PENGARUH BEBERAPA FAKTOR FUNDAMENTAL DAN PERTUMBUHAN PERUSAHAAN TERHADAP HARGA SAHAM (studi pada perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 di BEI) Drs. A. Effendi, M.S Mediya Destalia, S.A.B., M.AB. Jeni Wulandari, S.A.N., M.Si. Maulana Agung P, S.Sos., M.AB.
ABSTRACT The financial report is a medium of communication used by the company. Provision of regular financial reports by publicly traded companies interpreted each publicly traded company that has gained the participation or attempt to maintain stability and increase the stock price that has been sold. The stock price is defined as the market price (market value), that is the price prevailing in the market at a given time. Appraisal (valuation) usually refers to the estimated intrinsic value of a company or its shares. In assessing a stock can be used two methods of analysis, namely technical analysis and fundamental analysis. Besides influenced by fundamental factors which are variable in fundamental analysis, stock prices are also often influenced by the growth of the company. This study took samples from 15 companies in a company incorporated in LQ 45 in Indonesian Stock Exchange is publishing the report of the years 2004 to 2008. Moreover also the data obtained from ICMD (Indonesian Capital Market Directory). This research is explanatory researce associative and analytical methods used are multiple regression analysis to explain the influence of independent variables and the dependent variable. Results from this study show simultaneous existence of a significant effect of ROE, EPS, PER, Interest Rates, Inflation, and Total Assets of Stock Price. Partially, ROE has a significant positive effect on stock price, EPS is a significant positive influence stock price, PER significant negative effect on Stock Prices, Interest Rates significant negative effect on Stock Prices, Inflation negatih no significant effect on stock price and changes in Total Assets have positive no significant effect on stock price.
Usman dalam jurnal skripsi.info (28 Oktober 2009) mengatakan bahwa untuk menilai suatu saham dapat digunakan dua metode analisis, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Menurut Sunariyah (2004) analisis teknikal merupakan suatu tenik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu atau pasar secara keseluruhan. Pende-katan analisis teknikal menggunakan data pasar yang dipublikasikan, seperti harga saham, volume perdagangan, in-deks harga saham gabungan dan indi-vidu, serta faktor lain yang bersifat tek-nis. Sunariyah (2004) menyatakan bah-wa pendekatan analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik. Nilai intrinsik inilah yang di estimasi oleh para pemodal saham maupun para analis surat berharga. Menurut Sharpe,
PENDAHULUAN Harga saham diartikan sebagai harga pasar (market value), yaitu harga yang berlaku dalam pasar pada saat tertentu. Penilaian (valuation) biasanya mengacu pada estimasi nilai intrinsik sebuah perusahaan atau sahamnya (Wild et al. 2005). Nilai intrinsik saham merupakan harga yang diharap-kan dari saham pada akhir setiap tahun (Martono & Harjito, 2003), sedangkan menurut Yogiyanto (2008) nilai intrin-sik adalah nilai sesungguhnya dari suatu saham. Pengertian nilai yaitu nilai intrinsik (intrinsic value) atau ni-lai yang tercermin pada fakta (justified by the fact) seperti aktiva, pendapatan, dividen dan prospek perusahaan. Nilai intrinsik merupakan nilai nyata dari saham suatu perusahaan yang dipe-ngaruhi oleh beberapa faktor funda-mental yang merupakan variabel dalam analisis fundamental. 1
Alexander, dan Bailey dalam Baridwan dan Legowo (2002) salah satu alat dalam analisis fundamental adalah ana-lisa laporan keuangan. Analisis funda-mental dijadikan sebagai pedoman da-lam menentukan harga saham, karena biasanya, analisis ini menggunakan rasio keuangan yang berasal dari laporan keuangan dan mencerminkan prestasi perusahaan. Analisis fundamental memulai analisisnya pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun administrator bursa efek. Umumnya kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri di mana perusahaan tersebut berada pada perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan harga sahamnya di masa yang akan datang harus dikaitkan dengan faktorfaktor fundamental yang mempengaruhinya. Analisis ini dimulai dari siklus usaha perusahaan secara umum, selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerjanya dan saham yang diterbitkannya. Hasil analisis fundamental berguna dalam menentukan apakah harga pasar terse-but sudah mencerminkan nilai intrin-siknya atau belum. Hasil analisis terse-but selanjutnya dapat digunakan seba-gai dasar dalam menentukan strategi investasi saham. Variabel fundamental yang mempengaruhi harga saham perusa-haan di pasar modal dapat dibedakan menjadi dua yaitu fundamental internal dan eksternal. Variabel fundamental internal berasal dari dalam perusahaan yaitu variabel yang mencerminkan kon-disi dan prestasi kinerja keuangan, sedangkan variabel eksternal berasal dari luar perusahaan yang ikut mempe-ngaruhi harga saham. Analisis funda-mental internal berhubungan dengan kondisi dan prestasi keuangan perusa-haan. Para investor memerlukan infor-masi yang relevan tentang prestasi dan kondisi kesehatan keuangan sebagai dasar pembuatan keputusan investasi saham. Informasi tersebut antara lain: informasi intern perusahaan dan infor-masi yang berhubungan dengan laporan keuangan serta informasi tentang pro-yeksi keuangan. Laporan keuangan merupakan
dasar dari penghitungan rasio-rasio keuangan untuk menilai keadaan perusahaan di masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Sehing-ga rasio keuangan merupakan salah satu sarana analisis fundamental yang dilihat dari sisi internal yang digunakan untuk melihat kondisi dan prestasi emiten atau perusahaan yang menjual sahamnya. Rasio-rasio keuangan yang umum digunakan untuk melakukan analisis fundamental internal tersebut menurut Siamat (2005:517) antara lain, Current Ratio, Working Capital , Quick Asset (Acid Test ) Ratio, Book Value, Price to Book Value, Interest Converage, Deviden Paiyout Ratio, Efficiency atau Profitability Ratio yang terdiri dari Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE), Earning Per Share (EPS), Devidend Yield, Price Earning Ratio ( PER ). Sedangkan variabel fundamental eksternal yang dapat mempengaruhi harga saham yaitu , tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga deposito. Dalam penelitian ini memba-has beberapa faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham perusaha-an yaitu: Return on Equity (ROE), Ear-ning per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga deposito. Menurut Handoko (2008), Re-turn on equity atau return on net worth digunakan untuk mengukur kemam-puan perusahaan dalam menciptakan laba yang tersedia bagi pemegang saham. Menurut Brigham dan Gapenski (1997), Return on equity dihitung dengan membandingkan laba setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Semakin tinggi rasio ROE menunjukkan kinerja keuangan perusahaan semakin baik atau semakin tinggi dan rasio ROE merupakan rasio profitabilitas yang menekankan pada pengembalian equity atau modal saham biasa. Secara teori semakin tinggi ROE yang dicapai perusahaan semakin banyak laba sete-lah pajak yang diperoleh. Semakin ba-nyak laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan menunjukkan semakin ba-nyak laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa.
2
Earning Per Share (EPS) merupakan salah satu informasi akuntansi yang memberikan analisis rasio keuntungan bersih per lembar saham yang mampu dihasilkan oleh perusahaan. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang sering dipakai sebagai acuan untuk mengambil keputusan investasi dalam saham. Earning per share dirumuskan dengan perbanding-an antara laba siap bagi dengan total lembar saham sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan per Desember. Hasil perhitungan rasio ini dapat digunakan untuk memperkirakan kenaikan ataupun penurunan harga saham suatu perusahaan di bursa saham. Pada dasarnya PER memberikan indikasi tentang jangka waktu yang diperlukan untuk mengembalikan dana pada tingkat harga saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu, rasio ini menggambarkan kesediaan investor membayar suatu jumlah tertentu untuk setiap rupiah perolehan laba peru-sahaan. Saham dengan tingkat per-tumbuhan yang tinggi pada umumnya memiliki PER yang tinggi pula. Menurut Haryono (2001) dalam Hapsari (2007), PER memiliki bebe-rapa atribut menarik yang memberikan standar yang baik dalam memban-dingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda dan PER dapat memberikan kemudahan dalam membuat perkiraan yang digunakan sebagai input pada model PER, serta memudahkan judgement dalam meng-analisis nilai saham seuatu perusahaan. Menurut Haryono (2001) dalam Hapsari (2007), PER memiliki bebe-rapa atribut menarik yang memberikan standar yang baik dalam memban-dingkan harga saham untuk laba per lembar saham yang berbeda dan PER dapat memberikan kemudahan dalam membuat perkiraan yang digunakan sebagai input pada model PER, serta memudahkan judgement dalam menga-nalisis nilai saham seuatu perusahaan. Inflasi merupakan kenaikan harga-harga secara umum dan mengaki-
batkan menurunnya daya beli masyarakat karena secara riil tingkat pendapatannya juga menurun. Peningkatan inflasi secara relatif juga merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal di mana inflasi meningkatkan biaya perusahaan, jika peningkatan biaya produksi lebih tinggi dari harga yang dinikmati oleh perusa-haan maka profitabilitas perusahaan akan turun sehingga dapat menurunkan harga sahamnya. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI). Peningkatan suku bunga akan menarik investor menjual saham kemudian menempatkan dana tersebut ke bank dengan pertimbangan bahwa investasi di bank lebih kecil resikonya diban-dingkan investasi saham. Penjualan sa-ham secara serentak ini menyebabkan penurunan harga saham. Sebaliknya jika suku bunga menurun maka inves-tor bisa mengalihkan asetnya dari in-vestasi bank ke investasi lain yang hasilnya dianggap lebih tinggi misalnya saham sehingga meningkatkan harga saham. Dengan kata lain, suku bunga akan berpengaruh pada harga saham. Aktiva atau aset adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha di kemudian hari. Akti-va atau aset ini sangat berpengaruh pa-da pertumbuhan perusahaan, dari tahap pendirian (start-up), tahap ekspansi (expansion), tahap kedewasaan (mature), dan tahap penurunan (declining). Pertumbuhan perusahaan dapat mengukur nilai perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan, baik oleh pihak internal perusahaan, yaitu manajemen maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditor. Pertum-buhan ini diharapkan dapat memberi-kan aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan berin-vestasi di perusahaan tersebut. Pada dasarnya pertumbuhan perusahan dapat dilihat dari perkembangan jumlah aset, penjualan, dan la-ba perusahaan. Akan tetapi mengingat pentingnya aktiva atau aset yang dimiliki sebuah perusahaan dalam pertumbuhan usahanya, maka pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diukur 3
melalui perubahan total aset peru-sahaan i pada akhir tahun t sebagai proksi pertumbuhan, dimana penguku-ran ini sesuai dengan penelitian Sanchez dan Martin (2005), Farhat, Cotei, dan Abugri (2006) dalam Wardiyanto (2009). Model informasi asimetris dari Ambarish, John dan William (1987) dan teori aliran kas bebas dari Jensen (1986) menyediakan suatu dasar bahwa ada hubungan antara pertumbuhan perusahaan dan harga saham perusahaan. Kedua-duanya mempre-diksi bahwa harga saham akan me-respon informasi pertumbuhan dari perusahaan tersebut. Untuk perusahaan yang tidak tumbuh, yaitu perusahaan yang mempunyai peluang tumbuh yang terbatas, diprediksi mempunyai hu-bungan yang negatif dengan harga saham. Sedangkan untuk perusahaan yang tumbuh, yaitu perusahaan yang memiliki peluang tumbuh yang tinggi diramalkan memiliki hubungan positif dengan harga saham. Sebaliknya, Haryono dalam Hapsari (2007) yang menyatakan bahwa semakin besar perusahaan yang tercermin dari total aktiva atau aset yang dimiliki mengandung kemungkinan perusahaan memanfaatkan peluang investasi yang berisiko. Bagi investor yang tidak menyukai risiko akan menaikkan expected return dari saham perusahaan, sehingga menurunkan harga saham. Penelitian mengenai dampak total aktiva terhadap harga saham perlu dilakukan kembali mengingat total aktiva dapat ber-dampak positif maupun negatif ter-hadap harga saham. Saham–saham LQ 45 merupa-kan saham dari 45 perusahaan yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria yaitu saham-saham ini memiliki tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga diasumsikan dapat mewakili kondisi perusahaan lain yang terdaftar di BEI. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel yaitu perusahaan yang secara konsisten termasuk kelom-pok indeks LQ 45 mulai tahun 2004-2008 dan tidak masuk ke dalam Ber-dasarkan uraian tersebut menunjukkan pentingnya menganalisis pengaruh variabel ROE, PER, EPS, suku bunga dan tingkat inflasi yang sebagai bebe-rapa faktor
fundamental dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap har-ga saham. Untuk menjelaskan besarnya pengaruh beberapa faktor fundamental dan pertumbuhan perusahaan secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham diterapkan teknik analisis persamaan mutiregresi linier. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ROE, EPS, PER, Suku Bunga, Inflasi dan perubahan total aktiva secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham? 2. Apakah ROE, EPS, PER, Suku Bunga, Inflasi dan perubahan total aktiva secara parsial berpengaruh signifikan terhadap harga saham? 3. Apakah Earning per Share (EPS) merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang dominan terhadap harga saham? Model Konsep dan Model Hipotesis Adapun model konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut: Faktor Fundamental Harga Saham Pertumbuhan perusahaan
Gambar 1. Model Konsep
-
Faktor Fundamental ROE (X1) Earning per share (X2) Price earning ratio (X3) suku bunga (X4) inflasi (X5)
Pertumbuhan perusahaan - Total aktiva
Gambar 2. Model Hipotesis
4
Harga saham (Y)
dan tidak bertujuan untuk menggeneralisasi fenomena yang terjadi, sehingga akan terlihat gambaran bagai-
METODE PENELITIAN Penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksplanasi asosiatif. Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang selalu listing dalam daftar LQ 45 di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2003-2008 sebanyak 45 perusahaan. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik purposive sampling type judgement sampling, yaitu penarikan sampel yang dilakukan secara sengaja berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk pengambilan sampel. Berdasarkan kriteria, maka terdapat 15 perusahaan yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu: (1) Astra Agro Lestari Tbk (AALI), (2) Aneka Tam-bang Tbk (ANTM), (3) Astra Interna-sional Tbk (ASII), (4) Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA), (5) Bumi Re-source Tbk (BUMI), (6) International Nickel Ind. Tbk (INCO), (7) Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), (8) Indosat Tbk (ISAT), (9) Kalbe Farma Tbk (KLBF), (10) Holcim Indonesia Tbk (SMCB), (11) Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), (12) Tele-komunikasi Indonesia Tbk (TLKM), (13) Timah Tbk (TINS), (14) United Tractors Tbk (UNTR), (15) Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
mana kinerja keuangan perusahaan dilihat dari rasio-rasio keuangan peru-sahaan yang digunakan sebagai variabel-variabel independen dalam penelitian ini. Analisis
inferensial, merupakan analisis data kuantitatif dengan pen-dekatan statistik matematis. Analisis ini bertujuan untuk menguji hubungan antar variabel penelitian. Dalam analisis ini digunakan regresi berganda untuk mengetahui peringkat pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, yang dilengkapi dengan pengujian asumsi klasik, yaitu uji normalitas, tidak terdapat multikolinearitas, tidak terdapat autokorelasi, dan tidak terdapat heteroskedastisitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Rasio Keuangan Deskripsi data rasio keuangan merupakan deskripsi data yang menggambarkan secara ringkas tentang keadaan keuangan masing-masing perusahaan dan juga ukuran masing-masing variabel selama kurun waktu pengamatan yaitu tahun 2004-2008 dengan tahun 2003 sebagai tahun dasar penghitungan kenaikan tahun 2004. Deskripsi data rasio keuangan diperoleh dari perbandingan berbagai elemen, komponen atau unsur Neraca dan laporan Rugi Laba dari masing-masing perusahaan dan ukuran masing-masing variabel yang diteliti selama kurun waktu penelitian. Deskripsi data rasio keuangan juga diperlukan untuk mem-permudah pengamatan melalui perhi-tungan ratarata (mean) dan tingkat pertumbuhan rata-rata masing-masing variabel, sehingga diperoleh data kuan-titatif secara ringkas. Deskripsi data rasio keuangan sebagai data deskripsi kuantitatif masing-masing variabel sangat penting, karena sebagai dasar dalam melakukan analisis tahap beri-kutnya yaitu analisis inferensial. Data deskripsi kuantitatif yang tepat untuk analisis inferensial sesuai dengan per-masalahan yang dapat menghasilkan dasar yang tepat dalam melakukan ge-neralisasi populasi.
Teknik pengumpulan data menggunakan library research. Variable penelitian ini adalah: 1. Harga saham dengan indicator perubahan harga saham 2. Factor fundamental dengan indicator perubahan ROE, EPS, PER, suku bunga dan inflasi. 3. Pertumbuhan perusahaan dengan indicator perubahan total aktiva. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis keuangan, analisis deskriptif, dan analisis inferensial. Analisis keuangan atau rasio keuangan digunakan untuk mengetahui performance dari laporan keuangan perusahaan yang diteliti. Analisis deskriptif, merupakan analisis yang menitikberatkan pada penggam-baran atau deskripsi data yang telah diperoleh, 5
analisis dari penelitian ini terlepas dari masalah-masalah uji asumsi klasik :
B. Deskripsi Variabel Penelitian Pada sub bab ini diuraikan satu per satu variabel-variabel penelitian terhadap perusahaan sampel penelitian pada periode penelitian. Untuk menghindari kerancuan data, maka keseluruhan data merupakan persentase perubahan dari tiap-tiap variabel, yaitu perubahan ROE, perubahan EPS, perubahan PER, perubahan Suku Bunga, perubahan Inflasi, perubahan Total Aktiva dan perubahan harga saham dari tahun 2004-2008.
a. Uji Normalitas Menurut Ghozali (2001) salah satu cara handal untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan analisis grafik nor-mal P-P plot of regression standar-dized residual yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesung-guhnya dengan distribusi kumulatif da-ri distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk suatu garis diagonal, dan ploting data sesungguhnya akan A dibandingkan dengan garis lurus diagonal. Jika distribusi data adalah normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Gambar 2 di bawah ini memperlihatkan bahwa data berada dan tersebar di sekitar garis diagonal yang berarti bahwa data dari penelitian ini dapat dinyatakan telah memenuhi persyaratan normalitas yang diberlakukan.
C. nalisis Statistik Inferensial 1. Analisis Regresi Penafsiran atau interpretasi hasil ana-lisis persamaan multi regresi linier dibedakan menjadi dua yaitu pertama melihat secara gabungan atau simultan untuk pengujian hipotesis pertama dan yang kedua melihat pengaruh secara parsial untuk pengujian hipotesis ke-dua. Berikut hasil penghitungan regre-si. Sebelum digunakan untuk pengujian hipotesis pertama dan hipotesis kedua, sebaiknya dilakukan pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk melihat bahwa koefisien regresi yang ada tidak bias. 2. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian asumsi klasik perlu dilakukan terlebih dahulu sebelum kita mengestimasi hasil dari model regresi yang diajukan dengan tujuan agar estimasi ordinary least square (OLS) dari koefisien regresi menjadi tidak bias sebagaimana yang telah dituliskan pada bab metode penelitian, dengan harapan bahwa pengambilan keputusan dari estimasi koefisien regresi hasil uji sta-tistik dapat mendekati keadaaan yang sebenarnya. Hasil uji statistik dengan bantuan software SPSS for Windows versi 12 sangat membantu untuk dapat dengan cepat mendeteksi pelanggaran-pelanggaran terhadap asumsi klasik, seperti gejala autokorelasi, multikolonieritas, heteroskedastisitas maupun normalitas. Berikut ini adalah hasil uji statistik yang membuktikan bahwa hasil perhitungan
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: HS 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
Gambar 2. Analisis Grafik Normal PP Plot of Regression Standardized Residual b. Uji Multikolinearitas Gejala ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari nilai Varian Inflation Factor (VIF). Dimana bila nilai VIF tidak lebih dari 10 (Ghozali, 2001) maka berarti dalam model regresi tidak terdapat multikolinieritas. Berikut ini disajikan data dari nilai VIF. Berdasarkan pada Tabel 28, maka model tidak mengalami gejala multikolonieritas. Dengan demikian model yang diajukan terbebas dari salah
6
satu penyimpangan asumsi model yaitu non-multikolonieritas. Tabel 28. Nilai Varian Inflation Factor (VIF) Collinearity Statistics Model Keterangan Tolerance VIF ROE .164 6.107 VIF TIDAK ADA YANG MELEBIHI 10 EPS .157 6.378 DAN PER .948 1.055 TOLERANCE DI ATAS 0.1 SB .114 8.796 BERARTI TIDAK ADA INF .116 8.604 MULTIKOLINIERITAS TA .954 1.048 Sumber : Data Diolah
3 membuktikan bahwa model regresi dari penelitian ini telah terbebas dari masalah heteros-kedastisitas.
c. Uji Autokorelasi Untuk menguji ada atau tidaknya auto korelasi dapat dideteksi dengan melihat nilai Durbin-Watson statistik. Nilai Durbin-Watson dalam model regresi pada penelitian ini yang terdapat pada Tabel 26 adalah sebesar 1,496 nilai ini berada di atas -2 dan berada di bawah 2 yang berarti sesuai pendapat dari Santoso (2001) bahwa model regresi ini terlepas dari masalah auto korelasi.
Scatterplot
Regression Standardized Predicted Value
Dependent Variable: HS
4
2
0
-2
-100.0000
0.0000
100.0000
200.0000
300.0000
400.0000
500.0000
600.0000
HS
Gambar 3. Scatter plot uji heteroskedastisitas
c. Uji Heterokedastisitas Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel de-penden dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scaterplot (Ghozali, 2001). Hasil uji scater plot pada uji statistik mem-perlihatkan gambar berupa titik-titik yang tersebar secara acak baik di atas maupun di bawah dari angka 0 (nol) pada sumbu Y. Diagram scater plot seperti pada gambar
D. Pengujian Hipotesis Pertama Hipotesis pertama menyatakan bahwa “ROE, EPS, PER, Suku Bunga, Inflasi, Perubahan total Aktiva secara simultan berpengaruh sigifikan terha-dap harga saham”. Pengujian hipotesis ini untuk mengetahui apakah hipotesis pertama yang diajukan didukung data empiris dengan melihat hasil perhitu-ngan SPSS dalam Model Summary, khususnys angka koefisien R Square dalam tabel berikut ini:
Model Summaryb Adjusted R Std. Error of Model R R Square Square the Estimate 1 .736 .541 .501 79.0044403 Predictors: (Constant), TA, SB, PER, ROE, EPS, INF Dependent Variable: HS
7
DurbinWatson 1.437
Nilai adjusted R Square atau r2 sebesar 0,541. Angka tersebut digunakan untuk melihat besarnya pengaruh ROE, EPS (X1), PER, Suku Bunga, Inflasi, Perubahan Aktiva terhadap Harga Saham dengan cara menghitung koefisien determinan (KD). Rumus untuk menghitung KD = r2 x 100% yaitu 0,541 x 100% = 54,1%, artinya pe-ngaruh ROE, EPS, PER, Suku Bunga, Inflasi, Perubahan Aktiva terhadap Harga Saham sebesar 54,1% dan 45,9% dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti. Untuk mengetahui apakah model regresi di atas sudah benar untuk digunakan menguji hipotesis pertama, maka perlu dilihat derajat signifikansi hubungan variabel ROE (X1), EPS (X2), PER (X3), Suku Bunga (X4), In-flasi (X5), dan Pertumbuhan Perusaha-an (X6) secara simultan terhadap Harga Saham (Y). Pengujian derajat signifi-
kansi hubungan secara simutan ada dua cara yaitu prtama dengn uji F yaitu dengan membandingkan Fhitung atau Fpenelitian dengan Ftabel. Jika Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel berarti keeratan korelasinya signifikan atau hipotesis yang diajukan telah didukung oleh data empiris. Cara kedua dilakukan dengan membandingkan angka taraf signifi-kansi (Sig) hasil perhitungan dengan taraf signifikansi yang ditentukan atau α sebesar 0,05. Jika signifikansi hasil perhitungannya yaitu Sig lebih kecil dari (<) taraf signifikansi yang ditentu-kan berarti keeratan korelasinya signifikan. Hasil perhitungan SPSS mengenai Fhitung maupun hasil signifikansi yang digunakan sebagai dasar untuk menentukan derajat signifikansi hubungan variabel independen secara simultan dengan variabel dependen, terlihat pada tabel berikut:
Tabel 30. ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig. .000(a 13.383 )
Regressio 501201.421 6 83533.570 n Residual 424435.708 68 6241.702 Total 925637.129 74 a Predictors: (Constant), TA, SB, PER, ROE, EPS, INF b Dependent Variable: HS terhadap Harga Saham, yaitu sebesar Pengujian signifikansi hubung-an 54,1% yang berarti signifikan, dan variabel ROE, EPS, PER, Suku Bu-nga, sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Inflasi, dan Pertumbuhan Perusa-haan secara simultan terhadap Harga Saham melalui cara pertama dilakukan dengan E. Pengujian Hipotesis Kedua membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel Hipotesis kedua menyatakan yaitu 13,383>2,13 berarti secara simultan bahwa ROE, EPS, PER, Suku Bunga, terjadi korelasi yang signifikan. Inflasi dan Pertumbuhan Perusahaan Pengujian hubungan melalui cara kedua secara parsial berpengaruh signifikan dengan membandingkan nilai terhadap Harga Saham. Pengujian hiprobabilitas (sig) dengan nilai α sebesar potesis tersebut dilakukan dengan meli0,05. Nilai probabilitas (sig) sebesar hat besarnya pengaruh masing-masing 0,00<0,05, yang artinya secara simultan secara parsial yaitu menggunakan ang-ka terjadi hubungan yang signifikan. Maka Beta. Pengujian derajat signifikansi hipotesis pertama yang diajukan diterima hubungan secara parsial ada dua cara atau H1 didukung oleh data empiris. yaitu cara pertama dengan uji t yaitu Hasil ini berarti bahwa ROE, EPS, PER, membandingkan thitung dengan ttabel. Jika Suku Bunga, Inflasi dan Pertumbuhan thitung lebih besar dari (>) ttabel berarti Peru-sahaan secara simultan berpengaruh terjadi hubungan yang signifi-kan atau 8
dai (<) α berarti terjadi hubungan yang signifikan. Hasil estimasi koefisien regresi linier berganda dari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 31 berikut ini :
hipotesis yang diajukan didu-kung oleh data empiris. Cara kedua di-lakukan dengan membandingkan angka probabilitas (Sig) dengan α sebesar 0,05. Jika angka probabilitas (Sig) lebih kecil
Tabel 31. Hasil Estimasi Analisis Koefisien Regresi (unstandardized coefisients) Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 19.557 13.796 1.418 .161 ROE .865 .168 1.044 5.143 .000 EPS .932 .141 1.375 6.629 .000 PER -.433 .095 -.385 -4.560 .000 SB -1.711 .723 -.576 -2.366 .021 INF -.477 .352 -.327 -1.357 .179 TA .587 .341 .145 1.723 .089 Sumber : Data Diolah Persamaan regresi dapat diru-muskan dengan melihat nilai koefisien regresi seperti pada Tabel 31 maka persamaan regresi dapat dirumuskan sebagai berikut : Y = 19,557 + 0,865ROE + 0,932EPS – 0,433PER – 1,711SB – 0,477INF + 0,587TA + e
Persamaan tersebut menunjukan bahwa apabila nilai keofisien regresi dari masing-masing variabel dianggap nol, maka besarnya harga saham perusahaan LQ45 akan mengalami kenaikan sebesar Rp 19,557. Untuk melihat besarnya pengaruh masing-masing variabel terhadap utang jangka panjang perusahaan akan dijabarkan pada sub bab pembahasan yaitu inter-pretasi koefisien regresi masing-masing variabel dari penelitian ini. Tabel 31 tersebut di atas juga menunjukan bahwa dari semua variabel yang dimasukan dalam regresi, hanya terdapat dua variabel yang tidak signifikan sedangkan yang lainnya signifikan. Variabel yang signifikan adalah X1 (ROE), X2 (EPS), X3 (PER), dan X4 (Suku Bunga). Sedangkan untuk variabel lainnya, yaitu X5 (Inflasi), dan X6 (Growth) tidak signifikan. Hal ini didasarkan pada nilai probabilitas (signifikansi t) yang lebih kecil dari = 0,05. Besarnya pengaruh dan signifikansi hubungan masing-masing varia-bel secara parsial terhadap harga saham secara lebih rinci sebagai berikut:
a. Pengaruh Return On Equity atau ROE secara parsial terhadap Harga Saham sebesar 1,044. Artinya ROE memiliki pengaruh yang positif atau searah dengan harga saham. Derajat signifikansi hubu-ngan linearmya dapat dilihat dari nilai t dan angka probabilitasnya (Sig). Nilai thitung sebesar 5,143 sedangkan ttabel sebesar antara 1,985. Nilai thitung>ttabel yaitu 5,143>1,985 yang berarti variabel ROE secara parsial berhubungan signifikan terhadap harga saham. Cara kedua dengan membanding-kan angka probabilitas (Sig) de-ngan nilai α sebesar 0,05. Angka probabilitas (Sig) sebesar 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan linier secara signifikan antara variabel ROE dengan Harga Saham. De-ngan demikian hipotesis yag diajukan didukung data empiris yang terbukti memiliki pengaruh signifikan. b. Pengaruh Earnings per Share atau EPS secara parsial terhadap Harga Saham sebesar 1,375. Artinya EPS memiliki pengaruh yang positif atau 9
searah dengan harga saham. Derajat signifikansi hubungan line-arnya dapat dilihat dari nilai t dan angka probabilitasnya (Sig). Nilai thitung sebesar 6,629 sedangkan ttabel sebesar 1,985. Nilai thitung>ttabel yaitu 6,629>1,985 yang berarti va-riabel EPS secara parsial berhu-bungan signifikan terhadap harga saham. Cara kedua dengan membandingkan angka probabilitas (Sig) dengan nilai α sebesar 0,05. Angka probabilitas (Sig) sebesar 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan linier secara signifikan antara vari-abel EPS dengan Harga Saham. Dengan demikian hipotesis yang diajukan didukung data empiris yang terbukti memiliki pengaruh signifikan. c. Pengaruh Price Earnings Ratio atau PER secara parsial terhadap Harga Saham sebesar 0,385. Arti-nya PER memiliki pengaruh yang negatif atau tidak searah dengan harga saham. Derajat signifikansi hubungan linearmya dapat dilihat dari nilai t dan angka probabilitas-nya (Sig). Nilai thitung sebesar 4,560 sedangkan ttabel sebesar 1,985 Nilai thitung>ttabel yaitu 4,560>1,985 yang berarti variabel PER secara parsial berhubungan signifikan terhadap harga saham. Cara kedua dengan membandingkan angka probabili-tas (Sig) dengan nilai α sebesar 0,05. Angka probabilitas (Sig) se-besar 0,000 < 0,05 artinya ada hubungan linier secara signifikan antara variabel PER dengan Harga Saham. Dengan demikian hipotesis yag diajukan didukung data empi-ris yang terbukti memiliki penga-ruh signifikan. d. Pengaruh Suku Bunga atau SB secara parsial terhadap Harga Saham sebesar 0,576. Artinya SB memi-liki pengaruh yang negatif atau tidak searah dengan harga saham. Derajat signifikansi hubungan line-armya dapat dilihat dari nilai t dan angka probabilitasnya (Sig). Nilai thitung sebesar 2,366 sedangkan ttabel sebesar 1,985 Nilai thitung>ttabel yaitu 2,366>1,985 yang berarti va-riabel SB secara parsial berhu-bungan
signifikan terhadap harga saham. Cara kedua dengan membandingkan angka probabilitas (Sig) dengan nilai α sebesar 0,05. Angka probabilitas (Sig) sebesar 0,021 < 0,05 artinya ada hubungan linier secara signifikan antara vari-abel SB dengan Harga Saham. De-ngan demikian hipotesis yag diajukan didukung data empiris yang terbukti memiliki pengaruh signifikan. e. Pengaruh Inflasi atau INF secara parsial terhadap Harga Saham sebesar 0,327. Artinya INF memiliki pengaruh yang negatif atau tidak searah dengan harga saham. Derajat signifikansi hubungan line-arnya dapat dilihat dari nilai t dan angka probabilitasnya (Sig). Nilai thitung sebesar 1,357 sedangkan ttabel sebesar 1,985 Nilai thitung
ngan Harga Saham. Dengan demikian hipotesis yag diajukan tidak didukung data empiris yang ter-bukti memiliki pengaruh signifi-kan.
Koefisien determinasi atau adjusted R-Square dimaksudkan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen. Nilai adjusted R-Square berada pada range antara 0 hingga 1. Bila nilai adjusted R-Square semakin mendekati 1 maka variabel independen mempu-nyai pengaruh yang kuat dalam men-jelaskan variabel dependen. Sedangkan bila nilai adjusted R-Square mendekati angka 0 maka besarnya pengaruh varia-bel independen dalam menjelaskan variabel dependen semakin lemah. Tabel 29 memperlihatkan nilai adjusted R square sebesar 0,541 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti secara simultan semua variabel dapat menjelaskan perubahan Harga Saham sebesar 54,1%. Berarti kemampuan variabel-variabel ROE, EPS, PER, Suku Bunga, Inflasi, dan Total Aktiva terhadap Harga Saham sebesar 54,1% dan sisanya dipengaruhi oleh faktorfaktor lain yang tidak digunakan menjadi variabel-variabel independen dari penelitian ini.
E. Pengujian Hipotesis Ketiga Hipotesis ketiga menyatakan bahwa variabel EPS merupakan varia-bel yang dominan terhadap harga sa-ham. Dalam penelitian ini seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai ukur masing-masing variabel berbeda-beda, maka digunakan Standardize Coefficient (β). Berdasarkan hasil analisis regresi, nilai koefisien beta yang distandarisasi dapat dilihat pada Tabel 32. Dari Tabel 32 dapat diketahui bahwa nilai koefisien beta variabel Earnings per Share sebesar 1,375 merupakan nilai koefisien variabel independen secara parsial yang paling besar dibandingkan variabel yang lain. Dengan demikian variabel EPS meru-pakan variabel yang memiliki nilai koefisien yang dominan pengaruhnya terhadap harga saham.
Tabel 32. Standardized Coefficient Standardized Coefficients Model Sig. Beta 1 (Constant) .161 ROE 1.044 .000 EPS 1.375 .000 PER -.385 .000 SB -.576 .021 INF -.327 .179 TA .145 .089 Sumber: data diolah
F. Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan lebih lanjut dari output SPSS versi 12 dan model regresi yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada penjelasan-penjelasan berikut ini :
1. Interpretasi Koefisien Determinan (adjusted R-Square)
11
2. Interpretasi Koefisien Regresi Masing-Masing Variabel Independen (Unstandardized Coefficients) Untuk mendapatkan gambaran tentang bagaimana kondisi koefisien regresi dari masing-masing variabel independen yang digunakan dalam penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Variabel X1 (ROE) Secara parsial X1 (ROE) memiliki nilai probabilitas (signifikansi) sebesar 0,00 yang lebih kecil dari tole-ransi kesalahan (α) yang diberlakukan yaitu sebesar 5% atau 0,05, artinya se-cara parsial variabel X1 (ROE) berpe-ngaruh signifikan terhadap Harga Sa-ham sebesar nilai koefisien regresi yai-tu 0,865. Niai koefien regresi variabel X1 menunjukkan hubungan yang posi-tif, artinya jika besarnya variabel ini ditambahkan 1 unit dan variabel dianggap tetap maka Harga Saham akan bertambah sebesar Rp. 1,044. Hasil temu-an ini mendukung teori yang ada se-perti yang diungkapkan dalam wikipe-dia.com (31 januari 2010) yang menya-takan
bahwa ROE merupakan kemam-puan perusahaan dalam mengelola mo-dal yang ada untuk menghasilkan laba. ROE merupakan salah satu rasio keu-angan yang berpengaruh positif terha-dap harga saham, hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin besar ROE maka kemampuan perusahaan untuk mengha-silkan keuntungan dengan modal sen-diri juga semakin baik, sehingga harga saham perusahaan tersebut semakin meningkat.
yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa, sedangkan jumlah EPS yang akan didistribusikan kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran dividen. Husnan (1998) menyatakan bahwa EPS yang tinggi menandakan perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham, sedang-kan EPS yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan manfaat sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Hasil analisis me-nunjukkan bahwa EPS secara signifi-kan dengan arah positif mempengaruhi Harga Saham.
b. Variabel X2 (EPS) Secara parsial variabel X2 (EPS) memiliki nilai probabilitas (sig-nifikansi) sebesar 0,00 yang lebih kecil dari nilai toleransi kesalahan (α) se-besar 5% atau 0,05, artinya variabel X2 (EPS) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham sebesar nilai koefisien korelasi sebesar 0,932. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa variabel X2 (EPS) berpengaruh positif dan signi-fikan terhadap perubahan Harga Sa-ham, artinya jika besarnya variabel X2 (EPS) ditambahkan sebesar 1 unit dan variabel lain dianggap tetap, maka Harga Saham akan mengalami kenai-kan sebesar Rp. 1,375. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa EPS merupakan salah satu rasio keuangan yang berpengaruh positif ter-hadap harga saham, hal ini sesuai de-ngan teori bahwa semakin besar EPS maka laba setelah pajak yang dihasil-kan juga semakin baik, sehingga harga saham perusahaan tersebut semakin meningkat. EPS merupakan salah satu rasio pasar yang merupakan hasil atau pendapatan yang akan diterima oleh para pemegang saham untuk lembar saham yang dimilikinya atas keikutsertaanya dalam perusahaan. Rasio EPS idealnya meningkat dari tahun ke tahun. Kalaupun terjadi penurunan, hal tersebut merupakan akibat suasana dunia usaha yang kurang menguntungkan. Besarnya EPS dapat dijadikan sebagai salah satu indikator keberhasilan suatu perusaha-an ditunjukkan oleh besarnya EPS dari perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, investor akan mengharap-kan manfaat dari investornya dalam bentuk laba per lembar saham, sebab EPS ini menggambarkan jumlah keun-tungan
c. Variabel X3 (PER) Secara parsial variabel X3 (PER) memiliki nilai probabilitas (sig-nifikansi) sebesar 0,00 yang lebih kecil dari nilai toleransi kesalahan (α) sebe-sar 5% atau 0,05, artinya variabel X3 (PER) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham sebesar nilai koefisien korelasi sebesar -0,433. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa variabel X3 (PER) berpengaruh negatif dan signifi-kan terhadap perubahan Harga Saham, artinya jika besarnya variabel X3 (PER) ditambahkan sebesar 1 unit dan variabel lain dianggap tetap, maka Har-ga Saham akan mengalami penurunan sebesar Rp. 0,385. Hal ini sesuai de-ngan penelitian yang menyatakan bahwa Price Earning Ratio berpenga-ruh negatif terhadap harga saham dika-renakan secara teoritis semakin besar PER maka pendapatan persaham sema-kin kecil atau menurun, sehingga harga saham juga akan ikut menurun. d. Variabel X4 (Suku Bunga) Secara parsial variabel X4 (Su-ku Bunga) memiliki nilai probabilitas (signifikansi) sebesar 0,021 yang lebih kecil dari nilai toleransi kesalahan (α) sebesar 5% atau 0,05, artinya variabel X4 (Suku Bunga) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham sebesar nilai koefisien korelasi sebesar -1,711. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa variabel X4 (Suku Bunga) berpengaruh 12
negatif dan signifikan terhadap perubahan Harga Saham, artinya jika besarnya perubahan variabel X1 (EPS) ditambahkan sebesar 1 unit dan variabel lain dianggap tetap, maka Harga Saham akan mengalami penurunan sebesar Rp. 0,576. Hal ini bertolak belakang de-ngan penelitian Dyani (2008) yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan nega-tif terhadap indeks harga saham ga-bungan.
Secara parsial variabel X6 (Pertumbuhan Perusahaan) memiliki nilai probabilitas (signifikansi) sebesar 0,089 yang lebih besar dari nilai tole-ransi kesalahan (α) sebesar 5% atau 0,05, artinya variabel X6 (Pertumbuhan Perusahaan) berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham sebesar ni-lai koefisien korelasi sebesar 0,587. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa variabel X6 (Pertumbuhan Perusahaan) berpengaruh positif dan tidak signifi-kan terhadap perubahan Harga Saham, artinya jika besarnya variabel X6 (Pertumbuhan Perusahaan) ditambah-kan sebesar 1 unit dan variabel lain dianggap tetap, maka Harga Saham akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 0,145. Hal ini sesuai dengan penelitian Subekti (2001) dalam Sriwardany (2006) hasil penelitiannya menunjuk-kan bahwa pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan menurut Susanto (2005) dalam Sriwardany (2006) tentang pengaruh kebijakan dividen dan pertumbuhan perusahaan terhadap perubahan harga saham pada waktu exdividend day. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pertumbuhan perusahaan dengan harga saham. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Haryono (2001) dalam Hapsari (2006) yang menyatakan bahwa semakin besar perusahaan yang tercermin dalam total aset yang dimiliki mengandung kemungkinan perusahaan memanfaatkan peluang investasi yang berisiko. Bagi investor yang tidak me-nyukai risiko akan menaikkan expected return dari saham tersebut, sehingga akan menurunkan harga saham. Atau dengan kata lain total aset memiliki pengaruh yang negatif terhadap harga saham.
e. Variabel X5 (Inflasi) Secara parsial variabel X5 (Inflasi) memiliki nilai probabilitas (signifikansi) sebesar 0,179 yang lebih besar dari nilai toleransi kesalahan (α) sebe-sar 5% atau 0,05, artinya variabel X5 (Inflasi) berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham sebesar nilai koefisien korelasi sebesar -0,477. Nilai koefisien ini menunjukkan bahwa variabel X5 (Inflasi) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap perubah-an Harga Saham, artinya jika besarnya variabel X5 (Inflasi) ditambahkan sebesar 1 unit dan variabel lain dianggap tetap, maka Harga Saham akan mengalami penurunan sebesar Rp. 0,327. Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan ba-ku yang pada akhirnya akan menyebab-kan menurunnya daya saing terhadap produk barang yang dihasikan suatu perusahaan. Hal ini akan berdampak pada menurunnya prospek perusahaan dan akan berdampak buruk pada harga saham perusahaan tersebut di pasar modal. Selain itu meningkatnya inflasi akan menaikkan biaya perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEJ yang pada akhirnya akan memperkecil deviden yang diterima para pemegang saham. Dengan demikian menurunnya pendapatan deviden yang diterima oleh para investor maka akan semakin menurunkan minat masyarakat (investor) untuk berinvestasi dipasar modal. Dengan demikian inflasi memberikan pengaruh negatif terhadap investasi di pasar modal. f. Variabel X6 Perusahaan)
3. Interpretasi Standardized Coefficients Nilai standardized coefisien () digunakan untuk mengetahui variablevariabel manakah yang dominan mempengaruhi utang jangka panjang perusahaan-perusahaan LQ45 yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil analisis yang terlihat pada Tabel 30 menunjuk-
(Pertumbuhan
13
kan bahwa EPS merupakan salah satu variabel yang dapat meningkatkan har-ga saham secara signifikan. Hasil ini mengimplikasikan bahwa pendapatan per lembar saham yang tinggi, yang diperoleh oleh emiten dapat meningkatkan harga sahamnya. Hasil ini juga sesuai dengan teori yang ada. Menurut teori yang diungkapkan Tendelilin (2007) bahwa EPS merupakan komponen penting utama yang harus diperhatikan dalam melakukan analisis perusahaan. EPS juga merupakan informasi yang mendasar dan menggambarkan prospek earning perusahaan di masa yang akan datang. Semakin tinggi rasio EPS, maka investor semakin tertarik untuk menanamkan modalnya dan kemudian menyebabkan harga saham naik.
Anoraga dan Pakarti. 2001. Pengantar Pasar Modal. Rineka Cipta. Jakarta Arifin, Ali. 2002. Membaca Saham. Ekonosia. Yogyakarta Astuti, Puji. 2002. Analisis VariabelVariabel yang Mempengaruhi harga Pasar Saham perusahaan Perbankan di PT Bursa Efek Jakarta. Kompak. No. 6. September Baridwan, Zaki dan Legowo. 2002. Asosiasi Antara Economic Value Added (MVA) dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham. TEMA. Vol.3. no. 2. September Bayu. 2009. Pengaruh faktor fundamental dan risiko sistemtik terhadap harga saham. www.indoskripsi.com Brigham, E.F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan Buku 1. Jakarta: Erlangga Brigham, E.F dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan Edisi Kedelapan Buku 2. Jakarta: Erlangga. Copeland dan Weston. 1996. Manajemen Keuangan. Erlangga. Jakarta Darmadji, Tjiptono, dan Fakhrudin, Hendy M. 2001. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan tanya Jawab. Salemba Empat. Jakarta Dyani, Dinda Ayu Mitra. 2009. Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. FIA. UB Elita, Nur. 2008. Pengaruh Variabelvariabel Fundamental Terhadap Return Saham. FIA. UB Fabozzi, Frank J. 1999. Manajemen Investasi: Buku I. Salemba Empat. Jakarta Gitosudarmo, Indriyo, dan Basri. 2002. Manajemen keuangan. BPFE. Yogyakarta Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrik Dasar. Erlangga. Jakarta Halim, Abdul. 2005. Analisis Investasi. Salemba empat. Jakarta Hamzah, Ardi. 2006. Analisis Rasio Likuiditas, Profitabilitas,
KESIMPULAN Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Model analisis regresi memperlihatkan bahwa semua variabel ROE (Return on Equity), EPS (Earning Per Share), PER (Price Earning Ratio), Suku Bunga, Inflasi dan Pertumbuhan Total Aktiva berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Harga Saham perusahaan LQ45, dan kemampuan seluruh variabel dalam menjelaskan perubahan Harga Saham sebesar 54,1% (adjusted R Square = 0,541%). 2. Secara parsial, ROE, EPS, PER dan Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 3. Inflasi dan pertumbuhan perusahaan (total Aktiva) tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. 4. EPS merupakan variabel dominan yang berpengaruh terhadap Harga Saham. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan EPS digunakan oleh perusahaan dalam menentukan harga saham. Ha ini terlihat dari besarnya nilai standardized coefficient, yaitu sebesar 1,375.
DAFTAR PUSTAKA 14
Aktivitas, Solvabilitas Dan Investment Opportunity Set Dalam Tahapan Siklus Kehidupan Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta (Bej) Tahun 2001 – 2005. http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/skripsi-lainnya/pengaruhasset-growth-debt-equity-ratioreturn-equity-total-asset-turn. 31 januari 2010 Hanafi, Mamduh dan AbdulHalim. 1996. Analisis laporan Keuangan. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Haruman, Tendi, Stevanus dan maya Ariyanti. 2005. Pengaruh Fundamental dan Resiko Sistematis terhadap Tingkat Pengembalian Saham BEJ. No.11 Th XXXIV. November. Usahawan Himmatunnisa, Pretty. 2008. Pengaruh PER, Umur Perusahaan, Return Pasar an Tingkat SBI terhadap Initial Return. FE. UB Husnan, Suad. 1994. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.UPP AMP YKN. Yogyakarta Jogiyanto, H.M. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. Keown, J. Arthur et. Al. 1999. DasarDasar Manajemen Keuangan. Terjemahan. Chaerul D. Djakman SE, Ak, MBA. Salemba Empat. Jakarta Kharisma, Erina dan Maski, Ghozali. 2003. Analisis Pengaruh variabel Fundamental dan Teknikal Terhadap Harga Saham. Lintasan Ekonomi. Vol.20.no.20. Juli Mulyadi, 1997. Akuntansi Manajemen. Edisi Kedua. BPFE. Yogyakarta Mulyono, Sugeng. 2001. Pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Tingkat Bunga terhadap harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol. 1. No 2. Desember Munawir, S. 2001. Snalisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta Natarsyah, Syahib. 2000. Analisa Pengaruh Beberapa Faktor
Fundamental dan Resiko Sistematik Terhadap Harga Saham. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 15. No. 3 Nazir, Moh. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Purnomo, Yogo. 1998. Keterkaitan Kinerja Keuangan dengan Harga Saham. No. 12. Desember. Usahawan Resmi, Siti. 2002. keterkaitan Kinerja Keuangan denga Return Saham. Kompak. No.6. September Sanchez, Javier dan Juan Francisco Martin. 2005. Financing Preferences of Spanish Firms: Evidence on The Pecking Order Theory. Review of Quantitative Finance and Accounting, 25: P. 341–355. http://proquest.umi.com/pqdweb? index=9&did=944059701&Srch Mode=2&sid=1&Fmt=6&VInst= PROD&VType=PQD&RQT=309 &VName=PQD&TS=124168596 2&clientId=48682 Setyowati, Ratri. 2008. Beberapa Variabel Fundamental Perusahaan yang Berpengaruh Terhadap Harga Saham di Pasar Modal Indonesia. FE UB Siamat, Dahlan. 1995. Manajemen Lembaga Keuangan. Intermedia. Jakarta Silalahi. 1991. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fluktuasi Harga Saham. www.google.com Sriwardany. 2006. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijaksanaan Struktur Modal Dan Dampaknya Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Manufaktur Tbk. Tesis. digilib.usu.ac.id/download/fe/060 03715.pdf Standar Akuntansi keuangan. 1995. IAI. Salemba Empat. Jakarta Sugiono. 2008. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta Suharyanto, Heru. 2008. Bunga Naik, Saham Turun?. Artikel. http://jurutulis.com/bunga-naik15
saham-turun.html. 14 Januari 2010 Sunariyah. 2004. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. UPP AMP YKPN. Yogyakarta Syamsuddin, Lukman. 2005. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep, Aplikasi dalam Perencanaan, Pengawasan, dan Pengambilan Keputusan. Rajawali Pres. Jakarta Tandeilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. BPFE. Yogyakarta Wardiyanto, Bagus K. 2009. Pengujian Pecking Order Theory Dan Tradeoff Theory Pada
Perusahaan-Perusahaan Di Indonesia. Tesis. FIA Brawijaya Wijaya, Riski Eka. 2009. Pengaruh Variabel Fundamental NPM, ROA, ROE dan EPS Perusahaan terhadap Harga Saham. FIA UB Wikipedia. Return on Equity. http://en.wikipedia.org/wiki/Retur n_on_equity. 14 januari 2010 Wikipedia. Inflasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Inflas i. 14 Januari 2010 Wikipedia. Suku Bunga. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bunga. 14 Januari 2010
16