REMIDIASI PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS X SMK NASIONAL MALANG PADA MATERI SUHU DAN KALOR MENGGUNAKAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF UNIVERSITAS NEGERI MALANG Zamzim Zulfa Rahmawati1, KadimMasjkur2 dan Sutopo 3 1
Mahasiswa Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 2 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang 3 Dosen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Alamat e-mail :
[email protected] ABSTRAK : Suhu dan kalor adalah salah satu materi yang bersifat abstrak sehingga cukup sulit dipelajari. Akibatnya banyak peserta didik yang memiliki pemahaman yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya dimaksud. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan remidiasi terhadap pemahaman konsep siswa pada materi kalor. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan landasan fenomenologis. Subjek pada penelitian ini sebanyak 24 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang menempuh materi Suhu dan Kalor. Instrumen yang digunakan dalam penelitian berupa instrumen tes diagnostik , catatan tanya jawab siswa dan guru, dan rekaman audio. Tes diagnostik diberikan sebelum (pretest) dan sesudah remidiasi (postets) dengan jenis soal yang sama. Instrumen tes ini berupa soal pilihan ganda, dimana siswa diperbolehkan untuk menjawab lebih dari satu jawaban. Analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan pemahaman siswa dari pretest ke postets. Hal ini menunjukkan bahwa strategi konflik kognitif cukup efektif digunakan sebagai salah satu pilihan strategi dalam pembelajaran remidial.
Kata kunci : remidiasi, konflik kognitif, suhu, kalor
Suhu dan kalor adalah salah satu dari materi fisika yang bersifat abstrak. Menurut Sozbilir (2003) suhu dan kalor merupakan salah satu konsep yang sulit untuk dipelajari. Konsep suhu dan kalor yang terlalu abstrak menimbulkan berbagai pemikiran yang berbeda pada siswa ketika mempelajarinya (Baser, 2006). Akibatnya banyak peserta didik yang memiliki pemahaman yang tidak sesuai dengan apa yang dimaksud sebenarnya, sehingga siswa memiliki konsep yang berbeda tergantung apa yang sudah mereka lihat dari lingkungan, kejadian sehari-hari, orang tua, ataupun masyarakat. Strategi pembelajaran remidial sangat penting dalam menentukan kualitas belajar siswa terutama pada pemahaman konsepnya, sehingga untuk mendapatkan
kualitas pembelajaran yang sesuai harapan, perlu dipertimbangkan strategi remidiasi yang tepat untuk membenarkan konsep siswa. Rancangan yang digunakan dalam remidiasi harus berdasarkan kesalahan dan kesulitan yang dialami oleh siswa. Salah satu strategi untuk pembelajaran remidiasi adalah konflik kognitif. Strategi konflik kogntif berlandaskan pada pandangan konstruktivisme. Strategi ini membantu siswa membentuk ide baru berdasarkan pengetahuan dan dan pengalaman terdahulu yang diperoleh dari pengalaman sehari-harinya. Melalui strategi konflik kogntif ini diharapkan dapat meningkatkan penguasaan fisika siswa, terutama pada materi suhu dan kalor. Pada strategi konflik kognitif siswa akan dihadapkan pada fenomenafenomena yang bertentangan dengan apa yang ada dipikiran mereka. Siswa akan mengalami suatu konflik yang dapat merubah struktur kognitifnya yang pada akhirnya siswa dengan sendirinya akan mengubah dan memperbaiki konsep awal yang salah dengan konsep baru yang benar. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan remidiasi terhadap pemahaman konsep siswa SMK Nasional Malang pada materi Kalor Fisika dengan menggunakan strategi konflik kognitif. METODE Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai fakta-fakta serta hubunganhubungan antar fenomena yang diteliti (Sugiyono, 2010). Subjek pada penelitian ini sebanyak 24 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang sedang menempuh materi Suhu dan Kalor . Instrumen dalam penilitian ini terdiri dari soal pretest dan postest, rekaman audio, dan catatan observer. Soal pretest dan postest menggunakan jenis soal yang sama yang terdiri dari 12 soal berupa soal pilihan ganda. Siswa diperbolehkan untuk memilih lebih dari satu opsi jawabanyang menurut mereka benar. Konsep yang akan ditinjau pada penelitian ini terdiri dari tiga topik, yaitu konsep kaor, makan kesetimbangan termal dan Azas Black, serta pengaruh kalor terhadap suau zat. Dari hasil pretest dan postest tersebut, kemudian dilihat peningkatannya. Selanjutnya data dianalisis, melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan difokuskan pada pemahaman konsep yang dimiliki siswa berdasarkan jumlah siswa yang menjawab salah di setiap nomor soal pada hasil pretest dan postest. Soal pretest dan postets dibuat sama yang terdiri dari 12 butir soal 1.
Proses dan Hasil Remidiasi Pemahaman Konsep Siswa Mengenai Kalor
Gambar 1 Diagram penurunan jumlah siswa yang menjawab salah pada konsep kalor Keterangan gambar : A : Definisi Kalor B : Kalor Jenis C : Fungsi Jaket/Baju Tebal D : Tidak ada aliran kalor pada benda bersuhu sama
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa jumlah siswa yang menjawab salah menurun setelah diadakan pembelajaran remidiasi dengan strategi konflik kognitif. Hal ini berarti bahwa pembelajaran remidiasi dengan strategi konflik kognitif berhasil meningkatkan pemahaman siswa yang semula masih rendah. Pada konsep A tentang definisi kalor, dapat dilihat bahwa terjadi penurunan siswa yang menjawab salah. Siswa yang menjawab salah menurun menjadi 5 siswa (20,83%) dari yang semula 66,67%. Tanya jawab antara guru dan
siswa, ditambah dengan gambar-gambar sebagai ilustrasi dan penjelasan guru sebagai penguatan atas berbagai pendapat siswa sangat efektif dalam memperbaiki pemahaman siswa. Tanya jawab membuat siswa dapat mengeluarkan pendapatpendapat yang dimilikinya, gambar membuat siswa lebih tertarik dan tidak harus membayangkan sesuatu yang abstrak, serta penjelasan guru membuat siswa dapat menguatkan konsep yang baru mereka didapatkan. Pada konsep B tentang kalor jenis, perbaikan yang dilakukan juga dengan tanya jawab, gambar dan penjelasan. Hasil dari pretest pada konsep B juga menunjukkan terjadi penurunan jumlah kesalahan siswa dalam menjawab,dari yang semula 75% menjadi 4 (16,67%) siswa masih mejawab salah. Untuk konsep C tentang fungsi jaket sebagian besar siswa sudah bisa menjawab benar dan bisa menyebutkan alasan yang tepat. Hal ini terlihat ketika mereka ditanya saat dilakukan pembahasan soal. Sebagian besar dari mereka yang bisa menjawab karena mereka mempunyai catatan yang lengkap. Pada konsep C terlihat juga terjadi penurunan siswa yang menjawab salah, yaitu hanya 3 siswa (12,5%) yang masih menjawab salah dari yang semula 83,33%. Pada grafik untuk konsep D mengenai tidak adanya kalor yang mengalir dari dua benda dengan suhu sama yang didekatkan, terlihat bahwa hanya 9 siswa (37,5%) yang masih menjawab salah dari yang semula sebanyak 70,83% siswa. Beberapa siswa yang menjawab salah karena mereka kurang teliti dalam membaca soal.
2.
Proses dan Hasil Remidiasi Pemahaman Konsep Siswa Mengenai Suhu dan Kesetimbangan Termal
Gambar 2 Penurunan jumlah siswa yang menjawab salah pada konsep suhu dan kesetimbangan termal
Keterangan gambar: A : Suhu adalah sifat intensif B : Sendok plastik dan besi dicelupkan dalam air dingin, maka setelah mencapai kesetimbangan, suhu sendok aluminium dan plastik sama C : Air panas dan air dingin yang dicampur menjadi satu akan berubah menjadi hangat
Berdasarkan grafik di atas, penurunan jumlah kesalahan siswa dalam menjawab soal pada topik suhu dan kesetimbangan termal terlihat di setiap nomor soal seperti halnya pada topik konsep kalor yang sudah dibahas sebelumnya. Untuk konsep A, ketika pretest 45,83% siswa menjawab bahwa air yang dituangkan ke dalam dua gelas maka suhunya juga menjadi setengahnya. Tetapi pada pembelajaran, ketika guru bertanya bagaimana suhu air yang di bagi ke dalam dua gelas sama banyak, sama atau berbeda? siswa menjawab bahwa suhu air tetap, tetapi mereka tidak dapat menyebutkan alasannya. Dari beberapa soal, banyak diantara siswa sudah menjawab benar, tetapi saat pembelajaran berlangsung dan ditanya alasan mengapa mereka menjawab seperti itu, mereka tidak dapat menyebutkan alasannya. Rendahnya pemahaman konsep disebabkan
karena selama ini siswa hanya menghafal soal-soal sederhana tanpa dituntut untuk memberikan alasan atau penjelasan dari jawabannya dan kebanyakan dari siswa hanya mengenal kata-kata tanpa memahami artinya (Syukran, 2012). Setelah diadakan postest, jumlah siswa yang menjawab salah menurun yaitu hanya 16,67%. Penayangan video yang disertai dengan penjelasan sebagai penguatan sangat tepat untuk memperbaiki pemahaman konsep siswa. Proses menghubungkan konsep yang dipelajari dengan aplikasi dalam kehidupan bisa ditunjang dengan penggunaan media audio visual yang memadai untuk memvisualkan konsep-konsep yang abstrak (Suwarna, 2013). Pada konsep B, siswa yang menjawab salah rata-rata juga karena kurang teliti dalam membaca soal. Padahal di soal sudah tertera “Ketika sudah mencapai kesetimbangan” tetapi siswa tetap menjawab suhu sendok aluminium memiliki suhu lebih tinggi dibanding sendok plastik. Meskipun demikian, jumlah siswa yang menjawab salah untuk konsep B ini mengalami penurunan. Hal yang sama juga terlihat pada konsep C, yang juga terjadi penurunan jumlah siswa yang menjawab salah. Siswa yang sudah menjawab salah hanya 2 siswa (8,33%). Penayangan video sebagai perbaikan pemahaman konsep sangat efektif untuk perbaikan pada konsep ini. Selain itu tambahan keterangan dari guru juga sangat membantu siswa dalam merubah konsepnya yang salah menjadi konsep yang benar.
3.
Proses dan Hasil Remidiasi Pemahaman Konsep Siswa Mengenai Keadaan Termometrik
Gambar 3 Penurunan kesalahan siswa pada konsep keadaan termometrik
Keterangan gambar : A : Pengembunan B : Ketika air yang sedang mendidih terus dipanaskan, suhunya akan tetap C : Es yang sedang berubah wujud menjadi air, mempunyai suhu tetap D : Air yang dipanaskan suhunya akan naik E : Grafik perubahan wujud es
Sesuai grafik di atas, terlihat bahwa jumlah siswa yang menjawab salah mengalami penurunan pada setiap nomor soal. Untuk konsep A tentang pengembunan pada dinding luar gelas yang berisi es, ketika pretest 54,17% masih menjawab salah. Hasil yang diperoleh dari postest untuk konsep A ini, menunjukkan siswa yang menjawab salah menurun, menjadi sebanyak 7 anak (29,17%). Pada konsep B juga terlihat penurunan kesalahan yang cukup signifikan, yaitu dari yang hanya 79,17% menjadi 25%. Penayangan video untuk membuktikan suhu air yang sedang didihkan cukup efektif untuk memperbaiki konsep siswa. Dengan penayangan video siswa akan melihat sendiri fakta sesungguhnya, sehingga mereka dapat mengganti konsepnya yang semula salah.
Pembelajaran video seperti ini juga digunakan untuk memperbaiki pemahaman siswa untuk konsep C. Video yang ditayangkan berupa pengukuran suhu es yang semula beku sampai es berubah menjadi cair. Untuk konsep C juga terjadi penurunan kesalahan, dari 54,16% menjadi 8,33%. Selain dengan penayangan video, penjelasan juga disertai dengan grafik. Penjelasan mengenai grafik ini sekaligus sebagai pembelajaran untuk memperbaiki pemahaman siswa pada konsep D dan E. Pada konsep konsep D terjadi penurunanjumlah siswa yang menjawab salah yaitu dari 50% menjadi 29,17%. E begitu juga untuk konsep E meningkat dari 66,67% menjadi 33,33% .
PENUTUP Kesimpulan 1. Remidiasi pemahaman konsep siswa tentang konsep kalor, suhu dan kesetimbangan termal, dan keadaan termometrik dengan menggunakan strategi konflik kognitif menunjukkan terjadi penurunan jumlah siswa yang menjawab salah pada setiap nomor soal dari pretest ke postest. 2. Strategi konflik kognitif dapat digunakan sebagai salah satu piliha strategi dalam remidiasi pemahaman konsep siswa, karena pada strategi konflik kognitif siswa akan dihadapkan pada fenomena-fenomena yang bertentangan dengan apa yang dipikirkan siswa dan pada akhirnya siswa dengan sendirinya akan mengubah konsep awal yang salah dengan konsep baru yang benar Saran 1. Pembelajaran remidiasi sebaiknya dilaksanakan dengan jumlah siswa yang tidak terlalu besar, karena dengan jumlah siswa yang besar guru akan kesulitan dalam mengontrol setiap siswa dan memastikan setiap siswa sudah faham atau belum. 2. Ketika dilakukan remidiasi terhadap suatu materi, guru perlu melakuakan tanya jawab untuk mengidentifikasi jawaban yang dilontarkan siswa, apakah memang benar karena faham atau karena asal menjawab.
3. Di setiap akhir subab, guru harus memberikan penguatan atas jawaban, ide, pendapat dari siswa agar tidak terjadi kesalahpahaman dan siswa perlu diberikan sedikit waktu untuk mencatat hal-hal yang penting.
DAFTAR PUSTAKA Baser, Mustafa. 2006. Effect of Conceptual Change Oriented Instruction on Students’ Understanding of heat and Temperature Concept. Journal of Maltese Education Research, (On-line), 4(1): 64-79, (http://www.educ.um.edu.mt/jmer), diakses15 April 2014. Sozbilir, Mustafa. 2003. A Review of Selected Literature On Students’ Misconception of Heat And Temperature. Bogazia University Journal of Education. 20(1), 25-41. Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Alfabeta. Suwarna, Iwan. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA kelas X pada Mata Pelajaran Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi. Jakarta.:FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Syukran. 2012. Remidiasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Mindscaping Tentang Kalor di SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, (Online), (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb), 3(2) : 40-55, diakses 20 Mei 2014 Yuliati, L. 2009. Miskonsepsi Dan Remediasi Pembelajaran IPA, (Online), (http://pjjpgsd.unesa.ac.id/dok/6.%20IPA.pdf) , diakses 26 april 2014