Rekayasa Tumbuhan Purun Tikus (Eleocharis Dulcis) sebagai Substitusi Bahan Matrik Komposit Pada Pembuatan Papan Partikel Totok Wianto1), Ishaq2), Akhmad Faisal2), dan Abdulah Hamdi2)
Abstrak: Sebagian besar wilayah Kalimantan Selatan adalah terdiri dari rawa-rawa. Salah satu tumbuhan rawa yang banyak tumbuh di daerah rawa Kalimantan Selatan adalah Purun Tikus (Eleocharis Dulcis). Sampai saat ini pemanfaatan purun tikus oleh masyarakat setempat hanya sebatas pembuatan tikar. Di lain pihak, kebutuhan akan papan sebagai bahan bangunan meningkat, seiring dengan tingginya permintaan konsumen akan suatu produk yang berbahan dasar kayu. Melihat dari potensi yang ada, diupayakan pemanfaatan purun tikus di daerah Kalimantan Selatan lebih dimaksimalkan. Dalam hal ini pemanfaatannya sebagai bahan matrik komposit dalam pembuatan papan partikel. Oleh karena itu penelitian ini berupaya manfaatankan purun tikus (Eleocharis dulcis) sebagai bahan substitusi bahan matrik komposit dan juga mengetahui pengaruh serat-serat purun tikus tersebut terhadap sifat fisis (kadar air dan kerapatan) dan sifat mekanik (keteguhan patah, kuat lentur). Untuk pengolahan papan partikel dibuat dua variasi susunan serat purun tikus, sampel A yaitu serat purun tikus dipotong kecil-kecil dan disusun secara acak pada cetakan, perlakuan B yaitu serat purun tikus dipotong memanjang dan menyamping di cetakan. Serat purun tikus yang sudah kering dipotong-potong sesuai dengan variasi serat. Filler berupa daun-daun akasia yang kering dan bersih dihaluskan menggunakan belender kemudian dicampurkan dengan urea formaldehid. Serat purun tikus dan filler dicetak pada cetakan berukuran 30 x 30 cm yang dipres panas pada suhu 800-900C. Produk yang dihasilkan berupa papan partikel yang akan diuji dan dianalisa sifat elastisitas dan keteguhan patahnya serta sifat kadar air dan kerapatannya yang akan dibandingkan terhadap standar SNI 03-2105-1996 dan JIS A 5908-2003. Hasil Pengujian Nilai Sifat fisik yaitu menunjukkan kadar air rata – rata 12,75 % dan kerapatan rata rata 0,84 g/cm3. Hasil pengujian sifat mekanik yaitu modulus elastisitas rata rata 10.750 Kg/cm2 dan modulus patah rata rata 80,5 Kg/cm2. Hasil Tersebut mendekati dan sudah sesuai dengan Standar SNI dan JIS dan papan partikel ini layak sebagai komposit Kata Kunci: papan partikel, purun tikus, komposit, Urea Formaldehid
PENDAHULUAN Sebagian
besar
wilayah
daerah
rawa-rawa
ini,
baik
itu
Kalimantan Selatan adalah terdiri dari
keragaman flora maupun faunanya.
rawa-rawa yang selalu tergenang air
Salah
sepanjang tahun. Daerah rawa memiliki
banyak
struktur tanah gambut yang sifatnya
Kalimantan Selatan adalah Purun Tikus
adalah
Memiliki
(Eleocharis Dulcis). Pada musim hujan
beragam kekayaan yang berlimpah di
purun tikus tumbuh bebas pada rawa
1) 2)
asam (PH
<
7).
satu
tumbuhan
tumbuh
Staf Pengajar PS Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru Mahasiswa PS Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru
154
di
rawa
yang
daerah
rawa
Wianto, T. dkk, Rekayasa Tumbuhan Purun Tikus ..............
gambut,
dan
tumbuhan
ini
terbakar
reaksi
gas
adanya
musim
kemarau akibat
metan
155
tikus sebagai bahan pembuatan tikar
dari
yang mana mengandung serat-serat
yang
yang kuat. Melihat dari potansi yang
terkandung pada tanah gambut.
ada, diupayakan pemanfaatan purun
Sampai saat ini pemanfaatan
tikus di daerah Kalimantan Selatan
purun tikus oleh masyarakat setempat
lebih dimaksimalkan. Dalam hal ini
hanya
pemanfaatannya sebagai bahan matrix
sebatas
digunakan
sebagai
bahan pem-buatan tikar. Itu pun baru
komposit
sebagian
partikel.
kecil
dikarenakan masyarakat
pengelolaannya,
kurangnya konsumen
dalam pembuatan
papan
minat
Beberapa tujuan pemanfaatan
terhadap
purun tikus (Eleocharis Dulcis) sebagai
penggunaan tikar, seiring modernisasi
bahan
substitusi
bahan
matrik
adanya tikar berbahan dasar sintesis
komposit. Mengetahui pengaruh serat-
yang lebih ekonomis. Di lain pihak,
serat purun tikus tersebut terhadap
kebutuhan akan papan sebagai bahan
sifat fisis (kadar air dan kerapatan) dan
bangunan meningkat, seiring dengan
sifat mekanik (keteguhan patah, kuat
tingginya permintaan konsumen akan
lentur).
suatu produk yang berbahan dasar
Di daerah lahan pasang surut
kayu. Seperti halnya lemari, meja, kursi
Kalimantan Selatan ditemukan banyak
pada
hanya
sekali dan sangat beragam jenis gulma
beracukan kayu hasil hutan dengan
yang terdari golongan berdaun lebar,
tuntutan kebutuhan yang semakin hari
rumput-rumputan dan golongan teki.
semakin besar, maka itu tidak mungkin.
Dari beragamnya jenis gulma tersebut
Karena
ekosistem
tidak semuanya dapat merugikan atau
dapat
berefek negatif bagi petani tetapi ada
bencana alam sepeti
juga yang berdampak positif seperti
hutan
industri
dapat
tanah
Jika
merusak
yang
menimbulkan banjir,
meubel.
akhirnya
longsor,
dan
lain-
gulma dari golongan teki yaitu purun
lain.Berdasarkan hal tersebut maka
tikus (Eleocharis Dulcis) (Asikin, 2008).
diperlukan suatu bahan sibstitusi dalam penggunaan kayu. Jika dilihat secara kasat mata
Rumput
Eleocharis
Dulcis
(purun tikus) banyak dijumpai di daerah pasang surut yang bertanah sulfat
batang dari purun tikus mengandung
masam.
Tanaman
ini
biasanya
serat-serat kasar yang panjang. Hal ini
tempat
tersebut
dibuktikan dengan penggunaan purun
kerajinan contohnya tikar purun. Selain
dijadikan
di
bahan
156
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8, No.2, Agustus 2011 (154 – 164)
itu purun tikus dijadikan makanan ternak.
Purun
dapat
cukup (kandungan air hanya 14-
alami
16% saja). Jangan sampai terkena
yaitu Attraktan bagi penggerek batang.
hujan atau percikan air sekalipun.
Tanaman air ini banyak ditemui pada
Karena bila mengandung terlalu
tanah sulfat masam dengan tipe tanah
banyak air potensial untuk tempat
lempung (Anonim1, 2009). Biasanya
hidup jamur dan serangga kecil.
kita dapat menjumpainya pada daerah
2) Nampak cemerlang pada kulitnya
terbuka atau tanah bekas kebakaran.
sebagai pertanda memiliki kekuatan
Batang tegak, tidak bercabang, warna
yang cukup dan belum mengempis
abu-abu hingga hijau mengkilat dengan
rongga udaranya. Bila terlalu lama
panjang 50-200 cm dan ketebalan 2-8
disimpan
mm. Tanaman purun tikus ini dapat
menjadi
dikatakan bersifat spesifik lahan sulfat
tergantung pada cara penyimpanan.
masam, karena sifatnya yang tahan
Masa
terhadap kemasaman tinggi (PH 2,5-
dapat menyebabkan rongga udara
3,5).
tersebut,
mengempis. Cek kepadatan dapat
tumbuhan ini dapat dijadikan vegetasi
juga dilakukan dengan menumpuk-
indikator untuk tanah sulfat masam.
nya kemudian diinjak, bila segera
Tanaman ini biasanya dimanfaatkan
mengempis
oleh
digunakan
tikus
sebagai
Oleh
pestisida
sebab
masyarakat
kerajinan
juga
1) Memiliki tingkat kekeringan yang
tangan,
hal
pucat
berubah
atau
penyimpanan
lebih
yang
berarti
kualitasnya
kurang
misalnya
seperti
ngempis sesaat kemudian kembali
pada
purun
Namun
lama
bahan
lain sebagainya (Anonim2, 2009).
baik.
tua,
sebagai
tikar, bakul (keranjang), topi purun, dan
Batang
warnanya
bila
me-
lagi, berarti kualitasnya baik. 3) Ketebalan (diameter rongga) secara
tikus
rata-rata adalah sama, oleh karena-
berbeda dengan batang jerami padi,
nya yang perlu dipilih adalah pan-
dimana batang jerami padi memiliki
jang batang utama. Diperkirakan
tulang ruas-ruas rongga udara. Namun
dibutuhkan panjang batang utama
secara umum dapat disamakan dalam
sekitar 20 cm, setelah dibersihkan
penggunaannya
dari cabang-cabangnya.
sebagai
bahan
pembuatan komposit. Adapun persyaratan yang baik untuk digunakan :
4) Memiliki berat yang secara rata-rata sama. Pengujian dapat dilakukan dengan mengambil kira-kira 20-30 kemudian
ditimbang,
demikian
Wianto, T. dkk, Rekayasa Tumbuhan Purun Tikus ..............
ambil lagi 20-30 batang yang lain kemudian
ditimbang
(Mediastika,
2007).
Perkembangan
157
teknologi,
khususnya di bidang komposit, telah menghasil-kan produk komposit yang
Pada umumnya bentuk dasar
merupakan gabungan antara serbuk
suatu bahan komposit adalah tunggal
kayu dengan plastik daur ulang dan
dimana merupakan susunan dari paling
teknologi ini berkembang pada awal
tidak terdapat dua unsur yang bekerja
1990-an di Jepang dan Amerika Serikat
bersama untuk menghasilkan sifat-sifat
(Sutigno, 2009). Penelitian mengenai
bahan yang berbeda terhadap sifat-
pemanfaatan plastik polipropilena daur
sifat unsur bahan penyusunnya. Dalam
ulang
praktiknya komposit terdiri dari suatu
termoset
bahan utama (matri -matrik) dan suatu
partikel telah dilakukan oleh Febrianto
jenis penguatan (reinforcement) yang
dkk (2001). Produk papan partikel yang
ditambahkan
meningkatkan
dihasilkan memiliki stabilitas dimensi
kekuatan dan kekakuan matrik yang
dan kekuatan mekanis yang tinggi
biasanya dalam bentuk serat.
dibandingkan dengan papan partikel
Secara
untuk
umum,
sifat-sifat
sebagai dalam
konvensional.
substitusi pembuatan
Dalam
perekat papan
pembuatan
komposit ditentukan oleh:
komposit kayu plastik daur ulang,
1) Sifat-sifat serat,
beberapa polimer termoplastik dapat
2) Sifat-sifat resin/perekat,
digunakan
3) Rasio serat terhadap resin/perekat
dibatasi oleh rendahnya temperatur
komposit (Fraksi Volume Serat),
permulaan dan pemanasan dekom-
4) Geometri dan orientasi serat pada komposit (Anonim3, 2008).
posisi
sebagai
kayu
(lebih
(Fajrianto, 2007).
Gambar 1. Papan partikel (komposit)
matriks,
kurang
tetapi
200°C)
158
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8, No.2, Agustus 2011 (154 – 164)
Optimasi
proses
pembuatan
semua
partikel
sangat
dipengaruhi
persyaratannya tidak selalu sama.
kadar perekat dan kerapatan terhadap
Menurut Standar Indonesia Tahun
sifat fisis dan mekanis. Macam partikel
1983
papan
yang
dipakai
mempengaruhi
sifat
papan partikel.
standar,
tetapi
persyaratannya
0,50-0,70
3
g/cm , sedangkan menurut Standar Indonesia Tahun 1996 persyaratan-
resin/perekat
nya 0,50-0,90 g/cm3. Ada standar
yang baik digunakan dalam bahan
papan partikel yang mengelompok-
komposit harus bersifat:
kan menurut kerapatannya, yaitu
1) Sifat-sifat mekanis yang bagus,
rendah, sedang, dan tinggi.
Apapun
sistem
2) Sifat-sifat daya rekat yang bagus,
2) Kadar air papan partikel ditetapkan
3) Sifat-sifat ketangguhan yang bagus,
dengan cara yang sama
4) Ketahanan
semua standar, yaitu metode oven
terhadap
degradasi
lingkungan bagus (Anonim3, 2008). Penggunaan formaldehida
perekat
yang
kadar
urea formal-
(metode
pengurangan
pada
berat).
Walaupun persyaratan kadar air tidak
selalu sama
pada setiap
dehidanya tinggi akan menghasilkan
standar, perbedaannya tidak besar
papan partikel yang keteguhan lentur
(kurang dari 5%).
dan keteguhan rekat internalnya lebih
Sifat Mekanis
baik tetapi emisi formaldehidanya lebih
1) Keteguhan (kuat) lentur umumnya
jelek. Proses produksi papan partikel
diuji pada keadaan kering meliputi
berlangsung
modulus
secara
otomatis.
patah
dan
modulus
Walaupun demikian, masih mungkin
elastisitas. Pada Standar Indonesia
terjadi
Tahun 1983 hanya modulus patah
penyimpangan
mengurangi
mutu
yang
papan
dapat partikel.
saja,
sedangkan
pada
Standar meliputi
Sebagai contoh, kadar air hamparan
Indonesia
Tahun
1996
(campuran partikel dengan perekat)
modulus
patah
dan
yang optimum adalah 10-14%, bila
elastisitas.
modulus
terlalu tinggi keteguhan lentur dan
2) Keteguhan (kuat) pegang skrup diuji
keteguhan rekat internal papan partikel
pada arah tegak lurus permukaan
akan menurun.
dan
Sifat Fisis
dilakukan
1) Kerapatan papan partikel ditetapkan
saja. Menurut Standar Indonesia
dengan cara yang sama pada
tahun
sejajar
permukaan
pada
1996
keadaan
pengujian
serta kering
tersebut
Wianto, T. dkk, Rekayasa Tumbuhan Purun Tikus ..............
159
dilakukan pada papan partikel yang
(random) dan filler berupa daun-daun
tebalnya di atas 10 mm (4,5).
akasia
Standar
mutu
partikel
diambil
dari
lingkungan
Kampus.
berdasarkan JIS A 5908-2003 pada
Purun tikus yang sudah diambil
sifat fisik dan mekaniknya, sebagai
dari habitatnya, dipisahkan dengan
berikut:
daun-daun
1) Sifat
fisik
papan
partikel
yang
masih
menempel
yang
pada batang purun tikus dan dipilih
memenuhi standar JIS A 5908-2003
kualitas batang yang masih baik/tidak
adalah kerapatan dengan nilai 0.75
buruk. Hasil dari pemisahan tersebut
- 0.82 gr/cm2 dan kadar air dengan
dibersihkan dengan menggunakan air
nilai 9.16 - 11.06%, pengembangan
dan kemudian dikeringkan sekitar 3
tebal dan daya serap air masing-
hari. Daun-daun akasia yang diambil
masing 14.06 - 31.52% dan 32.26 -
berupa daun-daun yang sudah jatuh
67.99%.
dari pohonnya dan sifatnya kering dan
2) Sifat mekanik papan partikel yang sesuai dengan standar JIS A 5908-
masih bagus. Proses Pengolahan
2003 adalah internal bond (1.15 2
Sampel penelitian diolah dengan
4.93 kgf/cm ), Modulus of Elasticity
2 macam perlakuan. Perlakuan A yaitu
(MOE) sejajat serat (26.576,3 -
serat purun tikus dipotong kecil-kecil
2
57.785,6 kgf/cm ) dan Modulus of
dan
Rupture
cetakan, perlakuan B yaitu serat purun
(MOR)
sejajar
serat
(223.78 - 530.77 kgf/cm2) (6).
tikus
disusun
secara
dipotong
acak
pada
memanjang
dan
menyamping di cetakan. METODOLOGI PENELITIAN
Setelah
proses
pengeringan
Dalam pelaksanaan penelitian
sampel selesai, sampel purun tikus
ini dilakukan beberapa langkah kerja,
tersebut dipotong dengan pengukuran
sebagai berikut:
yang
Pengambilan Sampel
perlakuan
Tempat
pengambilan
sampel
sama
menyusun
tergantung
dan
dari
dilanjutkan
sampel
hasil
jenis
dengan dari
berupa purun tikus (Eleocharis Dulcis)
pemotongan kemudian dicampurkan
di
dengan urea formaldehid dan disusun.
daerah
Belawang
Parimata
Kabupaten
Kalimantan pengambilan
Selatan sampel
Kecamatan Barito
Kuala
Urea formaldehid dicampurkan dengan
dengan
teknik
filler berupa daun-daun akasia yang
acak
sudah dihaluskan dengan mengguna-
secara
160
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8, No.2, Agustus 2011 (154 – 164)
kan blender. Kemudian pelapis meubel
karakteristik
dipotong berdasarkan ukuran cetakan
kelenturan, kekuatan/ketahanan, kadar
dan diletakkan sebagai alas. Di atas
air, dan kerapatan.
pelapis meubel tersebut pada cetakan dilapisi
filler
diletakkan
secara
serat-serta
merata
dan
purun
tikus
berdasarkan perlakuan, di sela-sela pertemuan
serat dilapisi filler
dan
lapisan atas dilapisi pelapis meubel. Setelah hal tersebut selesai, kemudian
dilakukan
berupa
elastisitas/
Pengukuran Sampel Sampel yang sudah jadi diukur karakteristiknya
berupa
kelenturan,
ketahanan, kadar air dan kerapatan. 1). Pengukuran Kelenturan (Modelus Elastisitas) Pengukuran kelenturan dilaksana-
pengepressan
kan di Lab. Dasar Fisika FMIPA
0
pada sampel pada suhu 80 –90 C.
UNLAM dengan pengujian sampel
Produk
yang disusun seperti Gambar 2.
yang
dihasilkan
diuji
0
sifat
Gambar 2. Uji elastisitas dan katahanan
keterangan:
Sampel
yang
P = panjang sampel yang diuji
dilakukan
S = jarak sanggaan
mendapatkan
sudah
diukur
perhitungan
untuk
nilai
elastisitasnya
dengan persamaan 1. gaya tekan beban (N) x gaya tekan beban (N) gaya tekan beban (N) E = ----------------------------------------------------------------------------------------luas penampang yang ditekan (m2) x pertambahan panjang (m)
….. (1)
Wianto, T. dkk, Rekayasa Tumbuhan Purun Tikus ..............
2). Pengukuran Kekuatan/Ketahanan (Modulus Patah) Pengukuran ketahanan dilakukan setelah didapatkan nilai elastisitas,
beban
sampai
sampel
161
tersebut
akan mengalami patah. Pengukuran nilai modulus patah dihitung dengan persamaan 2.
kemudian sampel akan terus diberi beban maksimal x jarak sanggaan Modulus patah (kg/cm2) = ---------------------------------------------Lebar x (tinggi)2
3). Pengukuran Kadar Air Pengukuran
sudah
kadar
air
dioven
……(2)
didinginkan
dan
dengan
ditimbang massa kering sampel
metode oven. Sampel ditimbang
tersebut. Untuk mendapatkan nilai
massa awal dan dioven selama 20
kadar air dengan persamaan 3.
jam pada suhu 1030C. Sampel yang massa awal sampel (gram) - massa kering sampel (gram) Kadar air (%) = ----------------------------------------------------------------------------- X 100% … (3) massa kering sampel (gram)
4). Pengukuran Kerapatan Pengukuran
kerapatan
karakteristiknya, baik itu sifat mekaniksampel
nya (ketahanan dan kelenturan) dan
yaitu dengan menggunakan rumus
sifat fisis (kadar air dan kerapatan).
, massa per volume. Dengan
Susunan serat A (sampel A) yaitu
mengetahui massa sampel dan volumenya
maka
kerapatannya
susunan variasi serat purun tikus yang dipotong-potong kecil dan yang jenis susunan serat B (sampel B) yaitu
akan didapatkan.
susunan variasi serat purun tikus yang panjang-panjang. Dari hasil uji nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN Ada dua jenis variasi susunan serat-serat purun tikus yang digunakan dalam penelitian ini untuk diuji nilai
karakteristik (modelus elastis/kelenturan) papan partikel yang sudah diolah seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji elastisitas/kelenturan terhadap standar SNI dan JIS Sampel
Hasil (kg/cm2)
SNI (kg/cm2)
JIS (kg/cm2)
Keterangan
A
9.500
Min. 15.000
Min. 20.000
Belum
B
12.000
Min. 15.000
Min. 20.000
Belum
162
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8, No.2, Agustus 2011 (154 – 164)
Pada
Tabel
1
menunjukkan
Sedangkan hasil yang didapat sampel
bahwa hasil uji elastisitas/kelenturan
A sebesar 9.500 kg/cm2 dan sampel B
tersebut untuk sampel A (variasi serat
sebesar 12.000 kg/cm2. Hasil tersebut
purun yang dipotong kecil) maupun
menunjukkan bahwa papan partikel
sampel B (variasi serat purun panjang)
yang diproduksi dari penelitian ini
belum mencapai nilai hasil yang sesuai
belum sesuai standar untuk karakteris-
dengan standar acuan yang dipakai
tik modelus elastisitas/kelenturannya.
yaitu, standar SNI 03-2105-1996 yaitu
Untuk hasil nilai uji dari modelus
minimal 15.000 kg/cm2 dan JIS A 5908-
patah/ketahanan dapat dilihat pada
2003 yaitu minimum 20.000 kg/cm2.
Tabel 2.
Tabel 2. Hasil uji modelus patah/ketahanan terhadap standar SNI dan JIS Sampel
Hasil (kg/cm2)
SNI (kg/cm2)
JIS (kg/cm2)
Keterangan
A
78
Min 80
Min 80
layak
B
83
Min 80
Min 80
layak
Berdasarkan
Tabel
2
pada
pada sampel A yang dipotong kecil-
sampel A didapatkan hasil uji 78
kecil dan disusun secara acak sebelum
kg/cm2 sedangkan pada standar SNI
dipres panas sedangkan pada serat
maupun JIS memberikan standar nilai
purun tikus sampel B yang disusun
2
minimum 80 kg/cm . Namun adanya
secara rapi dan seukuran dengan
selisih yang minimum tersebut sebesar
cetakannya sehingga kekuatan ikat
2
kg/cm2
yang
tidak
terlalu
jauh
antara serat-seratmnya lebih kuat.
terhadap standar acuan. Sampel B lebih
kuat
dari
pada
sampel
Untuk hasil uji nilai karakteristik
A
papan partikel berupa nilai kadar air
dikarenakan susunan serat purun tikus
yang dapat dilihat pada Tabel 3.
Table 3. Hasil uji nilai kadar air terhadap standar SNI dan JIS Sampel
Hasil
SNI
JIS
Keterangan
A
12,5 %
< 14 %
5 %– 13 %
layak
B
13 %
< 14 %
5 %– 13 %
layak
Pada Tabel 3 terlihat bahwa
sesuai dengan standar SNI dan JIS
untuk sampel A maupun B sudah
yaitu, untuk sampel A 12,5 % dan
Wianto, T. dkk, Rekayasa Tumbuhan Purun Tikus ..............
163
sampel B 13 %. Adanya perbedaan
Untuk hasil uji nilai karakteristik
tersebut sebesar 0,5 % diperkirakan
papan partikel berupa nilai kerapatan
dipengaruhi oleh susunan purun tikus
yang dapat dilihat pada Tabel 4.
masing-masing sampel. Table 4. Hasil uji nilai kerapatan terhadap standar SNI dan JIS Sampel
Hasil (g/cm3)
SNI (g/cm3)
JIS (g/cm3)
Keterangan
A
0,79
0,5 – 0,9
0,5 – 0,9
Layak
B
0,9
0,5 – 0,9
0,5 – 0,9
layak
Pada Tabel 4 untuk sampel A
2.
Hasil pengujian nilai sifat fisik
maupun B memberikan nilai kerapatan
kadar air rata – rata 12,75% dan
yang layak yaitu sesuai dengan standar
kerapatan rata rata 0,84 g/cm3.
SNI dan JIS.
Hasil pengujian sifat mekanik yaitu
Secara keseluruhan untuk sifat
modulus elastisitas rata - rata
mekanik maupun sifat fisis dari papan
10.750 Kg/cm2 dan modulus patah
partikel sudah memenuhi standar SNI
rata rata 80,5 Kg/cm2.
03-2105-1996 maupun JIS A 59082003.
Adanya
ketidaksesuaian
terhadap nilai standar acuan yang digunakan seperti pada pengukuran karakteristik kelenturan
modelus dikarenakan
elastisitas/
Hasil modulus elastisitas papan partikel sebagai komposit belum memenuhi standar SNI dan JIS. Untuk
penelitian
selanjutnya
terhadap purun tikus sebagai media
yang
komposit digunakan filler daun akasia
digunakan berupa daun akasia masih
yang berukuran kecil (mikro - nano)
berukuran besar dan kasar sedangkan
sehingga modelus elastisitasnya lebih
papan partikel yang ingin diperoleh
mendekati
adalah
menggunakan variasi susunan serat
sifatnya
ringan
filler
3.
sehingga
diperlukan filler yang berukuran kecil
standar
acuan
dan
purun tikus yang lebih bervariasi lagi.
(mikro - nano). DAFTAR PUSTAKA KESIMPULAN 1.
Purun
tikus
dapat
dijadikan
sebagai matrik komposit dengan fillernya adalah daun akasia.
Anonim1. 2009. Lahan Basah di Daerah Martapura. http://faranitha.wordpress.com/. Diakses 22 Agustus 2009.
164
Jurnal Fisika FLUX, Vol. 8, No.2, Agustus 2011 (154 – 164)
Anonim2. 2009. Pemanfaatan Jerami Padi. http://www.sinartani.com/mimbarpe nyuluh/pemanfaatan-jerami padi-1231127750.htm. Diakses 18 Agustus 2009. Aninim3. 2008. Panduan Untuk Komposit. http://ellyawan.dosen.akprind.ac.id/ ?p=6. Diakses 22 Agustus 2009. Anonim4. 1983. Standar Papan Partikel Datar. SII 0797-83. Departemen Perindustrian, Jakarta. http://www.dephut.go.id/Halaman/S TANDARDISASI_&_LINGKUNGA NKEHUTANAN/INFO_VI02/IV_VI0 2.htm. Diakses 23 Agustus 2009. Anonim5. 1996. Mutu Papan Partikel. SNI 07-2105-1996. Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta. http://www.dephut.go.id/Halaman/S TANDARDISASI_&_LINGKUNGA N_KEHUTANAN/INFO_VI02/IV_VI 02.htm. Diakses 23 Agustus 2009.
Nuryawan A, Usia, dan Sahwalita. 2007. Sifat Fisik dan Mekanik Papan Com-ply dari Limbah Batang Sawit dan Vinir Meranti. http://www.fahutanunlam.ac.id/index.php?name=New s&file=article&sid=18. Diakses 23 Agustus 2009. Asikin. 2008. Potensi Gulma Rawa Sebagai Bahan Attraktan Terhadap Penggerek Batang Padi Putih (Scripophaga Innotata Walker). http://asikinsyaiful.blogspot.com/20 08/03/potensi-gulma-rawasebagai-bahan.html. Diakses tanggal 22 Agustus 2009.