Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
REMAJA DAN MUSIK DANGDUT (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, Anastasya Leony, Farida Dewi Maharani, Marlina E. Panjaitan, Meiselina Irmayanti, dan Melisa Arisanty
[email protected]
ABSTRACT
Dangdut in Indonesia is phenomenal entertainment. Authors observed how valuable dangdut that should be preserved as cultural existence, the enthusiasm for dangdut, popularity and its variations can reach a lot of people who hear it. However it is very far from the expectations of many people, especially from the observer music, music lovers, culturalist, intellectual circles, as well as the wider community. Obviously, they wanted an authentic dangdut, Indonesian character, manners in the work and performance on stage. Therefore, the author deems it necessary role of youth as young people in contributing good ideas, suggestions and constructive criticism for future glory dangdut. In the analysis required reception analysis, the meaning of which is negotiated by individual media based on their experience. Audiences implementing various social and cultural backgrounds obtained previously to read the text, so that the audience has different characteristics will interpret a text differently. Important for researchers to explore the meaning of teens that are based on things related to then bring up the 'messages' audience (teenagers) to dangdut has been packaged media.
Keywords: dangdut, media, receiption studies, teenager.
sebagai musik nasional harus dilestarikan dan
BAB 1
dikembangkan
Indonesia
PENDAHULUAN
terutama
oleh
masyarakat
generasi
penerus
bangsa yaitu remaja (Weintraub, 2012). Sebagai musik yang populer di negeri ini,
1.1 Latar Belakang Musik
dangdut
dan
dunia
di
dangdut turut menyangga kehidupan sosial
sekitarnya menjadi wajah dan penanda
dan proses kebudayaan warga Indonesia.
manusia Indonesia.Ini menjadi sangat
Musik dangdut pun menjadi identitas
krusial dan membuktikan kalau dangdut
kelompok karena liriknya yang begitu
217
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
kental merepresentasikan karakter pencipta
lainnya
dan khalayak penikmatnya (Vera, 2008).
sebagian besar diimpor dari Eropa atau
Ada sifat-sifat musik dangdut yang tidak
Amerika Serikat (Weintrub, 2012: 91).
bisa ditemukan di musik India atau
yang unsur-unsur
Namun
di
musikalnya
tengah-tengah
ke-
Melayu, salah satunya tema yang begitu
banggaan tentang musik dangdut, saat ini
dekat
adanya pergesaran nilai dalam tubuh
dengan
Indonesia,
kehidupan
seperti
masyarakat
Begadang,
Kopi
dangdut itu sendiri.Pada zaman era Rhoma
Dangdut, dan lainnya (Weintraub, 2012).
Irama, banyak sekali makna-makna positif
Sebagai “musik nasional”, musik dangdut
yang
jauh dari tampilan sifat kesukuan atau
dangdut.Kemudian makna pluralis, simbol
kedaerahan (Yampolsky, 1997) sehingga
dari rakyat Indonesia dan kesantunan
masyarakat dari beragam suku dan etnis
dalam penampilan pe-nyanyinya menjadi
dapat menikmati musik dangdut.
seni yang diekspresikan dalam musik
Dalam sebuah artikel yang terkenal tentang
dangdut,
sejarahwan
disampaikan
melalui
musik
dangdut. Per-geseran pun terjadi setelah
William
fenomena Inul muncul, dangdut dianggap
Fredick menyatakan bahwa genre dangdut
sebagai musik yang kampungan, norak,
merupakan
dan
“prisma
yang
peka
dan
erotis
yang
hanya
menonjolkan
berguna untuk memandang masyarakat
goyangan dibanding-kan seni musiknya.
Indonesia” (1982: 104). Persambungan
Padahal
antara dangdut dan rakyat terjadi pada tiga
identitas musik bangsa Indo-nesia sendiri.
musik
dangdut
merupakan
tataran intertekstual yaitu: 1) dangdut
Hal ini menjadi landasan bagi
adalah rakyat, 2) dangdut untuk rakyat, 3)
penulis untuk mengamati betapa penting
dangdut
dan berharganya dangdut sebagai budaya
sebagai
rakyat.
Benedict
Anderson menulis bahwa rakyat sudah
yang
patut
dilestarikan
lama sebagai simbol utama nasionalisme
melihat antusiasme akan musik dangdut,
Indonesia (1990: 61).Pendekatan ini tidak
popularitas dan variasinya mampu men-
sekadar mengungkapkan bagaimana musik
jangkau banyak kalangan yang men-
menjadi wahana untuk menegaskan atau
dengarnya.Meskipun
mengekspresikan anggapan esensialistis
disayangkan apabila musik dangdut masa
tentang identitas sosial. Dalam argumen
kini yang telah lekat dalam kehidupan
Rhoma Irama tentang musik dangdut
orang banyak, sungguh sangat jauh dari
bahwa dangdut itu dikonstruksi sebagai
ekspektasi banyak pihak, terutama dari
cerminan alami rakyat, berlawanan dengan
pengamat
musik pop Indonesia, rock, jazz dan musik
budayawan,
musik,
memang
penikmat
kalangan
218
eksistensinya,
cendekia,
sangat
musik, serta
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
masyarakat
luas.Tentunya
mereka
dengan
menginginkan
dangdut
otentik,
spiritual,
yang
Nani Kurniasari, dkk
tujuan
pembangunan
sekaligus
mental
sebagai
yang
sarana
berkarakter Indonesia, serta santun dalam
dakwah.Lagu-lagu
diciptakannya
karya dan performa di atas pentas.
sangat bergantung pada situasi dan kondisi
Aliran musik dangdut lahir setelah
masyarakatnya.Dengan demikian musik
ajaran Islam masuk ke Indonesia yang
tidak hanya berfungsi sebagai pelepas
sudah bercampur dengan aliran musik
lelah dan hiburan saja, juga sebagai media
India.Dangdut merupakan salah satu genre
untuk
seni musik yang berkembang hanya di
Dalam
Indonesia.Bentuk
ini
terhadap lagu-lagu dangdut Rhoma Irama
berakar dari musik Melayu pada tahun
ditemukan bahwa dari 307 lagu, 150 lagu
1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk
menyampaikan wejangan mengenai apa
kontemporer masuk pengaruh unsur-unsur
artinya menjadi manusia yang berbudi
musik India (terutama dari penggunaan
luhur, dan pesan ini terbagi menjadi
tabla) dan Arab (cengkok dan intonasi).Di
kategori-kategori berikut, yaitu akhlak
sini seni dangdut yang khas sebagai salah
dengan tekanan religius yang kuat (57),
satu bagian musik yang memiliki nilai seni
akhlak tanpa menyebut agama secara
tinggi dimulai.
eksplisit (29), dan cinta serta hubungan
musik
dangdut
menyampaikan penelitian
pesan
Andrew
dakwah. Weintrub
Di akhir tahun 1960-an, ber-
antara laki-laki dan perempuan (20).
munculan berbagai kelompok musik yang
Selain itu lagu-lagu dalam kategori berikut
berinovasi.Secara
ini
memasukkan
mendasar,
beberapa
mereka
elemen
mengandung
amanat,
musik
dinyatakan
secara
Melayu Deli dan keroncong tradisional
masyarakat
dan
dalam tarian mereka dengan tema-tema
kehidupan sehari-hari (20).
lagu dangdut berupa kenyataan hidup masyarakat
sehari-hari.
eksplisit, politik
sejarah
(24),
tidak yaitu dan
perjalanannya,
yang
dangdut telah mencetak banyak legenda
terasa lugas, tanpa ditutupi, hingga bisa
yang mampu mendapat tempat di telinga
diterima khalayak dan akan terasa lebih
para penikmatnya. Rhoma Irama yang
dekat dengan masyarakat (Ukat, 1990).
khas dengan dangdut bernuansa syi‟ar
Mulai tahun 1973 Rhoma Irama dengan
Islami tercermin dalam hits-nya “Bega-
kelompok Sonetanya mengadakan per-
dang”, “Judi”, serta “Al-Ikhlash” yang
ombakan syair maupun instrumen musik
diadaptasi langsung dari Surah Al-Ikhlas
dangdut
instrumen
dalam Al-Qur‟an. Ada pula Elvie Sukaesih
musikelektronik.Perombakan itu dilakukan
yang kental dengan suara lantang bersama
dengan
Banyak
Dalam
tapi
berbagai
219
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
“Sumpah Benang Emas” dan “Tujuh
terhormat dan halus menurut standar kelas
Sumur”. Terakhir, A. Rafiq, penyanyi
menengah dan kelas atas (Fredick, 1982).
dangdut bergaya eksentris dengan lagu
Dangdut pun memiliki harapan
“Pandangan Pertama” yang kemudian
untuk berkembang jauh lebih besar karena
dinyanyikan ulang oleh pe-nyanyi pop,
mudah diadaptasi dengan jenis musik yang
Chrisye, sehingga mencetak dua kali
ada saat ini (Richard, 1991).Eksistensi
kesuksesan, baik dalam versi dangdut
dangdut dalam ranah kesenian musik
maupun pop-nya (Limyadi, 2012).
Indonesia
perlahan
menggeser
musik
Anggapan bahwa dangdut me-
qasidah dan Melayu yang telah ber-
wakili semua warga Indonesia beserta
kembang berabad-abad sebelumnya.Per-
popularitas besar-besaran dangdut menjadi
tumbuhan inovasi musik yang stagnan di
cerita lumrah yang dituturkan di media
masa itu, serta kesulitan untuk diadaptasi
cetak
sesuai
populer
pada
awal
1990-an.
perkembangan
tren
bermusik,
Dinyanyikan dengan lirik yang dapat
menjadi alasan pasti tergesernya musik
dipahami
orang
qasidah dan Melayu sejak tahun 1968.
Indonesia, mengungkapkan perasaan yang
Meski demikian dangdut juga tidak bisa
bisa dihayati semua orang, dan dimainkan
lepas dari penggunaan alat musik Orkes
dengan hentakan irama yang dapat dipakai
Melayu (OM), antara lain gitar akustik,
berjoget oleh semua orang, wajar kalau
akordeon, rebana, gambus, dan suling,
dangdut
bahkan gong (Limyadi, 2012).
Akibatnya,
oleh
hampir
menjadi
semua
ikon
representasi
bangsa
makna
Namun, dalam perkembangannya
dangdut berubah dari musik orang biasa di
pada abad ke 20-an hingga saat ini terjadi
lapisan terbawah pada sistem sosial dan
pergeseran
politik, menjadi genre yang dirayakan
dangdut. Banyaknya artis-artis dangdut
sebagai musik nasional pada 1990-an.
yang tampil berciri khas “sensual” dengan
Namun dengan penasbihannya sebagai
branding “goyang itik”, “goyang gergaji”,
musik nasional, dangdut mendapatkan
“goyang patah-patah”, “goyang ngebor”
definisi yang dipaksakan oleh pemerintah.
mulai mewarnai indutri musik dangdut di
Dangdut
men-
televisi. Bahkan ada yang menggabungkan
datangkan profit (meskipun hanya bagi
musik dangdut dengan musik pop seperti
sebagian pihak), (2) diatur melalui sensor
yang dinyanyikan Ayu Tingting.Musik
pemerintah dan organisasi kebudayaan
dangdut tampil dengan pengemasan dan
resmi, (3) Jakarta-sentris tapi berjangkauan
konsep yang identik menjual idealisme
nasional
adalah
dan
ini.
(1)
konsep
internasional, (4) bercitra glamor, (5)
220
penampilan
musik
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
dangdut.Di sini muncul wacana erotisme
kampungan berarti dangdut juga berkaitan
dalam tubuh musik dangdut itu sendiri.
dengan
kebiasaan
di
kampung,
ke-
Kondisi yang paling ekstrim yakni
terbelakangan, kolot, tidak tahu sopan
dangdut tidak lagi hanya mengandalkan
santun, tidak terdidik, dan kurang ajar 1 .
kepiawaian
bermain
Dangdut seyogiyanya dekat dengan kaum
bernyanyi,
melainkan
nyanyinya
dalam
muncul
beragam
musik
ataupun
kelincahan
pe-
menengah
ke
bawah,
tapi
seiring
bergoyang.Sehingga
berjalannya waktu, orang-orang desa yang
kontroversi
menyukai
yang
dangdut
merupakan
model
akhirnya menganggap dangdut sebagai
masyarakat yang dinamis, cerdas dalam
sarana
memilih,
eksploitasi
seksualitas
perempuan
menjadi
Penelitian
Nawiroh
objek Vera
dan
Lagu
Dangdut”
menganggap
dangdut
utamanya.
sebagai budaya yang membumi bagi
berjudul
mereka, bukan berkaitan langsung dengan
“Identitas dan Citra Indonesia dalam Liriklirik
dan
kebiasaan di kampung.
membuktikan
Terakhir, keserasian dalam musik
dangdut era 2000-an mengandung unsur
dangdut.Kelayakan
seksualitas dan pornoaksi. Bahkan banyak
musik
lagu-lagu berlirik porno seakan menjadi
menentukan baik atau buruknya suatu
"trademark" dan dibawakan dengan gaya
karya musik dalam platform musik yang
serta
di
diusung. Pada tahun 2012 penyanyi Inul
antaranya “goyang ngebor” milik Inul
Daratista menyanyikan hits andalannya
Daratista, “goyang itik” dari pendatang
“Buaya Buntung” dengan suara yang
Zaskia Shinta atau yang lebih dikenal
kelantangannya melebihi musiknya se-
“Zaskia Ghotik”, “goyang patah-patah”
hingga terkesan ramai. Setelah dianalisis
milik Anisa Bahar dan goyang-goyang
dari segi teknis audio, beat dan bass pada
“icon” lainnya (Masud, 2013).
lagu ini terlalu ramai sehingga secara eks-
kostum
terkesan
seronok,
menjadi
penggubahan hal
penting
jenis yang
di-
plisit terdengar „tabrakan‟ antarlaras antara
identikkan sebagai musik kampungan,
suara Inul Daratista dengan aransemen
ndeso dan selera musik kelas bawah (Rina,
musiknya. Hal ini lumrah ditemukan pada
2009). Diperkuat dengan hasil penelitian
hits dangdut penyanyi-penyanyi kena-
Irawati
maan, termasuk legenda seperti Elvie
Kemudian
penyuka
yang
dangdut
menyatakan
dangdut,
58,5%
pun
dari
29%
merupakan
kalangan kelas ekonomi rendah dan 5% kalangan kelas ekonomi menengah ke bawah (Irawati, 2003: 18). Secara harfiah,
1
-------. “Kamus Besar Bahasa Indonesia” edisi III, (Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2008.)
221
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Sukaesih
sekalipun
dengan
lagunya
“Sumpah Benang Emas.” Bukan
hanya
ketidaksesuaian
juga
Nani Kurniasari, dkk
musik dangdut yang beredar saat ini tidak mencerminkan identitas kultural sebagian
itu,
ternyata pada
2003: 41). Serangkaian perubahan musik
banyak lagu-lagu dangdut dengan lirik
dangdut yang terjadi dewasa ini tidak lain
yang terkesan mendikte seperti pada lagu
adalah campur tangan insan dangdut
“SMS”, “…mulai dari sekarang, hape aku
sendiri yang menjual idealisme dangdut
yang
untuk
pegang…”
ditemukan
besar masyarakat Indonesia (Weitburg,
Stigma
norak
juga
kepentingan
kapitalis
sehingga
berlaku bagi penyanyi dangdut bersuara
akhirnya semakin mengikis makna sakral
pas-pasan
musik dangdut yang sarat dengan nilai-
yang
menggunakan
fitur
autotune 2 untuk menjangkau suara tinggi
nilai kehidupan dan budaya Indonesia.
maupun suara rendah.Tanpa disadari ini merupakan
bentuk
dalam
perkembangan musik saat ini bergeser dari
industri musik yang menjadikan penyanyi-
yang seharusnya mencerminkan identitas
penyanyi langsung terkenal melalui peng-
Indonesia
gunaan fitur ini selama lagu diproduksi di
sebagai seni dakwah (Rhoma Irama), dekat
dapur
seakan
dengan kehidupan masyarakat Indonesia
dikesampingkan hingga muncul pemikiran
dan lebih santun dalam penampilannya
“yang
bergeser ke arah dangdut yang lebih
rekaman. penting
kecurangan
Hal itu menjadi masalah ketika
Kualitas
published
dan
tenar”
(Limyadi, 2012).
yang orisinalitasnya
adalah
menonjolkan goyangan khas setiap pe-
Padahal sebelumnya, di era 1990
nyanyinya dibandingkan kualitas musik-
yang dipelopori Rhoma Irama atau yang
nya sendiri. Kemudian, dari per-geseran
digelari sosiolog Jepang, Mr. Tanaka
nilai atau makna dangdut dari masa ke
dengan sebutan “Founder of Dangdut”,
masa yang berujung pada masa kini,
sempat membuat musik dangdut diterima
penulis
hendak
kalangan kelas menengah ke atas (Rina,
dangdut
itu
2009). Pencapaian tersebut karena Rhoma
khalayaknya.Dan
mampu menarasikan musik dangdut sesuai
interpretasikan musik dangdut tersebut
dengan realitas kehidupan dan sarat nilai-
adalah remaja.
nilai.Benar sekali jika dikatakan bahwa
1.2 Permasalahan Rasa
2
Fitur autotune merupakan fasilitas otomatis yang disediakan aplikasi rekaman di studio musik yang memungkinkan koreksi langsung pada nada-nada vokal asli yang melenceng atau kurang kontras didengar. Salah satu aplikasi yang menjajakan fitur ini adalah Virtual DJ.
melihat
sendiri
bangga
bagaimana
dimaknai
khalayak
dan
oleh meng-
kepedulian
melestarikan budaya kurang tertanam di generasi muda Indonesia saat ini, terutama para
remaja.Minat
222
mereka
untuk
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
memperlajarinya
kurang.Mereka
Nani Kurniasari, dkk
lebih
ketika bagi remaja, musik merupakan
tertarik belajar kebudayaan asing.Salah
media estetis yang dapat mengungkapkan
satu faktor penyebabnya adalah kurangnya
gejolak jiwa sehingga dapat menjadi
informasi kekayaan yang dimiliki Bangsa
kebutuhan manusia, namun malah lebih
Indonesia.Padahal Indonesia sebenarnya
banyak mengungkapakan identitas mereka
memiliki kebudayaan yang khas yang
melalui musik yang berkiblat barat seperti
mencerminkan identitas bangsa, salah
musik pop yang notabene adalah musik
satunya adalah musik dangdut.
aliran barat yang tidak memiliki unsur-
Pada usia-usia remaja tahap akhir
unsur dan nilai budaya Indonesia.
merupakan masa pencarian identitas diri
Dalam perkembangannya hingga
dan masa penyerapan berbagai pengaruh
abad ke 20, musik dangdut masih banyak
yang ada di lingkungan sekitar, remaja
dinikmati
belum
menyentuh semua lapisan usia, terutama
mampu
menganalisis
alasan
oleh masyarakat meski tidak
perilaku mereka dengan seksama dan
remaja.
terlihat masih mudah mengikuti arus
merupakan dua konsep yang saling terkait
(Ikayanti, 2008: 579).Pada masa remaja
karena terbukti penikmat musik yang
ini, menjadi masa peralihan dari anak-anak
terbanyak
menjadi dewasa yang cenderung lebih
Penelitian yang dilakukan Kaiser Family
suka mencoba hal-hal baru yang belum
Foundation di Amerika Serikat pada tahun
pernah dilakukan, lebih kritis, belum stabil
2005 tentang penggunaan media pada
dan cenderung mengikuti arus perubahan
anak-anak usia 8-18 tahun menyatakan,
budaya.Remaja
dan
85% dari remaja usia 8-18 tahun sering
mengikuti pola perilaku yang dibentuk
mendengarkan musik dengan rata-rata
oleh lingkungan.
waktu yang dihabiskan 6,8 jam sehari dan
cenderung
aktif
Salah satu kegiatan yang tidak
Padahal
remaja
adalah
dan
musik
kalangan
remaja.
33% dari mereka mendengarkan musik
terlepas dari remaja adalah mendengarkan
ketika
musik.Karena bagi mereka hal tersebut
kegiatan lain (Irawati: 18).
merupakan kebutuhan dan merupakan
melakukan
Tren
tugas-tugas
serupa
melanda
atau
industri
salah satu alternatif pengisi waktu pada
musik
Indonesia
yang
saat berkumpul atau pada saat menikmati
pangsa
pasarnya
fokus
masa-masa
remaja.Perubahan pangsa pasar industri
remaja
dalam
kehidupannya.Jadi penting untuk melihat
musik
interpretasi
merupakan
remaja
terhadap
musik
dangdut sendiri. Permasalahan timbul
terjadi
karena
komoditi
diprovokatori
223
untuk
mempersempit ke
kalangan
sosok
remaja
yang
mudah menjadi
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
konsumen.Singkatnya,
musik
menjadi
mendengarkan
Nani Kurniasari, dkk
ataupun
suatu komoditi dan kelompok remaja
lagu-lagu
adalah
misalnya, lebih dari 30% masyarakatnya
kelompok
yang
dimanipulasi
yang
mendownload
disukai.Di
pasar.Ironisnya sebagian besar remaja di
mendownload
Indonesia menganggap genremusik yang
internet.Setengah dari pendownload itu
menjadi favorit adalah rock, pop, jazz dan
berusia antara 12-24 tahun. Bagi kalangan
selebihnya tidak eksis dalam ingatan
remaja usia 12-17 tahun, kebiasaan itu
mereka (Hardjana, 2003: 12). Pendapat
merupakan kebutuhan untuk mengetahui
yang sama dikatakan praktisi dunia musik
lagu-lagu
dan media yang juga menjadi Managing
Ironisnya sebagian besar remaja tersebut
DirectorTPI,
Nana
Putra
yang
hanya mendownload lagu beraliran musik
menyebutkan
bahwa
minat
remaja
klasik, pop, pop mellow, K‟pop,jazz dan
dangdut
rap yang merupakan aliran musik luar
Indonesia semakin
terhadap menurun
musik seiring
maraknya
band-band
populer.
Banyak remaja Indonesia menganggap pesan-pesan yang dibawa dalam
mampu menghadirkan hiburan lebih segar.
musik-musik saat ini yang menampilkan
Terbukti
yang
remaja-remaja dengan kultur barat beserta
dilakukan terhadap 100 responden remaja
nilai-nilai yang dibawanya adalah sebuah
berusia
71%
hal yang modern dan patut dicontoh. Hal
menyukai musik jazz dan 29% musik
ini sesungguhnya tidak sesuai dengan
dangdut (Irawati, 2003: 18).
ideologi budaya kita. Remaja yang tidak
hasil
18-22
tahun,
yang
sedang
dari
dianggap
dari
baru
yang
gratis
(Majalah Cosmo Girl, 2006).
musik-musik pop, jazz dan pop melayu dari
apa
musik
Amerika
penelitian
sebanyak
Memang sebenarnya remaja tidak
bisa
menyaring
nilai-nilai
kebebasan
bisa dilepaskan dari musik.Hal ini sangat
kultur barat tersebut dari musik beraliran
nyata melihat pengaruh musik yang sangat
pop, jazz, rock dan lain-lain sangat
besar terhadap dunia remaja. Menurut
berpotensi untuk mengubah budaya yang
survei, rata-rata remaja mendengar musik
dahulu berlaku di masyarakat. Sedangkan
selama 10 jam setiap minggunya. Selain
melalui
melalui radio atau kaset sekarang sudah
mempertahankan nilai-nilai budaya yang
banyak teknologi baru yang menjadi
sesuai
sarana
Indonesia.Namun
remaja
musik.Salah
untuk
adalah
dengan
dangdut
kita
bisa
identitas
khas
keengganan
remaja
melalui
mengkonsumsi dangdut dapat mengancam
internet, di mana remaja bisa membuka
kelestarian budaya dari musik nasional
website
Indonesia (Weintrubb, 2012).
yang
satunya
mendengarkan
musik
memungkinkan
remaja
224
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Ditambah lagi fenomena kemun-
Nani Kurniasari, dkk
hiburan bagi audiensnya. Kenikmatan dari
culan girlband dan boyband yang beraliran
penggunaan media
K‟pop turut mempengaruhi minat remaja
bertemunya komunitas interpretif dengan
pada musik musik yang bukan asli
teks media. Media adalah kesenangan
Indonesia.Penggemar K-Pop didominasi
karena kita secara aktif berpartisipasi
oleh kawula muda atau remaja.Masa
dalam pembuatan makna, bukan karena
remaja sebagai masa transisi (peralihan)
menonaktifkan pikiran kita.Media adalah
dari masa anak-anak menuju masa dewasa,
kesenangan
masa mencari jati diri, maka remaja
populer
merasa tertantang dan tertarik untuk
pernyataan
membuktikan
kemampuan
memberikan audiens kebebasan dalam
umumnya
memahami dunia.Resistensi dalam hal ini
mengidentifikasikan diri pada seorang
adalah kesenangan karena memberdayakan
tokoh yang dianggap sebagai idola, maka
mereka yang tidak memiliki kekuasaan
mereka
berupaya
dalam kehidupan sehari-hari.
mampu
menyerupai
intelektualnya.Mereka
bagaimana tokoh
dirinya
dan
yang
massa
hadir dari
popularitas
merupakan
independen
budaya
hasil
dari
audiens.Media
idolanya
Peneliti kemudian masuk ke dalam
tersebut. Caranya dengan meniru tingkah
musik dangdut itu sendiri.Musik dangdut
laku, kebiasaan, dan apa yang dipakai oleh
kini tidak lagi bersifat auditif, melainkan
tokoh idola tersebut. Umumnya para
audio
remaja
yang
penyanyi baru maupun lagu-lagu baru
pintar, berparas tampan atau cantik, dan
selalu diiringi dengan kehadiran penyanyi
baik
para
yang mencirikan (memberikan brand)
remaja terbentuk dan secara disadari atau
dirinya dengan berbagai goyangan khusus
tidak menciptakan sebuah lifestyle baru
seperti goyang itik, goyang patah-patah,
melalui kesukaan mereka terhadap sesuatu.
goyang gergaji, goyang ngebor, goyang
Selain karena minat dan selera
pinguin, dan lain sebagainya. Tayangan
mengidolakan
seseorang
hati.Demikianlah
identitas
visual.Kemunculan
musik remaja yang lebih ke arah aliran pop
musik
culture
setiap ciri penyanyi dengan goyangan
(budaya
pop),
media
juga
dangdut
dengan
artis-artis
menampilkan
mengemas musik dangdut pada tayangan
khasnya ini
televisi lebih mengesankan musik yang
perbincangan di kalangan remaja, dan
erotis dan terlihat norak.Croteau dan
banyak media massa lain seperti majalah,
Hoynes (2000: 292) menyatakan bahwa
yang membahas bagaimana artis dangdut
media massa memang menawarkan sebuah
tersebut dengan liriknya yang sensasional,
kenikmatan,
terbuka dan penampilannya yang erotis.
sebuah
pemenuhan
akan
225
kemudian menjadi topik
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Penampilan
terbuka
atau
keterbukaan
Nani Kurniasari, dkk
khas seorang biduan panggung yang
seksual ini kemudian menjadi konsumsi
terlihat
sebagian besar remaja di Indonesia.Belum
pemaknaan
lagi lirik-lirik lagu yang cenderung liberal
dangdut. Ada yang membuat remaja
dalam
lawan
menyukai dangdut atau bahkan semakin
jenis.Goyang-goyang erotisme yang tampil
menilai dangdut terlihat norak dan musik
dalam setiap acara dangdut menurunkan
kalangan bawah.Dalam konteks konstruksi
citra dangdut itu sendiri di kalangan
media massa ini, penyanyi dangdut telah
remaja (Chaniago & Basri, 2011).
diubah
hal
hubungan
Perkembangan
dengan
musik
dangdut
norak,
turut
yang
identitasnya
mendukung
beragam
sebagai
terhadap
penyanyi
dangdut yang erotis dan menunjukan sisi
dalam tayangan di media massa tersebut
sensual
dapat dikaitkan dengan proses produksi
Identitas seorang pe-nyanyi dangdut yang
media yang bukan hanya menjadi refleksi
baru terletak pada goyangan yang seksi
sederhana, melainkan proses negoisasi
dan senyuman yang sensual.Inul menjadi
yang
komoditi
kompleks
dan
berujung
pada
pada
setiap
patriarkis,
penampilannya.
yakni
konsumen
terbentuknya pesan khalayak (Zoonen,
utamanya terdiri dari kaum lelaki (Oetomo
1997: 40-41). Demikian pula khalayak
2003: 9). Hal ini tentu dapat memberikan
tidak menerima pesan secara sederhana
kesan negatif terhadap golongan wanita,
dengan mengikuti atau menolak pesan itu,
lantas mereka menjadi korban pasif dari
namun
meng-
media massa. Dukungan serta pengukuhan
interpretasikannya sesuai dengan kondisi
emosional justeru berada pada pihak
sekitar, kultur dan logika berpikir masing-
golongan lelaki yang terhibur serta dapat
masing. Setiap produk dari media tersebut
menjelajahi fantasi mereka dengan sajian
dapat dianalisisis maknanya sebagai kritik
program-program yang menghidangkan
di mana masih jauh dari kepastian tentang
goyang dangdut. Menurut Gamman dan
makna teridentifikasi yang akan diperoleh
Marshment (1988), situasi ini disebut
pembaca/audiens/konsumen, karena kon-
dengan “fantasi popular,” yakni setiap
sumen adalah pencipta makna yang aktif,
golongan, baik lelaki ataupun perempuan,
di mana kaitannya dalam hal ini adalah
memimpikan interpretasi ideologis seperti
musik dangdut (Barker, 2008).
kekayaan, kekuasaan, kecantikan dan lain-
menggunakan
dan
Tayangan-tayangan media
massa
di
lain.
Pokok
fantasi
inilah
yang
ini
memang
mencetuskan permasalahan.Syah (2003)
dangdut
sebagai
menjelaskan terjadinya kasus seorang
musik yang erotis dan dengan baju-baju
isteri meninggal dunia akibat gantung diri
menampilkan
saat
dangdut
musik
226
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
kerana suaminya terlalu sering menonton
pembentukan
Inul Daratista. Ini disebabkan oleh media
tayangan media massa yang mengemas
massa yang tidak memberikan banyak
musik dangdut sesuai dengan identitas dan
kesempatan kepada program-program lain
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia atau
sehingga seolah-olah seluruh Indonesia
malah
terfokus
musik dangdut itu sendiri dan membuat
pada
goyangan
erotis
yang
dikemas dalam musik dangdut.
interpretasi
sebaliknya,
interpretasi
itu
menjatuhkan
remaja
terhadap
adalah
citra
musik
Terkait pemaknaan ini, perlu juga
dangdut menjadi tidak berubah yaitu
menyimak pendapat Morley (1980) yang
sebagai musik yang norak, erotis dan
menyatakan
menganggapnya musik kalangan bawah.
bahwa
audiens
memiliki
keragaman dalam melakukan pemaknaan
Fokus utama dalam penelitian ini
berdasarkan faktor-faktor sosial demo-
adalah proses yang digunakan oleh remaja
grafis (kelas, umur, jenis kelamin, ras)
untuk mengekstraksi makna yang berasal
dalam hubungannya dengan kerangka dan
dari
kompetensi
mendeskripsikan bagaimana remaja mem-
budaya
(Barker,
2004:
pesan
media.
berikan
bagaimana interpretasi remaja terhadap
dangdut, apalagi dengan adanya kemasan
musik dangdut dan bagaimana interpretasi
dari media terhadap musik dangdut itu
mereka
setelah
sendiri
dangdut
yang
tayangan
berkembang
ini.Goyangan-goyangan
dari
terhadap
ingin
328).Dalam hal ini, peneliti ingin melihat
menonton
pemaknaan
Peneliti
yang berbeda
dari
musik
nilai-nilai
saat
aslinya berupa erotisme dan lirik-liriknya
penyanyi
yang mengandung sensualitas. Pemaknaan
dangdut yang erotis dan lirik-lirik lagu
ini
yang mengekspresikan keterbukaan dalam
studies.Receiption analysis pada penelitian
mengungkapkan perasaan cinta kepada
ini karena analisis ini untuk menggali
lawan jenis. Di sini kita dapat melihat
bagaimana pemaknaan remaja tentang
bagaimana interpretasi dan minat remaja
musik dangdut yang diproduksi dalam
terhadap musik dangdut yang ada di dalam
media dan hal-hal yang terkait dalam
tayangan media massa.
pemaknaan tersebut, kemudian bagaimana
Minat remaja pada musik yang lebih populer beraliran barat dan Korea
yang
disebut
ini.
Sebenarnya
apa
dalam musik dangdut itu sendiri.
yang
diinterpretasikan remaja terhadap dangdut, salah satu faktor yang terkait dengan
receiption
remaja melihat pergeseran makna identitas
menjadi titik fokus permasalahan dalam penelitian
dengan
1.3 Tujuan Penelitian
227
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Penelitian
ini
bertujuan
Nani Kurniasari, dkk
untuk
kalangan artis dan seniman dangdut,
mengetahui bagaimana remaja memaknai
industri rekaman, pemerintah, media,
musik dangdut yang di tayangkan di media
dan masyarakat agar bersama-sama
massa dengan menggunakan studi resepsi.
mewujudkan dangdut sebagai produk
Tujuan berikutnya untuk mendalami hal-
hiburan global dengan tetap men-
hal yang terkait dalam pembentukan
cirikan
makna tersebut sehingga pada akhirnya
bangsa yang santun dan menjunjung
akan ditemukan pergeseran nilai atau
tinggi nilai-nilai moral.
identitas
orisinal
budaya
makna identitas yang ada pada musik dangdut saat ini dalam interpretasi remaja. BAB 2 1.4. Kegunaan Penelitian 1.
Secara
teoritis:
KERANGKA PEMIKIRAN penelitian
ini
memberikan sumbangan pikiran dan berkontribusi
2.
bagi
2.1 State of The Art Penelitian “Remaja dan Musik
pengayaan
informasi untuk seluruh masyarakat
Dangdut
(Receiption
Studies
Indonesia, dengan harapan mampu
Dangdut di Kalangan Remaja)” mendapat
menjadi refleksi insan musik dangdut
banyak kontribusi dan sumbangan dari
Indonesia dalam menyajikan musik
penelitian-penelitian
dangdut yang sarat budaya bangsa
dilakukan sebelumnya. Terdapat tiga jenis
Indonesia dan mampu bersaing di
penelitian terkait seperti yang diangkat
industri musik Internasional.
oleh Adi Nugroho Yulianto dengan skripsi
sejenis
Musik
yang
ini
berjudul “Dangdut sebagai Produk Hi-
diharapkan dapat menjadi landasan
buran Global (Sebuah Kajian Komunikasi
dan referensi bagi penelitian sejenis di
Internasional)” tahun 2000. Penelitian
masa
Secara
praktis:
penelitian
mendatang.
Penelitian
ini
yang dilakukan Adi membahas musik
menjadi
per-
dangdut sebagai suatu hasil karya manusia
timbangan bagi semua pihak yang
dan dikonsumsi oleh manusia di mana
terkait
musik
pada dasarnya musik dangdut diciptakan
dangdut di media massa. Dalam hal
untuk dapat dinikmati oleh siapapun tanpa
ini
ada
diharapkan
dapat
dalam
penelitian
menjadi
penayangan
diharapkan
masukan
batasan.Namun
kenyataan
yang
semua
terjadi, musik yang dikonsumsi oleh
kalangan yang berkepentingan lang-
masyarakat telah tersegmentasi menurut
sung
kelas
terhadap
untuk
dapat
musik
dangdut,
ekonomi
228
di
masyarakat.
Adi
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
merumuskan per-masalahan penelitiannya
Dari
Nani Kurniasari, dkk
tiga
penelitian
tersebut
dengan berfokus pada hal-hal apa yang
akhirnya penulis memposisikan penelitian
melatarbelakangi pemilihan jenis musik
yang
tertentu, dalam hal ini adalah musik jazz
Dangdut
dan musik musik dangdut di kalangan
Dangdut di Kalangan Remaja)” dengan
masyarakat.
mengangkat
berjudul
“Remaja
(Receiption
dan
Musik
Studies
Musik
permasalahan
“bagaimana
Penelitian selanjutnya dilakukan
resepsi yang berkembang di kalangan
Trina Ayuni dengan judul “Representasi
remaja atas produk musik dangdut dalam
Relasi Gender dalam Lirik Lagu Dangdut
tayangan
yang
Perempuan
mendalami penerimaan remaja terhadap
(Studi Semiotika Lirik Lagu Dangdut
produksi musik dangdut dari tayangan di
Periode Tahun 1970-an, 1980-an, 1990-an
media
dan 2000-an)” tahun 2005. Permasalahan
mengetahui latar belakang apa yang
yang diangkat Trina seputar eksistensi
membentuk kesukaan remaja terhadap
musik dangdut apakah sebenarnya dangdut
musik dangdut dalam tayangan media.
Diciptakan
Pencipta
media?”
sehingga
Dengan
maksud
akhirnya
peneliti
telah siap mendunia, apakah cukup hanya dengan perkembangan yang pesat itu saja
2.2 Pemaknaan dan Culture Studies
dangdut bisa menjadi produk hiburan global,
faktor-faktor
apa
saja
yang
menentukan dangdut agar bisa mendunia. Selanjutnya
penelitian
Konsep
pemaknaan
merupakan
bagian dari cultural studies. Studi British Cultural
Studies
(BCS)
meng-kom-
yang
binasikan teori neomarxis dengan ide-ide
dilakukan oleh Rizky Kertanegara pada
dan metode penelitian dari berbagai
tahun 2011 dengan mengangkat judul
sumber
“Pemaknaan terhadap Keterbukaan Seks
linguistik,
Remaja dalam Video Musik (Kajian
(Kertanegara, 2011:16). Teori ini mencoba
Resepsi Multidimensi Remaja Perempuan
untuk melacak sejarah dominasi para elit
terhadap
melalui
Keterbukaan
Seksual
dalam
termasuk
kritik
antropologi,
budaya
untuk
kesusastraan, dan
sejarah
mengkritisi
Video Musik Cinta Laura).” Penelitian ini
konsekuensi sosial dari dominasi ini dan
mengangkat
bagaimana
untuk menunjukkan bagaimana hal ini
remaja memaknai keterbukaan seksual
berlanjut terhadap kelompok-kelompok
dalam video musik Cinta Laura dan
minoritas
bagaimana remaja dalam hubungannya
Raymond Williams sebagai pendiri awal
dengan literasi media, memaknai konten
turut menitikberatkan perhatian pada isu-
seksual dalam video musik Cinta Laura.
isu perubahan dan perkembangan budaya.
permasalahan
atau
229
subkultur.Selanjutnya,
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Selain
Williams,
peneliti
lain
dalam ranah iniadalah Stuart Hall yang
4. Kebudayaan
Nani Kurniasari, dkk
populer
merupakan
budaya yang menetes dari atas.
secara langsung menantang paradigma
Berkaitan dengan gagasan Ben
efek terbatas dan memperkenalkan sebuah
Agger tersebut dapat diketahui bagaimana
pandangan alternatif yang inovatif. Hall
makna musik dangdut dalam budaya
berpendapat bahwa media massa dalam
populer di masyarakat Indonesia.Saat ini
demokrasi
musik yang digunakan sebagai sarana
liberal
secara
baik
dapat
dimengerti sebagai forum publik yang
pembentuk
pluralistik di mana berbagai kekuatan
Indonesia adalah musik dangdut.Musik
berjuang
gagasan
dangdut dapat dikategorikan sebagai aliran
populer tentang realita sosial. Budaya yang
musik yang banyak dipengaruhi oleh irama
diekspresikan dalam forum ini bukanlah
musik dari Melayu dan Timur Tengah
sebuah
(Arab). Namun demikian,musik dangdut
untuk
refleksi
membentuk
yang
dangkal
dari
identitas
sering
dinamis dari kelompok oposan. Meskipun
kalangan bawah, musik rakyat, tidak elit,
demikian, para elit tetap mendapatkan
erotis, dan tidak bercita rasa tinggi. Imej
keuntungan
itu terbentuk karena adanya media yang
perjuangan
untuk
mendefinisikan realita sosial ini.
sebagai
di
superstruktur melainkan sebuah kreasi
dalam
diasosiasikan
masyarakat
musik
membentuk citra tersebut dalam setiap tayangannya.
2.2.1 Cultural Studies Pada Musik
Sebenarnya
sejak
awal
ke-
Dangdut
munculannya, musik ini diperuntukkan
Dalam Bungin (2005: 92) dijelaskan
bagi semua kelas atau kalangan.Namun
tentang gagasan budaya populer oleh Ben
pada perkembangannya justru musik ini
Agger yang dapat dikelompokkan menjadi
mendapat apresiasi yang luar biasa dari
empat aliran, yaitu:
kalangan kelas bawah. Dangdut disukai
1. Budaya
dibangun
berdasarkan
kalangan kelas bawah karena jenis musik
kesenangan tapi tidak substansial dan
dangdut adalah jenis musik yang ringan
mengentaskan orang dari kejenuhan
disertai dengan lirik lagu yang biasa
kerja sepanjang hari.
digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kebudayaan populer menghancurkan nilai budaya tradisional.
memutar otak untuk memahami maksud
3. Kebudayaan menjadi masalah besar dalam kapitalis.
pandangan
ekonomi
Sehingga penikmat musik ini tidak harus
Max
dari lagu.Kosmologi dangdut memang sarat dengan erotika, kalangan kelas bawah dan tidak elit baik secara audio
230
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
maupun visual.Misalnya suara mendesah
sangat menarik untuk dipasarkan. Dalam
dan
yang
industri musik Indonesia, eksploitasi tubuh
mengeksploitasi tubuh merupakan tradisi
penyanyi dangdut memang jauh lebih
dalam dunia musik dangdut.Kemudian
besar dibanding genre yang lain. Genre ini
tampilan dari para penyanyinya yang
memiliki peminat dan cakupan wilayah
cenderung norak dan tidak fashionable
yang cukup luas sehingga kenikmatan
(Ariyani, 2009).
sesaat ini dimanfaatkan oleh para peniaga
membisik
serta
goyang
Ramai di kalangan budayawan,
yang bekerjasama dengan pihak media
seniman, ahli agama, dan ahli akademik
sebagai
mendiskusikan
mempersembahkan
persepsi
terhadap
pe-
alat
pemasaran sosok
dengan Inul,
Ayu
mahaman erotisme dan pornografi dalam
Tingting, Anisa Bahar, Dewi Perssik, serta
musik dangdut, akan tetapi media massa
penyanyi dangdut lainnya untuk pe-
seolah-olah
menuhan
tidak
memperdulikan
hal
tersebut kerana tidak ada rumusan jelas
selera
hedonisme
yang
memuaskan kenikmatan jasmani.
dari sisi perundangan formal sehingga
Dalam perspektif industri budaya
media bebas membuat goyangan dangdut
bahwa budaya populer adalah budaya yang
menjadi tontonan yang lumrah sampai
lahir
berhasil membawa goyangan dangdut ala
2003).Hal ini dianggap bahwa media telah
Inul Daratista ke dunia mainstream. Sudah
memproduksi segala macam jenis produk
tentu audiens dangdut yang dipenuhi oleh
budaya populer yang dipengaruhi oleh
golongan lelaki mendapatkan kenikmatan
budaya
atas
yang
disebarluaskan melalui jaringan global
membuktikan
media hingga masyarakat tanpa sadar telah
bahawa komoditi dangdut berhasil dijual
menyerapnya, terutama dalam penayangan
oleh
musik dangdut. Dampak dari hal itu
program
goyang
dikonsumsinya. Hal
para
kapitalis
produk.Menurut
dangdut
ini
media
Muthmainnah
sebagai (2003)
atas
kehendak
impor
menyebabkan
dan
lahirnya
(Sunarti
hasilnya
telah
perilaku
yang
sejuta
tanya,
dalam kapitalisme di Indonesia, media
cenderung
terlihat
mengedepankan
karena hadirnya budaya populer di tengah
komersialisasi tubuh seperti komodifikasi
masyarakat kita, tak lepas dari induknya
tubuh, penampilan, dan kegairahan.
yaitu media yang telah melahirkan dan
aktif
Dapat diandaikan bahwa media massa
melakukan
hal
ini
karena
mengundang
media
membesarkannya. Media dalam menjalankan
fungsinya,
selain
sebagai
masyarakat Indonesia cenderung suka dan
penyebar informasi dan hiburan juga
menikmati gaya kebarat-baratan sehingga
sebagai institusi pencipta dan pengendali
231
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
pasar produk komoditas dalam suatu
yang berguna dicapai melalui reformasi
lingkungan
opera-
budaya daripada melalui revolusi sosial?
sionalisasinya, media selalu me-nanamkan
(Baran & Davis, 2000: 225-227). Dari
ideologinya pada setiap produk hingga
kerangka pertanyaan tersebut, peneliti
obyek
kemudian mengaplikasikannya ke dalam
masyarakat.Dalam
sasaran
terprovokasi
dengan
propaganda yang tersembunyi di balik
kerangka
pemikiran
penelitian,
tayangannya itu. Akibatnya jenis produk
bagaimana
dan dalam situasi apapun yang diproduksi
konten yang dieksploitasi oleh media.
dan disebarluaskan oleh suatu media, akan
Peneliti ingin menggali apakah mereka
diserap oleh publik sebagai suatu produk
memiliki interpretasi alternatif dengan
kebudayaan. Hal ini berimplikasi pada
pengalaman yang mereka miliki.
audiens
yakni
mengkonstruksi
proses terjadinya interaksi antara media dan masyarakat. Kejadian ini berlangsung secara terus menerus hingga melahirkan
2.3 Ekonomi Media dalam Tayangan Musik Dangdut
suatu kebudayaan berikutnya. Kebudayaan populer
akan
terus
massa
adalah
institusi
dan
ekonomi yang berkaitan dengan produksi
menampilkan suatu bentuk budaya baru
dan penyebab isi media yang ditargetkan
selama peradaban manusia terus ber-
pada khalayak atau konsumen (Picard,
transformasi dengan lingkungannya meng-
1987). Industri media dijalankan dengan
ikuti putaran zaman.
sistem
Cultural
melahirkan
Media
studies
telah
meng-
ekonomi
dasarnya
kapitalis
berorientasi
yang pada
profit.Produksi
hasilkan berbagai penelitian mengenai
konten media cenderung lebih menghibur
konten media populer dan pengunaannya
karena pertimbangan agar disukai dan
oleh kelompok sosial spesifik. Beberapa
dibeli oleh khalayak.Kemunculan media
pertanyaan
yakni
massa telah menyediakan jalan bagi
dan
masuknya studi ekonomi media. Penelitian
memperdaya individu-individu atau justru
terkait mulai muncul pada tahun 1950-an.
memungkinkan
Industri-industri
apakah
kemudian
konten
muncul,
mengeksploitasi
mereka
untuk
meng-
media
menyediakan
konstruksi identitas dan pengalaman yang
seluruh elemen yang dibutuhkan dalam
berarti? Dapatkah masyarakat mengambil
mempelajari
konten
meng-inter-
dalamnya.Para penyedia isi menawarkan
pretasikannya dengan cara baru yang
informasi dan hiburan, menjadi pemasok,
secara
dan di sisi lain yang menjadi pembeli
ambigu
fundamental
dan
mengubah
tujuan
mereka? Dan dapatkah perubahan sosial
proses
ekonomi
adalah para konsumen dan pengiklan.
232
di
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Ekonomi media melengkapi makna untuk memahami aktivitas dan fungsi perusahaan
media
ekonomi.Hanya perusahaan
sebagai
dengan
media
kelompok
bisnis
mengapresiasikan
ekonomi media sangat penting dalam membantu analisis penelitian.
lembaga
pemahaman
pribadi
Nani Kurniasari, dkk
sebagai
seseorang
dapat
perilakunya
dalam
2.4 Receiption Theory Remaja terhadap Musik Dangdut 2.4.1Receiption Theory Pemanfaatan
teori
reception
masyarakat. Pemahaman ekonomi media
analysis sebagai pendukung dalam kajian
menguatkan pemahaman kita atas peran
terhadap khalayak sesungguhnya hendak
dan
menempatkan khalayak tidak semata pasif
fungsi
masyarakat.
media Pada
massa
tingkatan
dalam teoritis,
namun
dilihat
sebagai
agen
kultural
ekonomi media melengkapi keberadaan
(cultural agent) yang memiliki kuasa
teori
dengan
tersendiri dalam menghasilkan makna dari
menambahkan dimensi penting seperti
berbagai wacana yang ditawarkan media.
struktur, perilaku, dan penampilan industri
Makna yang diusung media bisa bersifat
dan perusahaan media, pengaruh ekonomi,
terbuka atau polysemic dan bahkan bisa
kebijakan, regulasi, dan perilaku khalayak.
ditanggapi secara oposisif oleh khalayak
komunikasi
massa
Industri musik dangdut tidak akan
(Fiske, 1987).
pernah lepas dari konsep ekonomi media.
Pencetus teori ini adalah David
Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa
Morley
adanya pergeseran nilai dalam musik
mempublikasikan
dangdut
Nationawide Audience kemudian dikenal
bisa
dilihat
dari
produksi
yang
pada
tahun
Study
the
tayangan-tayangan musiknya yang lebih
sebagai
pakar
menonjolkan aspek goyangan. Adanya
analisis
resepsi
branding
dangdut
Pertanyaan pokok studi Morley tersebut
dengan goyangan khasnya hanya untuk
adalah mengetahui bagaimana individu
mendapatkan
menginterpretasikan
terhadap
penyanyi
keuntungan
sebesar-
yang
of
1980
mempraktikkan
secara
suatu
mendalam.
muatan
besarnya. Tampilan erotisme yang disukai
program acara televisi dilihat dalam
oleh masyarakat banyak dikemas se-
kaitannya dengan latar belakang sosio
demikian rupa dalam tampilan tayangan
kultural pemirsanya.
musik dangdut hanya untuk mengejar
Pada tulisannya yang dimuat dalam
rating dan pada akhirnya akan memberikan
Cultural Transformation: The Politics of
keuntungan yang besar terhadap industri
Resistence (1983, dalam Marris dan
musik di Indonesia. Di sini konsep
Tornham
1999:
233
474,475)
Morley
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
mengemukakan tiga posisi hipotetis di
muncul sebagai refleksi atas realitas di
mana pembaca teks (program acara)
mana
kemungkinan mengadopsi:
mengkonstruksikannya.
a. Dominant
(hegemonic)
terlebih
dahulu
2.4.2 Perspektif Audiens Aktif
program (yang di dalamnya terkandung sikap,
itu
reading:
pembaca sejalan dengan kode-kode
nilai-nilai,
media
dan
audiens mengasumsikan audiens memiliki
asumsi) dan secara penuh menerima
karakter pasif karena makna dan pesan
makna
televisi mewakili contoh media massa
yang
keyakinan
Banyak hasil penelitian mengenai
disodorkan
dan
di-
kehendaki oleh si pembuat program.
yang diterima begitu saja, sebagai contoh
b. Negotiated reading: pembaca dalam
penelitian memahami perilaku audiens
batas-batas tertentu sejalan dengan
dengan korelasi statistik untuk mem-
kode-kode program dan pada dasarnya
buktikan bahwa menonton TV memiliki
menerima makna yang disodorkan oleh
efek tertentu terhadap audiens (Barker,
si
me-
2004: 286). Hal ini seperti diungkapkan
rupa
dalam teori mainstream komunikasi rezim
pembuat
program
modifikasikannya
namun
sedemikian
sehingga mencerminkan posisi dan
transmisi
minat-minat pribadinya.
audiens bersikap pasif sehingga mudah
c. Oppositional(counter
hegemonic)
yang
dipengaruhi
beranggapan
media.
Padahal
bahwa
audiens
reading: pembaca tidak sejalan dengan
memiliki daya kreatif untuk menciptakan
kode-kode
makna
program
makna
atau
disodorkan,
dan
menolak
pembacaan
kemudian
yang
berdasarkan
etahuannya,
mereka
ilmu
dan
tidak
pengsekadar
menentukan
menerima begitu saja makna tekstual
frame alternatif sendiri dalam meng-
karena mereka adalah produsen makna
interpretasikan pesan/program.
yang mampu membedakan antara fiksi dan
Kajian dilakukan
oleh
resepsi Morley
sebagaimana di
atas
melandaskan diri pada pemikiran Stuart
realita, bukan produk dari teks yang terstruktur, jadi produksi makna dalam konsumsi makna bersifat polisemik.
Hall, sekarang adalah Profesor Sosiologi
Istilah audiens berasal dari bahasa
di Open University, dan merupakan tokoh
Latin audire yang berati “mendengar”.
utama dalam sejarah kebangkitan politik
Tapi konsep tersebut mengacu dalam
Kiri di Inggris pada tahun 1960-an dan
konteks resmi seperti mendengar pidato
1970-an. Hall sendiri mengikuti gagasan
pejabat, titah raja dan ratu, penguasa
Althusser dan berpendapat bahwa media
negara, serta di lingkungan formal seperti
234
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
pengadilan. Konsep audiens pada masa itu
receiption
bukanlah istilah yang sering digunakan
menyatakan bahwa khalayak di dalam
pekerja media ketika menyebutkan berapa
penelitian ini adalah remaja yang bukan
banyak orang yang menyaksikan siaran
orang bodoh secara kultural melainkan
mereka (Hagen & Wasko, 2000: 33).
produsen makna aktif dalam konteks
David Morley dalam bukunya The “Nationwide” Audience (1980) meski masih memiliki kesamaan asumsi, tapi
studies.
Pandangan
ini
budaya mereka sendiri (Barker, 2004: 281). 3. Proses
encoding-decoding.
Menurut
ditemukan adanya perbedaan di antaranya
Stuart Hall ada tiga bentuk pemaknaan
dan bermunculan variasi makna audiens.
atau hubungan antara penulis dengan
Morley menyatakan dengan istilah reader
pembaca dan bagaimana pesan itu
bahwa audiens akan men-decode teks
dibaca (Eriyanto, 2001: 94):
sesuai dengan wacana yang relevan.
1. Pemaknaan dominan, yaitu tidak ada
Pendapat
Morley
menegaskan
tersebut
bahwa
bacaan/tontonan
akan
semakin
makna
dari
dikonstruksikan
perbedaan penafsiran antara penulis dengan pembaca. 2. Pemaknaan
yang
dinegoisasikan.
berdasarkan pengetahuan, prasangka dan
Posisi ini terjadi ketika kode yang
faktor penting lainnya dari masing-masing
disampaikan penulis dibaca oleh
individu.
khalayak dengan kepercayaan dan keyakinannya, tapi ia kompromikan
2.4.3 Receiption
Studies
Remaja
1. Asumsi kajian receiption studies dan encoding-decoding
kode
yang
disediakan
penulis.
terhadap Musik Dangdut
proses
dengan
terhadap
3. Pemaknaan oposisi. Posisi ini terjadi ketika pembaca menandakan secara
makna produk media massa (peng-
berbeda
atau
membaca
secara
gambaran tayangan musik dangdut di
berseberangan dengan apa yang
media). Teks dalam media massa akan
disampaikan oleh penulis.
mendapat makna pada saat penerimaan (receiption). Atau dengan kata lain, khalayak dipandang sebagai produsen makna bukan hanya sebagai konsumen
2.5 Remaja dan Musik Dangdut
isi media (Downing, 1995: 214).
2.5.1 Definisi Remaja
2. Keaktifan
khalayak
mengkonsumsi
pesan media massa menurut pandangan
Konsep remaja memiliki definisi beragam
sesuai dengan konteks dan
235
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
kebutuhan. Dalam penelitian ini konsep
dengan waktu dan tempat (Barker, 2003).
remaja yang ditekankan peneliti didasari
Sibley (1995) dalam Barker (2003: 377)
keprihatinan atas terbukanya gaya hidup
mengatakan bahwa batas kategori anak-
remaja yang dipicu oleh kehadiran media.
anak beragam sesuai dengan budaya, dan
Remaja
masa
berubah melalui budaya barat yaitu kaum
peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
kapitalis. Batasan yang memisahkan antara
dewasa dengan ukuran usia berbeda-beda
anak-anak dan orang dewasa, sesuai dari
sesuai dengan sosial dan budaya setempat.
siapa yang mengkategorikan.
didefinisikan
sebagai
Istilah remaja berasal dari bahasa Latin
Dengan demikian remaja dianggap
“adolescene” yang berarti untuk tumbuh
tidak sesuai dengan dunia orang dewasa
(to grow) atau untuk tumbuh dewasa/to
namun mereka memiliki jarak dengan
grow maturity (Jahja, 2011: 219).Remaja
dunia anak-anak. Remaja sering dianggap
merupakan satu tahap pertumbuhan dan
mengancam oleh orang dewasa, hal ini
perkembangan dalam siklus kehidupan
dikarenakan remaja telah melewati batas
manusia.
fase
anak-anak namun masih tidak cocok
perkembangan
dengan dunia orang dewasa. Rentang usia
ketikaseseorang berada pada rentang usia
remaja ini sebagian besar adalah rentang
11-18 tahun (Hurlock, 2008).
usia Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Remaja
pertumbuhan
merupakan
dan
Diperjelas Barkes dalam Cultural
dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
Studies TheoryandPractice (2003), remaja
Menurut
bukanlah kategori biologis yang bermakna
Kertanegara, 2011:
universal dan tetap. Remaja sebagai usia
sekolah, lembaga pendidikan remaja, telah
dan
berubah menjadi ajang pementasan gaya
sebagai
mempunyai umum.
masa
tidak
karakteristik-karakter-istik
Menurut
karakteristik
transisi
Handayani
(2000)
ditandai
dengan
remaja
hidup
pengamatan
yang
Ibrahim
(dalam
33) kampus
sedikit
banyak
dan
ter-
komersialkan.
adanya proses pengenalan diri. Pengenalan diri akan lebih tampak dan sering ditemui pada
remaja
karena
dalam
rentang
2.5.2 Musik dan Perkembangan Musik
perkembangan manusia, remaja sedang
Dangdut
berada dalam pencarian identitas diri.
Musik bersumber dari kata “muse”
Sementara menurut Parsons dalam
yang kemudian diambilalih ke dalam
Barker, remaja adalah sebuah konstruksi
bahasa Inggris jika diterjemahkan ke
sosial yang terus menerus berubah sesuai
dalam bahasa Indonesia dapat diartikan
236
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
sebagai
bentuk
menafsirkan
renungan.
dalam
memberikan
pengaruh
terhadap masyarakat melalui nada dan lirik
mampuan mendamaikan hati yang gundah
yang diciptakan. Salah satu jenis musik
karena mempunyai daya terapi rekreatif
yang diteliti dalam penelitian ini adalah
dan menumbuhkan jiwa patriotisme. Lebih
mengenai musik dangdut.
lagi
men-
Musik dangdut memiliki ciri khas
definisikan musik sebagai bahasa yang
cengkok yang mendayu-dayu dan diikuti
mengandung unsur universal, bahasa yang
detak atau ketukan gendang.Musik ini
melintasi batas usia, jenis kelamin, ras,
didominasi oleh “denyut irama tarian” atau
agama, dan kebangsaaan. Musik muncul di
joget, mengandung pesan populis, dan
semua tingkat pendapatan, kelas sosial,
ditujukan kepada para remaja (Irawati
dan pendidikan. Musik berbicara kepada
2003:
setiap orang dan kepada setiap spesies.
mengangkat kenyataan hidup masyarakat
Dalam
Campbell
mempunyai
tinggi
ke-
jelas
musik
Aristoteles
Nani Kurniasari, dkk
Kamus
(2000:10)
Besar
Bahasa
46).Tema-tema
sehari-hari.Banyak
lagu
yang
terasa
lugas,
sehingga
dapat
Indonesia (1990: 602) menjelaskan bahwa
tanpa
musik adalah ilmu atau seni menyusun
diterima khalayak dan terasa lebih dekat
nada atau suara, kombinasi dan hubungan
dengan
masyarakat
(Ukat
temporal untuk menghasilkan komposisi
Menurut
Riyanto
(1992:
suara yang mempunyai keseimbangan dan
umumnya lagu dangdut enak didengar,
kesatuan, nada atau suara yang disusun
bisa untuk berjoget mengikuti gejolak
sedemikian rupa sehingga mengandung
dalam rangkaian syair. Penyanyi dalam
irama, lagu dan keharmonisan (terutama
membawakan lagu-lagunya seakan-akan
yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi).
betul-betul mengalami kisah dalam lagu
Musik adalah salah satu bentuk
ditutup-tutupi
dangdut
1990: 1),
5). pada
yang dibawakannya.
hiburan yang ditampilkan oleh media
Musik yang berasal dari Melayu Deli
massa dan seringkali digunakan untuk
ini berkembang cukup pesat pada era 50-
menyampaikan pesan-pesan yang meng-
an. Banyak Orkes Melayu yang berkibar
andung masalah sosial dalam kehidupan
namanya pada saat itu, seperti Orkes
sehari-hari. Sebagai suatu bahasa atau
Melayu Chandralela pimpinan Mashabi,
komunikasi dari perasaan-perasaan, musik
Orkes Melayu Bukit Siguntang pimpinan
diciptakan sebagai tuntutan masyarakat
Abdul Khalik (dengan biduannya yang
yang
suatu
terkenal Hasnah, Thahar, Suhaimi), Orkes
jaman. Oleh karena itu musik memiliki
Melayu Sinar Kemala Pimpinan A. Kadir
menggambarkan
keadaan
daya komunikasi massa yang demikian
237
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
serta Orkes Melayu Kenangan pimpinan
Jepang.
Menanggapi
perkembangan
Husein Aidit.
dangdut pada tahun 1992, Drs. Darmanto
Disusul pada era 60-an, musik
Jatman SU dalam seminar “Seni Orkes
dangdut telah dipengaruhi oleh musik
Melayu: Pendidikan, Prospek, dan Peng-
Hindustan dan musik Gambus (padang
aruhnya Terhadap Kehidupan Sosial”
pasir) sehingga berbeda dengan musik
mengatakan bahwa merebaknya musik
Melayu
sebelumnya.
dangdut sampai ke gedung-gedung besar
Bintang yang terkenal saat itu adalah A.
bukan berarti merebaknya kekuatan rakyat
Rafiq dan Ellya Khadam dengan hits-nya
memasuki kalangan atas. Bahkan terlalu
Boneka dari India. Lagu yang diciptakan
optimis bila melihat merebaknya musik
Husein Bawafie pada tahun 1956 ini
dangdut sebagai bangkitnya kebudayaan
dianggap sebagai lagu dangdut yang
kampung,
pertama. Hal ini dikuatkan oleh hasil riset
kaidah-kaidah dangdut sebagai kaidah
peneliti
H.
artistik seni mapan. Jadi dapat disimpulkan
Frederick, dalam “Rhoma Irama and the
bahwa sampai era 90-an, musik dangdut
Dangdut Style: Aspect of Contemporary
masih
Indonesian Popular Culture” yang dimuat
kampungan milik kalangan bawah.
Deli
pada
dari
era
Amerika,
William
dalam
lekat
arti
membudayanya
dengan
image
musik
Jurnal Indonesia No. 34 tahun 1982,
Perubahan segmen dangdut yang
terbitan Cornell University. Akhir tahun
tadinya stabil pada kelas menengah bawah
70-an menjadi kebangkitan lagu Melayu
mulai
yang berubah dengan sebutan dangdut.
Sementara pada abad ke 20-an hingga saat
Jenis musik satu ini bisa dibanggakan
ini terjadi pergeseran konsep penampilan
sebagai musik Indonesia asli seperti yang
musik
terjadi pada keroncong.
dangdut yang tampil dengan ciri khas
Media memegang
massa peranan
dangdut.
pada
tahun
Banyaknya
1997.
artis-artis
terutama
televisi
sensual dengan branding “goyang itik”,
penting
dalam
“goyang gergaji”, “goyang patah-patah”,
mempromosikan
“goyang ngebor” mewarnai indutri musik
memperkenalkan
dan
musik
Dangdut
dangdut.
bergeser
juga
men-
dangdut di televisi. Bahkan ada yang
dominasi penghargaan bagi kaset terlaris
menggabungkan musik dangdut dengan
yang diselenggarakan oleh perusahaan
musik Pop seperti yang dinyanyikan Ayu
kaset kosong besar di masanya. Zaman
Tingting.Musik dangdut tampil dengan
keemasan musik dangdut dimulai sekitar
pengemasan dan konsep yang identik
awal 1990, ketika musik dangdut mulai
menjual idealisme dangdut.
diekspor ke luar negeri, terutama ke
238
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
2.5.3 Musik Dangdut dalam Komu-
Nani Kurniasari, dkk
kisah yang dituangkan dalam lirik lagu-
nikasidan Tayangan Media
lagunya.Musik
Dangdut dikatakan media sosial
menjadi penghubung antara masyarakat
karena dangdut adalah bentuk politik kebudayaan
di
mana
aktor
dangdut
juga
mampu
yang berbeda.
sosial
Fungsi berikutnya adalah sebagai
menciptakan simbol melalui seni musik
hiburan.Dangdut
sebagai media yang mampu menya-
hiburan bagi khalayaknya yang mencari
mpaikan perlawanan serta menghadirkan
kepuasan diri dari irama maupun lirik
makna dan nilai budaya (Weintraub, 2010:
lagunya.Terlihat dari pagelaran dangdut
12-13).Keunggulan yang bisa didapat dari
yang selama ini diadakan telah menyedot
jenis musik ini adalah syair lagu-lagu
antusias pendengar untuk disaksikan dan
dangdut lebih mudah untuk dimengerti
dinikmati.Seiring dengan naiknya pamor
bagi pendengarnya.Tidak seperti genre
dangdut dalam masyarakat, hampir semua
musik pada umumnya yang hanya menjadi
stasiun televisi memiliki acara dangdut
media hiburan semata, musik dangdut juga
bahkan
berfungsi
dangdut sebagai program acara hiburan
sebagai
sosial.Dengan dimilikinya,
media
segala musik
komunikasi
kekuatan dangdut
yang
memberikan
sebagian
menjadikan
peng-
musik
andalan.
mampu
Fungsi musik yang terakhir meng-
menyampaikan bahasa cinta, pesan dan
giring
protes sosial, serta pesan agama (dakwah)
produksi media massa, terutama televisi
pada khalayak yang luas (Luaylik, 2012:
yang selanjutnya biasa disebut program
26). Seperti yang dikemukakan oleh
musik. Program musik itu sendiri adalah
Charles D. Wright, bahwa sebagai media
pertunjukkan
massa, dangdut pun menjalankan fungsi
mampuan seseorang atau beberapa orang
komunikasi
pada suatu lokasi baik di studio ataupun di
massanya,
yaitu
fungsi
musik
dangdut
yang
studio
masuk
dalam
menampilkan
ke-
surveillance, korelasi, transmisi kultural
luar
(Pringle-Strarr-McCavitt,
dan hiburan.
2000).Program musik televisi ditentukan
Sebagai fungsi korelasi, dangdut
oleh banyak faktor, salah satunya artis
berperan menggerakkan masyarakat untuk
untuk menarik khalayak yang selanjutnya
suatu
men-
dikemas agar bisa mendatangkan profit.
para
Menurut Vane Gross, praktisi media yang
tujuan
dengarkan
bersama.Dengan
lagu-lagu
dangdut,
penikmatnya mendapatkan informasi dan
ingin
memberikan
khalayaknya
haruslah cermat. Program musik sendiri
dalam menghadapai suatu masalah dari
dapat ditampilkan dalam dua format yaitu
resep
pada
menyajikan
239
pertunjukan
musik
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
video klip atau konser.Program musik
antara keduanya sangat intrinsik bahkan
berupa konser dapat dilakukan di lapangan
tidak
(outdoor)
demikian, konsep rasialisasi atau semacam
ataupun
di
dalam
studio
(indoor).
mungkin
bisa
dihindari.Meski
pembentukan ras mempunyai kegunaan karena dapat menekankan pada kekuasaan,
2.6 Makna
Identitas
Masyarakat
kontrol dan dominasi.Gagasan tentang
Indonesia dalam Musik Dangdut
identitas, ras, etnisitas dan bangsa mesti
Dalam kajian budaya dan media
dilihat
dalam
kerangka
saling
ke-
identitas lebih bersifat kultural dan tidak
tergantungan yang satu dengan etnisitas
punya keberadaan di luar representasinya
yang lainnya.
sebagai wacana kultural.Identitas bukanlah
Seperti
terlihat
kemurnian
Melainkan sebagai suatu proses untuk
dihipotesiskan oleh wacana nasionalis.
menjadi identitas juga dapat dimaknai
Peran yang dimainkan metafora gender
sebagai
dalam konstruksi tentang bangsa, ibu
Misalnya
pada
pada
entitas
etnisitas
tertentu. ras
suatu
konteks
sesuatu yang tetap dan bisa disimpan.
genre
etnis
dalam
bangsa
yang
dan
pertiwi, dan sebagainya. Misalnya studi
nasionalitas adalah konstruksi-konstruksi
Buttler (1993) tentang konstruksi identitas
diskursif-performatif yang tidak mengacu
seksual, studi Gilroy (dalam Woodward,
pada benda-benda yang sudah ada.Artinya
1987) dan Hall (1992) tentang identitas
etnisitas, ras dan nasionalitas merupakan
orang kulit hitam di Inggris, studi Ben
kategori-kategori
Anderson (1991) tentang bangsa sebagai
kultural
yang
kontingen.Ia bukanlah fakta biologis yang
komunitas
bersifat
konsep,
(1996) tentang masyarakat diaspora, dan
etnisitas mengacu pada pembentukan dan
lainnya yang sealiran. Studi-studi tersebut
pe-langgengan batas-batas kultural yang
umumnya
mempunyai keunggulan tersendiri.
terhadap teori-teori yang berkembang pada
universal.
Dalam
tajam
nekanannya lebih dikonsentrasikan pada
dalam teori-teori tersebut terkomodifikasi,
kajian-kajian sejarah, budaya, komunikasi,
sehingga menjadi sebuah diskusi publik
media, sosiologi dan bahasa.Ras dilihat
bagi para pengamat di akademisi dan
sebagai sebuah gagasan yang problematis
komunitas lainnya.
dengan
ini
kritik
Brah
zamannya.Semua ideologi yang tertuang
asosiasinya
tulisan
memberikan
studi
pe-
karena
konteks
Sebagai
terbayangkan,
wacana
Musik
dangdut
dan
dunia
di
biologis tentang superioritas dan sub-
sekitarnya menjadi wajah dan penanda
ordinasi kultural sangat kental.Relasi di
manusia Indonesia.Musik dangdut pun
240
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
menjadi
identitas
liriknya
yang
kelompok
begitu
karena
kental
me-
Nani Kurniasari, dkk
masyarakat Indonesia tercermin dalam dangdut
representasikan karakter pencipta dan
1. Dangdut adalah rakyat. Pada tataran ini
khalayak penikmatnya (Vera, 2008). Pada
publik adalah kata benda yang dapat
awal 1970-an musik berbasis India yang
dihitung, dikerahkan dan dijabarkan.
dimainkan orkes Melayu, mengkristal
Dalam argumen Rhoma Irama tentang
menjadi
musik dangdut
dangdut.
Anggapan
tentang
dangdut sebagai musik rakyat golongan
dangdut
mayoritas di masyarakat muncul di era ini,
cerminan alami rakyat, berlawanan
dan semenjak itu menjadi tema yang tak
dengan musik pop Indonesia, rock, jazz
pernah pudar (Paramida 2005, ix).
dan musik lainnya yang unsur-unsur
Rakyat dapat didefinisikan dengan beberapa cara. Pada zaman revolusi (19451949), istilah “rakyat” mengacu pada
itu
menyatakan bahwa dikonstruksi
sebagai
musikalnya sebagian besar diimpor dari Eropa atau Amerika Serikat. 2. Dangdut untuk rakyat. Memaparkan
pengikut (kawula) seorang pemimpin,
bagaimana
dalam
pe-
berpengaruh dan lembaga komersial
Indonesia
secara aktif mengkonstruksi khalayak
(Anderson, 1990: 62).Menurut antropolog
dan makna tentang rakyat. Sebelum
James Siegel, dalam Orde Baru tidak ada
dangdut tercipta, tidak ada khalayak
lagi rakyat, karena Soeharto tidak ber-
dangdut sebagai kepentingan kelasnya
bicara untuk atau kepada mereka (Siegel,
tercermin
1998: 4). Betapapun, pemahaman populer
(Raymond, 1961: 289). Dangdut bukan
tentang rakyat masih bertahan, yaitu rakyat
milik sebuah kelas, sebagai kategori
sebagai sosok-sosok lugu yang unggul
atau atribut kelas itu. Dangdut bertindak
secara moral, lemah secara ekonomi, tapi
sebagai
berdaulat secara politis,
yang sering
membantu memproduksi makna-makna
menderita ketidakadilan yang ditimbulkan
tentang rakyat di masyarakat Indonesia.
oleh kaum kaya dan berkuasa (Heryanto,
Dalam arti ini, berlangsung proses
1999: 162).
sosial
hal
nyambung
ini lidah
adalah
Sukarno,
rakyat
Persambungan antara dangdut dan
aktor-aktor
dalam
agen
di
melibatkan
sosial
yang
genre
musik
penstruktur
seputar estetika,
yang
dangdut
yang
politik,
dan
masyarakat Indonesia terjadi pada tiga
ekonomi baru industri media (kaset,
tataran intertekstual yaitu 1) dangdut
film
adalah rakyat; 2) dangdut untuk rakyat; 3)
demikian, Rhoma Irama mengubah
dangdut sebagai rakyat. Disinilah identitas
pesan-pesan yang merakyat dengan
dan
241
radio).
Dalam
kondisi
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
hentakan irama goyang yang memikat
perubahan kondisi sosial dan historis
kalangan masyarakat Islam kelas bawah
Indonesia modern. Cara-cara dangdut
di perkotaan, terutama kawula muda
dihubungkan dengan makna rakyat
laki-laki. Dari segi lirik lagunya, bunyi
yang bermacam-macam dan berubah-
musikal, gaya pementasan, dan citraan
ubah dapat membantu kita memahami
visual, Rhoma Irama bukan sekedar
bagaimana
merefleksikan, tetapi aktif membentuk,
termediasikan turut berperan meng-
berbagai makna tentang rakyat.
konstruksi hakikat dan fungsi rakyat
3. Dangdut sebagai rakyat. Di sini rakyat
musik
populer
yang
modern.
bukanlah kategori tunggal yang padu, bukan pula khalayak dangdut, tapi istilah
rakyat
menyodorkan
2.7 Pandangan Remaja pada Musik
pe-
Remaja merupakan kelompok terbesar
nyejajaran makna-makna berbasis kelas
yang mengkonsumsi musik terlihat dalam
dan berbasis bangsa yang mencirikan
berbagai pergelaran. Kondisi ini dipertegas
wacana dangdut era 1970-an. Di media
dan sekaligus dimanfaatkan oleh kalangan
cetak
bisnis
populer
khalayak
dangdut
untuk
menjual
musik
melalui
sebagian besar absen sebagai pihak
pagelaran-pagelaran. Ashadi Siregar me-
yang
dirinya
nyebutkan bahwa sosok remaja merupakan
sendiri. Dengan demikian, media cetak
komoditi yang mudah menjadi pembelidan
populer berperan besar menampilkan
kelompok
apa yang mungkin dipikirkan dan
Meski demikian, secara sadar punremaja
diketahui
menyeleksi pesan musik terutama sebagai
menulis
representasi
tentang
beranggapan
rakyat.
alat
sudah
lama
menjadi ciri identitas suatu bangsa bahkan
berpartisipasi dalam dangdut sebagai
sebagai pencerminan gaya hidup remaja
praktik diskursif, meskipun itu di-
(Soekanto, 1987).
elit
lakukan sebagai cara untuk menjauhkan
Berdasarkan
bagi
dimanipulasi.
kelas
dan
pemersatu
mudah
kaum
menengah
bahwa
Penulis
yang
mereka.
Musik
hasil wawancara jurnal
diri mereka dari rakyat kebanyakan dan
penelitian Charissa yang berjudul Minat
budaya
dengan
Remaja pada Musik terhadap 6 responden
musik dangdut. Lewat pendekatan ini,
yang hobi mendengarkan musik. Ada dua
penulis berupaya menyediakan pe-
responden lebih menyukai musik jazz dan
mahaman
musik
klasik karena musik tersebut dianggap
Indonesia dan media serta konstruksi
lebih berkelas, enak didengar dan tidak
khalayak musik populer dalam lingkup
berisik. Sebayak empat orang lainnya lebih
yang
diasosiasikan
kritis
tentang
242
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
menyukai musik pop dan grup band.
tayangan media, hal-hal yang terkait dalam
Mayoritas responden menyukai musik pop
pembentukan
dan grup band karena mereka beranggapan
pendekatan penelitian yang tepat di-
musik tersebut enak di dengar, kental
gunakan adalah kualitatif dengan bentuk
dengan unsur kebersamaan dan dekat
receiption analysis.Analisis resepsi yaitu
dengan kehidupan anak muda.
makna media yang dinegosiasikan oleh individual
makna
tersebut?”
berdasarkan
maka
pengalaman
mereka. BAB 3
3.2 Paradigma Penelitian Paradigma adalah sebuah kesatuan
METODE PENELITIAN
sistem berpikir meliputi asumsi dasar, pertanyaan penting untuk dijawab atau
3.1 Metede Penelitian Penelitian ini menggunakan para-
kepingan-kepingan
puzzle
untuk
di-
digma kontruktivisme dan critical kon-
pecahkan, teknik penelitian yang akan
struktivisme dengan strategi penelitian
digunakan, dan contoh dari penelitian
analisis resepsi.Kedua paradigma yang
ilmiah seperti apa yang dianggap baik
digunakan dalam penelitian ini sangatlah
(Neuman, 2006: 81). Dalam penelitian ini
kualitatif. Menurut Patton (2002: 14),
menggunakan paradigma kultural kon-
pendekatan kualitatif memfasilitasi studi
struktivisme
tentang isu-isu secara mendalam dan
Paradigma critical-constructionism ber-
detail. Mendekati lapangan tanpa dibatasi
asumsi bahwa cara kita memandang
oleh
ditentukan
sebuah masalah yang terdapat dalam
sehingga memberikan kontribusi suatu
masyarakat telah terdistorsi oleh sebuah
analisis yang penuh keterbukaan, ke-
kekuatan
dalaman, dan detail dalam penyelidikan
untuk
kualitatif.Jadi
hasil
2006: 11). Menurut Kincheloe, paradigma
musik
ini terkait dengan peran kekuatan yang
wawancara
berlebihan dalam proses konstruksi dan
mendalam menggunakan teknik intensity
validasi (2005: 3). Lebih lanjut, individu
sampling (metode khusus kualitatif).
yang datang dari berbagai latar belakang
kategori
pemaknaan dangdut
telah
yang
untuk remaja
harus
telah
mendapat terhadap
dilakukan
yang
(critical-constructionism).
memiliki
kepentingan
mengkonstruksikannya
(Heiner,
Berdasarkan permasalahan yang
berbeda akan melihat dunia dengan cara
diungkap
yang berbeda pula (Kincheloe, 2005: 8-9).
pada
Bab
I
yakni
“bagaimana pemaknaan remaja tentang
Menurut paradigma kontruktivis,
musik dangdut sebagai hasil produksi dari
peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana
243
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
informan mengkonstruksi makna ketika
Dalam
melihat tayangan musik dangdut di media
diposisikan
massa. Makna seperti apa yang akan
memberi intensitas pengalaman terhadap
terungkap dari informan terhadap tayangan
suatu fenomena yang sedang diteliti. Baik
musik dangdut di media massa, dan hal-hal
peneliti dan co-researcher saling berbagi
terkait apa yang melatarbelakanginya.
pengalaman dan pengetahuan terhadap
Aliran konstruksionis hanya memberikan
suatu
penekanan
makna
mempunyai pandangan yang mendalam.
interaksi, sedangkan aliran kritis lebih
Dengan begitu kita akan mendapatkan
memberikan penekanan pada bagaimana
pandangan secara keseluruhan terhadap
kekuatan elit dalam melakukan konstruksi
fenomena yang sedang diteliti terutama
makna kepada khalayaknya.
dalam penelitian mengenai interpretasi
pada
konstruksi
Dalam penelitian ini, peneliti akan
strategi
Nani Kurniasari, dkk
penelitian
co-researcher
fenomena.
ini
juga
yang
turut
Heuristik
ini
harus
remaja terhadap musik dangdut.
mengkaji makna remaja tentang musik dangdut
sebagai
hasil
produksi
dari
3.4 Teknik Pengumpulan Data
tayangan media dan hal-hal yang terkait dalam
pembentukan
pemaknaan
itu.
Pada
penelitian
ini
teknik
pengumpulan data yang digunakan ada dua
Karena setiap interpretasi atau pemaknaan
yaitu
secara aktif dipengaruhi oleh banyak hal
sekunder.Instrumen pencarian data utama
seperti lingkungan sosial (peer group dan
yang digunakan adalah data primer berupa
lingkungan keluarga). Paradigma critical-
wawancara mendalam (indept interview)
constructionism di dalam penelitian ini
yang disertai pengamatan untuk menggali
terlihat dari penerapan receiption theory
sebanyak
sebagai landasan penelitian.
informan. Kedua adalah data sekunder
3.3 Strategi Penelitian
dengan buku, jurnal, tesis, disertasi dan
Penelitian
ini
penelitian
menggunakan
heuristic
strategi
inquiry.
Apa
data
primer
mungkin
dan
data
informasi
dari
literatur lainnya. Data
primer
diperoleh
dengan
pengalaman subjek terhadap fenomena itu
melakukan wawancara mendalam (in-
dan apa pengalaman esensial orang lain
depth interview) karena ingin mengetahui
terhadap fenomena itu.
(Patton, 2002:
apa saja yang melatarbelakangi proses
107). Dengan strategi penelitian heuristik
audiens dalam melakukan pemaknaan
ini, peneliti harus mempunyai pengalaman
secara mendalam, dalam hal ini terkait
pribadi
pemahaman dan pengalaman informan
dan
ketertarikan
yang
kuat
terhadap fenomena yang sedang diteliti.
terhadap
musik
244
dangdut
(Pawito,
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
2007:132-133).Dalam penelitian ini yang
musik juga akan menjadi narasumber.
menjadi subjek penelitian yaitu remaja
Dengan sudut pandang yang berbeda akan
dalam komunitas dangdut, komunitas anti
bisa didapat data yang terkonfirmasi
dangdut dan aktivis muda yang merupakan
dengan sendirinya. Menggunakan recep-
salah satu bagian dari komunitas blogger
tion theory, peneliti ingin mengetahui
dan jurnalis remaja (pengamat gejala
interpretasi remaja terhadap dangdut yang
sosial,
ada di media.
salah
satunya
mengenai
per-
kembangan musik di Indonesia termasuk
3.6 Kriteria Informan
musik dangdut).
1. Salah satu anggota komunitas dangdut
Data utama tidak hanya melalui
untuk mendapatkan gambaran meng-
wawancara dan pengamatan, namun juga
enai pandangan remaja dangdut dalam
dari dokumen penerbitan melalui studi
melihat fenomena pergeseran nilai dari
pustaka dan literatur musik, buku dan
dangdut zaman dulu dengan yang ada
majalah yang mengulas tentang industri
saat ini. Kemudian dari komunitas anti
musik, serta data-data lain dari berbagai
dangdut dalam memandang dangdut
lembaga yang memiliki kredibilitas tinggi
secara keseluruhan dan hal-hal yang
dalam
nasional.Pen-
terkait dengan penilaian mereka tentang
gumpulan data ini disebut dengan data
dangdut. Dan terakhir adalah informan
sekunder yang diambil dengan cara studi
inti yang bersifat netral berasal dari
dokumen,
data
aktivis muda, blogger, pengamat musik
pendukung seperti dari dokumentasi (foto),
yang salah satunya pernah menulis
jurnal, tesis, disertasi, skripsi, buku, dan
tentang musik dangdut.
industri
yakni
musik
mengumpulkan
berbagai dokumen pendukung lainnya.
2. Remaja
laki-laki
dan
perempuan.
Menurut Harlock (Mappiare 1982: 15) 3.5 Objek Penelitian
pengertian remaja dilihat dari rentang
Objek kajian dalam penelitian ini adalah
usia meliputi mereka yang berusia
remaja
adalah
13/14 tahun-17 tahun tergolong dalam
musik
remaja awal, dan 17-22 tahun tergolong
dan
interpretasinya dangdut.Remaja
yang
dituju
terhadap dalam
penelitian
ini
remaja tahap akhir. Pada usia-usia
merupakan audience aktif yang akan
remaja tahap akhir merupakan masa
dipilih secara sengaja (purposive) untuk
pencarian
menjadi informan. Namun demikian untuk
penyerapan berbagai pengaruh yang ada
mendapatkan data yang kaya, maka pihak-
di lingkungan sekitar, belum mampu
pihak lain seperti pengamat atau jurnalis
menganalisis alasan prilaku mereka
245
identitas
diri,
masa
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
dengan seksama, dan terlihat masih
5. Informan
Nani Kurniasari, dkk
yang
dipilih
mempunyai
mudah mengikuti arus (Ikayanti, 2008:
perbedaan karakteristik sebagaimana
579).
dikemukakan
oleh
berbagai
studi
3. Berkepribadian supel dalam bergaul,
pemaknaan khalayak terdahulu: umur,
populer, dan banyak dikenal oleh siswa-
ras, atau suku, ideologi dan perspektif .
siswa lain. Pemilihan ini dilakukan
Hal
dengan pertimbangan adanya elaborasi
Croteau
antara budaya sekolah yang berbeda
pemaknaan khalayak (Acosta-Alzuru &
khususnya dengan
Kreshel, 2002).
hadap
interaksinya ter-
teman-teman
sebaya
ini
sesuai
dengan
pemikiran
dan
Condit
mengenai
(peer
group).
3.7 Analisis dan Interpretasi Data
4. Remaja di kota Jakarta. Pemilihan di
Dalam
penelitian
ini,
teknik
kota Jakarta karena merupakan pusat
analisis data yang digunakan adalah
kota, semua aktivitas terpusat di sini.
dengan proses pengkodingan. Terdapat
Jakarta mengalami perubahan yang
proses pengaturan dan pengorganisasian
sangat signifikan dalam hal budaya.
data dalam suatu pola kategori. Menurut
Banyak sekali pengaruh luar yang
Maleong (2000: 103) analisis data adalah
masuk
proses
ke
kota
Jakarta
sehingga
mengorganisasikan
dan
meng-
penelitian yang berkaitan dengan musik
urutkan data ke dalam pola, kategori, dan
dan budaya sangat tepat dilakukan di
satuan
sini. Namun seiring dengan proses
ditemukan tema.
transformasi dan dinamika urbanitas
analisis data, peneliti melakukan beberapa
dunia terjadi pergeseran pola hidup
langkah pengkodingan, yakni open coding,
masyarakat Jakarta yang berkembang
axial coding, dan selective coding.
secara
3.7.1 Open
industri,
drastis di
menjadi
perubahan
dasar
sehingga
dapat
Dalam melakukan
Coding.Adalah
proses
ini
identifikasi kategori dan dimensi.
mengubah ritme kehidupan masyarakat
Data-data yang diperoleh diberikan
Jakarta menuju kota yang berorientasi
label, dipilah, dicatat, sehingga data-
pada komersil dan otomatis mem-
data tersebut dapat dijadikan konsep
pengaruhi berkurangnya interest se-
yang
bagian
ompokkan dalam kategori-kategori
besar
mana
masyarakat
uraian
masyarakat
Jakarta
terhadap aspek seni budaya Indonesia asli seperti musik dangdut (Pattiselano, 2006).
kemudian
dapat
dikel-
tertentu. 3.7.2 Axial
Coding.
Adalah
organisasian data melalui
246
pengpeng-
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
embangan hubungan atau koneksi
Nani Kurniasari, dkk
BAB 4
diantara kategori dan subkategori.
HASIL PENELITIAN
3.7.3 Selective coding. Adalah seleksi kategori
yang
paling
mendasar
4.1 Profil Informan
karena dihubungkan dengan kategori
Informan 1
lain untuk menyusun story line yang
Perempuan yang lahir pada tahun 1994
kemudian divalidasi. Dalam selective
adalah anak pertama dari dua bersaudara.
coding peneliti menyajikan kon-
Dia merupakan seorang pelajar SMA non-
septualisasi cerita, menghubungan
formal dan saat ini menjadi salah satu
kategori berdasarkan
dimensinya,
anggota komunitas dangdut “Silahturahmi
memvalidasi kategori yang diperoleh
Teman Dangdut”. Di tengah maraknya
dari tahapan sebelumnya dengan
kegandrungan remaja pada K-pop dan
menggunakan data, dan melengkapi
berbagai
kategori yang memerlukan perbaikan
menjadi kesukaan para remaja yaitu musik
dan pengembangan.
pop, dia malah menyukai musik dangdut
genre
musik
lainnya
yang
yang saat ini menjadi musik minoritas di 3.8 Kelemahan Penelitian
kalangan remaja. Dia juga aktif dalam
1. Peneliti seharusnya mewawancari juga
kegiatan-kegiatan ataupun acara dangdut
insan dangdut dan praktisi musik
yang diselenggarakan. Kecintaannya pada
dangdut untuk mengetahui perkem-
musik dangdut menjadi alasan penting
bangan dan tujuan dari pengemasan
bagi peneliti memilih dia sebagai informan
musik dangdut dewasa ini
karena memiliki sudut pandang positif dan
2. Setiap
penelitian
didasarkan
pada
kondisi yang ada saat ini, sedangkan
berbeda tentang dangdut yang merupakan musik minoritas di kalangan remaja.
perubahan zaman juga akan mempengaruhi perubahan pemaknaan di benak khalayak. 3. Wawancara mendalam beberapa kali
Informan 2
kepada setiap informan tidaklah dapat
Remaja laki-laki yang lahir pada tahun
menggambarkan
description
1994 inimerupakan anak tunggal dalam
sebagaimana disyaratkan Geertz dalam
keluarga. Dia adalah seorang pelajar SMA
suatu penelitian.
non-formal,
thick
desainer
grafis,
blogger,
penulis lepas, dan aktivis muda. Artikel yang ditulisnya kebanyakan berisi liputan
247
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
warga
yang
dihimpunnya
kejadian-kejadian
di
tentang
informan ketiga ini yaitu walaupun dia
Ke-
menyukai musik dan musik adalah bagian
hidupannya sangat dekat dengan media
yang dekat dengan dia namun ada satu
massa.
besar
musik yang paling dia benci, yaitu musik
berkecimpung di dunia seni dan beberapa
dangdut.Dia sangat anti dangdut karena
anggota diantaranya berjibaku dalam dunia
masa lalunya terhadap salah satu konser
media dan pers. Peneliti memilih informan
dangdut yang dilihatnya secara langsung
ini karena sebagai remaja dia memiliki
dimana saat konser itu diadakan terdapat
kelebihan untuk mengamati dunia di
kericuhan dan dia melihat kekerasan
sekitarnya terutama tentang musik yang
secara langsung dihadapannya.Oleh karena
memang sangat dekat dengan remaja.Salah
latar belakang tersebut, peneliti memilih
satu tulisannya yang membuat peneliti
dia menjadi salah satu informan dalam
memilih dia sebagai salah satu informan
penelitian ini.
Keluarganya
sekitarnya.
Nani Kurniasari, dkk
sebagian
adalah yang berjudul “Wajah Dangdutku, Wajah Indonesiaku” yang berisi kritik
4.2 Penggunaan Media oleh Informan
pada musik dangdut. Penempatan dia
Penggunaan media disini adalah
sebagai informan yang netral dengan
media apa saja yang digunakan informan
kelebihannya
untuk menikmati musik yang disukainya
sebagai
pengamat
akan
memberikan gambaran lengkap mengenai
atau
terpaan
media
pada
informan
dangdut di mata remaja
sehingga
informan
memiliki
informasi
terhadap
musik
akses dangdut.
.
Informan pertama dan kedua mempunyai
Informan 3
kesamaan dalam pemilihan media untuk
Gadis 18 tahun ini adalahlulusan dari salah
mengakses
satu SMK di Jombang jurusan multimedia
Informan pertama atau pecinta dangdut
komputer, saat ini menjadi karyawati di
sejak awal memilih media radio sebagai
salah satu perusahaan swasta. Anak ke-2
media yang paling diminatinya untuk
dari dua bersaudara ini lahir dari keluarga
mendengarkan musik dangdut. Selain itu,
kelas menengah wirausaha. Kegiatan di
pecinta dangdut ini mengikuti komunitas
waktu luangnya dia habiskan dengan
dangdut
istirahat atau jalan-jalan bersama teman-
dengarkan radio dan komunitas dangdut
teman. Dia sangat
menyukai musik,
tersebut ternyata dibentuk oleh radio yang
musik-musik yang dia sukai yaitu bergenre
sering informan putar.Awalnya informan
pop. Hal unik menurut peneliti tentang
pecinta dangdut mendengarkan musik
musik
pun
248
yang
awalnya
disukainya.
karena
men-
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
melalu radio.Karena terpaan dangdut yang
media televisi sebenarnya informan akan
terus menerus, membuat informan merasa
mendapatkan
dekat dan menyukai dangdut.Ditambah
bandingkan
lagi keikutsertaannya dengan komunitas
media televisi untuk mengemas suatu
dangdut
informan
informasi bukan hanya secara audio
mencintai musik ini.Dari hasil observasi,
namun juga visualisasi yang menarik,
ternyata
banyak
seharusnya membuat informan memilih
dihabiskan dengan mendengarkan radio
media ini sebagai media pilihannya.
secara streaming maupun mobilemelalui
Namun ternyata, media televisi tidak
ponsel.Disela-sela
memuaskan
semakin
membuat
keseharian
informan
wawancara,
headset
banyak radio
kelebihan
karena
di-
kemampuan
keinginannnya.
Informan
menempel di telinga informan.Alasan
beranggapan bahwa musik dangdut yang
pecinta dangdut ini untuk memilih radio
diputar di radio terdengar lebih asli
karena menurut dia radio paling bisa
dangdutnya dibandingkan yang secara live
memenuhi kebutuhannya untuk menikmati
di televisi. Peneliti beranggapan ada unsur
musik
terpaan yang terus menerus dari media
kesukaannya.Dengan
men-
dengarkan dangdut di radio, dia merasa
radio
mendengarkan musik tersebut secara utuh,
merasa nyaman dan sangat beradaptasi
langsung dan tidak ada editan sama sekali.
dengan
Selain
digunakannya dalam kehidupan sehari-
itu,
kemudahan
memberikan
feedback dan request langsung ke radio
sejak
lama
media
sehingga
yang
informan
terus
menerus
hari.
membuat informan semakin konsisten
Selanjutnyainforman kedua yang
dalam menggunakan media ini sebagai
ternyata lebih memilih media televisi
pilihannya.
sebagai media utamanya dibandingkan
Pemilihan
berdasarkan
media radio sebagai media informasi dan
kebutuhan dan kepuasan pribadi ini seperti
sarana menikmati musik yang disukainya.
termasuk
Penggunaaan media yang dipilih oleh
dalam
media
teori
uses
and
gratification, yaitu teori yang meng-
pengamat
ungkapkan bahwa khalayak mempunyai
televisi dan media internet sebagai pilihan
pilihan sendiri terhadap media sesuai
media yang kedua. Berkaitan dengan
dengan kebutuhan dan kepuasan yang
musik-musik yang disukainya informan
dirasakannnya
lebih
terhadap
media.Seperti
dangdut
suka
ini
mendengar
adalah
media
musik-musik
informan pertama yang memilih radio
orkestra dan musik seperti itu memang
sebagai media yang dapat memenuhi
lebih bagus dinikmati dengan tampilan
kebutuhan dan kepuasannya. Meskipun di
audiovisual.Kemudian hobinya yang suka
249
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
menulis di blog dan berkaitan dengan
masa
dunia internet, membuat informan lebih
dengan
nyaman
internet
dulu.Adanya sensasi yang ditampilkan
lainnya.Menurut
media dalam pemberitaan infotainment
menggunakan
dibandingkan informan
media
televisi
media
memiliki
kini,
Nani Kurniasari, dkk
namun
masih
aritis-artis
negoitated
dangdut
zaman
banyak
membuat informan tidak menyukai musik
kelebihan bagi pendengar musik daripada
dangdut. Karakter artis turut menentukan
radio. Bagi informan, musik-musik terbaru
kesukaan
muncul setelah tayang di tangga lagu
terhadap musik yang diusungnya.
atau
ketidaksukaan
audiens
televisi sehingga kita akan mendapatkan updating dari lagu-lagu terbaru hanya di
4.3 Pemahaman tentang Dangdut
media
suka
Dalam memahami musik dangdut, baik
meneliti terkait juga dengan pemilihan
dari pecinta dangdut, pengamat dan anti
media yang digunakan. Media yang lebih
dangdut
suka digunakan pengamat dangdut ini
dengan bahasa yang berbeda-beda, namun
dalam kehidupan sehari-harinya adalah
uniknya meskipun dengan ketiga karakter,
media yang dia rasa lebih up date dan
minat dan latar belakang yang berbeda,
lebih baru (modern).Terlihat dari jawaban
ada kesamaan tanggapan atau pemahaman
informan yang berkomentar mengenai
terhadap
dangdut.Analisis
perkembangan teknologi dan berkaitan
menjadi
dua
erat
dangdut
zaman
televisi.Kecenderungan
juga
dengan
perubahan
pangsa
pasarnya.
menyampaikan
yaitu
tanggapannya
ini
terbagi
mengenai
musik
dengan
musik
dulu
dangdut masa kini. Hal-hal yang ditinjau
Informan ketiga yang anti dangdut
dan dicermati dari kedua generasi musik
lebih dominan menyaksikan acara di
tersebut yaitu dari musiknya sendiri,
televisi dibandingkan media lainnya. Jenis
penampilan penyanyi, syair lagu, seg-
tayangan apa yang ditonton oleh informan
mentasi,
hampir
personality dari setiap artisnya.
semuanya
berkaitan
dengan
nama
panggung
bahkan
informasi hiburan. Peneliti melihat bahwa ketidaksukaan informan terhadap musik dangdut juga karena tontonan infotainment
4.3.1 Dangdut
sebagai
Musik
Asli
Indonesia
yang sering dilihatnya hampir banyak
Informan pertama yang merupakan pecinta
mengenai artis-artis dangdut yang suka
dangdut
mencari sensasi di media seperti Dewi
dangdut memang merupakan musik khas
Perssik dan Julia Perez.Informan terlihat
Indonesia.Apa yang membedakan musik
sangat opposite dengan artis-artis dangdut
dangdut dengan musik lainnya yaitu musik
menganggap
250
bahwa
musik
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
dangdut
Nani Kurniasari, dkk
berisikan
syair-syair
khas
ketiga informan dengan latar belakang dan
seperti
“Begadang”
dan
minatberbedaterhadap musik, semuanya
“Buyung”. Menurut dia, musik ini sangat
setujubahwa musik khas Indonesia adalah
membudayakan bahkan mempromosikan
musik dangdut.
bahasa nasional dan bahasa daerah.Kata
Peneliti
Indonesia
menganalisis
bahwa
“begadang” samasekali tidak ada di luar
tanggapan mereka sebagai remaja tentang
negeri.Hanya Indonesia yang mempunyai
musik dangdut yang merupakan musik asli
kata “begadang” dan kata itu sangat dekat
atau musik khas Indonesia disebabkan
dengan
masyarakat
karena mereka menyadari tentang budaya
Indonesia.Berdasarkan jawaban informan,
Indonesia yang dari kecil mereka rasakan
dangdut sangat identik dengan kehidupan
itu sesuai dengan jiwa yang ada dalam
masyarakat Indonesia sehingga pecinta
musik dangdut.Maksudnya adalah orang
dangdut
Indonesia juga merupakan rumpun bangsa
kehidupan
ini
sangat
menyukai
musik
dengan karakter khas Indonesia.
Melayu, meskipun banyak etnis Tionghoa
Kemudian informan kedua juga
dan
etnis
Barat
yang
ke
mengatakan bahwa musik asli Indonesia
Indonesia.Namun
merupakan
ini
Indonesia merupakan salah satu bangsa
terungkap dari tulisan yang dia buat untuk
dengan rumpun Melayu.Dan dangdut itu
menyampaikan bahwa dangdut merupakan
merupakan musik yang lebih berkiblat ke
wajah masyarakat Indonesia.Di dalam
Melayu.Ketiga
tulisan tersebut dia menyebutkan bahwa
bahwa musik dangdut sangat dekat dengan
dangdut sangat dekat dengan kehidupan
bangsa Indonesia karena adanya kemiripan
remaja. Dia menganggap bahwa musik
jiwa di dalamnya yaitu sebagai bangsa
dangdut merupakan budaya Indonesia
dengan rumpun Melayu.
musik
dangdut.Hal
secara
masuk
Informan
mayoritas,
merasakan
yang perlu dijaga kelestariannya dan dia mengakui
bahwa
dangdut
merupakan
budaya Indonesia. Informan ketiga yanganti dangdut juga
menyetujui
bahwa
musik
4.3.2 Penampilan Artis Dangdut
asli
Ketiga informan memiliki tanggapan
Indonesia adalah musik dangdut. Mes-
tersendiri mengenai apa yang mereka lihat
kipun informan membenci atau sangat
dan rasakan terhadap setiap penampilan
tidak suka terhadap dangdut, informan
artis dangdut. Banyakpengalaman maupun
mengakui bahwa musik asli Indonesia
kejadian secara langsung terlihat ataupun
adalah musik dangdut.Terlihat
melalui media yang disaksikan mereka
bahwa
251
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
saat penyanyi dangdut tampil.Meskipun
dapat mempengaruhi pemaknaan pada
jawaban yang mereka sampaikan dengan
informan
bahasa yang berbeda, namun ternyata
ditampilkan oleh artis dangdut di masa lalu
memiliki
tersebut.
kesamaan
dalam
terhadap
dangdut
yang
maknanya.Pertama, terungkap dari pecinta
Mengamati dan menganalisis dari
dangdut itu sendiri yang memberikan
ketiga jawaban dalam wawancara dengan
tanggapannya mengenai penampilan artis
ketiga informan tersebut baik dari pecinta
dangdut masa kini yang sangat erotis dan
dangdut yang sangat dominan untuk
tidak santun, dia merasakan berbeda
menyukai dangdut, kemudian pengamat
dengan
yang
dangdut yang negoitated terhadap dangdut
penampilannya lebih santun dan tidak
bahkan yang opposite dengan dangdut
menjual goyangan namun kualitas suara
selain
dari penyanyi dangdutnya sendiri.
merupakan musik Indonesia, mereka juga
musik
zaman
dulu
Informan ketiga juga beranggapan bahwa
penampilan
dangdut
yang
dilihatnya sekarang ini bukanlah dangdut yang
sesungguhnya.Dangdut
setuju
bahwa
musik
dangdut
setuju (dominan) bahwa dangdut masa kini sangat erotis dan tidak santun dalam penampilannya.
yang
Mendalami anggapan erotis yang
yang
menjadi stigma paling kotor dalam musik
ditampilkan oleh artis-artis dangdut di
dangdut, sejatinya erotisme berkenaan
masa
dengan sensasi seks yang menimbulkan
sesungguhnya
lalu,
adalah
yang
dangdut
berprestasi
dengan
mengandalkan kualitas suara bukan karena
rangsangan,
sensasi
yang
nafsu berahi. Memasukkan unsur seks
banyak dilakukan oleh artis-artis dangdut
dalam kesenian memang menimbulkan
sekarang ini. Pernyataan informan agak
kesan indah, tapi musik adalah milik
mengejutkan peneliti karena narasumber
semua golongan usia. Para produser juga
bertumbuh kembang di era 2000-an, di
harus
mana dangdut sudah mulai ditampilkan
dengan unsur erotis bisa saja dinikmati
dengan tampilan sensual dan sensasi di
oleh anak-anak kecil sebagai konten yang
media massa, bukan di era 1990-an di
tidak sesuai bagi mereka.Erotisme dalam
mana dangdut masih ditampilkan media
dangdut
dengan baju sopan dan gerakan tari yang
dangdut ber-subgenre koplo, dengan ciri-
tidak vulgar. Peneliti tidak mendapatkan
ciri yang paling menonjol terletak pada
informasi
aransemen, lagu yang dibawakan, serta
dan
sensualitas
mengenai
seperti
sumber
akses
informasi dalam catatan wawancara yang
atau bersifat
memperhatikan
lebih
penampilan
banyak
penyanyi
252
merangsang
bahwa
ditemui
di
musik
pada
atas
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
panggung.Hampir semua dari mereka tidak segan-segan menunjukkan auratnya. DAFTAR REFERENSI
BAB 5
Buku
SIMPULAN
Peneliti melihat bahwa adanya kesamaan
tanggapan
informan
mengenai
antara penampilan
ketiga artis
dangdut saat ini yang tidak sopan dan erotis ternyata ketiganya sangat tidak menyukai, tidak menerima atau opposite terhadap melihat
penampilan bahwa
tersebut.Peneliti
adanya
ketidaksukaan
ketiga informan terhadap musik dangdut masa
kini
yang
penyanyinya
lebih
mementingkan goyangan dan penampilan seksi dan norak dikarenakan mereka merasa selama ini dibesarkan dalam lingkungan dengan kebudayaan timur. Kalau di barat goyangan dan pakaian seperti itu masih ditolerir, namun tidak di
Acosta-Alzuru, Carolina & Peggy J. Kreshel (2002). “I‟m An American Girl, Whatever That Means: “ Girl Consuming Pleasant Company‟s American Girl Identity. Journal of Communication.March 2002/Vol.52 No.1. Wahington DC: Oxford University Press and Audiences. California: Pine Forge Press. Andrew N. Weintraub. (2010). Dangdut Stories: "A Social and Musical History of Indonesia's Most Popular Music", Published September 21st. USA: Oxford University Press.Baran, Stanley, dan Davis, Dennis.(2000).Mass Communication Theory.Foundation, Ferment, and Future.2nd Edition. Belmont: Wadsworth. Barker, Chris. (1994). Cultural Studies: Theory and Practice. 1st Ed. London: Sage.
budaya timur seperti di Indonesia yang mayoritas warga yang tinggal adalah umat muslim
sehingga
nilai-nilai
yang
dibudayakan dari kecil adalah nilai-nilai
Bungin,
Burhan. 2005. Pornomedia; Sosiologi Media, Konstruksi Sosial Teknologi Telematika &Perayaan Seks di Media Massa. Jakarta. Pranada Media.
yang santun, beretika dan bermoral sesuai dengan ajaran yang telah tertanam dari kecil baik di lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja bahkan lingkungan sosial sekitar yang terus menerus membudayakan nilai-nilai yang beretika dari zaman ke zaman.
Campbell, Don. (2001). Efek Mozart: Memanfaatkan Kekuatan Musik untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreatifitas & Menyehatkan Tubuh. Jakarta: PT. Gamedia Pustaka Utama. Denzin, Norman K., dan Yvonnas S. Lincoln (ed). (2005). The Sage
253
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Handbook of Qualitative Research. 3rd Edition. California: SAGE Publications. Downing, E. (1999). Anti-Pygmalion: The Praeceptor in Ars Amatoria, Book 3. In J. Eriyanto.(2001). Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS.
Arbor: University of Michigan Press. Kamus Besar Indonesia. (1990). Jakarta: Balai Pustaka. Kincheloe, Joe. (2005). The Critical Constructivism Primer. New York: Peter Lang Publishing. Lohanda,
Fiske,
J. (2004). Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif (Drs. Yosal Iriantara, M.S. dan Idy Subandy Ibrahim, Penerjemah). Yogyakarta: Jalasutra.
Fiske, John. (1987). Television Culture. New York: Methuen & Co. Ltd. Frederick, W.H. (1982). Rhoma Irama and The Dangdut Style: Aspects of Contemporary Indonesian Popular Culture. Indonesia. No. 32. Indonesia. Gamman, L., & Marshment, M. (1988).The Female Gaze: Women as Viewers of Popular Culture. London: The Women‟s Press. Hardjana, Suka. (2003). Corat-Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Jakarta: Ford Foundation dan MSPI. Heiner, Robert. (2006). Social Problem: An Introduction to Critical Constructionism. New York: Oxford University Press. Hurlock, E.B. (2008). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. I. Porter, ed. (1990).Constructions of the Classical Body, 235–51. Ann
Nani Kurniasari, dkk
Mona. (1983). Dangdut: "Sebuah Pencarian Identitas" (Tinjauan Kecil dari Segi Perkembangan Historis), dalam buku Seni dalam Masyarakat Indonesia Bunga Rampai, PT. Gramedia, Jakarta.
Maleong, Lexy J. (2004).Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda. Mappiare, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Marris, P. & Thornham, S. (1996). Media Studies A Reader 2nd Ed. Edinburgh: Edinburgh University Press Ltd. Media Studies: A Reader. Edinburgh: Edinburgh University Press, pp. 298-306. Morley, David. (1980). The „Nationawide‟ Audience: Structure and Decoding. London: BFI. Muthmainnah.(2003). Goyang Inul Lunturkan Daya Spiritual.Dlm Inul, hlm.65-71. Yogyakarta: Bentang. Neuman, W. Lawrence.(2006). Social Research Methods. 6th Ed. Boston: Allyn and Bacon.
254
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Nani Kurniasari, dkk
Oetomo, M. (2003). “Chaos” Goyang Inul “Ngebor”. Dlm. Inul, hlm. 5-9. Yogyakarta: Bentang.
review/2106/2-album-dangdutdan-sekotak-cokelat. Diakses 2009
Patton, Michael Quinn. (2002).Qualitative Research Methods Qualitative and Evaluation Methods.3rd Edition. California: Sage Publications.
Masud, Masnun. Lagu Dangdut Berlirik Porno itu Menuai Protes.
Pringle, P. K., Starr, M. F., & McCavitt, W. E. (1999).Electronic Media Management Fourth Edition. Massachusetts: Focal Press. Sarlito, W. S. (1988) Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press. Soekanto, S. (1987).Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Syah, S. (2003).Menolak Pembenaran Goyang Inul. Dlm. Inul, hlm. 4145. Yogyakarta: Bentang. Vane,
E. T., & Gross, L. S. (1994).Programming for TV, Radio, and Cable. Boston: Focal Press.
Weintraub, A. (2010). Dangdut Stories: A Social and Musical History of Indonesia‟s Most Popular Music. New York: Oxford University Press, Inc. Wright, C. R. (1988). Sosiologi Komunikasi Massa (Lilawati Trimo, Penerjemah). Bandung: Remadja Karya. Zoonen, Liesbet van. (1994). Media Production and the Encoding of Gender: Feminist Media Studies, London: Sage. Berita Online Album Dangdut dan Sekotak Kecil Coklat.http://www.berita99.com/
http://www.antaranews.com/berita/3559 07/lagu-dangdut-berlirik-pornoitu-menuai-protes. Diakses tanggal 31 Januari 2013. Rhoma.Dangdut dan Kisah Indonesia.www.jawapost.com. Diakses 11/11/2012. Suryani. 2006. Inul: Titik Balik sebagai Dangdut Modern. http://suryanikoe.multiply.com/jo urnal/item/5/INUL_Titik_Balik_ Musik_Dangdut_Modern (08 Mei 2009). Jurnal Ikayanti, Adisti. (2008). Preferensi Remaja terhadap Media, Hiburan Teks, dan Visual.Jurnal Penelitian Ilmu Komunikasi Thesis VII/3, September-xvii, Desember, 573-606. Depok: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia. Luaylik, F. & Khusyairi, J. A. (2012). Perkembangan Musik Dangdut Indonesia 1960an-1990an. Verleden: Jurnal Kesejarahan, 1, 26-39. Pattiselano (2006). Musium Seni Kontemporer GUGGENHEIM di Jakarta. Semarang: Universitas Diponogoro. Woodsa, Robert. (2004). Internet and Higher Education 7.281– 297.Elsevier.
Artikel Majalah
255
Remaja Dan Musik Dangdut (Receiption Studies Musik Dangdut di Kalangan Remaja)
Siregar, A. (1985, September Vol. 14). Popularisasi Gaya Hidup: Sisi Remaja dalam Komunikasi Massa. Prisma, 16-27. Skripsi Nawiroh, Vera. Identitas dan Citra Indonesia
dalam
Dangdut.Fakultas
Lirik Ilmu
Lagu-lagu Komunikasi
Universitas Budi Luhur Jakarta.
256
Nani Kurniasari, dkk