Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
ISBN: 978-979-3514-66-6
REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI 1,2,3
Bambang Suhardi1, Rahmaniyah D.A2, M. Ivan Agung Saputra2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl. Ir. Sutami No. 36 A Surakarta Telp. (0271) 632110 E-mail:
[email protected]
ABSTRAKS Helmiat adalah alat bantu untuk anak ketika membonceng sepeda motor, dengan tujuan untuk meningkatkan keselamatan anak. Helmiat yang ada di pasaran saat ini kurang mempertimbangkan faktor keselamatan pada anak. Oleh karena itu dilakukan perancangan ulang terhadap helmiat. Perbaikan yang dilakukan pada boncengan lama yaitu meliputi: penambahan sandaran kepala pada boncengan untuk meminimalkan cidera pada otot leher dan terjadi patah tulang leher ketika kendaraan ditabrak dari belakang, penambahan pijakan kaki pada boncengan untuk meminimalkan kelelahan pada otot kaki dan dalam penentuan ukuran berdasarkan studi tentang ukuran tubuh pengguna dengan metode antropometri sehingga letak sandaran tangan nyaman digunakan. Dalam penelitian ini digunakan metode pengembangan produk Ulrich dan Eppringer untuk menentukan konsep desain boncengan dan pendekatan antropometri untuk penetapan dimensi boncengan hasil rancangan. Kata kunci: anak, anthropometri, helmiat, pengembangan produk
PENDAHULUAN Sepeda motor merupakan alat transportasi yang banyak digunakan di Indonesia. Sepeda motor tidak hanya digunakan untuk memboncengkan orang dewasa saja tetapi juga digunakan untuk memboncengkan anak-anak. Cara memboncengkan anak ini, ada yang di depan atau di belakang. Kondisi ini menimbulkan resiko bagi pengemudi motor maupun anak yang diboncengkan. Salah satu tangan dari pengemudi motor harus memegang anak yang diboncengkan, ketika anak mengantuk atau tertidur. Kondisi ini mengakibatkan keseimbangan dalam mengemudikan motor menjadi berkurang. Sedangkan resiko bagi anak yang dibonceng adalah bisa terjatuh, ketika anak tersebut sedang mengantuk atau tertidur. Untuk mengatasi masalah tersebut, di pasaran sudah ada boncengan anak yang dinamakan helmiat. Boncengan ini terdiri dari rangka stainless steel, sandaran punggung menggunakan busa dengan bahan pelapis anti air, dan sabuk pengaman di depan sandaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa helmiat ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain: letak sandaran tangan terlalu tinggi sehingga posisi tangan anak menekuk, tidak ada sandaran kepala dan pijakan kaki. Posisi tangan yang menekuk menunjukkan dimensi boncengan belum sesuai anthropometri anak (Pheasant, 1988). Tidak adanya sandaran kepala mengakibatkan kepala anak bergoyang-goyang ketika anak tertidur dan hal ini menyebabkan rasa sakit pada leher. Tidak adanya pijakan kaki mengakibatkan kaki menggantung ketika membonceng sehingga menyebabkan kelelahan pada otot kaki. Dengan adanya kekurangan pada helmiat yang ada di pasaran saat ini, maka perlu dilakukan perancangan ulang boncengan anak dengan menggunakan pendekatan anthropometri. PERUMUSAN MASALAH Bagaimana merancang ulang boncengan anak dengan pendekatan anthropometri untuk meningkatkan kenyamanan pada pengguna. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya hasil rancangan boncengan anak dengan menggunakan pendekatan anthropometri.
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
ISBN: 978-979-3514-66-6
MANFAAT PENELITIAN Mengurangi resiko kecelakaan dan meningkatkan kenyamanan pada anak yang menggunakan boncengan hasil rancangan ketika bepergian dengan sepeda motor. REVIEW PENELITIAN Suhardi dan Sudadi (2013), melakukan perancangan tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia. Data anthropometri yang digunakan adalah data anthropometri orang lanjut usia penghuni panti wredha dan tenaga kesehatan yang ada di panti wredha. Tahapan perancangan tempat tidur periksa ada dua, yaitu: tahapan konsep perancangan dan tahapan perancangan. Tahapan konsep perancangan menggunakan metoda Ullrich. Tahapan perancangan digunakan untuk mewujudkan konsep rancangan yang terpilih ke dalam rancangan tempat tidur periksa untuk orang lanjut usia. Data anthropomietri digunakan pada tahapan ini. Suhardi dan Suryono (2013) melakukan penelitian untuk merancang kursi bus untuk wanita. Data anthropometri yang digunakan adalah data anthropometri wanita hamil. Tahapan perancangan kursi bus untuk wanita hamil meliputi tahapan identifikasi keluhan dan keinginan wanita hamil mengenai kursi bus. Keluhan dan keinginan dari wanita hamil menjadi dasar untuk membuat solusi rancangan kursi bus untuk wanita hamil. Tahap berikutnya menentukan data anthropometri yang digunakan. Tahap terakhir membuat desain kursi bus untuk wanita hamil METODOLOGI Tahapan dalam merancang boncengan anak ada tiga, yaitu: tahapan konsep perancangan, tahapan perancangan, dan tahapan pembuatan prototipe. Tahapan konsep perancangan menggunakan metode Ullrich. Tahap ini meliputi: 1) identifikasi kebutuhan konsumen, 2) penentuan spesifikasi produk, 3) penyusunan konsep produk, 4) pemilihan konsep produk, 5) pengujian konsep produk. Tahap berikutnya adalah tahap perancangan. Tahap ini untuk mewujudkan konsep rancangan yang terpilih ke dalam bentuk desain boncengan anak. Data anthropometri digunakan pada tahapan ini. Tahap terakhir adalah membuat prototipe boncengan anak. HASIL PENELITIAN Identifikasi Suara Konsumen Tahapan ini dilakukan dengan cara melakukan wawancara kepada orang tua yang menggunakan produk helmiat. Wawancara dilakukan kepada 20 orang responden. Hasil wawancara sebagai berikut:
No. 1 2 3
Tabel 1. Hasil Wawancara Dengan Pengguna Helmiat Keluhan Responden Jumlah Tidak ada pijakan kaki, sehingga posisi kaki anak tidak nyaman karena menggantung Tidak ada sandaran kepala, sehingga kepala anak bergoyanggoyang, ketika tidur Sandaran tangan kurang nyaman
Prosentase 20
100
14
70
9
45
Penentuan Variabel Alternatif Konsep Desain Boncengan Variabel alternatif konsep desain boncengan ditentukan melalui penterjemahan data hasil wawancara terhadap pengguna helmiat. Variabel alternatif konsep desain boncengan sebagai berikut:
No. 1
2 3
Tabel 2. Variabel Alternatif Konsep Desain Boncengan Keluhan Responden Variabel Alternatif Tidak ada pijakan kaki, sehingga posisi kaki anak tidak nyaman karena Penambahan pijakan kaki, agar kaki menggantung tidak menggantung ketika membonceng Tidak ada sandaran kepala, sehingga kepala anak bergoyang-goyang, Penambahan sandaran kepala, agar ketika tidur anak nyaman ketika tertidur Sandaran tangan kurang nyaman Dimensi boncengan anak memakai data anthropometri anak-anak
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
ISBN: 978-979-3514-66-6
Penyusunan Konsep Desain Boncengan Hasil dari tahapan ini berupa pohon klasifikasi konsep , kombinasi alternatif desain, dan pemilihan konsep produk. Pohon klasifikasi konsep variabel “penambahan pijakan kaki” sebagai berikut:
+ Pijakan kaki & penyangga pijakan kaki
Bagian bawah boncengan
Dibuat sistem slide dari 2 pipa dg diameter berbeda
Dibuat tanpa sistem slide & hanya pakai 1 pipa Pohon Klasifikasi Untuk Variabel Penambahan Pijakan Kaki.
Penambahan sandaran kepala
Bagian atas boncengan
Dibuat sistem slide dari 2 pipa dg diameter berbeda
Dibuat tanpa sistem slide & hanya pakai 1 pipa Pohon Klasifikasi Untuk Variabel Penambahan Sandaran Kepala Sandaran tangan
Dimensi sesuai anthropometri pengguna
Pohon Klasifikasi Untuk Variabel Dimensi Boncengan Gambar 1. Pohon Klasifikasi Konsep Boncengan Anak
Berdasarkan 3 pohon klasifikasi tersebut, dapat disusun 4 kombinasi alternatif desain boncengan anak. Keempat alternatif desain boncengan anak sebagai berikut:
Gambar 2. Boncengan Konsep 1
Gambar 3. Boncengan Konsep 2
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
Gambar 4. Boncengan Konsep 3
ISBN: 978-979-3514-66-6
Gambar 5. Boncengan Konsep 4
Pemilihan Konsep Produk Penyaringan konsep menggunakan sebuah sistem perbandingan kasar untuk memperkecil jumlah konsep yang akan dipertimbangkan lebih lanjut. Penyaringan konsep ini berdasarkan sebuah metode yang dibangun oleh Sturt Pugh pada tahun 1980-an dan disebut sebagai metode Pugh. Konsep produk yang terpilih adalah boncengan konsep 1. Konsep 1 : Dimensi boncengan menggunakan antropometri anak agar posisi tangan tidak menekuk ketika bersandar pada sandaran tangan. Bagian bawah boncengan terdapat penambahan pijakan kaki dan penyangga pijakan kaki, pada penyangga pijakan kaki digunakan sistem slide dari dua pipa dengan diameter berbeda sehingga bisa diatur sesuai keinginan pengguna. Bagian atas boncengan terdapat penambahan sandaran kepala yang juga menggunakan sistem slide sehingga dapat diubah-ubah sesuai keinginan. Desain konsep ini dapat dilihat pada Gambar 2. Tahap Perancangan Boncengan Anak Setelah tahap konsep perancangan selesai dilakukan, tahap berikutnya melakukan perancangan boncengan anak. Tahap ini menjelaskan data anthropometri yang digunakan dan gambar desain hasil rancangan. Data anthropometri yang dibutuhkan beserta fungsinya dalam perancangan boncengan anak seperti pada tabel berikut ini.
Bagian Sandaran Punggung Tinggi sandaran Lebar sandaran Kemiringan sandaran Tebal bantalan busa Bagian Sandaran Kepala Tinggi sandaran posisi lubang 1 Tinggi sandaran posisi lubang 2 Lebar sandaran Panjang sandaran Bagian Sandaran Tangan Tinggi sandaran Jarak antar sandaran Lebar sandaran Panjang sandaran
Tabel 3. Data Anthropometri dan Fungsinya Anthropometri Formula Tinggi bahu duduk (tbd) tbd (P95) Lebar bahu (lb) lb (P95)
Dimensi (cm) 35 30 1050 1,3
Tinggi duduk (td) Tinggi duduk (td) Lebar kepala (lk) Mulut ke puncak kepala (mpk)
td (P50) td (P95) lk (P95 mpk (P50)
51 54 17 14
Tinggi siku duduk (tsd) Lebar bahu (lb) Lebar tangan (lt) Panjang siku ke ujung jari (psuj)
tsd (P5) lb (P95) lt (P95) psuj (P95)
10 30 4 31
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013 Bagian Pijakan Kaki Panjang pijakan Lebar pijakan Tinggi pengaman pijakan kaki Bagian Panjang Penyangga Kaki Boncengan Panjang penyangga posisi 1 Panjang penyangga posisi 2 Panjang penyangga posisi 3
Tabel 3. Lanjutan Anthropometri Panjang telapak kaki (ptk) Lebar telapak kaki (ltk) Tebal telapak kaki (ttk)
Tinggi popliteal (tpo) Tinggi popliteal (tpo) Tinggi popliteal (tpo)
ISBN: 978-979-3514-66-6
Formula ptk (P95) ltk (P95) Ttk (P95)
Dimensi (cm) 18 7 5
tpo (P5) tpo (P50) tpo (P95)
24 27 31
Penentuan jarak antar penyangga pijakan kaki dilakukan agar penyangga pijakan dan lebar pijakan kaki tidak bersinggungan dengan body samping sepeda motor. Lebar maksimal body pada Honda Supra X 125 adalah 35 cm. Jadi jarak antar pijakan agar tidak bersinggungan dengan body adalah sebagai berikut: Panjang antar penyangga = lebar bahu + sisi kanan boncengan + sisi kiri boncengan = 30 cm + 8,5 cm + 8,5 cm = 47 cm Panjang antar pijakan kaki = panjang antar penyangga – (2 x 0,5 lebar telapak kaki) = 40 cm. Boncengan yang akan digunakan dikaitkan pada lubang behel sepeda motor. Pada penelitian hanya digunakan satu sepeda motor sebagai prototype. Untuk tipe sepeda motor lain dimensi boncengan yang digunakan adalah sama dan hanya berbeda pada pengaitnya ke motor karena tiap jenis sepeda motor mempunyai bentuk behel yang berbeda. Gambar Rancangan Boncengan
Gambar 4.12 Rancangan Boncengan Anak Tampak Depan (2D) Sumber: Data diolah, 2009
Gambar 6. Desain Boncengan Anak Tampak Depan
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
ISBN: 978-979-3514-66-6
Gambar 7. Desain Boncengan Anak Tampak Samping
Prototipe Boncengan Anak
Gambar 8. Prototipe Boncengan Anak Tampak Depan dan Belakang
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
ISBN: 978-979-3514-66-6
Gambar 9. Prototipe Boncengan Anak Dipasang Pada Sepeda Motor Honda Supra X 125
Gambar 10. Prototipe Boncengan Ketika Digunakan Anak Umur 3 Tahun dan 6 Tahun
PEMBAHASAN Analisis Boncengan Lama Analisis ini meliputi analisis desain boncengan lama yang dikenal dengan nama Helmiat. Boncengan ini terdiri dari rangka stainless steel, sandaran pungggung menggunakan busa dengan bahan pelapis anti air,
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
ISBN: 978-979-3514-66-6
dan sabuk pengaman didepan sandaran. Letak boncengan berada dibelakang pengendara dengan penahannya dikaitkan pada behel sepeda motor. Berikut ini gambar helmiat yang ada di pasaran.
Gambar 11. Helmiat/Boncengan Anak
Desain boncengan tersebut tidak dilengkapi sandaran kepala sehingga membuat kepala anak bergoyang-goyang terutama ketika tertidur dan hal itu menyebabkan rasa sakit pada daerah leher. Tidak adanya pijakan kaki pada boncengan membuat kaki menggantung ketika membonceng sehingga menyebabkan kelelahan pada otot kaki. Posisi sandaran tangan yang terlalu tinggi menyebabkan posisi tangan anak menekuk sehingga kurang nyaman saat digunakan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka diadakan perancangan ulang desain dan dimensi boncengan tersebut agar dapat meminimalkan keluhankeluhan yang timbul. Analisis Boncengan Hasil Rancangan Boncengan hasil rancangan dibuat untuk mengatasi keluhan pengguna terhadap boncengan lama sehingga penyusunan konsep desain boncengan ini didasarkan pada keluhan-keluhan dari pengguna. Keluhan tersebut kemudian diterjemahkan menjadi variabel alternatif konsep untuk diambil sebagai fokus penelitian agar desain boncengan hasil rancangan dapat memperbaiki kekurangan boncengan lama. Dalam penelitian ini digunakan prinsip duduk statis yang sesuai dengan antropometri pengguna agar boncengan dapat terasa nyaman ketika digunakan. Dari keluhan pengguna didapat variabel alternatif yaitu penambahan sandaran kepala, pijakan kaki dan dimensi boncengan menggunakan antropometri anak. KESIMPULAN Perbaikan yang dilakukan pada boncengan lama yaitu meliputi: penambahan sandaran kepala pada boncengan untuk meminimalkan cidera pada otot leher dan terjadi patah tulang leher ketika kendaraan ditabrak dari belakang, penambahan pijakan kaki pada boncengan untuk meminimalkan kelelahan pada otot kaki dan dalam penentuan ukuran berdasarkan studi tentang ukuran tubuh pengguna dengan metode antropometri sehingga letak sandaran tangan nyaman digunakan. Boncengan hasil rancangan memiliki panjang sandaran kepala 14 cm dan lebar sandaran kepala 17 cm. Pada penyangga sandaran terdapat 2 lubang untuk mengatur tinggi rendah sandaran sesuai keinginan pengguna. Rancangan pijakan kaki memiliki panjang 18 cm, lebar 7 cm dan tinggi 5 cm. Pada penyangga pijakan terdapat 3 lubang untuk mengatur tinggi rendah pijakan sesuai keinginan pengguna. Tinggi sandaran tangan boncengan adalah 11 cm dari alas duduk. Lebar sandaran 4 cm, panjang 31 cm dan jarak antar sandaran tangan 30 cm. Sandaran punggung dibuat dengan kemiringan 105o dengan tebal bantalan menggunakan busa bantalan rapat 1,3 cm. Tinggi sandaran punggung adalah 35 cm dengan lebar 30 cm.
Seminar Nasional 5th Indisco Tahun 2013 Semarang, 24-25 September 2013
ISBN: 978-979-3514-66-6
DAFTAR PUSTAKA Khurmi, R.S., Gupta, J.K., (2005), Textbook of Machine Design, Washington DC, American Institutes for Research. Nurmianto, Eko., (2004), Ergonomi Konsep dasar Dan Aplikasinya, Surabaya, Guna Widya. Panero dan Zelnik, (2003), Dimensi Manusia & Ruang Interior, Jakarta, Erlangga. Pheasant, Steve, (1988), Body Space, Antropometry, Ergonomic and Design. London: Taylor and Francis. Suhardi, B., Laksono, P.W., Saktiwan, P., (2013), Perancangan Tempat Wudhu Untuk Orang Lanjut Usia (Lansia), Prosiding National Conference Applied Ergonomics (CAE 2013), hal. WDE-62 – WDE-68, Yogyakarta, Teknik Mesin dan Industri UGM. Suhardi, B., Pilihanto, T., (2009), Perancangan Ulang Kursi Bus AC Patas Ditinjau dari Aspek Ergonomi, Prosiding National Conference On Applied Ergonomics (CAE’09), hal. 263 – 268, Yogyakarta, Teknik Mesin dan Industri UGM. Suhardi, B., Sudadi, (2013), Perancangan Tempat Tidur Periksa Untuk Orang Lanjut Usia, Prosiding Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri 2013, hal. HFE-2-1 – HFE-2-7, Malang, Teknik Industri UB. Suhardi, B., Suryono, F.Y., (2013), Perancangan Kursi Bus untuk Wanita Hamil Berdasarkan Aspek Ergonomi, Prosiding Seminar Nasional Terpadu Keilmuan Teknik Industri 2013, hal. HFE-1-1 – HFE-1-5, Malang, Teknik Industri UB. Ulrich, Karl T and Ephinger, Stephen D., (2001), Perancangan dan Pengembangan Produk, Jakarta, Salemba Teknik.