VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 RESPON BIBIT KELAPA SAWIT TERHADAP APLIKASI PUPUK HAYATI DAN TANDAN KOSONG SAWIT Susana Tabah Trina Sumihar ABSTRACT This study aims to obtain oil palm seeds with good quality so that it can meet the demand of quality seeds in large numbers in line with the growing of oil palm plantations in Indonesia ,especially in North Sumatra. The research used a randomized block design with 2 factors, biological fertilizer and the compost of oil palm empty fruit bunches The results were: the increase level of the bio fertilizer to the concentration of 15 ml/l would increase the seedling height at the age of 10 weeks, the application of palm oil bunches to the dose of 450 g/plant increased the seedling height at the age of 12 weeks and tended to contribute the highest level of exchangeable-K into the growth media. The application of bio fertilizer of the concentration of 13 ml/l and the compost of oil palm fruit bunches of the dose of 350 g/plant together increased the leaf total area of oil palm seedling. --------------Key words: palm oil seedling, bio fertilizer, Feng Shou, compost, palm oil bunch
I. PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya luas perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara yang tercatat pada Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2009 yaitu 383.651,79 ha menjadi 392.721,45 ha pada tahun 2010, maka kebutuhan akan bibit dalam kuantitas dan kualitas yang tinggi juga semakin meningkat. Selain kebutuhan akan varietas unggul, kultur teknis pada pembibitan juga perlu ditingkatkan melalui berbagai upaya, salah satunya melalui pemupukan. Bibit unggul bersifat responsive terhadap perlakuan pemupukan sehingga dapat menghasilkan bibit yang sehat dengan potensi hasil yang tinggi. Pemberian pupuk yang tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara dapat menghasilkan pertumbuhan bibit kelapa sawit yang jagur. Selain pemupukan, sifat media tanah yang digunakan, khususnya sifat fisik tanah sangat menentukan pertumbuhan bibit. Oleh karena itu media pembibitan umumnya terdiri atas top soil yang dicampur dengan pasir maupun bahan organik sehingga diharapkan diperoleh media dengan kesuburan yang baik. Tandan kosong sawit (TKS) diperkirakan mampu memperbaiki sifat fisik tanah dan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit dapat dikurangi. (Sutarta, S. Winarta dan N.H.Darlan. 2005) . Pupuk hayati Feng Shou merupakan pupuk hayati dengan formula terbaru dari Tiens. Manfaat Feng Shou adalah hasil panen meningkat lebih dari 30 %, menambah ketahanan atau resistensi tanaman terhadap penyakit, dapat digunakan untuk berbagai kondisi tanah dan untuk semua jenis tanaman bermedia tanam 1425 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 tanah, dapat mengurangi penggunaan pestisida, fosfat yang terurai membantu menghasilkan growth hormone penstimulasi (Anonimus, 2010). Berdasarkan hasil uji coba pupuk hayati Fengshou pada tanaman pakchoi di Departemen Hortikultura Fakultas Pertanian Bogor (IPB) diperoleh hasil panen yang meningkat 3 kali lipat, pertumbuhan tanaman lebih cepat, dengan jumlah daun yang lebih banyak dan lebih besar serta penghematan penggunaan pupuk 30 - 50 % (Anonimus, 2011) Aplikasi Pupuk hayati Feng Shou dan kompos TKS diharapkan dapat berinteraksi sinergis karena halnya unsur hara yang terkandung dalam TKS seperti Nitrogen, Fosfor dan Kalium dapat diikat dan diuraikan oleh mikroorganisme yang terkandung di dalam pupuk hayati Feng Shou sehingga unsur hara tersebut menjadi unsur tersedia yang dapat diserap oleh tanaman. Ketersediaan N₂ dalam tanah yang mudah terimobilisasi dalam proses perombakan bahan organik dapat diikat oleh bakteri penambat N₂ sementara Fosfor dan Kalium yang terkandung dalam TKS dapat dilarutkan oleh bakteri pelarut Fosfat dan Kalium yang terkandung dalam pupuk hayati Feng Shou. II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1. Bahan. Penelitian ini menggunakan bahan tanam kecambah kelapa sawit varietas Tenera, Kompos TKS dan pupuk hayati Feng Shou. 2.2 Metode. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu : Kompos Tandan Kosong Sawit dengan 4 taraf yaitu: H0 = 0 % (tanpa aplikasi kompos TKS), H1 = 5 %, H2 = 10 % dan H3 = 15 %, dan Pupuk hayati Feng Shou dengan 4 taraf yaitu: P0= 0 ml/1000 ml air/bibit kelapa sawit (tanpa aplikasi Feng Shou), P1= 10 ml/1 l air/bibit kelapa sawit , P2= 20 ml/1 l air/bibit kelapa sawit, dan P3= 30 ml/1 l air/bibit kelapa sawit. 2.3 Analisis data. Data dianalisis dengan sidik ragam pada taraf uji 1% dan 5%. Untuk pengaruh perlakuan yang nyata, maka data diuji dengan uji beda Duncan pada taraf uji 1% dan 5%. III. PELAKSANAAN PENELITIAN Perlakuan pupuk hayati Feng Shou diberikan pada bibit ketika bibit kelapa sawit mulai berdaun dua selanjutnya secara teratur pupuk hayati Feng Shou diaplikasikan 1 kali sebulan. Masing-masing perlakuan diulang dalam 4 kelompok. Peubah yang diamati yaitu: tinggi bibit (cm), diameter batang (mm), Jumlah daun (helai), total luas daun (cm2), bobot basah bibit (g), bobot kering bibit (g), panjang akar (cm), bobot basah akar (g) dan bobot kering akar (g). 1426 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Berdasarkan sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan Pupuk Hayati Feng shou berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit umur 6, 8 dan 12 minggu setelah tanam (MST) tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 10 MST. Perlakuan Kompos TKS berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit umur 6, 8 dan 10 MST, tetapi berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit umur 12 MST. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk hayati pada umur bibit sawit 10 MST yang menghasilkan bibit paling tinggi adalah perlakuan F 3 (15 ml/l air) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan F₁ (5 ml/l air), berbeda nyata dengan Fₒ (0 ml/l air), tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan F₂ (10 ml/l air). Tabel 1. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit Tinggi Tanaman pada Umur 10 MST (cm) Kompos Tandan Kosong Sawit (g/bibit)
Pupuk Hayati (ml/l air) F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
F3 (15)
Rata-rata
T0 (0) 11.58 13.03 15.60 18.10 14.58 T1 (150) 14.25 11.65 16.55 15.92 14.59 T2 (300) 16.97 14.60 18.44 18.98 17.25 T3 (450) 17.15 17.35 14.93 19.52 17.24 Rata-rata 14.99 aAB 14.16 aA 16.38 abAB 18.13 bB Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan
Gambar 1. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Tinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST
Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan tinggi bibit kelapa sawit pada umur 10 MST berbentuk linear positif (Gambar 1), artinya semakin tinggi konsentrasi pupuk hayati yang diberikan 1427 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 hingga 15 ml/l air maka tinggi bibit kelapa sawit juga akan bertambah. R² sebesar 0.747 menyatakan bahwa 74.7 % tinggi bibit sawit yang dihasilkan disebabkan oleh perlakuan konsentrasi pupuk hayati. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa, perlakuan kompos TKS pada bibit sawit umur 12 MST menghasilkan bibit sawit tertinggi pada dosis T3 (450 g/bibit) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan T0 (0 gr/bibit) dan berbeda nyata dengan T1 (5 gr/bibit) tetapi berbeda tidak nyata dengan perlakuan T2 (10 gr/bibit). Tabel 2. Rata-Rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST akibat Perlakuan Pupuk Hayati dan Kompos Tandan Kosong Sawit Tinggi Tanaman pada Umur 12MST (cm) Pupuk Hayati (ml/l air)
Kompos Tandan Kosong Sawit (g/bibit)
F0 (0)
F1 (5)
F2 (10)
T0 (0) T1 (150)
12.81 16.31
14.30 17.99
16.79 18.43
17.58 17.70
15.37 aA 17.61 bAB
T2 (300) T3 (450)
19.07 20.33
16.55 20.35
20.50 17.58
21.20 21.66
19.33 bcB 20.03 cB
F3 (15)
Rata-rata
Rata-rata
17.13 17.30 18.33 19.54 Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan
Tinggi Bibit (cm)
25 20
15 ŷ = 0,010x + 15,73 R² = 0,953
10 5 0 0
150
300
450
Dosis Kompos TKS (gr/bibit) Gambar 2. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Tinggi Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST
Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis kompos TKS dengan tinggi bibit pada umur 12 MST berbentuk linear positif (Gambar 2). Artinya dengan semakin tinggi dosis kompos TKS yang diberikan hingga 450 gl/bibit maka tinggi bibit kelapa sawit juga semakin bertambah. R² sebesar 0.953 1428 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 menyatakan bahwa 95.3 % tinggi bibit sawit yang dihasilkan disebabkan oleh perlakuan dosis Kompos TKS. 4.2. Diameter Batang (cm) Hasil sidik ragam menyatakan bahwa perlakuan TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang bibit kelapa sawit pada umur 6 dan 12 MST. 4.3. Jumlah Daun (helai) Hasil sidik ragam menyatakan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun bibit kelapa sawit pada semua umur pengamatan. 4.4. Luas Daun (cm²) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh nyata terhadap luas daun bibit kelapa sawit pada umur 6 MST. Interaksi antara kompos TKS dan pupuk berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap luas daun bibit sawit pada umur 8, 10 dan 12 MST dan tidak nyata pada umur 6 MST. Tabel 3. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Total Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 6 MST (cm2) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) Rata-rata (g/bibit) T0 (0) 9,66 7,68 8,42 15,01 10.19 T1 (150) 5,82 10,10 12,00 10,40 9.58 T2 (300) 12,10 6,94 8,71 12,66 10.10 T3 (450) 12,87 6,69 7,62 12,67 9.96 Rataan 10,11abA 7,85aA 9,20abA 12,69bA Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan.
Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi pupuk hayati yang memberikan luas daun yang terluas pada umur 6 MST adalah perlakuan F3 (15 ml/l air), berbeda nyata dengan perlakuan F1 (5 ml/l air), berbeda tidak nyata dengan perlakuan F2 (10 ml/l air) dan F0 (0 ml/l air). Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit pada umur 6 MST berbentuk kuadratik (Gambar 3). Artinya denagan pemberian dosis konsentrasi pupuk hayati optimum 15 ml/l air maka luas daun bibit semakin bertambah hingga luas daun maksimum 12,69 cm2. R² sebesar 0.991 menyatakan bahwa 99.1 % luas daun bibit sawit umur 6 MST disebabkan oleh perlakuan konsentrasi pupuk hayati. 1429 _____________ ISSN 0853-0203
Luas daun (cm2)
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444
14 12 10 8 6 4 2 0 0
ŷ = 0,057x2 - 0,680x + 10,03 R² = 0,991 Ymax=12,69cm2 , pada F opt=15 ml/l air 5 10
15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air) Gambar 3. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 6 MS
Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan TKS dan pupuk hayati pada umur bibit 8 MST yang menghasilkan daun yang terluas adalah F₃T₃, berbeda sangat nyata dengan perlakuan F₃T₁, F₂T₃, F₁Tₒ, FₒT₃, FₒT₁ dan FₒTₒ, berbeda nyata dengan perlakuan F₃T₂ , F₃Tₒ, F₂T₁, F₂Tₒ, dan F₁T₁, tetapi berbeda tidak yata dengan perlakuan F₂T2, F₁T₃, F₁T₂ dan FₒT₂. Tabel 4. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati. Total Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 8 MST (cm2) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) (g/bibit) T0 (0) 18.26 abAB 12.78 aA 27.54 cdBCD 29.02 cdCD T1 (150) 24.06 bcBC 28.26 cdCD 27.84 cdCD 24.34 bcBC T2 (300) 30.65 cdeCD 32.78 deCD 31.77 deCD 27.84 cdCD T3 (450) 24.18 bcBC 32.89 deCD 26.59 cdBC 37.11 eD Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan.
Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit kelapa sawit pada umur 8 MST berbentuk kubik pada F waktu T0 dan F waktu T3 (Gambar 4). Artinya dengan pemberian konsentrasi pupuk hayati optimum 4 ml/l air, daun bibit semakin luas hingga total luas daun optimum 33,35 cm2, kemudian tidak meningkatkan luas daun bibit lagi pada kosentrasi pupuk hayati 10 ml/l air namun luas daun bibit perlahan-lahan meningkat dengan pemberian sampai konsentrasi pupuk hayati 15 ml/l air. R² sebesar 1 menyatakan bahwa 100 % luas daun bibit sawit umur 8 MST disebabkan oleh perlakuan konsentrasi pupuk hayati. pada berbagai dosis kompos TKS 1430 _____________ ISSN 0853-0203
Luas daun (cm2)
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444
40 35 30 25 20 15 10 5 0
ŷ (T3) = 0,042x3 - 0,936x2 + 5,365x + 24,18 R² = 1 Y opt = 33,35 cm2, pada F = 4 ml/l air
TT3 T0
ŷ (T0) = -0,044x3 + 1,075x2 - 5,354x + 18,26 R² = 1 0
5
10
15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air)
Luas Daun (cm2)
Gambar 4. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 8 MST pada Berbagai Dosis Kompos TKS 40 35 30 25 20 15 10 5 0
ŷ (F0) =
-0,000x2
+ 0,077x + 17,56 R² = 0,875
ŷ (F3) = 0,000x2 - 0,051x + 28,9 F3 R² = 0,996 F1 F0
ŷ (F1)= -0,000x2 + 0,120x + 13,10 R² = 0,992 Ymax = 34 cm2, pada T opt. = 350 gr/bibit 0
150
300
450
Dosis Kompos TKS (g/bibit) Gambar 5. Hubungan Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 8 MST pada Berbagai Konsentrasi Pupuk Hayati.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis kompos TKS dengan luas daun bibit pada umur 8 MST berbentuk kuadratik (Gambar 5). Artinya dengan pemberian pupuk TKS optimum 350 gr/bibit, daun semakin luas hingga maksimum 34 cm2, kemudian tidak meningkat lagi dengan dosis TKS diatas 350 gr/bibit. Secara umum luas daun pada semua taraf Kompos TKS yang paling tinggi yaitu pada pemberian pupuk hayati konsentrasi taraf F3 (15 ml /l air). R² sebesar 0.992 menyatakan bahwa 99.2 % luas daun bibit sawit umur 8 MST disebabkan oleh perlakuan dosis kompos TKS pada berbagai konsentrasi pupuk hayati.
1431 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 Tabel 5. Rata-rata luas daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 10 MST (cm2) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) (g/bibit) T0 (0) 20,34 abAB 14,81 aA 29,51 cdeBCD 31,22 cdeCDE T1 (150)
25,68 bcBC
29,34 cdeBCD
29,30 cdeBCD 25,61 bcBC
T2 (300)
33.10 defCDE
34,83 efCDE
34,22 defCDE
29,76 cdeBCD
T3 (450) 27.32 cdBCD 36,23 efDE 29,53 cdeBCD 39,75 ef Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan.
Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati dan Kompos TKS pada umur 10 MST yang menghasilkan daun terluas adalah F₃T₃ , berbeda tidak nyata dengan perlakuan FₒT₂, F₁T₁, F₁T₂, F₁T₃, F₂Tₒ, F₂T₁, F₂T₂, F₂T₃, F₃Tₒ dan F₃T₂, tetapi berbeda nyata dan sangat nyata dengan kombinasi perlakuan lainnya. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk hayati dengan luas daun bibit pada umur 10 MST kubik ketika F waktu T0 dan F waktu T3 (Gambar 6). Artinya dengan pemberian konsentrasi pupuk hayati optimum 4 ml/l air, luas daun semakin meningkat hingga luas daunnya mencapai maksimal 36,72 cm2 kemudian luas daun tidak bertambah lagi setelah konsentrasi pupuk hayati lebih besar dari 4 ml/l air tetapi luas daun mulai bertambah luasnya dari pemberian pupuk hayati dengan konsentrasi antara 10 sampai dengan 15 ml/l air. Secara umum luas daun pada semua taraf konsentrasi Pupuk Hayati yang paling tinggi yaitu T3 kemudian diikuti dengan T0. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan Kompos TKS dengan luas daun bibit sawit pada umur 10 MST berbentuk kuadratik ketika T pada Fₒ, F₁ dan F₃ (Gambar 7). Artinya dengan pemberian dosis kompos TKS optimum 400 gr/bibit, bibit semakin luas hingga luas daun maksimum 36,5 cm2, kemudian luas daun tidak meningkat lagi dengan pemberian kompos TKS dengan dosis diatas 400 gr/bibit bahkan luas daun semakin kecil. Secara umum luas daun pada semua taraf Kompos TKS yang paling tinggi yaitu F3 di ikuti secara berturut-turut pada taraf F1 dan F0.
1432 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 ŷ (T3)= 0,043x3 - 0,963x2 + 5,514x + 27,32 R² = 1 Y max =36,73, pada F opt = 4 ml/l air
Luas Daun (cm2)
50
40
T3 T0
30 20 10 0 0
5
ŷ (T0) = -0,044x3 + 1,069x2 - 5,343x + 20,34 R² = 1 10 15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air) Gambar 6. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST pada Berbagai Dosis TKS.
R² sebesar 1 menyatakan bahwa 100 % luas daun bibit sawit umur MST 10 MST disebabkan oleh perlakuan konsentrasi pupuk hayati pada brtbagai dosis kompoas THS. Luas Daun (cm2)
50
ŷ (F0)= -0,000x2 + 0,074x + 19,57 R² = 0,859
40
ŷ (F3) = 0,000x2 - 0,058x + 31,02 R² = 0,992
30
F3 F1 F0
20 10 0 0
ŷ (F1) = -0,000x2 + 0,108x + 15,14 R² = 0,991 Y max = 36,5 cm2, Pada T opt. = 400 gr/bibit 150 300
450
Dosis Kompos TKS (g/bibit) Gambar 7. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 10 MST pada Berbagai Taraf Konsentrasi Pupuk Hayati.
Tabel 6 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk hayati dengan kompos TKS pada umur 12 MST yang menghasilkan daun yang terluas adalah F₃T₃ , berbeda tidak nyata dengan perlakuan FₒT₂ , F₁T₂ , F₁T₃ , dan F₂T₂ , tetapi berbeda nyata dan sangat nyata dengan perlakuan lainnya. R² sebesar 0.992 menyatakan bahwa 99.2 % luas daun bibit sawit umur 10 MST disebabkan oleh perlakuan dosis kompos TKS pada berbagai konsentrasi pupuk hayati.
1433 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 Tabel 6. Rata-rata Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Total Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (cm2) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) (g/polibeg) T0 (0) 21,17 abAB 15,56 aA 30,07 cdBC 31,98 cdCD T1 (150) 27,60 bcBC 31,32 cdBCD 31,07 cdBCD 27,68 bcBC T2 (300) 34,31 cdeCD 35,85 deCD 36,19 deCD 30,80 cdBC T3 (450) 28,80 cdBC 34,85 cdeCD 32,49 cdCD 41,62 eD Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan konsentrasi pupuk
Luas Daun (cm2)
hayati dengan luas daun bibit pada umur 12 MST berbentuk kubik ketika F pada T (Gambar 8)1. Artinya dengan pemberian konsentrasi pupuk hayati hingga optimum 13 ml/l air, luas daun semakin bertambah dan maksimal 35 cm2, luas daun tidak meningkat lagi pada konsentrasi pupuk hayati di atas 13 ml/l air bahkan luas daun bibit kelapa sawit semakin menurun. R² sebesar 1 menyatakan bahwa 100 % luas daun bibit sawit umur 12 MST disebabkan oleh perlakuan konsentrasi pupuk hayati pada berbagai dosis kompos TKS. ŷ (F0) = -0,043x3 + 1,062x2 - 5,351x + 21,17 R² = 1 Ymax = 35 cm2, pada F opt. = 13 ml/l air
50 40 30 20 10 0 0
5
10
T1
15
Konsentrasi Pupuk Hayati (ml/l air) Gambar 8. Hubungan Konsentrasi Pupuk Hayati dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST pada Berbagai Taraf Dosis Kompos TKS.
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis TKS dengan luas daun bibit pada umur 12 MST berbentuk kuadratik ketika T pada F0, T pada F1 dan T pada F3 (Gambar 9) Artinya dengan pemberian kompos TKS sampai optimum 350 gr/bibit, bibit semakin meningkat luas daunnya sampai maksimum 37 cm2, kemudian luas daun tidak meningkat lagi pada dosis TKS di atas 350 gr/bibit bahkan luas daun bibit sawit menurun. Secara umum luas daun pada semua taraf dosis TKS yang paling tinggi yaitu pada F3 di ikuti secara berturutturut pada taraf F1 dan F0. R² sebesar 1 menyatakan bahwa 100 % luas daun bibit sawit umur 12 MST disebabkan oleh perlakuan kompos TKS pada berbagai dosis konsentrasi pupuk hayati 1434 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444
Luas Daun (cm2)
50 ŷ (F0) = -0,000x2 + 0,076x + 20,95 R² = 0,897
40 30
ŷ (F3)= 0,000x2 - 0,054x + 31,99 R² = 1 F3 F1 F0
20
y = -0.000x2 + 0.125x + 15.78 R² = 0.993
10 0 0
150
300
450
Dosis Kompos TKS (g/bibit) Gambar 9. Hubungan Dosis Kompos TKS dengan Luas Daun Bibit Kelapa Sawit Umur 12 MST pada Berbagai taraf Konsentrasi Pupuk Hayati.
3.5. Bobot Basah Bibit (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. 4.6. Bobot Kering Bibit (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. 4.7. Panjang Akar (cm) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan kompos TKS dan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap panjang akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST. 4.8. Bobot Basah Akar (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar bibit kelapa sawit tetapi perlakuan kompos TKS berpengaruh sangat nyata terhadap bobot basah bibit kelapa sawit. Rata-rata bobot basah akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST akibat perlakuan pupuk hayati dan kompos TKS dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8 menunjukkan bahwa perlakuan Tandan Kosong sawit pada dosis 450 g/polibeg (T₃) menghasilkan bobot basah akar tertinggi yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan Tₒ (0 g/polibeg), berbeda nyata dengan perlakuan T₁ (150 g/polibeg) dan T₂ (300 g/polibeg). Perlekuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot basah akar. 1435 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444
Bobot Basah Akar (gr)
Tabel 8. Rata-rata Bobot Basah Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Bobot basah Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (g) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) Rata-rata (g/bibit) T0 (0) 0.70 0.87 0.80 0.80 0.79 aA T1 (150) 0.87 0.90 1.07 0.93 0.94 aAB T2 (300) 1.07 0.70 1.00 1.00 0.94 aAB T3 (450) 1.23 1.67 1.13 1.57 1.40 bB Rata-rata 0.97 1.04 1.11 1.08 Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan 1.60 1.40 1.20 1.00 0.80 0.60 0.40 0.20 0.00
ŷ = 0,001x + 0,745 R² = 0,797
0
150
300
450
Dosis TKS g/bibit Gambar 10. Hubungan Dosis TKS dengan Berat Basah Akar 12 MST
Bibit Kelapa Sawit Umur
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis TKS dengan bobot basah akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST berbentuk linier (Gambar 10). Artinya dengan meningkatnya dosis kompos TKS maka bobot basah akar bibit kelapa sawit juga semakin meningkat. R² sebesar 0.797 menyatakan bahwa 79.7 % berat basah akar bibit sawit umur 12 MST disebabkan oleh perlakuan dosis kompos TKS. 4.9. Bobot Kering Akar (g) Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit tetapi perlakuan kompos TKS berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering bibit kelapa sawit. Rata-rata bobot kering akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST akibat perlakuan pupuk hayati dan kompos TKS dapat dilihat pada tabel 9.
1436 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 Tabel 9. Rata-rata Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST Akibat Perlakuan Kompos TKS dan Pupuk Hayati Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Pada Umur 12 MST (g) Kompos Tandan Pupuk Hayati (ml/l air) Kosong Sawit F0 (0) F1 (5) F2 (10) F3 (15) Rataan (g/bibit) T0 (0) 0.20 0.27 0.27 0.20 0.23 aA T1 (150) 0.33 0.33 0.37 0.33 0.34 bAB T2 (300) 0.30 0.27 0.33 0.30 0.30 aBA T3 (450) 0.43 0.57 0.22 0.50 0.44 cB 0.32 0.36 0.30 0.33 Keterangan :Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom atau baris berbeda tidak nyata pada taraf α = 0,05 (huruf kecil) dan α = 0,01 (huruf besar) berdasarkan Uji Duncan
Bobot Kering Akar (gr)
Tabel 9 menunjukkan bahwa perlakuan Tandan Kosong sawit pada dosis 450 g/bibit (T₃) menghasilkan bobot kering akar tertinggi yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan Tₒ (0 g/bibit), berbeda nyata dengan perlakuan T₁ (150 g/bibit) dan T₂ (300 g/bibit). Perlakuan pupuk hayati berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar. 0.50 0.40 0.30 0.20 ŷ = 0,000x + 0,241 R² = 0,744
0.10 0.00 0
150
300
450
Dosis TKS (g/bibit) Gambar 11. Hubungan Dosis TKS dengan Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Umur 12MST
Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hubungan dosis TKS dengan bobot kering akar bibit kelapa sawit pada umur 12 MST berbentuk linier (Gambar 11). Artinya dengan meningkatnya dosis kompos TKS maka bobot kering akar bibit kelapa sawit juga semakin meningkat. R² sebesar 0.744 menyatakan bahwa 74.4 % bobot kering akar bibit sawit umur 12 MST disebabkan oleh perlakuan dosis kompos TKS. 4.10. K-Tukar (me/100 gr) Hasil analisis tanah di laboratorium mengenai K-tukar (K-tersedia) dicantumkan pada Tabel 10. Rataan K-tukar (me/100 gr) Pengamatan ini tidak 1437 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 diuji secara statistik tetapi digunakan sebagai pembanding (trend) ketersediaan kalium yang disumbangkan oleh kompos TKS. Tabel 13. Rataan K-tukar (me/100gr) Akibat Perlalakuan Kompos TKS dengan Pupuk Hayati di Akhir Penelitian Sebelum Setelah Perlakuan Perlakuan TxF F1 F2 F3 Rataan F0 T0 0,25 (r) 0,40 (s) 0,45 (s) 0,55 (s) 0,43 (s) 0,30 (s) T1 0,25 (r) 0,60 (t) 0,54 (s) 0,65 (t) 0,56 (s) 0,45 (s) T2 0,25 (r) 0,70 (t) 0,58(t) 0,64 (t) 0,57 (s) 0,35 (s) T3
0,25 (r)
0,71 (t)
0,66 (t)
0,58 (t)
0,70 (t)
0,66 (t)
Rataan 0,59 (t) 0,54(s) 0,64 (t) 0,45 (s) Keterangan: sr = sangat rendah (<0,10), r = rendah (0,10 – 0,20), s = sedang (0,30 – 0,50), t = tinggi (0,60 – 1,00), st =sangat tinggi (>1,00) Sumber: Hasil analisis tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
4.11. Pengaruh Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pupuk Hayati mengandung beragam jenis mikroba khusus yang dapat membantu mengikat senyawa Nitrogen (N) dan menguraikan Fosfat (P) dan Kalium (K). Kandungan mikroba yang terdapat dalam pupuk hayati Feng Shou adalah 1,52 x 105 Cfu/ml mikroba pelarut fosfat, 8 x 107 Cfu/ml Azosprillium sp, 9 x107 Cfu/ml Azotobacter sp, 9 x107 Cfu/ml Pseudomonas sp dan 2,5 x 104 Cfu/ml Bakteri Selulotik (Anonimus, 2010). Pupuk hayati berpengaruh nyata terhahap tinggi bibit pada umur 10 MST. Hal ini karena pupuk hayati mengandung mikroorganisme perombak bahan organik dan mikroorganisme dalam pupuk hayati dapat membantu mengikat senyawa Nitrogen (N) dan menguraikan Fosfat (P) dan Kalium (K). Mikroorganisme ini merupakan aktivator biologis terhadap penyediaan unsur hara bagi tanaman, di mana bakteri dapat membuat unsur yang terdapat dalam tanah menjadi tersedia bagi tanaman. Unsur K yang telah terdekomposisi sebahagian dapat dirubah oleh bakteri pengurai K menjadi ion K+ . Unsur kalium mempunyai fungsi penting dalam proses fisiologi tanaman. Kalium berperan dalam proses metabolisme dan mempunyai pengaruh khusus dalam absorsi hara, pengaturan pernapasan, transpirasi, kerja enzim dan fungsi traslokasi karbohidrat (Hakim, 1986). Mikroorganisme memproduksi enzim ekstraseluler untuk depolimerisasi senyawa berukuran besar menjadi kecil dan larut dalam air (subtrat bagi mikroba). Pada saat itu mikroba mentransfer substrat tersebut ke dalam sel melalui membran sitoplasma untuk menyelesaikan proses dekomposisi bahan organik. Aktivitas enzim selulase menurunkan jumlah selulosa sekitar 25% selama sekitar tiga minggu. Aktivitas lipase, protease, dan amilase meningkat dan menurun selama tahapan pengomposan. 1438 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 Pada umur bibit 6, 8 MST mikroorganisme masih bekerja menguraikan dan mengikat unsur hara yang berada di dalam tanah tetapi belum menunjukkan pengaruh yang nyata, hasil baru terlihat pada umur bibit 10 MST, namun pada umur 12 MST aktivitas mikroorganisme mulai melemah diduga adanya mikroba yang telah tua/luruh. Dugaan lainnya dari pendapat ahli mengatakan bahwa keberhasilan penggunaan jasad hidup yang menguntungkan di bidang pertanian tidak hanya dipengaruhi oleh kuantitas sel yang ada di dalam inokulan, tetapi juga dipengaruhi oleh sumber energi, pengaplikasian inokulan, faktor lingkungan (suhu, curah hujan) dan metode penyimpanan produk sebelum pakai (Suba, 1982, Nifal & Fao, dalam Hanafiah, 1995). Hal ini sesuai dengan pendapat Hakim et al., (1986) bahwa aktivitas kehidupan organisme tanah sangat dipengaruhi oleh faktor iklim, tanah dan vegetasi. Pengaruh pupuk hayati berpengaruh tidak nyata pada diameter batang, bobot basah dan bobot kering bibit , panjang akar, bobot basah dan bobot kering akar karena penguraian bahan organik dan unsur hara di dalam tanah terbatas sehingga secara uji statistik menghasilkan pengaruh yang tidak nyata. 4.12. Pengaruh Kompos Tandan Kosong Sawit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Pemberian kompos TKS belum berpengaruh secara nyata pada umur 6, 8 dan10 MST kecuali terhadap luas daun mulai umur 8, 10 dan 12 MST disebabkan bibit masih menggunakan faktor tumbuh seperti air dan unsur hara yang masih terkandung pada media, karena diduga unsur hara yang terdapat dalam kompos belum tersedia dari proses dekomposisi lanjut bahan organik, artinya tahap penguraian bahan organik relatif masih lambat. Pada umur 12 MST pertumbuhan bibit semakin cepat karena unsur hara sudah menjadi tersedia di dalam media tanam akibat dekomposisi TKS yang telah berjalan dengan sempurna. Unsur hara dalam TKS menjadi tersedia bagi tanaman untuk dipergunakan oleh bibit tanaman kelapa sawit dalam proses pertumbuhannya. Berdasarkan hasil analisis tanah pada tabel 18, didapat bahwa pemberian TKS dapat meningkatkan unsur K (K-tukar) dalam media pembibitan tanaman kelapa sawit. Secara umum, semakin banyak jumlah TKS yang diberikan, maka jumlak K-tukar dalam media pembibitan cenderung semakin meningkat dari keadaan awal yakni:T1F0 (0,45 me/100 g), T2F0 (0,35 me/100 g), T3F0 (0,71 me/100 g). Hal ini lah yang menyebabkan pengaruh pemberian TKS berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit tanaman kelapa sawit pada umur 12 MST. Kompos TKS telah banyak terurai dan menyumbang unsur kalium ke dalam media yang diduga menjadi unsur essensial bagi bibit, sehingga peranan kompos TKS akan terlihat nyata sejalan dengan ketersediaan unsur hara kalium karena unsur hara yang terkandung pada TKS yaitu Nkj= 2,34%, P=0,31%, K= 5,53%, Ca=1,46%, Mg=0,96% (Sutarta,2005) . Dengan ketersediaan kalium akan memperbaiki kesuburan tanah sehingga terdapat perbedaan pertumbuhan tinggi 1439 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 antara bibit yang tidak mendapat perlakuan kompos TKS dengan yang mendapat perlakuan kompos TKS. K-tersedia semakin meningkat dengan semakin tingginya kompos TKS yang diberikan hingga 450 g/bibit, hal ini disebabkan kandungan kalium pada TKS yang paling tinggi mencapai 5,53% (Sutarta, 2005) sehingga mampu menyediakan unsur kalium di dalam tanah. Ketersediaan kalium diartikan sebagai kalium yang dapat pertukarkan dan diserap tanaman (Hakim, dkk, 1986). Kompos TKS merupakan bahan organik sehingga dalam proses pelepasan K-tersedia (diduga sebagai hasil proses dekomposisi dalam bentuk K20) terionisasi menjadi K+. Proses ini berlangsung dengan bantuan mikoorganisme tanah. Disamping itu, diduga pelepasan ion K+ mengikuti reaksi kimia biasa dengan air di dalam tanah. Dalam proses pertumbuhan tanaman mutlak membutuhkan karbohidrat hasil fotosintesis. Unsur kalium mengambil peranan penting dalam traslokasi korbohidrat dari daun ke bagian tanaman lainnya. Kalium terdapat di dalam cairan sel dalam bentuk ion K+ yang lebih berperan sebagai katalisator dalam proses tumbuh antara lain fotosintesis, traslokasi karbohidrat, sintesis protein dan pengaturan kadar air tanaman. Kalium berperan sebagai aktivator dari berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi serta untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati, kalium juga merupakan ion yang berperan dalam mengatur potensi osmotic sel, dengan demikian akan berperan dalam mengatur turgor sel ini, peran yang penting adalah dalam proses membuka dan menutupnya stomata pada tanaman (Lakitan, 2007). Semakin meningkatnya ketersedian kalium dengan pemberian kompos TKS mendorong tanaman untuk berfotosintesis untuk menghasilkan fotosintat. Fotosintat yang terbentuk akan ditansfer ke pucuk dan akar tanaman menyebabkan pembelahan sel pada bagian pucuk semakin aktif dan mendorong perkembangan perakaran, sehingga tinggi bibit semakin meningkat (Lakitan , 1996) Pemberian kompos TKS dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah, porositas tanah dan daya merembes air sehingga aerasi menjadi lancar. Kompos tandan kosong sawit mampu meningkatkan efisiensi pemupukan karena Sutarta (2005) mengatakan bahwa dengan penambahan kompos TKS sebesar 5%, pemupukan dapat berkurang hingga 50% dengan hasil yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan pemupukan 100% dosis pupuk standar. Disamping itu kompos TKS dapat membangkitkan kembali kesuburan tanah yang bekerja secara alamiah, menyimpan dan melepaskan hara untuk tanaman secara lambat, meningkatkan kehidupan mikroorganisme, memperbaiki pH tanah, membantu daya larut unsur-unsur anorganik dan memperbaiki aerasi tanah. Akan tetapi perlakuan kompos TKS berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun dan diameter batang. Hal ini diduga pola pembentukan daun dan pembesaran diameter batang relatif lambat, sehingga sulit dipengaruhi oleh perlakuan pemberian TKS, sama halnya diameter batang tidak berpengaruh nyata disebabkan faktor genetik tanaman. Menurut Loveless (1991) pertambahan jumlah daun dipengaruhi oleh faktor genetis dan lingkungan. Dalam penelitian ini kompos 1440 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 TKS belum dapat mempengaruhi sifat genetik jumlah daun maupun diameter batang. Dengan peningkatan tinggi tanaman dan luas daun, seharusnya perlekuan bobot basah dan bobot kering bibit sudah berpengaruh nyata. Namun dalam penelitian ini, bobot basah dan bobot kering bibit berpengaruh tidak nyata. Hal ini diduga, perbedaannya ada pada bobot basah dan bobot kering akar yang menunjukkan perbedaan yang nyata antar dosis Kompos TKS. Bobot akar yang dimaksudkan dalam hal ini ada pada akar-akar sekunder dan tersier, sementara perlakuan kompos TKS tidak memberikan berpengaruh yang nyata terhadap panjang akar primer. Menurut Lingga (2004), berkembangnya sistem perakaran yang baik mendorong perkembangan bagian atas karena terdapat korelasi antara perkembangan akar dan pertumbuhan bagian kanopi tanaman. Akar menyerap hara dari dalam tanah dan ditransportasi ke tajuk tanaman. 4.13 Pengaruh Interaksi Kompos TKS Dan Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan Bibit KelapaSawit Di Pembibitan Awal Pengaruh interaksi yang nyata dan sangat nyata antara kompos TKS dan pupuk hayati terhadap luas daun diduga disebabkan Azosprillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp dan bakteri Selulotik yang terkandung dalam pupuk hayati yang dapat mendekomposisikan lebih lanjut bahan organik yang terdapat pada kompos TKS dan melepaskan unsur-unsur yang berada di dalam bahan organik seperti K, N, Ca, Mg menjadi bahan tersedia yang dapat diserap oleh bibit tanaman kelapa sawit. Pemberian Kompos TKS yang semakin tinggi akan menyumbang unsur K, N, Ca dan Mg yang lebih banyak dan memberikan habitat yang lebih baik bagi bakteri yang berada di dalam pupuk hayati karena bahan organik tersebut merupakan sumber makanan bagi bakteri tersebut. Pupuk Hayati dan kompos TKS berpengaruh nyata terhadap luas daun disebabkan bakteri yang terkandung di dalam pupuk hayati mengubah unsur N dan Mg menjadi bahan tersedia bagi tanaman. Menurut Hakim (1986), fungsi Nitrogen (N) merupakan penyusun setiap sel hidup karena terdapat pada seluruh bagian tanaman dan juga merupakan bagian dari penyusun enzim dan molekul klorofil. Nitrogen merupakan unsur esensial dalam menyusun protein. Protein ini digunakan untuk mengatur pertumbuhan secara keseluruhan. Peningkatan sintesis protein akan mendorong pembelahan dan pemanjangan sel, hal ini menyebabkan luas daun bibit kelapa sawit meningkat dengan diberikannya kompos TKS ke dalam Tanah. Unsur magnesium (Mg) juga berfungsi sebagai penyusun klorofil dan membantu translokasi fosfor dalam metabolisme bibit. Jadi kandungan fosfat pada bibit bisa ditingkatkan dengan cara menambah unsur magnesium (Irawan, 2001). Ada kecenderungan bahwa semakin tinggi dosis Kompos TKS dan kosentrasi pupuk hayati maka K tersedia yang ada di dalam tanah juga semakin tinggi, hal ini sesuai dengan hasil analisis tanah yang dilakukan di laboratorium pada akhir penelitian bahwa dosis kompos TKS pada taraf T3 (450 g/bibit) dan konsentrasi pupuk hayati Feng Shou pada taraf F3 (15 ml/1 l air) didapatkan 1441 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 jumlah K-tukar rata-rata 0,70 me/ 100 g. Pengaruh pemberian kompos TKS dan pupuk hayati menyumbang unsur K pada tanah, N dan Mg yang mempengaruhi luas daun. Sedangkan unsur-unsur hara lainnya memberikan pengaruh yang seragam atau berpengaruh tidak nyata secara uji stasistik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, panjang akar, bobot basah tanaman dan bobot kering tanaman V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 1. Pemberian Pupuk Hayati hingga konsentrasi 15 ml/l air dapat meningkatkan tinggi bibit pada umur 10 MST. 2. Pemberian kompos TKS hingga dosis 450g/polibeg dapat meningkatkan tinggi bibit pada umur 12 MST. 3. Pemberian pupuk hayati dan kompos TKS secara bersamaan memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan luas daun pada umur 8, 10 dan 12 MST. 4. Pemberian pupuk hayati atau kompos TKS cenderung meningkatkan Ktukar dalam media tanam bibit kelapa sawit di pembibitan awal. 5.2. Saran 1. Untuk menghasilkan peningkatan luas daun bibit tanaman kelapa sawit, maka disarankan pemberian pupuk hayati sebesar 13 ml/1 l air dan pemberian kompos TKS sebesar 350 g/polibeg secara bersamaan. 2. Penggunaan kompos TKS dengan dosis 450 g/polibeg cenderung menyumbangkan K-tukar terbanyak sehingga media dapat digunakan untuk media selanjutnya sehingga dapat mengurangi pemberian pupuk K. DAFTAR PUSTAKA Agus, Susanto, R. Y., Purba & Prasetyo, A.E. 2005. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. PPKS. Medan hal 16, 11, 26. Anonimus. 1992. Kelapa Sawit. Kanisius. Yokyakarta. Anonimus. 2005. Statistik Kelapa Sawit di Sumatra Utara. Badan Pusat Statistik. Anonimus. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati (Organic Fertilizer andBiofertilizer). Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Departemen Pertanian. Bandung. Anonimus. 2010. http//id.tiens.com/product.aspx?product ID=3243 Anonimus.2011. agromaret.com/jual/30180/pupuk_hayati_feng_shou. Buana, L., Modul M-100-203.2005. Kultur Teknis Kelapa Sawit. PPKS; Medan 1442 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444 Darmosarkoro, W., Sugiyono, H., Sentosa. 2007. Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Edisi 1. PPKS. Medan hal 181. Guritno, B., S.M. Situmpul.1996. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hakim, N.M., Nyapka, Y., Lubis A.M., Nugroho, S.G., Rusdi S.M. Hong,G., H.H. ailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung. Harahap, Y.I., 2008. Kelapa Sawit dan Lingkungan. PPKS. Medan hal 17 Indonesia Negara Produsen Kelapa Sawit Terbesarhttp://www.formatnews.com [diakses tanggal 23 Maret 2011] Irawan, A. H. S. R. 2001. Cara Khusus Menyuburkan Tanaman. Aneka, Solo. Kurniawan, Ambar. 2004. Tinjauan Ekonomi Industri Kelapa Sawit. PPKS. Medan hal1-12 Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Raja Grafindo Persada, Jakarta Lakitan, B., 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta, hal 68 Lubis, Adlin. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia. PPKS, Medan hal 1, 55, 112, 125, 126. Lingga, P., Marsono.1986. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Lingga, P., Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta, hal.8, 15. Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agromedia Pustaka, Jakarta, hal. 26, 36, 38, 39, 40, 42,43, 53, 57, 58, 61,65. Pahan, I., 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Cet. 8. Penebar Swadaya. Jakarta hal 58,78,88,91,102-103. Petunjuk Teknis Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan Purwa, D.R., 2007. Petunjuk Pemupukan. Redaksi Agromedia. Jakarta Rosmakram, A., Yuwono, N. W. . 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kansius. Yogyakarta, hal. 50, 55, 60, 62, 126. Setymidjaya, D., 1986. Pupuk dan Pemupukan. CV. Simplex. Jakarta, hal. 16, 23, 24,26. Suradikarta, D., Simanungkalit, A.. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk hayati. Jawa Barat. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 1443 _____________ ISSN 0853-0203
VISI (2013) 21 (2) 1425-1444
Sutarta, A., Darnoko. 2005. Peningkatan efektivitas Pemupukan Melalui Aplikasi Kompos TKS Pada Pembibitan Kelapa Sawit. PPKS. Medan hal 119, 120. 139. Thomas, R.L., Hardon. 1968. An ouTabel Lampiranine of breeding and selection in the oil palm. Malaysia Agr. Jurnal Vol.46, No.3. Widya, Yrama. 2009. Tanaman Kelapa Sawit/Tim Bina Karya Tani. Bandung hal 11.
1444 _____________ ISSN 0853-0203