PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN LUAS PERMUKAAN DAN VOLUME KUBUS/ BALOK SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 2 MALANG Reni Dian Saputri*), Drs. Askury, M.Pd**) Universitas Negeri Malang E-mail:
[email protected] Abstrak: Kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang sangat penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika karena komunikasi bisa membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika ketika siswa memerankan situasi , menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan, dan penjelasan verbal. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memenuhi indikator komunikasi matematika adalah Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran ini mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, karena pembelajaran ini difokuskan pada kemampuan siswa. Siswa melakukan suatu proses komunikasi matematika sesuai dengan bahasa atau pemahamannya sendiri. Tindakan guru pada tahap think adalah guru berkeliling untuk memastikan bahwa siswa benar-benar memnculkan idenya sendiri. Pada tahap pair, tindakan yang dilakukan oleh guru adalah memfokuskan materi kegiatan diskusi sehingga setiap pasangan dapat menghasilkan jawaban bersama. Sedangkan tindakan guru pada tahap share adalah guru memandu kegiatan ini agar diskusi kelas dapat berjalan dengan baik dan siswa lain dapat berpartisipasi. Peningkatan tersebut ditunjukkan dari peningkatan pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yakni 76,5% pada siklus I meningkat menjadi 86,6% pada siklus II. Kemampuan komunikasi matematika rata-rata siswa meningkat dari 52,1% pada siklus I menjadi 65% pada siklus II. Kata kunci: pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Share, komunikasi matematika
Kemampuan komunikasi matematika merupakan hal yang sangat penting dan perlu ditingkatkan dalam pembelajaran matematika karena komunikasi bisa membantu pembelajaran siswa tentang konsep matematika ketika siswa memerankan situasi , menggambar, menggunakan objek, memberikan laporan, dan penjelasan verbal. Keuntungan lain yang didapat adalah bisa mengingatkan siswa bahwa mereka berbagi tanggung jawab dengan guru atas kegiatan pembelajaran. Aspek komunikasi hendaknya juga menjadi salah satu aspek yang penting dalam kegiatan pembelajaran matematika karena dapat melatih siswa untuk mengkomunikasikan gagasanya, baik dengan komunikasi lisan maupun komunikasi tulis (Ahmad, 2012). Komunikasi merupakan bagian yang sangat penting pada matematika dan pendidikan matematika. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi suatu ide dapat dicerminkan, didiskusikan, diperbaiki, dan dikembangkan. Proses komunikasi juga membantu membangun makna, mempermanenkan ide, dan dapat mempublikasikan ide. Ketika para siswa ditantang pikiran dan kemampuan berpikir mereka tentang matematika dan mengkomunikasikan hasil pikiran mereka secara lisan atau dalam bentuk tulisan, mereka sedang belajar untuk menjelaskan dan meyakinkan. Mendengarkan penjelasan siswa yang lain, memberi kesempatan siswa untuk mengembangkan pemahaman mereka (NCTM, 2000:60). Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe. Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memenuhi indikator komunikasi maematika adalah Think Pair Share (TPS) yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman dan koleganya di Universitas Maryland. Think Pair Share merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dari teori konstruktivisme yang merupakan perpaduan antara belajar secara mandiri dan belajar secara berkelompok. Model pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa, karena pembelajaran ini memfokuskan pada kemampuan *) **)
Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang Dosen Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang
siswa. Siswa melakukan suatu proses komunikasi matematika sesuai dengan bahasa atau pemahamannya sendiri. Hidayat (2012) mengatakan bahwa Think Pair Share merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri sekaligus bekerja sama dengan teman yang lain. Sehingga siswa dapat mencari solusi untuk memecahkan masalah yang diberikan serta dapat mengembangkan ide yang telah mereka dapatkan bersama dengan teman-temannya. Pada tahap think guru memberikan masalah yang dapat merangsang pemikiran siswa yang kemudian guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memikirkan sendiri ide dan jawaban atas permasalahan yang telah diberikan. Pada tahap pair, guru memasangkan setiap siswa berbagi ide dan memberikan jawaban atas permasalahn yang diberikan. Sedangkan pada tahap share, guru meminta beberapa pasangan untuk membagi jawaban mereka dengan teman yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran matematika dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat dihubungkan dengan kemampuan komunikasi matematika siswa. METODE Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dalam PTK ini terjadi kerjasama antara peneliti dengan teman sejawat Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang. Desain penelitian yang dilakukan mengacu dari pendapat Arikunto, dkk (2010) yang terdiri dari 2 komponen yaitu (1) perencanaan; (2) tindakan; (3) observasi; (4) refleksi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa rencana pelaksanaan pembelajaran, LKS, soal tes akhir siklus, soal kuis, lembar obeservasi aktivitas guru, lembar observasi aktivitas siswa, catatan lapangan, dan hasil diskusi teman sejawat. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, hasil kemampuan komunikasi matematika siswa, catatan lapangan, dan diskusi teman sejawat. Sedangkan sumber data adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Malang. Analisis data yan digunakan adalah analisis data kualitatif yang terdiri dari tiga tahap yaitu, (1) mereduksi data, (2) menyajikan data, dan (3) verifikasi. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus dengan masing-masing siklus 2 pertemuan dengan tahap-tahap setiap siklus sebagai berikut (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. HASIL Perencanaan Siklus I Pokok bahasan yang akan dibahas pasa siklus I adalah tentang luas permukaan kubus dan balok. Siklus pertama ini dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (8 jam × 40 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 6 April 2013 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 April 2013dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 April 2013 dengan alokasi waktu 2 x 40 menit. Hasil perencanaan seblum tindakan RPP beserta komponennya seperti LKS, kuis, soal tes akhir siklus I, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Kemudian mengkoordiinasikan program pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat yang bertugas sebagai observer. Pelaksanaan Siklus I Pertemuan pertama dari Siklus I dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 6 April 2013. Pertemuan pertama siklus I ini dilaksanakan dengan fokus menuntun siswa dalam
menemukan rumus untuk menghitung luas permukaan kubus yang kemudian diaplikasikan pada soal yang juga terdapat pada LKS pertemuan pertama tersebut. Pembelajaran dilaksanakan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap think (berpikir), tahap pair (berpasangan), dan tahap share (berbagi). Tahap pertama dari kegiatan inti ini adalah tahap think (berpikir secara individu) yaitu siswa memahami masalah dalam LKS. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini adalah guru berkeliling untuk memastikan bahwa siswa benar-benar mengerjakan LKS yang diberikan secara individu serta memantau hasil kerja siswa. Tahap kedua dari kegiatan inti ini adalah tahap pair (berpasangan). Secara bersamasama, siswa dan pasangannya mendiskusikan hasil pekerjaan mereka masing-masing. Mereka berdiskusi untuk menentukan jawaban yang paling tepat dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada tahap ini tindakan yang dilakukan guru adalah meminta siswa untuk mendiskusikan ide-ide atau hasil pekerjaan yang telah mereka dapatkan pada tahap think dengan pasangannya. Tahap ketiga dari kegiatan inti adalah tahap share (berbagi). Pada tahap ini, peneliti menunjuk beberapa kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka sehingga terbentuk diskusi kelas. Pertemuan kedua dari siklus I dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 9 April 2013 selama 3 x 40 menit. Pertemuan kedua siklus I ini difokuskan untuk menuntun siswa dalam menemukan rumus luas permukaan balok yang kemudian juga diaplikasikan pada soal yang terdapat pada LKS yang disiapkan untuk pertemuan kedua. Model pembelajaran yang digunakan sma dengan siklus I. Tahap pertama dari kegiatan inti ini adalah tahap think (berpikir secara individu) yaitu siswa memahami masalah dalam LKS. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mengerjakan LKS. Tindakan yang dilakukan guru pada tahap ini adalah guru berkeliling untuk memastikan bahwa siswa benar-benar mengerjakan LKS yang diberikan secara individu serta memantau hasil kerja siswa. Tahap kedua dari kegiatan inti ini yaitu tahap pair (berpasangan). Secara bersama-sama, siswa dan pasangannya mendiskusikan hasil pekerjaan mereka masing-masing. Mereka berdiskusi untuk menentukan jawaban yang paling tepat dari pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada LKS. Tahap ketiga dari kegiatan inti adalah tahap share (berbagi). Pada tahap ini, peneliti menunjuk beberapa kelompok untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka sehingga terbentuk diskusi kelas. Pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 13 April 2013 selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Pada pertemuan kali ini siswa melaksanakan tes akhir siklus selama 60 menit. Observasi dan Evaluasi Siklu I Selama penerapan model pembelajaran Think Pair Share dilakukan antara peneliti dan observer melakukan pengamatan dan penilaian terhadap seluruh siswa. Aspek-aspek yang diamati sesuai dengan petunjuk lembar observasi. Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 1. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I Observer Skor tiap Persentase Pertemuan skor tiap pertemuan (%) I II I II 52 61 68 80 1 58 62 76 81 2 60 57 79 75 3
Kategori aktivitas guru tiap pertemuan I II Baik Baik Baik Sangat Baik Baik Baik
Dari tabel hasil observasi terhadap aktivitas guru di atas diperoleh rata-rata 76,5% yang berarti dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik.
Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I Observer Skor tiap Persentase Pertemuan skor tiap pertemuan (%) I II I II 35 38 67 73 1 39 40 75 76 2 40 42 76 80 3
Kategori aktivitas guru tiap pertemuan I II Baik Baik Baik Baik Baik Baik
Dari tabel hasil observasi terhadap aktivitas siswa di atas diperoleh rata-rata 74,5% yang berarti dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan baik. Kemampuan komunikasi matematika siswa selama siklus I dapat dilihat dari tabel kemampuan komunikasi matematika selama siklus I. Kriteria penggolongan kemampuan komunikasi siswa untuk tes akhir siklus adalah sebagai berikut: Tabel 3. Hasil Kriteria Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus I Interval Kriteria Sangat baik 14,95 ≤ ̅ Baik 11,65 ≤ ̅ < 14,95 ̅ Cukup baik 8,35 ≤ < 11,65 ̅ Kurang baik 5,05 ≤ < 8,35 ̅ < 5,05 Sangat Kurang baik (Nurkancana dan Sunartana, 1992)
Dari hasil tes akhir siklus I yang telah diadakan, didapatkan nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa adalah 10,42. Dari nilai rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa hasil kemampuan komunikasi matematika siswa pada siklus I menunjukkan kriteria yang cukup baik. Refleksi Siklus I Berdasarkan hasil observasi terhadap aktivitas guru dan siswa, hasil refleksinya sebagai berikut: (1) motivasi yang diberikan guru kurang mengena pada diri siswa sehingga membuat beberapa siswa kurang bersemangat; (2) guru sudah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam pembelajaran; (3) pada saat tahap think terlihat siswa yang berdiskusi dengan temannya; (4) ketika salah satu kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas, kelompok yang lain masih ada yang tidak memperhatikan; (5) untuk kegiatan penutup saat membuat kesimpulan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan kurang berjalan maksimal; (6) pembagian kelompok pada siklus II akan dibuat berbeda dengan siklus I, pada siklus II pembagian kelompok berdasarkan nilai akhir siklus I. Perencanaan Siklus II Siklus II ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama berlangsung pada hari Selasa tanggal 16 April 2013 dengan alokasi waktu 3 x 40 menit. Pertemuan kedua berlangsung pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013. Hasil perencanaan seblum tindakan RPP beserta komponennya seperti LKS, kuis, soal tes akhir siklus II, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa. Kemudian mengkoordiinasikan program pelaksanaan tindakan dengan teman sejawat yang bertugas sebagai observer. Pada siklus II ini pasangansiswa berbeda dengan siklus I. Pelaksanaan Siklus II Siklus kedua ini dilaksanakan selama 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 16 April dan 20 April 2013. Pertemuan pertama pada siklus II ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 16 April 2013 selama 3 x 40 menit. Pada pertemuan ini, siswa sudah duduk dengan
pasangannya karena pada hari-hari sebelumnya guru sudah memberi informasi tentang pergantian pasangan yang tidak sama dengan pertemuan sebelumnya. Kegiatan pembelajaran yang berlangsung pada pertemuan ini adalah sebagai berikut: (1) guru mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran, meberikan pertanyaanpertanyaan yang merupakan materi prasyarat; (2) pemberian materi dengan diawali pembagian LKS 3 kepada masing-masing siswa dan meminta mengerjakannya secara individu selama; (3) secara bersama-sama, siswa dan pasangannya mendiskusikan hasil pekerjaan mereka masing-masing; (4) peneliti menunjuk beberapa kelompok untuk maju di depan kelas mempresentasikan hasil diskusi mereka sehingga terbentuk diskusi kelas; (5) peneliti menunjuk siswa untuk menyimpulkan kegiatan pembelajaran pada pertemuan ini; (6) kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal Kuis 3 yang berjumlah 2 soal. Tidak lupa, peneliti menginformasikan kepada siswa bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan tes dengan materi volume kubus dan balok. Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 20 April 2013 selama 2 jam pelajaran (2 x 40 menit). Pada pertemuan kali ini siswa melaksanakan tes akhir siklus selama 60 menit. Observasi dan Evaluasi siklus II Selama penerapan model pembelajaran Think Pair Share dilakukan antara peneliti dan observer melakukan pengamatan dan penilaian terhadap seluruh siswa. Aspek-aspek yang diamati sesuai dengan petunjuk lembar observasi. Hasil observasi terhadap aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II Observer Skor tiap Persentase Pertemuan skor tiap pertemuan (%) I I 65 85 1 68 89 2 66 86 3
Kategori aktivitas guru tiap pertemuan I Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Dari tabel hasil observasi terhadap aktivitas guru di atas diperoleh rata-rata 86,6% yang berarti dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan sangat baik. Hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh observer disajikan dalam tabel berikut ini: Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II Observer Skor tiap Persentase Pertemuan skor tiap pertemuan (%) 1 2 3
I 43 43 45
I 82 82 86
Kategori aktivitas guru tiap pertemuan I Sangat Baik Sangat Baik Sangat Baik
Dari tabel hasil observasi terhadap aktivitas siswa di atas diperoleh rata-rata 83,3% yang berarti dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran berlangsung dengan sangat baik. Kemampuan komunikasi matematika siswa selama siklus II dapat dilihat dari tabel kemampuan komunikasi matematika selama siklus II. Kriteria penggolongan kemampuan komunikasi siswa untuk tes akhir siklus adalah sebagai berikut: Tabel 6. Kriteria Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus II Interval Kriteria Sangat baik 14,95 ≤ ̅ Baik 11,65 ≤ ̅ < 14,95
8,35 ≤ ̅ < 11,65 5,05 ≤ ̅ < 8,35 ̅ < 5,05
Cukup baik Kurang baik Sangat Kurang baik
(Nurkancana dan Sunartana, 1992)
Dari hasil tes akhir siklus II yang telah diadakan, didapatkan nilai rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa adalah 13. Dari nilai rata-rata tersebut dapat dilihat bahwa hasil kemampuan komunikasi matematika siswa pada siklus I menunjukkan kriteria yang baik. Refleksi Siklus II Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair Share dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru. Hal ini dapat terlihat dari: (1) dengan adanya penerapan model pembelajaran Think Pair Share pada pelajaran matematika ini membuat siswa berpikir kreatif dalam memecahkan permasalahan yang diberikan; (2) perubahan pasangan siswa yang memberikan perubahan pada aktivitas siswa dan keaktifan siswa, sehingga kegiatan diskusi berjalar dengan baik; (3) pemberian motivasi merupakan salah satu cara yang baik untuk membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran; (4) siswa menunjukkan peningkatan dalam kemampuan komunikasi melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kemampuan komunikasi pada siklus I yaitu sebesar 10,42, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 13. Dari beberapa analisis data yang diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran tindakan kedua telah mencapai kriteria keberhasilan. PEMABAHASAN Pada saat penelitian ini, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti membuat lembar observasi aktivitas guru dalam menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa sebagai alat untuk merekam kegiatan pembelajaran. Pada pelaksanaan pembelajaran peneliti melaksanakan dua siklus, di mana siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus II terdiri dari 2 kali pertemuan. Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian, peneliti terlebih dahulu membagi siswa secara berpasangan berdasarkan perolehan nilai ulangan harian sebelumnya. Adapun tahapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada penelitian adalah sebagai berikut: 1. Tahap Think Pertemuan pertama pada siklus I ini banyak siswa yang yang tidak mengikuti instruksi yan diberikan oleh guru. Meskipun guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS secara individu, namun pada tahap ini banyak siswa yang sudah mengerjakan bersama dengan pasangannya. Sehingga pelaksanaan tahap think pada pertemuan pertama ini kurang berjalan maksimal. Untuk memperbaiki hal tersebut, pada pertemuan selanjutnya guru berkeliling untuk berkeliling dan memeriksa hasil pekerjaan siswa serta mengingatkan pada siswa untuk tetap mengerjakan secara individu sehingga siswa dapat membangun idenya sendiri. Sebagian besar siswa sudah melaksanakan tahap ini dengan baik dengan mengerjakan LKS yang dibagikan secara mandiri. 2. Tahap Pair Tahap pair pada pertemuan pertama kurang berjalan dengan baik. Hal itu dikarenakan sebelum guru memberikan instruksi untuk berdiskusi dengan pasangannya, siswa telah terlebih dahulu berdiskusi dengan pasangannya pada tahap think. Namun pada pertemuan
selanjutnya tahap ini dapat berlangsung dengan baik. Tindakan yang dilakukan guru adalah dengan berkeliling dan memberikan fokus tentang apa yang yang harus mereka diskusikan. Selain itu guru juga memastikan bahwa siswa hanya memdiskusikan dengan pasangannya. 3. Tahap Share Meskipuan ada siswa yang tidak memperhatikan temannya yang sedang presentasi, namun mereka terlihat sangat antusias mengikuti tahap ini. Hal itu terlihat bahwa banyak siswa yang ingin maju ke depan kelas dengan berusaha mengangkat tangan mereka agar ditunjuk oleh guru. Namun karena pasangan yang mendapat giliran presentasi ditunjuk secara acak oleh guru, jadi ada beberapa pasangan yang sedikit kecewa karena tidak terpilih meskipun begitu mereka tetap mengikuti jalannya kegiatan dengan baik. Tindakan guru yang dilakukan pada tahap ini adalah memandu jalannya kegiatan presentasi. Hal ini dilakukan agar materi yang didiskusikan tetap terfokus pada pada materi yang menjadi tujuan pembelajaran. Pada setiap akhir pertemuan guru juga memberikan soal Kuis yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Soal kuis yang diberikan harus dikerjan secara individu oleh siswa. Hal ini dilakukan agar guru dapat mengetahui perkembangan kemampuan komunikasi matematika siswa pada setiap pertemuan. Guru juga mengadakan tes pada setiap akhir siklus untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa pada setiap siklusnya. Pada tes akhir siklus ini guru membagikan soal beserta lembar jawabnya kepada setiap siswa dan meminta mereka untuk mengerjakannya secara individu tanpa melihat pekerjaan temannya. Peneliti berkeliling untuk mengawasi siswa selama pelaksanaan tes berlangsung. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan paparan data, hasil penelitian dan pembahasan, kesimpulan yang dapat diambil adalah terdapat 5 kegiatan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa yaitu pendahuluan, think, pair, share, dan penutup. Pada kegiatan pendahuluan ini selain guru melakukan hal umum seperti mengucap salam dan memeriksa daftar hadir siswa, guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi yang dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari serta memberikan pertanyaanpertanyaan yang dapat mengingatkan siswa kepada materi yang menjadi prasyarat. Pada kegiatan think, guru meminta siswa untuk mengerjakan LKS yang telah dibagikan kepada setiap siswa secara individu dan guru berkeliling untuk melihat hasil pekerjaan siswa dan memastikan bahwa siswa benar-benar mengerjakan secara individu. Kegaiatan pair dilakukan dengan guru meminta siswa untuk mendiskusikan tentang materi yang menjadi fokus pada tujuan pembelajaran dengan pasangannya, di sini siswa menyampaikan apa yang mereka pikirkan kepada pasangannya. Kegiatan selanjutnya adalah share, guru memandu jalannya kegiatan presentasi dan menunjuk pasangan secara acak untuk maju ke depan kelas untuk mempresentasikan atau menyampaikan hasil pekerjaan mereka sedangakan pasangan yang tidak mendapat giliran untuk presentasi diminta untuk memperhatikan sekaligus menanggapi apa yang disampaikan oleh pasangan yang presenasi di depan kelas. Kegiatan terakhir adalah penutup, pada kegiatan ini siswa diminta untuk menyampaikan kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung. Selain itu guru juga mengadakan kuis agar guru dapat mengetahui perkembangan kemampuan komunikasi matematika siswa pada setiap pertemuan dan guru juga meminta siswa untuk mengerjakan soal yang terdapat pada LKS dari sekolah sebagai latihan. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini selain memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara individu juga memberi kesempatan kepada siswa untuk
berdiskusi dengan pasangannya. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think pair Share dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Malang yang dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kemampuan komunikasi matematika pada siklus I sebesar 52,1% dan siklus II mengingkat menjadi 65%. A. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, maka diajukan beberapa saran yang perlu dipertimbangkan sebagai berikut: 1. Bagi Sekolah Bagi sekolah yang ingin menerapkan model pembelajaran tipe Think Pair Share penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dalam memberikan inovasi untuk peningkatan pelaksanaan pembelajaran yang ada di kelas. 2. Bagi Guru Bagi guru yang ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share hendaknya guru benar-benar memastikan bahwa setiap tahap kegaiatan berlangsung dengan baik. Dalam penelitian ini terdapat beberapa temuan masalah yang berkaitan perhitungan matematika. Masih banyak siswa yang salah dalam melakukan operasi perkalian serta siswa juga masih salah dalam merubaha satuan ukuran luas dan volume. 3. Bagi Siswa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan semoga untuk siswa menjadi suatu inovasi untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan aktifitas dan hasil belajar siswa. 4. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain yang berminat menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, peneliti dapat menggunakan media pembelajaan yang lebih kreatif dan inovatif. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share ini memerlukan kektifan siswa untuk berdiskusi sehingga diperlukan perhatian lebih dari peneliti untuk memotivasi dan membimbing siswa jika siswa aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran maka model ini akan berjalan dengan baik. Dan membuat soal dengan jawaban yang bervariasi tujuannya untuk mengajak siswa lebih aktif. ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan bahan pertimbangan untuk dikembangkan pada penelitian yang selanjutnya, sebagai upaya kecil para calon guru untuk memperbaiki kualitas pendidikan khususnya mata pelajaran matematika. DAFTAR RUJUKAN Ahmad, Marzuki. 2012. Komunikasi Matematika. (Online). (http://lubisbrother88.blogspot.com/2012/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html?m=1, diakses 28 Juli 2013) Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hidayat, Fuad. 2012. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa. (Online). (http://fuadhidayat36.blogspot.com/2012/12/pengaruh-model-pembelajarankooperatif.html?m=1, diakses pada 31 Juli 2013). NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Virginia: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc. Nurhadi, Yasin, B. & Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapnnya dalam KBK. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1992. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Suhaedi, Didi. 2012. Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Smp Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ” Kontribusi Pendidikan Matematika dan Matematika dalam Membangun Karakter Guru dan Siswa" pada tanggal 10 November 2012 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY. Triyanto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik: Konsep, Landasan, Teristik-Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka