REAKSI PASAR SAHAM TERHADAP PENGUMUMAN KRISIS FINANSIAL GLOBAL (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Masuk Dalam LQ45)
Hariyo Subekti Utomo Prasojo Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 165 Malang
[email protected] Abstrak This study aimed to determine the market's reaction to the events of the global financial crisis on 7 September 2008. This study used two sample of its coal mining company in the period April to September 2008. From these study it can be seen if the global financial crisis responses by the market and generate significant negative abnormal returns after the event date, although from test analysis the average abnormal return before and after the global financial crisis, the average yield was not significantly different. And from test average trading volume yielded an average activity significantly different. Keywords: global financial crisis, market's reaction, abnormal return, trading volume activity. Abstrak Latar belakang penelitian ini bertujuan untuk mengetahui reaksi pasar terhadap peristiwa krisis finansial global 7 September 2008. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 2 saham perusahaan pertambangan yang usahanya batubara pada periode April sampai September 2008. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui jika krisis finansial global direaksi oleh pasar dan menghasilkan abnormal return yang signifikan negatif setelah event date, walaupun dari analisa uji rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global menghasilkan rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan. Dan dari uji rata-rata trading volume activity menghasilkan rata-rata yang berbeda secara signifikan. Kata Kunci: krisis finansial global, reaksi pasar, abnormal return, trading volume activity.
A.
PENDAHULUAN
Investasi dalam saham merupakan salah satu pilihan investasi dalam pasar modal dan merupakan salah satu sekuritas yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Meskipun, saham merupakan investasi yang bukan bebas risiko namun terdapat investor yang tetap
berinvestasi dalam saham. Hal ini dikarenakan saham dapat memberikan keuntungan berupa dividen dan capital gain. Dividen merupakan keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham atas keuntungan yang dihasilkan. Sedangkan, capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Investasi dalam saham dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal merupakan faktor yang berhubungan dengan perusahaan itu sendiri. Sedangkan, lingkungan eksternal merupakan faktor yang berhubungan dengan makro ekonomi. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi reaksi investor saham adalah krisis finansial global. Pada awal tahun 2007 di Amerika Serikat (AS) mulai terjadi sebuah krisis keuangan. Puncaknya terjadi pada September 2008. Dan bulan september 2008 adalah bulan dimana perusahaanperusahaan terbesar di dunia ambruk. Dikutip dari (http:idx.co.id/pengumuman) diakses 30 November 2012, tanggal 7 september 2008 menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika serikat. Krisis yang terjadi di Amerika tersebut telah membawa dampak bagi stabilitas perekonomian dunia. Krisis tersebut berawal dari kebangkrutan perusahaan prekreditan rumah Fannie Mae dan Freddie Mac yang diikuti kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu perusahaan investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke-4 di Amerika. Hal ini terjadi karena melakukan pemberian kredit secara sangat ekspansif (mekanisme Sub Prime Mortgage), sehingga menyebabkan lembaga keuangan dan penjamin simpanan mengalami kerugian. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan (mortgage) yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Keadaan tersebut memicu hilangnya kepercayaan kepada lembaga keuangan dan pasar keuangan. Keterikatan sistem keuangan dengan pasar keuangan global inilah yang pada akhirnya membawa dampak krisis bagi perekonomian dunia. Kondisi buruknya perekonomian dunia diperjelas dengan rilis dari Lembaga
Moneter Internasional International Monetary Fund (IMF) pada 6 November 2008 yang memprediksi pertumbuhan ekonomi negatif untuk Amerika Serikat (0,7), empat negara di Eropa (-0,5) dan Inggris (-1,3) untuk tahun 2009. Tampak pula tren penurunan pertumbuhan negaranegara tersebut sejak 2007 hingga 2009. Menurut Didik Kurniawan HadiChief Economist Assistant PT Recapital Advisors yang dikutip dari (http://web.ugm.ac.id/dampakkrisisfinansial global) diakses 28 november 2012. Situasi keuangan dunia yang tidak menentu seakan menjadi ancaman bagi perekonomian dunia. Yang mengakibatkan sejumlah negaranegara kaya saat ini mengalami resesi, sebagian karena kredit yang ketat dan sebagian lagi karena melonjaknya harga minyak dunia. Pendapatan nasional di Inggris, Perancis, Jerman, dan Jepang turun. Dengan melihat cepatnya para pekerja yang kehilangan pekerjaannya dan lemahnya daya beli konsumen, perekonomian Amerika serikat juga mengalami kemunduran. Selain itu, untuk negara Asia seperti China, Jepang, dan India sebagai ikon pertumbuhan ekonomi di Asia juga tak luput dari hantaman krisis. Berdasarkan prediksi IMF pada 6 November 2008 yang dikutip dari world economic outlook 2008, Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi negatif (-0,2) pada 2009. Sementara China mengalami penurunan dari 11,9% pada 2007 menjadi 9,7% pada 2008 dan diprediksi terus turun menjadi 8,5% pada 2009. Demikian juga dengan India yang berturutturut mengalami tren penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu 9,3% pada 2007 menjadi 7,8% pada 2008 dan diprediksi terus turun menjadi 6,3% pada 2009. Untuk Indonesia sendiri mengalami penurunan dari 6,3% pada 2007 menjadi 6,1% pada 2008. Indonesia termasuk salah satu Negara yang terkena dampak krisis finansial global. Hal ini dapat terlihat pada
melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Nilai tukar Rupiah pernah mencapai titik terendah di level Rp. 10.650,pada 10 oktober 2008, data ini dapat dilihat dari Bank Indonesia (BI) pada kurs BI tahun 2008 . Hal ini lebih dikarenakan adanya aliran keluar modal asing akibat kepanikan yang berlebihan terhadap krisis keuangan global. Karena melemahnya Rupiah terhadap USD, maka harga barang-barang juga akan terimbas untuk naik. Krisis ini juga akan menyebabkan peningkatan inflasi. Menurut Didik Kurniawan HadiChief Economist Assistant PT Recapital Advisors yang dikutip dari (http://web.ugm.ac.id/dampakkrisisfinansial global) diakses 28 november 2012, krisis keuangan global juga berdampak kepada ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor. Selama 5 tahun terakhir, ekspor Indonesia ke Amerika menempati urutan ke2 setelah Jepang dengan kisaran masingmasing 12% – 15%. Selain itu, negaranegara importir produk Indonesia pada urutan ke-3 s.d. 10 (Singapura, RRC, India, Malaysia, Korsel, Belanda, Thailand, Taiwan) menyumbang sekitar 45% dari total ekspor Indonesia. Dari informasi tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa keseluruhan negara-negara tersebut sedang mengalami dampak krisis keuangan global yang berakibat pada perlambatan ekonomi di setiap negara. Lebih lanjut hal ini akan mengakibatkan penurunan kemampuan membeli atau bahkan membayar produk ekspor yang dihasilkan Indonesia, sehingga pada akhirnya akan memukul industri yang berorientasi ekspor di Indonesia. Sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dari krisis keuangan. Hal ini dapat dilihat dari nilai ekspor sektor pertambangan pada Triwulan I 2008 yang hanya mencapai US$5,5 miliar (pangsa 20,7%), atau hanya tumbuh 1,5%. Pertumbuhan ini sangat
rendah karena komoditas unggulan seperti tembaga dan batubara, tumbuh negatif masing-masing 27,2%, dan 1,3%. Hanya ekspor komoditas timah (tumbuh 288,5%) dan nikel (10,3%) yang tumbuh cukup tinggi, terutama didorong oleh tingginya volume ekspor. Khusus untuk tembaga dan batubara, penurunan volume ekspor ini terkait dengan kebijakan pemerintah untuk memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negeri (domestic market obligation) yang digunakan sebagai sumber Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Semua ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) sektor pertambangan tahun 2008. Dari sisi Produk Domestik Bruto (PDB), pertumbuhan sektor pertambangan juga tidak terlalu signifikan. Berdasarkan data dari BPS sektor pertambangan tahun 2008, sektor pertambangan hanya tumbuh 2,0% pada tahun 2007. Tingkat pertumbuhan tahun 2007 ini justru lebih rendah dibandingkan capaian pada tahun 2006 sebesar 2,2%. Sementara itu, pada Triwulan I 2008 ini, sektor pertambangan justru mengalami pertumbuhan negatif 2,3% dibandingkan Kuartal I 2007. Menurut Didik Kurniawan HadiChief Economist Assistant PT Recapital Advisors yang dikutip dari (http://web.ugm.ac.id/dampakkrisisfinansial global) diakses 28 november 2012, krisis Keuangan juga berdampak pada aktivitas pasar modal global. Perkembangan indeks bursa saham di beberapa bursa dunia yang sebelumnya menunjukkan kinerja yang outperform, terkoreksi turun sampai dengan level yang tidak diperkirakan. Hal ini terjadi karena krisis finansial global ini menimbulkan kepanikan yang luar biasa. Para investor menarik dana investasi mereka demi melindungi nilainya. Indeks Nasdaq dan Down Jones mengalami penurunan yang drastis. Indeks Dow Jones merosot tajam
dari level 13.056 menjadi 8.175 atau terkoreksi sekitar 37%. Sedangkan indeks Nasdaq dari level 2.600 turun menjadi level 1.521 atau terkoreksi 40%. Pemerintah AS pun melakukan tindakan. Melalui persetujuan dari DPR-nya, dana talangan sebesar US$700 miliar disiapkan. Tetapi tindakan itu tidak cukup untuk membendung krisis. Bahkan ada perkiraan bahwa dana tersebut akan membengkak menjadi US$1 triliun. Hal ini langsung berdampak bursa saham di negara-negara lain. Indeks Nikkei di Jepang dari level 14.600 turun ke level 7.621 atau terkoreksi 47%. Di Hongkong, indeks Hang Seng turun dari level 27.500 ke level 12.380 atau terkoreksi 40%. BEI juga terkena dampak dari krisis keuangan global. Hal ini dapat dilihat dari Indonesia Stock Exchange (IDX) statistics yang dikeluarkan oleh BEI tahun 2008, IHSG yang semula berada pada level 2.830 terkoreksi sebesar 59% atau turun ke level 1.174 pada 30 Oktober 2008. Dalam penelitian ini usaha saham pertambangan batubara menjadi objek dalam penelitian ini karena dalam tempo satu dasawarsa terakhir, komoditas batubara telah menjadi penggerak sentimen utama bursa. Maka, tidak heran, jika ada berita positif tentang bursa regional di periode itu, maka saham batubara akan masuk lebih dulu dalam daftar belanjaan investor. “Minat orang pada saham batubara sudah muncul sejak lebih dari 10 tahun lalu kala PT Bumi Modern berubah nama menjadi PT Bumi Resources Tbk (BUMI),” Ketertarikan pasar pada saham emiten batubara kian menjadijadi setelah pada kurun waktu 2002–2008, harga minyak di (New York Merchantile Exchange) NYMEX melejit dari US$ 17– US$ 20 per barel hingga menyentuh US$ 147 per barel. Batubara pun kecipratan berkahnya. Harganya ikut naik dari US$ 22– US$ 25 per ton menjadi US$ 192,5 per ton. Dikutip dari ESDM.go.id, jumlah cadangan batubara siap tambang yang ada di Indonesia
hingga tahun 2008 tercatat sebanyak 7,12 miliar ton. Meskipun pada tahun 2008 ekspor batubara turun, namun produksi batubara Indonesia mulai dari tahun 2002 sampai tahun 2007 cenderung meningkat bahkan tahun 2008 mencapai 231,18 juta ton, Saham BUMI, yang semula di level Rp 25 per saham, pernah mencapai rekor harga tertinggi di posisi Rp 8.750 per saham pada pertengahan 2008 silam. Hal ini dapat dilihat dari harga penutupan BEI tahun 2008. Namun, setelah itu harga saham pertambangan batubara berangsur turun mulai pertengahan 2008 tersebut. Hal ini dikarenakan tanda dimulainya krisis sudah mulai terasa dan permintaan komoditas pertambangan batubara dari negara-negara lain cenderung melemah saat krisis global akhir 2008. Kecepatan reaksi harga saham terhadap suatu kejadian menggambarkan tingkat efisiensi suatu pasar. Menurut Martalena et al (2011: 41) Semakin cepat informasi baru tercermin pada harga sekuritas, semakin efisien pasar modal tersebut. Dalam konsep Efficient Market Hipotesis (EMH), suatu pasar dikatakan efisien (dalam bentuk setengah kuat) jika harga saham secara cepat menggambarkan sepenuhnya seluruh informasi baru dan relevan yang tersedia. Menurut Irham Fahmi (2012: 260) Pasar modal dikatakan efisien bila informasi tentang semua harga dapat diperoleh secara terbuka dan cepat tanpa ada hambatan yang khusus. Bila pasar modal efisien, maka harga-harga saham secara cepat bereaksi terhadap berita-berita baru yang tidak terduga, sehingga arah gerakannya pun tidak terduga. Informasi tersebut akan masuk ke dalam pasar modal dan kemudian membentuk harga sekuritas. Reaksi pasar tersebut dapat dilihat dari adanya reaksi volume perdagangan, reaksi harga dan
reaksi tingkat keuntungan (return saham). Adanya informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat dibutuhkan oleh para investor untuk melakukan analisis di pasar modal. Harga saham merupakan salah satu faktor bagi investor dalam pengambilan keputusan. Pembentukan harga saham tidak lepas dari berbagai pengaruh lingkungan, terutama lingkungan ekonomi, lingkungan politik dan stabilitas keamanan negara. Salah satu lingkungan ekonomi yang mempengaruhi pembentukan harga saham adalah terjadinya krisis finansial global. Menurut Jogiyanto (2012: 555) Event study dapat juga digunakan sebagai alat untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat. Dalam menguji efisiensi pasar modal, event study digunakan untuk mengetahui apakah abnormal return yang terjadi setelah peristiwa tersebut diperkirakan sebelumnya dan digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh event terhadap aktivitas di pasar modal. Kaitannya dengan perubahan trading volume activity yang terjadi. Event study menganalisis abnormal return dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari event study. Abnormal return merupakan kelebihan dari return sesungguhnya yang terjadi terhadap return normal. Jika suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Sebaliknya jika tidak mengandung informasi maka tidak akan memberikan abnormal return. Selain itu, event study juga menganalisis volume perdagangan saham. Volume perdagangan saham merupakan petunjuk mengenai kekuatan atau kelemahan pasar. Konsep ini menganggap bahwa kenaikan atau penurunan pergerakan pasar saham yang disertai dengan volume perdagangan saham yang besar merupakan tanda kekuatan pasar. Sedangkan jika tidak
disertai dengan volume yang relative besar merupakan tanda pasar yang lemah. Event study dilakukan seperti yang dilakukan oleh Tri Gunarsih dan Yushita Astawuri (2003) yang melakukan penelitian mengenai reaksi pasar terhadap pengumuman pembentukan komite audit di BEI. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat abnormal return signifikan secara statistik. Hasil yang signifikan secara statistik ini mengindikasikan bahwa pembentukan komite audit direaksi oleh investor. Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Aulia Kurnia Dewi (2010) yang melakukan penelitian tentang perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Dan dilakukan juga oleh Theodorus Radityo (2011) yang melakukan penelitian tentang analisis abnormal return saham dan TVA atas kebijakan stock split. Hasilnya dari penelitian ini adalah reaksi yang ditimbulkan merupakan respon negatif, karena investor menganggap stock split merupakan sinyal yang buruk bagi masa depan perusahaan. Dari kedua penelitian terdahulu diketahui bahwa variabel harga saham secara cepat menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi dan rata-rata volume perdagangan sebelum dan sesudah peristiwa mengalami perubahan. B.
METODE
Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah selama 121 hari bursa yang dibagi menjadi dua periode, yaitu periode estimasi (estimation period) dan periode kejadian (event period). Periode estimasi selama 100 hari, yaitu dari t-110 sampai t-11 sebelum event date. Periode kejadian selama 21 hari, yakni terdiri dari 10 hari sebelum peristiwa
(pre-event), 1 hari pada saat peristiwa (event date) dan 10 hari sesudah peristiwa (post event).
A
B
C A
D A
A : beginning of estimation period (t-110) tanggal 2 April 2008 B : end of estimation period (t-11) tanggal 22 Agustus 2008 C : beginning of event period (t-10) tanggal 25 Agustus 2008 D : event date (t) tanggal 8 September 2008 E : end of event period (t+10) tanggal 22 September 2008 Penyesuaian atas penentuan periode penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan event date hari senin, 8 September 2008 dikarenakan peristiwa krisis finansial global terjadi pada hari minggu tanggal 7 September 2008 yang bukan merupakan hari bursa. 2. Peristiwa lain yang terjadi pada periode peristiwa diasumsikan tidak berpengaruh terhadap fluktuasi di pasar modal. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang masuk dalam LQ45 sampai dengan Desember 2008 yang mencapai 8 emiten. Sedangkan sampel menurut Uma Sekaran (2006: 123) adalah sebagian dari populasi. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dimana sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria dalam penelitian dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Purposive sampling adalah teknik
E A
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Indriantoro dan Supomo 2002:131). Adanya kriteria penentuan sampel bertujuan untuk menghindari adanya miss specification yang akan mempengaruhi hasil penelitian. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan sampel yang representatif dengan kriteria yang telah ditentukan. Sampel dipilih dari sahamsaham indeks LQ45. Saham-saham indeks LQ45 merupakan saham-saham yang telah ditentukan BEI yang merupakan saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang besar. Saham-saham indeks LQ45 mengalami perubahan setiap enam bulan sekali yaitu pada bulan Februari sampai dengan Juli dan Agustus sampai dengan Januari tahun berikutnya. Setiap saham yang dijadikan sampel harus masuk dalam LQ45 selama 3 tahun berturut-turut. Dari 8 perusahaan hanya 2 perusahaan yang memenuhi kriteria tersebut, Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang diperoleh dari sumber data sekunder. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut: Tanggal terjadinya krisis finansial global yang terdapat pada situs Bursa Efek Indonesia (http://idx.co.id/pengumuman). Data harga saham pertambangan, volume dan Indek LQ-45 selama 100 hari, yaitu dari t-110 sampai t-11 sebelum event date. Periode kejadian selama 21 hari, yakni terdiri dari 10 hari sebelum peristiwa (pre-event), 1 hari pada saat peristiwa (event date) dan 10 hari sesudah peristiwa (post event). Event study dipergunakan untuk menganalisis data. Studi peristiwa (event study) yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya
dipublikasikan sebagai suatu pengumuman (Jogiyanto, 2003:410). Reaksi pasar dapat diukur dengan melihat perubahan pada abnormal return dan trading volume activity akibat adanya suatu informasi. Dalam penelitian ini akan diuji apakah krisis finansial global mempengaruhi reaksi pasar yang dilihat dari pergerakan harga saham dan perubahan trading volume activity. Pergerakan harga saham tersebut digunakan untuk mencari abnormal retun. Analisis data dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Menghitung Abnormal return Abnormal return sering disebut keuntungan diatas normal dari sebuah sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Menurut Jogiyanto (2012: 580) cara menghitung abnormal return sebagai berikut: A = A = abnormal return saham i pada hari ke-t. = actual return untuk saham i pada hari ke-t. = expected return untuk saham i pada hari ke-t. Nilai dapat dihitung sebagai berikut:
= return sesungguhnya saham i pada waktu t. = closing price saham i pada waktu t. = closing price saham i pada waktu t-1. Dalam penelitian ini untuk menghitung expected return masingmasing saham dipergunakan market model dilakukan melalui dua tahap
(Jogiyanto, 2000:421) yaitu (1) membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data return realisasi selama periode estimasi dan (2) menggunakan model ekspektasi ini untuk menghitung expected return dalam periode estimasi, expected return dihitung dengan rumus sebagai berikut: = expected return untuk saham i hari ke t. = return indeks IHSG pada hari ke-t. = free rate dalam hal ini Suku Bunga Indonesia (SBI). = beta dari periode estimasi. Sedangkan nilai dapat dihitung sebagai berikut:
= return pasar yang sebenarnya pada waktu t. = indeks LQ45 pada waktu t. = indeks LQ45 pada waktu t-1. Untuk menghitung koefisien dan diperoleh dari perhitungan regresi runut waktu antara return saham sebagai variabel terikat dan return pasar ( ) sebagai variabel bebas. Dari koefisien dan tersebut dapat dihitung expected return tiap-tiap saham atau E(Ri). Setelah abnormal return dapat ditentukan maka rata-rata abnormal return dari berbagai sekuritas pada tiap-tiap hari pengamatan dapat
dihitung berikut:
dengan
rumus
sebagai
sekuritas pada tiap-tiap hari pengamatan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
= trading volume activity saham i pada hari ke-t. = average trading volume activity saham i pada hari ke-t.
= abnormal return saham i pada hari ke-t. = average abnormal return saham i pada hari ke-t. n = jumlah seluruh saham yang diteliti. Cumulative Abnormal Return (CAR) harian tiap-tiap saham selama periode event dapat dihitung dengan rumus:
= cumulative abnormal return saham i pada hari ke-t. = abnormal return saham pada hari ke-a, yaitu awal periode event t10 sampai hari ke-t
Menghitung Activity
Trading
Volume
Merupakan aktivitas perdagangan saham dan mencerminkan seberapa aktif atau likuid suatu saham diperdagangkan di pasar modal. Trading Volume Activity yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
Setelah trading volume activity dapat ditentukan maka rata-rata trading volume activity dari berbagai
n = jumlah seluruh saham yang diteliti.
Uji normalitas untuk data abnormal return dan trading volume activity Uji normalitas dimaksudkan supaya data yang digunakan dalam pengujian hipotesis berdistribusi normal. Pengujian normalitas menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test. Dengan uji kolmogorov smirnov dapat diketahui nilai sampel yang teramati berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah (two tailed test), yaitu dengan menggunakan taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila p-value < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Jika data tidak berdistribusi normal, maka uji beda dua sampel yang digunakan adalah uji peringkat wilcoxon (wilcoxon signed rank test) yang merupakan uji statistik non parametrik. Langkahlangkah dalam pengujian ini antara lain menentukan level of significance ( ). Yaitu sebesar 5% dengan derajat kebebasan (df) sebesar n-1, kemudian membandingkan probabilitas (p) z-hitung dengan = 5%. Penarikan kesimpulan pada uji ini didasarkan (1) apabila nilai probabilitas (p) < 0,05 maka tidak signifikan. (2) apabila nilai
probabilitas signifikan.
(p)
>
0,05
maka
= expected return sekuritas i untuk hari ke-k selama periode estimasi (dihitung berdasarkan model estimasi dari perhitungan sebelumnya T = periode estimasi
Menguji ada atau tidaknya abnormal return di periode peristiwa. Untuk menguji ada atau tidaknya abnormal return yang ada di periode peristiwa, digunakan Uji t. Signifikansi yang dimaksud adalah bahwa abnormal return tersebut secara statistik signifikan tidak sama dengan nol (positif untuk kabar baik dan negatif untuk kabar buruk). Uji t dilakukan dengan cara standarisasi abnormal return (standardized abnormal return), menggunakan perhitungan berdasarkan deviasi standar return-return selama periode estimasi dengan nilai prediksi returnnya. Untuk menghitung nilai t hitung dari sampel digunakan rumus sebagai berikut:
= standarized abnormal return untuk portfolio (t hitung) = abnormal return untuk saham i pada hari t = kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-i Kesalahan standar estimasi untuk masing-masing saham selama periode estimasi dihitung dengan menggunakan rumus:
= kesalahan standar estimasi untuk sekuritas ke-i = return sekuritas i untuk hari ke-k selama periode estimasi
Menguji beda dua rata-rata untuk abnormal return sebelum peristiwa dan abnormal return setelah peristiwa. Dalam hal ini digunakan uji beda dua mean (paired sample t-test). Untuk melakukan pengujian ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara kumulatif dan parsial. Dalam penelitian ini untuk uji t digunakan bantuan dengan progam SPSS yang langsung dapat dilihat nilai signifikansinya, sehingga tidak perlu melihat tabel. Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka tidak signifikan yang berarti bahwa rata-rata abnormal return sebelum peristiwa dan sesudah peristiwa tidak berbeda secara signifikan. Tetapi bila nilai signifikansi < 0,05 maka signifikan yang berarti bahwa rata-rata abnormal return sebelum peristiwa dan sesudah peristiwa berbeda secara signifikan. Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian secara kumulatif pada sepuluh hari sebelum peristiwa krisis finansial global terjadi dan sepuluh hari setelah peristiwa krisis finansial global terjadi menggunakan average abnormal return sepuluh hari sebelum peristiwa krisis finansial global terjadi dan sepuluh hari setelah peristiwa krisis finansial global terjadi. Bila signifikansi ≥ 0,05 maka tidak signifikan yang berarti bahwa tidak ada perbedaan abnormal return yang signifikan antara sebelum dan sesudah
peristiwa krisis finansial global terjadi. Tetapi bila nilai signifikansi < 0,05 maka signifikan yang berarti ada perbedaan rata-rata abnormal return yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global terjadi.
Menguji beda dua rata-rata untuk trading volume activity sebelum peristiwa dan trading volume activity dan setelah peristiwa. Dalam hal ini digunakan uji beda dua mean (paired sample t-test). Untuk melakukan pengujian ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara kumulatif dan parsial. Dalam penelitian ini untuk uji t digunakan bantuan dengan progam SPSS yang langsung dapat dilihat nilai signifikansinya, sehingga tidak perlu melihat tabel. Bila nilai signifikansi ≥ 0,05 maka tidak signifikan yang berarti bahwa rata-rata trading volume activity sebelum peristiwa dan sesudah peristiwa tidak berbeda secara signifikan. Tetapi bila nilai signifikansi < 0,05 maka signifikan yang berarti bahwa rata-rata trading volume activity sebelum peristiwa dan sesudah peristiwa berbeda secara signifikan. Langkah-langkah yang digunakan untuk pengujian secara kumulatif pada sepuluh hari sebelum peristiwa krisis finansial global terjadi dan sepuluh hari setelah peristiwa krisis finansial global terjadi menggunakan average trading volume activity sepuluh hari sebelum peristiwa krisis finansial global terjadi dan sepuluh hari setelah peristiwa krisis finansial global terjadi. Bila signifikansi ≥ 0,05 maka tidak signifikan yang
berarti bahwa tidak ada perbedaan trading volume activity yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global terjadi. Tetapi bila nilai signifikansi < 0,05 maka signifikan yang berarti ada perbedaan rata-rata trading volume activity yang signifikan antara sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global terjadi. C. ANALISIS Pengujian normalitas menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test. Dengan uji kolmogorov smirnov dapat diketahui nilai sampel yang teramati berdistribusi normal. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah (two tailed test), yaitu dengan menggunakan taraf signifikansi yang telah ditentukan yaitu 0,05. Apabila p-value > 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan jika nilai p ≤ 0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Tabel 3.1. menunjukkan hasil uji normalitas data rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah tanggal peristiwa Tabel 3.1. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Abnormal Return Saham di Sekitar Peristiwa Item yang Asymp.Sig.(2Keterangan diuji tailed) Sebelum Berdistribusi 0.916 Peristiwa Normal Sesudah Berdistribusi 0.904 Pengumuman Normal Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa berdistribusi normal, hal ini dapat ditunjukkan dengan semua nilai p-value di atas 0,05.
Sedangkan Tabel 3.1.1. menunjukkan hasil uji normalitas data ratarata trading volume activity sebelum dan sesudah tanggal peristiwa.
dengan nilai standar yang digunakan adalah nilai prediksi returnnya.
Tabel 3.1.1. Hasil Uji Normalitas Data Rata-rata Volume Perdagangan Harian Item yang Asymp.Sig.(2 Keterangan diuji -tailed) Sebelum Berdistribusi 0.664 Peristiwa Normal Sesudah Berdistribusi 0.595 Peristiwa Normal Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa berdistribusi normal, hal ini dapat ditunjukkan dengan semua nilai p-value di atas 0,05. Dikarenakan data berdistribusi normal baik itu abnormal return maupun trading volume activity maka, pengujian hipotesis ini memakai statistik parametrik yaitu uji t (paired sample t-test). D.
PEMBAHASAN Hal pertama yang ingin diuji adalah signifikansi abnormal return untuk semua saham (rata-rata abnormal return) yang ada di periode peristiwa. Untuk menguji ada atau tidaknya abnormal return dengan tujuan untuk melihat signifikansi abnormal return yang ada di periode peristiwa, digunakan uji t. Berikut ini adalah hasil pengujian dengan uji t secara standarisasi abnormal return berdasarkan deviasi standar returnreturn saham selama periode estimasi
Tabel 4.1. Hasil Analisis Signifikansi Rata-rata Abnormal Return Saham selama Periode Pengamatan Hari -10
AR -0,08429
-9
-0,10458
-8
-0,0766
-7
-0,07889
-6
-0,07855
-5
-0,09544
-4
-0,10286
-3 -2
-0,13158 -0,12481
-1
-0,12377
0
-0,0827
+1 +2 +3
-0,15241 -0,15729 -0,09077
+4 +5 +6
-0,12914 -0,15211 -0,09641
t hitung Keterangan -1,0833 Tidak Signifikan -1,3441 Tidak Signifikan -0,9845 Tidak Signifikan -1,0139 Tidak Signifikan -1,0096 Tidak Signifikan -1,2266 Tidak Signifikan -1,3221 Tidak Signifikan -1,6912 Signifikan -1,6042 Tidak Signifikan -1,5908 Tidak Signifikan -1,0630 Tidak Signifikan -1,9588 Signifikan -2,0216 Signifikan -1,1666 Tidak Signifikan -1,6598 Signifikan -1,9550 Signifikan -1,2391 Tidak Signifikan
+7
-0,07076
-0,9095
+8
-0,07128
-0,9161
+9
0,010568
0,1358
+10
-0,09734
-1,2510
Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan Tidak Signifikan
Dari tabel 4.1, dengan menggunakan uji t secara standarisasi abnormal return untuk melihat signifikansi rata-rata abnormal return, tampak bahwa ada 5 hari selama event period yang menghasilkan menghasilkan abnormal return yang signifikan dibandingkan dengan hari yang lain bagi para pemegang saham, yaitu hari ke -3 sebelum event date dan hari ke +1, +2, +4, dan +5 setelah event date. Hal ini dikarenakan selama hari-hari tersebut nilai t hitung kurang dari -1.65 ataupun lebih dari +1.65. Hal ini mengindikasikan bahwa krisis finansial global direaksi oleh investor selama 5 hari tersebut. Fluktuasi abnormal return negatif yang signifikan terjadi dengan alasan yang mendasari terjadinya hal tersebut adalah pasar segera memberi tanggapan terhadap krisis finansial global. Pergerakan harga saham mengindikasikan bahwa krisis finansial global merupakan informasi yang negatif (bad news) sehingga menyebabkan investor menjual kepemilikan sahamnya. Hal ini memicu kelebihan supply daripada demand yang berakibat pada penurunan harga saham. Namun, jika kita cermati lebih dalam lagi, dari nilai AR diketahui jika hampir semua hari kecuali t+9 selama event period menghasilkan nilai yang negatif, hal ini mengindikasikan jika krisis finansial global tidak menghasilkan keuntungan bagi investor atau hal ini mengindikasikan jika peristiwa krisis finansial global ditangkap oleh investor sebagai sinyal yang buruk bagi perusahaan batubara.
Dari hasil pengujian signifikansi abnormal return selama event period terlihat bahwa terdapat rata-rata abnormal return yang signifikan yang diterima investor baik sebelum event date maupun setelah event date. Melalui pengujian signifikansi ini dapat diketahui apabila krisis finansial global dapat memberikan informasi bagi investor untuk mengambil keputusan. Dari data terlihat jika pada t-3 investor mulai merespon isu-isu terkait finansial global dan setelah pengumuman peristiwa krisis finansial global investor langsung merespon negatif pada hari ke +1, +2, +4, dan +5 dengan menjual kepemilikan saham, hal ini mengindikasikan jika investor lebih bereaksi setelah pengumuman peristiwa krisis finansial global daripada sebelum peristiwa krisis finansial global yang berarti investor dapat mengambil keputusan dari informasi peristiwa krisis finansial setelah diumumkan dan apabila dicermati lebih dalam lagi investor bereaksi pendek terhadap krisis finansial global. Melalui pengujian signifikansi dapat ditarik kesimpulan bahwa peristiwa krisis finansial global 7 September 2008 menghasilkan abnormal return bagi para investor. Selain itu, kesimpulan yang dapat ditarik lagi adalah bahwa krisis finansial global menghasilkan reaksi negatif selama event period dan direspon dalam jangka pendek. Hal kedua yang akan diuji dalam penelitian ini adalah bahwa rata-rata abnormal return saham sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji beda dua mean (paired t-test) untuk membandingkan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa. Dalam penelitian ini uji beda dua mean (paired ttest) dilakukan dengan menggunakan program SPSS sehingga tidak perlu melihat
tabel, langsung signifikansinya.
dapat
dilihat
nilai
keputusan meskipun sudah diumumkannya adanya peristiwa krisis finansial global.
Berikut ini adalah hasil dari pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan uji t untuk membandingkan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa secara kumulatif terlihat pada tabel 4.1.1.
Yang akan diuji dalam penelitian ini adalah rata-rata trading volume activity saham sebelum dan sesudah peristiwa pengumuman tidak berbeda secara signifikan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji beda dua mean (paired ttest) untuk membandingkan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa. Dalam penelitian ini uji beda dua mean (paired t-test) dilakukan dengan menggunakan program SPSS sehingga tidak perlu melihat tabel, langsung dapat dilihat nilai signifikansinya.
Tabel 4.1.1 Hasil Analisis rata-rata Abnormal Return Saham Sebelum dan Sesudah Peristiwa secara Kumulatif Perbandin gan Sebelum dan Sesudah
AR 5.5569 12000 00013 6E-4
thitung
Sig.(2tailed)
Ketera ngan
0.027
0.979
Tidak Signifik an
Dari hasil pengujian data tersebut terlihat bahwa secara kumulatif rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa tidak berbeda secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang ≥ 0,05. Jadi dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa tidak berbeda secara signifikan atau selama event period peristiwa krisis finansial global, investor tidak mendapatkan keuntungan luar biasa yang merugikan orang lain (fair game) yang berarti krisis finansial global tidak mengandung informasi yang bisa digunakan investor dalam mengambil keputusan baik sebelum event date maupun setelah event date. Investor tidak dapat mengambil informasi untuk mengambil keputusan dari peristiwa krisis finansial global sehingga abnormal return sebelum event date dengan abnormal return setelah event date tidak berbeda. Investor tidak dapat mengambil
Berikut ini adalah hasil dari pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan uji t untuk membandingkan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa secara kumulatif terlihat pada tabel 4.1.2. Tabel 4.1.2. Hasil Analisis Rata-rata Data Volume Perdagangan Harian Sebelum dan Sesudah Peristiwa secara Kumulatif Perbandin gan
ATV A
thitung
Sig.( 2tailed )
Sebelum dan Sesudah
1.890 E-3
-4.090
0.003
Keterang an
Tidak Signifikan
Dari hasil pengujian data tersebut terlihat bahwa secara kumulatif rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa berbeda secara signifikan. Hal ini dikarenakan nilai signifikansi yang ≥ 0,05. Jadi dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa berbeda secara signifikan atau krisis
finansial global menyebabkan terjadinya reaksi dari investor.
bisa digunakan investor dalam mengambil keputusan..
E.
Ketiga, bila dilihat perbandingan rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global secara kumulatif berbeda secara signifikan.
KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya reaksi pasar terhadap peristiwa krisis finansial global dengan menggunakan sampel 2 saham perusahaan pertambangan batubara pada periode April sampai dengan September 2008. Setelah data dikumpulkan maka dapat ditarik kesimpulan beberapa hal berikut. Pertama, pada pengujian signifikansi abnormal return selama event date dapat dilihat bahwa terdapat ada 5 hari menghasilkan menghasilkan abnormal return yang signifikan dibandingkan dengan hari yang lain bagi para pemegang saham, yaitu pada hari ke -3 sebelum event date dan hari ke +1, +2, +4 dan +5 setelah event date. Dari hasil pengujian signifikansi abnormal return tersebut membuktikan bahwa peristiwa krisis finansial global 7 September 2008 menghasilkan abnormal return bagi para investor. Selain itu, kesimpulan yang dapat ditarik lagi adalah bahwa krisis finansial global menghasilkan reaksi negatif selama event period dan direspon dalam jangka pendek. Kedua, bila dilihat perbandingan rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global secara kumulatif tidak berbeda secara signifikan. Jadi dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa tidak berbeda secara signifikan atau dapat dikatakan jika investor tidak mendapatkan keuntungan yang lebih dari peristiwa krisis finansial global yang berarti krisis finansial global tidak mengandung informasi yang
Jadi dapat ditarik kesimpulan secara umum bahwa rata-rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa berbeda secara signifikan atau dapat dikatakan jika krisis finansial global menyebabkan terjadinya reaksi dari investor. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa peristiwa krisis finansial global menghasilkan abnormal return yang yang signifikan baik sebelum event date maupun setelah event date. Namun dari analisa uji rata-rata abnormal return sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global menghasilkan rata-rata yang tidak berbeda secara signifikan. Dan dari analisa uji ratarata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa krisis finansial global menghasilkan rata-rata yang berbeda secara signifikan. Bursa Efek Indonesia semakin sensitif terhadap munculnya berbagai informasi yang relevan, termasuk informasi ekonomi yang terjadi di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini menuntut para pelaku pasar modal untuk lebih berhatihati dan memiliki kepekaan terhadap berbagai kegiatan atau peristiwa yang secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham. Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan beberapa hal berikut ini. Pertama, pada penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas sampel penelitian. Kedua, penelitian dimasa yang akan datang hendaknya berhati-hati di dalam pemilihan
sampel karena terdapat perusahaan yang belum terdaftar di bursa pada saat periode estimasi atau terdapat perusahaanperusahaan yang dikeluarkan dari daftar kategorisasi yang diinginkan untuk setiap periodenya. Ketiga,setiap jenis informasi akan menghasilkan reaksi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilihan jenis informasi yang relevan terhadap pasar modal. Keempat, penelitian selanjutnya dalam menghitung return pada pendekatan event study perlu dikembangkan penggunaan model penghitungan lain, seperti: market adjusted model, mean adjusted model. Kelima, penelitian selanjutnya hendaknya mengkoreksi beta sekuritas agar untuk pasar modal yang sedang berkembang seperti BEI tidak bias karena perdagangan yang tidak sinkron
DAFTAR PUSTAKA Ahadisti Nastiti. 2010. Analisis reaksi pasar modal terhadap pengumuman perubahan komposisi Jakarta Islamic Index (JII). Skripsi. Fakultas ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Alwi, Z. Iskandar. (2003). Pasar Modal Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama. Jakarta: Yayasan Pancur Siwah. Aulia Kurnia Dewi. 2010. Perbedaan abnormal return dan trading volume activity sebelum dan sesudah pengumuman right issue. Skripsi. Fakultas ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Bodie kane and Marcus. 2008. Investasi. Jakarta: Salemba Empat. Darmadji, Tjiptono, 2001. Pasar Modal di Indonesia, Edisi pertama. Jakarta: Salemba Empat. Didik
Kurniawan Hadi. “Dampak krisis finansial global.” http://web.ugm.ac.id/dampakkrisisfinansialglobal. (diakses 28 november 2012).
Hapyani, P, N. Pengujian Teori Static Teori Struktur Modal, Jurnal riset akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2009 Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE. Irham Fahmi. 2012. Pengantar Pasar Modal. Bandung: Alfabeta. Jogiyanto. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi ketiga. Yogyakarta: BPFE. Jogiyanto. 2012. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi ketujuh. Yogyakarta: BPFE. Maulida Dwi Indah Sari. 2010. Analisis perbedaan abnormal return, volume perdagangan, volatilitas harga saham serta bid-ask spread perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Skripsi. Fakultas ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Martalena dan Maya Malinda. 2011. Pengantar Pasar Modal. Yogyakarta: Andi. Rika Andriyani dan Nurmadi Harsa Sumarta. Reaksi harga saham di bursa efek Jakarta terhadap kondisi keamanan di dalam negeri. Journal. FE-Unversitas Dr. Soetomo. Volume IV no.1. Desember 2003. Sekaran, Uma. 2006. Metodologi penelitian untuk bisnis, Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat. Sekolah Pasar Modal Level 1. Surabaya: Bursa Efek Indonesia.
Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi IV, cetakan pertama. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Taufiq Noor Rokhman. 2003. Analisis return, aktivitas volume perdagangan dan bid-ask spread saham di seputar pengumuman stock split. Tesis. Fakultas ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Theodorus Radityo. 2011. Analisis abnormal return saham dan TVA atas kebijakan stock split. Skripsi. Fakultas ekonomi Universitas Brawijaya Malang. Tri Gunarsih dan Yushita Astawuri. Reaksi pasar terhadap pengumuman pembentukan komite audit di bursa efek Jakarta. Kompak nomor 9, September - Desember 2003. Yanuar Wahyu Pradhana Putra. 2010. Reaksi pasar modal atas peristiwa January effect pada perushaan LQ 45 yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Skripsi. Fakultas ekonomi Universitas Brawijaya Malang. http://idx.co.id (diakses 14 September 2012) .