AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Respon Petani Kopi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Terhadap Fluktuasi Harga dan Iklim Suatu Pendekatan Model Oleh: Munajat Abstract This research is to find out coffee farmers response (reflected from the farm area) with the fluctuation of coffee price and the rival plant (pepper and cacao) and the rain fluctuation as the climate of proxy. South Ogan Komering Ulu has been taken as the object because of its famous as coffee area in South Sumatera. The data use time series (1995-2008) with descriptive method and explanatory research. This study use supply response which change the plant area into the field area as distributed lag with nerlove study. The result shows that the coffee farmer in South OKU really responsed with the price fluctuation and climate. The change of coffee price and pepper as the rival commodity will influence the coffee plant area. Its happened also with the climate as the proxy, its also influenced the response of the farmer to add the coffee plant area. Its not same with the cacao because its not influenced the farmers decision to add the plant area. Key words: Coffee farmers response, price fluctuation, nerlove models
PENDAHULUAN Perkebunan kopi menjadi salah satu andalan utama komoditi ekspor dari sektor perkebunan dan memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan asli daerah Sumatera Selatan. Selain itu perkebunan kopi telah menjadi salah satu sumber penghidupan bagi petani kopi, pedagang kopi, industri pengolahan kopi dan eksportir kopi di Propinsi Sumatera Selatan. Beberapa tahun terakhir ini komoditi kopi menjadi bahan pembicaraan di tingkat nasional akibat fluktuasi harga yang cukup tajam, ketidak pastian produksi, mutu produksi dan kurang baiknya pengelolaan paska panen, disamping itu terjadi pergeseran lahan dari komoditi usahatani kopi ke usahatani perkebunan lainya seperti lada, kakau, cengkeh, panili dan lain sebagainya yang dilihat dari sisi harga komoditi tersebut cukup stabil sepanjang tahun bahkan terjadi kenaikan. Secara makro menurut Suyamto et al., (2004), gejolak harga kopi di pasar internasional dikendalikan oleh dinamika produksi kopi di Brasilia, Kolombia, Vietnam, Indonesia dan India. Secara empiris selama kurun waktu dua dasawarsa terakhir, peningkatan jumlah pasokan kopi dunia sejak tahun 1997 disebabkan oleh booming produksi kopi di Vietnam dan panen raya di Brasilia, sementara pasokan dari tiga Negara lima besar lainnya tetap berjalan, meskipun dalam jumlah yang hampir tidak berubah. Tetapi peningkatan jumlah pasokan tersebut tidak selaras dengan peningkatan jumlah permintaan yang relatif stabil (Perfecto dan
Dosen Tetap Program Studi Agribisnis FP Universitas Baturaja
Munajat, Hal; 36 - 41
36
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Armbrecht, 2003), yang akhirnya membuat harga kopi di pasar internasional anjlok sampai ketitik terendah dan berimplikasi terhadap harga kopi di Indonesia. Kabupaten OKU Selatan merupakan salah satu daerah kabupaten di Sumatera Selatan sebagai daerah penyumbang kopi nasional dengan produksi kopi tahun 2006 sebanyak 33716 ton. Dengan menduga setiap tahun terjadi kecenderungan alih tanaman dari komoditi kopi ke komoditi lain yakni lada dan kakau, hal ini merupakan dampak kondisi global yang sering terjadi anjloknya harga yang membuat usahatani ini tidak menguntungkan baik secara finansial maupun dalam jangka panjang secara sosial. Berdasarkan masalah tersebut ingin diketahui respon petani kopi (yang tercermin dari luas areal yang diusahakan) terhadap fluktuasi harga kopi dan harga tanaman yang merupakan tanaman saingan serta fluktuasi curah hujan sebagai proxy dari dari iklim. Informasi studi diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak yang terkait untuk mengambil keputusan dalam kebijakan pembangunan terutama dalam hal peningkatan produksi kopi kaitannya dengan fluktuasi harga. Model Nerlove Menurut Nurung (2010), ada beberapa kemungkinan untuk menspesifikasi respon penawaran kopi, namun yang sesuai untuk data time series adalah dalam bentuk distributed lag. Salah satu bentuk modelnya adalah Partial Adjusment Model yang dikembangkan oleh nerlove tahun 1958, sehingga dikenal dengan MODEL NERLOVE. Model ini dipilih karena mempunyai keunggulan yaitu: (1) galat dari model penyesuaian parsial tidak berhubungan langsung dengan galat sebelumnya karena diasum-sikan galat (et) tidak berkorelasi diri, (2) koefisien penyesuaian parsial variabel tak bebas Yt-1 mem-punyai arti ekonomi yang jelas dan (3) dengan menggunakan nilai koefisien penyesuaian parsial, elastisitas respon penawaran jangka panjang dapat dihitung. Respon penawaran kopi dalam penelitian ini didekati melalui respon luas areal tanam kopi. Alasannya adalah karena penggunaan luas areal tanam sebagai variabel tidak bebas dapat dengan mudah ditentukan atau dikontrol oleh petani (Nerlove,1958; Askari dan Cummings, 1976 dalam Nurung, 2010). Selanjutnya keputusan petani dalam menentukan luas areal tanam merupakan refleksi langsung dari respon petani terhadap perubahan harga. Model dasar supply response dari Nerlove adalah sebagai berikut: Q1* = a + bP1* + cT1 + U1 …………………………………………………... (1) Dimana : Q1* = jumlah produksi yang diiinginkan pada tahun t * P1 = Tingkat harga yang diterima petani pada saat membuat keputusan T1
= Pergeseran penawaran seperti harga produk lain, harga input dan tehnologi.
U1
= variable pengganggu
a,b,c
= parameter
Secara ekonometrik persamaan linear aditif respon luas areal tanam kopi ditulis sebagai berikut:
Munajat, Hal; 36 - 41
37
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
At = βo + βi Pt-i + β2 PLt-i + β3PKt-i + βf CHt + U1 ………………………...…......... (2) Dimana t = periode waktu tahun 1995 - 2008, Untuk mengetahui respon penawaran output karena adanya perubahan harga pasar dilakukan dengan menghitung elastisitas penawaran (εs) dengan persamaan sebagai berikut (Nicholson, 1977) : (εs) =
%Qs ……………………………………………………………….(3) %H
Pendekatan Studi Penelitian ini mengambil daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan dengan pertimbangan merupakan daerah yang terkenal sebagai salah satu daerah produksi kopi di Sumatera Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder time series tahun 1995 - 2008. Metode dasar dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan penjelasan (explanatory research). Sesuai dengan tujuan penelitian maka data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data luas areal tanam kopi, data produksi dan harga kopi, data harga lada, harga kakau, data curah hujan dan data-data lain yang relevan dan dibutuhkan dalarn penelitian ini. Data diambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten OKU dan OKU Selatan serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan OKU dan OKU Selatan dan instansi lain yang terkait. Adapun pertimbangan dalam penelitian ini bahwa kopi rnempunyai tanaman saingan dalam penggunaan lahan dan juga peka terhadap curah hujan, maka untuk mengetahui respon petani kopi terhadap fluktuasi harga dan iklim, digunakan model Supply Response yang digunakan Mubyarto dan Fletcher dalam Nurung (2010) dengan mengganti peubah tak bebas luas tanam menjadi luas panen. Model Supply Response adalah dalam bentuk model distributed lag. Salah satu bentuk modelnya adalah Partial Adjusment Model yang dikembangkan oleh nerlove (1958), sehingga dikenal juga dengan MODEL NERLOVE. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menduga hubungan fungsional antara luas tanam sebagai variabel terikat (dependet variable) dengan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi luas tanam sebagai variabel bebas (independent variable) digunakan analisis regresi linear berganda sebagai berikut: At = βo + βi Pt-i + β2 PLt-i + β3PKt-i + βf CHt ……………………………………………………… (4) Di mana: At = luas tanam kopi pada tahun ke t (ha) b0 = konstanta/interisep Pt-1 = harga kopi pada tahun t-1 (Rp/kg) PLt-1 = harga lada pada tahun t-1 (Rp/kg) PKt-1 = harga kakau pada tahun t-1 (Rp/kg) CHt = jumlah curah hujan pada tahun ke t (mm)
Munajat, Hal; 36 - 41
38
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Hasil pengolahan data dengan menggunakan program SAS diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Pendugaan Respon Luas Tanaman Kopi DEPENDENT VARIABLE: At VAR. Pt-i PLt-1 PKt-1
REGRESSION COEFFICIENT .018 -.245 .107
CHt .583 CONSTANT 3.431 STD. ERROR OF EST. = .110 ADJUSTED R SQUARED = .801
STD. ERROR 3.626 2.910 .816
PROB. .27082 .16592 .11782
3.203
.02858
R SQUARED = .811
.
MULTIPLE R = .830
ANALYSIS OF VARIANCE TABLE SOURCE REGRESSION RESIDUAL TOTAL
SUM OF SQUARES 2.183 .178 2.361
D.F. 4 9 13
MEAN SQUARE .531 .016
F RATIO 16.24
PROB. 1.265E-06
Ketepatan model persamaan penduga diuji dengan Ftest. Apabila Fhitung lebih besar dan pada Ftabel pada tingkat kesalahan (α) tertentu, berarti model tidak ditolak, karena variabel bebas secara bersama-sama dapat menerangkan variabel terikatnya. Hasil penaksiran persamaan penduga seperti terlihat pada tabel di atas diperoleh nilai Fhit sebesar 16,24. Nilai tersebut nyata pada taraf kepercayaan 99%, karena nilai tersebut lebih besar dan nilai Ftebel. Ini berarti model persamaan penduga dapat digunakan untuk menerangkan pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap respon petani kopi terhadap fluktuasi harga dan iklim di Kabupaten OKU Selatan. Lebih lanjut, untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya dapat dijelaskan oleh koefisien determinasi (R2). Hasil penaksiran persamaan penduga di atas diperoleh nilai R2 sebesar 0,81 ini berarti sekitar 81% luas tanam kopi di Kabupaten OKU Selatan diterangkan oleh vaniabel bebasnya, sedang sisanya 19 % diterangkan oleh faktor lain di luar variabel yang ada dalam model. Hasil analisis menunjukkan bahwa dan 4 variabel yang dimasukkan dalam model, ada 3 variabel yang signifikan, yaitu harga riil kopi pada tahun t-1, harga riil lada pada tahun t-1 dan curah hujan pada tahun t-1. Sementara varabel bebas harga riil kopi pada tahun sebelumnya memberikan tanda postif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Ini berarti apabila harga kopi pada tahun sebelumnya meningkat maka akan terjadi peningkatan luas tanam kopi pada tahun. Demikian juga untuk curah hujan yang bertanda positif dan siginifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Ini berarti apabila ada peningkatan curah hujan pada tahun sebelumnya maka akan terjadi peningkatan luas tanaman kopi pada tahun. Sedangkan untuk harga lada pada tahun sebelumnya memberikan tanda yang negatif dan signifikan pada tingkat kepercayaan 99%. Ini berarti apabila terjadi peningkatan harga lada pada tahun sebelumnya maka akan menurunkan luas tanam kopi ada tahun. Dengan nilai koefisien regresi yang bertanda negatif memberikan petunjuk bahwa tanaman lada merupakan komoditi substitusi bagi bawang merah yang akan diusahakan oleh petani kopi. Munajat, Hal; 36 - 41
39
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Hasil analisis dengan menggunakan model Supply Response menunjukkan bahwa harga kopi pada tahun sebelumnya, harga lada pada tahun sebelumya dan curah hujan pada tahun sebelumnya memberikan pengaruh nyata terhadap luas tanaman kopi pada tahun. Sedangkan harga kakau pada tahun sebelumnya tidak memberikan pengaruh nyata. Respon penawaran output karena adanya perubahan harga pasar biasanya dinyatakan dengan ukuran elastisitas. Untuk mengetahui besarnya elastisitas dan variabel-variabel yang diteliti, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2. Elastisitas Jangka Pendek dan Jangka Panjang Luas Areal Tanam Kopi Terhadap Harga Kopi dan Upah Pekerja Perkebunan No. 1. 2. 3. 4.
Variabel Harga kopi pada tahun t-1 Harga lada pada tahun t-1 Harga kakau pada tahun t-1 Curah hujan
Elastisitas 0.201 -0.236 0.075 0.393
Besarnya elastisitas menunjukkan seberapa besar variabel terikat berubah (dalam hal ini adalah luas tanam) kalau terjadi perubahan pada variabel bebasnya. Nilai elastisitas harga kopi pada tahun sebelumnya sebesar 0,201. Artinya bila harga kopi pada tahun sebelumnya meningkat satu persen maka luas tanam kopi pada tahun akan meningkat sebesar 0,201 %. Kondisi ini memberikan indikasi bahwa petani kopi dalam menentukan luas tanamnya, apakah akan menambah atau mengurangi, sangat ditentukan oleh harga yang terjadi. Ini sesuai dengan teori Cobweb seperti yang diutarakan oleh Mubyarto (1981): Uhyani dan Sugiharti (2004), bahwa kalau harga suatu komoditi meningkat maka petani akan beramai-riamai menanam komoditi tersebut. Demikian pula sebaliknya, apabila harga suatu kornoditi turun, maka petani akan mengganti komoditi tersebut dengan yang lebih menguntungkan. Dari beberapa variabel yang digunakan dalam model ternyata faktor harga tetap memberikan pengaruh yang nyata di dalam memotivasi petani untuk menambah atau mengurangi luas tanamnya. Hal ini karena petani berfikir rasional dan berusaha mendapakan keuntungan yang sebesar-besarnya. Harga yang lebih baik akan meningkatkan pendapatannya dan harga yang rendah akan mengurangi keuntungan atau bahkan malah bisa menimbulkan kerugian (Uhyani dan Sugiharti, 2004). PENUTUP Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bahwa petani kopi di Kabupaten OKU Selatan sangat respon terhadap fluktuasi harga dan iklim. Adanya perubahan harga kopi dan lada sebagai komoditi saingan akan mempengaruhi luas tanam kopi yang akan diusahakan oleh petani. Demikian juga untuk curah hujan sebagai proxy dari iklim juga mempengaruhi perilaku petani untuk memperluas atau mengurangi luas tanam kopi. Sedangkan kakau tidak berpengaruh terhadap keputusan petani untuk menambah atau mengurangi areal tanamnya. Selain itu juga dapat disimpulkan bahwa lada merupakan komoditas saingan kopi dalam memperebutkan lahan. Dengan melihat bahwa harga kopi merupakan variabel yang mempengaruhi petani dalam menentukan luas tanamnya, maka harga perlu diperhatikan agar tidak terlalu berfluktuasi.
Munajat, Hal; 36 - 41
40
AgronobiS, Vol. 2, No. 3, Maret 2010
ISSN: 1979 – 8245X
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebaiknya pemerintah memperhatikan kebijakan dalam hal harga untuk memberikan motivasi dalam pengembangan luas areal tanam kopi rakyat setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik OKU Selatan. 2007. OKU Selatan Dalam Angka. Muaradua: BPS. Mubiyarto. 1981. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES Nerlove, M. 1958. Distributed Lags and Estimation of Long Run Supply and Demand Elastisities. Theoritical Consideration. J. of Farm Economics 40(2):301-304 Perfecto, I and Armbrcht, I. 2003. The coffee agroecosystem in the neotropics: combining ecological and economical goal. In Vandermeer, J.H.(Ed),Tropical Aroecosystems. CRC Press. Uhyani dan Sugiharti, 2004. Respon Petani Bawang Merah Terhadap Harga dan Iklim di Kabupaten Brebes. Jakarta: PERHEPI Nurung, M. 2010. Supply Response Analysis For Production of Small Farmers Coffee Plantation In Bengkulu Province. http://www.himita.freehomepage.com/m.nurung9.n2v4.htm, tanggal 26 April 2010.
Munajat, Hal; 36 - 41
41