Jurnal Tekno Insentif, Kopwil4, Vol. 8, No.2, 10/2014
ISSN : 1907-4964
Requirements Data Mahasiswa Antara Fakta dan Realitas Aradea
Iping Supriana, Kridanto Surendro
Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya Indonesia
[email protected]
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Indonesia
[email protected],
[email protected]
Abstrak—Aktivitas analisis requirements data mahasiswa memerlukan suatu pendekatan yang tepat, karena mahasiswa didalam lingkungan suatu perguruan tinggi merupakan elemen kunci yang dapat menentukan keberlangsungan perguruan tinggi tersebut. Permasalahan yang dapat timbul pada saat menentukan requirements data, ketika memahami peristiwa yang sedang berlangsung atau proses yang sebenarnya ada/ terjadi, yang kenyataannya dapat menuntut sesuatu yang lain/ berbeda. Requirements data mahasiswa dapat diidentifikasi berdasarkan setiap proses yang dapat menciptakan nilai bagi entitas mahasiswa itu sendiri maupun entitas lain yang terkait. Sehingga requirements data-data yang teridentifikasi dapat menumbuhkan peningkatan performasi sistem bagi setiap proses dalam lingkungan perguruan tinggi. Persoalannya, tuntutan perubahan requirements data akan secara berkesinambungan harus selalu dapat diadaptasi. Pembahasan diawali dengan latar belakang, dilanjutkan dengan tinjauan beberapa bahasan terkait, termasuk penelitian sebelumnya, kemudian menguraikan pembahasan kasus, dan pada akhir pembahasan kami menyampaikan hasil kajian pendahuluan sebagai temuan awal dalam penelitian ini. Kata kunci—data requirements, data mahasiswa, arsitektur informasi, sistem layanan, information engineering
I.
PENDAHULUAN
Ketersediaan berbagai data yang berhubungan dengan mahasiswa sebagai sumber daya informasi dan pengetahuan di lingkungan perguruan tinggi, merupakan suatu faktor kunci bagi institusi tersebut, karena mahasiswa dapat dipandang sebagai elemen penentu keberlangsungan perguruan tinggi. Institusi perguruan tinggi sebagai penyelenggara pendidikan, harus mampu memahami permasalahan-permasalahan yang terjadi dan peluang-peluang yang dapat diraih guna memaksimalkan tujuan bisnisnya. Hal ini dapat berdampak pada tumbuhnya kepercayaan pada setiap stakeholder yang terlibat termasuk mahasiswa, sehingga perguruan tinggi tersebut dapat bersaing pada lingkungan yang kompetitif saat ini. Keberadaan requirements data mahasiswa dalam suatu lingkungan perguruan tinggi dapat dilihat dari sudut pandang kebutuhan layanan apa yang harus dipenuhi, sehingga mahasiswa dapat melakukan aktivitas sesuai dengan tujuannya dan memenuhi regulasi yang berlaku. Permasalahan yang dapat muncul saat mengidentifikasi kebutuhan layanan mahasiswa, adalah ketika menterjemahkan requirements berdasarkan fakta dan realitas, artinya peristiwa
yang sebenarnya ada/ terjadi, dan kenyataan yang sebenarnya dapat berbeda/ menuntut sesuatu yang lain. Sehingga requirements data yang teridentifikasi dari proses interaksi diantara entitas mahasiswa dengan entitas-entitas lainnya di lingkungan perguruan tinggi, tidak dapat memenuhi kebutuhan layanan mahasiswa. Untuk mengantisipasi hal ini, diperlukan suatu pendekatan yang tepat, sehingga dapat menciptakan suatu layanan yang memiliki nilai bagi entitas mahasiswa dan entitas lainnya yang berada didalam lingkungan perguruan tinggi, melalui identifikasi dan analisis seluruh proses yang dapat memenuhi requirements data-data yang berhubungan dengan kebutuhan layanan mahasiswa. Melalui perspektif sistem layanan, makalah ini akan membahas pendekatan business system planning, dimana requirements data akan diidentifikasi dari pendenifisian prosesproses yang dapat menciptakan nilai bagi setiap entitas yang terlibat, sehingga diharapkan data-data tersebut dapat membentuk arsitektur informasi yang dapat mendukung layanan mahasiswa yang lebih baik. II.
BAHASAN TERKAIT
A. Penelitian Sebelumnya Dari hasil penelitian sebelumnya [1], aktivitas analisis requirements data bagi pengembangan arsitektur informasi di perguruan tinggi, memandang bahwa karakteristik dari setiap komponen dasar di lingkungan perguruan tinggi adalah sama. Pada model tersebut, entitas dipandang sebagai suatu komponen, dan berdasarkan pada interaksi antar setiap komponen dasar tersebut, dilakukan pendefinisian arsitektur data dan informasi tanpa melakukan pemisahan subsistem seperti yang biasa dilakukan oleh suatu institusi terhadap masing-masing sumberdaya yang dimiliki. Definisi dari setiap komponen dasar dibuat dengan analisis dari setiap keterkaitan berdasarkan proses yang sesungguhnya di suatu institusi tersebut dan melibatkan setiap entitas utama dari sistem. Penelitian ini menggunakan pendekatan business system planning. Pada prinsipnya penelitian ini memulai aktivitasnya dari penurunan sasaran bisnis institusi menjadi proses-proses bisnis, kemudian didefinisikan juga indikator-indikator untuk jaminan keberhasilan setiap proses. Proses-proses tersbeut kemudian didekomposisi menggunakan diagram siklus hidup sumber daya, dari tahapan ini maka dapat teridentifikasi kelaskelas data. Setelah proses bisnis dan kelas data teridentifikasi,
Jurnal Tekno Insentif, Kopwil4, Vol. 8, No.2, 10/2014
maka dibuat matriks keterkaitan antar proses dan data, dan pemetaannya ke dalam suatu subsistem, mengelompokkannya, dan menggambarkan interaksi antar subsistem berdasarkan identifikasi keterkaitan proses bisnis dan kelas data. Matriks inilah yang membentuk suatu arsitektur informasi, dengan matriks ini dapat dibuat identifikasi pemberian notifikasi terhadap suatu subsistem saat terjadi proses yang mengakibatkan perubahan pada suatu kelas data. Penelitian ini cukup memiliki kelengkapan konsep dalam mengidentifikasi requirements data, berdasarkan kondisi eksisting dan fungsi yang ada didalam struktur fungsional institusi. Dalam penelitian ini disebutkan, bahwa proses-proses dikelompokan secara logika dari mulai proses yang bersifat merencanakan, memperoleh, mengembangkan, membentuk, menyaring, memodifikasi atau memeilhara sumber daya data, sampai dengan proses untuk mengakhiri. Namun tidak dijelaskan, arahan pendekatan seperti apa yang digunakan dalam perbaikan atau penciptaan proses bagi setiap kelompok proses tersebut, untuk kebutuhan mengidentifikasi data. Aktivitas identifikasi kebutuhan data, dapat dilakukan melalui berbagai pertimbangan untuk penyempurnaan dari pembentukan arsitektur informasi. Dalam makalah ini, kami mencoba melengkapi kajian dengan memberikan gambaran sebagai alternatif pendekatan dalam perbaikan atau penciptaan proses melalui perspektif sistem layanan, serta memberikan pandangan berkaitan dengan fakta dan realitas suatu kasus. B. Business System Planning Business system planning (BSP) merupakan suatu metodologi atau pendekatan yang terstruktur. Dasar pemikiran dalam menggunakan studi BSP adalah, terdapatnya (di dalam organisasi) suatu kebutuhan akan perbaikan yang signifikan terhadap sistem informasi yang berbasis komputer, juga kebutuhan atas keseluruhan strategi untuk mencapainya [2]. Kebutuhan perbaikan dan strategi untuk mencapainya tersebut, termasuk requirements untuk data sebagai salah satu komponen dalam sistem informasi. Dalam metodologi BSP juga memperhatikan pentingnya mengenali perbedaan karakteristik informasi sesuai requirements masing-masing aktivitas dalam tingkatan manajemen yang berbeda. Menurut metodologi ini, suatu bisnis dibangun pada sistem dimana data diperlukan untuk menjalankan bisnis tersebut. Data diketegorisasi ke dalam kelas-kelas data yang mengarah pada definisi dari sistem informasi untuk mendukung prosesproses bisnis dan sasaran-sasaran bisnis. Studi dimulai dari sebuah kumpulan fakta mengenai bisnis yang biasanya tersedia dalam bentuk yang terdokumentasi di seluruh organisasi, faktafakta ini dikelola, diabstraksikan, dan dianalisis oleh suatu tim studi dan ditingkatkan oleh eksekutif puncak yang menjelaskan tentang bisnis tersebut, serta menambahkan poin-poin tanpa mendokumentasikannya, kemudian dilanjutkan pada tahap identifikasi aktivitas utama dan proses pengambilan keputusan didalam bisnis. Analisis diakhiri dengan konsolidasi dan memperbandingkan fakta-fakta dari seluruh sumber [2]. Terdapat tahapan-tahapan aktivitas dalam melakukan studi perancangan arsitektur informasi dalam metodologi ini, yang diawali dengan mendefinisikan tujuan bisnis, proses bisnis, kelas data, sampai terdefinisinya arsitektur informasi, seperti dapat dilihat pada Tabel 1.
ISSN : 1907-4964 TABEL I. TAHAPAN PENDEKATAN BSP [2] Tahapan
1 2
Aktivitas
Mendefinisikan tujuan bisnis Mendefinisikan proses bisnis
Hasil/ Luaran
Sasaran bisnis, rencana kerja Daftar proses, definisi proses, proses-proses kunci
3
Mendefinisikan kelas data
Daftar kelas-kelas data
4
Mendefinisikan arsitektur informasi
Matriks arsitektur informasi
Luaran akhir dari tahapan Tabel 1 ini adalah aristektur informasi, yaitu sebuah representasi grafis dari perencanaan sumber daya data untuk requirements bisnis [2]. Arsitektur informasi ini didefinisikan setelah daftar kelas-kelas data diperoleh dari hasil pengidentifikasian setiap proses bisnis pada tahapan ke-2. Hal ini selaras dengan teori information engineering, yaitu aktivitas pemodelan data diawali dengan mendekomposisikan fungsi kedalam proses, kemudian bagaimana proses-proses saling berhubungan, dan entitasentitas data apa saja yang akan digunakan, dirubah, dan dibuat untuk requirements proses [3]. Pendefinisian proses bisnis ini dilakukan melalui siklus hidup sumber daya data, seperti terlihat pada Gbr. 1, untuk melengkapi dan lebih memastikan kelengkapan dekomposisi dalam suatu area fungsi [4], dan setiap kelas data didefinisikan berdasarkan kelompok requirements, akuisisi, pengelolaan dan disposisi. Artinya tahapan mengidentifikasi proses bisnis merupakan tahapan yang terpenting, karena akan menentuka data-data apa saja yang dibutuhkan untuk mendukung setiap proses yang dibutuhkan.
Gambar 1. Siklus hidup sumber daya data : aktivitas dan jenis data [2]
C. Pandangan Sistem Sebagai Layanan Menurut pendapat Alter, suatu sistem dapat dipandang sebagai layanan, yaitu suatu komputasi layanan organisasi dapat dipandang dengan menempatkan istilah entitas, artinya otomatisasi layanan organisasi dipandang sebagai suatu aktivitas yang dilakukan oleh suatu entitas, untuk entitas yang berbeda, termasuk penyediaan sumber daya yang akan digunakan oleh entitas yang berbeda [5]. Dari definisi tersebut, keakuratan dari penyediaan proses bagi kebutuhan antar entitas dalam suatu sistem akan menentukan performasi dari sistem itu sendiri. Bila dihubungkan dengan requirements layanan mahasiswa, maka requirements proses dan keterhubungan entitas mahasiswa dengan entitas lainnya dalam lingkungan
Jurnal Tekno Insentif, Kopwil4, Vol. 8, No.2, 10/2014
perguruan tinggi harus diidentifikasi secara tepat, yaitu bagaimana entitas mahasiswa dan entitas lainnya yang berhubungan, satu sama lain dapat menciptakan nilai bagi masing-masing entitas tersebut. Hal ini selaras dengan pandangan teori sistem layanan, dalam teori tersebut dikenal istilah penciptaan nilai, dimana suatu layanan secara kolaboratif diciptakan diantara komponen-komponen didalam lingkungan organisasi [6]. Secara definisi, yang dimaksud dengan nilai dalam konteks layanan teknologi informasi adalah [7] :
Peningkatan performasi atau penurunan hambatan.
Ketersediaan, kapasitas dan keberlangsungan.
Sistem layanan dapat dikonfigurasikan dan dikelola untuk mendukung penciptaan nilai antara komponen-komponen organisasi, dan nilai tersebut ditentukan melalui integrasi dan penggunaan sumber daya [8]. Sumber daya disini adalah termasuk sumber daya data dan informasi bagi terciptanya pengetahuan, artinya pengelolaan data dan informasi harus dipertimbangkan dengan latar belakang bagi penciptaan nilai untuk mendukung requirements kolaborasi dalam suatu jaringan global yang berfokus pada fungsi integratifnya. Penyediaan suatu sistem layanan, sangat ditentukan oleh ketersediaan data dan informasi sebagai sumber daya pengetahuan, yang merupakan elemen input dan output dalam service meta-model [9]. Selain itu, untuk penciptaan nilai perlu diatur supaya pengetahuan mengalir dengan cara yang dapat menjamin keberlangsungan hidupnya, serta adaptif terhadap perubahan. Oleh karena itu, rancangan artefak penciptaan nilai, struktur sistem dan proses yang saling terkait, serta kebergantungannya harus diperhitungkan, karena pengelolaan pengetahuan didasarkan pada struktur penciptaan nilai, proses dan artefak [10]. Berdasarkan uraian tersebut pengembangan proses-proses yang akan menentukan ketersediaan data, dapat menjadi penentu kesesuaian dari struktur pengetahuan yang harus disediakan. Pengembangan proses-proses baru atau perbaikan proses-proses yang sudah ada untuk menciptakan sebuah nilai, dapat dilakukan pada tahapan analisis siklus hidup sumber daya data seperti dapat dilihat pada Gbr. 1. III.
REQUIREMENTS DATA MAHASISWA
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai kajian requirements data mahasiswa ditinjau dari fakta dan realitas. Jika dilihat dari arti kata dengan merujuk pada kamus besar bahas indonesia, fakta didefinisikan sebagai keadaan, peristiwa, yg merupakan kenyataan atau sesuatu yg benar-benar ada atau terjadi, sementara realitas adalah kenyataan atau kenyataan yang sebenarnya dapat berbeda/ menuntut sesuatu yang lain. Keberhasilan mahasiswa didalam lingkungan perguruan tinggi selama menajalani pendidikan, faktanya sangat ditentukan oleh bagaimana perguruan tinggi tersebut mampu melakukan suatu upaya untuk memenuhi hak-hak mahasiswa ketika menjalani proses pendidikan tersebut. Hal ini ditandai dengan tingkat kepercayaan publik, ketika mahasiswa tersebut telah lulus dari suatu perguruan tinggi. Atribut sebagai alumni institusi perguruan tinggi sangat kental melekat pada diri mahasiswa sebagai lulusan institusi tersebut.
ISSN : 1907-4964
Fakta lainnya, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah telah mengeluarkan regulasi yang mengatur kualifikasi pendidikan yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No.8 Tahun 2012, tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indoensia (KKNI). KKNI, adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor [11]. Serta kebijakan pemberlakuannya bagi kompetensi lulusan yang ditetapkan dengan mengacu pada KKNI [12]. Pada intinya tujuan dari regulasi ini adalah, upaya untuk mencapai kesetaraan dan pengakuan kualifikasi sumber daya manusia Indonesia dimata dunia. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, hal ini menjadi suatu tantangan besar bagi setiap institusi perguruan tinggi untuk melakukan upaya yang dapat menumbuhkan kepercayaan publik bagi para alumninya, bukan hanya publik nasional tetapi juga publik dunia. Bila dilihat dari fakta yang ada, dan kajian penelitian saat ini terkait dengan perhatian teknologi dalam organisasi, termasuk perguruan tinggi, dapat disimpulkan bahwa target umum yang dapat ditetapkan adalah, sebuah upaya dalam mengantisipasi masa depan berdasarkan kemajuan teknologi yang terbuka dan lingkup organisasi global, untuk memperoleh benefit dari standar universal didalam sistematisasi dan organisasi pengetahuan [13]. Dari perspektif manajemen pengetahuan, perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang menjalankan bisnis pengetahuan, dan dalam era ekonomi berbasis pengetahuan ini, keberadaan data dan informasi mempunyai peran yang sangat penting [14]. Begitu juga dengan upaya yang dapat dilakukan setiap perguruan tinggi. Suatu perguruan tinggi dapat melakukan perbaikan disesuaikan dengan realitasnya masing-masing, sehingga dapat mengarah kepada kemampuan beradaptasi terhadap fakta. Dalam kajian ini, kami mengambil tempat studi kasus disalah satu perguruan tinggi, untuk mendapatkan gambaran kasus nyata. Berdasarkan fakta di perguruan tinggi tersebut, langkah awal yang dapat dilakukan adalah memulai dari hal yang paling mendasar yaitu berhubungan dengan bagaimana mengidentifikasi requirements data. Penentuan requirements data di lingkungan perguruan tinggi dapat diprioritaskan dari requirements data yang berhubungan dengan mahasiswa, karena mahasiswa merupakan faktor utama yang dapat menentukan keberlangsungan suatu perguruan tinggi. Merujuk kepada metodologi BSP, suatu bisnis dibangun pada sistem dimana data diperlukan untuk menjalankan bisnis tersebut. Data diketegorisasi ke dalam kelas-kelas data yang diarahkan untuk mendukung proses. Studi dapat dimulai dari sebuah kumpulan fakta mengenai bisnis di seluruh organisasi, fakta-fakta ini dikelola, diabstraksikan, dan dianalisis, serta ditingkatkan, kemudian dilanjutkan pada tahap identifikasi aktivitas utama dan proses. Analisis diakhiri dengan konsolidasi dan memperbandingkan fakta-fakta dari seluruh sumber. Dari uraian tersebut apabila dihubungkan dengan kajian kasus yang dibahas, fakta-fakta yang ada dilingkungan perguruan tinggi dapat dijadikan modal awal untuk melakukan suatu perbaikan, berdasarkan realitasnya dalam menentukan peluang-peluang yang dapat diraih.
Jurnal Tekno Insentif, Kopwil4, Vol. 8, No.2, 10/2014
ISSN : 1907-4964
Berdasarkan tahapan BSP, untuk menentukan proses-proses produk dan layanan, dilakukan melalui identifikasi terhadap aktivitas utama, entitas-entitas dan unit-unit pendukung yang berhubungan dengan mahasiswa, dari mulai mahasiswa tersebut mendaftar sebagai calon mahasiswa sampai dengan menjadi alumni. Dari fakta yang ada diperoleh gambaran seperti dapat dilihat pada Tabel 2. Setiap aktivitas pada Tabel 2, memiliki prosesnya masing-masing, sebagai contoh salah satu proses aktivitas akademik dan pengajaran adalah proses perkuliahan, dan proses tersebut dipetakan terhadap siklus hidup sumber daya data seperti dapat dilihat pada Tabel 3.
proses yang berada dalam siklus kebutuhan, akuisisi, pengelolaan dan disposisi. Apabila dilihat dari keseluruhan tahapan tersebut, maka kelas-kelas data yang teridentifikasi dari setiap proses adalah berdasarkan fakta, sementara sebenarnya proses-proses tersebut dapat dilakukan pengembangan/ perbaikan sesuai dengan realitasnya masingmasing. Disini, upaya yang kami lakukan adalah memberikan gambaran bagaimana suatu layanan proses dapat memiliki nilai bagi entitas-entitas yang terlibat. Sebagai contoh, kami mengilustrasikan bagaimana mengidentifikasi kebutuhan proses perkuliahan bagi penciptaan nilai sesuai pemberlakuan KKNI, seperti dapat dilihat pada Gbr. 2.
TABEL II. AKTIVITAS PROSES No
Aktivitas
Entitas
Unit Kerja
Calon mahasiswa, Staf BAA, Staf Fakultas, Publik Mahasiswa, Dosen, Staf BAA, Staf Wakil Rektor I, Staf Fakultas Mahasiswa, Dosen, Staf : LPPM, Wakil Rektor I, Fakultas, Kerja sama, Publik Mahasiswa, Dosen, Staf : BAK, Wakil Rektor III, Fakultas Mahasiswa, Staf BAK, Staf Wakil Rektor III, Staf Fakultas, Publik
1
Penerimaan mahasiswa baru
2
Akademik dan Pengajaran
3
Penelitian dan pengabdian
4
Pembinaan mahasiswa
5
Penerimaan beasiswa
6
Aktivitas unit kemahasiswaan
Mahasiswa, Staf BAK, Staf Wakil Rektor III
7
Aktivitas unit layanan
8
Penyelenggaraan wisuda
9
Bursa kerja
10
Pelacakan alumni
Mahasiswa, Staf UPT, Staf Wakil Rektor II Mahasiswa, Staf BAK, Staf Wakil Rektor I, Staf Fakultas, BAK Mahasiswa, Alumni, Staf : BAK, Kerja sama, Fakultas,Publik Alumni, Staf Fakultas, Staf Wakil Rektor III, Staf BAK, Mitra
Biro Administrasi Akademik (BAA) Biro Administrasi Akademik (BAA), Fakultas Lembaga Penenlitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Biro Administrasi Kemahasiswaan (BAK) Biro Administrasi Kemahasiswaan (BAK) Biro Administrasi Kemahasiswaan (BAK) Unit Pelaksana Teknis (UPT) Biro Administrasi Akademik (BAA) Unit Kerja sama Fakultas
TABEL III. PROSES PERKULIAHAN No
2.1
Proses
Perkuliahan
Siklus
Requirement s
Akuisisi
Pengelolaan Disposisi
Sub Proses
Penetapan kalender akademik Penetapan kurikulum Penetapan pengajar dan wali akademik Registrasi dan pembayaran mahasiswa Pelaksanaan perwalian Perubahan rencana studi Pembuatan jadwal kuliah Pembuatan absensi perkuliahan Pelaksanaan perkuliahan Pengelolaan jadwal ujian (UTS, UAS) Pengelolaan hasil ujian Pengumuman nilai Pelaporan dan evaluasi akademik
Dari tahapan yang telah dilakukan tersebut, maka kelas data dapat diidentifikasi berdasarkan requirements masing-masing
Gambar 2. Penciptaan nilai proses perkuliahan
Berdasarkan perspektif sistem layanan, komponen layanan dalam suatu proses terdiri dari interaksi yang terjadi dan dapat menciptakan nilai diantara entitas-entitas tersebut. Artinya pengidentifikasian kembali dari setiap entitas yang seharusnya ada dan terlibat, serta perbaikan atau penciptaan proses yang dibutuhkan, dapat dilakukan dengan tujuan interaksi yang terjadi diantara seluruh entitas dapat berjalan sesuai dengan requirements baru. Sebagai contoh seperti terlihat pada Gbr. 2, dengan adanya fakta pemberlakuan KKNI, requirements proses yang berhubungan dengan entitas mahasiswa harus dipetakan kedalam 3 sektor utama, yaitu pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. Dengan demikian entitas-entitas yang terkait harus diidentifikasi, demikian juga dengan proses-prosesnya. Suatu perguruan tinggi dapat memulainya dari sektor internal yang diarahkan untuk mencapai kebutuhan sektor eksternal. Persoalannya, bagaimana menentukan proses-proses yang harus disediakan bagi penciptaan nilai, pada Gbr. 2 dipetakan gambaran awal yang dapat dijadikan pedoman, namun masih memerlukan suatu kajian dan penelitian lebih lanjut. Dengan terdefinisinya entitas-entitas baru yang terlibat, dan proses-proses baru yang dikembangkan, maka data-data yang harus diidentifikasi juga akan mengalami perubahan dan penambahan, menyesuaikan dari kebutuhan proses baru. Dan sangat dimungkinkan bahwa fakta baru sebagai sebuah realitas akan muncul kembali secara berkesinambungan, baik merupakan tuntutan requirements operasional, maupun tuntutan dari regulasi baru yang dikeluarkan kembali. Dengan demikian, realitas ini harus dapat diantisipasi oleh suatu sistem yang dapat mengendalikan kebutuhan arsitektur informasi yang memiliki kemampuan beradaptasi terhadap perubahan.
Jurnal Tekno Insentif, Kopwil4, Vol. 8, No.2, 10/2014
IV.
ISSN : 1907-4964
RANCANGAN ARSITEKTUR INFORMASI
Berdasarkan data-data dan proses-proses yang telah teridentifikasi, maka dilakukan pemetaan terhadap matriks proses dan data, masing-masing sel dalam matriks diisi dengan huruf C (create), dan U (use), untuk mengindikasikan proses mana yang membuat dan mana yang menggunakan, seperti dapat dilihat pada Gbr. 3. Dan langkah selanjutnya untuk
mengahsilkan suatau arsitektur informasi, setiap kelas data dan proses tersebut dipetakan terhadap unit-unit kerja yang ada di institusi perguruan tinggi, sehingga dapat ditentukan penanggung jawab dari setiap unit kerja yang akan menggunakan sistem ini. Sementara untuk penggambaran arsitektur data yang merepresentasikan keterkaitan antar entitas data dapat dilihat pada Gbr. 4.
Gambar 3. Matriks proses dan data
Jurnal Tekno Insentif, Kopwil4, Vol. 8, No.2, 10/2014
ISSN : 1907-4964
Gambar 4. Hubungan entitas data
Arsitektur informasi ini merupakan representasi struktur pengetahuan bagi pemenuhan requirements informasi, yang dilengkapi fungsi notifikasi untuk requirements perubahan kelas data. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengembangan selanjutnya untuk mengetahui entitas-entitas yang diprioritaskan untuk dikembangkan terlebih dahulu, dan bagaimana agar setiap entitas selalu berada dalam kondisi yang terkontrol saat terjadi proses perubahan data. Arsitektur informasi yang dibuat, dapat menyediakan dasar untuk perencanaan dalam kebutuhan pendistribusian sistem informasi. Pada dasarnya, data-data awal yang dibutuhkan untuk kebtuuhan pengambilan keputusan, sudah diidentifikasi sejak awal serta dimasukkan kedalam rancangan basis data, dan pemberian notifikasi terhadap suatu subsistem saat terjadi proses yang mengakibatkan perubahan pada suatu kelas data, hal ini berfungsi sebagai unsur pengendalian terhadap kemungkinan perubahan-perubahan kebutuhan informasi. Berdasarkan hasil rancangan arsitektur informasi tersebut, maka terdefinisi sejumlah 78 proses dan 45 entitas data, jumlah ini akan terus mengalami perubahan seiring dengan tuntutan fakta dan realitas yang terjadi. Dengan kondisi tersebut, maka langkah berikutnya yang kami lakukan dan dapat menjadi penelitian lanjutan, adalah mengantisipasi kebutuhan perubahan tersebut dengan mengembangkan suatu sistem yang
dapat mengendalikan kebutuhan operasional dari arsitektur informasi yang telah terbentuk. V.
KESIMPULAN
Keakuratan dukungan data-data bagi requirements data mahasiswa dilingkungan perguruan tinggi, merupakan hal yang penting bagi mahasiswa dalam menjalankan aktivitasnya. Pendekatan dalam mengidentifikasi requirements data dapat menentukan keakuratan data yang harus disediakan. Data dapat teridentifikasi dari fakta suatu proses, namun realitas nya perbaikan dan penciptaan suatu proses sangat diperlukan untuk menjawab dari kebutuhan suatu fakta baru, hal ini akan mengakibatkan terciptanya proses-proses baru beserta dukungan data-datanya. Kondisi ini mengindikasikan, bahwa perubahan-perubahan atas realitas yang harus dipenuhi akibat dari munculnya suatu fakta baru, menyebabkan rancangan arsitektur informasi dituntut untuk dapat memenuhi fleksibilitas dan adaptivitas terhadap perubahan. Hal ini, merupakan peluang bagi penelitian kedepan untuk memikirkan bagaimana mengembangkan suatu kendali sistem arsitektur informasi sehingga dapat beradaptasi dengan perubahanperubahan, baik penambahan, ataupun perbaikan dari kebutuhan kelas data yang lama ataupun kelas data yang baru sebagai struktur pembentuk pengetahuan.
Jurnal Tekno Insentif, Kopwil4, Vol. 8, No.2, 10/2014
REFERENSI [1]
[2] [3] [4]
[5]
[6] [7] [8]
Iping Supriana Suwardi, Dini S. Permatasari, New Integration Model of Information System on Higher Education Institution, Proceedings of the International Conference on Electrical Engineering and Informatics, Institut Teknologi Bandung, Indonesia June 17-19, 2007. IBM, Business Systems Planning : Information System Planning Guide, 3rd Edition, International Business Machines Corporation, 1983. James Martin, Information Engineering, Book I : Introduction, ISBN : 013-465063-8, Prentice Hall International Edition, 1989. Kridanto Surendro, Pemanfaatan Enterprise Architecture Planning Untuk Perencanaan Strategis Sistem Informasi, Jurnal Informatika vol. 8, no. 1, 2007: 1 – 9. S. Alter, “Viewing Systems as Services : A Fresh Approach in the IS Field”, Communications of the Association for Information Systems, Volume 26, Number 1, 2010, Article 11, San Francisco, California. S. L. Vargo, M. A. Akaka, Service-Dominant Logic as a Foundation for Service Science: Clarifications, Service Science, vol. 1, 2009, pp. 32-41. Office of Government Commerce (OGC), IT Infrastructure Library version 3 : Service Design, The Stationery Office - TSO, 2007, London. Moses Golooba, Abd. Rahman Ahlan, Service Value Co-Creation in Research & Innovation Practices in Higher Education Institutions in Malaysia, The 4th International Conference on Electrical Engineering and Informatics, 2013, Published by Elsevier Ltd.
ISSN : 1907-4964 [9]
[10]
[11] [12] [13]
[14]
[15]
Amit J Lopes, Ricardo Pineda, Service Systems Engineering Applications, Conference on Systems Engineering Research (CSER'13), 2013, Published by Elsevier B.V Krenz, P., et al., Knowledge Management in Value Creation Networks: Establishing a New Business Model through the Role of a KnowledgeIntermediary, Product Services Systems and Value Creation. Proceedings of the 6th CIRP Conference on Industrial Product-Service Systems, 2014, Published by Elsevier B.V. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. Undang-Undang Pendidikan Tinggi No.12 Tahun 2012 Pasal 29. George Dragoi, et. al., Knowledge Application Development at SMEs level in a Virtual Business Environment, Conference on Enterprise Information Systems / International Conference on Health and Social care Information Systems and Technologies, 2013. Leony Lidya, M. Sukrisno M.., Iping Supriana S., Iman S., Empowering The Knowledge Of University : A Roadmap Toward Smart Campus, Proceedings of the International Conference on Electrical Engineering and Informatics Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 2007. Lilian Sugiarto, Alternatif Penyusunan Kurikulum Mengacu pada KKNI, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, 2013.