RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI YANG DITUMPANGSARIKAN DENGAN JAGUNG TERHADAP PENGATURAN SAAT TANAM DAN JARAK TANAM Wan Arfiani Barus Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk pada Fakultas Pertanian Univ. Amir Hamzah Medan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saat tanam dan jarak tanam yang tepat agar diperoleh pertumbuhan dan hasil kedelai yang optimal dalam sistem tumpangsari kedelai dan jagung. Penelitian dilaksanakan di areal kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Amir Hamzah Medan dari bulan Juni 2004 hingga Agustus 2004. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu faktor Saat Tanam (S) terdiri dari 4 taraf yaitu: S1 (20 hari sebelum tanam jagung), S2 (10 hari sebelum tanam jagung), S3 (saat tanam jagung) dan S4 (10 hari setelah tanam jagung). Faktor yang kedua adalah jarak tanam (J) terdiri dari 3 faktor perlakuan yaitu: faktor J1 (jagung: 75 cm x 20 cm dan kedelai: 40 cm x 10 cm), J2 (jagung: 75 cm x 25 cm dan kedelai: 40 cm x 15 cm) dan J3 (jagung 75 cm x 30 cm dan kedelai 40 cm x 20 cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat tanam kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong/tanaman, jumlah biji/tanaman, berat biji/plot, berat 100 biji kedelai dan bobot pipilan kering jagung. Saat tanam yang paling baik untuk tanaman kedelai pada tumpang sari kedelai dan jagung adalah pada perlakuan S1 yaitu 20 hari sebelum tanam jagung. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jarak tanam mempengaruhi jumlah cabang/ rumpun, jumlah biji/plot dan berat biji/plot. Jarak tanam yang terbaik pada parameter jumlah cabang/ rumpun adalah J3 yaitu 0,40 m x 0,20 m, sedangkan jumlah biji/plot dan berat biji/plot yang terbaik terdapat pada jarak tanam J1 (0,40 m x 0.10 m). Interaksi kedua perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap semua parameter yang diamati. Kata Kunci: Saat Tanam, Jarak Tanam, Tumpangsari Kedelai dan Jagung, Hasil Kedelai.
9
ABSTRACT The purposes of these research were to determine the appropriate time and the exactly plant distance for growth and optimal yield of Soybean within multiple cropping system between corn and soybean. The research was done in the field experiment of agricultural faculty of Amir Hamzah University Medan. The research used block Random Design Factorial consisted of two factors. The first factors was planting time which has four levels, the planting time of soybean and corn, i.e: S1 (20 days before planting the corn), S2 (10 days before planting the corn), S3 (planting time of corn) and S4 ( 10 days after planting the corn). The second factors was the plant distance consisting of three levels , i.e.: J1 (corn: 75 cm x 20 cm and soybean: 40 cm x 10 cm), J2 (corn: 75 cm x 25 cm and soybean: 40 cm x 15 cm) and J3 (corn: 75 cm x 30 cm and soybean: 40 cm x 20 cm). The result indicated that planting time of soybean within multiple cropping system between corn and soybean influenced height of plant, number of branches, number of pod/plant, number of seed/plant, weight of the seed/plot, weight from one hundred seeds of soybean and weight of dry seeds corn. The best planting time for soybean within multiple cropping system between corn and soybean was at S1 ( 20 days before corn planting). The other results of this research showed that the planting distances influenced the number of branches, number of seeds and weight of soybean seeds. The best of planting distances was at J3 (corn: 75 cm x 30 cm and soybean: 40 cm x 20 cm) but the number of seeds/plot and weight of soybean seeds/plot was at J2 (corn: 75 cm x 25 cm and soybean: 40 cm x 15 cm). The interaction of treatments did not influence to all parameters. Key words: Planting time, Planting distances, Yield of soybean multiple cropping system between corn and soybean. PENDAHULUAN Usaha peningkatan produksi pangan harus selalu diupayakan, mengingat pemilikan tanah yang relatif sempit maka peningkatan produksi diarahkan dengan usaha peningkatan intensitas penggunaan lahan dengan sistem tanam ganda (Mimbar, 1990 dalam Darnawi, dkk, 2000). Pengusahaan beberapa jenis tanaman pangan, baik berupa rotasi , tumpangsari, sisipan maupun berurutan akan menjamin keberhasilan usaha tani (Effendi, 1983).
10
Untuk meningkatkan produksi, kedelai dapat ditanam secara tumpangsari dengan jagung (Khalil, 2000). Penanaman ganda atau tumpangsari merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan efisiensi produksifitas lahan, air dan sinar matahari. Masalah yang timbul dalam tanam ganda atau tumpangsari antara lain adalah persaingan antara tanaman dalam pengambilan unsur hara, air dan cahaya (Marthiana dan Baharsyah, 1981).
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai yang Ditumpangsarikan dengan Jagung terhadap Pengaturan Saat Tanam dan Jarak Tanam (Wan Arfiani Barus)
Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pertanaman ganda kedelai dan jagung adalah populasi tanaman, pengaturan jarak tanam dari kedua macam tanaman dan saat tanam (Hiebesch et al, 1995) . Di antara faktor iklim yang penting dan langsung mempengaruhi pertumbuhan kedelai dalam pola penanam ganda ini, terutama faktor cahaya, sebab tanaman kedelai merupakan tanaman yang peka terhadap intensitas cahaya (naungan) (Jiang et al., 1995).
ditumpangsarikan akan mengalami penurunan hasil 6-52% pada tumpangsari kedelai jagung dan 2-56% pada tingkat naungan 33% (Asadi dan Arsyad, 1991).
Menurut beberapa hasil penelitian, produksi kedelai maupun jagung akan turun apabila tanaman tersebut ternaungi. Hasil penelitian Marthiana dan Baharsyah (1981), penundaan saat tanam kedelai 10 hari dan 20 hari setelah jagung dengan populasi 40.000 tanaman per hektar dapat menurunkan hasil 67% dan 69% dibanding dengan tanam bersamaan dan pada populasi 80.000 tanaman per hektar dapat menurunkan 93% dan 94%.
Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNHAM, Desa Medan Estate, Deli Serdang dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut serta topografi daftar.
Saat tanam tersebut mempunyai peranan yang penting dalam sistem tanam ganda, terutama pada tanaman yang peka terhadap naungan . Untuk mengurangi pengaruh tersebut, waktu tanam jagung dan kedelai harus diatur agar pada periode kritis dari suatu pertumbuhan terhadap persaingan dapat ditekan. Tanaman kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan sinar Matahari penuh. Intesitas cahaya dan lama penaungan mempengaruhi pertumbuhan dan hasil kedelai. Penurunan intensitas cahaya menjadi 40% sejak perkecambahan mengakibatkan penurunan jumlah buku, cabang, diameter batang, jumlah polong dan hasil biji serta kadar protein (Baharsyah, dkk., 1985). Tenaman kedelai yang dinaungi atau
Atas dasar uraian-uraian di atas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui saat tanam dan jarak optimal dalam sistem tumpangsari kedelai dan jagung. BAHAN DAN METODE
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2004 sampai dengan bulan Agustus 2004. Bahan dan Alat. Bahan-bahan yang digunakan adalah benih kedelai varietas willis, benih jagung pioneer – 12, Pupuk Urea, SP36 dan KCI, fungisida Dithane M-45, insektisida Azodrin 15 WSC, dan lain-lain yang mendukung penelitian. Alat-alat yang digunakan adalah Cangkul, sekop, ayakan, alat ukur, tali plastik, gelar ukur, timbangan kasar, timbangan analitik, dan lain-lain yang mendukung penelitian. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAK) dengan 2 faktor yaitu perlakuan: 1. Saat tanam kedelai (S) terdiri dari 4 taraf, yaitu S1 (20 hari sebelum tanam jagung), S2 (10 hari sebelum tanam jagung), S3 (Saat tanam jagung ) dan S4 (10 hari setelah tanam jagung). 2. Jarak Tanam (J) terdiri 3 taraf , yaitu: J 1 (Jagung = 75 cm x 20 cm dan Kedelai = 40 cm x 10 cm), J 2 (Jagung = 75 cm x 25 cm dan
11
Kedelai = 40 cm x 15 cm dan J 3 (Jagung = 75 cm x 30 cm dan Kedelai = 40 cm x 20 cm). Kombinasi penelitian ada 12 dengan jumlah ulangan adalah 3. Jumlah plot percobaan seluruhnya 36 plot. Ukuran plot = 250 cm x 150 cm. Jumlah tanaman sample per plot = 5 tanaman. Jarak antar plot = 50 cm dan jarak antar ulangan adalah 75 cm. Parameter Pengamatan. Parameter yang diamati meliputi: Tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong per tanaman, jumlah biji per tanaman, jumlah biji per plot, berat biji per tanaman, berat biji per plot, berat 100 butir dan produksi pipilan kering jagung. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Saat Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Penentuan saat tanam kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung berpengaruh nyata terhadapi tinggi tanaman, jumlah cabang,umur bunga, jumlah polong /tanaman, jumlah biji /tanaman, berat biji/tanaman, berat biji/plot, berat 100 biji kedelai dan produksi pipilan jagung. Pada penelitian ini diuji empat saat/waktu taman kedelai yaitu 20 hari sebelum tanam jagung, 10 hari sebelum tanam jagung, saat tanam jagung dan 10 hari setelah tanam jagung. Perlakuan waktu tanam kedelah yang ditumpangsarikan dengan jagung mempengaruhi pertumbuhan dan produksi kedelai hal ini karena tumpangsari ini mengakibatkan lamanya tanaman kedelai ternaungi akan berbeda-beda dan priode penaungan juga berbedabeda untuk setiap perlakuan. Pengaruh naungan tanaman jagung
12
secara tidak langsung mempengaruhi iklim mikro sekitar tanaman kedelai. Iklim mikro tersebut adalah kelembaban udara menjadi lebih tinggi, konsentrasi meningkat, dan radiasi matahari menjadi lebih rendah (Khalil, 2000) Pertumbuhan tinggi tanaman kedelai menunjukkan respon terhadap perbedaan waktu tanam (Tabel 1). Tanaman tertinggi di peroleh pada perlakuan S 3 (62,77 cm) yaitu kedelai yang ditanam pada saat jagung ditanam, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2 (10 hari sebelum tanam jagung). Tanaman terendah terdapat pada perlakuan (S4) yaitu 10 hari setelah jagung ditanam. Keadaan ini diduga karena pada saat tersebut hara didalam tanah masih cukup tersedia untuk keperluan tanaman, sedangkan selanjutnya berkurang dan terjadi kompetisi penyerapan hara antara kacang kedelai dan jagung. Menurut Jumin (1992) kompetisi tanaman terhadap unsur hara, air dan cahaya akan terjadi bila tanaman di tumpangsarikan. Tanaman bertajuk pendek akan memperoleh sedikit cahaya sehingga pertumbuhannya tertekan. Tanaman kedelai terendah terdapat pada perlakuan 10 hari setelah tanam jagung (S4), karena pada umur 10 hari tanaman jagung telah menaungi tanaman kedelai yang baru ditanam. Akar jagung juga semakin panjang sehingga tidak terimbangi oleh akar kacang kedelai, sehingga penyerapan hara dan air oleh jagung semakin bebas. Menurut Mahyudin dan Widojono (1988) dalam Khalil (2000) laju pertumbuhan tinggi tanaman jagung pada fase awal relatif lambat, tetapi tanaman akan tumbuh cepat pada saat tanaman telah berdaun 5-7 helai.
Untuk komponen produksi kedelai yang meliputi jumlah polong pertanaman, jumlah biji pertanaman, berat biji pertanaman, berat biji / plot, berat 100 biji, masing-masing yang tertinggi terdapat pada perlakuan 20 hari sebelum tanam jagung (S1) namun terus menurun mengikuti taraf perlakuan 10 hari setelah tanam jagung. Penurunan tersebut disebabkan naungan dari daun jagung yang semakin melebar, sehingga kedelai tidak dapat menerima cahaya matahari untuk berlangsungnya proses fotosintetis. Menurut Suprapto (1998) untuk memperoleh hasil kedelai yang maksimal hendaknya kedelai tidak ternaungi lebih dari 20%, atau 80% sinar matahari dapat mencapai permukaan daun. Hasil biji kering menunjukkan penurunan dari perlakuan 20 hari sebelum tanam jagung sampai terendah pada perlakuan 10 HST jagung. Hal ini selain disebabkan karena kompetisi sinar matahari juga kompetisi terhadap kebutuhan air dan unsur hara. Kesumawati (1991) dalam Khalil (2000) menunjukkan bahwa apabila 50% tajuk daun kacang ternaungi akan mengurangi hasil fotosintetis, yang akhirnya hasil biji kacang akan menurun. Bobot pipilan kering jagung tertinggi diperoleh pada perlakuan 20 hari setelah kedele ditanam. Hal ini diduga karena kacang kedelai telah mampu menyumbangkan N hasil fiksasi kedalam tanah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman jagung. Sesuai dengan Kesumawati (1991) dalam Khalil (2000) yang menyatakan perembesan nitrogen dari bintil akar nyata pengaruhnya terhadap penambahan hasil biji jagung yang ditanam bersama leguminosa.
Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah cabang, berat biji / plot, berat 100 biji kedelai dan produksi pipilan kering jagung, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman kedelai , jumlah polong / tanaman, jumlah biji / tanaman, dan berat biji / tanaman (Tabel 1). Pada penelitian ini diuji pengaruh tiga taraf jarak tanaman kedelai yaitu 40 cm x 10 cm (J1), 40 cm x 15 cm (J2) dan 40 cm x 20 cm (J3) yang ditumpangsarikan dengan jagung dengan jarak masing-masing 75 cm x20 cm (untuk J1), 75 cm x 25 cm (untuk J2) dan 75 cm x 30 cm (untuk J3). Ada kecenderungan bahwa jarak tanam yang lebih luas akan menaikkan jumlah cabang, berat biji/plot, berat 100 biji kedelai dan produksi pipilan kering jagung. Hal ini mungkin disebabkan dengan semakin luasnya jarak tanam maka semakin besar pemanfaatan sinar matahari untuk proses fotosintesa dan juga semakin luas kemungkinan untuk pengembangan tanaman sehingga cabang yang jarak tanam lebih luas akan lebih banyak sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1., sebagaimana yang dikemukakan oleh Koswara (1982), menyatakan bahwa kerapatan tanaman (jarak tanam) mempengaruhi populasi tanaman dan keefisienan penggunaan cahaya. Selain itu juga antar tanaman akan berkompetisi di dalam menggunakan air dan zat hara sehigga akan mempengaruhi hasil.
13
Pengaruh Interaksi Saat Tanam dan Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai Interaksi perlakuan saat tanam dan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai dan juga bobot pipilan kering jagung. Kedua faktor penelitian ini bekerja secara sendiri. Pengaruh saat tanam yang digunakan dalam penelitian ini terhadap pertumbuhan dan produksi kedelai tidak tergantung pada jarak tanam, sebaliknya jarak tanam juga tidak tergantung pada kapan kedelai itu ditanam. Kemungkinan hal ini terjadi karena baik saat tanam maupun jarak tanam tidak memberikan suatu interaksi yang lebih menguntungkan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Hal ini disebabkan karena kedua faktor tersebut belum mendukung bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai. Disamping itu banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut, seperti faktor genetik, keadaan lingkungan dan teknik bercocok tanam yang dilakukan. Pendapat ini didukung oleh Sutedjo dan Kartasapoetra (1988), bahwa pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal (hormon dan nutrisi)saja, melainkan saling berkaitan dengan faktor lainnya diantaranya adalah status air dalam jaringan tanaman, suhu udara dalam areal tanaman, keadaan tanah dan intensitas cahaya matahari. Bila salah satu faktor tersebut tidak saling mendukung unsur hara yang diberikan akan menjadi tidak berguna bagi pertumbuhan tanaman. KESIMPULAN Saat tanam kedelai yang ditumpangsarikan dengan jagung mempengaruhi tinggi tanaman, jumlah
14
cabang, jumlah polong/tanaman, jumlah biji/tanaman, berat biji/plot, berat 100 biji kedelai dan bobot pipilan kering jagung. Saat tanam yang paling baik untuk tanaman kedelai pada tumpang sari kedelai dan jagung adalah pada perlakuan S1 yaitu 20 hari sebelum tanam jagung. Jarak tanam mempengaruhi jumlah cabang/ rumpun, jumlah biji/plot dan berat biji/plot. Jarak tanam yang terbaik untuk parameter jumlah cabang/ rumpun adalah J3 yaitu 0,40 m x 0,20 m, sedangkan jumlah biji/plot dan berat biji/plot yang terbaik terdapat pada jarak tanam J1 (0,40 m x 0.10 m). SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk komoditi yang berbeda, misalnya antara padi gogo dan jagung ataupun kacang hijau dengan kedele. DAFTAR PUSTAKA Asadi dan D. M. Arsyad. 1991. Adaptasi Varietas Kedelai pada Pertanaman Tumpangsari dan Naungan Buatan. Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Bogor. Februari 1991. Vol II. Asadi, D. M. Arsyad, H. Zahara, dan Darmijati.1997. Pemuliaan Kedelai untuk Toleran Naungan dan Tumpangsari. Buletin AgroBio 1 (2): 15-20. Baharsyah, J. S., D. Suardi, I. Lias. 1985. Hubungan Iklim dengan Pertumbuhan Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Hal 87-102. Effendi, S. 1983. Pola Tanam dan PengembanganPertanian Indonesia. Risalah Lokakarya Teknologi dan Dampak Penelitian Pola Tanam dan Usaha Tani. Bogor. Gardner, F. P., R. Pearce, and R. L. Mitchel. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan Herawati Susilo. UI Press. Jakarta. Hal 1-44. Gomez, K.A., and A.A. Gomez.1997. Prosedur StatistikUntuk Penelitian Pertanian, Penerjemah Endang Syamsuddin dan Justika Baharsyah. UI-Press, Jakarta. Harjono, D. 1984. Bercocok Tanam Umum. Andi Offset, Yogyakarta. 21 Halaman. Hartati. 1998Pengaruh Saat Tanam dan Populasi Jagung Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman dalam Sistem Tumpang Gilir Kedelai Jagung. Tesis Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Hiebesch, C. K., F. Tetio-Kagho, A. M. Chirembo, and F. P. Gardner. 1995.Plant.Density and Soybean Maturity in A Soybean-Maize Intercrop. Agron. J. 87: 965-969. Jiang, H. and D. B. Egli. 1995. Soybean Seed Number and Crop Growth Rate During. Flowering. Agron. J. 87: 264-267.
di Indonesia dalam S. Somaatmadja. M. Ismunadji. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Halaman 203-224. Khali, M. 2000. Penentuan Waktu Tanam Kacang Tanah dan Dosis Pupuk Posfat terhadap Pertumbuhan, Hasil Kacang Tanah dan Jagung Dalam Sistem Tumpangsari. Agrista. Vol: 4 No 3. Marthiana, M. dan Baharsyah. 2981. Pengaruh Waktu Tanam Kedelai (Glycogen Max (L.) Mer.) terhadap Hasil dan Komponen Hasil Kedua Tanaman. Bull. Agron. XIII(1): 24-34. Mimbar, 1990 dalam Darnawi., Tohari dan Siti Fatimah. 2000. Pengaruh Saat Tanam Jagung dan Kedelai Dalam Sistem Tanam Ganda Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Jurnal Ilmu Pertanian 7(2): 62-71. Rafiuddin. 1994. Waktu Tanam Kedelai dan Pemangkasan Jagung pada TumpangsariJagung Kedelai. Tesis. Program Pascasarjana UGM. Yogyakarta. Setyati, H. M. M. 1983. Pengantar Agronomi. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian IPB. Bogor. Suprapto. 1998. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta 70 hal.
Kanisius,
Sutejo, M. M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta, Jakarta. 177 Halaman. Tangkuman, F. 1978. Kedelai di Indonesia. Latihan Agronomi Pola BertanamLB3 Bogor. Halaman 15222
Kasrino, F., Delima. H. Darmawan, Rusastra, I. W. Erwidido dan C. A. Rasahan. 1984. Permasaran Kedelai
Wahua, T. A. T. and D. A. 1987.Effect of Shading on The -Fixation,Yield and Plant Composition On Field Grow SoyBean. Agron. J. 70(3): 387-392.
Jumin, H. B. 1988. Ekologi Tanaman. Rajawali Press.Jakarta. Kanisius. 1991. Kedelai. Yogyakarta 83 hal.
15
Tabel -1
: Rangkuman Uji Rangkuman Uji Beda Rat-Rata Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai ( Glycine max L. Merrill) yang di Tumpang Sarikan dengan Jagung Pengaturan Saat Tanam dan Jarak Tanam.
Terhadap
111,16
113,44
ab
b
AB
B
Prod. Pipilan Kering Tan. Ja gung/ Plot X 05 01
B
Berat Biji Per Plot (g) 05 01
AB
x
b
Berat Biji Per tanaman (g) 05 01
a
Jumlah Biji Per Tanaman X 05 01
12,39
Jumlah Polong Per Tanaman x 05 01
12,11
JumlahCabang (bh) 05 01
A
x
A
Tinggi Tanaman cm 05 01
a
x
a
Perlakuan
448,19
Berat 100 Biji (g) X 0 01 5 422,90
A
AB
A
a
ab
B
A
101,82
105,84
B
a
A
AB
b
A
a
a
a
b
6,94
10,88
11,00
103,92
a
6,68
A
106,45
A
AB
A
113,82
A
b
a
a
B
A
a
290,57
383,80
a
a
B
A
10,80
b
67,31
b
a
11,76
63,17
4,44
6,31
A
12,22
A
B
A
B
AB
b
a
a
B
a
44,69
60,42
491,58
c
b
b
B
B
369,63
31,75
b
b
5,62
297,87
27,81
24,31
25,58
6,18
A
B
AB
55,38
6,48
A
b
ab
60,21
a
4,08
4,36
26,17
61,10
a
A
AB
27,31
4,81
a
A
28,60
4,69
b
A
C
62,77
b
A
BC
51,30 4,25
a
ab
a
S3
4,46
B
S4 59,14
4,75
58,44
J 54,22
52,24
1
55,22
S1
J2
S2
J3
16
KK(%)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada satu kolom, berbeda nyata pada taraf 5% (huruf kecil) dan berbeda sangat nyata pada taraf 1% (huruf besar) interaksi tidak nyata
Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai yang Ditumpangsarikan dengan Jagung terhadap Pengaturan Saat Tanam dan Jarak Tanam (Wan Arfiani Barus)