RESPONS ENAM VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays L.) TERHADAP PENANAMAN KACANG HIAS (Arachis pintoi Krap. & Greg.) DALAM SISTEM OLAH TANAH MINIMUM
RUDI ABDUL GANI A24110032
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam Sistem Olah Tanah Minimum adalah karya saya yang dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rudi Abdul Gani NIM A24110032
ABSTRAK RUDI ABDUL GANI. Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam Sistem Olah Tanah Minimum. Dibimbing oleh M. ACHMAD CHOZIN. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui respons jagung manis terhadap penanaman biomulsa kacang hias pada sistem olah tanah minimum. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru Darmaga Bogor pada bulan Desember 2014 sampai dengan April 2015. Percobaan menggunakan rancangan petak terpisah dua faktor dengan tiga ulangan. Petak utama yaitu penggunaan biomulsa kacang hias dengan pengolahan tanah minimum dan tanpa mulsa dengan pengolahan tanah konvensional. Faktor perlakuan anak petak adalah enam varietas jagung manis, yakni Talenta, Jambore, Benimas, Laksmi, Golden dan Hawai. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengolahan tanah minimum yang dikombinasikan dengan biomulsa menekan pertumbuhan dan produksi jagung manis. Terdapat keragaman yang nyata antar varietas jagung dalam pertumbuhan dan produksinya. Tidak terdapat interaksi antara pengolahan tanah dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi jagung kecuali pada umur berbunga. Kata kunci: biomulsa, jagung manis, kacang hias, olah tanah minimum
ABSTRACT RUDI ABDUL GANI. Responses of Six Sweet Corn Varieties (Zea mays L.) of Pinto Peanut (Arachis pintoi Krap. & Greg.) Planting in Minimum Tillage System. Supervised by M. ACHMAD CHOZIN. The aim of this research was to examine sweet corn response to pinto peanut biomulch planting in soil minimum tillage system. This research conducted in Sawah Baru Experimental Field, Dramaga, Bogor from Desember 2014 untill April 2015. The design of this experiment was split plot-completely randomized block design with three replication. Pinto peanut biomulch was set as main plot, while sweet corn varieties set as sub plots: Talenta, Jambore, Benimas, Laksmi, Golden, and Hawai. The result show that minimum soil tillage combined with pinto peanut biomulch decrease plant growth and production. There is variance significantly affected among sweet corn varieties for its growth and production. There were no interaction between biomulch treatment and sweet corn varieties, except for anthesis date. Keywords: biomulch, sweet corn, pinto peanut, minimum tillage
RESPONS ENAM VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays L.) TERHADAP PENANAMAN KACANG HIAS (Arachis pintoi Krap. & Greg.) DALAM SISTEM OLAH TANAH MINIMUM
RUDI ABDUL GANI A24110032
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam selalu penulis panjatkan kepada nabi Muhammad Shallallohu ‘alaihi wassalam. Skripsi dengan judul Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam Sistem Olah Tanah Minimum dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, IPB Darmaga, Bogor. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Ibu, Bapak, Kakak dan Adik, beserta keluarga besar penulis untuk setiap doa, dan dukungan yang tak hentinya kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat menjadi persembahan dan tanda bakti yang terbaik. 2. Prof Dr Ir M. Achmad Chozin, MAgr selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr Desta Wirnas, SP MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan. 4. Beasiswa Bidik Misi yang banyak membantu baik finansial maupun pengalaman. 5. Dikti yang telah memberikan bantuan berupa dana penelitian. 6. Seluruh dosen dan staf Departemen Agronomi dan Hortikultura yang telah begitu banyak memberikan ilmu, pengalaman, arahan, bimbingan, dan bantuan proses pembelajaran penulis selama berada di kampus. 7. Bapak Komara sebagai teknisi kebun yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. 8. Teman-teman Dandelion Agronomi dan Hortikultura angkatan 48 atas semangat dan kenangan selama perkuliahan dan penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan informasi ilmu pengetahuan dan manfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Bogor, Agustus 2015
Rudi Abdul Gani
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Pengolahan Tanah Minimum
2
Pemanfaatan Arachis pintoi sebagai Biomulsa
3
Syarat Tumbuh Jagung Manis
5
BAHAN DAN METODE
5
Tempat dan Waktu
5
Bahan dan Alat
5
Metode Penelitian
5
Pelaksanaan Penelitian
7
Penanaman Kacang Hias Arachis pintoi
7
Persiapan lahan
7
Penanaman
7
Penyulaman
7
Pemeliharaan
7
Penanaman Jagung Manis
7
Pengolahan tanah
7
Penanaman benih jagung
8
Pemupukan
8
Pemeliharaaan tanaman jagung
8
Panen
8
Pengamatan
8
HASIL
10
Kondisi Umum Penelitian
10
Pertumbuhan
11
Komponen Produksi
12
Produksi
12
PEMBAHASAN
14
KESIMPULAN DAN SARAN
16
Kesimpulan
16
Saran
16
DAFTAR PUSTAKA
16
RIWAYAT HIDUP
22
DAFTAR GAMBAR 1 Layout petak percobaan 2 Keragaan penutupan Arachis pintoi
6 10
DAFTAR TABEL 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pengolahan tanah terhadap petumbuhan dan produksi enam varietas jagung manis 2 Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun enam varietas jagung manis pada pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa 3 Rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah biji enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa 4 Rata-rata bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tidak berkelobot dan hasil ubinan enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa
10
11
12
13
DAFTAR LAMPIRAN 1 Deskripsi varietas jagung
20
PENDAHULUAN Latar Belakang Pengolahan tanah konvensional dengan frekuensi penanaman yang tinggi pada tanaman sayuran semusim dapat menyebabkan kemunduran sifat fisik, kimia dan biologi tanah sebagai lingkungan tumbuh utama tanaman (Kurniawati 2006). Pengolahan tanah secara intensif menyebabkan peluang erosi semakin besar sehingga unsur hara dan mikroorganisme dalam tanah jumlahnya dapat berkurang (Williams et al. 1993). Pengolahan tanah konvensional pada prinsipnya bertujuan untuk menyediakan media tumbuh yang baik bagi tanaman. Permasalahan yang timbul akibat pengolahan tanah konvensional dengan frekuensi penanaman yang tinggi dapat diatasi salah satunya dengan teknologi pengolahan tanah minimum yang dikombinasikan dengan teknologi mulsa. Sistem olah tanah minimum ini dapat mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran permukaan, menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja (Liptan 1990). Produktivitas tanaman dipengaruhi oleh keberadaan tumbuhan lain seperti gulma yang berada disekitar tanaman. Beberapa penelitian menunjukkan korelasi negatif antara bobot kering gulma dan hasil tanaman, dengan penurunan hasil hingga 95% (Violic 2000). Salah satu cara yang ramah lingkungan untuk mengendalikan gulma adalah dengan dengan menggunakan mulsa. Mulsa merupakan bahan atau material yang sengaja dihamparkan di permukaan tanah atau lahan pertanian. Manfaat penggunaan mulsa adalah melindungi permukaan tanah terhadap erosi dan kehilangan struktur yang diakibatkan oleh curah hujan yang lebat, menghambat munculnya gulma, menurunkan suhu tanah, penggunaan mulsa dari bahan organik menambah bahan organik tanah setelah mengalami dekomposisi dan dapat menambah atau menahan hara tanah (Williams et al. 1993). Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan mulsa dapat meningkatkan kemantapan struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan organik, dan dapat mengendalikan tanaman pengganggu. Mulsa yang digunakan dapat berupa mulsa sintetik atau mulsa organik (Suripin 2002). Kacang hias (Arachis pintoi) merupakan tanaman tahunan golongan kacang-kacangan (leguminosae) yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah. Penelitian tentang pemanfaatan tanaman introduksi kacang hias sebagai biomulsa telah banyak dilakukan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kacang hias mampu menghambat pertumbuhan gulma, mencegah erosi permukaan tanah, dan mendorong pertumbuhan tanaman (Neef et al. 2004). Sumiahadi (2014) menyatakan bahwa penggunaan biomulsa Arachis pintoi dapat menekan pertumbuhan gulma lebih dari 58% dibandingkan dengan tanpa mulsa tanpa penyiangan. Febrianto dan Chozin (2014) juga melaporkan bahwa penggunaan kacang hias efektif menekan gulma golongan daun lebar dan teki tapi tidak efektif menekan gulma golongan rumput. Kacang hias ini tumbuh baik di daerah tropis, baik di dataran rendah maupun dataran tinggi (Balittan, 2004). Tanaman ini memiliki potensi dalam menambat nitrogen dari udara. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, A. pintoi sangat baik ditanam sebagai biomulsa pada produksi sayuran dan buah, tanaman penutup tanah, bahan hijauan makanan ternak, ataupun sebagai tanaman hias (Kartika et al., 2009).
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mempelajari kemungkinan pemanfaatan kacang hias sebagai biomulsa pada sistem olah tanah minimum. Secara khusus untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah minimum dengan biomulsa kacang hias terhadap pertumbuhan dan produksi enam varietas jagung manis. Tujuan Penelitian Tujuan umum : Mempelajari kemungkinan pemanfaatan kacang hias Arachis pintoi sebagai biomulsa pada sistem olah tanah minimum. Tujuan khusus : 1. Mengetahui pertumbuhan dan produksi enam varietas tanaman jagung manis. 2. Mengetahui pengaruh sistem olah tanah minimum dengan biomulsa kacang hias terhadap pertumbuhan dan produksi enam varietas jagung manis. 3. Mengetahui interaksi antara varietas tanaman jagung manis dengan penanaman kacang hias Arachis pintoi yang menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
Hipotesis Hipotesis dari penelitian ini yaitu: 1. Terdapat pertumbuhan dan produksi yang berbeda antar varietas tanaman jagung manis. 2. Penanaman kacang hias Arachis pintoi sebagai biomulsa pada beberapa varietas tanaman jagung manis berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis. 3. Terdapat interaksi antara varietas tanaman jagung manis dengan penanaman kacang hias Arachis pintoi yang menunjukkan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengolahan Tanah Minimum Pengolahan tanah minimum adalah pengolahan tanah yang dilakukan secara terbatas atau seperlunya tanpa melakukan pengolahan tanah pada seluruh areal lahan. Manfaat sistem olah tanah minimum diantaranya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan, mengamankan dan memelihara produktifitas tanah agar tercapai produksi yang setinggi-tingginya dalam waktu yang tidak terbatas, meningkatkan produksi lahan usahatani, menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja. Pada pertanian lahan kering dengan jenis tanah podsolik yang lapisan olahnya tipis dan peka akan erosi, bahan organik sangat berperan untuk meningkatkan kesuburan dan produktifitas lahan. Hilangnya bahan organik, antara lain karena pengolahan tanah yang terlalu sering, tanah menjadi terbuka sehingga terjadi kenaikan suhu yang mempercepat hilangnya unsur hara dalam tanah. Pada tanah yang tidak diolah biasanya akar tanaman hanya mampu menembus sampai kedalaman 30 - 40 cm. Untuk mengatasi hal itu maka diperlukan pengolahan tanah seperlunya saja yaitu disekitar lubang tanaman diikuti dengan pemberian mulsa (Liptan 1990). Pengendalian erosi lahan sebaiknya dilakukan dengan menggabungkan cara mekanik dan biologi/vegetatif agar hasilnya lebih efektif. Cara konservasi lahan yang disarankan yaitu pembuatan teras bangku atau teras gulud, menanam tanaman pakan ternak pada tampingan dan guludan teras, menanam tanaman penutup tanah, olah tanah minimum. Olah tanah minimum merupakan teknik olah tanah dengan mengolah tanah pada lubang tanam atau piringan yang akan ditanam saja, sehingga tanah sekitarnya memiliki aggregat tanah yang cukup solid untuk menahan erosi dan sangat baik untuk konservasi tanah (Balitjestro 2014). Pengurangan pengolahan tanah mengurangi kebutuhan energi dan secara keseluruhan menurunkan biaya produksi karena lahan yang diolah lebih sedikit (Monzon et al. 2006). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wiroatmodjo dan Zulkifli (1988) pengolahan tanah minimum dengan penggunaan herbisida menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah cabang sekunder pada budidaya tebu lahan kering. Perlakuan pengolahan tanah konvensional menyebabkan tanah menjadi terbuka sehingga mengalami perubahan kandungan air tanah yang cukup besar, dengan demikian terdapat periode kekeringan yang menyebabkan stress sementara bagi tanaman.
Pemanfaatan Arachis pintoi sebagai Biomulsa Permasalahan yang timbul akibat sistem pengolahan tanah yang kurang tepat dapat dihindari dengan kultur teknis berupa penggunaan mulsa. Pemulsaan adalah penutupan tanah dengan sisa-sisa tanaman, jerami, sekam, potongan rumput, atau bahan lainnya. Pemilihan mulsa organik harus diperhatikan benar dari segi pemilihan jenis penutup tanah, penentuan waktu tanam, serta penetapan pola, dan rotasi tanaman yang tepat agar dapat terhindar dari pengaruh negatif
alelopati yang dihasilkan oleh tanaman, gulma, residu tumbuhan maupun mikroorganisme (Junaedi et al. 2006). Sumarni (2009) menyatakan pemakaian pupuk kandang dan kompos sebagai mulsa tidak dianjurkan karena banyak kandungan nitrogen yang hilang bila pupuk kandang tidak dibenamkan. Sumiahadi (2014) menyatakan bahwa pemanfaatan kacang hias Arachis pintoi berpotensi meningkatkan hasil produksi tanaman. Penggunaan biomulsa Arachis pintoi dapat menekan laju erosi hingga lebih dari 70% dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa dengan penyiangan. Manfaat Arachis pintoi yang dikemukakan oleh Maswar (2004) diantaranya sebagai pengontrol erosi dan rehabilitasi tanah, pada usaha tani lahan kering yang berlereng, erosi terjadi terutama pada periode awal pertumbuhan tanaman yang menyebabkan lahan terdegradasi dan menurun produktivitasnya. Arachis pintoi berpotensi besar untuk mencegah hanyutnya tanah, karena susunan/anyaman batang dan perakarannya dapat melindungi tanah dari daya rusak intensitas hujan yang tinggi. Pada usaha tani kopi di Sumberjaya, Lampung Barat, penanaman leguminosa ini juga mampu menekan erosi sebesar 11–85%. Selain itu fungsinya sebagai rehabilitasi lahan, Arachis pintoi berpotensi untuk meningkatkan kesuburan tanah dari hasil fiksasi (penambatan) nitrogen secara biologi. Dari hasil fiksasi tersebut dihasilkan 65–85% nitrogen. Di Sumberjaya, Lampung Barat, mengindikasikan bahwa tanaman ini setelah 2 tahun diintroduksikan nyata meningkatkan kandungan unsur carbon dalam tanah. Tanaman penutup tanah jenis kacang-kacangan (leguminosae) memiliki sifat yang menguntungkan bagi tanaman. Tanaman penutup tanah kacangan yang telah menutup tanah dapat menekan pertumbuhan gulma. Rosliani et al. (2002) melaporkan bahwa kacang tanah yang digunakan sebagai tanaman penutup tanah selain dapat meningkatkan produksi mentimun, juga mampu menekan erosi tanah sebesar 35 % dan perkembangan gulma. Tanaman Arachis pintoi digunakan sebagai tanaman hias di taman dan pakan ternak selain itu bermanfaat sebagai tanaman penutup tanah. Boerhendhy dan Sianturi (1986) menguraikan manfaat tanaman penutup tanah kacangan, antara lain menahan air hujan yang jatuh langsung pada permukaan tanah yang akan menghancurkan agregat tanah (struktur remah) menjadi butiran-butiran kecil yang akan menutupi pori-pori tanah, menekan pertumbuhan gulma, menghasilkan banyak bahan organik dan serasah yang berasal dari pelapukan daun dan batang, mempunyai bintil akar (nodula) yang berfungsi untuk mengikat nitrogen bebas dari udara sehingga mengurangi persaingan antara kacangan dengan tanaman pokok dalam penyerapan nitrogen tanah. Selanjutnya nitrogen yang yang diikat dari udara akan dilepaskan kembali ke dalam tanah dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman, menyerap unsur-unsur hara dari lapisan tanah yang lebih dalam kemudian memperkaya lapisan permukaan tanah akan unsur hara dan membantu mempercepat proses pembusukan bahan organik sehingga dapat menghindari perkembangan jamur putih.
Botani dan Morfologi Jagung Manis Jagung manis merupakan tanaman yang berasal dari famili Graminae (rerumputan). Jagung manis merupakan varietas jagung biasa yang berasal dari
jagung pipilan atau jagung pakan (field corn) (Syukur dan Aziz 2013). Akar jagung manis mencapai 100 cm pada saat berbunga. Crown root dapat berjumlah 20-30 akar dan akan tumbuh akar lateral (Ginting 1995). Batang beruas-ruas antara 10-40 ruas. Tanaman jagung biasanya tidak bercabang kecuali jagung manis sering tumbuh cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. Tanaman jagung manis memiliki buah matang berbiji tunggal yang disebut karyopsis (Tracy 2001). Biji pada tanaman jagung manis tersusun pada tongkol. Endosperma biji tanaman jagung manis mengandung gula dalam bentuk sukrosa dan sebagian kecil glukosa, fruktosa, dan maltosa. Biji jagung manis juga mengandung amilosa dan amilo pektin dalam jumlah yang cukup rendah (Rubatzky dan Yamaguchi 1995). Syarat Tumbuh Jagung Manis Jagung manis merupakan tanaman semusim. Jagung manis dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian tempat sampai dengan 3 000 meter diatas permukaan laut (mdpl). Jagung manis dapat beradaptasi dengan baik pada iklim anatara 500 LU - 500 LS. Jagung manis merupakan tanaman yang memerlukan curah hujan antara 300 – 600 mm/bulan. Tanah yang baik untuk perkembangan jagung manis memiliki pH antara 6.0-6.5 (Syukur dan Aziz 2013). Jagung manis mempunyai umur panen samapai dengan 70 hari setelah tanam (HST). Tanaman jagung manis dengan umur genjah umunya banyak dikembangkan karena dapat meningkatkan intensitas penanaman dan produksi. Hama dan penyakit yang ada pada jagung manis terdiri dari beberapa macam. Hama yang ada pada jagung manis adalah hama ludi, ulat tanah, lalat bibit, ulat grayak, penggerek batang, dan penggerek tongkol. penyakit yang umum menyerang jagung manis adalah bulai, hawar daun, karat daun, penyakit gosong, dan, bakteri busuk batang (Rubatzky dan Yamaguchi 1995).
6
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Sawah Baru, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor dengan ketinggian tempat 250 meter di atas permukaan laut (mdpl). Pengamatan seluruh parameter dilakukan di Kebun Percobaan Sawah Baru. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan April 2015.
Bahan dan Alat Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung manis varietas Talenta, Jambore, Benimas, Laksmi, Golden, dan Hawai. Deskripsi enam varietas jagung manis disajikan pada Lampiran 1. Bahan lain yang digunakan adalah stek batang Arachis pintoi, pupuk urea, pupuk daun, pupuk NPK phonska (15-15-15) dan zat penginduksi akar auksin. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat budidaya pertanian umum.
Metode Penelitian Penelitian menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) petak terbagi (split-plot), lahan percobaan terdiri atas dua petak utama, petak yang pertama adalah lahan dengan vegetasi alami dan petak kedua adalah petak yang telah ditanami biomulsa kacang hias dengan penutupan 80%, sedangkan anak petak adalah enam varietas jagung manis yaitu Talenta, Jambore, Benimas, Laksmi, Golden, dan Hawai. Terdapat 12 kombinasi perlakuan pada setiap ulangan dengan tiga kali pengulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Percobaan menggunakan model linear sebagai berikut: Yijk = μ + αi +βj + ɣk + (α, ɣ)ik + εijk Keterangan : Yijk : Nilai pengamatan pada perlakuan mulsa ke–i, varietas jagung manis ke–j, ulangan ke–k µ : Nilai rataan umum αi : Pengaruh perlakuan mulsa ke-i βj : Pengaruh varietas jagung manis ke-j τk : Pengaruh pengelompokkan ke-k (αβ)ij : Pengaruh interaksi antara perlakuan mulsa ke-i dengan varietas jagung manis ke-j ɛijk : Pengaruh galat dari ulangan ke-i pada faktor perlakuan mulsa dan varietas jagung manis
7
Data dianalisis menggunakan analisis ragam (Uji F). Uji nilai tengah yang digunakan adalah Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada selang kepercayaan 5% (Gomez dan Gomez 1995).
Gambar 1 Layout petak percobaan Keterangan: Perlakuan petak dengan pengolahan tanah konvensional (M0); petak dengan pengolahan tanah minimum (M1). Varietas Talenta (V1); Jambore (V2); Benimas (V3); Laksmi (V4); Golden (V5); Hawai (V6). Pelaksanaan Penelitian Penanaman Kacang Hias Arachis pintoi Persiapan lahan Persiapan lahan yang pertama adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum stek Arachis pintoi ditanam. Tanah diolah menggunakan traktor sedalam 20 cm lalu digaru dan diratakan dengan cangkul. Petak untuk satu satuan percobaan dibuat dengan ukuran 4 m x 5 m. Penanaman Bahan tanam Arachis pintoi yang digunakan berupa stek batang yang berasal dari Kebun Percobaan Cikabayan Bawah IPB Darmaga Bogor. Stek batang Arachis pintoi diusahakan diambil dengan ukuran dan umur yang seragam dengan keadaan segar. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purnamasari (2013) untuk mendapatkan kualitas stek yang baik tiap individu stek yang memiliki 5 ruas lalu direndam seluruh bagian steknya dengan hormon auksin dengan konsentrasi 800 ppm selama 24 jam. Selanjutnya stek Arachis pintoi ditanam dengan membenamkan dua ruas di dalam tanah dengan posisi tegak dan ditanam dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm. Penyulaman Penyulaman dilakukan 2 MST dan apabila populasi masih terlalu sedikit dilakukan penyulaman kembali pada 3 MST dan 4 MST. Penyulaman
8
menggunakan bibit yang diambil dari sumber yang sama dengan penanaman awal yaitu dari Kebun Percobaan Cikabayan. Stek yang digunakan adalah stek segar, sesaat setelah stek diambil segera ditanam di lapang. Pemupukan Arachis pintoi diberi rooton f pada awal penanaman, pupuk urea satu kali pada 2 MST dengan dosis 100 kg ha-1 dan diberi gandasil pada 3 MST. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman dan pengendalian gulma. Penyiraman dilakukan apabila 2-3 hari tidak terjadi hujan atau tanah terlihat sangat kering. Pengendalian gulma dilakukan apabila gulma memasuki tillage area. Pemeliharaan dilakukan hingga Arachis pintoi menutupi lahan mencapai 80%.
Penanaman Jagung Manis Pengolahan tanah Pengolahan tanah konvensional (M0) dilakukan dengan cara mengolah tanah seperti yang umum dilakukan petani dengan dibajak lalu digaru untuk meratakan petakan. Pengolahan tanah minmum (M1) dilakukan dengan cara mengolah tanah di daerah tillage area saja. Tillage area merupakan bagian lahan yang diolah dan dibersihkan dengan jarak tertentu, tillage area yang digunakan pada penelitian ini yaitu masing-masing sisi sebelah kiri dan kanan dengan jarak 15 cm dari titik tengah tanaman, sementara diluar tillage area pada petakan ditanami biomulsa Arachis pintoi. Penanaman benih jagung Bibit jagung ditanam ke lapang saat biomulsa Arachis pintoi berumur delapan minggu. Bibit jagung ditanam di lahan pada alur dengan jarak tanam 75 cm x 20 cm. Pemupukan Tanaman jagung diberi pupuk NPK (15-15-15) dan urea dengan dosis 250 kg ha-1. Pemupukan pada 1 MST dengan NPK ditambah urea setengah dosis dan pada 4 MST urea setengah dosis. Pemupukan dialur diantara tanaman jagung dan biomulsa Arachis pintoi. Pemeliharaaan tanaman jagung Pemeliharaan tanaman jagung berupa penyulaman bibit dilakukan pada 1–3 MST. Kegiatan lainnya yaitu pengendalian gulma pada tillage area. Pemangkasan Arachis pintoi dilakukan apabila Arachis pintoi telah memasuki tillage area. Panen Pemanenan jagung manis dilakukan pada saat tanaman berumur sekitar 75 hari setelah tanam (HST) tergantung tipe varietas tanaman. Panen tidak dilakukan bersamaan tergantung varietas jagung manis yang ditanam.
9
Pengamatan Pengamatan dilakukan pada 10 tanaman contoh di tiap satuan percobaan. Komponen – komponen yang diamati antara lain: Tinggi tanaman (cm). Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi dari umur 3 MST sampai dengan 7 MST, mewakili fase vegetatif dan fase generatif. Diameter batang (cm). Diameter batang diukur pada 10 cm di atas permukaan tanah. Jumlah daun. Jumlah daun dihitung dari 3 MST sampai sampai 7 MST, daun yang dihitung sudah terbuka sempurna. Umur berbunga. Umur berbunga dihitung ketika 75% populasi sudah mengeluarkan bunga, tergantung varietas tanaman. Bobot tongkol berkelobot. Bobot tongkol berkelobot diambil dari 10 tanaman contoh yang belum dibersihkan kemudian ditimbang menggunakan timbangan dan dirata-ratakan. Bobot tongkol tanpa kelobot. Bobot tongkol tanpa kelobot adalah jagung yang sudah dibersihkan dari kelobotnya kemudian ditimbang menggunakan timbangan dan dirata-ratakan dari 10 tanaman contoh. Panjang tongkol. Panjang tongkol diukur dari pangkal tongkol tanpa kelobot sampai ujung tongkol. Diameter tongkol. Diameter tongkol diukur bagian pangkal, tengah dan ujung kemudian dirata- ratakan. Jumlah biji per tongkol. Jumlah biji per tongkol dihitung dari 10 tanaman contoh kemudian dirata-ratakan. Pengamatan ubinan. Pengamatan ubinan dilakukan per petak dengan ukuran (2.5 m× 2.5 m), kemudian dihitung populasi yang masuk kedalam ubinan, ditimbang tongkol berkelobot kemudian dijumlahkan.
HASIL
Kondisi Umum Penelitian Keragaan biomulsa Arachis pintoi dengan tillage area masing-masing sisi sebelah kiri dan sebelah kanan dengan jarak 15 cm dari titik tengah tanaman dapat dilihat pada Gambar 2. Tillage area dibesihkan dan digunakan sebagai area pemupukan, selain itu untuk memberikan ruang tumbuh pada enam varietas tanaman jagung manis. Dengan menyediakan ruang tumbuh seperti ini diharapkan tidak menyebabkan persaingan sumberdaya pupuk dan sumber hara lainnya.
Gambar 2 Keragaan penutupan Arachis pintoi Secara umum penelitian ini memperlihatkan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis pada petak yang ditanami kacang hias lebih rendah dibandingkan petak yang diolah secara konvensional. Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan pengolahan tanah terhadap petumbuhan dan produksi enam varietas jagung manis Peubah Tinggi tanaman 4 MST
Ulangan a
Diameter batang 4 MST
39.0
*
12.2
*
Jumlah daun 4 MST Tinggi tanaman 7 MST
Olah tanah tn
a
Diameter batang 7 MST Jumlah daun 7 MST Umur berbunga Bobot tongkol berkelobot Bobot tongkol tanpa kelobot
1.6 6641.4* 4.8tn 8.8** 2.0** 646.8tn tn
547.1
25.1
Varietas tn **
21.3
**
2.3 954.8
tn **
46.7
**
3.4 1.4** 13043.5
**
4452.2
**
Panjang tongkol
1.7tn
Diameter tongkol
5.6tn
21.3
10521.2*
24698.7
Jumlah biji Ubinan aMST
838256.5
tn
**
18.3
Interaksi *
41.4
tn
5.02
tn
0.2
*
971.9
**
26.5
tn
0.6 155.3** **
8640.6
**
4407.8
**
18.4
tn
37.6
**
52364.9
**
KK (%) tn
8.7
8.1
tn
8.7
tn
9.7
tn
6.3
tn
0.2 0.4**
4.8 0.3
tn
11
tn
12.8
tn
7.4
tn
5.5
tn
7.5
tn
11
0.1 252.9
5.1
706.3 626.7
3.9
**
4.4
**
2872.8
**
16904432.2 11198253
7.7
tn
1.5
915373.5
: minggu setelah tanam ; *: berpengaruh nyata pada taraf 5%; **: berpengaruh nyata pada taraf 1% ; tn : tidak berpengaruh nyata
11
Pertumbuhan Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa sistem olah tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis (Tabel 1). Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang dan jumlah daun enam varietas jagung manis pada pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa Perlakuan Olah tanah Konvensional
Tinggi tanaman (cm)
Diameter batang (cm)
Jumlah daun
191.6
2.3a
11.3a
181.3
2.1b
10.7 b
Talenta
173.1bc
2.5a
11.3a
Jambore
195.9ab
2.3ab
11.1a
Benimas
198.8a
2.2bc
11.1a
Laksmi
189.5abc
2.2bc
11.0a
Golden
193.3ab
2.1c
10.9ab
Hawai
168.2c
1.8d
10.4b
Minimum Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5%
Rata-rata tinggi tanaman, diameter batang, dan jumlah daun menunjukkan bahwa sistem olah tanah minimum memperlihatkan hasil yang lebih rendah dibandingkan sistem olah tanah konvensional. Hasil pengamatan tinggi tanaman pada sistem olah tanah konvensional adalah 191.6 cm, lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan sistem pengolahan tanah minimum (181.3 cm). Diameter tanaman pada sistem olah tanah konvensional adalah 2.3 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan sistem pengolahan tanah minimum (2.1 cm). Pola yang sama ditunjukkan jumlah daun pada sistem olah tanah konvensional adalah 11.3, lebih banyak dan berbeda nyata dengan sistem pengolahan tanah minimum (10.7). Tabel 2 menunjukkan terdapat keragaman yang nyata dalam pertumbuhan antar varietas jagung manis. Tinggi tanaman pada varietas Benimas adalah 198.8 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas Talenta serta Hawaii, sementara varietas Benimas tidak berbeda nyata dengan varietas Jambore, Laksmi dan Golden. Diameter batang varietas Talenta adalah 2.5 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas Benimas, Laksmi, Golden serta Hawaii. Jumlah daun secara umum berkisar antara 10.4 sampai dengan 11.3.
12
Komponen Produksi Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa sistem pengolahan tanah berpengaruh nyata terhadap panjang tongkol dan jumlah biji, tetapi tidak berbeda nyata terhadap diameter tongkol (Tabel 1). Rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah biji enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 Rata-rata panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah biji enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa Perlakuan
Panjang tongkol (cm)
Diameter tongkol (cm)
Jumlah biji per tongkol
Olah tanah Konvensional
19.2a
4.3
550.6a
Minimum
17.8b
4.2
498.2b
Talenta
20.5a
4.5a
510.1c
Jambore
19.1ab
3.8c
608.6b
Benimas
20.2a
4.3ab
667.7a
Laksmi
17.9b
4.2ab
452.5d
Golden
17.6b
4.1b
472.3cd
Hawai
15.9c
4.3ab
435.4d
Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5%
Komponen produksi yang mencakup panjang tongkol, diameter tongkol dan jumlah biji per tongkol menunjukkan bahwa panjang tongkol pada sistem olah tanah konvensional adalah 19.2 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan sistem olah tanah minimum (17.8 cm). Diameter tongkol 4.3 cm, lebih tinggi dan tidak berbeda nyata dengan sistem olah tanah minimum (4.1 cm). Jumlah biji pada sistem olah tanah konvensional 550.6, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan sistem olah tanah minimum (492.2). Panjang tongkol varietas Talenta 20.5 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas Laksmi, Golden dan Hawaii. Diameter tongkol varietas Talenta 4.5 cm, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas Jambore serta Golden. Jumlah biji varietas Benimas 667.7 biji, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan varietas lainnya.
Produksi Perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa berkelobot dan hasil ubinan (Tabel 1). Rata-rata bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tidak berkelobot dan hasil ubinan enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa disajikan pada Tabel 4.
13
Tabel 4 Rata-rata bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tidak berkelobot dan hasil ubinan enam varietas jagung manis pada perlakuan pengolahan tanah dan penanaman biomulsa Perlakuan
Bobot tongkol berkelobot (gram)
Bobot tongkol tidak berkelobot (gram)
Bobot panen per ubinan (kg 6.25m-2)
Olah tanah Konvensional
266.5a
173.9a
9.5a
Minimum
228.4b
151.6b
8.2b
Talenta
312.8a
212.8a
11.2a
Jambore
241.3bcd
150.0bc
8.6bcd
Benimas
262.1b
175.2b
9.4b
Laksmi
246.9bc
146.8c
8.8bc
Golden
209.0d
141.9c
7.5d
Hawai
212.7cd
149.9bc
7.6cd
Varietas
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada peubah yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5%
Produksi tongkol jagung manis per petak pada sistem olah tanah konvensional 9.5 kg/m2 atau setara dengan 15.3 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan olah tanah minimum yang menghasilkan 8.2 kg/m2 atau setara dengan 13.1 ton/ha. Hal ini karena bobot tongkol pada olah tanah konvensional adalah 266.5 gram, lebih tinggi dan berbeda nyata dengan bobot tongkol pada perlakuan olah tanah minimum (228.4 gram). Tabel 4 menunjukkan bahwa Bobot panen per ubinan yang tertinggi diperoleh pada varietas Talenta yaitu 11.2 gram dan berbeda nyata dengan semua varietas yang diuji.
PEMBAHASAN Permasalahan yang timbul akibat pengolahan tanah konvensional dapat diatasi salah satunya dengan teknologi pengolahan tanah minimum yang dikombinasikan dengan teknologi mulsa. Teknologi ini memiliki manfaat secara ekonomi dan ekologi. Manfaat secara ekonomi yaitu menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja. Manfaat secara ekologi diantaranya mencegah kerusakan tanah oleh erosi dan aliran pemukaan, memelihara tanah agar sifat fisik, kimia dan biologi tetap terjaga dalam waktu yang tidak terbatas dan meningkatkan produksi lahan usahatani. Beberapa cara pengolahan tanah minimum diantaranya pengolahan tanah disekitar lobang tanaman, lahan yang akan ditanami dibersihkan dari vegetasi alami baik secara mekanis maupun secara kimia dengan menggunakan herbisida selanjutnya tanah ditutupi mulsa dan sekitar lobang tanaman tanah diolah seperlunya. Pengolahan tanah di sekitar tanaman, pembersihan lahan dari vegetasi alami dan pemberian mulsa sama dengan cara di atas sedang pengolahan tanah dilakukan dalam jalur tempat tumbuh tanaman. Tanpa pengolahan tanah, dalam keadaan struktur dan porositas tanah masih baik maka pengolahan tanah belum diperlukan (Liptan 1990). Penelitian teknologi pengolahan tanah minimum yang dikombinasikan dengan teknologi mulsa banyak dilakukan, berkaitan dengan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penggunaan penutup tanah termasuk kacang hias memberikan pengaruh baik terhadap pertumbuhan maupun produksi tanaman. Penelitian Samad et al. (2009) menunjukkan bahwa penggunaan kacang hias dapat meningkatkan tinggi tanaman kentang. Hasil penelitian Baharuddin (2010) menunjukkan bahwa penggunaan kacang hias sebagai biomulsa dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman tomat yang tidak bereda nyata dengan perlakuan mulsa plastik. Penelitian Taufik et al. (2011) penggunaan kacang hias mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman lada dibandingkan dengan kontrol. Menurut Kartika et al. (2009) Arachis pintoi sebagai biomulsa memiliki manfaat bagi lingkungan antara lain untuk konservasi tanah, mengurangi erosi, memperbaiki lahan yang rusak, mempercepat perputaran nutrisi; memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah; memperbaiki pertumbuhan vegetatif dan generatif dari tananaman utama; meningkatkan jumlah dan kualitas makanan ternak; mengontrol penyebaran penyakit; menekan pertumbuhan gulma; pilihan baru untuk tanaman hias; dan diharapkan sebagai sumber yang baik dari nektar untuk lebah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biomulsa Arachis pintoi memberikan manfaat secara ekologi yaitu meningkatkan produksi lahan usahatani dan secara ekonomi menghemat biaya pengolahan tanah, waktu dan tenaga kerja. Secara umum hasil penelitian respons enam varietas jagung manis (Zea mays L.) terhadap penanaman kacang hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam sistem olah tanah minimum memperlihatkan bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman jagung manis pada petak yang ditanami kacang hias dengan sistem olah tanah minimum lebih rendah dibandingkan petak yang diolah secara konvensional. Hasil analisis ragam memperlihatkan bahwa sistem olah tanah berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan, panjang tongkol, jumlah biji, bobot tongkol berkelobot, bobot tongkol tanpa berkelobot dan hasil ubinan, tetapi tidak berbeda nyata terhadap diameter tongkol (Tabel 1). Produksi tongkol jagung
15
manis per petak pada sistem olah tanah konvensional 9.5 kg/m2 atau setara dengan 15.3 ton/ha, lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan olah tanah minimum yang menghasilkan 8.2 kg/m2 atau setara dengan 13.1 ton/ha (Tabel 4). Penelitian lain menunjukkan bahwa penggunaan biomulsa kacang hias dengan teknik penutupan yang dibiarkan menutupi seluruh permukaan tanah ternyata menekan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung dibandingkan dengan perlakuan tanpa mulsa dengan penyiangan (Sumiahadi 2014). Hasil penelitian Balittan (2004) menunjukkan bahwa kacang hias Arachis pintoi merupakan tanaman tahunan golongan kacangan yang tumbuh menjalar di atas permukaan tanah. Ginting (1995) menyebutkan bahwa akar jagung manis mencapai 100 cm pada saat berbunga dan 80 cm pada fase vegetatif. Crown root dapat berjumlah 20-30 akar dan akan tumbuh akar lateral. Penurunan pertumbuhan dan produksi jagung manis mungkin disebabkan karena tillage area yang terlalu sempit antara jagung dengan Arachis pintoi yaitu masing-masing sisi sebelah kiri dan kanan dengan jarak 15 cm dari titik tengah tanaman, sehingga memungkinkan terjadi persaingan sumberdaya hara. Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan dengan tillage area yang lebih lebar pada penelitian berikutnya. Terdapat keragaman yang nyata antar varietas jagung manis dalam pertumbuhan dan produksinya (Tabel 1). Varietas yang menunjukkan hasil yang tinggi pada produksinya adalah varietas Talenta dan Benimas. Produktivitas varietas Talenta pada sistem olah tanah konvensionl lebih tinggi 19 ton/ha dari varietas Talenta pada sistem olah tanah minimum yaitu 16.8 ton/ha. Varietas Talenta pada sistem olah tanah konvensional mencapai lebih dari potensi hasil pada deskripsi varietas (18.4 ton/ha). Varietas Benimas pada sistem olah tanah konvensionl 16 ton/ha menunjukan produksi lebih tinggi dari varietas Benimas pada sistem olah tanah minimum (14.1 ton/ha). Varietas Benimas belum mencapai potensi hasil pada deskripsi varietas yaitu 33 ton/ha (Lampiran 1). Jagung manis varietas Talenta lebih tinggi produksinya dari varietas lainnya baik dalam sistem olah tanah minimum maupun dalam sistem olah tanah konvensional. Jagung manis memberikan keuntungan relatif tinggi bila dibudidayakan dengan baik (Sudarsana 2000). Permintaan pasar terhadap jagung manis terus meningkat dan peluang pasar yang besar belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan petani dan pengusaha Indonesia karena berbagai kendala. Produktivitas jagung manis di dalam negeri masih rendah dibandingkan dengan negara produsen akibat sistem budidaya yang belum tepat (Palungkun dan Asiani 2004).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. 2. 3.
Pengolahan tanah minimum yang dikombinasikan dengan biomulsa menekan pertumbuhan dan produksi jagung manis. Terdapat keragaman yang nyata antar varietas jagung manis dalam pertumbuhan dan produksinya. Tidak terdapat interaksi antara pengolahan tanah dan varietas terhadap pertumbuhan dan produksi jagung. Saran
Penurunan pertumbuhan dan produksi jagung manis bisa disebabkan karena tillage area yang terlalu sempit, maka perlu dilakukan percobaan dengan tillage area yang lebih lebar pada penelitian berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA Baharuddin R. 2010. Penggunaan kacang hias (Arachis pintoi) sebagai biomulsa pada budidaya tanaman tomat (Lycopersicon esculentum M.). [skripsi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. Balittan. 2004. Kacang hias (Arachis pintoi) pada usaha tani lahan kering. http:// balittanah.litbang.deptan.go.id. [8 April 2015]. [Balitjestro] Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika. 2014. Penerapan teknologi konservasi lahan [Internet].[diunduh 2015 Januari 12].Tersedia pada: http://balitjestro.litbang.pertanian.go.id/id/kebangkitanapel-melalui-program-penghambatan-laju-degradasi-dan-perbaikan-mutulahan-di-kota-batu. Boerhendhy, I. dan M. Sianturi. 1986. Membangun Penutup Tanah Kacangan di Areal Perkebunan Karet. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sembawa. 36 hal. Febrianto Y, Chozin MA. 2014. Pengaruh jarak tanam dan jenis stek terhadap kecepatan penutupan Arachis pintoi Krap. & Greg. sebagai biomulsa pada pertanaman tomat (Licopersicon esculentum M.). Bul. Agrohorti 2(1):37-41. Ginting S. 1995. Diktat mata kuliah Agronomi Tanaman Makanan 1. Fakultas Pertanian USU, Medan. [internet]. [diunduh 2 Desember 2014]. Tersedia pada: usu.ac.id. Gomez KA, Gomez AA. 1995. Prosedur Statistika untuk Penelitian Pertanian. Sjamsudin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research. Junaedi A, Chozin MA, Kim KH. 2006. Ulasan Perkembangan Terkini Kajian Alelopati. Jurnal Hayati. 13(2). Kartika, J.G., M.R. Reyes, dan A.D. Susila. 2009. Review of Literature on Perennial Peanut (Arachis pintoi) as Potential Cover Crop in the Tropics. Kumpulan Makalah Seminar Ilmiah (ed. By Susila et al.). Perhimpunan Hortikultura Indonesia. Bogor. hal 391-399. Kurniawati A. 2006. Pemanfaatan Pegagan sebagai Tanaman Penutup Tanah dengan Sistem Intercropping pada Pertanaman Cabai di Desa Cikarawang.[Laporan Akhir KPM Dosen Muda IPB]. Bogor (ID). [Liptan] Lembaga Informasi Pertanian. 1990. Petunjuk teknis pengolahan tanah dan tanaman dalam rangka pelestarian alam dan konservasi lahan. [internet]. [diunduh 2 Desember 2014]. Tersedia pada: balittra.litbang.pertanian.go.id. Maswar. 2004. Kacang hias (Arachis pintoi) pada usahatani lahan kering. Balai Benelitian Tanah [Internet]. [diunduh 2015 April 10]. Tersedia pada: http://balittanah.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_contentdanvie w=articledanid=43:kacang-hias-arachispintoidancatid=23:leafletdanItemid=91. Monzon JP, Sadras VO, Andrade FH. 2006. Fallow soil evaporation and water storage as affected by stubble in sub-humid (Argentina) and semi-arid (Australia) environments. Field Crops Res. 98:83-90. Neef A, RS Kraft, C Sampet, W Saepueng, S Suriyong. 2004. Seed production potential and participatory vegetative propagation of Kacang hias in different environments in northern Thailand.In: Internat Soil Conservation
Organisation Conf Brisbane, July 2004 Conserving Soil and Water for Society: Sharing Solutions. Paper No.761. Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004. Sweet Corn-Baby Corn : Peluang Bisnis , Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta, 79 hal. Rosliani, R., Y. Hilman, dan N. Nurtika. 2002. Pengaruh tanaman penutup tanah dan mulsa limbah organik terhadap produksi mentimun dan erosi tanah. Jurnal Hortikultura 12(2):81-87. Rubatzky VE dan Yamaguchi M. 1999. World Vegetables: Principle, Production, and Nutritive Value Second Edition. Maryland(US): Aspen Publishers, Inc. Samad S, Mustafa M, Baharuddin, Rampisela A. 2009. Optimalisasi produksi kentang ramah lingkungan di Parigi Kecamatan Tinggi Moncong Kabupaten Gowa. J. Sains. Teknol. 9(1) : 36-43. Sudarsana, K. 2000. Pengaruh Effective Microorganism – 4 (EM-4) dan Kompos pada Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata ) pada Tanah Entisols. [internet]. [diunduh 8 September 2015]. Tersedia pada : www.unmul.ac.id. Suripin. 2002. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI. Sumarni N, Rosiliani R. 2009. Pengaruh Pembenaman Residu Tanaman Penutup Kacang – Kacangan dan Mulsa Jerami Terhadap Hasil Cabai Merah dan Kesuburan Tanah Andisol. Jurnal Hortikultura. 19(1) : 56-65. Sumiahadi A. 2014. Keefektifan biomulsa Kacang hias Krap. & Greg. untuk konservasi tanah dan pengendalian gulma pada pertanaman jagung di lahan kering [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Syukur M, Aziz R. 2013. Jagung Manis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. Taufik M, Khaeruni A, Wahab A, Amiruddin. 2011. Agens hayati dan Arachis pintoi memacu pertumbuhan tanaman lada (Piper nigrum) dan mengurangi kejadian penyakit kuning. Menara Perkebunan 79(2):42-48. Tracy W. 2001. Speciality Corn. Hallauer Arnel R, editor. New York (US): CRC Press. Violic, AD. 2000. Integrated crop menagement. In: R.L. Paliwal, G. Granados, H.R. Lafitte, A.D. Violic, and J.P. Marathee (Eds.). Tropical Maize Improvement and Production. FOA Plant Production and Protection Series, Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome, 28:237282. Wiroatmodjo J, Zulkifli. 1988. Penggunaan Herbisida dan Pembenah Tanah (Soil Conditioner) pada Budidaya Olah Tanah Minimum untuk Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.) . Bul. Agr. Vol.18(2). Williams CN, Uzo JO, Peregrine WTH. 1993. Produksi Sayuran di Daerah Tropika. Ronoprawiro, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
20
Lampiran 1 Deskripsi varietas jagung Talenta Umur panen Tinggi tanaman Berat per tongkol Warna Berat 1.000 biji Hasil tongkol Jarak tanam Kadar gula
: 67 – 75 hari setelah tanam : 157,7 – 264,0 cm : 221,2 – 336,7 g : kuning : 150 – 152 g : 13,0 – 18,4 ton/ha : 75 x 20 cm : 12,1 – 13,6 brix
Pengusul : PT. Agri Makmur Pertiwi Jambore Umur panen Tinggi tanaman Panjang tongkol Warna Berat tongkol Potensi hasil Kadar gula Jarak tanam
: 65-75 hari setelah tanam. : 164– 180 cm. : 18–21 cm dengan diameter 4,7–5,4 cm. : Berwarna kuning dengan 14–16 baris/tongkol. : 325–450 gram. : ± 23 ton/ha. : ± 13,5° brix. : 75 x 20 cm
SK Mentan No.3593/Kpts/SR.120/10/2009, tanggal 19 Oktober 2009 Benimas Umur panen Tinggi tanaman Panjang tongkol Warna Berat tongkol Potensi hasil Kadar gula Jarak tanam
: 82 – 84 hari setelah tanam : 220 – 250 cm : 20 ,0 – 22,0 cm : kuning : 467 – 495 g : 33,0 – 34,5 ton/ha : 13 – 15 brix : 75 x 20 cm
Pengusul
: PT. East West Seed Indonesia
21
SD3 Laksmi Umur panen Tinggi tanaman Warna biji Potensi Produksi Derajat manis Jarak tanam
: 73-75 hari (di Darmaga, 240 m dpl) : 82-128 cm : Kuning cerah : 15 ton tongkol muda : 15-18 brix : 75 x 20 cm
Pemulia
: Fred Rumawas (Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB, Bogor)
Golden Umur panen Batang Perakaran Kerebahan Warna biji Potensi hasil Jarak tanam
: 110 hari : Tinggi dan tegap : Baik : Cukup tahan : Jingga : 4,5 ton/ha pipilan kering : 75 x 20 cm
Asal
: Tequisate Golden Yellow dari Guatemal Hawai
Umur panen Tinggi tanaman Warna biji Potensi hasil Kadar gula Panjang tongkol Berat/tongkol Jarak tanam
: 68/ 75 / 94 hari : 203 cm : Kuning : 17.8 ton/ha : 13.3 % brix : 20.8 cm : 499 gr : 75 x 20 cm
Pengembangan
: Indonesia /Tropis Staff RND PT BISI International, Tbk
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 02 Agustus 1993. Penulis merupakan anak ketiga dari empat orang bersaudara dari pasangan Bapak Darso Kusnadi dan Ibu Siti Hajar. Penulis mengawali pendidikan di SDN 1 Sukarame pada tahun 1999 hingga 2005. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Caringin (2005-2008) dan SMAN 16 Garut (2008-2011). Tahun 2011, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama kuliah penulis aktif dalam beberapa organisasi seperti LDK AlHurriyyah divisi keuangan, BEM TPB Kabinet Madani divisi keuangan, Himpunan Mahasiswa Agronomi divisi PSDM dan BEM Fakultas Pertanian divisi Kebijakan Pertanian. Selain itu penulis juga pernah tergabung dalam kepanitiaan Seminar Kewirausahaan BEM TPB, OPEN HOUSE 49, MPKMB 49, Closing Ceremony MPD AGH, Kajian Rutin KURMA, Bazar LDK Al Hurriyyah, Farewell Party MIT Malaysia, Malam Ramah Tamah Akreditasi ASEAN University of Network IICC dan Festival Buah dan Bunga Nusantara 2013. Penulis pernah mengikuti kompetisi bidang kewirausahaan seperti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 27 Semarang, Wismilak Diplomat Succes Challange, Program Mahasiswa Wirausaha, Wirausaha Muda Mandiri, Wirausaha Muda Jawa Barat, majalah SWA edisi kewirausahaan dan proyek pengabdian masyarakat seperti Pemetaan lahan di Pulau Sapi Kalimantan Utara, Optimalisasi produksi padi IPB 3S di Kabupaten Karawang dan KKP di Desa Sukatani Karawang. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul: Respons Enam Varietas Jagung Manis (Zea mays L.) terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. & Greg.) dalam Sistem Olah Tanah Minimum.