RELEVANSI PEMIKIRAN IBNU KHALDUN PADA MASA KEKINIAN Enny Puji Lestari STAIn Jurai Siwo Metro Email :
[email protected]
Abstract Economic development is the fundamental basis of community life in seeking a livelihood, to equip themselves in all circumstances and stages of life, in order that poverty and unemployment can be resolved in the midst of community life, thus giving rise to Ibn Khaldun on the economy contained in the book Muqaddimah, devoted in chapter five on the various aspects of earning a living as a profit and carpentry, all the happenings that occur in connection with it, and inside there are a number of economic problems. Dr Zainab Al-Khudairi and Dr. Abdul Wahid Wafi “, and also Dr. Selim Cafer tokah Caratas an Ibn Khaldun research that discusses Specializing in Economic Surplus (Special ization And Economic Surplus), demand and supply (Supply And Demand), the Monetary Policy (Monetary Policy), Pricing (Fixed Price), and property rights (property rights). People with mengkomparasikan thought Adam Smith, Karl Marx, Auguste COMT and other figures. According to Ibn Khaldun is a process of economic activity in the community to make a living, with the various economic systems in the midst of people’s lives. To achieve a prosperous life. And Yusuf Qaradawi provide an understanding of Islamic economics is the economy that is based on the deity. This system starts from God, aims to
4 Enny Puji Lestari
end to God, and by means which can not be separated from the shari’ah ‘at Allah. Ibn Khaldun is in line with Islamic economics with tegakanya seeking economic justice and the state as an economic manager, for the benefit of society as universal. From a variety of staple Ibn Khaldun is an interesting phenomenon to be studied, it gives an opportunity to the authors, to describe Ibn Khaldun about the economy, and the relevance of Thought Ibn Khaldun by Islamic economics. Due to the research literature, the method used to find data Relevance Ibn Khaldun with Islamic economics through: data collection methods, which are descriptive, data processing methods, descriptive method, and the method of data analysis, with qualitative analysis and comparative, by way of deductive and inductive Keywords: Ibn Khaldun, the economy, monetary policy, Bank Indonesia Abstrak Pengembangan ekonomi merupakan fundament dasar kehidupan masyarakat dalam mencari penghidupan, untuk melengkapi dirinya dalam semua keadaan dan tahapan hidupnya, agar kemiskinan dan pengangguran dapat teratasi ditengahtengah kehidupan masyarakat, sehingga memunculkan pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi yang tertuang dalam buku Muqaddimah, yang dikhususkan di bab lima tentang berbagai aspek mencari penghidupan seperti keuntungan dan pertukangan, segala ihwal yang terjadi sehubungan dengannya, dan didalamnya terdapat sejumlah persoalan ekonomi. Dr Zainab Al-Khudairi dan Dr. Abdul Wahid Wafi, dan juga Dr. Selim Cafer Caratas merupakan tokah peneliti pemikiran Ibn Khaldun yang membahas tentang Pengkhususan pada Surplus Ekonomi (Special ization And Economic Surplus), permintaan dan penawaran (Supply And Demand), Kebijakan Moneter (Monetary Policy), Penentuan harga (Fixed Price), dan Hak milik (Property Rights). Dengan mengkomparasikan pemikiran Tokoh Adam Smith, Karl ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
5
Mark, Auguste Comt dan Tokoh-tokoh lainnya. Menurut Ibn Khaldun ekonomi merupakan suatu proses aktivitas masyarakat dalam mencari penghidupan, dengan jalan berbagai sistem ekonomi ditengah-tengah kehidupan masyarakat. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera. Dan Yusuf Qardhawi memberikan pengertian ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Sistem ini bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak lepas dari syari’at Allah. pemikiran Ibn Khaldun sangat sejalan dengan ekonomi Islam dengan mengupayakan tegakanya keadilan ekonomi dan negara sebagai pengelola ekonomi, untuk kemaslahatan masyarakat secara universal. Dari beragam pokok pemikiran Ibn Khaldun merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji, hal tersebut memberikan kesempatan kepada penyusun, untuk mendeskripsikan pemikiran Ibn Khaldun tentang ekonomi, dan Relevansi Pemikiran Ibn Khaldun dengan ekonomi Islam. Dikarenakan penelitian ini pustaka, maka metode yang digunakan, untuk mencari data Relevansi pemikiran Ibn Khaldun dengan ekonomi Islam yaitu melalui: metode pengumpulan data, yang bersifat descriptive, metode pengolahan data, dengan metode deskriptif, dan metode analisa data, dengan analisa kualitatif dan komparatif, dengan cara deductive dan inductive
Kata kunci : Ibnu khaldun, ekonomi, kebijakan moneter, bank Indonesia
Pendahuluan Agama Islam diturunkan untuk menjawab persoalan manusia secara keseluruhan yang dalam fungsinya manusia sebagai Khalifatullah fi ardh, menggunakan ajaran agama Islam untuk mewujudkan misi Allah di muka bumi ini. Oleh karena itu ajaran agama Islam harus dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan. Dalam pelaksanaannya, ajaran Islam sebagai agama yang dapat mewarnai kehidupan sosial-ekonomi, politik dan budaya masyarakat.
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
6 Enny Puji Lestari
Islam dikenal sebagai God’s Laws atau Islamic Laws, yang mengatur persoalan ibadah dan muamalah. Syariah adalah seperangkat do’s and don’ts, mengatur yang diperbolehkan dan dilarang.1 Islam berlaku tidak terbatas pada waktu tertentu saja dan tidak terbatas pada tempat tertentu saja. Ketentuan-ketentuan Silam berlaku kapan pun dan sepanjang zaman serta berlaku di seluruh dunia. Namun mengingat banyak ketentuan hukum Islam yang kontekstual, sehingga harus disesuaikan dengan keadaan yang telah berubah dan/atau berlainan dibandingkan dengan keadaannya ketika ketentuan tersebut diturunkan sebagai ketentuan Al-qur’an atau ketika tercipta sebagai al-Hadist sewaktu Rasulullah SAW masih hidup, maka hukum Islam menjadi tidak akan lekang oleh zaman dan keadaan. Hanya ketentuan Al-qur’an yang mutlak dan tidak boleh diubah atau disesuaikan yang tidak lentur.2 Islam adalah agama yang selain bersifat syumuliyah (sempurna) juga harakiyah (dinamis). Disebut sempurna karena Islam merupakan agama penyempurna dari agama-agama sebelumnya dan syari‟atnya mengatur seluruh aspek kehidupan, baik yang bersifat aqidah maupun muamalah. Dalam kaidah tentang muamalah, Islam mengatur segala bentuk perilaku manusia dalam berhubungan dengan sesamanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di dunia. Termasuk di dalamnya adalah kaidah Islam yang mengatur tentang pasar dan mekanismenya. Pasar adalah tempat dimana antara penjual dan pembeli bertemu dan melakukan transaksi jual beli barang dan atau jasa. Pentingnya pasar dalam Islam tidak terlepas dari fungsi pasar sebagai wadah bagi berlangsungnya kegiatan jual beli. Jual beli sendiri memiliki fungsi penting mengingat, jual beli merupakan salah satu aktifitas perekonomian yang “terakreditasi” dalam Islam. Attensi Islam terhadap jual beli sebagai salah satu sendi perekonomian dapat dilihat dalam surat Al Baqarah 275 bahwa Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Pentingnya pasar sebagai wadah aktifitas tempat jual beli 1 Ali Hasan, Manajemen Bisnis Syariah : Kaya di Dunia Terhormat di Akherat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) h. 4 2 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah :Produk-Produk dan aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014), h.21
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
7
tidak hanya dilihat dari fungsinya secara fisik, namun aturan, norma dan yang terkait dengan masalah pasar. Dengan fungsi di atas, pasar jadi rentan dengan sejumlah kecurangan dan juga perbuatan ketidakadilan yang menzalimi pihak lain. Karena peran pasar penting dan juga rentan dengan hal-hal yang dzalim, maka pasar tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang antara lain terkait dengan pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar. Dalam istilah lain dapat disebut sebagai mekanisme pasar menurut Islam dan intervensi pemerintah dalam pengendalian harga Pentingnya pasar dalam kehidupan sehari-hari menjadi menarik bagi penulis untuk membahas konsep pemikiran tokoh ekonomi, salah satu intelektual muslim yang paling terkemuka dan paling banyak pemikirannya tentang ekonomi adalah Ibnu Khaldun, ilmuwan muslim yang memiliki banyak pemikiran dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, politik dan kebudayaan. Salah satu pemikiran Ibnu Khaldun yang sangat menonjol dan amat penting untuk dibahas adalah pemikirannya tentang ekonomi. Pentingnya pembahasan pemikiran Ibnu Khaldun tentang ekonomi karena pemikirannya memiliki signifikansi yang besar bagi pengembangan ekonomi Islam ke depan.
Pembahasan A. Biografi Ibnu Khaldun 1. Latar Belakang Keluarga Ibnu Khaldun dilahirkan di Tunisia pada awal bulan Ramadhan 732 M / 27 Mei 1332 M.3 Ia mempunyai nama lengkap Abdurrahman Abu Zaid Waliuddin Ibn Khaldun. Abdurrahman adalah nama kecilnya dan Abu Zaid adalah nama panggilan keluarganya, sedangkan Waliudin adalah gelar yang diberikan kepadanya sewaktu ia menjabat sebagai qadhi di Mesir. 4 Keluarganya berasal dari Hadramaut (Yaman) 3 Much. Abdullah Enan, Ibn Khaldun His Life and Work, (Lahore : Kashmire Bazar, 1946), Cet. Ke-2, h. 2 4 Zainal al-Khudhairi, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Pent. Ahmad Rafi’ Usmani, (Bandung : Penerbit Putaka, 1987), h. 9
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
8 Enny Puji Lestari
dan silsilahnya sampai kepada salah seorang sahabat nabi SAW yang bernama Wail Ibnu Hujr dari kabilah Kindah. Salah seorang cucu Wail, Khalid Ibnu Usman memasuki daerah Andalusia bersama dengan orang Arab penakluk di awal abad ke 3 Hijriah. Kemudian anak cucunya membentuk satu keluarga yang besar dengan nama Bani Khaldun. Dari nama Bani Khaldun inilah nama Ibnu Khaldun berasal.5 Selanjutnya ia lebih populer dengan sebutan Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun lahir di Tunisia pada tanggal 1 Ramadhan 732 H (27 Mei 1332 M) berasal dari keluarga orang Andalusia yang hijrah ke Tunisia pada pertengahan abad ke-7 Hijriah. Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliudin Abdurrahman bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Al-Hasan bin Jabir bin Muhammad bin Ibrahim bin Abdurrahman Ibnu Khaldun.6 Masa kelahiran Ibn Khaldun menrupakan penghujung zaman pertegahan dan permulaan zaman Renaissance di Eropa. Ia hidup ketika dunia Islam berada pada masa kemunduran dan disintegrasi yang ditandai dengan kejatuhan kekalifahan Abbasiyah ke tangan pasikan Mughol Pimpinan Timur Lenk. Sedangkan di Afrika Utara yang bersama-sama Andalusia disebut Maghrib, masa tersebut pada akhir abad VII M merupakan masa runtuhnya Dinasti al-Muwahhidun.7 Pada waktu itu, Tunisia menjadi hujrah para ulama Andalusia yang mengalami kekacauan perebutan kekuasaan disana. Kehadiran para ulama tersebut bersamaan waktunya dengan naiknya Abu al-Hasan menjadi pimpinan Daulah Bani Marin pada sekitar tahun 1347 M. Dengan demikian, Ibn Khaldun mendapatkan kesempatan belajar dari para ulama disamping dari ayahnya sendiri, seorang perwira militer dan administrator. Dalam usianya yang muda Ibn Khaldun telah menghapal Al-qur’an dan mengusai beberapa disiplin ilmu Islam sperti tajwid, tafsir, hadis, ushul fiqh, tauhid dan 5
hal. 225
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata, 2010),
6 Muhammad Abdullah Enan, Ibnu Khaldun his life and work, (Lahore: Kashmiri Bazar,1941) h.3 7 Zainal al-Khudhairi, Ibid, h.10
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
9
fiqh mazhab Maliki, serta ilmu-ilmu bahasa seperti nahwu, sharaf, balagah. Disamping itu, ia juga tertarik pada ilmu politik sejarah, ekonomi, geografi, fisika dan metematika. Dalam semua bidang studinya, ia mendapat nilai yang sangat memuaskan dari guru-gurunya. 8 Pada usia 18 tahun terjadi suatu peristiwa penting yang menyebabkannya berhenti belajar. Pada tahun 749 H disebagian besar belahan dunia timur dan bagian barat yang meliputi negara-negara Islam di Samarkand hingga Mghribi dan Italia, Sebagian besar negara-negara Eropa dan Andalusia terjangkit wabah penyakit pes. Penyakit tersebut menyebabkan kedua orang tua Ibn Khaldun dan beberapa Syeikhnya meninggal dunia. Akibatnya, penguasa bersama-sama para ulama yang masih hidup ke Maghrib jauh (Maroko)pada tahun 750 H.9 Pekerjaan pertama Ibnu Khaldun adalah Kitabah al-‘alamah atau penulis kata-kata Alhamdulillah dan Asy-Syukrillah diantara tulisan basmallah dan isi surat selanjutnya. Pekerjaan ini ia peroleh pada masa pemerintahan Abu Muhammad Ibnu Tafkarin di Tunisia.10 2. Karya a. Kitab al-‘Ibar Nama lengkap dari kitab ini adalah Kitab al-‘Ibar wa Diwa al_Mubtada’ wa al-Khabar fi al-A’jam wa al-Barbar wa man ‘Asrahum min Zawi as_siultan Al-Akbar. Karya Ibnu Khaldun di bidang sejarah terdiri dari tujuh jilis yang meliputi tiga buku. Buku yang pertama terdiri dari satu jilid adalah Kitab al-Muqaddimah yang khusus memuat pembahasan tentang gejala-gejala sosial. 11 Dalam buku yang ketiga diuraikan sejarah bangsa Barbar, Zanatah dan kerajaan-kerajaan yang ada di Maghribi. Dengan kata lain, buku ketiga tersebut, 8
Azyumardi Azr, dkk (ed), Ensiklopedi Islam II, (Jakarta : Intermasa, 1996), h. 158 9 Ibid 10 Euis Amalia., Ibid, h. 226 11 Ali Abdul Wahid Wafi, Ibnu Khaldun : Riwayat Hidup dan Karyanya, Pent. Ahmadi Thaha, (Jakarta : Grafiti Press, 1985), h.143 Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
10 Enny Puji Lestari
yang terdiri dari 2 jilid yaitu jilid keenam dan ketujuh, membahas secara panjang lebar sejarah Afrika Utara, yaitu sejak pertumbuhan bangsa-bangsanya hingga zaman Ibn Khaldun. 12 b. Kitab al- Muqoddimah Pada mulanya kitab ini, merupakan muqoddimah dalam kitab al-‘ibar, akan tetapi karena dipandang pentingnya karya ini, maka kemudian dipisahkan dari kitab al-‘ibar, dicetak secara terpisah, kitab muqoddimah ini terdiri dari : 13 1. Kata Pengantar : Terdiri dari 6 halaman yang neguraikan berbagai kelemahan yang terdapat pada karya-karya para sejarahwan sebelumnya. 2. Muqoddimah, berisi uraian tentang kelebihan ilmu sejarah, pengkajian atas aliran-alirannya dan uraian tentang kekeliruan para sejarahwan dan sebabsebabnya. 3. Buku pertama, yang sebenarnya buku pertama kitab al-‘ibar akan tetapi kemudian dipisahkan dari bagianbagian lainnya yang menjadi kitab tersendiri yaitu muqoddimah. Buku pertama ini terdiri dari enam bab yaitu : 4. Bab I, berisi tentang kebudayaan umat manusia pada umumnya 5. Bab II, berisi tentang kebudayaan primitif (badui), bangsa-bangsa dan suku-suku yang biadab. Uraian tentang keprimitifan dan kebudayaan dan perbedaan antara keduanya. Dalam bab ini dibahas juga kajiankajian sosiologi dan filsafat sejarah. 6. Bab III, berisi uraian tentang negara-negara secara umum, kerajaan, khilafah dan jenjang-jenjang kekuasaan. Juga dibahas juga uraian tentang sebab-sebab yang menumbuhkan kekuasaan, cara mengukuhkan negara dan sebab-sebab yang membuat tegak dan runtuhnya suatu negara. Bahasan dalam bab ini kini populer 12 Zainab al-Khudairi, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Pent, Ahmad Rifa’i Usmani, Bandung : Penertbit Pustaka, 1987), h.25 13 Euis Amalia, Ibid., h.231-232
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
11
sebagai kajuan ilmu politik praktis. 7. Bab IV, berisi uraian tentang negeri-negeri, kota-kota dan seluruh kebudayaan. 8. Bab V, berisi uraian tentan penghidupan dengan berbagai sendi pendapatan dan kegiatan ekonomi. Bab ini menguraikan pula tentang bentuk-bentuk perdagangan dan industri, serta berbagai kegiatan ekonomi profesi lainnya. Uraian dalam bab ini kini populer dengan kajian ekonomi politik. 9. Bab VI, berisi uraian tentang pembahasan jenis-jenis ilmu pengetahuan dan metode-metodenya dan seluruh aspeknya. Bab ini, dapat disebut sejarah sastra Arab. Sebelum Muqoddimah ini diterjemahkan ke dalam berbagai versi bahasa, banyak kajian pendahuluan dan publikasi bab per bab yang dilakukan kalangan pemikir Barat dalam kajian kitab Muqoddimah ini. Pada tahi 1858 M, Etienne Marc Quatremere, seorang orientalis Perancis. Mempublikasikan kitab Muqoddimah dalam versi Arab Aslinya di Paris. Quatremere sendiri berniat menerjemahkan ke dalam bahasa Perancis, namun sebelum terjemahannya tersebut selesai ia telah meninggal dunia. Upayanya tersebut kemudian dilanjutkan oleh W.M De Slane dan berhasil merampungkan terjemahannya secara lengkap yang disertai dengan anotasi pandangannya dan biografi ringkas ibnu Khaldun. Sementara itu, terjemahan Muqoddimah dalam bahasa Turki terbit pada tahun 1860 M atas usaha Cevdet Pasha setelah sebelumnya merevisi hasil kerja Mehmed Piri Zedah yang telah terlebih dahulu mempublikasikan Muqoddimah dalam bahasa Turki.14 Kitab muqoddimah sendiri, di Mesir baru terbit pada tahun 1858 M, atas usaha Syeikh Nashr al-Huruni. Sementara itu di Beirut, cetakan pertama kitab Muqoddimah baru terbit pada tahun 1879, yang kemudian dicetak ulang pada tahun 1886 M.15 Kemudian setelah satu abad dari terbitnya muqoddimah dalam bahsa Perancis, muncullah terjemahan 14 15
Zainab al-Khudairi, Ibid., h. 28-34 Ibid., h.35 Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
12 Enny Puji Lestari
dalam bahasa Inggris pada tahun 1958 M, atas usaha dari Franz Rosenthal dalam format 3 jilid dengan tebal 1.425 halaman diluar kata pengantar, indeks dan lain-lain. Maka dengan terbitnya terjemahan muqoddimah dalam bahasa Inggris, kajian-kajian terhadap tesis-tesis yang dilontarkan oleh Ibnu Khaldun dalam muqoddimah semakin intens dilakukan hingga dewasa ini dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga abad yang akan datang. 16 c. Karya Liannya Selain kitab al-‘ibar dan Muqoddimah, karya penting Ibnu Khaldun lainnya adalah kitab at-Ta’rif yang merupakan kitab Ibn Khaldun Mua’llif haza al Kitab. Tetapi, setelah direvisi dan dilengkapi dangan hal-hal baru yang ia alami pada sekitar tahun 798H sampai tahun 808 H, karyanya itu ia beri nama dengan at-Ta’rif bi Ibn Khaldun Mua’llif Haza al Kitab wa Rihtatu Garban wa Syarqan, dan ia jadikan sebagai lampiran bagi kitab al-‘Ibar.17 Dalam karyanyya Ibn Khaldun tidak hanya mengungkapkan kepribadiaannya tetapi juga tokoh-tokoh yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan politik dunia Islam pada waktu itu, khususnya di daerah Maghribi. Selain it, ia uraikan pula sebagian besar peristiwa yang ia kirimkan kepada tokoh penting pada masanya atau ia terima dari mereka. 18 Selain ketiga kitab tersebut, ia juga memberikan ikhtisar pada kitab al-Muhassal karya Imam Fakhruddin arRazi, yang kemudian ia beri nama kitab Lubab al-Muhassal fi Ushul ad-Din. Disamping itu, ia juga memberikan komentar pada kitab al-Burdad,sebuah gubahan kasidah terkenal karya al-Bushiri.19 Karya-karya diatas, ia juga dikabarkan menulis sebuah buku kecil yang tidak sampai ke tangan kita, tapi dikemukakan oleh Ibn Khaldun dalam kitab at-Ta’rif. Buku Ahmad Syafi’i Ma’arif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, (Jakarta : GIP, 1996), h. 2 17 Euis Amalia, Ibid, h. 233 18 Ibid, 19 Zainab al-Khudairi, Ibid., h.38-40 16
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
13
kecil tersebut menguraikan secara rinci negara Maghribi, yang disusun atas permintaan Timur Lenk ketika ia menemuinya di Damaskus.Selain itu, ada sebuah karya lagi yang tidak dapat disebutkan dalam kitab at-Ta’rif dan banak diragukan yaitu pengarangnya Muhammad Ibn Khaldun al-Hadrami, kitab tersebut yaitu Kitab as-Sail li Tahzib al-Masail, yang berisi uraian tentang hubungan antara tasawuf dan ilmu jiwa. 20
B. Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun 1. Mekanisme Harga dan Mekanisme Pasar Konsep mekanisme harga telah diurai secara rinci Muqaddimah Ibnu Khaldun. Dengan tajam ia membahas tentang terbentuknya harga di Kota. Dalam analisisnya, ia membagi fenomena harga berdasarkan jenis barang menjadi dua, yaitu: (1) barang kebutuhan pokok dan (2) barang pelengkap. Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan selanjutnya populasinya bertambah banyak (menjadi kota besar), maka pengadaan barang-barang kebutuhan pokok akan mendapatkan prioritas.21 “Ketahuilah, semua pasar menyediakan kebutuhan manusia. Di antara kebutuhan itu, ada yang sifatnya harus, yaitu bahan makanan. Ada yang merupakan kebutuhan pelengkap, seperti pakaian, perabot, kendaraan, seluruh gedung dan bangunan. Bila kota luas dan banyak penduduknya, harga kebutuhan pokok murah; dan harga kebutuhan pelengkap mahal. Sebaliknya akan terjadi bila orang-orang yang tinggal di kota sedikit dan peradabannya lemah. Sebabnya, karena segala macam biji-bijian merupakan sebagian dari bahan makanan kebutuhan pokok. Karenanya, permintaan akan bahan ini sangat besar. Tak seorangpun melalaikan bahan makanannya sendiri atau bahan makanan keluarganya, baik bulanan atau tahunan. Sehingga usaha untuk mendapatkannya dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau Ibid, h.41-42 Ibnu Khaldun, Muqaddimah..(Jakarta: Pustaka Firdaus, Edisi Indonesia, 2000). h. 421- 423. 20 21
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
14 Enny Puji Lestari
sebagian besar dari pada mereka, baik didalam kota itu sendiri maupun didaerah sekitarnya. Ini tidak dapat dipungkiri. Masingmasing orang, yang berusaha untuk mendapatkan makanan untuk dirinya memiliki surplus besar melebihi kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini dapat mencukupi kebutuhan sebagian besar penduduk kota itu. Tidak dapat diragukan, penduduk kota itu memiliki makanan lebih dari kebutuhan mereka. Akibatnya harga makanan seringkali murah”.22 Selain itu, Ibnu Khaldun juga memberikan analisis tentang fenomena harga di kota-kota kecil dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit, tetapi memunculkan fenomena tingkat harga yang seringkali tinggi. “Di kota-kota kecil dan sedikit penduduknya, bahan makanan sedikit, karena mereka memiliki surplus kerja yang kecil, dan karena melihat kecilnya kota, orangorang khawatir kehabisan makanan. Karenanya, mereka mempertahankan dan menyimpan makanan yang telah mereka miliki. Persediaan itu sangat berharga bagi mereka, dan orang yang mau membelinya haruslah membayar dengan harga yang tinggi.”23 Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah banyak, maka pengadaan barangbarang kebutuhan pokok menjadi prioritas.24 Karena permintaan akan bahan itu sangat besar, tak seorangpun melalaikan bahan makanannya sendiri atau bahan makanan keluarga, bulanan ataupun tahunan. Sehingga usaha untuk mendapatkannya dilakukan oleh seluruh penduduk kota, atau sebagian besar dari pada mereka, baik di dalam kota itu sendiri maupun di daerah sekitarnya. Ini tidak dapat dipungkiri. Masingmasing orang berusaha untuk mendapatkan makanan untuk dirinya sendiri memiliki surplus besar melebihi kebutuhan diri dan keluarganya. Surplus ini dapat mencukupi kebutuhan sebagian besar penduduk kota itu. Tidak dapat diragukan, penduduk kota itu memiliki makanan lebih dari kebutuhan mereka. Ibid., h.421 Ibid.,h.422 24 Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami, (Jakarta: IIIT, 2003), Edisi Kedua, h. 231 22 23
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
15
Akibatnya, harga makanan seringkali menjadi murah. Ibnu Khaldun telah menganalisa secara empiris tentang teori supply and demand dalam masyarakat. Dalam kalimat di atas Ibnu Khaldun secara ekspilisit memformulasikan tentang hukum supply dan kaitannya dengan harga. Menurutnya apabila sebuah kota berkembang pesat, mengalami kemajuan dan penduduknya padat, maka persediaan bahan makanan pokok melimpah. Hal ini dapat diartikan penawaran meningkat yang berakibat pada murahnya harga barang pokok tersebut. Analisa supply and demand Ibnu Khaldun tersebut dalam ilmu ekonomi modern, diteorikan sebagai terjadinya peningkatan disposable income dari penduduk kota. Naiknya disposible income (kelebihan pendapatan) dapat menaikkan marginal propersity to consume (kecendrungan marginal untuk mengkonsumsi) terhadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut.25 Hal ini menciptakan demand baru atau peningkatan permintaan terhadap barangbarang mewah. Akibatnya harga barang-barang mewah akan meningkat pula. Adanya kecendrungan tersebut karena terjadi disposable income penduduk seiring dengan berkembangnya kota. Teori Ibnu Khaldun tentang supply and demand diilustrasikan oleh Adiwarman Karim sebagai berikut.26
25 26
Euis Amalia.,Ibid, h.238 Ibid., h.237 Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
16 Enny Puji Lestari
Grafik di atas menjelaskan tentang tingkat harga bahan pokok di kota besar dan kota kecil. Supply bahan pokok penduduk kota besar (Qs2) jauh lebih besar dari pada supply bahan pokok di kota kecil (Qs1). Menurut Ibnu Khaldun, penduduk kota besar memiliki supply bahan pokok yang melebihi kebutuhannya sehingga harga bahan pokok di kota besar relatif lebih murah (P2). Sementara itu supply bahan pokok di kota kecil relatif sedikit sehingga permintaan tinggi karena penduduk kota kecil khawatir kehabisan bahan makanan pokok dan imbasnya harga menjadi lebih tinggi (P1).27 Ibnu Khaldun juga menjelaskan bahwa barang-barang hasil industri, dan tenaga buruh, juga mahal di tempat yang makmur, di karenakan tiga hal:28 a. Karena besarnya kebutuhan yang ditimbulkan oleh meratanya hidup mewah dalam tempat yang demikian, dan padatnya penduduk. c. Gampangnya orang mencari penghidupan, dan banyaknya bahan makanan di kota-kota menyebabkan tukang-tukang (buruh) kurang mau menerima bayaran rendah bagi pekerjaan dan pelayanaannya. d. Karena banyaknya orang kaya yang kebutuhannya akan tenaga buruh dan tukang juga besar, yang berakibat dengan timbulnya persaingan dalam mendapatkan jasa pelayanan, dan pekerja, dan berani membayar mereka lebih dari nilai pekerjaannya. Ini menguatkan kedudukan para tukang, pekerja dan orang yang mempunyai keahlian, dan membawa peningkatan nilai pekerjaan mereka. Untuk itu, pembelanjaan orang kota makin meningkat. Dengan kondisi permintaan terhadap barang-barang pelengkap akan meningkat seiring berkembangnya peradaban kota dan berubahnya gaya hidup masyarakatnya. Disitu akan timbul meningkatnya kebutuhan sehari-hari. Tiap orang berusaha membeli barang mewah menurut kesanggupannya. Adiwarman Karim, Ibid, h. 229 bnu Khaldun, Ibid., h. 422
27 28
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
17
Dengan demikian persediaan tidak bisa mencukupi kebutuhan; jumlah pembeli meningkat sekalipun persediaan barang itu sedikit, sedang orang kaya berani membayar tinggi sedangkan kebutuhan mereka makin besar dan ini menyebabkan harga naik. Lebih lanjut Adiwarman Karim mengomentari, bahwa fenomena ini dapat disimpulkan sebagai terjadinya proses peningkatan disposable income (Pendapatan sesudah pajak)29 dari penduduk kota-kota. Naiknya disposable income dapat meningkatkan marginal propensity to consume (proporsi pendapatan untuk konsumsi)30 terhadap barang-barang mewah dari penduduk kota tersebut. Hal ini kemudian menciptakan permintaan baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-barang mewah. Akibatnya harga barang mewah akan meningkat pula. Kecenderungan mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga murah bagi penduduk kota membuat mereka mempunyai kelebihan pendapatan (disposable income) dan normalnya setelah kebutuhan pokok terpenuhi maka manusia cenderung untuk memenuhi kebutuhan pelengkap dan mewah. Imbasnya harga barang mewah ataupun pelengkap menjadi naik. Bila diilustrasikan kedalam grafik adalah sebagai berikut.
29 Cristopher Pass & Bryan Lowes, Dictionary of Economics, (terjemahan), Jakarta, Erlangga, Cet II, h.161 30 Ibid.,h.387
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
18 Enny Puji Lestari
Karena terjadi peningkatan disposable income dari penduduk seiring dengan berkembangnya kota terjadi kenaikan proporsi pendapatan yang digunakan untuk mengkonsumsi barang mewah. Akibatnya, terjadi pergeseran kurva permintaan terhadap barang mewah dari D1 ke D2 dan hal ini menyebabkan harga barang mewah naik. 31 Melalui analisa tersebut, IbnuKhaldun telah mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai penentu keseimbangan harga. Dengan demikian, Ibnu Khaldun telah mendefinisikan bahwa harga adalah hasil dari hukum permintaan (demand) dan penawaran (supply). Jika suatu barang langka dan banyak diminta, maka harganya tinggi. Jika suatu barang berlimpah, harganya rendah. Permintaan suatu barang adalah berdasarkan kegunaan (utility) barang tersebut, dan tidak selalu karena kebutuhan. Pandangan ini sangat mirip dengan hukum permintaan dan penawaran dalam ekonomi modern. Faktor-faktor yang menetapkan penawaran menurut Ibnu Khaldun adalah:32 permintaan, tingkat keuntungan relatif, tingkat usaha manusia, besarnya tenaga buruh termasuk ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, ketenangan dan keamanan dan kemampuan teknik dan perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Semua ini merupakan elemenelemen penting dari teori produksinya. Jika harga turun dan menyebabkan kebangkrutan, modal menjadi hilang, insentif untuk penawaran menurun, dan mendorong munculnya resesi. Pedagang dan pengrajin pun menderita. Faktor-faktor yang menentukan permintaan adalah pendapatan, jumlah penduduk, kebiasaan dan adat istiadat masyarakat, serta pembangunan dan kemakmuran masyarakat secara umum. Sementara Ibnu Khaldun terus bergerak jauh dari para ekonom konvensional, kemungkinan ia tidak memikirkan grafik penawaran dan permintaan, elastisitas penawaran dan permintaan, dan yang utama adalah keseimbangan harga yang memainkan peranan dalam diskusi ekonomi modern.33 Ibid., h.432 Umar Chapra, The Future of Islamic Economic ; An Islamic Prespective,
31 32
h.165-166
33
Ibid
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
19
Ibnu Khaldun juga menyoroti penyebab naiknya biaya produksi yang diakibatkan adanya bea cukai, pajak dan pungutan lainnya sehingga dia berteori bahwa harga barang di padang pasir lebih murah karena tidak mengandung unsur bea cukai, pajak, dan pungutan lain dalam komponen biaya produksinya dibanding harga di kota. Selain dipengaruhi pajak atau bea cukai dan biaya produksi, naik turunnya harga barang dipengaruhi oleh adanya penimbunan. Ibnu Khaldun juga mengupas tentang pengaruh keuntungan wajar terhadap perdagangan. Menurut dia, harga yang terlalu rendah akan menurunkan motivasi produsen untuk bertahan atau masuk ke pasar, sedangkan harga yang terlalu tinggi juga akan mengakibatkan kurangnya minat konsumen untuk membeli barang tersebut dan hal ini dapat membuat pasar lesu.34 2. Teori Pembagian Tenaga Kerja (Division Of Labor) Pandangan Ibnu Khaldun bahwa apabila pekerjaan dibagi-bagi diantara masyarakat berdasarkan spesialisasi, akan menghasilkan output yang lebih besar. Seperti pemikir sebelumnya Imam Al Ghazali (1058-1111 M) juga telah menyampaikan tentang tahapan dan keterkaitan produksi yang beragam mensyaratkan adanya pembagian kerja, koordinasi, dan kerjasama, dengan mempergunakan contoh produk roti yang siap dimakan dengan bantuan. mungkin lebih dari seribu pekerja. Al Ghazali menekankan kebutuhan terhadap pembagian tenaga kerja dengan mempergunakan contoh pabrik jarum, yang kemudian sepertinya menginspirasi Adam Smith (1723-1790 M) yang mempergunakan contoh pabrik peniti.35 Ibnu Khaldun menekankan perlunya pembagian kerja dan spesialisasi dengan menyatakan bahwa “Menjadi jelas dan pasti bahwa seorang individu tidak akan dapat memenuhi seluruh kebutuhan ekonominya sendirian. Mereka semua harus bekerja sama untuk tujuan ini. Apa yang dapat dipenuhi Euis Amalia, Ibid.,h.239 Adiwarman Karim, Sejarah pemikiran Ekonomi, Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press. h.331 34 35
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
20 Enny Puji Lestari
melalui kerja sama yang saling menguntungkan jauh lebih besar dibandingkan apa yang dapat dicapai oleh individuindividu itu sendirian”.36 Konsep pembagian kerja Ibnu Khaldun ini berimplikasi pada peningkatan hasil produksi. Sebagaimana teori division of labor Adam Smith (1729-1790), pembagian kerja akan mendorong spesialisasi, dimana orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan dengan bakat dan kemampuannya masing-masing. Hal ini akan meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil produksi secara total. 37 a. Teori Uang Menurut Ibnu Khaldun, uang tidak selalu identik dengan kesejahteraan tetapi hanya alat dimana kesejahteraan akan diraih. Berkaitan tentang fungsi uang, menurutnya uang memiliki dua fungsi, yaitu sebagai ukuran pertukaran (standard of excange) dan sebagai penyimpan nilai (store of value).38 Bagi Ibnu Khaldun, dua logam yaitu emas dan perak, adalah ukuran nilai semua akumulasi modal. Karena logam-logam ini diterima secara alamiah sebagai uang dimana nilainya tidak dipengaruhi oleh fluktuasi subjektif. “Allah menciptakan dua “batuan” logam tersebut, emas dan perak, sebagai ukuran nilai semua akumulasi modal. Emas dan peraklah yang dipilih untuk dianggap sebagai harta dan kekayaan oleh penduduk dunia.” Oleh karena itu, Ibnu Khaldun mendukung penggunaan emas dan perak sebagai standar moneter. Baginya, pembuatan uang logam hanyalah merupakan sebuah jaminan yang diberikan oleh penguasa bahwa sekeping uang logam mengandung sejumlah kandungan emas dan perak tertentu. Percetakannya adalah sebuah 36 bn khaldun, Muqaddimah,…. h. 360. Lihat juga Umar Chapra, The Future,…., h. 165-166. 37 Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2003. h. 36 38 Agustianto, (2005), “Pemikiran Ekonomi Ibnu Khaldun dan Signifikansinya dalam Konteks Kekinian”, paper tidak diterbitkan.
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
21
kantor religious dan karenanya tidak tunduk kepada aturan-aturan temporal. Jumlah emas dan perak yang dikandung dalam sekeping koin tidak dapat diubah begitu koin tersebut sudah diterbitkan/diedarkan.39 Disisi lain Ibnu Khaldun menambahkan bahwa uang itu tidak harus mengandung emas dan perak, hanya saja emas dan perak dijadikan standar nilai uang. Sementara pemerintah menetapkan harganya secara konsisten. Oleh karena itu Ibnu Khaldun menyarankan agar harga emas dan perak itu konstan meskipun hargaharga lain berfluktuasi. Berdasarkan pendapat Ibnu Khaldun di atas, sebenarnya standar mata uang yang ia sarankan masih merupakan standar emas atau the gold bullion standard, yaitu ketika logam emas bukan merupakan alat tukar namun otoritas moneter menjadikan logam tersebut sebagai parameter dalam menentukan nilai tukar yang beredar. Koin emas tidak lagi secara langsung dipakai sebagai mata uang. Dalam system ini diperlukan suatu kesetaraan antara uang kertas yang beredar dengan jumlah emas yang disimpan sebagai back up. Setiap orang bebas memperjualbelikan emas, system ini berlaku antara tahun 1890-1914 M.40 Disinilah terlihat ketajaman analisis Ibnu Khaldun tentang standar mata uang. Ia sebagaimana al-Ghazali, memprediksi bahwa pada saatnya nanti seiring dengan perkembangan perekonomian, maka standar uang atau standar moneter juga akan mengalami perubahan. b. Pembangunan (development) Sebagaimana dalam analisis yang dikembangkan Umar Chapra, bahwasanya pembangunan, menurut Ibnu Khaldun dipengaruhi oleh peranan negara dan keberhasilan pembangunan tersebut ditentukan oleh 39 Jean David C. Boulakia, Ibn Khaldun; A Fourteenth Century Economist, Journal of Political Economy, Chicago, Chicago University, Vol 79, No 5, 1971, h.401 40 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi…h. 201-202
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
22 Enny Puji Lestari
wujudnya keadilan. Artinya jika pembangunan itu tidak adil, maka pembangunan itu pada hakekatnya gagal dan ini menjurus pada kemunduran masyarakat dan negara. Ia juga menekankan bahwa, pembangunan yang dijalankan harus sesuai dengan syari’ah. Pembangunan yang tidak berdasarkan syari’ah, adalah pembangunan yang materialistis-kapitalistik dan salah. Menurutnya pembangunan juga harus ditopang oleh kemauan umat yang dilengkapi dengan tiga kapital utama, yaitu; human capital, intelligent capital dan organization capital.41 c. Perdagangan Internasional (Foreign Trade) Ibnu Khaldun mengemukakan bahwa barang akan menjadi lebih berharga dengan diperdagangkan lintas negara karena kepuasan masyarakat, laba pedagang, dan kesejahteraan negara semuanya akan meningkat (gains from trade). Ia juga menekankan peranan pembagian kerja internasional yang lebih didasarkan pada keterampilan penduduk dari masing-masing negara.Menurutnya, pembagian kerja internasional tidak didasarkan pada sumbersumber kekayaan alamnya.42 Teori Ibnu Khaldun mengandung embrio dari teori perdagangan internasional, disertai suatu analisa tentang syarat pertukaran antara negara kaya dengan negaranegara miskin dan tentang kecenderungan alamiyah untuk impor dan ekspor. Selain itu ia juga memaparkan proses perkembangan kumulatif yang disebabkan oleh infrastruktur intelektual suatu negara. Dimana semakin berkembang suatu negara, semakin banyak modal dan organisasi infrastruktur intelektualnya. Karena orangorang yang terampil ditarik oleh infrastruktur ini dan datang untuk hidup dalam negeri ini.43 Hal inilah yang kemudian menjelaskan suatu proses kumulatif yang menjadikan negeri-negeri kaya semakin kaya dan negeri miskin bertambah miskin. Chapra, The Future of Islamic Economic h. Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro, h. 32 43 Ibid 41 42
ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
23
d. Kesejahteraan Bangsa (wealth of nations) Menurut Ibnu Khaldun, alat untuk mencapai kesejahteraan dan pembangunan sebuah bangsa dipengaruhi oleh adanya pembangunan yang adil. Perwujudannya juga dipengaruhi oleh peranan negara dan masyarakat, serta tingkat pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai syari’ah dalam sebuah bangsa. Ibnu Khaldun menegaskan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan oleh banyaknya uang di negara tersebut. Menurutnya, kekayaan negara ditentukan oleh dua hal: (1) Tingkat produksi domestik; dan (2) Neraca pembayaran yang positif dari negara tersebut.44 Pertama, tingkat produksi domestik. Suatu negara boleh saja mencetak uang sebanyak-banyaknya, tetapi bila hal ini tidak merefleksikan pesatnya pertumbuhan sektor produksi (baik barang maupun jasa), maka uang yang melimpah itu tidak ada nilainya. Sektor produksilah yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan atas faktor produksi lainnya. Kedua, neraca pembayaran yang positif. Ibnu Khaldun juga menegaskan bahwa neraca pembayaran yang positif akan meningkatkan kekayaan negara tersebut. Hal ini disebabkan neraca pembayaran yang positif menggambarkandua hal: 1. Tingkat produksi negara tersebut untuk suatu jenis komoditi lebih tinggi daripada tingkat permintaan domestik negara tersebut, atau supply lebih besar dibanding demand, sehingga memungkinkan negara tersebut melakukan ekspor. 2. Tingkat efisiensi produksi negara tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi maka komoditi suatu negara mampu masuk ke negara lain dengan harga yang lebih kompetitif. 44
Ibid,h h. 189-192. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
24 Enny Puji Lestari
C. Analisis dan Relefansi Pemikiran Ibnu Khaldun Dalam menangani kebijakan moneter, Ibnu Khaldun telah memberikan kontribusi pemikirannya dengan konsep kesetaraan/ keadilan. Keadaan yang memicu saat terjadinya moneter membuat keuangan Negara tidak stabil. Sama halnya dengan konsep yang terjadi sekarang, seketika harga dapat melonjak naik dan terkadang turun, aktivitas ekonomipun sudah cukup banyak, dan tentu tingkat terjadinya fluktuasi juga semakin tinggi. 1. Mekanisme Pasar Pada prinsipnya mekanisme pasar diartikan bahwa harga bergerak bebas sesuai hukum permintaan dan penawaran (supply and demand). Jika supply lebih besar dari demand, maka harga akan cenderung rendah. Begitupun jika demand lebih tinggi sementara supply terbatas, maka harga akan cenderung mengalami peningkatan. Dalam implementasi sehari-hari belum bisa dipastikan kegiatan yang terbentuk di pasar apakah memang berjalan sesuai dengan mekanisme pasar yang wajar, tidak ada unsur intervensi, tidak ada unsur permainan oleh sekelompok kekuatan tertentu yang membentuk kartel dan sebagainya. Dalam pasar bebas misalnya, terkadang ada terjadinya saham yang diperdagangkan dengan perubahan harga yang cukup wajar. Wajar disini berarti fluktuasi harga yang terjadi berlangsung secara normal, tidak ekstrem. Tapi terkadang juga sering memperlihatkan ada saja saham-saham yang harganya bergerak secara ekstrem, naik secara mencolok atau turun secara drastis. Fakta di pasar memang seringkali menunjukkan ada beberapa saham yang mencatat kenaikan harga sangat pesat tanpa didukung oleh informasi yang memadai. Kenaikan harga dapat mencapai di atas 50 % bahkan sampai melebihi 100 % hanya dalam waktu beberapa hari, kurang dari satu bulan. Kenaikan harga 50-100 % dalam tempo kurang dari satu bulan, tentu merupakan keuntungan yang menawan dan menggiurkan. Memahami mekanisme pasar pada aktifitas jual beli ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
25
saham di pasar modal ini bukanlah hal yang sederhana. Dibutuhkan kejelian dan kepekaan tinggi untuk melihat mana saham yang memang bergerak berdasarkan mekanisme pasar dan mana saham yang bergerak di luar mekanisme pasar. Disebut bergerak di luar mekanisme pasar karena fakta menunjukkan memang ada saham-saham tertentu yang pergerakannya dikendalikan oleh satu kekuatan tertentu meskipun hal itu sulit dibuktikan. Saham seperti inilah yang harus diwaspadai oleh investor. Bursa Efek Indonesia (BEI) selaku pengawas pasar tidak mungkin mengambil tindakan karena kenaikan harga saham tadi berlangsung dalam koridor pasar. Artinya, tidak ada aturan pasar yang dilanggar. Karena itu investor harus ekstra hati-hati melihat kenaikan harga saham yang tidak didukung oleh fakta material. 2. Regulasi Harga Sejak awal tahun 2010 Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) telah mengingatkan bahwa tingginya harga sembako tidak boleh dibiarkan karena semakin memberatkan masyarakat, baik konsumen rumah tangga maupun Usaha Kebi dan Menengah (UKM). Harga sembako sejak awal tahun ini di lapangan tercatat, harga telur ayam, cabal merah, beras, dan gula tetap bertahan tinggi seperti akhir tahun lalu. Harga telur ayam rata-rata bertahan di level Rp. l5.500 per kilogram. Sementara beras kualitas medium rata-rata Rp. 5000 per kilogram, dan gula pasir rata-rata bertahan pada harga Rp l4.000 per kilogram. Dibanding sebelumnya, harga beras dan gula pasir ini rata-rata naik Rp. l.000 sampai Rp. 2.000 per kilogram. Kenyataan tersebut bukan hanya ditemukan di pasar-pasar tradisional berbagai daerah di Jawa, melainkan juga di Lampung dan Sumbar. YLKI ketika itu mengingatkan bahwa pemerintah harus mengambil langkah cepat menangani kenaikan harga kebutuhan pokok ini Melihat kondisi tersebut, Ada baiknya pemerintah mendengar berbagai saran maupun hasil kajian yang disampaikan banyak pengamat berkaitan dengan kerap terjadinya gejolak harga sembako yang berulangkali terjadi. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
26 Enny Puji Lestari
Seiring dengan yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah, jika terjadinya ketidak stabilan harga dimana suatu komoditas kebutuhan pokok yang harganya naik akibat adanya manipulasi atau perubahan harga yang disebabkan oleh dorongandorongan monopoli, maka pemerintah harus menetapkan harga yang adil bagi penjual dan pembeli. Kebijakan impor selama ini terbukti hanya menyelesaikan masalah sesaat. Dibutuhkan solusi jangka panjang untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi masyarakat. Kebijakan impor terbukti menciptakan ketidakstabilan harga kebutuhan pokok. Pemenuhan target produksi dan pembenahan disisi jalur distribusi seharusnya menjadi prioritas pemerintahan saat ini. Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran untuk mempercepat peningkatan produksi dan pembenahan pasar domestik dibanding pemberian subsidi langsung untuk operasi pasar atau pasar murah. Langkah tersebut diperlukan agar seluruh barang kebutuhan pokok bisa terpenuhi dari produksi dalam negeri. Dengan demikian, harga yang terjadi pastinya lebih stabil dan terjangkau oleh masyarakat, khususnya rakyat miskin yang tingkat perekonomiannya rendah. 3. Kebijakan Moneter Pada dasarnya, suatu kebijakan akan muncul apabila telah terjadinya suatu gejala yang dirasakan. Terjadinya infalasi misalnya, pada masa Ibnu Khaldun inflasi timbul Karena adanya peredaran mata uang yang tidak seimbang, yaitu dengan pencetakan fulus yang nilai nominalnya tidak seimbang dengan kandungan logam, sehingga apabila dibelanjakan untuk emas dan perak, maupun barang-barang berharga lainnya, nilai mata uang tersebut menjadi menurun, dan akhirnya timbul inflasi. Sikap yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah menurut Ibnu Khaldun adalah pencatakan fulus harus didasarkan pada keseimbangan volume fulus dengan proporsi jumlah transaksi yang terjadi, sehingga dapat terciptanya harga yang adil. Kemudian terhadap uang yang telah beredar dimasyarakat disarankan untuk tidak membatalkannya, ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
27
bahkan Ibnu Khaldun menyarankan untuk mencetak uang sesuai dengan nilai riilnya. Pada keadaan sekarang timbulnya Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan atau desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment. Inflasi desakan biaya terjadi akibat meningkatnya biaya produksi sehingga mengakibatkan harga produk-produk yang dihasilkan ikut naik. Untuk menanggulangi Inflasi tersebut maka Bank Sentral diberikan wewenang khusus oleh pemerintah. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa Bank Sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen, dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar Bank Sentral, termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa Bank Sentral yang kurang independen, salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian, sehingga dari intervensi tersebut akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi. Bank Sentral umumnya mengandalikan jumlah uang beredar atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, Bank Sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs), yang mana saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh Bank Sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia. Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1
28 Enny Puji Lestari
Simpulan Ibnu Khaldun menemukan banyak pemikiran-pemikiran ekonomi yang mendasar beberpa abad sebelum kelahirannya “secara resmi”. Ia menemukan manfaat-manfaat dan perlunya pembagian kerja sebelum Smith dan prinsip nilai tenaga kerja sebelum Ricardo. Ia menguraikan teori populasi sebelum Malthus dan menandaskan peran negara dalam perekonomian sebelum Keynes. Ekonom-ekonom yang menemukan kembali mekanisme yang telah ditemukannya terlalu banyak yang bisa disebut. Namun. Lebih dari sekedar itu semua, Ibnu Khaldun menggunakan konsep-konsep ini untuk membangun suatu sistem yang dinamis dan koheren. Dalam sistem ini, mekanisme ekonomi tidak dapat tidak membawa aktivitas ekonomi kepada fluktuasi jangka panjang. Karena koherensi sistemnya, kritik yang dapat dilancarkan terhadap kebanyakan konsep-konsep ekonomi yang menggunakan ide yang sama tidak dapat diterapkan disini. Begitu banyak sebutan-sebutan Bapak-Bapak Penemu Teori-Teori Ekonomi dalam sejarah pemikiran? Ibnu Khaldun diklaim sebagai pendahulu bagi banyak pemikir Eropa, kebanyakan sosiolog, sejarawan dan filsuf. Namun demikian, walaupun ide-idenya sudah dikenal di Eropa sejak abad kesembilan belas, kelihatannya para penerusnya tidak akrab dengan pemikiran ekonominya.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Enan, Much, Ibn Khaldun His Life and Work, (Lahore : Kashmire Bazar, 1946), Cet. Ke-2 Abdullah Enan, Muhammad, Ibnu Khaldun his life and work, (Lahore: Kashmiri Bazar,1941) al-Khudairi, Zainab, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Pent, Ahmad Rifa’i Usmani, Bandung : Penertbit Pustaka, 1987) al-Khudhairi, Zainal, Filsafat Sejarah Ibn Khaldun, Pent. Ahmad Rafi’ Usmani, (Bandung : Penerbit Putaka, 1987) Amalia, Euis, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Jakarta: Gramata, 2010) ADZKIYA MARET 2015
Relevansi Pemikiran Ibnu Khaldun dalam Konsep Ekonomi
29
Azra, Azyumardi dkk (ed), Ensiklopedi Islam II, (Jakarta : Intermasa, 1996) Chapra, Umar The Future of Islamic Economic; An Islamic Prespective Cristopher Pass & Bryan Lowes, Dictionary of Economics, (terjemahan), Jakarta, Erlangga, Cet II Deliarnov, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2003 Hasan, Ali, Manajemen Bisnis Syariah : Kaya di Dunia Terhormat di Akherat, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009) Karim, Adiwarman Ekonomi Mikro Islami. Edisi Kedua. Jakarta: IIIT, 2003 Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta :Tim IIT, 2003), Ed, Kedua Karim, Adiwarman, Sejarah pemikiran Ekonomi, Edisi ketiga, Jakarta: Rajawali Press Khaldun, Ibnu, Muqaddimah..(Jakarta: Pustaka Firdaus, Edisi Indonesia, 2000) Ma’arif, Ahmad Syafi’i, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, (Jakarta : GIP, 1996) Sjahdeini, Sutan Remy, Perbankan Syariah :Produk-Produk dan aspek Hukumnya,(Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014) Wahid Wafi, Ali Abdul, Ibnu Khaldun : Riwayat Hidup dan Karyanya, Pent. Ahmadi Thaha, (Jakarta : Grafiti Press, 1985)
Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 03 Nomor 1