HUBUNGAN DISCHARGE PLANNING DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PASCA STROKE DI POLI NEUROLOGI RSAM BUKITTINGGI TAHUN 2016 Betty* ABSTRAK Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia. Stroke penyebab kematian nomor 4 setelah penderita usia lanjut, diabetes melitus dan jantung, di RSAM Bukittinggi pada pasien pasca stroke ditemukan keluhan aktivitas pasien yang terbatas, cemas, mudah tersinggung, dan cepat lelah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi tahun 2016. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study.Populasi dalam penelitian ini seluruh pasien stroke diPoli Neurologi RSAM Bukittingi. Teknik pengambilan sampel yaitu accidental sampling, jumlah sampel sebanyak 50 orang. Instrumen yang digunakan kuesioner discharge planning dan kuesioner kualitas hidup. Hasil penelitian menunjukkan 31 responden dari 50 responden yang memiliki discharge planning yang baik. Discharge planning baik dengan kualitas hidup yang sangat baik lebih banyak yaitu 21 (67,7%), discharge planning baik dengan kualitas hidup baik yaitu 9 (29%), discharge planningbaik dengan kualitas hidup sedang yaitu 1 (3,2%) sedangkan discharge planning kurang baik sebanyak 19 responen. discharge planning kurang baik dengan kualitas hidup sangat baik yaitu 18 (94,7%), discharge planning kurang baik dengan kualitas hidup baik 0 (0%), discharge planning kurang baik dengan kualitas hidup sedang 1(5,3%). Hasil analisis diperoleh pvalue = 0,034< (α=0,05). Kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu ada hubungan antara discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di poli Neurologi RSAM Bukittinggi tahun 2016, selanjutnya diharapkan kepada pasien pasca stroke untuk meningkatkan kesehatan diri dengan cara menjalankan pola hidup yang sehat agar terciptanya kualitas hidup yang baik. Kata Kunci: Discharge Planning, Kualitas Hidup
RELATIONS DISCHARGE PLANNING WITH LIFE QUALITY POST-STROKE PATIENTS IN OUT PATIENT NEUROLOGY DEPARTMENT RSAM BUKITTINGGI 2016 ABSTRACT Stroke is the third most common disease after heart disease and cancer, and the disease, highest cause disability in the word. Stroke is the fourth cause of the death after elderly age, diabetes mellitus and heart disease, in RSAM Bukittinggi it was found that patients after stroke complained about limited activity, anxious, easily offended, and get tired quickly. This study aims to examine the relationship discharge planning with the quality of life of patients after stroke in out patient neurology department RSAM Bukittinggi in 2016. This type of research was quantitative with cross sectional study approach. The populations in this study all patient with stroke at out patient neurology department RSAM Bukittinggi. a sampling technique was accidental sampling, and total of sample are 50 people. The instrument used as questionnaire were discharge planning and quality of life questionnaire. The results showed 31 respondents of 50 respondents have a good discharge planning. The good discharge planning with an excellent quality of life was the most, it was 21 (67,7%), the good discharge planning was with good quality of life 9 (29%), the good discharge planning with medium quality of life dissatisfactory 1 (3,2%), while the dissatisfactory discharge planning was 19 respondents. discharge planning with an excellent quality of life was 18 (94,7%), dissatisfactory discharge planning with a good quality of life 0 (0%), dissatisfactory discharge planning with the medium quality of life was 1 (5,3%). The results of the analysis obtained p- value= 0,034 < (a=0,05). Tthe conclusion from this research is there was a relation between discharge planning with the patient quality of life after stroke , then expected to the patien after stroke inprove the health with running a healtly lifestyle in order to create a good quality of life. Keywords: Discharge Planning, Quality of Life *
Dosen STIKes Prima Nusantara Bukittinggi Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.8 No 1 Januari 2017
80
PENDAHULUAN Stroke merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker, serta merupakan penyakit penyebab kecacatan tertinggi di dunia (Dinata, 2013). Setiap tahun, lebih dari 700.000 orang Amerika mengalami stroke, 25 % diantaranya berusia 65 tahun, dan 150.000 orang meninggal akibat stroke atau akibat komplikasi segera setelah stroke. Setiap saat 4,7 juta orang Amerika Serikat pernah mengalami stroke, mengakibatkan pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan stroke mengeluarkan biaya melebihi $18 milyar setiap tahun (Adrian, 2011). Menurut American Heart Association (AHA) dalam Dinata 2013) Angka Kematian penderita stroke di Amerika setiap tahunnya adalah 50 – 100 dari 100.000 orang penderita. Menurut wold health organization (WHO) Pada tahun 2020 diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke. Peningkatan tertinggi akan terjadi dinegara berkembang, terutama di wilayah Asia Pasifik (Junaidi, 2012). Di negara-negara ASEAN penyakit stroke juga merupakan masalah kesehatan utama yang menyebabkan kematian. Dari data South East Asian Medical Information Centre (SEAMIC) diketahui bahwa angka kematian stroke terbesar terjadi di Indonesia yang kemudian diikuti secara berurutan oleh Filipina, Singapura, Brunei, Malaysia, dan Thailand (Dinata, 2013). Sedangkan angka kejadian stroke di Sumatera Barat masih tinggi. Dari profil dinas kesehatan provinsi Sumatera Barat tahun 2011 menyebutkan bahwa stroke adalah penyebab kematian nomor 4 setelah penderita usia lanjut, diabetes melitus, dan jantung (Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2011 Dalam Huda, 2014). Data yang diperoleh dari instalasi rekam medis (2016) RSAM Bukittinggi, jumlah pasien stroke pada tahun 2014 tercatat 534 terdiri dari 446 pasien kunjungan rawat jalan dan 88 pasien kunjungan rawat inap. Pada tahun 2015 tercatat 354 terdiri dari 236 pasien kunjungan rawat jalan dan 188 pasien kunjungan rawat inap. Stroke dapat menimbulkan gangguan neurologik yang bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah yang tersumbat), manifestasi klinis dari stroke di antaranya adalah kehilangan komunikasi (afasia, disatria), gangguan persepsi yaitu ketidakmampuan menginterpretasikan sensasi gangguan fungsi kognitif dan efek psikologis dimana pasien menunjukkan gejala lapang perhatian terbatas kesulitan dalam pemahaman, pelupa dan kurang motivasi sehingga pasien mengalami frustasi dalam perawatan penyembuhan. Stroke dapat menimbulkan akibat yang bervariasi pada pasien. Ada banyak gejala yang timbul bila terjadi serangan stroke, seperti lumpuh separuh badan, mulut mencong, bicara pelo, sulit menelan, sulit berbahasa (kurang dapat mengungkapkan apa yang ia inginkan), tidak dapat membaca dan menulis, kepandaian mundur, mudah lupa, penglihatan terganggu, pendengaran mundur, perasaan penderita akan lebih sensitif, gangguan seksual, bahkan sampai mengompol, dan tidak dapat buang air besar sendiri (Hartanti, 2002) dalam (Anggarani 2009). Serangan stroke dapat mengakibatkan berbagai gangguan baik dari ketidakmampuan untuk dapat sembuh total, ringan sampai berat bahkan dapat mengakibatkan
meninggal. Salah satu yang paling sering terjadi ialah rusaknya pusat gerakan otot – otot di otak, sehingga berbagian otot menjadi lemah atau tidak mampu bergerak (Hadi, 2004) dalam (Anggarani, 2009) Kondisi pasca stroke mengakibatkan, penderita akan merasa dirinya cacat dan kecacatan ini menyebabkan citra diri terganggu, merasa diri tidak mampu, jelek, memalukan, dan sebagainya. Sebagian penderita pasca stroke bahkan tidak dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Orang – orang yang sebelumnya menduduki jabatan penting terpaksa harus melepaskan jabatanya tersebut karena dampak yang ditimbulkan pasca stroke. Kondisi–kondisi tersebutlah yang mengakibatkan turunnya harga diri dan meningkatkan stres. Kondisi tersebut dirasakan sebagai suatu bentuk kekecewaan atau krisis yang dialami oleh penderita. Penderita merasa kehilangan tujuan hidupnya, merasa jauh dengan teman – teman, dan kehilangan kesehatan fisik secara menyeluruh. Hal tersebut menimbulkan ketegangan, kecemasan, frustasi dalam menghadapi hari esok. Tekanan – tekanan tersebutlah yang biasanya mengganggu proses pengobatan secara medis maupun psikologis, sehingga akan semakin tinggi pula resiko psikologis yang dihadapi oleh penderita. Namun dampak dari suatu penyakit, akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana penderita menilai penyakit tersebut, sehingga penderita dapat mengolah tekanan yang dialami yang merupakan dampak yang ditimbulkan pasca stroke. Kecacatan pada orang dewasa akibat stroke dapat berupa pembatasan fisik, disfungsi sosial, psikologi yang dapat menyebabkan perubahan kondisi sehingga mempengaruhi banyak aspek kualitas kesehatan berhubungan dengan kehidupan atau kualitas hidup (Rahmi, 2011). Menurut (Brillianti, 2015) akibat stroke yang diderita oleh seseorang, dia menjadi tergantung pada orang lain dalam menjalankan aktivitas kehidupannya seperti makan, minum, mandi, berpakaian, dan sebagainya. Kemandirian dan mobilitas penderita stroke menjadi berkurang atau bahkan hilang, hal ini dapat berpengaruh terhadap kualitaas hidup yang dimiliki. Kualitas hidup yang menurun dapat mempengaruhi semangat hidup penderita dan keluarga yang mengasuh, oleh karena itu keluarga juga berperan dalam meningkatkan kualitas hidup penderita (Handayani & Dewi, 2009). Kualitas hidup merupakan sehat fisik, mental dan sosial dan terlepas dari penyakit (Fayers & Machin, 2000). Kualitas hidup dalam kesehatan merupakan nilai yang diberikan selama hidup dan dapat berubah karena adanya penurunan nilai fungsional, persepsi, sosial yang dipengaruhi oleh cedera, penyakit dan pengobatan (Rahmi, 2011). Kualitas hidup meliputi berbagi aspek kehidupan yang dikelompokkan menjadi tujuh kategori yang berkaitan dengan gejala fisik. Gejala fisik tersebut diantaranya nyeri, kemampuan fungsional seperti aktivitas, kesejahteraan keluarga, kesejahteraan emosi, kepuasan terapi, masalah finansial, seksualitas danlainnya (Cella,1998 dalam kariasa, 2009). Agar terciptanya kualitas hidup yang baik setelah stroke sangat bergantung
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.8 No 1 Januari 2017
81
pada kualitas pelaksanaan dan asuhan sehingga di perlukan peran serta tenaga kesahatan dalam tim stroke, dalam hal ini tenaga kesehatan juga melibatkan pasien dan keluarga agar memiliki pemahaman tentang proses penyakitnya, mengetahui cara penanganannya serta kontinuitas perawatan pada fase rehabilitasi dan adaptasi yang di susun dalam suatu discharge planning (Almborgmel at, 2009). Tenaga pelayanan kesehatan profesional sangat berperan dalam pemulihan pasien stroke salah satunya adalah perawat. Discharge planning ini menempatkan perawat pada posisi yang penting dalam proses pengobatan pasien dan dalam team discharge planning rumah sakit, pengetahuan dan kemampuan perawat dalam proses keperawatan dapat memberikan kontinuitas perawatan melalui proses discharge planning. Perawat dianggap sebagai seseorang yang memiliki kompetensi lebih dan punya keahlian dalam melakukan pengkajian secara akurat, mengelola dan memiliki komunikasi yang baik dan menyadari setiap kondisi dalam masyarakat. Saat ini masih banyak laporan tentang pelayanan keperawatan yang kurang optimal. Salah satu kegiatan keperawatan yang belum optimal adalah kegiatan discharge planning (Yuliana, 2013) Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan juga pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Yuliana, 2013). Hasil survei awal yang dilakukan pada tanggal 16 Mei 2016 yang di dapatkan dari Poli Neurologi RSAM Bukittinggi mengatakan sudah ada pelaksanaan discharge planning, dan sudah adanya format discharge panning. Hasil wawancara dari 10 pasien pasca stroke yang sudah dirawat satu tahun yang lalu 70 % pasien mengatakan aktivitasnya bebas/ tidak terganggu, perasaannya tenang, tidak merasakan nyeri seperti pegal-pegal, ngilu-ngilu pada tubuhnya dan 30 % pasien mengatakan aktivitasnya terbatas, mudah tersinggung, cemas, cepat lelah dan merasakan nyeri seperti ngilu-ngilu, pegal – pegal. Berdasarkan penjelasan data-data di atas dan survey awal di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang “Hubungan Discharge Planning Dengan Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke Di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun 2016.
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan Pendekatan cross sectional study yaitu jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. ,tidak ada follow up, untukmencarihubunganantara Variabel Independen (Discharge Planning) dengan variabel dependen (Kualitas Hidup) Pada Pasien Pasca Stroke (Notoadmodjo, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Univariat
Discharge Planning Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Discharge PlanningDi RSAM BukittinggiTahun 2016 Discharge Planning Kurang Baik Baik Total
Jumlah 19 31 50
Persentase (%) 38,0 62,0 100,0
Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden yaitu 31 responden (62,0%) mengatakan pelaksanaan discharge planning yang baik, dan 19 responden (38,0%) mengatakan pelaksanaan discharge planning kurang baik. Discharge planning merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan sesudah pulang (Nursalam, 2014). Menurut Nursalam (2014) mengungkapkan tujuan discharge planning adalah menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial, meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga, meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Rahmi (2011) tentang Pengaruh Discharge Planning terstruktur terhadap kualitas hidup pasien stroke iskemik di RSUD AL-IHSAN dan RSUD AL-ISLAM Bandung tahun 2011, didapatkan hasil bahwa adanya perubahan nilai kualitas hidup kelompok intervensi lebih tinggi yaitu 11,38% dengan kualitas hidup baik 18 orang,(81,8%) dan kualitas kurang 4 orang (18,2%) sedangkan kelompok kontrol perubahan kualitas hidup 4,11% dengan kualitas hidup baik 4 orang (18,2%) dan kualitas hidup kurang 18 orang (81,8%). Penelitian Setyowati, 2011 dalam Yuliana, 2013), tentang pendokumentasian indikator discharge planning klien, perawat yang melakukan discharge planning pada indikator persiapan kepulangan klien sebanyak 73 % dan pada hari kepulangan klien sebanyak 89,47 %. Dalam hal serupa yang didapatkan pada Penelitian Damawiyah, 2015 adanya pengaruh penerapan discharge planning dengan pendekatan family centered nursing terhadap motivasi dan kesiapan keluarga dalam merawat pasien stroke pasca akut. Asumsi peneliti, pelaksanaan discharge planning sangat dibutuhkan pasien terutama untuk pasien stroke yang sedang di rawat di Rumah Sakit. Discharge planning merupakan bagian dari proses keperawatan dan fungsi utama dari perawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi discharge planning. Pelaksanaan discharge planning dapat membantu pasien dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan, pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat mengurangi angka kambuh dan penerimaan kembali di rumah sakit dan terjadi pertukaran informasi antara pasien sebagai penerima pelayanan
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.8 No 1 Januari 2017
82
dengan keperawatan dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit. Hasil analisa yang didapatkan dari kuesioner discharge planning dapat disimpulkan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan sudah dilaksanakan dengan optimal, hal tersebut dapat dilihat dari analisa kuesioner discharge planning, diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan discharge planning dari 50 responden sebanyak 31 responden (62,0%) mengatakan baik dan sebanyak 19 responden (38,0%) mengatakan kurang baik. Dari 31 Responden yang mengatakan pelaksanaan discharge planning sudah dilakukan dengan baik dan sangat membantu dalam proses perawatan dirumah serta dapat meningkatkan pengetahuan responden dan keluarga penyakit yang diderita oleh pasien seperti dapat mengetahui terapi, obat- obat, diet, cara menggunakan alat bantu, waktu untuk kontrol dan lain-lain, sedangkan dari 19 responden yang mengatakan pelaksanan discharge planning kurang baik dengan alasan perawat tidak menjelaskan secara jelas, terstruktur, dan hanya menjelaskan secara lisan saja sehingga pasien mengatakan lupa apa yang telah dijelaskan oleh perawat dan dokter saat pelaksanan discharge planning.
Kualitas Hidup Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas Hidup Diri Di RSAM BukittinggiTahun 2016 Kualitas Hidup Sedang Baik Sangat Baik Total
Jumlah 2 9 39 50
Persentase (%) 4,0 18,0 78,0 100,0
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari separoh responden yaitu 39 responden (78,0%) memiliki kualitas hidup sangat baik, 9 responden (18,0%) memiliki kualitas hidup baik dan 2 responden (4,0%) memiliki kualitas hidup sedang. Kualitas hidup menurut World Health Organozation Quality of Life (WHOQOL) dalam (Fitriana & Ambarini, 2012), Adalah persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan Pendekatan yang digunakan dalam tujuan, harapan, standar yang ditetapkan. Kualitas hidup adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering digunakan dalam situasi penyakit kronik sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada pasien. Pengukuran konseptual mencakup kesejahteraan, kualitas kelangsungan hidup, kemampuan seseorang untuk secara mandiri melakukan kegiatan sehari hari (Montazeri dkk, 1996 dalam Rahmi, 2011). Penelitian Handayani & Dewi (2009) tentang analisis kualitas hidup penderita dan keluarga pasca serangan stroke (dengan gejala sisa) didapatkan hasil adanya perubahan aktivitas sehari-hari, pola komunikasi, aktivitas kerja, hubungan sosial,
istirahat dan rekreasi serta kondisi psikologis pada penderita dan keluarga pasca stroke. sedangkan menurut penelitian kariasa (2009) tentang persepsi pasien pasca serangan stroke terhadap kualitas hidupnya dalam perspekstif asuhan keperawatan adanya 4 tema yang terdentifikasi dari hasil wawancara yaitu (1). Menjadi terbatas melakukan aktifitas sehari-hari, (2). Merasakan penderitaan dan perubahan makna hidup karena keterbatasan dan kehilangan, (3). Berbagai respon psikologis terhadap kehilangan dan penurunan kontak sosial setelah menderita stroke, (4). Setiap pasien stroke membutuhkan pelayanan profesional. Asumsi peneliti, kualitas hidup merupakan persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan Pendekatan yang digunakan dalam tujuan, harapan, standar yang ditetapkan. Kualitas hidup yang menurun dapat mempengaruhi semangat hidup penderita dan keluarga yang mengasuh sehingga dapat mempengaruhi penurunan kualitas hidup penderita. Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien pasca stroke yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dimiliki pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita, dukungan keluarga, optimisme. Hasil analisa yang didapatkan dari responden tentang kualitas hidup responden mengatakan sedang sebanyak 2 orang (4,0%), baik sebanyak 9 orang (18,0%), sangat baik sebanyak 39 orang (78,0%). Responden yang kualitasnya hidupnya sangat baik mengatakan keadaan kesehatannya terasa jauh lebih baik dibandingkan 1 tahun yang lalu sesudah pasien mengalami stroke dan keluar dari rumah sakit, sekarang pasien mengatakan sudah mampu melakukan aktivitas seperti melakukan pekerjaan rumah, bersosialisasi dengan lingkungan (arisan, rekreasi dll). Responden mengatakan kualitas hidup baik mengatakan keadaannya lebih baik dari sebelumnya namun kadang-kadang terasa adanya gangguan seperti nyeri, kesulitan beraktivitas dll, responden yang kualitas hidupnya sedang mengatakan keadaan kesehatannya lumayan baik namun sering merasakan gejala-gejala sisa seperti nyeri, pusing, sulit beraktivitas dll.
Analisa Bivariat Hasil analisis tentang hubungan discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Hubungan Discharge Planning dengan Kualitas Hidup Pasien Pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun 2016 Discharge Planning Kurang Baik Baik Total
Kualitas Hidup Sangat Sedang Baik Baik n % n % n % 1 5.3 0 0 18 94.7 1 3.2 9 29 21 67.7 2 4.0 9 18 39 78.0
Total n
%
19 31 50
100 100 100
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.8 No 1 Januari 2017
P value
0.034
83
Hasil penelitian terdapat 31 responden yang memiliki discharge planning yang baik. Discharge planning yang baik dengan kualitas hidup yang sangat baik lebih banyak yaitu 21 (67,7%), discharge planning yang baik dengan kualitas hidup yang baik yaitu 9 (29%), discharge planning yang baik dengan kualitas hidup yang sedang yaitu 1 (3,2%) sedangkan discharge planning yang kurang baik sebanyak 19 responen. discharge planning yang kurang baik dengan kualitas hidup yang sangat baik yaitu 18 (94,7%), discharge planning yang kurang baik dengan kualitas hidup yang baik 0 (0%), discharge planning yang kurang baik dengan kualitas hidup yang sedang 1(5,3%). Dari hasil uji statistic Chi-Square Test diperoleh p value=0,034 (p<α=0,05), maka Ho ditolak sehingga ada hubungan yang bermakna antara Discharge planning engan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi Tahun 2016. Stroke dapat menimbulkan akibat yang bervariasi pada pasien. Ada banyak gejala yang timbul bila terjadi serangan stroke, seperti lumpuh separuh badan, mulut mencong, bicara pelo, sulit menelan, sulit berbahasa (kurang dapat mengungkapkan apa yang ia inginkan), tidak dapat membaca dan menulis, kepandaian mundur, mudah lupa, penglihatan terganggu, pendengaran mundur, perasaan penderita akan lebih sensitif, gangguan seksual, bahkan sampai mengompol, dan tidak dapat buang air besar sendiri (Hartanti, 2002) dalam (Anggarani 2009). Serangan stroke dapat mengakibatkan berbagai gangguan baik dari ketidakmampuan untuk dapat sembuh total, ringan sampai berat bahkan dapat mengakibatkan meninggal. Salah satu yang paling sering terjadi ialah rusaknya pusat gerakan otot – otot di otak, sehingga berbagian otot menjadi lemah atau tidak mampu bergerak (Hadi, 2004) dalam (Anggarani, 2009). Kecacatan pada orang dewasa akibat stroke dapat berupa pembatasan fisik, disfungsi sosial, psikologi yang dapat menyebabkan perubahan kondisi sehingga mempengaruhi banyak aspek kualitas kesehatan berhubungan dengan kehidupan atau kualitas hidup (Rahmi, 2011). Kualitas hidup merupakan sehat fisik, mental dan sosial dan terlepas dari penyakit (Fayers & Machin, 2000). Agar terciptanya kualitas hidup yang baik setelah stroke sangat bergantung pada kualitas pelaksanaan dan asuhan sehingga di perlukan peran serta tenaga kesahatan dalam tim stroke, dalam hal ini tenaga kesehatan juga melibatkan pasien dan keluarga agar memiliki pemahaman tentang proses penyakitnya, mengetahui cara penanganannya serta kontinuitas perawatan pada fase rehabilitasi dan adaptasi yang di susun dalam suatu discharge planning (Almborgmel at, 2009). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Rahmi (2011) tentang Pengaruh Discharge Planning terstruktur terhadap kualitas hidup pasien stroke iskemik di RSUD AL-IHSAN dan RSUD AL-ISLAM Bandung tahun 2011, didapatkan hasil bahwa adanya perubahan nilai kualitas hidup kelompok intervensi lebih tinggi yaitu 11,38% dengan kualitas hidup baik 18 orang,(81,8%) dan kualitas kurang 4 orang (18,2%) sedangkan kelompok kontrol perubahan kualitas hidup 4,11% dengan kualitas
hidup baik 4 orang (18,2%) dan kualitas hidup kurang 18 orang (81,8%). Penelitian yang dilakukan oleh Almborg (2010) dalam Rahmi (2010) yang hasilnya bahwa pemberian discharge planning dapat meningkatkan kemajuan kesehatan pasien, membantu pasien untuk mencapai kualitas hidup optimum sebelum dipulangkan. Hal itu juga didukung oleh Hasil penelitian kellyhayes, 2003 dalam (Rahmi, 2011) mengatakan post discharge planning selama 6 minggu penderita pasca stroke pengalami perubahan fisik, kognitif, dan emosional kearah yang lebih baik. Pemberian discharge planning pada pasien dewasa akan meningkatkan pengetahuan pasien, efektifnya perawatan dirumah sehingga mengurangi kunjungan ulang kerumah sakit, dan mengurangi biaya perawatan (Slaganfall, 1992 dalam Rahmi, 2011). Asumsi peneliti, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi tahun 2016 yang hasilnya adanya hubungan bermakna antara discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi tahun 2016. Hasil yang didapatkan dari kuesioner discharge planning dapat disimpulkan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan sudah dilaksanakan dengan optimal, hal tersebut dapat dilihat dari analisa kuesioner discharge planning, diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan discharge planning dari 50 responden sebanyak 31 responden (62,0%) mengatakan baik dan sebanyak 19 responden (38,0%) mengatakan kurang baik. Dari 31 Responden yang mengatakan pelaksanaan discharge planning sudah dilakukan dengan baik dan sangat membantu dalam proses perawatan dirumah serta dapat meningkatkan pengetahuan responden dan keluarga penyakit yang diderita oleh pasien seperti dapat mengetahui terapi, obat- obat, diet, cara menggunakan alat bantu, waktu untuk kontrol dan lain-lain, sedangkan dari 19 responden yang mengatakan pelaksanan discharge planning kurang baik dengan alasan perawat tidak menjelaskan secara jelas, terstruktur dan hanya menjelaskan secara lisan saja sehingga pasien mengatakan lupa apa yang telah dijelaskan oleh perawat dan dokter saat pelaksanan discharge planning. Hasil yang didapatkan dari kuesioner kualitas hidup dapat disimpulkan kualitas hidup pasien pasca stroke mengatakan kualitas hidup sangat baik sebanyak 39 orang (78,0%), baik sebanyak 9 orang (18,0%), sedang sebanyak 2 orang (4,0%). Kualitas hidup memiliki 36 pertanyaan dan terdiri 8 dimensi yaitu: Fungsi fisik, peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan umum, fungsi social, vitalitas/ energy, kesehatan mental, peranan emosi, ringkasan fisik & mental.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil penelitian mengenai hubungan discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi tahun 2016
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.8 No 1 Januari 2017
84
dengan jumlah responden 50 orang dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Lebih dari separoh 31 (62,0%) responden di RSAM Bukittinggi Tahun 2016 memiliki discharge planning yang baik 2. Lebih dari separoh 39 (78,0%) responden memiliki kualitas hidup sangat baik 3. Terdapat hubungan discharge planning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM Bukittinggi tahun 2016 (p=0,034).
SARAN Berdasarkan dari kesimpulan penelitian, maka dapat diberikan saran sebagai berikut: a. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti dapat mengaplikasikan pengetahuan, wawasan serta pengalaman peneliti untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien pasca stroke agar tercuptanya kualitas hidup yang lebih baik lagi untuk masa yang akan datang. b. Bagi Institusi Pendidikan Disarankan bagi institusi pendidikan untuk menambah referensi karya tulis ilmiah di perpustakaan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi sehingga menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai discharge planning dan dapat digunakan sebagai perbandingan untuk peneliti selanjutnya. c. Bagi Lahan Penelitian Diharapkan bagi lahan penelitian agar dapat meningkatkan pelaksanaan discharge planning yang dilakukan dirumah sakit untuk lebih optimal lagi agar dapat membantu meningkatkan kualitas hidup pasien pasca stroke. d. Bagi Profesi Keperawatan Disarankan dengan adanya hubungan discharge plannning dengan kualitas hidup pasien pasca stroke di Poli Neurologi RSAM di harapkan, bagi profesi perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan motivasi penderita stroke dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang upaya peningkatan kesehatan pasien stroke sehingga meningkatnya derajat kesehatan bagi masyarakat.
Hidayat AAA. Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika; . 2008 Huda FN. Hubungan Peran Keluarga Dalam Motivasi Penderita Pasca Stroke Dengan Kepatuhan Penderita Mengikuti Rehabilitas Di Unit Rehabilitasi Medik RSSN Bukittinggi Tahun 2014 [skripsi]. Bukittinggi: STIKes Prima Nusantara Bukittinggi; 2014 Junaidi I. Stroke, Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: Andi; 2011 Kariasa IM. Persepsi Pasien Pasca Serangan Stroke Terhadap Kualitas Hidupnya Dalam Perspektif Asuhan Keperawatan tahun 2009 [Tesis]. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan; 2009 Nursalam. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2013 Nursalam. Manajemen keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2014 Nursalam, Efendi F. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009 Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010 Pamungkas DB. Perbedaan Kualitas Hidup Laki – Laki Perokok Dan Non Perokok Yang Diukur Dengan Kuisioner sf-36v2 tahun 2014 [Skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2014 Rahmi U. Pengaruh Discharge Planning Terstruktur Terhadap Kualitas Hidup Pasien Stroke Iskemik Di RSUD Al-Ihsan Bandung tahun 2011 [Tesis]. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan UI; 2011 Rekam Medik RSAM; 2016 Sofyan AM, Sihombing IY, Hamra Y. 2012. Hubungan Umur, Jenis Kelamin, Dan Hipertensi Dengan Kejadian Stroke Di RSU Provinsi Sulawesi Tenggara Yaslina. Hubungan Dukungan Keluarga, Program Pemulangan Dari Rumah Sakit, Dan Karakteristik Klien Dengan Perawatan Dirumah Pada Aggregate Dewasa Pasca Stroke Di Kota Bukittinggi tahun 2011 [Tesis]. Depok: Universitas Indonesia; 2011
DAFTAR PUSTAKA Batticaaca FB. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta. Salemba Medika; 2008 Brilianti PA. Hubungan Self Manajemen Dengan Kualitas Hidup Pasien Pasca Stroke Di Wilayah Puskesmas Ciputat tahun 2015 [Skripsi] Jakarta: Universitas Negeri Islam Syarif Hidayatullah: 2015 Damawiyah S. Pengaruh Penerapan Discharge Planning Dengan Pendekatan Family Centered Nursing Terhadap Motivasi Dan Kesiapan Keluarga Dalam Merawat Pasien Stroke Pasca Akut Di RS Islam Surabaya tahun 2015 [Tesis] Semarang: Universitas Diponegoro; 2015
Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara Bukittinggi, Vol.8 No 1 Januari 2017
85