REPRESENTASI GEMAR MEMBACA DALAM FILM SEPUTIH HATI KINTAN, PRODUKSI PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, TAHUN 2006 Riki Maulana Iskandar, Dr. Laksmi, M.A. Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia Email:
[email protected] Abstrak Skripsi ini menganalisis representasi gemar membaca dalam film Seputih Hati Kintan. Penelitian ini menggunakan metode semiotik dengan analisis hubungan sintagmatik dan paradigmatik yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Hasil dari analisis sintagmatik menunjukkan bahwa representasi kegemaran membaca terlihat pada tokoh Kintan yang ingin mendirikan taman bacaan dan tokoh Nabil yang sangat cinta membaca. Analisis paradigmatik menunjukkan representasi kegemaran membaca yang dideskripsikan dalam tokoh dan latar. Kesimpulannya, film ini berisikan representasi kegemaran membaca yang digambarkan dalam karakter Kintan dan Nabil serta usaha Kintan dalam mendirikan taman bacaan yang diperuntukkan kepada orang-orang yang kurang mampu. Kata kunci : kegemaran membaca, representasi kegemaran membaca, representasi dalam film, minat baca Abstract This thesis analyzes the representation of reading interest in a movie titled Seputih Hati Kintan. This study uses semiotic method with analysis of syntagmatic and paradigmatic relations that expressed by Roland Barthes. The results of syntagmatic analysis shows the representation of reading interest that shown in Kintan’s character who wants to build her own library and Nabil’s character who also loves reading. In paradigmatic analysis, reading interest represented by the description of characters and backgrounds. In conclusion, this movie represented the reading interest that shown in the characters of Kintan and Nabil, then Kintan’s efforts in order to build her own library that can be used by the unfortunate people. Keywords : reading interest, representation of reading interest, representation in movie
Pendahuluan 1. Latar Belakang Fiske menyatakan di dalam Media Matters (1994) (dikutip dari Fiske, 2011) bahwa media postmodern tidak lagi menyajikan “representasi realitas kedua; media mempengaruhi dan memproduksi realitas yang mereka mediakan.” Dalam pandangan Fiske, semua realitas atau peristiwa yang bisa menjadi perkara (matters) media, telah menjadi “media event.” Dalam “media event,” atau dalam “realitas kedua” itu, manusia hidup dalam gelimang citra, bahkan antara citra dan tatanan pengalaman pun sudah tidak ada lagi perbedaannya. Dokter televisi, pengacara televisi, detektif televisi, intelektual televisi, ekonom televisi, atau kiai televisi dianggap “lebih real” oleh khalayak, sehingga secara reguler menerima permintaan untuk nasihat dan bantuan dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Jean Baudrillard menyebut ini “the dissolution of TV into life, the dissolution of life into TV.”
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Representasi secara umum dapat diterapkan dalam banyak bidang, bahkan bidang kedokteran sekalipun. Pentingya melakukan penelitian seperti ini adalah untuk dapat memahami sesuatu yang digambarkan sebagai perwakilan dari hal yang sebenarnya sekaligus memberikan fungsi pengawasan apabila penggambaran dirasa terlalu jauh menyimpang. Hal lain yang juga penting untuk melakukan penelitian di bidang representasi adalah sebagai sumbangan karya intelektual untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan penelitian di Indonesia. Minat baca di Indonesia sekiranya makin mengalami kemunduran dan secara perlahan mulai terhapuskan dalam sistem nilai masyarakat Indonesia. Beberapa budaya masyarakat Indonesia seperti budaya lisan contohnya menjadi masalah serius yang harus dihadapi oleh budaya membaca. Masyarakat Indonesia dinilai lebih suka bertukar informasi dengan cara lisan atau mengobrol dari pada menulis dan membaca. Diharapkan dengan adanya representasi dari kegemaran membaca masyarakat Indonesia dalam sebuah karya film dapat menumbuhkan minat baca di kehidupan sehari-hari. Dengan menggambarkan seseorang yang memiliki kegemaran membaca untuk meraih cita-citanya diharapkan dapat menginspirasi masyarakat khususnya generasi muda untuk terus membaca. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mira Azzasyofia yaitu Representasi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Film The Librarian: Quest For The Spear. Perpustakaan digambarkan sebagai lembaga yang melakukan fungsinya dengan baik dan juga menjaga keamanan koleksinya dengan ketat, sedangkan untuk pustakawan digambarkan sebagai pribadi yang profesional dan bertanggung jawab dalam pekerjaannya. Lalu dalam penelitian yang dilakukan oleh Lisna yaitu Representasi Perpustakaan Keliling dalam Film Kidung Tumirah. Digambarkan seorang wanita yang memiliki tekad yang kuat untuk membuat perpustakaan keliling secara pribadi untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Kedua penelitian tersebut menggunakan metode analisis semiotik. Penelitian ini akan meneliti tentang representasi dari kegemaran membaca dalam film Seputih Hati Kintan. Kintan adalah seorang siswi sekolah dasar yang pintar dan gemar membaca. Karena kegemarannya membaca, Kintan ingin membuat taman bacaan untuk anak-anak seusianya. Selain pintar dan gemar membaca, Kintan juga berhati mulia. Kintan berteman dengan Nabil anak putus sekolah yang rajin dan juga gemar membaca. Mereka berdua berteman baik dan menjadi inspirasi orang-orang disekitarnya. Yang menarik dari cerita ini adalah
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
bagaimana kuatnya kegemaran membaca Kintan dan Nabil, serta usaha mereka berdua untuk menularkan “virus” gemar membaca kepada lingkungan sekitarnya. 2. Perumusan Masalah Setelah memahami bahwa film Seputih Hati Kintan mengangkat tema mengenai gemar membaca yang ada di tengah-tengah kehidupan masyarakat Indonesia, maka masalah penelitian yang muncul adalah bagaimana representasi kegemaran membaca masyarakat Indonesia di dalam film produksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia tersebut. 3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menampilkan representasi kegemaran membaca masyarakat Indonesia di dalam film Seputih Hati Kintan. 4. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Seputih Hati Kintan. 5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai representasi gemar membaca masyarakat Indonesia di dalam film Seputih Hati Kintan melalui jalan cerita dan perilaku yang ditunjukkan oleh tokoh-tokoh dalam film tersebut. 6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut: a. Manfaat Praktis: Mendeskripsikan gambaran kegemaran membaca masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari yang direpresentasikan ke dalam film. b. Manfaat Akademis: Sebagai kontribusi dalam pengembangan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, khususnya dalam representasi kegemaran membaca masyarakat Indonesia dalam Film. 7. Tinjauan Literatur 7.1 Representasi Representasi diartikan sebagai sesuatu yang mewakili keadaan yang sebenarnya dalam sebuah bidang/media. John Fiske (2007), menyatakan bahwa representasi adalah sesuatu yang
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
merujuk pada proses yang dengannya realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata-kata, bunyi, citra atau kombinasinya. 7.2 Film Gambar bergerak mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat pada awal abad ke 20. Film adalah sebuah implementasi dari gambar bergerak dan cerita bergerak yang dapat direalisasikan melalui media-media penyiaran seperti televisi, video, dan teknologi lainnya (Carroll, 2008). Lebih lanjut Carroll merinci bahwa film (movies) selalu terdiri dari gambar bergerak yang berseri, yang disebut shots, lalu kumpulan shots membentuk sebuah gambar (adegan) yang disebut frames, yang kemudian ditampilkan melalui proyektor. Film terdiri dari beberapa unsur seperti alur, latar dan penokohan. Alur adalah jalan cerita dari karya-karya naratif yang bersangkutan. Alur menunjukkan kronologi peristiwa yang terjadi dalam sebuah cerita. Alur dapat berupa alur maju, mundur, maupun campuran dari keduanya. Adapun elemen-elemen yang membangun alur menurut Boggs (1991, p. 39) adalah 1. Pemaparan (exposition) : Pemaparan adalah unsur yang memberi gambaran serta pengenalan latar dan tokoh cerita. Unsur ini berada pada tahap awal yang akan digunakan sebagai dasar dari cerita selanjutnya. 2. Gawatan (complication) : Gawatan adalah unsur yang berisikan masalah yang muncul pada cerita dan akan memicu terjadinya konflik. Gawatan biasanya muncul pada porsi yang besar dalam cerita karena ada sisi dramatis yang akan membangun suasana tersendiri dalam cerita. 3. Klimaks (climax) : Klimaks adalah unsur dimana konflik yang terjadi sudah berada pada titik puncaknya. Klimaks akan melibatkan tokoh utama dengan masalah yang dihadapinya. Klimaks dapat terjadi lebih dari satu kali. 4. Penyelesaian (dénouement) : Penyelesaian adalah dimana konflik yang terjadi akan mencapai titik akhir dan memiliki jalan keluar. Penyelesaian bisa bersifat tertutup dimana segalanya sudah benar-benar selesai atau terbuka dimana masih ada kemungkinan kelanjutan cerita.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Latar adalah ruang dan waktu yang melatari cerita yang ditampilkan. Latar sangat penting untuk menggambarkan keadaan atau masalah yang sedang muncul. Ada empat faktor latar yang mempengaruhi keutuhan cerita. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi permasalahan, konflik, dan watak tokoh yang berkaitan. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Faktor waktu: periode waktu terjadinya cerita. 2. Faktor geografis: lokasi fisik dan karakteristik tempat terjadinya cerita. 3. Strukutur sosial dan faktor ekonomi. 4. Adat istiadat, sikap moral, dan aturan dalam berprilaku. Penokohan adalah karakter yang muncul di dalam cerita. Terdapat bermacam-macam tokoh yang dapat muncul dalam cerita. Diantaranya tokoh utama dan pendukung. Tokoh pendukung dapat berkonflik dengan tokoh utama atau tidak. Menurut Boggs (1991, p. 53-61), ada beberapa jalur untuk memahami tokoh-tokoh dalam film, yaitu: 1. Penokohan melalui penampilan fisik. Watak seorang tokoh dapat dipahami oleh penonton dari penampilan fisik para tokoh. Gestur tubuh, postur, wajah dan cara berpakaian adalah contoh dari unsur-unsur yang dapat membangun watak tokoh. 2. Penokohan melalui dialog. Watak seorang tokoh akan nampak saat mereka berbicara. Gaya dan tata bahasa, intonasi, penekanan dan sebagainya dapat menggambarkan watak maupun latar belakang dari seorang tokoh. 3. Penokohan melalui tindakan eksternal. Tindakan seorang tokoh yang berhubungan dengan tokoh lainnya dapat memberikan gambaran watak tersendiri. Tindakantindakannya maupun keputusan yang diambil dapat mencerminkan watak yang sesungguhnya dari tokoh tersebut. 4. Penokohan melalui tindakan internal. Selain hubungan dengan tokoh lain, watak tokoh juga dapat dilihat dari hubungannya dengan diri sendiri. Pemikiran dan sifat seorang tokoh akan tercermin dari bagaimana seorang tokoh merenung, berkhayal dan bermain dalam pikirannya sendiri.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
5. Penokohan melalui pengontrasan. Memahami watak seorang tokoh juga dapat dengan melihat tokoh lain yang kontradiktif terhadap tokoh tersebut. Perbedaan tersebut dapat berupa tampilan fisik maupun prilaku. 6. Penokohan stock dan stereotip. Tokoh stok adalah tokoh kurang penting yang wataknya dapat ditebak dari sekilas melihatnya saja. Tokoh stok biasanya selalu sama dalam setiap cerita tergantung dari pekerjaan yang mereka lakukan. Tokoh stereotip adalah tokoh yang berperan besar dalam cerita. Tokoh ini berperilaku umum yang sudah terlebih dulu terbentuk sebagai representasi sebagian besar orang maupun tokoh-tokoh fiksi. 7. Penokohan berkembang dan statis. Tokoh berkembang adalah tokoh yang mengalami perubahan watak atau karakter seiring berjalannya cerita dan merupakan tokoh yang paling dipengaruhi oleh jalan cerita. Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami perubahan watak atau karakter meskipun telah melewati berbagai peristiwa yang terjadi. Tokoh statis memiliki watak yang sama dari awal sampai akhir cerita. 8. Penokohan sederhana dan bulat. Tokoh sederhana atau biasa disebut tokoh dua dimensi, merupakan tokoh yang mudah ditebak watak dan tindakannya serta kekurangan kompleksitas dalam karakternya. Tokoh sederhana hanya mencerminkan sebuah watak saja. Tokoh bulat atau biasa disebut tokoh tiga dimensi merupakan tokoh yang wataknya sulit ditebak serta memiliki kepribadian yang kompleks. Tokoh bulat kemungkinan memilik beberapa sisi kehidupan, sisi kepribadian dan jati diri yang berbeda. 7.3 Gemar Membaca Membaca bukan hanya untuk mengetahui untaian kata-kata, tetapi membaca mempunyai makna menerjemahkan dan menginterpretasikan tanda-tanda atau lambang-lambang dalam bahasa yang dipahami oleh yang membacanya (Mudjito, 2007). Menurut Stanley Fish (Bennet, 1995), membaca adalah sebuah pengalaman yang melebihi penjelasan ringkas dari makna tekstual. Fish menekankan pada pengalaman atau sensasi yang didapat dalam membaca lebih berarti daripada makna yang didapat dari teks itu sendiri. Menurut Alan Kennedy (Bennet, 1995) dalam pemahamannya yang lebih konvensional, membaca adalah tindakan menyendiri yang
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
melibatkan seseorang dan sebuah buku. Dapat dipahami bahwa dulu membaca hanya identik pada buku dan kegiatan yang dilakukan sendiri. Berbeda dengan pemahaman modern bahwa membaca dapat dilakukan pada media apa saja dan dapat dilakukan secara bersama-sama. Menurut Putu Laxman Pendit (Pendit, 2007) membaca merupakan aktivitas manusia yang rumit. Setiap membaca, kita melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan mata dan otak. Dengan begitu membaca diawali dengan melihat dengan mata dan menerimanya ke otak. Informasi yang dikirim ke otak akan diproses sesuai dengan pengetahuan yang ada sebelumnya dan akhirnya dapat menjadi pemahaman bagi kita. Kegiatan membaca bukanlah sebuah kegiatan “menangkap citra” secara pasif, melainkan kegiatan indera yang secara aktif memasukkan citra itu ke otak (Pendit, 2007, p. 18). Kemampuan membaca erat kaitannya dengan bahasa. Jika kemampuan berbahasa seseorang sudah mumpuni untuk memahami kata per kata dan makna yang dimaksud, kemampuan membaca pun akan semakin terdukung dengan sempurna. Dengan demikian, membaca merupakan aktivitas sosial-budaya yang sama rumitnya dengan aktivitas urat syaraf di benak setiap orang, dan yang rahasianya belum pernah bisa kita ungkapkan sampai tuntas (Pendit, 2007, p. 19). Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Di dalam penelitian kualitatif, semua hal yang diteliti saling terkait dalam jaringan yang rumit dan keterkaitan yang unik. Peneliti kualitatif tidak mencoba menggeneralisir penelitiannya namun mencoba memperlihatkan kerumitan dan keunikan dari konteks yang ditelitinya. Penelitian kualitatif menekankan pentingnya meletakkan makna tentang sesuatu di dalam konteks ketika sesuatu itu diteliti (Pendit, 2003, p. 262) Penelitian ini akan menggunakan metode semiotik dengan teori analisis yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure yang disempurnakan oleh Roland Barthes bahwa setiap karya naratif memiliki hubungan sintagmatik dan hubungan paradigmatik (Zaimar, 2014). Film adalah salah satu karya naratif, maka metode ini cocok untuk melihat representasi dari gemar membaca dalam film Seputih Hati Kintan dengan melihat hubungan-hubungan tersebut dari jalan cerita dan unsur-unsur pokok maupun pendukung yang muncul dalam film.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan teks atau sekuen. Menurut M.P. Schmitt dan A. Viala (1982), ketentuan sekuen adalah: 1. Sekuen harus terpusat pada satu hal tertentu, seperti perbuatan yang sama, ide yang sama, dan pemikiran yang sama 2. Sekuen harus membentuk waktu dan ruang yang koheren: sesuatu yang terjadi pada tempat atau waktu yang sama atau beberapa tempat dan waktu yang tercakup dalam satu masa; seperti suatu periode dalam kehidupan seseorang tokoh, serangkaian contoh atau bukti-bukti untuk mendukung suatu gagasan. Selain itu, masing-masing sekuen dapat menjadi elemen dari sekuen yang lebih besar, sehingga seluruh teks membentuk teks yang maksimal. Analisis dan Interpretasi Data a. Analisis Sintagmatik dan Paradigmatik 1. Analisis Sintagmatik 1.1 Analisis Pengaluran Analisis ini berisikan urutan peristiwa-peristiwa yang akan membentuk isi cerita. Urutan dari cerita-cerita tersebut akan diberikan penomoran tunggal. Urutan tersebut disebut dengan satuan isi cerita (lihat lampiran 1). Urutan satuan isi cerita ini secara keseluruhan berjumlah 184 yang membentuk kesatuan adegan dari film. Satuan isi cerita yang menjelaskan tentang gemar membaca berjumlah 53 sekuen dan terdiri atas sekuen 2, 3, 12, 13, 14, 15, 32, 35, 43, 46, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 67, 68, 69, 70, 73, 74, 75, 76, 89 , 92, 93, 94, 95, 96, 98, 100, 106, 107, 109, 110, 118, 119, 120, 159, 160, 162, 163, 164, 165, 166, 169, 170, 172, 173, 175, 180 dan 184. Dari satuan isi cerita diatas, digambarkan dua tokoh utama yang gemar membaca yaitu Kintan dan Nabil. Mereka berdua di dukung oleh tokoh-tokoh lain seperti Pak Fajri, Bu Widi, Mang Ucup dan Arifia yang juga peduli terhadap dunia membaca. Kintan sangat gemar membaca dan memiliki koleksi buku yang cukup banyak dimana semua buku-buku tersebut sudah selesai ia baca. Kintan ingin buku-buku yang sudah dibacanya dapat dimanfaatkan oleh
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
orang lain dengan mendirikan taman bacaannya sendiri. Nabil juga memiliki kegemaran membaca yang besar. Walaupun Nabil tidak mampu membeli buku bacaan, namun Nabil selalu mencari cara untuk dapat membaca buku. Nabil membaca buku di tukang buku bekas dan perpustakaan. Kintan dan Nabil juga memanfaatkan buku-buku di perpustakaan sekolah. Kintan dan Nabil menyukai jenis buku-buku cerita sebagai bacaan. Pengarang favorit mereka adalah Arifia Sekar Seroja. Selain Nabil dan Kintan, Mang Ucup dan Pak Fajri juga memiliki kegemaran membaca yang besar. Mang Ucup banyak membaca berita dan buku-buku, sedangkan Pak Fajri cukup sering berkunjung ke Perpustakaan Nasional. 1.2 Analisis Alur Film Seputih Hati Kintan memiliki alur maju dan memiliki hubungan sebab akibat. Analisis alur dalam film ini akan menggunakan fungsi utama dalam penjabarannya. Fungsi utama merupakan gabungan dari beberapa satuan isi cerita yang disusun secara kronologis untuk menunjukkan hubungan sebab akibat. A. Urutan Fungsi Utama 1. Kintan seorang anak dari keluarga yang cukup berada, adalah seorang siswi SD yang memiliki kegemaran membaca serta berkeinginan untuk membangun taman bacaan agar dapat membantu orang-orang yang kurang mampu supaya tetap bisa membaca. 2. Kintan memiliki teman bernama Nabil yang juga memiliki kegemaran membaca. 3. Nabil adalah anak yang kurang mampu dan putus sekolah. 4. Nabil berjualan koran untuk membantu orang tuanya. 5. Nabil berteman dengan Kintan. 6. Nabil ditolong oleh Kintan dan Mang Ucup di lampu merah setelah hampir ditabrak oleh mobil Anggi sehingga koran dagangannya berserakan di jalan. 7. Pertemanan Kintan dan Nabil tidak disetujui oleh Pak Koen dan Kevin. 8. Pak Koen juga tidak menyetujui ide Kintan untuk membuat taman bacaan di paviliun rumahnya karena digunakan untuk orang-orang yang tidak mampu. 9. Nabil membaca buku yang dijual oleh pedagang buku bekas tanpa membelinya. 10. Nabil dimarahi oleh pedagang buku bekas dan dilarang untuk membaca bukunya. 11. Kintan membelikan buku yang dibaca Nabil.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
12. Pak Koen dan Kevin yang melihat kebersamaan Kintan dan Nabil, marah dan memaksa Kintan untuk pulang ke rumah. 13. Pak Fajri bertemu Nabil yang berjualan koran di Perpustakaan Nasional dan menawarkannya untuk bersekolah di sekolah Kintan. 14. Keesokan harinya Nabil datang ke sekolah Kintan dengan menggunakan seragam untuk menemui Pak Fajri. 15. Anggi dan Dita, dua teman Kevin yang juga tidak menyukai Nabil, melihat Nabil di sekolah lalu menelpon dan menghasut Kevin. 16. Nabil pun mulai bersekolah keesokan harinya dan sekelas dengan Kintan. 17. Kevin yang terhasut oleh Anggi dan Dita, menganiaya dan merampas buku Nabil sepulang sekolah bersama kedua orang temannya. 18. Nabil pun luka-luka dan dirawat di rumah oleh Mpok Nana sehingga tidak dapat bersekolah. 19. Kintan bersama Mang Ucup pergi ke rumah Nabil untuk menengok keadaannya. 20. Mpok Nana memarahi Kintan setelah mengetahui bahwa Kevin adalah kakak Kintan yang telah menganiaya Nabil. 21. Kintan pulang ke rumah dan menangis serta mengadukan perbuatan Kevin kepada Bu Widi. 22. Keesokan harinya Bu Widi dan Kevin pergi ke rumah Nabil untuk meminta maaf namun ditanggapi sinis oleh Mpok Nana. 23. Kintan dan Nabil pun datang untuk meredakan suasana diantara Bu Widi, Kevin dan Mpok Nana. 24. Mereka semua pun berbaikan dan Nabil mendapat hadiah sepeda bekas dari Kevin dan Bu Widi. 25. Taman bacaan Kintan pun akhirnya selesai dan mulai digunakan oleh anak-anak di lingkungan rumah Kintan. 26. Taman bacaan Kintan diatur penataannya oleh Mang Ucup yang pernah membaca buku tentang cara mengelola perpustakaan keluarga. 27. Kintan dan Nabil menerima penghargaan dari sekolah pada peringatan Hari Anak Nasional. Kintan mendapatkannya karena telah berhasil mendirikan taman bacaan, sedangkan Nabil karena menjadi juara umum tahunan.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
B. Bagan Fungsi Utama 5
6
1
2
3
8
7
12
4
11
10
9
15
13
25
Keterangan
26
14
16
17
24
23
22
18
21
19
20
27
: : Menunjukkan hubungan sebab-akibat (hubungan logis)
0-27
: Menunjukkan urutan dari terjadinya peristiwa secara kronoligis. Peristiwa nomor 1 terjadi lebih dulu daripada peristiwa nomor 2, begitu seterusnya.
C. Penjelasan Bagan Fungsi Utama Fungsi utama merupakan urutan peristiwa yang memiliki hubungan logis atau sebab akibat yang menjadikan dasar cerita. Berdasarkan analisis alur didapatkan dua alur dalam film ini, yaitu alur gemar membaca dan alur intrik kehidupan Kintan dan Nabil. Penjelasan dari bagan fungsi utama adalah sebagai berikut: Kintan adalah seorang siswi Sekolah Dasar yang berasal dari keluarga yang cukup berada. Kintan memiliki kegemaran membaca dan berkeinginan untuk membangun taman bacaan untuk membantu orang-orang yang kurang mampu agar tetap bisa membaca (fungsi
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
utama nomor 1). Fungsi utama nomor 1 merupakan “motor” cerita, dimana fungsi tersebut yang akan membangun keseluruhan isi cerita dan memungkinkan cerita tersebut untuk terus dilanjutkan sampai akhir. Kintan memiliki teman bernama Nabil yang juga memiliki kegemaran membaca namun berasal dari keluarga yang kurang mampu dan putus sekolah (fungsi utama nomor 2 dan 3). Nabil berasal dari keluarga yang kurang mampu maka Nabil membantu orang tuanya dengan berjualan koran (fungsi utama nomor 4). Ketika Nabil berjualan koran di lampu merah, Nabil hampir tertabrak mobil Anggi sehingga koran dagangannya berserakan dijalan. Beruntung ada Kintan dan Mang Ucup yang menolong, sejak saat itu Nabil dan Kintan berteman (fungsi utama nomor 5 dan 6). Pertemanan Kintan dengan Nabil ternyata tidak disetujui oleh Pak Koen ayah Kintan dan Kevin kakak Kintan (fungsi utama nomor 7). Pak Koen pun ternyata tidak menyetujui ide Kintan untuk menjadikan paviliun rumahnya sebagai taman bacaan (fungsi utama nomor 8). Keesokan harinya Nabil nampak sedang membaca buku yang dijual oleh pedagang buku bekas tanpa membelinya. Nabil pun dimarahi dan dilarang untuk membaca buku tersebut oleh pedagang buku bekas. Kintan yang melihat hal tersebut lalu membelikan buku yang tadi sempat dibaca oleh Nabil (fungsi utama nomor 9, 10, dan 11). Pak Koen dan Kevin yang melihat kebersamaan Kintan dan Nabil, marah dan memaksa Kintan untuk pulang ke rumah (fungsi utama nomor 12). Pada hari berikutnya, Pak Fajri guru Kintan bertemu Nabil yang sedang berjualan koran dan menawarkan Nabil untuk bersekolah di sekolah Kintan (fungsi utama nomor 13). Keesokan harinya, Nabil datang ke sekolah Kintan dengan menggunakan seragam untuk menemui Pak Fajri. Pada saat itu, Anggi dan Dita, dua teman Kevin yang tidak menyukai Nabil menelpon Kevin dan menghasutnya (fungsi utama nomor 14 dan 15). Nabil pun mulai bersekolah keesokan harinya dan ia pun sekelas dengan Kintan (fungsi utama nomor 16). Sepulang sekolah, Kevin bersama kedua orang temannya yang terhasut oleh Anggi dan Dita, menganiaya Nabil dan merampas buku-buku yang dibawa Nabil sehingga Nabil luka-luka dan harus dirawat oleh Mpok Nana sehingga tidak bisa bersekolah keesokan harinya (fungsi utama nomor 17 dan 18). Pada hari berikutnya, Kintan bersama Mang Ucup pergi ke rumah Nabil untuk menengok keadaan Nabil namun Mpok Nana yang mengetahui bahwa Kevin lah
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
kakak Kintan yang telah menganiaya Nabil, seketika memarahi Kintan dan Kintan pun pulang sambil menangis serta mengadukan perbuatan Kevin kepada Bu Widi (fungsi utama nomor 19, 20 dan 21). Keesokan harinya, Bu Widi dan Kevin pergi ke rumah Nabi untuk meminta maaf namun ditanggapi sinis oleh Mpok Nana. Beruntung Kintan dan Nabil datang dan dapat dengan segera meredakan suasana diantara mereka. Mereka pun berbaikan dan Nabil mendapat hadiah sepeda bekas dari Kevin dan Bu Widi (fungsi utama nomor 22, 23 dan 24). Taman bacaan Kintan pun akhirnya selesai dan sudah mulai digunakan oleh anak-anak di lingkungan rumah Kintan. Taman bacaan tersebut diatur penataannya oleh Mang Ucup yang pernah membaca buku tentang cara mengelola perpustakaan keluarga. Berkat taman bacaan tersebut Kintan mendapatkan penghargaan pada peringatan Hari Anak Nasional, Nabil pun mendapatkan penghargaan karena menjadi juara umum tahunan (fungsi utama nomor 25, 26 dan 27) Alur gemar membaca memperlihatkan bagaimana besarnya kegemaran membaca Kintan dan Nabil serta tekad Kintan yang kuat untuk mendirikan taman bacaan. Alur intrik dalam kehidupan Kintan dan Nabil menceritakan tentang persahabatan mereka yang berasal dari latar belakang yang berbeda dan bagaimana mereka menghadapi masalah-masalah yang dihadapi dan disebabkan oleh satu sama lain. 2. Analisis Paradigmatik 2.1 Analisis Tokoh Urutan analisis tokoh dalam film Seputih Hati Kintan ini akan diurutkan sesuai dari frekuensi kemunculan tokoh dalam film mulai dari tukoh utama sampai tokoh-tokoh pendukung. Pembagian tokoh meliputi tokoh gemar membaca dan tokoh non-gemar membaca. Analisis tokoh akan mendeskripsikan fisik dan psikis dari tokoh tersebut. Kemunculan tokoh dapat dilihat dari satuan isi cerita (lihat lampiran 1) yang pembagiannya sebagai berikut: Kintan sebagai tokoh utama muncul dalam 77 sekuen, Nabil mendapat 73 sekuen, Pak Fajri 39 sekuen, Bu Widi 38 sekuen, Mpok Nana 34 sekuen, Mang Ucup 29 sekuen, Kevin 26 sekuen, Anggi dan Dita masing-masing 21 sekuen, Pak Koen 13 sekuen, Ibu Kepala Sekolah 5 sekuen, dua teman Kevin 4 sekuen, Arifia 3 sekuen, dan tokoh-tokoh lain yang mendapat paling banyak 2 sekuen.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Tokoh utama dalam film ini adalah Kintan dan Nabil. Tokoh utama adalah tokoh-tokoh yang memimpin jalannya cerita. Kintan adalah seorang siswi sekolah dasar yang pintar dan baik hati. Kintan berambut ikal panjang dan kulitnya tidak terlalu putih. Postur badan Kintan cukup tinggi untuk siswi sekolah dasar dan tubuhnya kurus. Kintan sangat gemar membaca, ini terbukti dari kamarnya yang penuh dengan buku-buku dan sering pergi ke perpustakaan sekolah untuk membaca. Kintan juga memiliki hati yang mulia karena ia ingin membuat taman bacaan untuk digunakan oleh masyarakat luas. Taman bacaan tersebut akan berisi buku-buku milik Kintan pribadi dan sumbangan teman-teman Kintan di sekolah. Kintan yang diperankan oleh Natasha Rizki Pradita memiliki sifat tidak pernah memilihmilih teman, ini terbukti dari hubungan pertemanannya dengan Nabil yang seorang penjual koran. Kintan juga sangat setia kawan, ini terlihat saat Kintan turut membantu Nabil membersihkan perpustakaan sekolah. Kintan juga sangat dekat dengan bundanya, Kintan dan bundanya sering bercerita berdua saling mencurahkan pikiran dan perasaan. Kintan juga sangat dekat dengan guru-guru di sekolahnya terutama Pak Fajri, bahkan Kintan, Nabil dan Pak Fajri pergi bersama-sama sepulang sekolah.Kintan sangat menyukai buku-buku yang berisi cerita-cerita pendek. Pengarang cerita pendek favorit Kintan adalah Arifia Sekar Seroja. Kebaikan dan ketulusan hati kintan tercermin dalam beberapa cuplikan adegan dalam film, yaitu sebagai berikut. Kintan berkeinginan membangun taman bacaan di rumahnya untuk dapat digunakan oleh masyarakat kurang mampu di sekitar rumahnya.—Kintan membelikan Nabil buku bacaan di pedagang buku bekas karena nampaknya Nabil sangat ingin membaca buku tersebut.—Kintan mau berteman dengan Nabil karena ia adalah anak yang pintar dan gemar membaca, tanpa memperhatikan status sosial Nabil. Cuplikan adegan diatas adalah bukti dari sifat Kintan yang baik dan tulus untuk dapat membantu orang-orang disekitarnya. Sifat gemar membaca Kintan juga ditunjukkan dalam cuplikan adegan berikut. Kintan yang sedang kesal dengan perbuatan ayahnya Pak Koen, melampiaskan emosinya dengan memukul-mukul buku yang berserakan di kamarnya. Nampak juga rak-rak buku yang cukup penuh oleh buku-buku Kintan.—Kintan membaca buku yang berisi cerita-cerita pendek karangan Arifia Sekar Seroja, ia adalah pengarang favorit Kintan.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Cuplikan dari adegan diatas adalah sebagian dari adegan yang menunjukkan kegemaran membaca Kintan. Kintan sangat gemar membaca dan ingin menularkan kegemarannya tersebut kepada masyarakat sekitarnya. Nabil adalah anak lelaki yang kurang beruntung karena lahir dari keluarga yang kurang mampu. Meskipun Nabil kurang mampu, namun ia memiliki sikap pekerja keras. Setiap hari Nabil berjualan koran di lampu merah untuk membantu ibunya. Nabil berambut lurus pendek dan kulitnya coklat. Nabil tidak begitu tinggi dan tubuhnya sedikit gemuk. Nabil sudah putus sekolah karena tidak mampu membayar tunggakan buku-buku pelajaran, seragam dan uang ekstrakulikuler. Nabil yang diperankan oleh Adam Rizky PS adalah anak yang pintar dan gemar membaca. Selain membaca koran yang dijualnya, Nabil juga membaca buku-buku yang dijual oleh pedagang buku bekas. Setelah Nabil bersekolah di sekolah Kintan, Nabil juga meminjam buku-buku bacaan dari perpustakaan. Nabil juga menyukai buku-buku karangan Arifia Sekar Seroja. Nabil sangat menyayangi ibunya, ini terlihat dari sifatnya yang tidak ingin merepotkan ibunya dengan membantu berjualan koran. Nabil yang merupakan anak tunggal sangat dekat dengan ibunya walaupun ibu Nabil sering memarahi Nabil. Nabil pun dapat membahagiakan ibunya dengan menjadi juara umum di sekolah. Nabil yang kurang mampu diperlihatkan dalam cuplikan adegan berikut. Nabil malu kepada teman-temannya karena tidak punya uang untuk membayar biaya studi wisata bersama sekolah.—Nabil putus sekolah dan masih menunggak uang seragam, buku-buku pelajaran dan ekstrakulikuler.—Nabil berjualan koran untuk membantu ibunya membiayai kehidupan sehari-hari. Cuplikan adegan diatas membuktikan bahwa Nabil adalah seorang anak yang kurang mampu dalam ekonomi dan memiliki kesulitan keuangan terutama yang berkaitan dengan pendidikannya. Nabil juga harus bekerja untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarga. Nabil juga memiliki kegemaran membaca yang digambarkan dalam cuplikan adegan berikut. Nabil pergi ke Perpustakaan Nasional untuk membaca buku sehingga pulang ke rumah larut malam.—Nabil membaca buku di pedagang buku bekas sampai-sampai ia dimarahi oleh pedagang tersebut.—Nabil meminjam buku di perpustakaan sekolah namun buku-buku tersebut
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
dirampas oleh Kevin dan kedua temannya.—Nabil juga menyukai karya-karya Arifia Sekar Seroja, penulis cerita-cerita pendek favoritnya. Cuplikan adegan diatas membuktikan bahwa Nabil memiliki kegemaran membaca yang luar biasa dan ia memiliki berbagai cara untuk dapat terus membaca buku. Nabil menyukai bukubuku cerpen terutama karya Arifia Sekar Seroja. 2.2 Analisis Latar Latar yang ditunjukkan dalam film Seputih Hati Kintan paling banyak menyorot kehidupan Kintan dan Nabil sebagai anak sekolah. Beberapa latar menjelaskan perbedaan lingkungan hidup Kintan dan Nabil dimana keduanya berasal dari keluarga yang berbeda latar belakang kehidupannya. Latar di dalam film Seputih Hati Kintan meliputi sekolah, kelas, perpustakaan sekolah, Perpustakaan Nasional, dan toko buku bekas sebagai tempat Kintan dan Nabil berinteraksi. Sedangkan latar rumah Kintan dan Nabil digunakan untuk menggambarkan kehidupan dan kondisi sehari-hari mereka. Latar yang mengalami perubahan adalah paviliun rumah Kintan yang pada akhir cerita dijadikan taman bacaan oleh Kintan. Taman bacaan tersebut dibangun untuk digunakan oleh masyarakat sekitar rumah Kintan. Taman bacaan tersebut merupakan perwujudan dari seputih hati Kintan yaitu niat tulusnya membantu sesama. 3. Representasi Gemar Membaca dalam Film 3.1 Menumbuhkan Kegemaran Membaca pada Anak A. Peranan Orang Tua Orang tua seharusnya sejak dini memperkenalkan anak dengan membaca. Cara yang terbaik adalah dengan memberikan contoh kepada anak dengan membaca di depan mereka. Mengapa cara tersebut penting? Karena anak cenderung mengikuti kebiasaan orang tuanya baik ucapan maupun tingkah laku. Semakin belia umur anak tersebut semakin baik. Cara lainnya adalah membiasakan anak dikelilingi oleh buku-buku bacaan. Jika anak terbiasa dikelilingi oleh buku maka ketertarikan mereka akan terbentuk dengan sendirinya. Orang tua juga seharusnya dapat menyediakan buku-buku apa saja yang disukai anak.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
B. Peranan Guru di Sekolah Banyak kasus dimana orang tua ternyata tidak berpendidikan sehingga tidak bisa memberikan pemahaman tentang pentingnya membaca sejak dini. Ada juga orang tua yang terlalu sibuk sehingga tidak dapat menumbuhkan kegemaran membaca pada anak. Jika situasi tersebut terjadi, harapan terletak pada guru di sekolah untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya membaca. C. Peranan Perpustakaan Perpustakaan sudah seharusnya dapat difungsikan sebagai alat untuk menumbuhkan minat baca. Perpustakaan seharusnya bisa membuat program yang dapat menumbuhkan kegemaran membaca. Bukan hanya menumbuhkan namun terlebih lagi harus dapat memelihara kegemaran membaca seseorang. Untuk anak, umumnya perpustakaan sekolah yang seharusnya menjadi alat untuk memupuk kegemaran membaca siswanya. D. Peranan Media Massa Media massa juga berperan dalam membangun kegemaran membaca pada anak. Baik itu media cetak maupun elektronik, semuanya sama berperan dalam menyampaikan pesan pentingnya membaca. Banyak sekali berita maupun cerita fiksi yang menyampaikan pesan-pesan yang dapat menumbuhkan kegemaran membaca. 3.2 Faktor Pendorong Terbentuknya Kegemaran Membaca Secara Mandiri A. Status Ekonomi dan Sosial Dalam buku Pendidikan Kaum Tertindas, Paulo Friere mengatakan (dikutip dari Puwono, 2009), buku adalah ibarat lentera yang memberi cahaya kehidupan dan membebaskan manusia dan kebutuhan ilmu pengetahuan. Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa membaca adalah harapan bagi seseorang untuk mengubah hidupnya. Dengan memiliki ilmu pengetahuan, seseorang dapat membangun jalannya sendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. B. Pendidikan
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Dari membaca kita dapat menambah ilmu pengetahuan dan mendukung jenjang pendidikan kita. Beberapa orang bahkan terpaksa membaca buku untuk menunjang pendidikannya. Dalam hal ini buku pelajaran adalah buku yang wajib dibaca untuk dapat memahami teori-teori yang kita pelajari. Namun dalam beberapa kasus, seseorang dapat berhasil dalam pendidikannya karena dari awal sudah memiliki kegemaran membaca sehingga membaca buku-buku pelajaran bukan merupakan masalah maupun paksaan. C. Kebiasaan Membaca Kebiasaan membaca biasanya ditularkan dari lingkungan sekitar seseorang. Jika seseorang tumbuh di lingkungan yang terdapat banyak orang yang gemar membaca atau tumbuh di lingkungan yang memiliki fasilitas membaca maka kemungkinan besar orang tersebut akan memiliki kegemaran membaca. Yang menjadi masalah bagi kebiasaan membaca di Indonesia adalah kebiasaan lisan yang lebih mendarah daging. Kebiasaan membaca harus ditularkan kepada siapa saja melalui usaha sekecil apapun. Kesimpulan Film Seputih Hati Kintan memperlihatkan kecintaan anak-anak terhadap membaca dan ketulusan hati Kintan untuk menolong orang lain. Kintan yang gemar membaca ingin agar orangorang yang tidak mampu membeli buku bisa merasakan hak yang sama dengan dirinya. Kintan memiliki keinginan yang mulia untuk dapat mendirikan taman bacaan di lingkungan rumahnya. Selain Kintan, Nabil juga merupakan seorang anak yang gemar membaca. Walaupun Nabil tidak mampu membeli buku namun semangat membacanya tidak pernah padam dan selalu mencari cara untuk dapat membaca buku. Penelitian mengenai representasi gemar membaca dalam film Seputih Hati Kintan merepresentasikan kegemaran membaca anak-anak dalam masyarakat Indonesia. Kintan dan Nabil digambarkan sebagai dua anak yang sangat mencintai dunia membaca. Kintan dan Nabil usianya sebaya namun berasal dari latar belakang yang berbeda. Beberapa faktor dapat menjadi pendukung terbentuknya kegemaran membaca. Pada anak, peranan orang tua, guru di sekolah, perpustakaan dan media sangat penting untuk membentuk dan menjaga kegemaran membaca. Status ekonomi dan sosial, pendidikan serta kebiasaan membaca menjadi faktor lain yang dapat terjadi pada siapa saja.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Pesan moral yang dapat diambil dari film Seputih Hati Kintan adalah pentingnya membaca dan memulai membaca sejak dini. Dengan membaca bukan hanya pengetahuan yang didapat tetapi membaca juga merangsang otak agar tetap aktif dan dapat bekerja dengan baik. Membaca sejak dini juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama oleh peran orang tua. Selain orang tua, di sekolah peran guru juga dapat membantu menumbuhkan dan memelihara kegemaran membaca anak. Film Seputih Hati Kintan juga merupakan salah satu alat yang digunakan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk mempromosikan program dan Perpustakaan Nasional itu sendiri. Seharusnya film Seputih Hati Kintan dapat menjadi salah satu “alat” untuk menumbuhkan kegemaran membaca di masyarakat Indonesia. Dengan ditayangkannya film ini, penonton khususnya anak-anak dapat terinspirasi oleh tokoh Kintan dan Nabil. Bukan hanya dalam kegemaran membaca mereka namun juga nilai-nilai kehidupan yang mereka terapkan. Kehidupan tidak sepenuhnya sulit, jadi selalu ada cara untuk mencapai apa yang kita tuju. Kintan sudah membuktikannya dengan mampu mendirikan taman bacaannya sendiri. Begitupun dengan Nabil yang berhasil menjadi juara umum di sekolah. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (PNRI) sebagai pihak yang memproduksi film ini sebaiknya dapat lebih gencar lagi mempromosikan film ini khususnya nilai-nilai di dalamnya. PNRI juga sebaiknya tidak pernah berhenti membuat film-film yang mengangkat tema kegemaran membaca masyarakat Indonesia. Diharapkan masyarakat dapat memahami dan melaksanakannya karena dekat dengan kehidupannya sehari-hari.
Daftar Acuan
Bunanta, Murti. (2004). Buku, Mendongeng
Bennett, Andrew. (1995). Readers and Reading.
New
York:
Longman
Publishing.
dan Minat Baca. Jakarta: Pustaka Tangga. Carroll, Noel. (2008). The Philosophy of
Boggs, J.M. (1991). The Art of Watching Films. California: Mayfield.
Motion Pictures. Oxford: Blackwell Publishing.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014
Chandler, Daniel. (2002). Semiotics: The Basics. New York: Routledge. Eco,
Umberto.
(1976).
Semiotics.
A
of
Indiana
University Press. Fiske,
John.
Communication
Cultural Studies:
Paling
and
Sebuah
Komprehensif.
Yogyakarta: Jalasutra.
Record Reading. Scholastic Inc. pada
15
May
2014
http://search.proquest.com/docview/ 1524698188?accountid=17242
Puwono. (2009). Pemaknaan Buku Bagi Pembelajar.
Schmitt, M.P. dan A. Viala. (1982). Savoir Lire. Paris: Didier.
Jakarta: Jala Permata. Zaimar, Okke Kusuma Sumantri. (2014). Semiotika dalam Analisis Karya Sastra. Depok: Komodo Books.
Terbuka. Muktiono, Joko D. (2003). Aku Cinta Buku: Menumbuhkan Minat Baca Pada Elex
Media
Komputindo. Pendit, Putu Laxman. (2003). Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Suatu
Pengantar
Epistemoligi
dan
Jakarta:
Sagung Seto.
Minat Baca. Jakarta: Universitas
Jakarta:
Mata
Cita Karyakarsa Mandiri.
Mudjito. (2007). Materi Pokok Pembinaan
Anak.
(2007).
Sutarno NS. (2006). Gemar Membaca.
Logue, Catherine. (2014). 8 Steps to Worlddiakses
Laxman.
Masyarakat
(2011).
Pengantar
Putu
Membaca Kata Bersama. Jakarta:
Theory
London:
Pendit,
Diskusi Metodologi.
Jakarta: JIP-FSUI.
Representasi gemar membaca dalam..., Riki Maulana Iskandar, FIB UI, 2014