RESILIANSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) Utari Sumarmo, STKIP Siliwangi Bandung, Desember, 2015 Alamat Website:
[email protected],id Alamat e-mail:
[email protected] A. Pendahuluan: Rasional Pentingnya Resiliansi Matematik Beberapa studi (antara lain Ashcraft, 2002, Baloglu, dan Koçak, 200, dan Hoffman 2010, dalam Johnston-Wilder, Lee, 2010a) menemukan banyak siswa mengalami kesulitan dan ketidaksukaan dalam belajar matematika, misalnya mereka menunjukkan rasa cemas dan menghindar dari kegiatan yang memerlukan penalaran matematik. Rasa cemas dalam belajar matematika juga dilaporkan dalam beberapa studi lain (misalnya, Ashcraft, 2002 and RodarteLuna & Sherry 2008, dalam Johnston-Wilder, Lee, 2010a) yang menunjukkan bahwa banyak siswa belajar matematika dengan rasa takut. Demikian pula sejumlah studi menemukan bahwa siswa sekolah menengah masih mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematik (Hulukati, 2006, Mudrikah, 2013, Nurcholis, 2012, Offirston, 2012, Rachmat, 2014, Rohendi, 2009, Yonandi, 2010) dan dalam penalaran matematik (Abdurachman, 2014, Armiati, 2011, Bernard, 2015, Budiyanto, 2014, Herman, 2006, Koswara, 2012, Offirston, 2012, Rosliawati, 2014, Rusmini, 2008, Setiawati, 2014, Supriyanti, 2010). Namun setelah mendapat pembelajaran inovatif yang melibatkan pendidikan nilai dan karakter, kemampuan pemecahan masalah dan penalaran matematik mereka meningkat dan menunjukkan sikap positif terhadap belajar matematika. Pada dasarnya, ketika guru memilih dan melaksanakan pendekatan pembelajaran matematika tertentu selain mereka bertujuan membantu siswa mengatasi kesulitan mencapai kemampuan matematik dan sikap negatif terhadap matematika dan mereka juga berusaha mengembangkan sikap positif terhadap matematika dan belajar matematika. Sikap positif tersebut antara lain termuat dalam rasa percaya diri (self confident), kemampuan diri (self efficacy), konsep diri (self concept), tekun dan tangguh menghadapi tantangan atau kesulitan dalam belajar matematika. Johnston-Wilder, Lee, (2010a) menamakan sikap positif tersebut dengan istilah resiliansi matematik (Mathematical Resilience). Resiliansi matematik diperlukan ketika guru bermaksud mendidik siswa menggunakan matematika, dan berpikir serta bersikap secara matematik dan bukan sekadar memperoleh nilai baik atau lulus ujian matematika saja. Siswa dengan resiliansi yang kuat selain ia akan memiliki kemampuan matematik yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan ujian, yang lebih penting adalah mereka juga memilki keterampilan matematik yang diperlukan di luar sekolah dan berkeinginan menerapkannya kapan saja ketika diperlukan. Pengembangan resiliansi matematik juga memerlukan sikap reflektif dan peka terhadap belajar matematika. Siswa dengan resiliansi matematik yang baik, sadar bahwa andai mereka berpikir keras, berdiskusi dengan temannya, membaca idea-idea matematik dan merefleksi pengetahuan yang diperolehnya, maka mereka juga akan tangguh dan dapat mengatasi hambatan dalam belajar matematik serta mampu menyelesaikan masalah matematik yang sulit. B. Pengertian Resiliansi Matematik Beberapa pakar mendefinisikan istilah resiliansi matematik (mathematical resilience) dalam pengertian yang hampir serupa. Dweck (2000, dalam Lee and Johnston-Wilder, 2010a) mengemukakan resiliansi matematik memuat sikap tekun atau gigih dalam menghadapi kesulitan, bekerja atau belajar kolaboratif dengan teman sebaya, memiliki keterampilan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik, dan menguasai teori belajar matematik. Siswa dengan resiliansi matematik yang kuat, akan berhasil baik dalam matematika di sekolah meskipun dalam kondisi yang kurang disenangi. Mereka memiliki sikap: adaptif atau dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan; dapat menghadapi 1
ketidakpastian, masalah dan tantangan; menyelesaikan masalah secara logis dan fleksibel; mencari solusi kreatif terhadap tantangan; bersifat ingin tahu dan belajar dari pengalaman; memiliki kemampuan mengontrol diri; sadar akan perasaannya; memiliki jaringan sosial yang kuat dan mudah memberi bantuan. (Adolphs, R. & Damasio, A. R. 2001, dalam Johnston-Wilder, Lee, Garton, Goodlad, dan Brindley , 2013). Pakar lain (Newman, 2004, Johnston-Wilder dan Lee, 2010a) mendefinisikan resiliansi matematik sebagai sikap bermutu dalam belajar matematika yang meliputi: percaya diri akan keberhasilannya melalui usaha keras; menunjukkan tekun dalam menghadapi kesulitan; berkeinginan berdiskusi, merefleksi, dan meneliti. Dengan resiliansi tersebut memungkinkan siswa dapat mengatasi hambatan dalam belajar matematik. Pada dasarnya, dalam belajar apapun diperlukan resiliansi. Namun bukan berarti bahwa resiliansi matematik sebagai akibat beragam faktor seperti jenis pembelajaran, hakekat matematika, dan pandangan bahwa kemampuan matematik bersifat tetap (Newman, 2004, Johnston-Wilder, Lee, 2010a). Selanjutnya Johnston-Wilder dan Lee (2010a) mengemukakan bahwa resiliansi matematik memiliki empat faktor yaitu: (a) percaya bahwa kemampuan otak dapat ditumbuhkan; b) pemahaman personal terhadap nilai-nilai matematika; (c) pemahaman bagaimana cara bekerja dalam matematika; dan (d) kesadaran akan dukungan teman sebaya, orang dewasa lainnya, ICT, internet, dan lain-lainnya. Mereka juga mengemukakan bahwa pengembangan resiliansi matematik memerlukan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan sikap di atas tumbuh dan menciptakan suasana kelas matematik yang positif sehingga siswa dapat mengatasi hambatan dalam mencapai konsep-konsep matematika (Lee, Johnston-Wilder, 2013, dalam Lugalia, Johnston-Wilder dan Goodall, 2013) Selain itu, untuk mengembangkan cara berpikir (mindset), Lee, dan Johnston-Wilder (2013, dalam Lugalia, Johnston-Wilder dan Goodall, 2013), mengemukakan tiga faktor kunci untuk mengembangkan resiliansi matematik yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk: (a) memilih dan menetapkan sesuatu yang akan dikerjakannya selama di kelas; (b) melatih mereka sendiri sebagai bagian dari lingkungannya; dan (c) merasakan dirinya terlibat dalam proses belajar, baik dalam sikap dan nilai. Dalam lingkungan seperti itu, siswa termotivasi bersikap tekun dan gigih dalam menghadapi kesulitan, dan memahami nilai bekerja secara kolaboratif dengan teman sebaya, mencapai kemampuan berbahasa untuk menyatakan pemahaman matematik mereka, memeriksa pertanyaan, dan memiliki keyakinan yang tangguh dan efektif serta berusaha lebih keras untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. Kooken, J., Welsh, M. E., Mccoach, D. B., Johnson-Wilder, S. and Lee, C. (2013) mengkonsepkan resiliansi mattematik sebagai sikap adaptif positif terhadap matematika yang memberi kesempatan siswa tetap melanjutkan belajar matematika meski menghadapi kesulitan. Beberapa faktor sikap positif tersebut di antaranya adalah: nilai, daya juang atau resiliansi dan pertumbuhan. Sikap positif yang kuat seperti di atas akan mendukung siswa bersikap tekun dan gigih menghadapi kesulitan atau hambatan, sedangkan siswa yang rendah sikapnya akan kehilangan sikap tekun dan gigih atau menyerah ketika menghadapi kesulitan. Dengan kata lain, resiliansi matematik merupakan serangkaian sikap yang memberikan respons positif terhadap belajar matematika. C. Mengukur Resiliansi Matematik Berikut ini disajikan contoh kuesioner untuk mengukur resiliansi matematik yang digunakan dalam studi Johnston-Wilder dan Lee (2010b). Kuesioner meliputi beberapa komponen yaitu: a) Pendapat terhadap inteligensi dan belajar secara umum; b) Pendapat terhadap belajar matematika; c) Kepercayaan terhadap belajar matematika .
2
1.
Pendapat terhadap inteligensi dan belajar dalam pelajaran secara keseluruhan
1) Pikirkan semua pengalamanmu selama di sekolah dan jawablah pertanyaan berikut. Bubuhkan tanda v pada kalimat yang Anda pandang benar ___ ketika saya mendapat tugas baru di sekolah, biasanya saya mampu mempelajarinya ___ ketika saya mendapat tugas baru di sekolah, saya sering berpikir bahwa saya tidak dapat mempelajarinya. Sekarang nyatakan pendapatmu terhadap pernyataan berikut. Bacalah tiap kalimat dan lingkarilah bilangan yang menunjukkan derajat kesetujuan anda terhadap kalimat yang bersangkutan. Ingatlah bahwa tak ada pilihan jawaban anda yang benar atau yang salah 2) Andai saya tahu bahwa saya tidak mampu mengerjakan suatu tugas dengan baik, mungkin saya tidak akan mengerjakannya meskipun saya harus mempelajarinya. 1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 3) Meskipun saya benci mengakuinya saya kadang-kadang lebih suka mendapat nilai baik daripada banyak belajar 1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 4) Saya dapat mempelajari pengetahuan baru namun saya tidak dapat mengubah inteligensi dasar saya. 1 2 3 4 5 6 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju Sangat setuju setuju tidak setuju tidak setuju 5) Andaikan saya harus memilih antara memperoleh “nilai baik” dan memperoleh tantangan di kelas, saya akan memilih: 5.1 “nilai baik” 5.2. “Merasa tertantang” a. Betul sekali a. Betul sekali b. Betul b. Betul c. Hampir betul c. Hampir betul 2. Pendapat terhadap belajar matematika (a) Bubuhkan tanda V sesuai dengan pendapat anda ___ ketika saya mendapat tugas matematik baru, biasanya saya yakin dapat mempelajarinya ___ ketika saya mendapat tugas matematik baru, seringkali saya berpikir tidak dapat mempelajarinya Lingkari nomor yang paling sesuai dengan pendapat anda. 6. Saya akan dapat lebih pandai matematika bila saya bekerja keras. 1 2 3 4 5 Sangat Setuju Hampir Hampir Tidak setuju setuju setuju tidak setuju
6 Sangat tidak setuju
3
3. Pendapat terhadap belajar matematika (b) Bubuhkan tanda V yang melukiskan pendapat anda. Anda dapat membubuhkan sebanyak yang anda suka. Apapun jawaban anda tidak ada yang salah. Pendapat 1: Menyelesaikan soal matematik membutuhkan waktu yang lama. a. Penyelesaian masalah matematika yang perlu waktu lama tidak akan mengganggu saya b. Saya merasa dapat menyelesaikan soal matematika yang memerlukan waktu lama c. Saya dapat mengerjakan soal matematika yang sukar bila saya gigih (tekun) d. Bila saya tidak dapat menyelesaikan soal matematika dalam waktu singkat, mungkin saya tidak dapat mengerjakannya e. Bila saya tidak dapat cepat menyelesaikan soal matematika, saya akan berhenti mencoba menyelesaikannya f. Saya tidak begitu pandai dalam menyelesaikan soal matematika dan perlu beberapa waktu untuk membayangkannya. Pendapat 2: Mengenai pemahaman matematika a. Diperlukan waktu yang cukup untuk menemukan alasan bahwa suatu solusi masalah matematika memenuhi b. Seseorang yang tidak memahami bahwa suatu jawab adalah benar, menunjukkan ia tidak paham masalah yang bersangkutan c. Untuk menemukan suatu jawab yang benar, adalah penting memahami mengapa jawab tersebut itu benar. d. Adalah suatu yang tidak penting mengetahui kebenaran suatu prosedur sepanjang memberikan jawab yang benar. e. Menemukan suatu jawab yang benar adalah lebih penting daripada memahami alasan jawab tersebut benar f. Adalah tidak masalah apakah saya memahami suatu soal matematika selama saya memperoleh jawab yang benar Pendapat 3: Mengenai kegunaan matematika a. Saya mempelajari matematika karena saya tahu manfaatnya b. Memahami matematika membantu saya menjalani hidup c. Matematika adalah mata pelajaran yang berguna dan penting d. Matematika tidak berguna dalam pekerjaan saya e. Matematika tidak relevan dengan kehidupan saya f. Belajar matematika menghamburkan waktu. Berdasarkan pendapat pakar pada Bagian B, Sumarmo (2015) merangkumkan indikator resiliansi matematik sebagai berikut: a) menunjukkan sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan, dan ketidakpastian; b) menunjukkan keinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya; c) memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan; d) menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri; e) memiliki rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, dan memanfaatkan beragam sumber; f) memiliki kemampuan mengontrol diri; sadar akan perasaannya. Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliansi Matematik yang disusun dengan respons derajat kesetujuan (Model A) dan respons derajat frekuensi terlaksananya kegiatan/perasaan (Model B) seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Butir-butir pernyataan, kegiatan, dan atau 4
perasaan berikut dapat dimodifikasi sesuai dengan kemampuan matematik, matematika, serta subyek penelitian yang bersangkutan.
konten
TABEL 1 CONTOH SKALA RESILIANSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL A) Petunjuk: Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan kesetujuan Anda terhadap pernyataan berikut. Nama mahasiswa: ................................................................................................. Keterangan: SS: Sangat setuju N: Netral TS : Setuju S: Setuju STS: Sangat tidak setuju Pernyataan No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. No.
11. 12. 13.
Indikator a): Sikap tekun, yakin/percaya diri, bekerja keras, tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian Saya yakin dapat bertahan mempelajari materi matematika yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) Saya malas menuliskan rumus yang digunakan pada tiap langkah penyelesaian soal matematika (-) Saya berusaha mengerjakan sendiri masalah matematika sampai selesai meski perlu kerja keras (+) Saya percaya dapat memeriksa sendiri kebenaran penyelesaian soal matematika yang kompleks (+) Saya yakin akan berhasil dalam tes matematika yang akan datang setelah gagal pada tes sebelumnya (+) Saya ragu dapat menyusun masalah matematika sebaik pekerjaan teman lain (-) Saya menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah matematik yang beresiko gagal (-) Saya sengaja memilih soal latihan pembuktian matematika yang sulit sebagai latihan berpikir (+) Saya frustasi menghadapi ulangan matematika setelah mendapat nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) Saya berusaha memperbaiki tugas matematika yang belum sempurna meski perlu kerja keras (+) Indikator b): berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya Saya senang menjelaskan penyelesaian tugas matematika yang sulit kepada teman lain (+) Saya merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami kesulitan belajar matematika (-) Saya merasa nyaman berdiskusi matematika dengan teman sebaya yang baru kenal (+)
Respons SS
S
N
TS
STS
Ss
S
N
TS
STS
5
No.
14. 15. 16. No. 17. 18. 19. 20 21. 22. No. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. No. 30. 31. No. 32.
Indikator b): berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya Saya merasa sukar mencari teman untuk diminta bantuan mengatasi kesulitan belajar matematika (-) Saya berusaha menyesuaikan diri ketika belajar matematika di lingkungan baru (+) Saya merasa sungkan menyampaikan kesulitan belajar matematika kepada teman baru (-) Indikator c): memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan Saya berani menawarkan gagasan baru ketika belajar kelompok matematika (+) Saya mencoba cara yang berbeda dari contoh yang ada di buku teks matematika (+) Saya merasa lebih aman mengerjakan tugas seperti tugas teman yang pandai matematika (-) Saya menghindar menyelesaikan soal matematika yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-) Saya sengaja memilih soal latihan matematika yang bersifat open-ended sebagai latihan berpikir kreatif (+) Saya mengelak mengerjakan soal matematika yang menuntut memberi beragam alasan (-) Indikator d): Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri, Saya berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah matematika ketika gagal dengan cara lama (+) Saya cemas belajar matematika setelah mendapat nilai buruk dalam ulangan matematika yang lalu (-) Saya berlatih lagi lebih keras setelah salah menyelesaikan masalah matematika yang sulit (+) Saya berpendapat kegagalan dalam ujian matematika yang lalu menjadi pengalaman berharga (+) Saya malas menyelesaikan soal pembuktian matematika setelah gagal dalam soal pembuktian yang lalu (-) Saya mengerjakan ulang penyelesaian soal matematika yang salah meski perlu waktu lama (+) Semangat belajar menurun setelah kalah dalam seleksi siswa berprestasi matematik antar sekolah (-) Indikator e): Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber Saya mencoba membandingkan penjelasan topik matematika yang sama dari beragam buku (+) Saya bosan mempelajari matematika dari beragam buku (-) Indikator e): Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber Saya bersyukur menemukan artikel melalui internet yang relevan dengan tugas matematika saya (+)
Ss
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
6
No. 33. 34. 35. 36. 37. No. 38. 39. 40. 41. 42.
Indikator e): Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber Saya berpendapat mempelajari beragam buku sumber matematika akan menguatkan pemahaman (+) Saya bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari beragam buku matematika (-) Saya putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas matematika (-) Saya mencoba merangkum kajian topik matematika tertentu dari beberapa buku sumber yang relevan (+) Saya menghindar mencoba cara baru membuktikan masalah matematik yang belum tahu hasilnya (-) Indikator f): memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya. Saya kesal ketika mendapat kritik keras terhadap pekerjaan matematika saya (-) Saya memahami perasaan teman saya yang gagal menyelesaikan soal matematika yang sukar (+) Saya merasa sulit mengungkapkan pemahaman matematik saya kepada orang lain (-) Saya merasa percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas matematika yang sudah dikerjakan (+) Saya putus asa ketika gagal mempertahankan idea (menyelesaikan soal) matematika di depan kelas (-)
SS
S
N
TS
STS
SS
S
N
TS
STS
TABEL 2 CONTOH SKALA RESILIANSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL B) Petunjuk: Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Nama siswa: ........................................................................................................... Kelas : ...................................................................................................... Keterangan SS: Sering sekali KD : Kadang-kadang JS : Jarang sekali SR: Sering JR : Jarang
No
1. 2.
Kegiatan, Perasaan, Pendapat Indikator a): Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian Merasa yakin dapat bertahan mempelajari materi matematika yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) Merasa malas menyertakan rumus yang digunakan pada tiap langkah penyelesaian soal matematika yang sulit (-)
Respons SS
SR
KD
JR
JS
7
No
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. No.
11. 12. 13. 14. 15. 16. No. 17. 18. 19. 20. 21. 22.
Indikator a): Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian Berusaha mengerjakan sendiri masalah matematika sampai selesai meski perlu kerja keras (+) Yakin mampu memeriksa sendiri kebenaran proses penyelesaian soal matematika yang kompleks (+) Merasa yakin akan berhasil dalam tes matematika yang akan datang setelah gagal pada tes sebelumnya (+) Merasa ragu dapat menyusun masalah matematika sebaik pekerjaan teman lain (-) Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah matematik yang beresiko gagal (-) Sengaja memilih soal latihan pembuktian matematika yang sulit sebagai latihan berpikir (+) Merasa frustasi menghadapi ulangan matematika setelah mendapat nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) Berusaha memperbaiki tugas matematika yang belum sempurna meski perlu kerja keras (+) Indikator b): berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya Merasa senang menjelaskan penyelesaian tugas matematika yang sulit kepada teman lain (+) Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami kesulitan belajar matematika (-) Merasa nyaman berdiskusi matematika dengan teman yang baru kenal (+) Merasa sukar mencari teman untuk diminta bantuan mengatasi kesulitan belajar matematika (-) Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar matematika di lingkungan baru (+) Merasa sungkan menyampaikan kesulitan belajar matematika kepada teman baru (-) Indikator c): memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan Berani menawarkan gagasan baru ketika belajar kelompok matematika (+) Mencoba cara yang berbeda dari contoh yang ada di buku teks matematika (+) Merasa lebih aman mengerjakan tugas seperti tugas teman yang pandai matematika (-) Menghindar menyelesaikan soal matematika yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-) Sengaja memilih soal latihan matematika yang bersifat open-ended sebagai latihan berpikir kreatif (+) Mengelak mengerjakan soal matematika yang menuntut memberi beragam alasan (-)
SS
SR
KD
JR
JS
SS
SR
KD
JR
JS
SS
SR
KD
JR
JS
8
No. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. No. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. No. 38. 39. 40. 41. 42.
Indikator d): Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri, dan kontrol diri Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah matematika ketika gagal dengan cara lama (+) Merasa cemas belajar matematika setelah mendapat nilai buruk dalam ulangan matematika yang lalu (-) Berlatih lagi lebih keras setelah salah menyelesaikan masalah matematika yang sulit (+) Berpendapat kegagalan dalam ujian matematika yang lalu menjadi pengalaman berharga (+) Malas menyelesaikan soal pembuktian matematika setelah gagal dalam soal pembuktian yang lalu (-) Mengerjakan ulang penyelesaian soal matematika yang salah meski perlu waktu lama (+) Merasa semangat belajar menurun setelah kalah dalam seleksi siswa berprestasi mateamatik antar sekolah (-) Indikator e): Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber Mencoba membandingkan penjelasan topik matematika yang sama dari beragam buku (+) Merasa bosan mempelajari matematika dari beragam buku (-) Bersyukur menemukan artikel baru melalui internet yang relevan dengan tugas matematika dihadapi (+) Berpendapat mempelajari beragam buku sumber matematika akan menguatkan pemahaman (+) Merasa bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari beragam buku matematika (-) Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas matematika (-) Mencoba merangkum kajian topik matematika tertentu dari beberapa buku sumber yang relevan (+) Menghindar mencoba cara baru membuktikan masalah matematik yang belum tahu hasilnya (-) Indikator f): memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap pekerjaan matematika saya (-) Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal matematika yang sukar (+) Merasa sulit mengungkapkan pemahaman matematik saya kepada orang lain (-) Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas matematika yang sudah dikerjakan (+) Putus asa ketika gagal mempertahankan idea (menyelesaikan soal) matematika di depan kelas (-)
SS
SR
KD
JR
JS
SS
SR
KD
JR
JS
SS
SR
KD
JR
JS
Catatan:1) Pilihan respons netral atau kadang-kadang dapat ditiadakan sesuai dengan keinginan peneliti 2) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 3) Susun skala kembali dengan butir-butir pernyataan/kegiatan/perasaan secara acak
9
Berikut ini disajikan contoh modifikasi Skala Resiliansi Tabel 2 yaitu Tabel 3 yang dikaitkan dengan kemampuan berpikir kreatif matematik dan problem posing pada konten matriks dan deret pada subyek siswa SMA.
TABEL 3 CONTOH SKALA RESILIANSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL B) Petunjuk: Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Nama siswa: ........................................................................................................... Kelas : ...................................................................................................... Keterangan SS: Sering sekali JS : Jarang sekali SR: Sering JR : Jarang
No
1. 2.
3. 4. 5. 6.
7. 8.
9.
10.
Kegiatan, Perasaan, Pendapat Indikator a): Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian Merasa yakin dapat bertahan menyelesaikan masalah deret tak hingga yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) Merasa malas menyusun pertanyaan yang relevan untuk soal penerapan matriks dalam masalah sehari-hari yang sulit (-) Berusaha berlatih menyusun pertanyaan sendiri tentang deret yang tidak sederhana meski perlu kerja keras (+) Merasa yakin mampu merinci langkah-langkah proses perhitungan penerapan deret dalam geometri (+) Merasa ragu akan berhasil dalam ulangan matriks yang akan datang setelah gagal pada ulangan sebelumnya (-) Merasa cemas dapat menyusun pertanyaan sebelum menyelesaikan masalah deret sebaik pertanyaan teman lain (-) Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan soal matriks yang mungkin gagal (-) Sengaja memilih soal latihan penerapan deret dalam masalah sehari-hari yang mempunyai beragam cara sebagai latihan berpikir (+) Merasa frustasi merinci masalah yang kompleks tentang matriks ke dalam masalah bagiannya yang lebih sederhana (-) Merasa kehabisan akal memperbaiki tugas masalah deret dalam geometri dengan cara yang tidak biasa karena perlu kerja keras (-)
Respons SS
SR
JR
JS
10
No.
11.
12.
13. 14. 15. 16. No. 17. 18. 19. 20. 21. 22. No. 23. 24.
25.
26. 27. 28. 29.
Indikator b): berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya Merasa senang menjelaskan cara menyusun beragam pertanyaan dari serangkaian informasi tentang matriks yang sulit kepada teman lain (+) Merasa terganggu membantu teman yang mengalami kesulitan menyatakan suatu pertanyaan ke dalam bentuk pertanyaan lain tentang deret (-) Merasa nyaman berdiskusi penerapan matriks dalam masalah sehari-hari dengan teman yang baru kenal (+) Merasa sukar mendapat teman untuk mengatasi kesulitan menyusun pertanyaan tentang penerapan deret (-) Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar penerapan deret pada masalah sehari-hari di lingkungan baru (+) Merasa sungkan menyampaikan kesulitan menyelesaikan soal deret tak hingga kepada teman baru (-) Indikator c): memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan Berani menawarkan gagasan baru tentang penerapan deret ketika belajar kelompok (+) Mencoba mengajukan pertanyaan yang berbeda terhadap serangkaian informasi tentang matriks (+) Merasa lebih aman mengerjakan perhitungan limit yang sulit seperti tugas teman yang pandai matematika (-) Menghindar menyelesaikan soal penerapan deret tak hingga yang memiliki beragam cara penyelesaian (-) Sengaja memilih latihan beragam pertanyaan tentang operasi pada matriks sebagai latihan berpikir kreatif (+) Mengelak menyusun pertanyaan lanjutan setelah mendapat solusi masalah deret (-) Indikator d): Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri, dan kontrol diri Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah matriks setelah gagal dengan cara lama (+) Merasa cemas belajar penerapan deret pada masalah geometri setelah mendapat nilai buruk dalam ulangan sebelumnya (-) Berlatih lagi lebih keras setelah salah merinci langkahlangkah penyelesaian masalah deret disertai aturan yang digunakan (+) Berpendapat kegagalan dalam ulangan matriks yang lalu menjadi pengalaman berharga (+) Malas merinci suatu masalah deret yang kompleks ke dalam masalah bagian-bangiannya yang lebih sederhana (-) Mengerjakan ulang tugas menyusun pertanyaan tentang matriks yang salah meski perlu waktu lama (+) Merasa semangat belajar menurun setelah gagal dalam ulangan matriks yang lalu (-)
SS
SR
JR
JS
SS
SR
JR
JS
SS
SR
JR
JS
11
No. 30. 31. 32.
33. 34. 35. 36. 37. No. 38. 39. 40. 41. 42.
Indikator e): Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber Mencoba membandingkan uraian tentang penerapan deret dalam geometri yang sulit dari beragam buku (+) Merasa bosan mempelajari matriks dari beragam buku (-)
SS
SR
JR
JS
Bersyukur menemukan beberapa artikel melalui internet yang relevan dengan tugas merangkum uraian tentang deret (+) Berpendapat mempelajari beragam buku sumber tentang matriks akan menguatkan pemahaman (+) Merasa bingung mempelajari penjelasan yang berbeda dari beragam uraian tentang deret tak hingga (-) Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas penerapan matriks pada masalah sehari-hari (-) Mencoba merangkum kajian penerapan deret dalam masalah geometri dari beberapa buku sumber yang relevan (+) Menghindar mencoba cara baru menyelesaikan masalah penerapan matriks yang belum pasti hasilnya (-) Indikator f): memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap tugas kelompok menyusun pertanyaan tentang deret (-) Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal matriks yang sukar (+) Merasa sulit menyatakan pertanyaan tentang penerapan anti turunan ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-) Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas tentang deret yang sudah dikerjakan (+) Putus asa ketika gagal menyusun pertanyaan lanjutan setelah memperoleh solusi kepada teman lain (-)
Catatan: 1) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 2) Susun pernyataan/kegiatan/perasaan sesuai dengan konten dan kemampuan matematik yang diteliti
12
Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliansi (Tabel 4) yang berkaitkan dengan kemampuan berpikir kritis dan berpikir kreatif matematik pada konten peluang pada subyek siswa SM yang dimodifikasi dari Skala Resiliansi Matematik pada Tabel 3 TABEL 4 CONTOH SKALA RESILIANSI MATEMATIK (MATHEMATICAL RESILIENCE) (MODEL B) Petunjuk: Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Nama siswa: ........................................................................................................... Kelas : ...................................................................................................... Keterangan SS: Sering sekali JS : Jarang sekali SR: Sering JR : Jarang Respons
Kegiatan, Perasaan, Pendapat No
1.
2. 3.
4. 5.
6. 7. 8. 9.
10.
Indikator a): Sikap tekun, yakin, bekerja keras dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah, kegagalan dan ketidakpastian dalam berpikir kritis dan kreatif matematik Merasa yakin dapat bertahan latihan mengajukan pertanyaan tentang kombinasi disertai dengan alasan meski perlu waktu yang lama (+) Menghindar mengajukan beberapa alternatif penyelesaian masalah yang berbeda ketika belajar permutasi yang sulit (-) Berusaha mengerjakan sendiri soal penerapan konsep kombinasi dan permutasi sampai selesai meski berbeda dengan jawaban teman dan perlu kerja keras (+) Merasa ragu dapat memeriksa kebenaran tiap langkah proses perhitungan peluang dua kejadian (-) Merasa takut mempertahankan pendapat sendiri tentang kombinasi beberapa unsur yang berbeda dengan pendapat teman dalam diskusi kelompok (-) Merasa yakin dapat menyusun pertanyaan mengenai kombinasi dan permutasi sebaik pertanyaan teman lain (+) Berani mencoba cara baru menyelesaikan soal peluang kejadian yang saling lepas meski beresiko gagal (+) Takut memilih soal latihan memeriksa kebenaran proses perhitungan peluang beberapa kejadian yang rumit (-) Merasa frustasi mendapat tugas merinci langkah-langkah menyelesaikan soal peluang disertai dengan aturan yang digunakan (-) Merasa kehabisan akal memperbaiki tugas analogi tentang kombinasi dan permutasi yang belum sempurna karena perlu kerja keras (-)
SS
SR
JR
JS
13
No.
11.
12.
13. 14. 15.
16.
No. 17. 18. 19. 20. 21. 22. No. 23. 24. 25.
26. 27.
Indikator b): berkeinginan bersosialisasi, mudah memberi bantuan, berdiskusi dengan sebayanya, dan beradaptasi dengan lingkungannya Merasa senang menjelaskan cara menyederhanakan masalah matematika yang ruwet ke dalam bagian-bagiannya yang lebih sederhana kepada teman baru (+) Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami kesulitan menyelesaikan perhitungan peluang kejadian yang tidak sederhana (-) Merasa nyaman berdiskusi masalah peluang dalam peristiwa sehari-hari dengan teman yang baru kenal (+) Merasa sukar mendapat teman untuk mengatasi kesulitan menyusun pertanyaan tentang kombinasi dan permutasi (-) Berusaha menyesuaikan diri ketika belajar penerapan kombinasi dan permutasi pada masalah sehari-hari di lingkungan baru (+) Merasa sungkan menyampaikan kesulitan mengidentifikasi data yang relevan dalam masalah sehari-hari kepada teman baru (-) Indikator c): memunculkan ide/cara baru dan mencari solusi kreatif terhadap tantangan Berani menawarkan cara baru menerapkan konsep peluang dalam masalah sehari-hari ketika belajar kelompok (+) Mencoba mengajukan pertanyaan yang berbeda dari serangkaian informasi matematika yang diberikan (+) Merasa lebih aman mengerjakan perhitungan permutasi yang sulit seperti tugas teman yang pandai matematika (-) Menghindar menyelesaikan soal penerapan konsep kombinasi yang memiliki beragam cara penyelesaian (-) Sengaja memilih soal latihan peluang dengan cara yang tidak biasa sebagai latihan berpikir kreatif (+) Mengelak memilih soal latihan peluang dua kejadian yang mempunyai beragam cara penyelesaian (-) Indikator d): Menggunakan pengalaman kegagalan untuk membangun motivasi diri, dan kontrol diri Berusaha mencari cara baru menyelesaikan masalah kombinasi dan permutasi setelah gagal dengan cara lama (+) Merasa cemas belajar penerapan konsep peluang pada masalah sehari-hari setelah gagal dalam soal sebelum-nya (-) Merasa semangat belajar menurun setelah gagal dalam memeriksa kebenaran suatu pernyataan kombinasi beberapa unsur (-) Berpendapat kegagalan dalam ulangan peluang yang lalu menjadi pengalaman berharga (+) Mengerjakan ulang tugas memeriksa kebenaran proses perhitungan peluang yang salah dengan cara lain meski perlu waktu lama (+)
SS
SR
JR
JS
SS
SR
JR
JS
SS
SR
JR
JS
14
No. 28 29. 30.
31. 32. 33. 34. No. 35. 36. 37. 38. 39. 40.
Indikator e): Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber Mencoba membandingkan penjelasan konsep kombinasi beberapa unsur yang sulit dari beragam buku (+) Merasa bosan mempelajari konsep peluang dari beragam buku (-) Bersyukur menemukan artikel baru melalui internet yang relevan dengan tugas menyusun pertanyaan tentang peluang kejadian yang saling lepas (+) Berpendapat mempelajari beragam buku sumber peluang akan menguatkan pemahaman (+) Merasa bingung mempelajari penjelasan konsep kombinasi yang berbeda dari beragam buku (-) Putus asa mencari sumber yang relevan untuk menyelesaikan tugas penerapan konsep peluang pada masalah sehari-hari (-) Mencoba merangkum kajian konsep permutasi dan kombinasi dari beberapa buku sumber yang relevan (+) Indikator f): memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap penyelesaian soal kombinasi yang saya kerjakan (-) Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal peluang beberapa kejadian yang sukar (+) Merasa sulit menyatakan suatu pertanyaan tentang kombinasi ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-) Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas peluang yang sudah dikerjakan (+) Putus asa ketika gagal menjelaskan penyelesaian soal penerapan konsep permutasi dan kombinasi kepada teman lain (-) Menghindar menjelaskan cara baru menyelesaikan masalah peluang yang belum pasti hasilnya (-)
SS
SR
JR
JS
SS
SR
JR
JS
Catatan:1) Butir pernyataan/kegiatan/perasaan negatif dan positif sebaiknya seimbang 2). Susun pernyataan/kegiatan/perasaan sesuai dengan konten dan kemampuan matematik yang diteliti
Berikut ini disajikan contoh Skala Resiliansi Matematik (Tabel 5) yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis, dan problem posing matematik untuk mahasiswa dalam konten Peluang TABEL 5 CONTOH SKALA RESILIANSI MATEMATIK (MODEL B) Petunjuk: Berikut ini kepada Anda diajukan daftar penilaian terhadap diri Anda sendiri. Mohon Anda menilai dengan cara membubuhkan tanda cek V pada kolom yang sesuai dengan pendapat Anda. Nyatakan seberapa sering anda melaksanakan kegiatan/pendapat/perasaan berikut. Nama Mahasiswa: ........................................................................................................... NIM : ...................................................................................................... Keterangan Ss : Sering sekali Js : Jarang sekali Sr : Sering Jr : Jarang 15
Kegiatan, Perasaan, Pendapat No. Indikator a): sikap tekun, yakin, dan tidak mudah menyerah menghadapi masalah dan kegagalan. 1. Bertahan mempelajari materi peluang yang sulit meski dalam waktu yang lama (+) 2. Menghindar menyelesaikan soal peluang yang disertai dengan alasan yang relevan (-) 3. Memilih sendiri soal latihan masalah peluang yang rumit meski perlu kerja keras (+) 4. Merasa ragu dapat memeriksa kebenaran proses penyelesaian soal materi peluang yang non-rutin (-) 5. Merasa yakin akan berhasil baik dalam tes materi peluang yang akan datang (+) 6. Merasa ragu dapat menyusun pertanyaan dalam materi peluang sebaik pertanyaan teman lain (-) 7. Merasa cemas dapat memeriksa kerelevanan data dalam soal materi peluang yang kompleks (-) 8. Merasa malas menyertakan rumus/aturan yang digunakan dalam menyelesaikan soal materi peluang (-) 9. Mengelak memilih soal latihan menyusun pertanyaan yang memiliki beragam jawab dalam materi peluang (-) 10. Berlatih menyusun pertanyaan disertai alasan yang relevan dalam materi peluang (+) 11. Merasa cemas mendapat tugas menyusun masalah berkaitan dengan pemecahan masalah materi peluang (-) 12. Berusaha menyempurnakan penyelesaian soal peluang yang sulit meski perlu kerja keras (+) 13. Menghindar mencoba cara penyelesaian soal peluang yang berbeda dengan contoh dari dosen (-) 14. Menyerah ketika menghadapi tugas memeriksa kebenaran proses penyelesaian soal materi peluang (-) 15. Menghindar dari tugas merinci masalah utama ke dalam submasalah yang berkaitan dengan materi peluang (-) No. Indikator b): berkeinginan bersosialisasi dan berdiskusi dengan lingkungannya; beradaptasi 16. Merasa cemas menyampaikan kesulitan menyelesaikan soal materi peluang kepada teman (-) 17. Berdiskusi dengan teman kelompok kerja mencari cara baru menyelesaikan soal peluang setelah gagal dengan cara yang lama (+) 18. Merasa senang menjelaskan cara menyusun masalah dari serangkaian informasi dalam materi peluang kepada teman lain (+) 19. Merasa terganggu diminta bantuan oleh teman yang mengalami kesulitan menyatakan suatu masalah ke dalam bentuk lainnya dalam materi peluang (-) 20. Merasa senang berdikusi membahas beragam pemecahan masalah materi peluang disertai alasan yang relevan(+)
Ss
Respons Sr Jr
Js
Ss
Sr
Js
Jr
16
No. Indikator b): berkeinginan bersosialisasi dan berdiskusi Ss dengan lingkungannya; beradaptasi 21. Merasa sukar mencari teman untuk memeriksa kebenaran proses perhitungan yang sulit dalam materi peluang (-) 22. Merasa canggung belajar materi peluang dengan teman yang pandai dalam materi peluang (-) 23. Merasa nyaman berdiskusi tentang menyusun masalah dalam materi peluang dengan siapapun (+) 24. Merasa sukar beradaptasi dalam situasi belajar baru ketika memulai perkuliahan peluang (-) 25. Merasa cocok belajar dengan siapapun untuk menyusun masalah dalam materi peluang (+) No. Indikator c): Memunculkan ide/cara baru dalam Ss menyelesaikan masalah matematik 26. Berani mengemukakan gagasan ketika belajar kelompok memeriksa kebenaran proses penyelesaian masalah peluang (+) 27. Menghindar mencoba cara yang berbeda dari cara penyelesaian masalah peluang yang diberikan dosen (-) 28. Menghindar menyelesaikan soal peluang yang memiliki beragam cara penyelesaiannya (-) 29. Mengelak cara baru menyelesaikan soal peluang yang menuntut memberi alasan yang relevan (-) 30. Sengaja memilih beragam soal latihan menyusun masalah dalam materi peluang sebagai latihan berpikir kreatif (+) No. Indikator d): Menggunakan pengalaman kegagalan untuk Ss membangun motivasi diri 31. Berusaha mencari cara baru menyelesaikan soal peluang setelah gagal dengan cara lama (+) 32. Merasa cemas atas kegagalan dalam memeriksa kebenaran proses perhitungan dalam materi peluang yang lalu (-) 33. Berlatih lagi setelah gagal menyusun masalah dalam materi peluang (+) 34. Berpendapat kegagalan dalam tes dalam materi peluang yang lalu menjadi pengalaman berharga (+) 35. Menjadi malas menyusun masalah materi peluang setelah gagal dalam tugas yang lalu (-) 36. Mengerjakan ulang soal menyusun perkiraan dalam materi peluang yang salah (+) 37. Menghindar tugas memeriksa kebenaran pernyataan dalam materi peluang setelah salah dalam tugas sebelumnya (-) 38. Merasa semangat belajar menurun ketika gagal menyatakan suatu masalah ke bentuk masalah lainnya dalam materi peluang (-) 39. Terdorong belajar lebih keras setelah gagal merinci pertanyaan utama ke dalam sub-pertanyaan tentang materi peluang (+)
Sr
Jr
Js
Sr
Jr
Js
Sr
Jr
Js
17
No. Indikator e): Menunjukkan rasa ingin tahu, merefleksi, meneliti, memanfaatkan beragam sumber 40. Merasa senang membandingkan penjelasan materi peluang yang sama dari beragam buku (+) 41. Berpendapat bahwa mempelajari materi peluang dari beragam buku adalah memboroskan waktu (-) 42. Mengucap syukur menemukan penjelasan baru tentang materi peluang melalui internet (+) 43. Merasa putus asa mencari sumber yang relevan untuk tugas menyusun makalah dalam materi peluang (-) 44. Merasa bingung mempelajari penjelasan materi peluang yang berbeda dari beragam buku sumber (-) No. Indikator f): memiliki kemampuan berbahasa, mengontrol diri dan sadar akan perasaannya. 45. Merasa kesal ketika mendapat kritik keras terhadap penyelesaian soal peluang yang sudah dikerjakan (-) 46. Memahami perasaan teman yang gagal menyelesaikan soal peluang beberapa kejadian yang sukar (+) 47. Merasa sulit menyatakan suatu pertanyaan tentang peluang ke dalam bentuk pertanyaan yang lain (-) 48. Percaya diri mampu menjelaskan secara lisan tugas peluang yang sudah dikerjakan (+) 49. Putus asa ketika gagal menjelaskan penyelesaian soal penerapan konsep permutasi dan kombinasi kepada teman lain (-) 50. Menghindar menjelaskan cara baru menyelesaikan masalah peluang yang belum pasti hasilnya (-)
Ss
Sr
Jr
Js
Ss
Sr
Jr
Js
Daftar Pustaka Abdurachman, D. (2014). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi serta Disposisi Matematik Siswa SMP melalui Pembelajaran inkuiri Terbimbing. Tesis pada Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan. Armiati. (2011). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis, Komunikasi Matematis, dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada SPS UPI Bandung: Tidak Diterbitkan. Bernard, M. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran Serta Disposisi Matematik Siswa SMK dengan Pendekatan Kontekstual Melalui Game Adobe Flash Cs 4.0. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi. Tidak diterbitkan. Budiyanto, A.M. (2014). Meningkatkan kemampuan berpikir logis dan kreatif matematik serta kemadirian belajar siswa SMA melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.Tesis magister pada Program Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung. Sebagian tesis dipublikasikan dalam International Journal of Education Vol.8, No. 1. Desember 2014. pp 54-63. Graduate School, Indonesia University of Education. Herman, T. (2006) . Pengembangan Kemampuan Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematik Siswa SLTP melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. Hulukati, E. (2006). Mengembangkan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah matematis siswa SMP melalui pembelajaran generatif. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. tidak dipublikasi. 18
Johnston-Wilder, S. & Lee, C. (2010a). “Mathematical Resilience”. Mathematics Teaching, 218, 38–41. Johnston-Wilder, S. & Lee, C. (2010b). Developing Mathematical Resilience. Paper presented at the BERA annual conference at Warwick University. Johnston-Wilder,S., Lee, C., Garton, E. , S. Goodlad, J. Brindley ,(2013). Developing Coaches For Mathematical Resilience. Laporan suatu Proyek Percobaan Penelitian Joubert, M. (Ed.) Proceedings of the British Society for Research into Learning Mathematics 28(3), November 2008. From Informal Proceedings 28-3 (BSRLM) available at bsrlm.org.uk © the author – 54. Does Articulation Matter when Learning Mathematics? Kooken, J., Welsh, M. E., Mccoach, D. B., Johnson-Wilder, S. and Lee, C. (2013). Measuring mathematical resilience: an application of the construct of resilience to the study of mathematics. In: American Educational Research Association (AERA) 2013 Annual Meeting: Education and Poverty: Theory, Research, Policy and Praxis, 27 April 1 May 2013, San Francisco, CA, USA. Koswara, U. (2012). “Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Program Autograph”. Tesis pada PPS UPI Bandung. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan Vol VI. No.2, 125131, July 2012 Lugalia M., Sue Johnston-Wilder, S. and Goodall, J.(2013), The Role of ICT in Developing Mathematical Resilience in Learners. Laporan Penelitian di The University of Warwick, Institute of Education, Coventry (UNITED KINGDOM). Mudrikah, A. (2013). Pembelajaran Berbasis Masalah berbantuan Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematik Siswa SMA. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. tidak dipublikasi. Mulyana, A. (2015). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Penalaran serta Kemandirian Belajar Matematika Siswa SMP melalui Pembelajaran Berbasis Masala. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung. Tidak diterbitkan. Nurcholis, E. (2012). Meningkatkan Kemampuan Spatial Sense dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMA melalui Pendekatan Berbasis Masalah Berbantuan Komputer. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikan Vol VI. No.2, 125-131, July 2012. Offirston. T. (2012). “Pendekatan Inkuiri Berbantuan Software Cinderella untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemecahan Masalah Matematis Siswa MTs” Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Makalah dimuat dalam Educationist: Jurnal kajian filosofi, teori, kualitas, dan manajemen pendidikanVol VI. No.2, 101-106, July 2012 Rachmat, U,S. (2014). Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Pemecahan Masalah Matematik serta Kepercayaan Diri Siswa SMP melalui Pembelajaran Kontekstual berbantuan Mathematical Manupulative. Tesis pada Pascasarjana STKIP Siliwangi, Bandung, tidak dipublikasi. Rohendi, D. (2009). Kemampuan Pemahaman, Koneksi, dan Pemecahan Masalah. Matematik: Eksperimen terhadap Siswa Sekolah Menengah Atas melalui Pembelajaran Elektronik (E-Learning). Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. Rusmini, (2008). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematik Siswa SMP melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Cabri Geometry II. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi. 19
Setiawati, E. (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Habit of Mind Matematis, melalui Pembelajaran berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan Supriyanti, N. R. (2010). Keefetifan Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams A Chievement Division (STAD) Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Pada Materi Pokok Dimensi Tiga Kelas X. Semarang: Under Graduates Thesis Universitas Negeri Semarang. Yonandi (2010). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematik melalui Pembelajaran Kontekstual Berbantuan Komputer pada Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, tidak dipublikasi.
20