Resign dari GM, Alumni UNAIR Kembangkan Bisnis Kopi Luwak Cikole UNAIR NEWS – Lulus dari Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga pada tahun 1988, Sugeng Pujiono kini lebih dikenal sebagai pengusaha “Kopi Luwak Cikole”. Pria berusia 53 tahun lalu tersebut, resign dari jabatannya sebagi General Manager PT. Sanbe Farma dan PT. Caprifarmindo Labs di tahun 2013 demi fokus dalam usaha kopi luwak yang ia rintis sejak tahun 2012. Usaha Sugeng boleh dikata tidak berjalan mulus. Awalnya, ia memulai usaha tersebut dengan budidaya 10 ekor luwak. Untuk bisa mendapatkan biji kopi luwak berkualitas, Sugeng melakukan banyak eksperimen dengan mengatur pola makanan juga pola hidup luwak yang dibudidayakannya. Menurut Sugeng, hal tersebut mempengaruhi metabolisme dalam tubuh luwak dalam menghasilkan biji kopi luwak yang berkualitas. Dalam menjalankan bisnisnya, tidak jarang Sugeng menjumpai banyak penolakan terhadap produk kopi luwak miliknya. Terutama, harga kopi luwak yang memang melambung tinggi. Namun dengan terus memperbaiki kualitas kopi luwak miliknya, Sugeng mulai meraih banyak kepercayaan dari penikmat kopi. “Masih jarangnya studi mengenai hewan luwak, membuat saya tertantang untuk terus mempelajari hewan asli Indonesia tersebut. Di samping itu, sedikitnya produsen kopi luwak dan penikmat kopi luwak di Indonesia membuat saya termotivasi mengembangkan usaha ini,” ujar usai mengisi Seminar di FKH Unair pada Kamis (14/7). Kerja keras yang diawali Sugeng dengan 10 ekor luwak tersebut, kini berkembang dengan jumlah sekitar 250 ekor luwak. Di atas lahan di kampung Babakan, Desa Cikole, Lembang Bandung, Sugeng kini memiliki pusat penangkaran dan rumah produksi kopi luwak
yang satu-satunya diakui oleh pemerintah Indonesia. Di Desa Cikole tersebut, disamping menjual produk kopi luwak, pengunjung bisa menikmati secara langsung suasana pegunungan disana. Selain itu, ada pula breeding farm luwak yang bisa menjadi sarana edukasi bagi pengunjung. Adanya paket tour and destination semakin memanjakan pengunjung yang justru banyak berdatangan dari mancanegara. Tercatat, lebih dari 55 negara yang pernah datang ke kedai, workshop, dan penangkaran luwak milik Sugeng. “Kendala yang bermunculan seperti keluarnya protes keras tentang tuduhan eksploitasi terhadap luwak,” ujar Sugeng. Sugeng dengan tegas menolak tuduhan tersebut, sekaligus menunjukkan bahwa usahanya tidak menyiksa luwak. Sugeng memperhatikan pola makanan dan menjaga pola hidup luwak-luwak miliknya. Namun seiring berjalannya waktu, protes itupun terbantahkan. Keputusan Sugeng untuk resign dari posisi general manager dan mengelola kopi luwak adalah langkah besar yang dibuatnya untuk menantang dirinya sendiri dalam berpikir berbeda dan berani mengambil resiko. “Dunia entrepreneurship yang saya geluti saat ini membuat saya menjadi pribadi yang memiliki nilai berbeda. Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan saya menghadapi tantangan dalam memperoleh peluang dan menerima resiko,” kata Sugeng. Tidak puas dengan bisnis kopi luwak, Sugeng kini merambah dunia kuliner dengan membangun sebuah kafe dan resto bernama “Kangen Lembur Cikole” yang masih satu lokasi dengan pusat penangkaran luwak miliknya. “Saya berharap seluruh civitas akademika UNAIR memiliki jiwa entrepreneurship. Karena hal ini akan membuat mereka berani untuk menjadi seseorang yang berbeda, dan terbiasa menciptakan peluang dan berpikir inovatif. Yang terpenting adalah jangan
hanya menunggu peluang, peluang,” kata Sugeng.
jadilah
orang
yang
menciptakan
Selain itu, Sugeng juga mengembangkan bisnis dalam bidang produk kesehatan hewan, yakni PT. ISSU Medika Veterindo yang dimulainya sejak tahun 2013. Menurutnya, PT.ISSU tidak hanya sekedar rumah produksi melainkan sebagai sarana edukasi. Hingga saat ini, tidak sedikit para akademisi yang datang untuk melihat proses produksi di PT.ISSU. (*) Penulis : Okky Putri Editor : Binti Q. Masruroh
Rangkuman Berita Media (22/7)
UNAIR
di
Tahap Ketiga Tembus Seribu Pendaftar Kesempatan bagi siswa untuk bersaing mendapatkan bangku perguran tinggi negeri (PTN) semakin sempit. Bahkan, di beberapa PTN, pendaftaran jalur mandiri sudah berakhir. Pendaftaran Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) jalur mandiri Universitas Airlangga telah ditutup pekan lalu. Total ada 10.491 pendaftar PPMB jalur mandiri. Perinciannya, 5.443 pendafaftar prodi IPA dan 5.498 pendaftar prodi IPS. Rektor UNAIR, Prof. Moh. Nasih menjelaskan, 10.941 pendaftar jalur mandiri mengikuti seleksi pada 24 Juli. Seleksi jalur mandiri berupa tes tulis yang mencakup kemampuan bidang dan tes potensi akademik. Tes ini bertujuan untuk memprediksi potensi dan kemampuan calon mahasiswa baru. Jawa Pos, 22 Juli 2016 halaman 34
Gugah Kepercayaan Diri Masyarakat Sejumlah kawasan di Surabaya kembali diperindah dan diperbaiki jelang dijadikannya lokasi itu sebagai tujuan Prepcom III for UN Habitat pada 25-27 Juli 2016 mendatang. Pakar sosial ekonomi Universitas Airlangga, Nisful Laila, S.E., Mcom, mengatakan, upaya pemkot Surabaya menjadi tujuan internasional merupakan hal yang patut diapresiasi. Untuk mempersiapkannya, diadakan program pembersihan dan memperbaiki kondisi Surabaya. Hal inilah yang bisa meningkatkan kepercayaan diri warga di perkampungan yang ada di Surabaya. Surya, 22 Juli 2016 halaman 13 Harus Bicara Pencegahan Kekerasan Seks Rancangan Undang-undang Penghapusan Kekerasan Seksual yang diajukan DPD RI tak lepas dari masukan akademisi. DPD RI menerima masukan ini pada uji sahih yang dilakukan serentak di tiga perguruan tinggi, salah satunya di UNAIR. Beberapa akademisi hadir, seperti Prof. Emy Susanti, pakar sosiologi gender, Toetik Rahayuningsih, pakar hukum pidana dari Universitas Airlangga. Anggota DPD RI, Hardi S Hood berharap masukan yang diterima dari akademisi bisa memperkuat draft RUU dan tahun ini sudah rampung. Selanjutnya, bisa diadopsi dan disosialisasikan pemerintah. Surya, 22 Juli 2016 halaman 16 Penulis :Afifah Nurrosyidah Editor : Dilan Salsabila
UNAIR Ambil Bagian dalam Pertemuan UN Habitat di Surabaya UNAIR NEWS – Kota Surabaya mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah acara Third Preparatory Committee (Prepcomm III) United Nations Human Settlements Programme (UN Habitat) selama tiga hari pada tanggal 25 – 27 Juli 2016. Pada waktu-waktu tersebut, sekitar 2.460 peserta dari 136 negara dating ke Surabaya untuk sama-sama bertukar pikiran mengenai kota layak huni. Konferensi tersebut merupakan sebuah forum bagi negara-negara yang memiliki kepedulian akan permasalahan perkotaan. Pada tahun 1976 UN Habitat I dilaksanakan di Vancouver, Kanada. Pada tahun 1976 UN Habitat II dilaksanakan di Istanbu,l Turki. Sebagai bagian dari Surabaya dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Airlangga ikut ambil peran dalam gelaran Prepcomm III UN Habitat. Di UNAIR, pada Kamis (28/7) pukul 09.00 – 12.00, menggelar seminar mengenai kota layak huni. Seminar diselenggarakan di dua fakultas, yakni Fakultas Hukum (FH), serta Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), pada waktu yang bersamaan. Di FH UNAIR, seminar yang diselenggarakan bertema ‘Social Cohesion and Equity – Livable Cities and Urban Land’. Diskusi akan dilaksanakan di ruang 303 Boedi Soesetya, FH UNAIR. Di FEB UNAIR, akan diselenggarakan seminar dan pameran foto bertema ‘Urban Government and Municipal Finance’. Menurut Wadek III FEB UNAIR Nisful Laila, S.E., M.Com, selaku koordinator acara UN Habitat di UNAIR, acara seminar telah dipersiapkan dengan lancar. “Karena ini seminar seperti biasa, maka kami sudah mempersiapkan semuanya,” tutur Nisful.
Nisful menambahkan, kedua seminar tersebut terbuka untuk umum. Jadi, seluruh sivitas akademika atau pun masyarakat umum bisa menambah pengetahuan seputar kota layak huni melalui seminar tersebut. Ditemui pada kesempatan lain, Rektor UNAIR Prof. Nasih berharap agar pelaksanaan acara Prepcomm III UN Habitat di UNAIR dapat berjalan dengan lancar dan tanpa halangan. (*) Penulis: Defrina Sukma S. Editor: Nuri Hermawan
Gemar Bermusik, Kompetisi di Jepang
Menang
UNAIR NEWS – Bermusik sudah menjadi kesenangan Farah Nurfadhilla Yuantari sejak masih kecil. Tak heran, hobi tersebutlah yang lantas mengantarkannya menjadi wisudawan berprestasi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Diantara deretan prestasi yang telah ia raih, Farah pernah meraih juara I Asian Beat Band Competition yang berlangsung di Tokyo, Jepang, tahun 2014 silam. “Musik adalah salah satu passion hidup saya sejak kecil. Selain ingin terus belajar dan mengejar karir sebagai dokter hewan, saya juga ingin terus berkarya dalam bidang musik. Sehingga saya termotivasi untuk menjalani keduanya dengan segala suka duka dan tantangannya,” ujar gadis yang pernah meraih juara The Best Vocalist Asian Beat Band Competition diadakan di Jakarta pada 2013 silam. Baginya, bermusik bukan sekadar kegembiraan memainkan alat-
alat musik semata. Namun, ada banyak pelajaran hidup yang ditemui Farah dalam bermusik. “Dalam bermusik, saya bisa lebih belajar banyak tentang tanggungjawab, pendewasaan diri, dan kekeluargaan dengan partner band saya,” ujar gadis yang memiliki menyanyi, mendengarkan musik dan membuat lagu. Semangat berkegiatan di bidang musik tak lantas membuat Farah absen dengan kuliahnya. Terbukti, pada wisuda periode Juli 2016, Farah dinyatakan lulus dengan indeks prestasi kumulatif sebesar 3,47. “Meskipun aktif berkegiatan membagi waktu antara kuliah sedang tidak ada perkuliahan fokus dan total pada urusan
musik, namun sebisa mungkin saya dan musik dengan seimbang. Saat atau tugas kuliah, saya berusaha musik yang saya kerjakan. Begitu
juga sebaliknya,” kata Farah yang merupakan vokalis grup musik Rock X ini. Meskipun telah resmi menyandang gelar sarjana kedokteran hewan, predikat itu tak menyurutkan Farah untuk terus bergelut di bidang musik. Meski demikian, saat ini, gadis asal Sidoarjo ini berencana untuk menjadi dokter hewan praktisi. “Saya berencana menjadi dokter hewan praktisi dan berwirausaha, serta mencari beasiswa untuk melanjutkan S-2 di luar negeri sambil terus bermusik,” pungkasnya. (*) Penulis : Binti Q. Masruroh Editor: Defrina Sukma S.
Tuhfatul Janan, dari Tutor
Mengantarkannya Wisudawan Terbaik
Jadi
UNAIR NEWS – Tuhfatul Janan, mahasiswa peminatan Analisis, prodi Matematika ini berhasil menjadi wisudawan terbaik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga jenjang S-1. Ia lulus dengan IPK 3,81. Selain unggul pada kegiatan akademik di kampus, Tuhfal aktif menjadi tutor sejak masih semester dua. “Selama kuliah ini tak pernah terpikirkan oleh saya untuk memperoleh penghargaan ini. Dari semester I sampai semester VII saya mencoba untuk menyukai semua mata kuliah yang saya ambil. Tidak peduli siapa dosennya, yang terpenting adalah disiplin dalam belajar. Ketidaktahuan justru menantang saya untuk lebih tahu,” terang laki-laki kelahiran Probolinggo, 17 Desember 1993 ini. Kebiasaan Tuhfa menjadi tutor bagi teman-temannya membawa hikmah tersendiri. Dengan menjadi tutor, ia mampu menyalurkan ilmu yang ia dapat. Ia juga menjadi aktif mencari tahu berbagai materi yang belum ia kuasai. “Saya menjadi tutor sejak semester II untuk teman seangkatan, dan semester III untuk adik kelas. Biasanya saya lakukan sore hari, pukul 15.00 sampai 17.30. Karena menyesuaikan dengan jadwal kuliah yang kosong juga,” ujar Tuhfa. Dalam menjadi tutor, ia selalu mempelajari materi berulangulang. Kalau belum paham maka mencari catatan milik teman yang lengkap. Kadang juga mencari e-book. Kalau mendekati UTS/UAS, jam tutornya dia kurangi, dan semua materi ia pelajari kembali supaya tidak lupa, itu kiatnya. Kesibukannya menjadi seorang tutor bagi teman-teman seangkatan dan adik angkatan juga menambah jendela ilmu matematika yang kerap tidak diketahui teman yang lain. Meskipun mengambil
peminatan Analisis, tetapi ia kombinasikan dengan materi bidang aljabar. Skripsi sebagai salah satu syarat kelulusannya mengangkat penelitian berberjudul “Polinomial Pembangun dari Ideal dan Kode Siklik”. Tuhfa yang merupakan saudara kembar dari Syifaul Janan, juga mengambil prodi Matematika FST UNAIR, ia mendapatkan beasiswa PPA 2013-2015 dan seringkali dikirim menjadi kontingen dalam olimpiade nasional seperti Olimpiade Nasional Matematika dan IPA Perguruan Tinggi (ONMIPA-PT) di Malang tahun 2014 dan 2015, Olimpiade Sains Nasional Pertamina (OSN Pertamina) di ITS tahun 2014 dan 2015, serta Olimpiade Sains dan Teknologi DIY (OST DIY) tahun 2014. Tak hanya bergelut pada bidang akademik saja, Tuhfa juga jago dalam permainan bulu tangkis. Pada acara Dekan Cup 2016 silam, ia berhasil merebut Juara I. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Q. Masruroh
BNN Berdayakan Mahasiswa menjadi Penggiat Antinarkoba UNAIR NEWS – Badan Narkotika Nasional Pusat menggandeng Universitas Airlangga dalam upaya pemberantasan narkotika. Upaya tersebut dilaksanakan dalam acara seminar dan praktik lapangan bertajuk “Pengembangan Kapasitas Unit Kegiatan Mahasiswa bidang P4GN (Pencegahan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika). Acara yang diikuti oleh 18 kampus di Jatim itu digelar selama dua hari pada tanggal 20 – 21 Juli 2016 di Ruang Kahuripan, Kantor Manajemen, UNAIR. Mewakili
Rektor
UNAIR,
Kasubag
Kesejahteraan
Direktorat
Kemahasiswaan Fauzi, S.E., memberikan sambutan dalam acara itu. Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai strategi pengembangan program P4GN di lingkungan pendidikan oleh Sinta Dame Simanjutak selaku Deputi Pemberdayaan Masyarakat BNN Pusat. “Indonesia dinyatakan darurat narkoba karena 4,09 juta pengguna narkoba, 27,32% merupakan pelajar dan sekarang marak sekali modus operandi yang dilakukan pengedar untuk menjual narkotika,” ujar Sinta. Dalam konsep pemberdayaan mahasiswa, ada empat aspek yang diterapkan, yaitu konsep regulasi, penganggaran, program, dan kegiatan. Dengan adanya konsep tersebut, mahasiswa diharapkan bisa menjadi penggiat antinarkoba dengan cara mengadakan sosialisasi mengenai narkoba terutama anak-anak di bawah umur dan remaja. Mahasiswa juga bisa menjadi informan untuk BNN jika mengetahui adanya transaksi narkoba ataupun penggunaan narkoba di sekitar. “Kami mengharapkan para mahasiswa yang hadir ini bisa melakukan TOT (training on trainer) di kampus masing-masing, sehingga mahasiswa di lingkungan kampus bisa menjadi penggiat antinarkoba dan mengajak kawan yang lain. Sehingga, efek domino dalam kegiatan pencegahan dan pemberantasan narkoba lebih terkena,” imbuh Sinta. Setelah materi mengenai P4GN, Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi Jatim Sugeng Winarno juga memberikan materi mengenai komunikasi efektif dalam sosialisasi P4GN. Materi terakhir hari pertama ditutup dengan materi tentang implementasi konsep kerelawanan di bidang P4GN oleh Deni Yasmara. Keesokan harinya, acara dilanjutkan dengan materi konseling dan simulasi konseling yang dipandu oleh Dekan Fakultas Psikologi. Pada acara konseling, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan lima orang. Dua orang
dari masing-masing kelompok berperan menjadi konseli dan konselor. Lalu, tiga orang sisanya menuliskan penilaian terhadap kawan mereka tentang pemahaman terhadap materi yang telah dipaparkan. Dengan adanya acara yang digelar BNN dan UNAIR, mahasiswa bisa menambah pengetahuan seputar narkoba dan pemberantasannya. “Acara pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari penuh ini menarik untuk dibahas dan ditindaklanjuti. Justru, harus ada aksi nyata untuk mengubah prevalensi pengguna narkoba supaya semakin berkurang,” tutur Disih Sugianti, peserta program P4GN. Penulis: Faridah Hari Editor: Defrina Sukma S.
DPD dan UNAIR Uji Sahih RUU Penghapusan Kekerasan Seksual UNAIR NEWS – Kasus kekerasan seksual tidak hanya terjadi di perkotaan saja, bahkan tidak jarang di pelosok daerah kasus tersebut sering terjadi. Selain itu, kekerasan seksual juga seringkali diperbincangkan di berbagai media. Menanggapi fenomena tersebut, sebagai bagian dari pemangku kebijakan, Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), yang dalam hal ini melalui komite III, menggelar Seminar Uji Sahih Rancangan Undang-undang (RUU) tentang penghapusan kekerasan seksual di Aula Kahuripan Kampus C UNAIR, Kamis (21/7). Dalam Seminar tersebut, Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin, selaku Wakil Rektor II UNAIR menuturkan bahwa kekerasan seksual yang semakin merajalela di era digital ini memang perlu mendapat perhatian lebih, tak terkecuali dari kalangan
akademisi. “Semoga UNAIR juga bisa menjadi bagian dari salah satu pemecahan solusi terhadap berbagai permasalahan sosial yang menyangkut kekerasan seksual,” jelasnya. Drs. Hardi Selamat Hood, M.Si., selaku Ketua Komite III DPD RI menjelaskan, persoalan seksual yang melanda di berbagai daerah di Indonesia sudah menjadi perhatian serius di jajaran dewan sejak lama. Ia menegaskan, dengan upaya uji sahih RUU yang sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional ini diharapkan bisa segera disahkan. “Wewenang untuk mengesahkan UU memang ada di tangan pemerintah, tapi kami usahakan untuk mendorong pemerintah agar RUU yang sedang kita uji ini bisa disahkan tahun ini. Paling tidak bulan November,” tegasnya meyakinkan. Dalam forum diskusi di seminar tersebut, staf ahli DPD, Fatkhurozi memaparkan pentingnya penguatan mengenai UU tentang penghapusan kekerasan seksual. Pasalnya, selain berdampak pada fisik dan psikis, kekerasan seksual juga berdampak pada sosial, politik, dan ekonomi pada korban dan keluarga. Selain itu, hal tersebut juga mengancam keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Menanggapi hal tersebut, ketua Pusat Studi Wanita UNAIR, Prof. Dr. Emy Susanti, dra., MA, menjelaskan bahwa dalam membentuk UU tidak sekedar memperhatikan satu aspek saja. Baginya penting untuk memperhatikan berbagai aspek yang menyangkut realisasi di lapangan dari UU yang sudah dibuat. “Undang-undang itu harus dikuatkan sedemikian rupa, artinya yang bisa mengakomodasi semua hal, baik faktor sosial, politik, dan budaya,” jelas dosen FISIP UNAIR tersebut. Menambahkan pernyataan Prof. Emy, ahli hukum UNAIR Toetik Rahayuningsih, SH., M.Hum., LLM., menuturkan bahwa dalam merumuskan UU harus dilihat peraturan perundang-undangan yang
sudah ada, baginya dalam menyusun UU baru harus memperhatikan asas-asas dalam hukum, seperti asas keadilan, asas kepastian dan asas kemanfaatan. “Dalam membuat UU baru, perlu dikaji kembali apakah memang diperlukan pembentukan aturan baru tersebut, atau sebaiknya dimasukkan dalam aturan yang sudah ada apabila dianggap aturan yang ada belum cukup memadai,” tegas pakar hukum pidana tersebut. Pakar terakhir yang hadir dalam seminar tersebut yakni Prof. Dr. Dra. Hj. Istibsjaroh, S.H, M.A., dalam paparannya, dosen UIN Sunan Ampel tersebut menekankan mengenai pentingnya menjelaskan beberapa pasal yang masih memiliki makna yang belum bisa diterima secara gamblang. “Diperlukan penjelasan yang lebih dalam terkait UU, karena perubahan dan fenomena sosial yang berkaitan dengan kasus kekerasan ini terus berkembang,” tegasnya. (*) Penulis: Nuri Hermawan Editor: Dilan Salsabila
Himmatul Kholidah, Staf PSDM UNAIR Raih Wisudawan Terbaik Pascasarjana UNAIR NEWS – Barjalan atau tidaknya operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) sangat bergantung pada manajemen likuiditas. Diperlukan usaha yang efektif, efisien, dan optimal dalam menutup kelebihan dan kekurangan dana yang ada di dalam bank.
Topik itulah yang menjadi bahasan Himmatul Kholidah dalam penelitian tesisnya dengan judul “Kualitas Manajemen Risiko Likuiditas pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Kabupaten Sidoarjo dengan Metode Liquidity Risk Management (LRM) Index”. Tesis tersebut berhasil turut mengantarkan Himmatul menjadi wisudawan terbaik dari Sekolah Pascasarjana UNAIR pada wisuda periode Juli 2016. Staf bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Organisasi UNAIR ini akhirnya meraih IPK nyaris sempurna, yaitu 3,93. Tak hanya pengetahuan akademik yang diterima di saat kuliah, berbagai ilmu yang berkaitan dengan agama sering ia dapatkan sebagai dukungan dan motivasi dalam menyelesaikan studi. ”Tidak saja fokus pada ilmu dari bangku perkuliahan, tetapi berbagi ilmu yang berkaitan dengan agama, saya jadikan sebagai dukungan dan motivasi saat menjalani studi. Selain itu tugas saya sebagai tenaga kependidikan (karyawan) juga berperan penting dalam menjalani perkuliahan sehingga bisa menyelesaikan kuliah tepat waktu,” tambahnya. Sebagai
aktivis
yang
pernah
bergabung
dalam
Himpunan
Mahasiswa Ekonomi Islam (HIMA EKIS), Badan Legislatif Mahasiswa (BLM) FEB, dan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), diakui bahwa HIMA telah mengajarkan betapa pentingnya totalitas dalam segala aktivitas yang dijalani. “Tidak ada trik khusus untuk capaian ini, karena pada awal perkuliahan tidak memiliki target menjadi wisudawan terbaik, just do the best!,” kata wanita kelahiran Sidoarjo 4 November 1992. Kendati sibuk sebagai staf PSDM dan Organisasi di UNAIR, Himmatul tak lantas menghambat dirinya dalam mengukir prestasi dibidang akademik. Berbagai prestasi pernah diraihnya ketika menjadi mahasiswa, baik prestasi dari dalam maupun luar negeri. Prestasi tersebut diantaranya Presenter of International Halal Conference 2010 di Kuala Lumpur, Presenter of World Universities Islamic
Philanthropy Conference 2013, Kuala Lumpur; publikasi pada Australasian Journal of Islamic Finance and Business (AJIFB), The Economic Impacts of Islamic Tourism to The Revenue Traders at Sunan Ampel Mosque, dan beberapa prestasi sebagai presenter di Yogyakarta dan Lombok. Pengalaman dan prestasi yang ia capai itu telah menumbuhkan kepercayaan untuk mengembangkan potensi dirinya. “Menerima penghargaan sebagai wisudawan terbaik ini saya merasa tertantang untuk melakukan lebih baik lagi untuk almamater tercinta,” katanya diakhir wawancara. (*) Penulis: Disih Sugianti Editor: Binti Quryatul Masruroh.
Dari Pantai Gading, Daniel Bitty Jadi Wisudawan Terbaik S-3 UNAIR UNAIR NEWS – Pentingnya pengaruh keuangan dalam kehidupan sehari-hari dan memahami kebijakan yang berkembang di negara Afrika dan Asia, menjadi sorotan Dr. Moro Kadjo Daniel Bitty, BBA, M.E., dalam penelitian disertasinya. Hasil penelitian itu ikut mengantar Daniel menjadi wisudawan terbaik S3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga, pada wisuda 16 Juli 2016. Berarti ia adalah satu-satunya wisudawan terbaik dalam wisuda ini yang meraih IPK 4,00 (sempurna). Pria kelahiran Tiassale, Pantai Gading, 25 April 1986 ini memfokuskan penelitian terhadap masalah moneter. Judulnya
”Exchange Rate Regime for the Macroeconomic Performance: Lessons from Regional Integrated Areas in Southeast Asia (ASEAN-10) and West Africa (ECOWAS-15)”. Menurut Daniel, sekarang nilai tukar tampaknya menjadi alat moneter tunggal yang dapat digunakan secara bersamaan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melindungi fundamental ekonomi nasional terhadap guncangan eksternal. Dalam disertasinya itu Daniel menganalisis korelasi faktual antara nilai tukar dan lima makroekonomi variabel, yaitu pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto), inflasi, investasi asing langsung, tingkat pengangguran, dan neraca perdagangan. Pria yang berasal dari Côte d’Ivoire ini mengaku sejak kecil sudah termotivasi oleh sosok Nelson Mandela, melalui kata mutiaranya: “Pendidikan adalah senjata terkuat yang bisa kau gunakan untuk mengubah dunia”. Pengalaman di Indonesia ”Saya ingat pertama kali sampai di Indonesia dengan membawa impian memperoleh gelar doktoral dari ekonomi ASEAN. Saya hanya punya uang 200 US Dollar di kantong dan tidak punya simpanan. Saya sadar tidak akan mampu melaluinya dengan baik karena beasiswa saya, beasiswa unggulan, hanya bisa digunakan untuk biaya kuliah,” kenangnya. Tetapi selama melakukan penelitian, Daniel mendapatkan dukungan dan bantuan dari dosen-dosen di Universitas Airlangga. Karena ia merasa harus menyampaikan terima kasih kepada para pembimbing disertasinya, yakni Prof. Djoko Mursinto, Dr. Unggul Heriqbaldi, dan Dr. Rudi Purwono. Daniel juga mengucapkan terima kasih pada semua sivitas akademika UNAIR dan orang-orang yang membantunya selama di Indonesia. Ia berharap penelitiannya dapat berguna bagi dunia akademisi Indonesia. ”I will only give you the same advice my father gave me before
i fly to Indonesia: Daniel, you have to allow changes in your life, don’t be affraid of it, because changes will help you to know and overcross your pretended limits,” kata Dr. Moro Kadjo Daniel Bitty. (*) Penulis: Lovita Martafabella. Editor: Dilan Salsabila.
Istri Prof. Fasich Rektor UNAIR Ke-12 Tutup Usia UNAIR NEWS – Rektor Universitas Airlangga periode 2004 – 2015 Prof. Fasich, Apt., tengah berduka. Pada Jumat pagi (22/7) pukul 05.10 WIB, istri Prof. Fasich, Mughnijah Fasich, meninggal dunia di Rumah Sakit UNAIR, dalam usia 64 tahun. Almarhumah meninggal dunia setelah dirawat di RS UNAIR kurang lebih selama empat bulan. Sebelum akhirnya dirawat di ruang ICU, almarhumah menjalani operasi gigi. Enam jam pascaoperasi, almarhumah mengalami serangan jantung dan mengalami koma. Sejak saat itu almarhumah dirawat di ruang ICU sampai akhirnya tutup usia. Selepas disucikan di RS UNAIR, Jenazah disemayamkan dan disalatkan di Aula Dharmawangsa lantai delapan RS UNAIR. Selepas salat jumat, jenazah dibawa ke Masjid Ulul Azmi untuk kembali disalatkan. Setelah disalatkan, jenazah akan dimakamkan di tempat pemakaman umum di daerah Sepanjang, Sidoarjo. Almarhumah Mughnijah meninggalkan satu orang suami dan empat orang anak. Semasa kuliahnya, almarhumah aktif bergabung dengan organisasi Senat Mahasiswa Fakultas Farmasi UNAIR
sebagai ketua umum, sekretaris umum.
dan
Dewan
Mahasiswa
UNAIR
sebagai
Ditemui di tempat persemayaman, Direktur RS UNAIR, Prof. Dr. Nasronuddin mengungkapkan bahwa pihaknya telah berusaha dengan maksimal untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi almarhumah. “Bahwa kami sudah memberikan pelayanan dan perawatan medis terbaik, dibantu dengan doa-doa. Ternyata, Tuhan berkehendak lain,” tutur Prof. Nasron. Dijumpai di tempat yang sama, Tjietjiek Tjajahandarie, Ph.D, selaku Manajer Perencanaan dan Pengembangan RS UNAIR, merupakan salah satu sivitas UNAIR yang dekat dengan Prof. Fasich dan almarhumah. Bahkan, pada tahun 2011, ketiganya pernah melaksanakan ibadah umrah bersama di Tanah Suci. Menurut Tjietjiek, almarhumah merupakan sosok perempuan yang menjadi teladan bagi dirinya. “Beliau merupakan sosok yang ideal sebagai istri dan ibu rumah tangga. Kemanapun Pak Fasich melangkah, selalu ada doa yang dipanjatkan dari beliau, baik dalam keadaan senang, bahagia, dan berbagai tantangan. Beliau pernah berkata, Pak Fasich adalah mata saya, dan saya adalah tongkatnya,” tutur Tjietjiek. Saat prosesi persemayaman, Rektor UNAIR Prof. Nasih mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu selama proses perawatan almarhumah hingga meninggal dunia. “Saya ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT,” terang Nasih. Sebelum memulai salat jenazah, Nasih juga mengajak para pelayat untuk mendoakan almarhumah. (*) Penulis: Defrina Sukma Satiti Editor: Nuri Hermawan