arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Menghadirkan suatu Ketiadaan: Sebuah Proses Eksplorasi Pembentukan Geometri Reni Megawati Geometri dalam suatu karya arsitektur tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi memiliki suatu mekanisme dalam proses pembentukannya. Mekanisme yang menjadi kajian dalam eksplorasi pembentukan geometri timber frame yang saya lakukan di sini diperoleh dari yaitu Blur, sebuah karya arsitektur rancangan
memenangkan MacArthur Prize pada tahun 1999. MacArthur Prize merupakan suatu penghargaan yang diberikan kepada orang-orang yang bertalenta dengan menunjukkan jasa yang luar biasa dan bakat yang terus menerus dan meningkatkan art project, inovasi media instalasi yang berteknologi, dan tulisan-tulisan arsitektur Blur yang terletak di danau Neuchatel di Yverdon-les-Bains, Swiss. Blur merupakan sebuah pavilion yang berusaha menggabungkan antara teknologi dan arsitektur, teknologi yang 2002 ini akan menjadi suatu icon bagi negaranya. “BLUR is not a building, BLUR is pure atmosphere, water particles suspended in mid-air. The fog is dynamic, phantom mass, with changes form constantly… BLUR is a spactacle with nothing to see buku Blur - The Making of Nothing ini, menurut saya terdapat pemahaman yang berbeda mengenai pengertian icon. Icon memanfaatkan apa yang tidak tampak secara visual namun dapat dirasakan keberadaannya melalui pemanfaatan media untuk menciptakan suatu icon. Media yang digunakan sebagai massa dalam Blur berupa kabut yang dihasilkan dari air danau itu sendiri. Kabut ini melingkupi bangunan di dalamnya, sehingga keberadaan bangunan di dalamnya tidak terlihat. Kabut sebagai fasad dapat berubah-ubah mengikuti perubahan temperatur di sekelilingnya.
Blur
6
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Menurut saya, Blur tidak menunjukkan keberadaan arsitekturnya melalui sesuatu yang besar dan dapat terlihat secara visual sebagai suatu icon, tetapi Blur membentuk arsitektur melalui ketidakadaannya. Sehingga saya dapat menyimpulkan bahwa mekanisme pembentukan geometri dalam Blur yaitu menghadirkan geometri Blur melalui sesuatu yang lain yaitu keberadaan kabut, sehingga keberadaan Blur dapat dirasakan. Dalam memahami mekanisme pembentukan geometri Blur, maka saya kehadiran. Derrida berusaha memahami kehadiran sebagai jaringan tanda yang menunjuk satu kepada yang lain. Tanda dipahami Derrida sebagai trace (bekas). “Bekas mendahului objek. Bekas itu sebetulnya bukan efek, melainkan terutama penyebab. Kehadiran tidak lagi merupakan sesuatu yang asli, melainkan diturunkan dari bekas…. Setiap percobaan untuk menghapus bekas dengan sendirinya akan menggoreskan suatu bekas lain lagi” (Derrida, dalam Bertens, 2006: 367-368) bukan lagi sesuatu yang tampak saat ini, tetapi kehadiran lebih berupa rangkaian dari apa yang hadir sebelumnya. Derrida tidak melihat kehadiran yang ada secara visual sebagai sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi kehadiran yang ada saat ini merupakan sebuah bentuk turunan dari kehadiran yang sebelumnya. adanya suatu persamaan antara kedua pemikiran tersebut. Persamaannya terletak pada pandangan mereka mengenai suatu kehadiran yang tidak hanya didasari pada apa yang dilihat secara visual sebagai sesuatu yang ada. Dengan kata lain, kehadiran yang mereka ingin hadirkan sebenarnya tidak ada, namun kehadirannya dapat dirasakan melalui sesuatu yang lain yang hadir untuk menghadirkan sesuatu yang tidak ada tersebut. Melalui mekanisme pembentukan geometri Blur dan dikaitkan dengan pemikiran Derrida, maka saya melakukan suatu eksplorasi dengan tema menghadirkan sesuatu yang tidak ada melalui sesuatu yang lain, sehingga sesuatu yang tidak ada itu menjadi hadir. Dalam eksplorasi ini, saya memulainya dengan membongkar tema tersebut sehingga makna kehadiran menjadi jelas. Berdasarkan pemikiran menjadi unsur penting dalam menentukan suatu kehadiran. Kehadiran sesuatu yang tidak ada sekarang berarti dulunya merupakan sesuatu yang pernah hadir, namun sekarang ini telah menjadi trace (bekas). Sesuatu yang tidak ada tersebut juga merupakan rangkaian dari trace (bekas) yang dahulu pernah hadir. Sesuatu yang lain yang menghadirkan sesuatu yang tidak ada merupakan sesuatu yang ada sekarang ini. Sehingga, jika keduanya dilihat pada waktu sekarang (present), maka posisi sesuatu yang tidak ada berada di waktu yang dahulu (past), dan sesuatu yang lain berada di waktu yang sekarang (present). Sesuatu yang tidak ada menjadi sangat penting keberadaannya, karena sesuatu yang tidak ada tersebut akan menentukan apa yang akan dihadirkan. Saya mencoba menggunakan batang kayu untuk membentuk suatu rangka kayu (timber frame) sebagai sesuatu yang tidak ada, dan menghadirkan turunan dari rangka kayu sebagai sesuatu yang lain yang menghadirkan rangka kayu tersebut. Proses eksplorasi akan dijelaskan melalui diagram dan gambar-gambar sebagai berikut: Menghadirkan sesuatu yang tidak ada (timber frame) melalui 2 batang kayu dengan ukuran batang yang lebih panjang memiliki panjang 78 cm, dan batang yang lebih pendek memiliki panjang 58 cm (diagram 1). Kedua batang ini merupakan sesuatu yang masih asli. Untuk membentuk timber frame, maka 7
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
batang-batang ini dibongkar dengan cara dipotong. Batang yang panjangnya 78 cm dibagi menjadi 12 bagian, dan batang yang panjangnya 58 cm dibagi menjadi 6 bagian (diagram 2). Batang-batang tersebut menjadi suatu bekas dan potongan-potongan batang menjadi sesuatu yang hadir.
Diagram 1. Dua buah ranting
Diagram 2. Dipotong menjadi 18 bagian Potongan-potongan kayu dihubungkan dengan lem membentuk dua persegi yang sama besar dan kedua persegi tersebut dihubungkan sehingga membentuk kotak (diagram 3). Proses penambahan lem dalam pembentukan timber frame merupakan suatu proses untuk menghilangkan keaslian sesuatu, sehingga sesuatu yang hadir bukan lagi sesuatu yang asli. Rangka kotak pada diagram 3 bukan merupakan timber frame yang dimaksud, karena potongan-potongan kayu masih tersisa. Potongan kayu yang tersisa dihubungkan diagonal pada keenam sisi rangka kotak kayu, sehingga menghadirkan sebuah timber frame (diagram 4).
Diagram 3. Dihubungkan dengan lem 8
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Diagram 4. Dihubungkan dengan lem Timber frame merupakan sesuatu yang hadir saat ini, dan untuk membuatnya menjadi tidak ada, maka dilakukan proses selanjutnya yaitu menghilangkan timber frame dengan menurunkannya. Menurunkannya maksudnya dengan memberikan gaya-gaya, sehingga terbentuk turunan terakhir. Turunan yang terakhir akan menjadi sesuatu yang lain yang menghadirkan timber frame tersebut. Diagram 5 menggambarkan timber frame yang diberikan gaya tekan dari atas dengan menggunakan ibu jari. Timber frame menjadi suatu bekas saat ini. Proses menghilangkan kehadiran timber frame sehingga menjadi sesuatu yang tidak dapat diturunkan lagi selanjutnya dilakukan dengan memberikan gaya eksternal berupa gaya tekan dari berbagai arah. Pada diagram 6, gaya tekan dilakukan dengan menggunakan jari telunjuk dari sisi kiri atas. Pada diagram 7, gaya tekan diberikan dari sisi kanan atas. Pada diagram 8, dilakukan dengan menekan melalui satu tangan. Tekanan yang diberikan ke timber frame menyebabkan bentuk dari timber frame berubah, sehingga rangka kayu yang hadir sebelumnya tidak tampak lagi sebagai rangka kayu (timber frame). Namun, proses ini masih dapat diturunkan lagi menjadi sesuatu dengan berbagai cara, sehingga bukan merupakan turunan yang terakhir dari timber frame.
Diagram 5. Memberi gaya tekan dari atas
9
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Diagram 6. Memberi gaya tekan dari sisi kiri atas
Diagram 7. Memberi gaya tekan dari sisi kanan atas
Diagram 8. Memberi gaya tekan merata dari atas Cara lainnya untuk menghilangkan timber frame yaitu dengan membalik (rotasi). Pada diagram 9, frame pada hasil turunan diagram 8 diputar 1800 ke arah kanan, sehingga menghasilkan suatu pencerminan.
10
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Diagram 9. Membalik ke arah kanan 180 derajat Pembongkaran potongan-potongan rangka menghasilkan suatu bentuk yang terpecah menjadi beberapa bagian. Pembongkaran dengan menarik dua potong batang ke arah kanan, sehingga rangka menjadi merentang (diagram 10). Rentangan pada diagram 10 dibongkar lagi dengan menariknya di keempat sisinya ke empat arah yang berbeda (diagram 11). Proses pembongkaran selanjutnya dilakukan dengan memecah potongan-potongan rangka menjadi dua bagian dengan menekan potongan rangka di bagian tengah dengan ibu jari sehingga terbagi menjadi dua, walaupun ada juga potongan yang tidak terbagi dan hanya patah (diagram 12).
Diagram 10. Membongkar potongan-potongan
Diagram 11. Membongkar ke empat arah
11
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Diagram 12. Menghancurkan dengan jari Selanjutnya, menghilangkan kehadiran timber frame dilakukan dengan memberikan gaya tekan berupa tumbukan yang berulang-ulang dengan suatu benda berat yaitu alu, sehingga bagian-bagian rangka menjadi terpecah-pecah (diagram 13).
Diagram 13. Menghancurkan dengan benda berat Proses selanjutnya untuk menurunkan timber frame dilakukan dengan membakar bagian-bagian yang telah hancur pada diagram 13. Proses pembakaran ini menghasilkan abu kayu. Ternyata abu kayu ini merupakan turunan terakhir dari timber frame karena jika abu kayu ini diberikan gaya lagi, maka hasilnya akan tetap berupa abu kayu.
Diagram 14. Turunan terakhir 12
arsitektur.net
2008 vol. 2 no. 4
Melalui proses eksplorasi yang dilakukan dengan tema menghadirkan sesuatu yang tidak ada melalui sesuatu yang lain, sehingga sesuatu yang tidak ada itu menjadi hadir, maka kehadiran abu kayu menghadirkan timber frame yang tidak ada dan telah menjadi bekas. Proses menghadirkan sesuatu yang tidak ada melalui sesuatu yang lain yaitu dengan turunan. Melalui turunan, maka hasil dari turunan terakhir tetap memiliki karakter awalnya, namun bentuknya bukan lagi bentuk asli dari sesuatu yang diturunkan. Dalam proses menghadirkan timber frame ini, kehadiran teks juga menjadi sangat penting untuk menghadirkan sesuatu yang tidak ada. Melalui kehadiran teks ‘TIMBER FRAME’ maka kehadirannya dapat dirasakan walaupun yang dilihatnya berupa abu kayu. Berdasarkan mekanisme pembentukan geometri Blur dan pemikiran Derrida yang diterapkan dalam eksplorasi timber frame, maka saya menyimpulkan bahwa geometri tidak hanya berhubungan dengan apa yang dilihat secara visual sebagai suatu hasil, tetapi juga memiliki suatu mekanisme yang menghadirkan geometri tersebut. Mekanisme pembentukan geometri blur building memberikan suatu pengetahuan baru dalam arsitektur bahwa pembentukan geometri tidak hanya melalui suatu kehadiran, tetapi juga ketidakadaannya. Ketidakadaan dalam geometri dapat dirasakan dengan kehadiran sesuatu yang lain yang menghadirkan suatu ketidakadaan tersebut, yang salah satunya melalui turunan. Daftar Pustaka Bertens, K. (2006). Filsafat Barat Kontemporer Prancis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
http://en.wikipedia.org/wiki/MacArthur_Fellows_Program. Diakses 5 Juni 2008. Diakses 6 Mei 2008.
13