hubungannya
pada
dasar
dengan
garis
bisa
dilihat,
radiolusen
tapi belum
diketahui (Gambar.13). Ketika fiksasi dari dasar
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
gagal, mangkok dan bola glenoid dapat bergeser dan bergerak. Walaupun kegagalan skrup dapat terlihat, itu mengindikasikan kegagalan yang pasti terjadi pada dasar (Gambar.14).
Gambar 13. Radiografi anteroposterior dari bahu kiri menunjukkan pergeseran dari dasar glenoid.
Gambar 15. Laki-laki 65 tahun, dilakukan reverse shoulder prosthesis placement dengan rotator-cuff arthroplasty. Empat bulan setelah operasi, ia mengalami nyeri yang signifikan pada bahunya, yang lebih dominan di again posterior. Dia menyangkal riwayat trauma. Radiografi aksilari dari bahu kanan menunjukkan acromial stress fracture. Bagian batang komponen humeral terlihat lebih seperti sebuah standard total shoulder stem kecuali itu cenderung melebar secara proksimal di dekat ujung atas humerus. Komplikasi bagian humeral adalah tidak biasa, namun menyertakan radiolusen, kemiringan dari komponen humeral jika tidak menyatu, dan patah (Gambar.16).
Gambar 14. Radiografi anteroposterior dari bahu kanan menunjukkan fraktur skrup pada dasar glenoid, yang pada kasus ini berhubungan dengan migrasi superior dari dasar glenoid.
Acromial stress fractures telah dilaporkan pada penggunaan reserve prosthesis (Gambar.15). Ini diyakini karena peningkatan tekanan yang dialami bagian
posterior
prosthesis.
akromion
dari
konfigurasi
Gambar 16. Wanita 79 tahun, dengan rotator-cuff arthroplasty yang dilakukan arthroplasty bahu total. Dia mengalami nyeri yang signifikan setelah penonjolan lenganny. Radiografi anteroposterior dari bahu kanan menunjukkan patah pada batang humerus.
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
Gambaran radiologi memainkan peranan vital
untuk
mendeteksi
dan
menentukan
karakteristik komplikasi operasi yang potensial terjadi. Radiografi masih diandalkan untuk diagnosis awal dari komplikasi tersebut. Radiografi harus meliputi gambaran anterior-posterior dan gambaran aksila. Gambaran anterior-posterior pada rotasi internal dan eksternal memungkinkan visualisasi dasar dari sudut pandang yang berbeda. Meskipun, teknik CT yang maju dengan pemetaan 3D mungkin berguna untuk meningkatkan deteksi terhadap abnormalitas tersebut. Dengan volume 3D-CT yang diberikan, alat penanda yang dihubungkan dengan perangkat keras bedah secara nyata dikurangi, secara
potensial
DAFTAR PUSTAKA
menimbulkan
peningkatan
demonstrasi patologi tulang halus dibandingkan dengan radiograf, meskipun perlu dicatat bahwa reformasi multiplanar dapat memberikan detail lebih dari penggambaran 3D dengan teknik penggambaran permukaan dan lebih dipilih untuk diagnosis aktual
1. Byrd RB, Miller WE, Carr DT, Payne WS, Woolner LB. The roentgenographic appearance of squamous cell carcinoma of the bronchus. Mayo Clinic Proceedings 1968;43:327–332.MedlineWeb of Science 2. Forster BB, Muller NL, Miller RR, Nelems B, Evans KG. Neuroendocrine carcinomas of the lung: clinical, radiologic, and pathologic correlation. Radiology 1989;170:441–445.MedlineWeb of Science 3. Pearlberg JL, Sandler MA, Lewis JW Jr, Beute GH, Alpern MB. Small-cell bronchogenic carcinoma: CT evaluation.
Am
J
Roentgenol
1988;150:265–
268.MedlineWeb of Science 4. Dahnert W. Chest Disorders. In: Dahnert W, ed. Radiology Review Manual. 3rd edition. Baltimore, Williams and Wilkins, 1996; pp. 346–346. 5. Fraser RG, Parre JAP. Diagnosis of diseases of the chest. 4th edition. Philadelphia, W.B. Saunders, 1999; pp. 1142–1143. 6. Shin MS, Jackson LK, Shelton RW Jr, Greene RE. Giant
dan interpretasi.
cell
carcinoma
of
the
lung.
Clinical
Kesimpulan
roentgenographic
Reverse shoulder prosthesis adalah protesthesis
1986;89:366–369.CrossRefMedlineWeb of Science
inovatif yang dirancang untuk pasien dengan rotator-
7. Hyer JD, Silvestri G. Diagnosis and staging of lung
cuff
arthropathy
tingkat
lanjut,
gagal
hemiarthroplasty dengan kelainan rotator-cuff atau
cancer.
Clin
manifestations.
and
Chest
Med
Chest
2000;21:95–
106.CrossRefMedlineWeb of Science
subluksasi superior dari humerus karena kelainan
8. Webb WR. Radiologic evaluation of the solitary
rotator-cuff. Komponen protesa dan tampilan
pulmonary nodule. Am J Roentgenol 1990;154:701–
pencitraan normal telah ditinjau, karena memiliki
708.MedlineWeb of Science
manifestasi radiografi dari komplikasi umum yang
9. Remy-Jardin M, Remy J, Giraud F, Marquette CH.
terkait dengan itu. Kelangsungan jangka panjang
Pulmonary nodules: detection with thick-section
implan ini tidak diketahui, dan praktisi harus
spiral
menyadari
1993;187:513–520.MedlineWeb of Science
potensi
untuk
membongkar
kegagalan dari komponen dari waktu ke waktu
dan
CT
versus
conventional
CT.
Radiology
10. Brink JA, Heiken JP, Semenkovich J, Teefey SA, McClennan BL, Sagel SS. Abnormalities of the
http://intisarisainsmedis.weebly.com/
ISSN: 2089-9084
ISM, VOL. 4 NO.1, SEPTEMBER-DESEMBER
diaphragm and adjacent structures: findings on
18. Hatabu H, Stock KW, Sher S, et al. Magnetic
multiplanar spiral CT scans. Am J Roentgenol
resonance imaging of the thorax. Past, present, and
1994;163:307–310.CrossRefMedlineWeb of Science
future.
11. Kuriyama K, Tateishi R, Kumatani T, et al. Pleural
Clin
Chest
Med
1999;20:775–
803.CrossRefMedlineWeb of Science
invasion by peripheral bronchogenic carcinoma:
19. Batra P, Brown K, Steckel RJ, Collins JD, Ovenfors CO,
assessment with three-dimensional helical CT.
Aberle D. MR imaging of the thorax: a comparison of
Radiology
axial, coronal, and sagittal imaging planes. J Comp
1994;191:365–369.MedlineWeb
of
Science
Assist
12. Aquino SL, Vining DJ. Virtual bronchoscopy. Clin Chest Med 1999;20:725–730.CrossRefMedlineWeb of Science
Tomogr
1988;12:75–81.MedlineWeb
of
Science 20. Aitken K, Armstrong P. Clinical imaging for staging lung cancer. Imaging 1992;4:15–22.
13. Ohnesorge B, Flohr T, Schaller S, et al. The technical
21. Webb WR, Jensen BG, Sollitto R, et al. Bronchogenic
bases and uses of multi-slice CT. Radiologe
carcinoma: staging with MR compared with staging
1999;39:923–931.CrossRefMedlineWeb of Science
with CT and surgery. Radiology 1985;156:117–
14. McCollough CH, Zink FE. Performance evaluation of a multi-slice CT system. Med Phys 1999;26:2223– 2230.CrossRefMedlineWeb of Science
124.MedlineWeb of Science 22. Padovani B, Mouroux J, Seksik L, et al. Chest wall invasion by bronchogenic carcinoma: evaluation with
15. Patz EF Jr, Erasmus JJ, McAdams HP, et al. Lung cancer staging and management: comparison of
MR
imaging.
Radiology
1993;187:33–
38.MedlineWeb of Science
contrast-enhanced and nonenhanced helical CT of
23. Erasmus JJ, Patz EF Jr. Positron emission tomography
the thorax. Radiology 1999;212:56–60.MedlineWeb
imaging in the thorax. Clin Chest Med 1999;20:715–
of Science
724.CrossRefMedlineWeb of Science
16. Cascade PN, Gross BH, Kazerooni EA, et al. Variability
24. Duhaylongsod FG, Lowe VJ, Patz EF Jr, Vaughn AL,
in the detection of enlarged mediastinal lymph
Coleman RE, Wolfe WG. Lung tumor growth
nodes in staging lung cancer: a comparison of
correlates with glucose metabolism measured by
contrast-enhanced and unenhanced CT. Am J
fluoride‐18 fluorodeoxyglucose positron emission
Roentgenol
tomography.
1998;170:927–931.MedlineWeb
of
Science
Annals
of
Thoracic
Surgery
1995;60:1348–1352.CrossRefMedlineWeb of Science
17. Gefter WB. Magnetic resonance imaging in the evaluation
of
lung
cancer.
Semin
Roentgen
1990;25:73–84.CrossRef
http://intisarisainsmedis.weebly.com/