i
Ratnaningsih
Pengembangan Modul Pembelajaran IPS Berbasis Masalah Untuk Siswa SMP
Supriono
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing dengan Alat Peraga;
Sri Maryani
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Cooperation Script;
Sri Sumartini
Penggunaan Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris;
Siti Lailatul Nikmah
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Pembelajaran Berdasar Masalah;
Nasrun Budi Utomo
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Langsung Serta Motivasi Terhadap Hasil Belajar;
Budi Purnomo Sidi
Optimalisasi Penerapan Metode Snowball Throwing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP;
Liliek Hernawati
Meningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together pada Siswa SMP;
Diterbitkan oleh: Izin Penyelenggaraan Lembaga dari Dinas Pendidikan Kab. Lamongan No. 421.9/2229/413.101/2012 Sekretariat: Jalan Pahlawan No. 78PENDIDIKAN, Lamongan, 0322-321441
[email protected] JURNAL INOVASI Volume Email: 1, Nomor 1, April 2015
IPA
ii
Inovasi Pendidikan Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial
Terbit dua kali setahun ini, bulan April dan Bulan Oktober, berisi kajian dan hasil penelitian dalam bidang ilmu pendidikan dan Ilmu Sosial. DEWAN REDAKSI Penanggung Jawab Direktur Sekolah Trainer Indonesia Pemimpin Redaksi Hadi Suryanto Penyunting Ahli Mochammad Syaichuddin (Universitas Negeri Surabaya) Solikan (Universitas Kanjuruhan Malang) A. Jauhar Fuad (IAIT Kediri) Hernawaty Damanik (UPBJJ UT Malang)
Editor Pelaksana Yayuk Chayatun Mahsunah Desain/Layout M. Arias‟udin
Alamat Redaksi: Sekolah Trainer Indonesia: Jalan Pahlawan No. 78 Lamongan, Phone 0322-321441 Email:
[email protected]
Penyunting menerima tulisan yang belum pernah diterbitkan oleh media cetak lain. Naskah diketik dengan spasi 1,5 cm pada ukuran A4 dengan panjang tulisan antara 15-25 halaman (lihat pada halaman sampul belakang). Naskah yang masuk dievaluasi oleh dewan peyunting. Penyunting dapat melakukan perubahan pada tulisan yang dimuat untuk keseragaman format, tanpa mengubah maksud dan isi.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
iii
Inovasi Pendidikan Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial
DAFTAR ISI Ratnaningsih
Pengembangan Modul Pembelajaran IPS Berbasis Masalah Untuk Siswa SMP
1-5
Supriono
Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Penerapan Pembelajaran Penemuan Terbimbing dengan Alat Peraga;
6 - 15
Sri Maryani
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa Melalui Penggunaan Metode Pembelajaran Cooperation Script;
16 - 19
Sri Sumartini
Penggunaan Metode Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris;
20 - 25
Siti Lailatul Nikmah
Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Model Pembelajaran Berdasar Masalah;
26 - 38
Nasrun Budi Utomo
Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Langsung Serta Motivasi Terhadap Hasil Belajar;
39 - 45
Budi Purnomo Sidi
Optimalisasi Penerapan Metode Snowball Throwing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa SMP;
46 - 51
Liliek Hernawati
Meningkatan Prestasi Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together pada Siswa SMP;
52 - 61
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
1
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MASALAH UNTUK SISWA SMP Ratnaningsih SMPN 1 Turi Lamongan
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini untuk mengembangkan modul pembelajaran IPS yang layak digunakan dalam pembelajaran IPS kelas VII SMP Negeri I Turi Lamongan. Pengembangan modul pembelajaran dalam penelitian pengembangan ini mengacu pada model pembelajaran Dick and Carey. Kemudian mengevaluasi modul hasil pengembangan dengan menggunakan angket untuk ahli isi materi, ahli desain pembelajaran, dan angket untuk rekan sejawat, serta menggunakan modul yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Secara umum respon peserta didik terhadap produk modul pembelajaran IPS kelas VII SMP Negeri I Turi Lamongan adalah berkategori “baik”. Tujuan Pengembangan ini adalah: (1) Tersedianya modul pembelajaran IPS berbasis masalah kelas VII yang sesuai dengan karakteristik peserta didik SMP Negeri I Turi Lamongan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami isi modul sebagai bahan ajar IPS. (2) Membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, menghapus anggapan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan diantaranya: (1) Hasil validasi terhadap modul pembelajaran IPS kelas VII dari ahli materi, ahli desain pembelajaran dan rekan sejawat adalah modul baik. (2) Hasil respon peserta didik terhadap modul pembelajaran IPS berbasis masalah kelas VII adalah baik, layak dan menarik. Kata Kunci: pengembangan modul pembelajaran, berbasis masalah PENDAHULUAN Diera globalisasi seperti saat ini, setiap negara dituntut untuk memiliki sumber daya manusia yang berkualitas agar tidak kalah bersaing dengan negara lain. Satu-satunya wadah yang dipandang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia berkualitas adalah pendidikan. Tidak terkecuali termasuk di Indonesia. Pengem-bangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada
tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
2
negara yang demokratis, bertanggung jawab. Salah satu kegitan pendidikan yang berperan penting dalam pendidikan adalah kegiatan pembelajaran. Pembela-jaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan. Kuri-kulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembe-lajaran, proses pembelajaran dapat dipadankan dengan suatu proses ilmiah. Muatan IPS berasal dari sejarah, ekonomi, geografi, dan sosiologi. Pendidikan IPS diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk belajar dari diri sendiri dan lingkungan sekitar dalam kehidupan sehari-hari pada masa lalu maupun masa sekarang. Dalam kenyataannya, memang tidak banyak peserta didik yang menyukai mata pelajaran IPS, karena dianggap sukar, terlalu banyak hafalan, dan membo-sankan. Disamping bahan ajar yang kurang menarik, peserta didik juga kurang memiliki bahan bacaan lain yang dapat menunjang kegiatan pembelajaran. Satu-satunya bahan ajar yang tersedia pada mata pelajaran IPS adalah buku paket. Atas dasar itulah menurut pengembang sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami bahan ajar, dan memberi jenis bahan ajar yang lain selain buku paket, dengan cara mengembangkan modul pembelajaran IPS dengan strategi pembelajaran yang lebih memberdayakan peserta didik Tujuan Pengembangan modul pembelajaran IPS berberbasis masalah ini adalah: (1) Tersedianya modul pembelajaran IPS berbasis masalah kelas VII yang sesuai dengan karakteristik peserta didik SMP Negeri I Turi Lamongan dapat meningkatkan kemam-puan peserta didik dalam memahami isi modul sebagai bahan ajar
IPS. (2) Membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, meningkatkan motivasi belajar peserta didik, menghapus anggapan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. (3) Tersedianya bahan ajar lain selain buku paket. Produk pengembangan modul ini hanya mencakup tema1 yaitu “Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia”, dan hanya berlaku atau digunakan untuk siswa kelas VII SMP Negeri I Turi Lamongan. Pengembangan modul pembelajaran IPS ini dapat memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengungkapkan ide-ide ilmiah sehingga tanggung jawab dan keman-diriannya meningkat. Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami isi modul sebagai bahan ajar mata pelajaran IPS. Diharapkan produk pengembangan modul pembelajaran IPS berbasis masalah ini dapat digunakan sebagai pegangan pendidik dan peserta didik dalam pembelajaran IPS. Dapat memberi tambahan pengetahuan atau informasi mengenai strategi pembelajaran berbasis masalah. Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar (Wijaya, 1988:128).Modul adalah pernyataan satuan pembelajaran dengan tujuan-tujuan, pretes aktivitas belajar yang memungkinkan peserta didik memperoleh kompetensikompetensi yang belum dikuasai dari hasil pretes, dan mengevaluasi kompetensinya untuk mengukur keberhasilan belajar (Mulyasa, 2003 : 43). Atau dapat disim-pulkan bahwa modul adalah alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Komponen modul meliputi: Rumusan
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
3
Tujuan Instruksional yang eksplisit dan spesifik, petunjuk guru, lembar kegiatan siswa, lembar kerja siswa, kunci lembar kerja, lembar evaluasi/ tes, kunci lembar evaluasi (Mustadji, 2008:30-32). METODE PENGEMBANGAN Metode dalam penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan. Model pengembangan yang digunakan adalah model Dick and Carey. Pada tahap pemodelan langkah-langkah yang digunakan adalah sesuai dengan langkah model Dick and Carey. Pada penelitian ini hanya sampai pada tahap kedelapan yaitu merancang dan melaksanakan penilaian formatif. Kegiatan uji coba meliputi validasi ahli materi, revisi tahap satu,
validasi ahli desain pembelajaran, revisi tahap kedua, validasi teman sejawat, revisi tahap ketiga, respon peserta didik, revisi tahap keempat. Subyek uji coba terdiri dari 1 ahli materi, 1 ahli desain pembelajaran, 5 rekan sejawat dan 60 peserta didik. Instrumen pengumpulan data berupa angket untuk ahli materi, ahli desain, rekan sejawat, dan angket respon peserta didik. Teknik analisis data yang digunakan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari angket dihimpun, kemudian diper-sentase. Hasil analisis digunakan sebagai dasar untuk merevisi produk pengem-bangan yang berupa modul pembela-jaran IPS berbasis masalah.
HASIL PENGEMBANGAN Tabel 1. Respon peserta didik terhadap pengembangan modul pembelajaran IPS No.
Butir Penilaian
Respon Hal.
A.
B
C
FORMAT PENYAJIAN
1.
Tampilan fisik modul menarik
54
6
2.
Penempatan petunjuk modul
59
1
3.
Bentuk dan ukuran huruf dalam modul ini
60
4.
Kerangka isi/peta konsep membantu untuk memahami isi modul
49
11
5.
Penggunaan bahasa dalam uraian materi mudah dipahami
55
5
6.
Penggunaan gambar dapat membantumu memahami isi modul
51
9
B.
K
URAIAN ISI MATERI DAN LATIHAN SOAL
7.
Uraian materi dalam modul ini mudah dipahami
53
7
8.
Contoh dalam modul dapat membantu memahami isi modul
58
2
9.
Rangkuman dapat membantu mengingat kembali materi yang sudah kamu pelajari
60
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
4
10.
Latihan dapat membantumu mengukur penguasaan materi
55
5
11.
Kunci jawaban dapat membantumu belajar mandiri
60
12.
Alokasi waktu sesuai untuk kebutuhan belajarmu
54
6
13.
Kepercayaan dirimu tinggi saat menjawab soal dalam modul ini
53
7
C.
KETERBACAAN DAN KEMENARIKAN
14.
Pemahaman kamu terhadap mata pelajaran IPS apabila kamu menggunakan modul
48
12
15.
Kemenarikan modul
54
6
Masukan dan saran secara umum tentang isi modul dari siswa:
yang dikembangkan baik, layak, dan menarik.
Mohon diperbanyak gambargambarnya agar lebih menarik.
Modulnya sangat baik membantu kami belajar.
Kami jadi makin mengerti mata pelajaran IPS dan semangat untuk mempelajarinya.
Kami sangat suka belajar dengan menggunakan modul, makin jelas dan menyenangkan.
Dibuat juga modul tema 2 ya bu..
Pengembangan modul pembelajaran IPS berbasis masalah kelas VII SMP tema 1 “Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia” yang dikembangkan oleh pengembang mempunyai beberapa kelebihan antara lain: (1) Modul pembelajaran IPS pengembang susun dengan mengguna-kan kaidah penulisan modul. Didalam modul terdapat umpan balik, memungkinkan peserta didik belajar mandiri, peserta didik dapat mengukur dan mengevaluasi sendiri hasil belajarnya. Dari hasil validasi modul pembelajaran IPS berbasis masalah yang dikembangkan adalah baik dan mempunyai daya tarik bagi peserta didik. (2) Produk modul pembelajaran IPS berbasis masalah telah divalidasi, serta mendapat penilaian, saran dan kritik dari ahli isi materi, ahli desain pembelajaran.
dapat
PEMBAHASAN Respon peserta didik terdiri dari 15 butir indikator penilaian. Dari 15 butir indikator penilaian yang direspon oleh 60 peserta didik terdapat 823 respon baik, dan 77 respon cukup. Skor yang diperoleh sebesar 97%. Hal ini berarti modul pembelajaran IPS baik, layak, dan menarik. Hasil respon peserta didik masing-masing aspek memperoleh skor 97%, 98%, dan 95%. Secara keseluruhan skor yang diperoleh adalah sebesar 97%. Berarti modul pembelajaran IPS
Kelemahan atau keterbatasan modul pembelajaran IPS berbasis masalah, antara lain: (1) Modul pembelajaran IPS berbasis masalah kelas VII hanya memuat satu tema yaitu tema1 “Keadaan Alam dan Aktivitas Penduduk Indonesia”. (2) Modul pembelajaran IPS berbasis masalah
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
5
hanya digunakan ditempat pengembang melaksanakan tugas sebagai guru yaitu SMP Negeri I Turi Lamongan. SIMPULAN Simpulan dalam penelitian kali ini adalah (1) Hasil validasi terhadap modul pembelajaran IPS kelas VII dari ahli materi, ahli desain pembelajaran dan rekan sejawat adalah modul baik. (2) Hasil respon peserta didik terhadap modul pembelajaran IPS berbasis masalah kelas VII adalah baik, layak dan menarik. SARAN Terdapat beberapa saran dari peneliti setelah melakukan penelitian pengembangan modul IPS berbasis masalah, antara lain: (1) Saran pemanfaatan produk (2) Saran diseminasi produk (3) Saran pengembangan produk lebih lanjut.
Miharto, Mulyo, Contoh Modul Pembelajaran. http://weblog. esaunggul.ac.id/mulyowiharto/c ontoh-modul-pembela jaran/, diakses tanggal 1 Juli 2014). Mulyasa,E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustadji. 2008. Pembelajaran Mandiri. Surabaya: Unesa FIP. Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.Surabaya: Prenada Media. Subandowo,M, Suryaman, Rufi‟i. 2014. Pedoman Penulisan Tesis, Program Studi Teknologi Pendidikan Program Pascasarjana. Surabaya: Universitas PGRI Adibuana University Press.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, Suharsimi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Suatu PendekatanPraktik (Edisi Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Wijaya, Cece, dkk. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remadja Karya
Ikhsan, M. 2012. Pengertian, Fungsi, dan Tujuan Penulisan Modul dan Cara Pembuatan Modul. (http://makalahlengkapunmaikh san.blogspot.com/ 2012/06/pengertian- fungsi-dantujuan-penulisan.html, diakses tanggal 1 Juli 2014) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Sosial VII. Jakarta: Kemendikbud. ------------. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Sosial VII (Edisi revisi). Jakarta:Kemendikbud.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
6
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING DENGAN ALAT PERAGA
Supriono SMP Negeri 5 Lamongan Email:
[email protected] ABSTRAK penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga dan membandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian ini digolongkan sebagai penelitian eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan, yang terdiri dari 6 kelas paralel, secara acak dipilih kelas IX F sebagai kelas ujicoba, kelas IX E sebagai kelas eksperimen yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga dan kelas IX A sebagai kelas kontrol yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional. Berdasarkan hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa aktivitas belajar siswa dalam toleransi batas waktu yang ditentukan, respon siswa terhadap pembelajaran positif dan ketuntasan belajar secara klasikal tercapai. Sedangkan Berdasarkan analisis statistik inferensial ANAKOVA, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara konvensional. Kata Kunci: Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Alat Peraga, hasil belajar
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu ilmu dasar dalam mempercepat penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), yang mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. Sehingga untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Mengingat begitu pentingnya peran matematika dalam mempercepat penguasaan IPTEK dan mencerdaskan kehidupan bangsa, mestinya mata
pelajaran matematika merupakan mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa dengan baik dan benar. Namun kenyataan di lapangan memperlihatkan bahwa penguasaan siswa terhadap mata pelajaran matematika masih rendah, termasuk untuk materi geometri pada pokok bahasan bangunbangun ruang sisi lengkung. Hal ini disebabkan oleh kondisi pembelajaran matematika yang berlangsung secara umum masih bersifat konvensional dan belum melibatkan siswa secara aktif. Dengan kata lain proses pembelajaran
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
7
matematika selama ini memberikan dominasi guru dan kurang memberikan akses bagi siswa untuk berkembang secara mandiri melalui bimbingan guru. Disamping itu dalam pembelajaran materi geometri, pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung, sebagian dari guru tidak menggunakan bendabenda kongkrit untuk mewakili model tabung dan kerucut sehingga siswa mengalami kesulitan dalam memahami volume dan luas tabung maupun volume dan luas kerucut. Mereka hanya sekedar mengandalkan hafalan rumusrumus yang diberikan guru, proses pembelajaran seperti ini tentunya tidak bermakna sama sekali bagi siswa, sehingga siswa gampang lupa dan materi tidak dikuasai dengan baik. Akibatnya hasil belajarnya pun rendah. Untuk itu, guru perlu mengupayakan alternatif pembelajaran matematika, khususnya pada materi bangun-bangun ruang sisi lengkung yang lebih bervariasi. Menurut Slavin (2009:6) bahwa guru tidak dapat hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar dengan cara-cara yang menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa, dengan memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri gagasangagasan. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pendapat Slavin adalah pembelajaran penemuan terbimbing yaitu pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika diperlukan, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru.
Agar bimbingan guru terhadap siswa dalam mempelajari suatu konsep/prinsip-prinsip menjadi mudah dipahami oleh siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan benda-benda kongkrit untuk menggambarkan atau mewakili objek matematika yang abstrak. Bendabenda kongkrit tersebut dihadirkan oleh guru sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Alat bantu dalam pembelajaran dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga ini, akan mengurangi kecenderungan guru untuk mendominasi proses pembelajaran, sehingga ada perubahan dalam hal pembelajaran matematika yaitu dari pembelajaran yang terpusat pada guru diubah menjadi pembelajaran terpusat pada siswa. Sehingga siswa terbiasa untuk menemukan, mencari, mendiskusikan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran dan pada akhirnya siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri. Dengan kata lain bahwa pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan dengan begitu saja dari otak seorang guru ke otak siswanya. Setiap siswa harus membangun pengetahuan itu dalam otaknya sendirisendiri. Karenanya, tugas penting dan mulia dari para guru adalah memfasilitasi siswanya sehingga rumus, konsep atau prinsip dalam matematika seyogyanya ditemukan kembali oleh para siswa dibawah bimbingan guru. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: (i) Apakah pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga efektif untuk mengajarkan materi volume dan luas tabung, volume dan luas kerucut di kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan ? (ii)
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
8
Apakah hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk materi volume dan luas tabung, volume dan luas kerucut di kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan? Adapun tujuan penelitian ini adalah; (i) Mendeskripsikan kefektifan pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga dalam mengajarkan materi volume dan luas tabung, volume dan luas kerucut di kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan. (ii) Membandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional untuk materi volume dan luas tabung, volume dan luas kerucut di kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: (i) Sebagai salah satu informasi bagi guru-guru matematika SMP yang ingin mengembangkan perangkat pembelajaran dengan model penemuan terbimbing untuk materi volume, luas tabung dan kerucut. (ii) Sebagai masukan untuk para pembaca dan pemerhati pendidikan matematika dalam mencari ide-ide untuk memperbaiki kualitas pembelajaran matematika di kelas. Pembelajaran penemuan terbimbing dikembangkan berdasarkan pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsip-prinsip konstruktivis. Menurut prinsip ini siswa dilatih dan didorong untuk dapat belajar secara mandiri. Dengan kata lain, belajar secara konstruktivis lebih menekankan belajar berpusat pada siswa sedangkan peranan guru adalah membantu siswa menemukan fakta, konsep atau prinsip untuk diri mereka sendiri bukan
memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas. Hudojo (2001, 123) mengemukakan metode penemuan merupakan cara penyampaian topik-topik matematika, sedemikian hingga proses belajar memungkinkan siswa menemukan sendiri pola-pola atau struktur matematika melalui serentetan pengalaman-pengalaman masa lampau. Menurut Soedjadi (2000:13) Keabstrakan objek-objek matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret, sehingga akan mempermudah siswa memahaminya. Inilah kunci penting yang harus diketahui guru matematika dan diharapkan dapat dijadikan pendorong untuk lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran. Karena sifatnya yang abstrak dan tidak dapat diamati dengan pancaindra, maka wajar apabila matematika tidak mudah dipahami oleh kebanyakan siswa usia Sekolah Dasar sampai SMP bahkan untuk sebagian siswa SMA sekalipun. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dalam mempelajari suatu konsep/ prinsip-prinsip matematika diperlukan pengalaman melalui benda-benda nyata (konkret), yaitu media alat peraga yang dapat digunakan sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Pembelajaran penemuan terbimbing merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan bimbingan guru. Proses pembelajaran penemuan terbimbing akan berlangsung optimal dan efektif jika dalam pembimbingan terhadap siswa untuk menemukan rumus volume dan luas tabung, volume dan luas kerucut guru menghadirkan benda-benda konkret (model tabung
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
9
dan kerucut) sebagai alat peraga. Dengan alat peraga ini, siswa dapat menggunakannya sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak. Adapun langkah-langkah pembelajaran penemuan terbimbing seperti dikemukakan oleh Soedjad adalah sebagai berikut: (1) Pemberian soal atau masalah, yaitu siswa diminta memahami masalah tersebut. (2) Pengembangan data, yaitu siswa diminta mencari atau menunjuk kemungkinan-kemungkinan lain. (3) Penyusunan data, yaitu siswa menyusun data yang diperoleh dari langkah (2) dalam suatu tabel. (4) Penambahan data (bila masih belum didapat polanya, siswa diminta menambah data). (5) Prompting (siswa diminta menambah data secara tidak urut jika dari data sebelumnya dipandang belum lengkap). (6) Pemeriksaan hasil. Sesuai dengan fase-fase pembelajaran penemuan terbimbing dan pentingnya alat peraga sebagai jembatan bagi siswa untuk berpikir abstrak, maka secara garis besarnya tahapan pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga terdiri atas pemberian soal atau masalah, pengembangan data, penyusunan data, penambahan data, prompting, penarikan kesimpulan dan penerapan konsep. Adapun peranan alat peraga pada pembelajaran penemuan terbimbing, dipakai pada tahap pemberian soal atau masalah dan pada saat memecahkan masalah. Pada tahap ini siswa diminta memahami masalah yang diberikan. Untuk memperjelas siswa dalam memahami masalah yang diberikan guru menggunakan
alat peraga berupa model tabung atau kerucut (disesuaikan dengan rumus apa yang hendak dicari). Dan alat peraga dipakai lagi melalui bimbingan pada tahap pengembangan data, penambahan data, dan prompting. Dengan demikian peranan alat peraga dalam hal ini adalah sebagai alat bantu bagi siswa dalam menemukan rumus volum, luas tabung kerucut melalui tahapantahapan penemuan terbimbing yang tertuang dalam LKS. Dan membantu guru dalam membimbing siswa memahami masalah maupun memecahkan masalah, sehingga proses menemukan rumus yang dicari, difahami secara utuh dan bermakna. METODE Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian eksperimen. Dikatakan penelitian eksperimen karena ditandai adanya perlakuan yang dirancang secara sengaja untuk mengubah suatu kondisi, yakni menerapkan pembelajaran penemuan terbimbing dengan menggunakan perangkat pembelajaran dari hasil pengembangan. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan, terdiri dari 6 kelas paralel. Sampel penelitian dipilih 2 kelas secara acak, satu kelas sebagai kelas kontrol dan yang lain sebagai kelas eksperimen. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah pretes-postes dua kelompok
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
10
Tabel 1. prosedur penelitian terhadap sampel Kelas
Pretes
Perlakuan
Postes
Eksperimen
T1
X
T2
Kontrol
T1
Y
T2
Keterangan T1
:
Pretes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
T2
:
Postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
X
:
Perlakuan yaitu penerapan pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga
Y
:
Perlakuan yaitu penerapan pembelajaran matematika secara konvensional
Berdasarkan pertanyaan penelitian, data penelitian dianalisis dengan statistik inferensial analisis kovarian (ANAKOVA). Alasan menggunakan anakova karena dalam penelitian ini menggunakan variabel kovariat sebagai variabel bebas yang sulit untuk dikontrol tetapi dapat diukur bersama dengan variabel terikat. Disamping itu dengan menggunakan ANAKOVA tingkat kesalahan dalam mengambil kesimpulan dapat diminimalisir. Analisis statistik inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Adapun langkah-langkah ANAKOVA sebagai berikut: (1) Menentukan model regresi. Model regresi linier dibutuhkan karena ingin melihat bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat baik pada kelas kontrol maupun pada kelas eksperimen. Misalkan X : kemampuan awal siswa (variabel kovariat) Y : hasil belajar siswa (variabel terikat) n : banyak siswa Model regresi linier antara X dan Y adalah Y = a + bX, dengan a dan b
adalah estimator untuk θ1 dan θ2 dalam persamaan Y = θ1 + θ2 X. Nilai a dan b dicari dengan rumus: n
a
n
x y 2 i
i 1
n
n
x x i
i 1
i
i 1 2
yi
n n n xi2 xi i 1 i 1
n
b
i 1
i
n xi y i i 1
n
n
x y i 1
i
n n n xi2 xi i 1 i 1
i 1
i
2
(2) Uji Independensi (menguji keberartian koefisien model regresi) Uji independensi pada penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa. Rumusan hipotesisnya adalah: H0 : θ2 = 0 (tidak ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa) H1 : θ2 ≠ 0 (ada pengaruh kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar siswa)
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
11
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varian dengan uji
statistik F dengan berikut: F * MSR
rumus
sebagai
MSE
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika F * F (1 , n 2) , untuk α = 5% Keterangan : SST
= jumlah kuadrat total
=
n Yi i 1 n Yi 2 n i 1
n b X i Yi i 1
n
i 1
= jumlah kuadrat regresi
=
SSE
=
jumlah kuadrat error
= SST – SSR
MSR
=
mean kuadrat regresi
=
SSR 1
MSE
=
Mean kuadrat error
=
SSE n2
n
=
jumlah siswa
H0
:
model regresi linier
H1 : model regresi tidak linier Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians dengan uji statistik F dengan rumus sebagai berikut :
F *
MSLF MSPE
Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika F* ≥ Fα (k - 2 , n – k), dengan α = 5% Keterangan:
n
X Y
SSR
(3) Uji linieritas regresi. Uji linieritas model regresi masing-masing dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, untuk mengetahui apakah kemampuan awal dan hasil belajar matematika siswa berhubungan secara linier. Untuk mengujinya hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
2
SSPE
i
i 1
i
n
= pure error sum of
Y k
square
=
n
i 1 j 1
ij
Y i
MSPE
=
square
SSPE = nk
SSLF square
= lack of fit sum of = SSE – SSPE
MSLF
= lack of fit mean square =
pure
2
error
mean
SSLF k 2
k berbeda
=
banyaknya
n
= jumlah siswa
X yang
(4) Uji kesamaan dua model regresi. Uji kesamaan dua model regresi pada penelitian ini bertujuan untuk menguji kesamaan model regresi kelas eksperimen dan model regresi kelas kontrol.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
12
Misaikan: model regresi linier kelas kontrol: YK = θ1 + θ2 XK, dan
H1 atau θ2 ≠ θ4 : θ1 ≠ θ3 (kedua model regresi tidak sama)
model regresi linier kelas eksperimen: YE = θ3 + θ4 XK, Hipotesisnya berikut:
dirumuskan
Untuk menguji hipotesis nol digunakan statistik F dengan rumus sebagai berikut: (Netter, 1974:164)
sbagai
SSE ( R) SSE ( F ) 2 F* SSE ( F ) (nK nE 4)
H0 : θ1 = θ3 dan θ2 = θ4 (kedua model regresi sama)
Tolak H0 jika F* ≥ F α SSTO(R) = SSE(R)
(2 ,
nK + nE – 4) dengan α = 5%, dengan:
n Yi i 1 n Yi 2 n i 1
2
SSR(R)
=
n b X i Yi i 1
n
n
X Y i 1
i
n
i 1
i
= SSTO(R) – SSR(R)
SSE(F)
= SSEK + SSEE
Keterangan: SSEK
: error sumo f square kelas kontrol dan
SSEE
: error sumo f square kelas ekssperimen
nK
:
nE
: banyaknya siswa di kelas eksperimen
banyaknya siswa di kelas kontrol
Jika dalam pengujian ini hipótesis nol diterima, maka kedua model regresi tidak berbeda secara signifikan. Dengan kata lain, perbedaan perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak mengakibatkan perbedaan hasil belajar siswa dari kedua kelas tersebut. Jika hipótesis nol ditolak, dilanjutkan dengan uji kesejajaran. (5) Uji kesejajaran dua model regresi. Uji ini dilakukan jika dalam pengujian pada point 4) di atas, H0 ditolak (model regresi tidak sama). Uji kesejajaran dua model regresi pada penelitian ini
bertujuan untuk menguji kesejajaran model regresi untuk kelas eksperimen dan model regresi untuk kelas kontrol. Hipotesisnya berikut:
dirumuskan
sebagai
H0 : θ2 = θ4 (kedua model regresi sejajar) H1 : θ2 ≠ θ4 tidak sejajar)
(kedua model regresi
Untuk menguji hipótesis nol digunakan statistik F dengan rumus sebagai berikut: B A (k 1) F * A ( nK nE 2 k )
(Ferguson, 1989:369)
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
13 Dengan
2 nj ( Y Y ) ( X X ) i j i j k nj i 1 SSTx(adj ) A (Yi j Y ) 2 nj j 1 i 1 ( X i j X )2 i 1
B SSTy
( SPT ) 2 SSTx
Tolak H0 jika F* ≥ F (1-α , k-1 , N – 2k) dengan α = 5 % Keterangan : SPT
: jumlah total produk
SSTx
: jumlah kuadrat total X
SSTy
: jumlah kuadrat total Y
K
: banyaknya kelompok
N
: banyaknya siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Jika kedua model regresi sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan hasil belajar siswa pada kelas kontrol sebagai akibat dari perbedaan perlakuan pada kedua kelas tersebut. HASIL Dari pelaksanaan penelitian yang menerapkan pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga diperoleh hasil analisis deskriptif sebagai berikut : (1) Aktivitas Siswa. Aktivitas yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga dikategorikan baik Hal ini menunjukkan pembelajaran yang diterapkan mampu meningkatkan aktivitas siswa, memberikan banyak kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, untuk mengembangkan konsep, menemukan prinsip-prinsip dan mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran. Sehingga siswa mempunyai pengalaman belajar yang bermakna dengan bimbingan guru. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Ragan (2005:19) bahwa pengetahuan
dibangun dari pengalaman, hasil belajar merupakan interpretasi seseorang yang berasal dari pengetahuan dan belajar adalah sebuah proses aktif , yang dikembangkan berdasarkan pengalaman. (2) Respon Siswa, Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa respon siswa terhadap komponen pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga adalah positif, dan siswa berminat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya dengan pembelajaran penemuan terbimbing. Hal ini mengindikasikan bahwa pembelajaran tersebut dapat menumbuhkembangkan sikap postif siswa dalam belajar matematika. Minat positif dari siswa akan membuat siswa antusias untuk belajar, sehingga siswa diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik Hal ini sesuai dengan pendapat Suherman (1993:78) bahwa minat mempengaruhi proses dan hasil belajar. (3) Hasil Belajar Siswa. Berdasarkan hasil analisis ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal, ketuntasan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga tercapai, sedangkan untuk kelas kontrol ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal tidak tercapai. Dari data yang
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
14
diperoleh menunjukkan banyak siswa yang tuntas belajar adalah 29 siswa dari 32 siswa atau 90,625% yang tuntas belajar untuk kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol yang tuntas belajar adalah 11 siswa dari 30 siswa atau 36,667% siswa yang tuntas belajarnya. Berdasarkan hasil analisis deskriptif untuk kriteria keefektifan pembelajaran dapat dikemukakan bahwa aktivitas siswa selama pembelajaran efektif, respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran positif, dan hasil belajara secara klasikal tuntas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran penemuan terbimbimg dengan alat peraga efektif untuk materi pokok volume dan luas tabung, volume dan luas kerucut di kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan Hasil Analisis Statistik Inferensial diperoleh bahwa : (1) Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan kemampuan awal siswa dan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga adalah YE = 33,180 + 0,811XE. Model regresi sederhana yang menyatakan hubungan kemampuan awal siswa dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah YK = 21,784 + 1,049XK.. (2) Berdasarkan analisis uji independensi untuk kedua model regrsesi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. (3) Dari hasil analisis uji linieritas, ternyata kedua model regresi diatas memenuhi model regresi linier. Hubungan kemampuan awal siswa dengan hasil belajar dapat dinyatakan dalam bentuk regresi linier. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kemampuan awal siswa semakin tinggi pula hasil belajar siswa (4) Dari hasil analisis uji kesamaan, ternyata kedua model regresi tidak
sama dan dari analisis uji kesejajaran, ternyata kedua model regresi sejajar. Karena kedua model regresi linier untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama dan sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. (5) Garis regresi dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sejajar, tetapi konstanta untuk kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol, hal ini mengindikasikanada perbedaan yang signifikan. Secara geometris garis regresi untuk kelas eksperimen di atas garis regresi kelas kontrol, berarti hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran matematika secara knvensional. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis deskriptif disimpulkan bahwa pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga efektif untuk mengajarkan materi luas dan volume tabung, luas dan volume kerucut, kesimpulan ini didasari oleh beberapa hal berikut ini, yaitu: (1) aktivitas siswa dalam pembelajaran aktif; (2) respon siswa terhadap pembelajaran positif dan (3) ketuntasan belajar secara klasikal tercapai. Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial diperoleh bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran penemuan terbimbing dengan alat peraga lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional untuk materi luas dan volume tabung, luas dan volume kerucut di kelas IX SMP Negeri 5 Lamongan.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
15
SARAN Berdasarkan hasil penelitian, dikemukakan saran berikut: (1) Penemuan Terbimbing dengan alat peraga diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif metode pembelajaran di kelas khususnya pada pembahasan materi luas dan volume tabung, luas dan volume kerucut. (2) Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering mencoba menggunakan beberapa metode yang sesuai dengan materi yang sedang dibahas DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta, Bumi Aksara.
Soejadi, 1997. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. IKIP Surabaya. Soejadi, 2000. Kiat Pendidikan Matematika Indonesia. Jakarta. Dirjendikti. Depdikbud. Netter, John (1974). Applied Linier Statistical Model. Illionis, Richard D. Erwin, INC. Ferguson, George A (1989). Statistical Analisys in Psychology and Edukation. Sixth Edition, Singapore, Mc Graw-Hill International Book Co. Widyantini, Guntoro. 2010. Penggunaan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika SMP. PPPPTK Matematika Jogjakarta.
Slavin, R. E. 2009, Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik, ediisi 8, jilid 2. PT Indeks Jakarta.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
16
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA MELALUI PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN COOPERATION SCRIPT Sri Maryani SMPN 5 Lamongan Email :
[email protected] ABSTRAK Ketuntasan belajar menjadi indikator tercapaiannya tujuan pembelajaran. oleh karena itu agar tercapainya ketuntasan belajar secara maksimal maka perlu penggunaan pembelajaran yang variatif serta pemilihan metode pembelajaran yang tepat, sehingga membuat proses belajar tidak monoton dan kurang menarik hal itu menjadikan siswa kurang aktif dan berdampak pada kurang maksimalnya pencapaian ketuntasan belajar. Salah satu metode pembelajaran yang bisa digunakan adalah dengan metode cooperative script. dimana metode ini dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Permasalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMPN 5 Lamongan setelah melalui pembelajaran kooperatif model Cooperaif Scrip. Kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Terdapat peningkatan hasil belajar bahasa Inggris dengan metode cooperative script pada kelas VII-A SMPN 5 lamongan tahun 2012/2013, (2) terdapat peningkatan motivasi belajar bahasa Inggris. Kata Kunci : Prestasi belajar, Bahasa Inggris, Cooperative script
PENDAHULUAN Dalam pembelajaran, untuk mendapatkan hasil yang baik maka perlu terciptanya kondisi belajar yang baik. sehinga proses pembelajaran dapat berjalan dengan optimal dan mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikan dalam suasana yang menyenangkan serta hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa serta antar siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. yang nantinya akan dapat meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar di dalam kelas.
Seperti halnya yang ada di SMPN 5 Lamongan, kurang variatifnya penggunaan metode pembelajaran membuat proses belajar yang monoton dan kurang menarik hal itu menjadikan siswa kurang aktif sehingga berdampak pada kurang maksimalnya pencapaian tujuan pembelajaran. disamping itu kadang penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan tidak maksimal hal ini juga menadi permasalahan tersendiri di sekolah kami. Seperti penggunaan metode kelompok belajar yang tidak masimal kadang membuat siswa kurang termotivasi dalam mengikuti proses belajar, banyak waktu yang terbuang,
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
17
sehingga hasil pembelajaran tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti yang terjadi di SMPN 5 Lamongan, dimana saat pembelajaran menulis undangan, pengumuman dan pesan singkat, siswa yang aktif hanya sebagian kecil saja sedangkan yang lain asyik bergurau, disamping itu juga siswa mengeluh tidak bisa bekerja sama dengan sesama anggota kelompok. Problematika yang terjadi diatas membuat saya tertarik untuk meneliti penyebab dari akar masalah diatas.
peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII-A SMPN 5 Lamongan setelah melalui pembelajaran kooperatif model Cooperaif Scrip?
Penggunaan strategi pembelajaran yang bisa menjadi salah satu alternative pilihan adalah dengan metode pembelajaran cooperative script dimana metode ini adalah metode belajar kelompok berpasangan dan secara lisan mengikhtiarkan bagian-bagian dari materi yang diajarkan. dimana siswa bekerja sama yang memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa, serta interaksi antar siswa yang dapat menjadikan hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun sesame siswa dalam satu kelompoknya. Metode ini memungkinkan siswa untuk belajar dari temannya sendiri atau mereka mengajari temannya sesama anggota kelompok sehingga mereka bisa lebih mendalami materi pembelajaran yang diajarkan. Sehingga pembelajaran kelompok kecil dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, memberikan rasa tanggung jawab yang besar, berkembangnya daya kreatifitas siswa dan tanggung jawabnya. sehingga peneliti merasa terdorong untuk meneliti “ Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa Kelas VIII-A SMPN 5 Lamongan Tahun pelajaran 2012/2023 Melalui Pembelajaran Kooperatif model Cooperatif Script”
METODE
Berdasarkan penjelasan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
Melalui kegiatan penelitian ini peneliti memiliki tujuan diantaranya adalah: (1) Mengetahui adanya peningkatan belajar bahasa Inggris pada siswa kelas VIII-A SMPN 5 Lamongan. (2) Meningkatkan motivasi belajar bahasa Inggris pada siswa.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). dimana menurut tim pelath proyek PGSM. PTK bisa diartikan adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas. sedangkan penelitian tindakan kelas menurut arikunto (2002), yaitu berbentuk spiral dari siklus ke siklus yang berikutnya. setiap siklus meliputu rencana, tindakan, pengamatan dan refleksi. sedang langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan di SMPN 5 Lamongan pada keas VIII-A pada pokok bahasan Teks fungsional pendek sangat sederhana. dengan waktu penelitian ini dilakukan selama 3 minggu pada bulan Oktober tahun pelajaran 2012/2013. sedangkan instrument penelitian yang digunakan adalah silabus, RPP, Lembar kegiatan siswa dan test formatif. Sedangkan metode pengumpulan data diperoleh melalui observasi pengelolaan belajar aktif, dan tes formatif. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
pada teknik
18
analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggabarrkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data ayang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
script pada pelajaran bahasa Inggris memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus 2) yaitu masingmasing 77,8% dan 94,4%. Pada siklus 2 secara klasikal ketuntasan belajar tercapai.
HASIL
Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, berdasarkan data diketahui kemampuan guru dalam proses pembelajaran dengan cooperative script pada mata pelajaran bahasa Inggris dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar yang bisa dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa pada setiap siklus.
Data hasil penelitian pada siklus 1 dijelaskan bahwa pembelajaran dengan cooperative script diperoleh nilai ratarata prestasi belajar siswa adalah 73,9 dan ketuntasan belajar mencapai 77,8% atau ada 28 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. hal itu menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai lebih dari 65 hanya sebesar 77,8% lebih kecil dari presentasi ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa banyak yang merasa asing dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pada siklus 2 dari data yang diperoleh maka nilai rata-rata test formatif sebesar 83,9 dan ketuntasan belajar siswa menjapai 34 siswa dari 36 siswa yang ada. serta terdapat 2 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai 94,4% da termasuk kategori tuntas. pada hasil siklus 2 ini mengalami peningkatan lebih dari siklus 1. adanya peningkatan hasil belajar pada siklus 2 ini dipengaruhi oleh adanya usaha siswa untuk
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran, dari data yang diperoleh dalam pembelajaran bahasa Inggris dengan metode cooperative script bisa dikategorikan sangat aktif hal ini bisa dilihat pada saat pembelajaran siswa antusias untuk mengikuti pembelajaran mulai dari mendengarkan penjelasan guru, bekerjasama dengan kelompoknya, menyelesaikan tugas guru dan diskusi antar siswa dan dengan guru. Sedangkan peran guru yang muncul dalam pembelajaran dengan metode cooperative script adalah aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, membe-rikan umpan balik secara simbolik maupun ekspositorik, memberikan bimbingan kepada siswa yang menga-lami kesulitan memahami materi,serta mengadakan evaluasi dan Tanya jawab dari proses pembelajaran ini.
PEMBAHASAN Ketuntasan hasil belajar siswa melalui penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan cooperative
KESIMPULAN Kesimpulan dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : (1)
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
19
Terdapat peningkatan hasil belajar bahasa Inggris dengan metode cooperative script pada kelas VII-A SMPN 5 lamongan tahun 2012/2013, (2) terdapat peningkatan motivasi belajar bahasa Inggris. SARAN Pada penelitian kali ini peneliti memberikan beberapa saran dalam pembelajaran dengan metode cooperative script ini yaitu : (1) Untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami isi teks bacaan bahasa Inggris, hendaknya digunakan pola penugasan yang efektif dan secara berpasangan sebagai pendukung berkomunikasi secara alami (2) Untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, guru hendaknya memiliki kemampuan memilih metode yang relevan dengan mengkolaborasikan
dengan metode lain sehingga menumbuhkan kreatifitas dan berfikir kritis. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini, 2002. Prosedur Penelitiansuatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta Hariningsih, Dwi: 2008; Membuka Candela Ilmu Pengetahuan Dengan Bahasa dan Sastra Indonesia: Jakarta; Pusat Pembukuan, Departemen Pendidikan Nasional. Haryadi Dkk; 1997; Peningkatan Ketrampilan Berbahasa; Yogyakarta; Dirjen Dikti Depdikbud Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tndakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah untuk guru se-kabupaten Tuban
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
20
PENGGUNAAN METODE CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PELAJARAN BAHASA INGGRIS Sri Sumartini SMPN4 Lamongan Email:
[email protected] ABSTRAK Berdasarkan pada observasi yang dilakukan peneliti di lapangan kegiatan belajar mengajar SMP Negeri 4 Lamongan kelas VII-B tahun pelajaran 2011/2012, tepatnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris siswa masih banyak yang belum aktif, tidak bergairah bahkan cenderung kurang kreatif. Hal tersebut dapat dilihat oleh sikap yang kurang antusias ketika pelajaran berlangsung, rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru. Classroom Action Research ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012. Tepatnya penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas VII-B Semester I dan dimulai dari awal bulan Oktober sampai dengan akhir Nopember 2011. Jumlah siswa 30 anak. Materi penelitian ini adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Saat penelitian didampingi oleh seorang kolabolator. Dari data yang didapat, prestasi siswa Kelas VII-B Semester I SMP Negeri 4 Lamongan tahun pelajaran 2011/2012 mata pelajaran Bahasa Inggris Tema What News melalui Metode CTL menunjukkan hasil yang peningkatan mulai dari siklus pertama sampai dengan siklus yang kedua. Acuan peneliti bahwa sebuah pengajaran dengan Metode CTL berpengaruh pada belajar siswa melalui hasil tes belajar siswa yaitu. nilai rata – rata kelas saat siklus pertama 57,4 dan pada siklus kedua 78,7. Kata kunci : CTL, Prestasi Belajar, Bahasa Inggris
PENDAHULUAN Penyelenggaraan pendidikan pada prinsipnya memiliki tujuan untuk meningkatkan hasil belajar yang maksimal, yang merupakan prinsip yang relevan untuk mengisi peluang membangun SDM. UNDP dalam paper II tahun 1997 menegaskan bahwa selama kurun waktu 30 tahunan ini kepemerintahan hendaknya memperhatikan pembangunan Sumber Daya Manusia. Ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan
belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara ilmiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan „mengetahui‟nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi „mengingat‟ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Dan, itulah yang terjadi di kelas – kelas sekolah kita! Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pengajaran yang diberi karakteristiknya
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
21
memenuhi harapan itu. Sekarang ini pembelajaran dan pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli pendidikan dan pengajaran dalam upaya „menghidupkan‟ kelas secara maksimal. Kelas yang „hidup‟ diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar sekolah yang demikian cepat. Berdasarkan pada observasi yang dilakukan peneliti di lapangan kegiatan belajar mengajar SMP Negeri 4 Lamongan kelas VII-B tahun pelajaran 2011/2012, tepatnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris siswa masih banyak yang belum aktif, tidak bergairah bahkan cenderung kurang kreatif. Hal tersebut dapat dilihat oleh sikap yang kurang antusias ketika pelajaran berlangsung, rendahnya respon umpan balik dari siswa terhadap pertanyaan dan penjelasan guru serta kurangnya konsentrasi siswa pada proses pembelajaran Bahasa Inggris. Sebagai upaya dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar Bahasa Inggris perlu diadakan Classroom Action Reasearch. Yaitu dengan menambah variasi model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan kreatif, yaitu dengan menerapkan Stategi pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa hasil belajar siswa dapat mengalami peningkatan baik secara individual maupun klasikal Berdasarkan temuan dan uraian diatas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut : (1) Interaksi aktif siswa Kelas VII-B Semester I SMP Negeri 4 Lamongan dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris masih lemah. (2) Pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Inggris masih rendah. (3) Antusias dan respon siswa
dalam belajar rendah.
mengajar
cenderung
Sehingga peneliti merumuskan beberapa masalah untuk dalam penelitian kali ini diantaranya : (1) Apakah dengan Contextual Teaching and Learning (CTL) mampu menciptakan interaksi aktif siswa dalam proses belajar mengajar ? (2) Apakah setelah menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa semakin semangat, rajin dalam mengikuti pelajaran di kelas? (3) Bagaimanakah respon siswa setelah guru memberikan materi pelajaran dengan menggunakan pendekatan yang kreatif dan menarik yaitu pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)? (4) Apakah hasil akhir siswa (prestasi belajar) dapat meningkat setelah diterapkan Contextual Teaching and Learning (CTL)? Tujuan dari penelitian ini yang berupa penelitian tindakan kelas ini adalah : (1) Menciptakan interaksi aktif siswa siswa Kelas VII-B Semester I SMP Negeri 4 Lamongan dalam proses belajar mengajar Bahasa Inggris. (2) Melatih ketrampilan siswa dalam berbahasa inggris yang benar dan baik. (3) Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. (4) Meningkatkan kinerja guru dalam proses belajar mengajar di kelas. (5) Ingin mengetahui sejauh mana penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Inggris. METODE penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012. Tepatnya penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas VII-B Semester I dan dimulai dari awal bulan Oktober sampai dengan akhir Nopember 2011. Jumlah siswa 30 anak. Materi penelitian
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
22
ini adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Saat penelitian didampingi oleh seorang kolabolator. Untuk memperjelas penelitian, terlebih dahulu dikemukakan pengertian tentang dan sampel. Populasi adalah seluruh penduduk ysng dimaksud untuk diselidiki” Sutrisno Hadi (1987 : 220). Populasi yang diselidiki dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B Semester I SMP Negeri 4 Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah merupakan bagian dari wakil populasi yang diteliti,
pengambilan sampel ini didasarkan oleh pendapat Suharsini Arikunto. Jadi yang dijadikan Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B Semester I SMP Negeri 4 Lamongan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 siswa HASIL Kegiatan pada siklus pertama ini, tiap pertemuan terdiri dari (2 x 45) menit dengan Materi Pembelajaran Bahasa Inggris tema What News?. Dengan hasil sebagai berikut
Tabel Data Hasil Observasi Terhadap Siklus Pertama Dalam Kegiatan Belajar Bahasa Inggris No
Nama Siswa
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.
Afif Wildan Muliawan Aflakha Chalimatus Salsabila Ahmad Iftikhor Hamda Alvairus Yohan Saputra Ananda Amelia Putri Ananta Bagus Prasetya Andrias Sandi Priatna Bagus Khoirul Anam Catresia Martha Bella Dewi Lestari Dewi Rahmawati Eka Putri Hariyani Fajar Bagus Riadiansyah Faradina Zerin Fatur Robbani Febry Fitria Indah Ningsih Fitri Febriyanti Hanifan Indra Ceswara Himmatul Ulaiffah Hisyam Fikri Adi Tama M. Suyitno Awaludin Mohamad Ichwan Fanani Muhammad Arifiansyah Nabilah Zahra Wahdania Ramadhanti Novitsari Rohmana Rena Aprilia Muji Lestari
Mdr 50 55 55 50 60 60 60 50 55 50 55 55 50 65 60 65 60 60 55 55 60 50 50 50 60 60
Bbr 50 55 55 50 60 50 50 60 60 60 60 50 60 60 60 50 60 50 40 50 60 60 60 70 70 60
Ulangan Harian I Mba Mn Rata – rata Nilai 50 50 50 55 55 55 55 55 55 50 50 50 60 60 60 60 60 58 50 70 58 50 70 58 50 60 56 50 70 58 70 55 60 60 55 55 70 60 60 70 60 64 60 60 60 70 50 59 60 60 60 60 50 55 60 60 54 60 60 56 70 60 63 70 60 60 60 60 58 60 60 60 50 60 60 60 60 60
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
23
27. 28. 29. 30.
Sania Tiara Oktavia Hadi Titi Dwi Hariyati Mardiya Umu Mas Ula Sa'adah Wilda Rachmatul Pratiwi Jumlah Nilai rata – rata
Berdasarkan pengamatan kolaborator, hasil belajar siswa, data kuesioner yang diberikan pada siswa diperoleh hal-hal sebagai berikut : (1) Adanya kesadaran guru peneliti tentang kekurangan-kekurangan yang dirasakan pada saat pembelajaran berlangsung. (2) Adanya inisiatif guru/peneliti untuk berusaha memperbaiki kekurangan pada pertemuan berikutnya. (3) Metode yang digunakan sudah tepat meskipun pelaksanaannya belum efektif. (4) Memudahkan guru dalam memberikan materi pelajaran (5) Penggunaan waktu
60 50 55 60 50 50 50 60 50 50 60 60 50 60 55 60 1665 1680 1760 1770 55,5 56 58,7 59
56 53 55 56 1722 57,4
belum sesuai sebagaimana yang direncanakan dalam rencana pelajaran (RP) (6) Banyak siswa yang terlihat kurang aktif dan belum mau bekerjasama baik saat mengerjakan tugas dalam LKS, percobaan maupun diskusi kelompok. (7) Siswa masih belum terbiasa sehingga belum terlihat adanya kekompakan. Data hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti tentang keaktifan siswa saat proses belajar mengajar, dapat disajikan melalui table berikut ini:
Tabel 1 Data Hasil Observasi Terhadap Siklus Kedua Dalam Kegiatan Belajar Bahasa Inggris No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
Nama Siswa Afif Wildan Muliawan Aflakha Chalimatus Salsabila Ahmad Iftikhor Hamda Alvairus Yohan Saputra Ananda Amelia Putri Ananta Bagus Prasetya Andrias Sandi Priatna Bagus Khoirul Anam Catresia Martha Bella Dewi Lestari Dewi Rahmawati Eka Putri Hariyani Fajar Bagus Riadiansyah Faradina Zerin Fatur Robbani Febry Fitria Indah Ningsih Fitri Febriyanti Hanifan Indra Ceswara Himmatul Ulaiffah Hisyam Fikri Adi Tama
Mdr 85 70 80 85 80 75 70 60 70 80 70 70 85 70 80 85 75 70 70 70
Bbr 85 70 80 85 85 70 70 80 80 80 80 80 80 80 90 80 80 80 80 80
Ulangan Harian II Mba Mn Rata – rata Nilai 85 85 85 70 70 70 80 80 80 85 85 85 80 85 78 80 90 79 80 90 78 80 90 78 80 80 78 80 80 80 90 75 79 80 75 76 80 80 81 80 80 78 80 80 83 90 70 81 80 80 79 80 70 75 80 70 75 90 80 80
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
24
21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
M. Suyitno Awaludin Mohamad Ichwan Fanani Muhammad Arifiansyah Nabilah Zahra Wahdania Ramadhanti Novitsari Rohmana Rena Aprilia Muji Lestari Sania Tiara Oktavia Hadi Titi Dwi Hariyati Mardiya Umu Mas Ula Sa'adah Wilda Rachmatul Pratiwi Jumlah Nilai rata – rata
70 80 80 80 80 80 90 70 80 80 80 60 80 70 80 80 70 70 80 80 70 70 80 80 70 90 80 80 80 70 80 80 70 80 75 90 90 90 80 80 2260 2375 2435 2375 75,3 79,2 81,2 79,2
78 80 75 78 75 75 80 78 79 85 2361 78,7
keterangan : Mbr = Mendengarkan Bbr = Berbicara Mb = Membaca Mn = Menulis Berdasarkan hasil pengamatan akhir dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Guru / peneliti dapat melaksanakan seluruh rencana tindakan dengan baik dan berhasil. (2) Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat mewarnai sistem diskusi kelas pada pertemuan ini sehingga gairah dan motivasi serta keaktifan siswa sungguh-sungguh menggembirakan meningkat. PEMBAHASAN Dari tabel di atas indikator, prestasi siswa Kelas VII-B Semester I SMP Negeri 4 Lamongan tahun 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
pelajaran 2011/2012 mata pelajaran Bahasa Inggris Tema What News melalui Metode CTL menunjukkan hasil yang peningkatan mulai dari siklus pertama sampai dengan siklus yang kedua. Acuan peneliti bahwa sebuah pengajaran dengan Metode CTL berpengaruh pada belajar siswa melalui hasil tes belajar siswa yaitu. nilai rata – rata kelas saat siklus pertama 57,4 dan pada siklus kedua 78,7. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik perbandingan nilai rata – rata di bawah ini :
West; 78,7 West; 57,4
Gambar 1. perbandingan nilai rata – rata siswa JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
25
SIMPULAN Dari uraian data diatas maka penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan sebagai berikut : (1) Upaya untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa dalam pembelajaran Bahasa Inggris Kelas VII-B Semester I SMP Negeri 4 Lamongan dengan pendekatan CTL yang telah diaplikasikan oleh guru peneliti membawa dampak positif kearah kemajuan hasil belajar meskipun sangat kecil sekali. (2) Pemberian ulangan harian atau post test pada setiap akhir tatap muka dapat meningkatkan motivasi siswa belajar. (3) Dengan Metode CTL berpengaruh pada belajar siswa melalui hasil tes belajar siswa yaitu. Nilai rata – rata kelas saat siklus pertama 57,4 dan pada siklus kedua 78,7. SARAN Dalam penelitian kali ini peneliti memberikan beberapa saran sebagai pertimbangan dalam proses pembelajaran dengan penerapan CTL diantaranya: (1) Penerapan pendekatan CTL, dalam pembelajaran Georafi hendaknya dapat dijadikan salah satu alternative untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar Bahasa Ingris khususnya bagi siswa. (2) Agar siswa dalam pembelajaran siswa lebih termotivasi dan aktif sebaiknya guru Bahasa Inggris dapat menerapkan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam proses belajar mengajar dengan baik dan benar. (3) Guru seyogyanya menguasai kelas dan memonitor serta berkomunikasi mengenai kemajuan belajar siswa, misalnya dapat mengedalikan perilaku siswa saat proses belajar mengajar. (4) Siswa harus senantiasa belajar secara giat dan harus dapat memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar supaya hasil belajar yang didapat dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA Bobbi Deportes, Mark Reardon dan Sarah Singer Novrie, 2000 Contextual Teaching and Learning. Bandung : Kaifa Druxes Herbert, 1996. Kompedium Dikdatik Bahasa Inggris. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Istijar. 1985. Pengetahuan Ringkas 1. Jakarta : CV. Muara Cipta. Karhani S. KArim. 1998. Panduan Pembelajaran Bahasa Inggris SMP. Jakarta : Pusat Perbukuan Melalui Bagian Proyek Pembangunan Buku dan Minat baca. Simanungkalit. 1986. Sebaiknya Anda Tekun. Jakarta : Adna Press. Wardani, Heri dan Sugeng 1996. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : Depdikbud. Winaputra Udin dan Rosita Tita. Belajar dan Pembeljaran, 1997. Jakarta : Depdikbud.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
26
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA MODEL PEMBELAJARAN BERDASAR MASALAH Siti Lailatul Nikmah SMPN 2 Lamongan Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP Negeri 2 Lamongan dalam proses belajar mengajar menggunakan perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran berdasar masalah.Subjek penelitian ini adalah 31 siswa SMP Negeri 2 Lamongan. Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 2 lamongan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan menggunakan rancangan penelitian one group pretest-posttest, dengan pengembangan model Dick and Carey. Untuk menganalisa data ini menggunakan NGain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran baik (dengan rentang 3-4) dan ada peningkatan hasil belajar siswa yaitu 0.72.Simpulan dari penelitian ini adalah perangkat pembelajaran IPA dengan model pembelajaran berdasar masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP pada pelajaran IPA materi pencemaran lingkungan Kata Kunci: Masalah
Perangkat Pembelajaran, Model Pembelajaran Berdasar
PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat men-jadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.
Pembelajaran memanfaatkan feno-mena alam di lingkungan sekitar siswa dilanjutkan dengan pemanfaatan ICT untuk menambah informasi dan memvi-sualisasikan proses-proses alam yang kompleks agar muda di pahami siswa (Dit.PSMP 2007). Dalam konteks ini, siswa perlu dibantu untuk mengembangkan sejumlah keterampilan ilmiah yang meliputi keterampilan mengamati, menggunakan alat dan bahan, merencanakan eksperimen, mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesa, mela-kukan percobaan, menyimpulkan dan mengkomunikasikan temuan (Gebi, 2012). Para ahli pendidikan memandang sains tidak hanya terdiri atas fakta, konsep dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dan
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
27
sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang belum dapat di terangkan (Khaerudin, 2005). Karakteristik pelajaran sains menuntut adanya keterampilan proses dan penyelesaian masalah mengunakan metode ilmiah yang harus terbiasa berpikir secara scientist (Pujianto, 2009), keterampilan ini disebut sebagai Keterampilan Proses Sains (KSP). Sementara itu Gebi (2012), menyatakan bahwa agar siswa dapat mengembangkan keterampilan pada pembelajaran sains perlu digunakan pendekatan proses. Keterampilan proses berkaitan dengan belajar yaitu bagaimana siswa menemukan konsep melalui aktivitas secara langsung dengan objek nyata atau dengan keterampilan perolehan (Puasati, 2006). Umumnya proses belajar mengajar di sekolah hanya menekankan pada mengetahui dan memahami aspek, sedangkan untuk aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi jarang dilakukan. Menurut Rehana dan Liliasari (2008), pembelajaran yang tidak menekankan pada upaya pengembangan berpikir tingkat tinggi (keterampilan berpikir kritis) cenderung mengkondisikan siswa ke dalam belajar hafalan (rote learning). Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk kehidupan, pekerjaan dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainya (Inch et al dalam Duda 2010). Berpikir kritis merupakan keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang di perlukan secara ektif untuk mengiden-tifikasi, menganalisis dan mengevaluasi argumen dan kebenaran untuk menemukan dan mengatasi prasangka pribadi dan bias, untuk merumuskan dan memberikan alasan yang meyakinkan serta untuk mendukung kesimpulan, dan membuat keputusan yang masuk akal tentang apa yang harus percaya dan apa yang harus dilakukan (Bassham et al, 2002).
Sementara itu, Jamhari (2010), menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis merupakan proses terorganisasi yang melibatkan aktivasi mental yang mencakup kemampuan merumuskan masalah, memberikan argumen, memutuskan dan berinteraksi dengan yang lain untuk memecahkan suatu masalah. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SD, SMP, dan SMA adalah menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif, menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru, dan menunjukkan kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. (Permendiknas No 21, 22 tahun 2006). Salah satu pendekatan yang mungkin dapat merangsang keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran adalah dengan pembela-jaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif dapat merangsang serta membuat siswa cenderung untuk melakukan interaksi. Menurut Susilo dalam Puasati (2006), dalam masyarakat belajar, setiap orang harus bersedia untuk berbicara dan berpendapat, mendengarkan pendapat orang lain dan berkolaborasi membangun pengetahuan dalam kelompoknya. Senada dengan pernyataan tersebut, pembelajaran kooperatif mengajak siswa bekerja sebagai kelompok penemuan, membantu satu sama lain, siswa memiliki kesempatan untuk bekerja sama untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok telah belajar segala sesuatu untuk memecahkan masalah yang kompleks (Slavin, 2006). Dengan demikian, bahwa model pembelajaran berdasar masalah memung-kinkan dapat memberikan dampak yang positif terhadap kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
28
Berdasarkan permasalahan terse-but di atas maka dipandang perlu adanya penelitian untuk mengetahui “bagaimana hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran menggunakan perangkat model pembelajaran berdasar masalah?”. METODE Rencana pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan perangkat Dick and Carey yang dimodifikasi oleh peneliti sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model Dick
and Carey dengan didasarkan alasan perangkat pembelajaran model Dick and Carey lebih runtun, adanya validasi tiap tahap dan adanya tahap revisi pengajaran sebelum melakukan uji coba sebenarnya. Pengembangan perangkat pembelajaran menggunakan model Dick and Carey dengan didasarkan alasan perangkat pembelajaran model Dick and Carey lebih runtun, adanya validasi tiap tahap dan adanya tahap revisi pengajaran sebelum melakukan uji coba sebenarnya. Rancangan pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian mengunakan model Dick and carey, digambarkan pada diagram berikut:
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Identifikasi Materi Pelajaran Analisis Siswa Perumusan Tujuan Pembelajaran dan indikator
Penyusunan Tes
Menyusun Strategi Pembelajaran
Membuat Perangkat Pembelajaran Validasi Perangkat
REVISI-REVISI
Memilih Media dan Metode Pembelajaran
Uji Coba I
Analisis Laporan Uji Coba II Laporan
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
29
Uji Model Uji coba dalam penelitian ini menggunakan rancangan One-Group Pretest-Postest Design (Tuckman, 1978:142) dengan rancangan sebagai berikut:
O1
X
O2
Keterangan: O1 : Uji awal (pre-test), X
komponen isi, kesesuaian indikator dan penulisan.
Instrumen penilaian proses pembelajaran dan hasil belajar siswa Lembar pengamatan keterlaksanaan pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran berdasar masalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa Reabilitas lembar pengamatan keterlaksanaan RPP dihitung dengan rumus berikut (Grinnel, 1988).
: Perlakuan
O2 : Uji akhir (post-test), Siswa yang menjadi sasaran penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 2 lamongan kelas VII E yang terdiri dari 31 siswa pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Kelas tersebut memiliki komposisi yang heterogen baik jenis kelamin maupun kemampuan akade-miknya dengan menggunakan perangkat yang telah dikembangkan. Untuk memperoleh data diperlukan instrumen-instrumen penelitian sebagai berikut: Instrumen penilaian kualitas perangkat pembelajaran Komponen validitas silabus meliputi: aspek materi pembelajaran, aktivitas pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, sumber belajar. Komponen validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) meliputi: aspek indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran. Komponen validitas buku ajar siswa meliputi: aspek kelayakan isi dan komponen penyajian. Komponen validitas Lembar Kegiatan Siswa (LKS) meliputi : aspek kelayakan isi, tujuan, keterampilan proses sains, prosedur dan pertanyaan. Komponen validitas tes hasil belajar meliputi: aspek
dengan
A-B R=1-
X 100 % A+B
Keterangan
:
R = Reabilitas Instrumen A = Frekuensi kecocokan antara dua pengamat D = Frekuensi ketidakcocokan antar dua pengamat Instrumen dikatakan reliabel jika reliabilitasnya 0,75 Perangkat tes hasil belajar Merupakan instrumen untuk mengukur kemampuan kognitif siswa meliputi : kisi-kisi tes hasil belajar produk yang berupa tes pilihan ganda. Tes hasil belajar berupa tes uraian untuk mengevaluasi sekaligus mengukur hasil belajar siswa. Sensitifitas butir soal dihitung dengan tujuan mengevaluasi apakah butir soal yang dibuat peka terhadap efek-efek pembelajaran (sensitif). Besarnya sensitif dapat dihitung mengunakan rumus dari Gronlund (1982:105) sebagai berikut:
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
30
Ra - Rb S= T Keterangan S
:
= Indeks sensitifitas
setiap kali tatap muka oleh pengamat yang sudah dilatih sehingga dapat mengoperasikan lembar pengamatan secara benar. Berdasarkan rata-rata penilaian dari dua pengamat untuk tiap aspek yang di amati ditentikan katagorinya (Arikunto, 2006), yaitu:
Ra = Banyak siswa yang menjawab benar pada tes akhir
0.0 – 1.0 : tidak baik
Rb = Banyak siswa yang menjawab benar pada tes awal
2.1 – 3.0 : cukup baik
T
= Total semua siswa yang menjawab
1.1 – 2.0 : kurang baik 3.1 – 4.0 : baik
soal pada tes Indeks butir soal yang efektif terdapat diantara 0 dan 1, dan nilai positif yang lebih besar menyatakan butir soal yang lebih besar kepekaanya terhadap efek-efek pembelajaran. Butir soal yang mampu mengukur kepekaan efek-efek pembelajaran adalah butir soal yang mempunyai sensitifitas 0,30. Analisis Data Analisis data validasi perangkat pembelajaran Analisis data validasi komponen perangkat pembelajaran berupa deskriptif kualitatif, yaitu dengan merata-rata skor setiap komponen yang hasilnya dideskripsikan sebagai berikut: Sangat baik : 5 Baik
:4
Cukup baik : 3 Kurang baik : 2
Tes hasil belajar Data hasil belajar meliputi nilai pretest dan postest. Cara menilai tes dilakukan dengan mengacu pada rubrik jawaban soal. Data hasil belajar siswa kemudian dianalisis dengan deskriptif kualitatif dengan terlebih dahulu menentukan standar keberhasilan siswa dan standar keberhasilan pembelajaran. Standar keberhasilan siswa dilihat dari penguasaan indikator atau tujuan pembelajaran mencapai skor pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya 70% (sesuai dengan KKM yang ada di SMP Negeri 2 Lamongan. Skor hasil penilaian tes hasil belajar siswa dianalisis dengan mengunakan rumus:
Skor yang diperoleh x 100 Skor maksimal Nilai = (Asep, 2010)
Tidak baik : 1 Analisis yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa Hasil pengamatan penilaian keterlaksanaan pembelajaran Teknik yang digunakan untuk menganalisis data hasil pengamatan tersebut adalah deskriptif kualitatif. Penilaian dan pengamatan dilakukan
Proporsi jawaban benar siswa mengunakan rumus berikut: Proporsi jawaban benar = Banyaknya jawaban benar Jumlah siswa Perhitungan proporsi digunakan untuk mengevaluasi peningkatan jawaban benar uji awal (U1) dan uji akhir (U2). Secara deskriptif kualitatif,
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
31
proporsi penigkatan hasil belajar siswa adalah proporsi pada hasil uji akhir (U2) dikurangi dengan proporsi pada uji awal (U1). HASIL Penelitian ini dilakukan pada tahap implementasi, namun sebelum melakukan implementasi, dilakukan terlebih dahulu pengembangan
perangkat dan perangkat tersebut divalidasi oleh ahli pendidikan dan ahli lingkungan. Secara rinci, tahapan implementasi dan hasil ujicoba adalah sebagai berikut: Keterlaksanaan Rencana Pembelajaran (RPP)
Pelaksanaan
Keterlaksanaan RPP seperti diagram berikut:
terlihat
4 3,9 3,8
Pendahuluan
3,7
Inti
3,6
Penutup
3,5 Pertemuan 1
Pertemuan 3
100 80 60 40 20 0
Pretest Postest Tes hasil belajar
Reliabilitas keterlaksanaan perangkat pembelajaran pada kegiatan pembuka, inti dan penutup pertemuan pertama, pertemuan kedua dan Tabel Pertemuan Pembuka Inti Penutup
pertemuan ketiga mendapat rata-rata skor dengan rentang 1.29 – 1.53 dalam kategori reliabel. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel berikut ini.
Reliabilitas Keterlaksanaan RPP
Reliabilitas Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertemuan Pertemuan I II III 1.60 1.50 1.50 1.13 1.18 1.57 1.00 2.00 1.00
Ratarata 1.53 1.29 1.33
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
32
Keterlaksanaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Hasil pengamatan keterlaksanaan LKS berdasarkan dari beberapa aspek
yang diamati, dapat terlaksana dengan baik. Hasil tersebut seperti pada diagram berikut:
1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Aspek Aspek Aspek Aspek Aspek 1 3 5 7 9
Hasil keterbacaan materi ajar berdasarkan jumlah kata pada materi ajar yang diberikan kepada siswa menda-patkan rerata skor 98.52 dan mampu dipahami dengan baik oleh siswa. Hasil tes hasil belajar mengalami peningkatan pada pada posttest dan diperoleh rata-rata N-Gain sebesar 0.72. Keterlaksanaan rencana
pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat dari rata-rata keterlaksanaan yang dilakukan oleh 2 orang pengamat yang dinya-takan dengan kriteria baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik. Keterlaksanaan Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, serta pertemuan ketiga mendapat rerata skor sebesar 3 sampai 4. Dari data tersebut dapat dikemukakan bahwa rerata skor pada pertemuan pertama relative lebih rendah dari pada pertemuan kedua dan ketiga. Pada pertemuan pertama pembelajaran
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
melampaui batas yang di tetapkan. Hal ini disebabkan kurang mampunya siswa dalam membuat larutan deterjen dalam konsentrasi yang berbeda serta kurang mampunya siswa dalam melakukan analisis serta melaporkan hasil kegiatanya. Hal ini perlu diperhatikan karena siswa selama ini belum pernah dilatih oleh guru, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan tersebut. Hal ini lebih baik jika guru yang mempersiapkan larutan deterjen tersebut sehingga alokasi yang tersedia cukup dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran, guru hanya bertindak sebgai fasilitator dan mendampingi siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang ada melalui lembar kegiatan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa mampu dan terbiasa memecahkan masalah secara mandiri yang dilakukan dalam kelompok. Dalam hal ini peneliti tetap melakukan bimbingan dan tidak langsung membe-rikan jawaban,
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
33
melainkan hanya bimbingan siswa masalah melalui berdasarkan LKS oleh peneliti.
memberi arahan dan untuk memecahkan kegiatan eksperimen yang dikembangkan
Pengajaran yang efektif dimulai jauh sebelum siswa memasuki ruang kelas. Guru yang baik melakukan peren-canaan terlebih dahulu. Mengiden-tifikasi pengetahuan dan keterampilan yang mereka inginkan untuk dikuasai oleh siswa, menentukan urutan yang tepat untuk mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut (Omrod, 2009). Dalam BSNP (2007) dijelaskan bahwa keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan, guru: menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Pada pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi pra-karsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
proses eksplorasi, konfirmasi.
elaborasi,
dan
Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran; memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Semua kegiatan yang telah diuraikan tersebut di atas telah dilakukan oleh peneliti. Implementasi perangkat pembela-jaran berorientasi penyelesaian masalah juga sesuai dengan tujuan mata pelajaran biologi pada lampiran Permendiknas No 22 Tahun 2006 yaitu membentuk sikap positif, menjadikan manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sikap ilmiah, jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain. Reliabilitas keterlaksanaan RPP diperoleh rerata skor sebesar 1.39. Reliabilitas tersebut mendapatkan skor yang tinggi, dengan harapan apabila RPP tersebut dilaksanakan di sekolah yang berbeda akan mendapatkan hasil yang relatif sama. Reliabilitas ini menunjukan kemantapan (konsistensi keterlaksanaan pembelajaran) apabila RPP ini di ujikan kedua kalinya yaitu pada ujicoba sesungguhnya dengan perangkat yang sama akan mendapatkan hasil yang relatif sama. Hal ini sesuai dengan Ibrahim (2005) yang menjelaskan bahwa setiap pengukuran selalu mengandung kesalahan dalam pengukuran, maka pengukuran yang diulang pada waktu yang berbeda tidak pernah memberikan hasil yang persis sama.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
34
Hasil keterlaksanaan LKS yang meliputi membaca materi pokok, merumuskan masalah, identifikasi variabel, merumuskan hipotesis, langkah kerja, pencatatan data, analisis data, menyimpulkan dan mengkomunikasikan mendapat kreteria baik. Membaca materi pokok mendapat rata-rata skor 94% sedangkan merumuskan masalah, meru-muskan hipotesis, mengidentifikasi variabel, menentukan langka kerja, men-catat data, menganalisis data, menyimpulkan percobaan mendapat rata-rata skor 100%, serta mengkomunikasikan mendapat skor rata-rata 17%. Hasil yang diperoleh pada aspek mengkomunikasikan mendapatkan skor rendah. Skor tersebut bukan mencer-minkan pada aspek mengkomunikasikan tidak terlaksana melainkan aspek tersebut hanya dilakukan oleh perwakilan kelompok saja, namun tetap dirata-rata berasarkan julmah kelompok sesuai dengan aspek yang lain sehingga skor rata-rata yang diperoleh sangat kecil. Peneliti tidak memberikan kesempatan pada semua kelompok untuk mempre-sentasikan hasil kinerja mereka. Hal ini dikarenakan keterbatasan waktu yang ditetapkan sehinga hanya sebagian kelompok yang mempresetasikan hasil kerja mereka kemudian dilakukan tanya jawab. Disini peneliti sebagai fasilitator untuk memandu siswa dalam menyim-pulkan hasil eksperimen mereka. Selama mengerjakan LKS siswa bekerja secara kelompok kooperatif dengan komposisi siswa yang heterogen berdasarkan kemampuan dan jenis usianya. Pembelajaran kelompok bisa digunakan untuk mencapai tujuan belajar tinggkat rendah dan tinggi. Kerja kelompok juga dapat digunakan untuk mencapai tujuan belajar tingkat lebih tinggi di dalam wilayah materi yang sama,
meningkatkan kemampuan penyelesaian masalah siswa, mengajari siswa cara merancang eksperimen dalam sains (Eggen, 2012). Selain itu juga dalam Jhonson (2002), dijelaskan bahwa siswa yang kompetitif dan individualistis tidak sangat membantu dalam penilaian yang berkualitas tinggi dan untuk terus memperbaikinya. Dengan pembelajaran kooperatif mereka dapat saling memberikan ketergantungan positif, interaksi promotif, keterampilan sosial yang tepat, serta dapat mengintegrasikan penilaian ke dalam proses pembelajaran. Felder (2007), mengemukakan hasil kinerja yang diukur meliputi pengetahuan akuisisi, retensi, akurasi, kreativitas dalam penyelesaian masalah dan tingkat penalaran yang tinggi. Keterbacaan materi ajar diberikan kepada 31 siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Lamongan. Keterbacaan materi ajar siswa dilakukan dengan cara meminta siswa untuk membaca dan menggarisbawahi kalimat yang tidak dimengerti/tidak terbaca. Materi ajar yang dikembangkan oleh peneliti mendapatkan tingkat keter-bacaan yang sangat baik hal ini disebabkan karena bahan ajar yang peneliti kembangkan sesuai dengan karakteristik perkembangan intelektual siswa yakni pada tahapan operasional formal. Pada tahap ini kemampuan kognitif siswa sudah berkembang secara signifikan akan tetapi masih bersifat terbatas (Solso,1995). Anak pada tahap ini sudah mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman nyata dan berpikir lebih abstrak, idealis dan logis. Hal ini tidak menjadikan masalah pada siswa meskipun pada materi ajar mengajak siswa untuk berpikir pada tingkat tinggi. Siswa merasa mampu dan senang dalam mempelajari materi ajar teresebut, sehingga siswa mampu memahami
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
35
materi ajar yang telah dikembangkan oleh peneliti. PEMBAHASAN Ketuntasan hasil belajar yang diukur berdasarkan indikator dan tujuan pembe-lajaran yang dikembangkan. Peneliti mengukur serta membandingkan ketun-tasan belajar berdasarkan dari nilai yang diperoleh petest dan pada posttest. Dari 31 siswa yang dijadikan sebagai objek penelitin, tidak ada satu siswapun yang tuntas dalam pelaksanaan pretest. Sedangkan pada pelaksanaan posttest dari 31 siswa yang mengikuti tes tersebut, sebanyak 26 siswa yang tuntas dan 5 siswa yang belum tuntas, akan tetapi mengalami peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam kegiatan belajarnya. Ketuntasan yang rendah yang diperoleh pada saat pelaksanaan pretest di sebabkan karena siswa sama sekali belum memiliki tentang pengetahuan yang akan dipelajari, sehingga mereka mampu mengerjakan beberapa soal namun jawaban mereka salah. Bahkan banyak siswa yang sama sekali mengkosongkan lembar jawaban soal. Meskipun siswa berpikir secara serius dan sungguh-sungguh mereka tetap tidak bisa mengerjakan soal tersebut. Kondisi ini berbeda pada saat pelaksanaan posttest. Mereka telah mendapat materi yang telah diberikan oleh peneliti. Namun hal ini juga tergantung pada masing-masing kemampuan memori siswa dalam menginggat penjelasan dari guru. Paivio dalam Santrock (2009) berpendapat bahwa memori disimpan dalam dua cara sebagai kode verbal maupun kode gambar. Semakin detail kode tersebut, semakin baik memori tersebut di simpan. Selain itu Omrod (2009), menyatakan memori manusia belum diatur untuk mengingat semua yang di sajikan di kelas atau buku teks.
Para siswa harus selektif dalam mempelajari materi pelajaran di kelas. Ide utama dan bagian-bagian penting dari suatu informasi mempengaruhi prestasi belajar mereka. Siswa-siswa terutama yang kurang berprestasi, biasanya enderung mempelajari poinpoin penting saja. Hal ini yang mengakibatkan nilai yang didapat siswa kurang bisa memuaskan. RPP yang dikembangkan menggunakan penyelesaian masalah mengunakan keterampilan proses sains, dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena dalam penyelesaian masalah dalam RPP sudah mengembangkan prinsip IDEAL yakni Identifikasi permasalahan dan peluang, Definisi sasaran dan sajikan masalahnya, Eksplorasi sejumlah strategi yang mungkin, Antisipasi hasil dan tindakan serta Lihat kembali dan pelajari (Slavin, 2011). Selain itu model pembelajaran yang digunakan selama proses pembelajaran mengunakan model kooperatif, dengan belajar secara berkelompok siswa dapat saling berbagi tugas maupun pengetahuan yang mereka miliki. Mereka dapat saling melengkapi kekurangan satu sama lain, sehingga prestasi belajar mereka dapat meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat (Dansereau, 1985 dalam Nur, 1998) banyak siswa merasakan manfaat bekerja sama dengan teman sekelas mendiskusikan materi yang telah mereka baca atau mereka dengar di kelas atas latihan teman sebaya. Siswa dapat saling berdiskusi, berkomunikasi, mem-bantu mempelajari informasi, pemahaman atau keterampilan. Tanggung jawab tersebut berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa. Hal ini juga sesuai dengan yang di kemukakan Slavin (2006), sesuai dengan konsep pemagangan kognitif. Dimana seseorang yang sedang belajar secara tahap demi tahap memperoleh
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
36
keahlian dalam interaksinya dengan seorang pakar, pakar itu bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau kawan sebaya yang telah menguasai permasalahanya. LKS yang dikembangkan menggunakan penyelesaian masalah menggu-nakan keterampilan proses sains, karena keterampilan proses sains menurut Dimyanti (2009), memiliki kelebihan antara lain: pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan; mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan tentang ilmu pengetahuan; menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterampilan proses meliputi keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang pada dasarnya untuk mengem-bangkan sifat ingin tahu pada setiap anak. Melatihkan keterampilan proses diharapkan siswa akan lebih muda menguasai dan menghayati serta mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, karena siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Berpikir yang sistematis dapat merubah dalam proses menentukan penyelesaian masalah (Assaraf, 2005). Kegiatan melalui aktivitas gerak sangat berbeda dengan pembelajaran verbal dalam proses hasil (Oxendine, 1984). Melalui pembelajaran kelompok, siswa dapat saling berdiskusi melaui kegiatan eksperimen
yang mampu dalam berpikir kritis (1980).
meningkatkan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka didapatkan temuan hasil penelitian Perangkat pembelajaran model pembelajaran berdasar masalah yang dikembangkan berdasarkan validitas perangkat tersebut layak digunakan, dengan keterlaksanaan pembelajaran berjalan dengan baik serta hasil belajar siswa mengalami peningkatan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran model pembelajaran berdasar masalah yang dikembangkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa SMP kelas VII pada materi Pencemaran lingkungan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa model pembelajaran berdasar masalah disarankan untuk dikembangkan pada materi yang sesuai dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian bahwa model pembelajaran berdasar masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka direkomendasikan pada guru agarmenggunakan model pembelajaran ini dalam kegiatan proses belajar mengajar DAFTAR PUSTAKA Abruscato, J. 1992. Teaching Children Science 3th Edition. USA: Allyn and Bacon Assaraf,
O.B.Z dan Nir, O. 2005. “Development of System Thinking Skills in the”. Journal
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
37
of Research in Science Teaching. Vol. 42, No. 5, pp. 518-560. Borich, G. D. 1990. Observation Skills for Effective Teaching. USA: Macmilan Publishing Company. Bradfield, P. and Steve, P. 2007. Longman Biologi for IGCSE. England: Pearson. BSNP.
2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan Carin, A. A. 1993. Teaching Modern Science. New York: Macmillan Publishing Company. Davar, S.C. and Narendra, S. 2004. “Noise Pollution-Sources, Effects and Control”. Journal Hum. Ecol. Vol. 16, No. 3. Pp. 181-187. Dewi, S. 2008. Keterampilan Proses Sains. Bandung: Tinta Emas. Dimyanti dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. DITPSMP. 2011. Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. DITPSMP. 2005. Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Duda, H.J. 2010. “Pembelajaran Berbasis Praktikum dan Asessmenya pada Konsep Sistem Ekskresi
untuk Meningkatkan Berfikir Kritis Siswa Kelas XI”. Jurnal VOX Edukasi, Vol. 1 No. 2, pp. 29-39. Eggen, P. dan Don K. 2012. Strategre and Models for Teacher Sixth Edition. Boston: Pearson. Felder,
R.M. and Rebecc, B. 2007.”Cooperative Learning”. Journal of Active Learning. Chapter 4, pp.34-35.
Glencoe. 1997. Life Science. New York: McGraw-Hill. Grinnel, J.R. and Richard, M. 1998. Social Work Research and Education Third Edition. Canada: Peacock Publisher, inc. Gronlund, N.E. and Robert, L.L. 1995. Measurement and assessment in Teaching 7th Edition. USA: Prentice-hall, Inc. Hake,
R.R. 1998. Analyzing Change/Gain Scores. USA: Indiana University.
Harrison, M.R. 2001. Pollution, Causs, Effect and Control, 4 th edition. UK: Bookeraft Ltd. Hernawan, A.H. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Hobri.
2010. Metodologi Penelitian Pengembangan. Jember: Pena Salsabila.
Holdgate, M.W. 1980. A Perspective of Environmental Pollution. USA: Cambridge University Press. Ibrahim, M. 2005. Asesmen Berkelanjutan. Surabaya: Unesa University Press. Islamiyah, Y. 2011. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Keterampilan Proses untuk Menggajarkan Kecakapan Hidup (Life Skill) pada Kelas
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
38
VII RSBI. Surabaya: Thesis tidak dipublikasikan. Jamhari,
M. 2010. “Penerapan Pendekatan Problem Solving dalam Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Negeri 21 Palu”. Jurnal Biodidaktis, No. 2, pp.83-88.
Kardi, S. 2013. Tujuan Pembelajaran Perumusan dan Penggunaanya. Surabaya: Pasca Sarjana UNESA. Khaeruddin. 2006. Pembelajaran Sains (IPA) Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makassar: State University of Makasar Press. Liliasari
Lutfi,
dan Redhana, I.W. 2008. “Program pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi untuk Siswa SMA”. Jurnal Forum Pendidikan, Vol. 27, No. 2, pp. 103-112.
A. 2004. Kimia Jakarta: Ditpsmk.
Lingkungan.
Martin, R.E.J. Colleen, S., Kay, W. and Jack, G. 1994. Teaching Science or All Children. USA: allyn and Bacon Mukono, H.J. 2008. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya terhadap Gangguan Pernafasan. Surabaya: Airlangga university press. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: Rosda karya Nur,
M. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: PSMS.
Omrod, J.E. 2009. Psikologi Pendidikan Edisi Keenam Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Pujianto
dan Maryanto A.L. 2009. “Pengembangan Model KBSB (Keterampilan Berpikir dan
Strategi Berpikir) Melalui Pembelajaran Sains Realistik untuk Peningkatan Aktivitas Hands-On dan Minds-On Siswa”. Jurnal Downloaded from jhh.sagepub.com on october 3, 2012. Ridwan.
2003. Dasar-Dasar Bandung: Alfabeta.
Statistik:
Shintania, Y. 2010. Pengembangan Modul Pembelajaran SAINS Terpadu dengan Tema “Hujan Asam” untuk Siswa Kelas VII Mts Negeri Pakem Sleman Yogyakarta. Yogyakarta: Thesis tidak dipublikasikan. Santrock, J.W. 2008. Educational Psychology 3th. USA: McGrawHill Slavin, R.E. 2006. Educational Psychology Theory and practice Eight Edition. USA:Library of congres Cataloging in Publication Data. Slavin, R.E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Edisi ke-9. Jakarta: Indeks Solomon, E.P., Berg, L.R. and Martin, D.W. 2008. Biology 8th Edition. Canada: Thomson. Sternberg, R.J. and David, D.P. 2006. Innovations in Educational Psychology. USA: Springer Publishing Company. Suharsimi, A. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. Utami, U. 2008. Konservasi Sumber Daya Alam. Malang: UINPress. Vallero, D. 2008. Foundamentl of Air Pollution, 4 th Edition. UK: Elsevier Inc. Wardahana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
39
PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH, PEMBELAJARAN LANGSUNG SERTA MOTIVASI TERHADAP HASIL BELAJAR Nasrun Budi Utomo SMPN 2 Lamongan Email :
[email protected] ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi awal hasil belajar Matematika yang dicapai siswa di SMP Negeri 2 Lamongan rata-rata sebesar 71 dan SMP Negeri 1 Turi sebesar 68 yang masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). SMP Negeri 2 Lamongan KKM Matematika kelas VII sebesar 80 sedang KKM di SMP Negeri 1 Turi sebesar 75. Hal ini dipengaruhi oleh faktor dalam pembelajaran Matematika antara lain kurangnya keaktifan dalam mengerjakan dan menuliskan apa yang diamati, diketahui, ditanyakan dan menentukan penalaran yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Model pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut antara lain yaitu Model pembelajaran berbasis Masalah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1) hasil belajar Matematika materi bilangan bulat yang diberi perlakuan dengan menggunakan Model Pembelajaran langsung. 2) Hasil belajar Matematika materi Bilangan bulat yang diberi perlakuan dengan menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah.3) Pengaruh hasil belajar Matematika pada siswa yang diberi perlakuan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung 4) Pengaruh hasil belajar Matematika antara motivasi tinggi dan rendah yang diberi perlakuan menggunakan model Pembelajaran berbasis masalah dan Pembelajaran Langsung. 5) Interaksi antara penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan Model Pembelajaran Langsung, serta motivasi belajar siswa terhadap Hasil Belajar Matematika materi bilangan bulatHasil penelitian sebagai berikut: 1) Ada pengaruh hasil belajar Matematika yang menggunakan model pembelajaran Berbasis Masalah dan model pembelajaran langsung. 2) Ada pengaruh Hasil belajar Kelas VII SMP mata pelajaran Matematika antara kelompok siswa dengan Motivasi belajar tinggi dan Motivasi belajar rendah. 3) Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran pembelajaran Berbasis Masalah dan model pembelajaran langsung serta motivasi siswa terhadap hasil belajar Matematik Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Langsung,Motivasi, Hasil Belajar. PENDAHULUAN beberapa hal yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Antara lain adalah dengan perbaikan sistem pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru dapat
menggunakan beberapa metode pembelajaran yang mampu meningkatkan pemahaman siswa tentang salah satu kompetensi dasar tertentu, karena penggunaan metode yang bervariasi memberikan manfaat yang lebih banyak
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
40
kepada siswa. Keberhasilan pembelajaran Matematika dapat diukur dari keberhasilan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat dilihat dari tingkat pemahaman, Motivasi , penguasaan materi, serta hasil belajar siswa. Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran. Hasil belajar Matematika siswa SMP Negeri 2 Lamongan rata-rata sebesar 71 dan SMP Negeri 1 Turi adalah 68 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) seperti yang ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 80 untuk SMP Negeri 2 Lamongan dan KKM sebesar 75 untuk SMP Negeri 1 Turi . Hal ini di pengaruhi oleh faktorfaktor yang dalam pembelajaran Matematika antara lain dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak keaktifannya, siswa jarang mengajukan pertanyaan, meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, keaktifan dalam mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran yang masih kurang, Salah satu kegiatan pendidikan untuk meninhgkatkan pengetahuan adalah meningkatkan pengetrahuan guru bagaimana meragsang dan melaksanakan pembelajaran dengan efektif dan efisien. METODE Penelitian dimulai dari telaah teoritik, menguraikan tentang pemahanan teori yang dikembangkan menjadi pembelajaran menggunakan Pembelajaran berbasis masalah , Model Pembelajaran Langsung dan hasil belajar, kerangka berpikir dan hipotesis. dimana penelitian dimulai dengan, Penyusun kisi-kisi yang dikembangkan
adalah tes, baik tes kreatifitas maupun tes hasil belajar, Subyek penelitian adalah SMP Negeri 2 Lamongan dan SMP Negeri 1 Turi, Memberikan post test untuk mengukur hasil belajar pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, Menggunakan statistic anava 2 jalur untuk menganalisa data penelitian. Sampel di SMP Negeri 2 Lamongan kelas VII A dan kelas VII B sebanyak 56 Peserta didik , di SMP Negeri 1 Turi kelas VII A dan kelas VII B sebanyak 48 Peserta didik. Dengan demikian sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 104 Peserta didik. Dari kedua kelas tersebut peneliti melakukan pengundian dalam rangka menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain, Observasi, Dokumentasi, Angket, Tes,Wawancara Sebelum diadakan pengujian hipotesis terlebih dahulu diadakan uji Normalitas data dan uji Homogenitas data dimana uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui normalitas data menggunakan uji Kolmogorov Smirnow, konsep dasar ini adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi baku. sedangkan uji homogenitas digunakan untuk mengetahui kelompok mana yang perbedaan rata–ratanya tidak berbeda secara nyata dan signifikan. Uji homogenitas varian prestasi post tes bidang studi Matematika pokok Bahasan Bilangan Bulat Kelas VII SMP Negeri 2 Lamongan dan SMP Negeri 1 Turi yang dibandingkan dengan rumus Uji F yaitu : V terbesar = Varian terbesar V terkecil = Varian terkecil Kegiatan Pembelajaran 1 di SMP Negeri 2 Lamongan dilaksanakan pada
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
41
hari Rabu tanggal 27 Agustus 2014 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 40‟).Materi pembelajaran yang diajarkan adalah bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Masalah. Pada kelas eksperimen yang menyampaikan materi adalah peneliti. Kegiatan Pembelajaran 1 di SMP Negeri 1 Turi dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 28 Agustus 2014 dengan alokasi waktu 2 jam pelajaran (2 x 40‟).Materi pembelajaran yang diajarkan adalah bilangan bulat dengan menggunakan model pembelajaran berbasis Masalah. Setelah pembelajaran selesai yaitu pada pertemuan berikutnya, peneliti memberikan post-test yaitu berupa soal pilihan ganda serta angket motivasi siswa terhadap pelajaran yang harus diisi oleh siswa yaitu pada tanggal 6 September 2014. . HASIL Kelas eksperimen 1 memiliki rentang nilai antara 60 sampai 90 sehingga range (jangkauan) sebesar 30, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 75,00 dan nilai tengah (median) sebesar 75,00 sedangkan simpangan baku standart deviation) sebesar 6,67. Kelas Kontrol-1 memiliki rentang nilai 55 sampai 80, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 68,571 dan nilai tengah (median) sebesar 70,0, sedangkan simpangan baku (standart deviation) sebesar 6,362.
Kelas Eksperimen-2 memiliki rentang nilai 60 sampai 90, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 75,208 dan nilai tengah (median) sebesar 75,0 sedangkan simpangan baku (standart deviation) sebesar 7,44241. Kelas Kontrol-2 memiliki rentang 55 sampai 85, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 69,792 dan nilai tengah (median) sebesar 70,00 sedangkan simpangan baku (standart deviation) sebesar 7,2949. Motivasi Kelas Eksperimen-1 memiliki rentang 73 sampai 100, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 86,46 dan nilai tengah (median) sebesar 88,00. Motivasi Belajar Kelas Kontrol-1 memiliki rentang 76 sampai 91, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 85,3571 dan nilai tengah (median) sebesar 87,00. Motivasi Belajar Kelas Eksperimen-2 memiliki rentang 81 sampai 94 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 88,33 dan nilai tengah (median) sebesar 90,00. Motivasi Belajar Kelas Kontrol-2 memiliki rentang 78 sampai 92, dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 86,708 dan nilai tengah sebesar 87,50. a. Hasil Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data-data prestasi hasil belajar yang diperoleh dan dianalisis berasal dari data yang berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik uji Liliefors (Kolmogorof-Smirnov Wilks).
Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji kenormalan data Kolmogorov-Smirnova Kelas Nilai kelas ekperimen1 kelas kontrol 1
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
Sig.
.143
28
.150
.956
28
.274
.160
28
.063
.944
28
.142
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
42
kelas eksperimen2
.156
24
.138
.962
24
.487
kelas kontrol2
.137
24
.200*
.963
24
.492
Berdasarkan tabel diatas nampak bahwa hasil uji normalitas data hasil belajar kelas eksperimen 1 taraf signifikansi (sign.) sebesar 0,150, kelas eksperimen 2 taraf signifikansi (sign.) sebesar 0,138 kelas kontrol 1 taraf signifikansi (sign.) sebesar 0,063, kelas kontrol 2 taraf signifikansi (sign.) sebesar 0, 200 ,sehingga seluruh kelas menunjukkan taraf signifikansi (sign.) diatas 0,05 (5%). Karena taraf signifikansinya diatas 0,05 (5%), maka hasil tersebut berarti menolak asumsi yang menyatakan bahwa distribusi datanya tidak normal. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi data hasil belajar adalah normal.
b. Hasil Uji Homogenitas hasil uji Lavene‟s test adalah sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Homogenitas Levene Statistic .170
Perhitungan
df1
df2 3
100
Uji
Sig. .916
Berdasarkan hasil analisis Lavene‟s test diketahui varians datadata hasil belajar seluruh kelas adalah homogen.
c. Hasil Uji Validitas rumus korelasi Product Moment adalah sebagai berikut :
xy :
N X Scale Mean if Item Deleted
N XY X Y 2
X
2
N Y
Scale Variance if Item Deleted
2
Y
soal1 soal2 soal3 soal4 soal5 soal6 soal7
93.4615 93.3654 93.3942 93.3654 93.3365 93.3654 93.4327
385.183 381.283 385.484 385.613 381.526 384.195 381.238
Correcte d ItemTotal Correlati on .219 .501 .221 .225 .517 .315 .454
soal8
93.4038
382.845
soal9
93.3750
soal10
2
Cronbach' s Alpha if Item Deleted .304 .296 .304 .304 .296 .302 .296
Kriteria kesimpulan ( r tabel =0,1622)
r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel r hitung > r tabel
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
.376
.299 r hitung > r tabel
Valid
383.324
.364
.300 r hitung > r tabel
Valid
93.4327
382.151
.401
.298 r hitung > r tabel
Valid
soal11
93.3654
382.681
.412
.299 r hitung > r tabel
Valid
soal12
93.4231
383.858
.306
.301 r hitung > r tabel
Valid
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
43
soal13
93.3750
382.275
.430
.298 r hitung > r tabel
Valid
soal14
93.3846
382.666
.398
.299 r hitung > r tabel
Valid
soal15
93.3654
385.147
.255
.303 r hitung > r tabel
Valid
soal16
93.3846
384.744
.270
.303 r hitung > r tabel
Valid
soal17
93.3365
380.361
.596
.294 r hitung > r tabel
Valid
soal18
93.3365
382.323
.462
.298 r hitung > r tabel
Valid
soal19
93.3365
380.361
.596
.294 r hitung > r tabel
Valid
soal20
93.3269
383.814
.370
.301 r hitung > r tabel
Valid
d. Hasil Uji Reliabilitas Tabel 3. reliabilitas
Hasil
Perhitungan
Cronbach‟s Alpha
N of Items
.724
20
e.
nilai Alpha Cronbach adalah 0,724 yang lebih besar dari 0,60 yang berarti dapat disimpulkan bahwa instrumen tes yang digunakan adalah reliabel (handal) dan dapat diterima.
Uji
Hasil Analisis Varians (Anava) 2-jalur
Tabel 4. Hasil Perhitungan Analisis Varian 2 Jalur Type III Sum of Squares
Source Corrected Model
Df
Mean Square
F
Sig.
4996.074a
32
156.127
15.009
.000
295171.954
1
295171.954
2.838E4
.000
x1
178.012
1
178.012
17.113
.000
x2
3773.672
19
198.614
19.094
.000
x1 * x2
265.525
12
22.127
2.127
.025
Error
738.542
71
10.402
Total
546600.000
104
5734.615
103
Intercept
Corrected Total
R Squared = .871 (Adjusted R Squared = .813)
PEMBAHASAN Hasil analisis (Fhitung) antar perlakuan Model Pembelajaran (X1) diketahui sebesar = 17,113, dengan taraf signifikansi (sign.) = 0,000. Oleh karena taraf signifikansi tersebut lebih kecil
dari 0,05 (5%), maka hasil tersebut berarti signifikan. Hasil analisis (Fhitung) antar perlakuan Motivasi Belajar (X2) diketahui sebesar = 19,094, dengan taraf signifikansi (sign.) = 0,000. Oleh karena
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
44
taraf signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 (5%), maka hasil tersebut berarti signifikan. Hasil analisis (Fhitung) antar perlakuan Model Pembelajaran dan Motivasi Belajar (X1 * X2) diketahui sebesar = 2.127, dengan taraf signifikan = 0,025. Oleh karena taraf signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 (5%), maka hasil tersebut berarti signifikan. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya, penulis dapat memberikan simpulan sebagai berikut: (1) Terdapat pengaruh hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan Model pembelajaran Berbasis Masalah dan Model pembelajaran Langsung pada mata pelajaran Matematika materi Bilangan Bulat di SMP Negeri 2 Lamongan dan SMP Negeri 1 Turi. Dari Perolehan skor rata-rata hasil belajar menunjukkan bahwa siswa yang diberi perlakuan dengan Model Pembelajaran Berbasis Masalah menghasilkan nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan Model Pembelajaran Langsung. (2) Terdapat pengaruh hasil belajar antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan yang memiliki motivasi belajar rendah pada pembelajaran Berbasis Masalah dan pembelajaran Langsung di SMP Negeri 2 Lamongan dan SMP Negeri 1 Turi. (3) Terdapat interaksi antara Model pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil hasil belajar mata pelajaran Matematika materi Bilangan Bulat siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Lamongan dan SMP Negeri 1 Turi artinya bahwa interaksi model pembelajaran dan motivasi belajar memberikan pengaruh terhadap hasil belajar secara signifikan.
SARAN Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian sebagaimana disebutkan diatas, peneliti menyarankan (1) Kepada Guru harus dapat mengendalikan arah pembahasan setiap masalah sehingga guru dituntut juga lebih aktif. (2) Kepala sekolah seyogyanya memberi sosialisasi kepada guruguru agar mengembangkan penggunaan Model pembelajaran Berbasis Masalah khususnya dengan pada mata pelajaran Matematika, (3) Kepala sekolah hendaknya memberikan pengarahan kepada guru agar dalam proses belajar mengajar mereka tidak hanya menyampaikan materi saja tetapi yang lebih penting adalah menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang tinggi. (4) Kepada pihak sekolah disarankan menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran Berbasis Masalah agar dalam pembelajaran dapat efektif dan efisien sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar Matematika. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Abdurrahman, M. dan Bintoro. 2010. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema dalam Belajar: Panduan Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasan dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Ani,Tri C. 2009. Psikologi Belajar. Semarang: UPT UNNES Press Aqib, Zainal. 2010. Propesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
45
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Slameto. 1989. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Bina Aksara
Budiarto dkk, 2004. Wawawsan Pendidikan Matematika .Jakarta: Bagian proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program.
Sudjana, Nana. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar baru.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Kerami, Djati dan Cormentyna Sitanggang. 2010. Kamus Matematika. Jakarta: Balai Pustaka. Lambas dkk, 2004. Interaksi Pembelajaran dan pengelolaan kelas .Jakarta: Bagian proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program SLTP. Iskandar Wiryokusumo.2009.Pengantar Metode Penelitian Kuantitatif, Surabaya;Unesa University Press Nuharini, D. Wahyuni, T. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya 2. Departemen Pendidikan Nasional. Nurhadi dkk. 2010. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK.Edisi Revisi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang.
Suherman, Erman. 2011. Sistem Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud. Sudjana, N. 2012. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sukardi. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Belajar (edisi revisi). Jakarta: Rajawali Pers Widowati, Armeta Septian.2010. Pembelajaran Matematika Melalui Strategi Pembelajaran berbasis masalah Dengan Peta Konsep Dalam Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa. SkrMatematikai FKIP UMS Surakarta: Yatim Riyanto.2009.Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta:Prenada Media Yatim, Riyanto.2008.Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Surabaya:Unesa University press.
Riduwan.2008. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan peneliti pemula,Bandung:Alfabeta Rooijakkers, Ad. 2011. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: PT Grasindo . Sardiman A. M.2010,Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,Jakarta:Rajawali Pers Santyasa, I Wayan. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Makalah dalam Pelatihan PTK bagi GuruGuru SMP dan SMA: Ttidak diterbitkan. JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
46
OPTIMALISASI PENERAPAN METODE SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Budi Purnomo Sidi SMPN 2 LAMONGAN Email :
[email protected] ABSTRAK Proses pembelajaran hendaknya dilakukan dengan melibatkan siswa turut aktif dalam proses pembelajaran serta dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode pembelajaran Snowball Throwing, yang merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya. Masih kurang maksimalnya hasil belajar matematika terutama materi segitiga dan segiempat membuat peneliti ingin mencari solusi yang tepat sehingga dapat meningkatkan hasil belajar, salah satunya adalah dengan penggunaan metode pembelajaran Snowball Throwing pada mata pelajaran matematika. Tujuan penelitian ini diharapkan Memberikan gambaran tentang penerapan Metode Snowball Throwing yang tepat untuk menjadikan siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar.serta Untuk mengetahui peranan pengajaran dalam penerapan Metode Snowball Throwing terhadap pemahaman peserta didik. dan Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan penerapan Metode Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar matematika Siswa Kelas VII-b SMPN 2 Lamongan dengan materi “segitiga dan segiempat”. Pada penelitian kali ini dapat disimpulkan bahwa Penggunaan metode pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika. dan Penggunaan metode pembelajaran Snowball Throwing dalam pengajaran Matematika dapat menambah pengalaman guru sehingga dalam pengajaran tidak monoton. Kata Kunci : Snowball Throwing, Matematika, Hasil Belajar PENDAHULUAN Proses pembelajaran merupakan kegiatan yang interaksi antara guru dan peserta didik pada saat proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. (Hamdani. 2010:15) Pemilihan model pembelajaran dalam proses interaksi guru dan siswa menjadi faktor penentu dalam keberhasilan proses pembelajaran itu sendiri, karena
penggunaan model pembelajaran memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang diinginkan. kurang maksimalnya guru dalam menyampaikan materi bisa disebabkan saat proses belajar mengajar, guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya mata pelajaran matematika. Sehingga siswa kurang
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
47
bisa memahami materi disampaikan sehingga hasil matematika kurang maksimal.
yang belajar
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran matematika sangat mempengaruhi hasil pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran yang menarik dan dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Salah satu model pembelajaran aktif yang dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu metode Snowball Throwing. Penggunaan metode pembelajaran Snowball Throwing merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya. Penerapan model snowball trowing ini dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa untuk dapat meningkatkan minat belajar yang tinggi dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan Metode Snowball Throwing Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Lamongan Tahun Pelajaran 2013/2014 Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kali ini adalah sebagai berikut : (1) Memberikan gambaran tentang penerapan Metode Snowball Throwing yang tepat untuk menjadikan
siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar. (2) Untuk mengetahui peranan pengajaran dalam penerapan Metode Snowball Throwing terhadap pemahaman peserta didik. (3) Untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan penerapan Metode Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar matematika Siswa Kelas VII SMP dengan materi “segitiga dan segiempat ”. METODE Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lamongan, yang merupakan tempat peneliti melaksanakan tugas sebagai guru pengajar matematika di sekolah tersebut. Subyek penelitian adalah Kelas VII-J Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan jumlah 28 anak, pada mata pelajaran matematika dengan materi segitiga dan segiempat Waktu penelitian adalah selama 2 bulan yaitu bulan februari sampai bulan maret 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan dalam unit analisa yang ciri-cirinya akan digunakan. Mardalis (2009:30) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti. Jadi dapat disimpulkan populasi adalah seke[lompok manusia, binatang, benda atau keadaan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti sebagai subjek penelitian dan menjadi target kesimpulan dari hasil suatu penelitian. Menentukan populasi memang bukanlah hal yang mudah dalam suatu pnelitian, karena pada dasarnya populasi yang menjadi obyek penelitian ini nantinya akan diambil suatu kesimpulan umum yang mungkin dapat berlaku pada populasi yang lain. Sesuai dengan pendapat diatas, maka peneliti menetapkan populasi dalam
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
48
penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas VII-J semester II di SMP Negeri 2 Lamongan Tahun Pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 36 siswa. Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus yang masing-masing meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan dalam siklus pertama direfleksikan bersama tim
KONDISI AWAL
Sebelum Menggunakan Metode Snowball Throwing
peneliti dalam suatu pertemuan kolaborasi, untuk mecari penyebabnya, selanjutnya peneliti merencanakan berbagai langkah perbaikan untuk diterapkan dalam siklus 2. Hal itu dilaksanakan terus dari satu siklus ke siklus berikutnya sampai masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara tuntas pada siklus I dalam penelitian ini tindakan yang diberikan berupa penggunaan metode Snowball Throwng dalam mata pelajaran matematika.
Siswa Kurang Bisa Memahami Bangun Segitiga dan Segiempat
Siklus I Metode Snowball Throwing TINDAKAN
Menggunakan Metode Snowball
Throwing
KONDISI AKHIR
Siklus II Metode Snowball Throwing
Ketrampilan Siswa dalam Materi Segitiga dan Segiempat
Gambar.1 Siklus Penelitian HASIL pelajaran matematika materi segitiga dan segiempat siswa Kelas VII-J Pengamatan dilakukan oleh peneliti semester I dan hasilnya adalah sebagai dari mengamati peningkatan hasil berikut: belajar yang diterapkan dengan metode Snowball Throwng terhadap mata Tabel 1. Data Pra Siklus, Siklus 1 dan Siklus 2 Nama Siswa 1. 2.
ALIFATUL MUJAHADAH AMIN NUGROHO TRI
Seb. Siklus 55 60
Nilai Siklus 1 60 70
Siklus 2 85 90
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
49
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28.
SEPTIYAN ANDIST MAULANA FIRDAUS ARSY FIRMANSYAH HIDAYAT BANGKIT MEIGRETINO DIMAS ARDIANSYAH DINDA PUTERI FATRUCHMAH K ERICA PUTRI SYAHRANI FISKA OCTANTI MAHMUD GADIS KUSUMA NINGRUM HAMID HIDAYATULLAH HIMMATUL AWALIYAH PUTRI IGA NASTITI WIDIANI INDAH NURIYAH WATI JESICA AMALIA MARIANTI KEVIN RAMADHANI PRATOMO LEONARDI AGUS WAHYUDI LIYAH INDAH KHOLIFAH MAULIDA HANUM AR RIZKI MOH. ULUL ALBAB MUH. SULTHON ALBAIHAQY NAURAH AMALIA N RISNANDA ANANDARI AWWALIA SINTA NURIYAH DIEN TSANI ROFIATUR ROHMAH YUDHA ADITYA PAMUNGKAS YUSRIYAH PUTRI ERLINDA ADITYA YUSUF RIZYALDI * Jumlah Rata-rata
Dari hasil nilai rata-rata pada mata pelajaran matematika dengan tema Segitiga dan segiempat dengan metode pembelajaran Snowball Throwing menunjukkan prestasi hasil belajar siswa yang meningkat dari setiap siklusnya. dapat diketahui bahwa hasil nilai rata-rata siswa Kelas VII-J pada sebelum siklus : 52,86; siklus 1 : 61,60; dan siklus 2: 84,46; Hal ini menunjukkan adanya peningkatan prestasi hasil pembelajaran pada siswa Kelas VII-J semester II di SMP Negeri 2 Lamongan Tahun Pelajaran 2013/2014
55 50 45 60 50 60 55 50 45 50 50 60 60 50 55 50 45 50 55 60 60 50 55 50 45 50
65 60 55 65 60 70 60 55 55 60 60 65 70 60 65 60 55 60 60 70 65 60 60 65 55 60
90 90 75 80 80 95 85 80 70 85 90 80 95 80 90 80 75 90 85 90 85 80 85 90 80 85
1480 52,86
1725 61,60
2315 84,46
dan penelitian ini dapat dikatakan berhasil. PEMBAHASAN Aktivitas belajar siswa kelas VIIJ SMP Negeri 2 Lamongan Tahun Pelajaran 2013/2014 dari pra PTK sampai dengan siklus 2 dapat dijelaskan sebagai berikut : Hasil penilaian pra siklus sebelum tindakan didapat nilai rata2 52,86 yang berarti tingkat pengetahuan siswa tentang materi segitiga dan segiempat sangat kurang, ini dilakukan untuk
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
50
mengatahui keadaan kelas VIIJ secara umum terhadap materi yang akan dijadikan penelitian ini. Pada siklus kedua didapat nilai rata-rata siswa sebesar 61,60 yang berarti terdapat peningkatan hasil belajar, akan tetapi masih belum maksimal. ini bisa dilihat dari nilai ratarata yang dibawah KKM sehingga banyak siswa atau hampir semua siswa dari sebaran nilai yang didapat belum mencapai nilai minimal KKM yang disyaratkan sebagai ketuntasan belajar. sebesar 7.50. Pada siklus ketika didapat nilai ratarata sebesar 84,46. dan sebaran nilai yang diperoleh siswa semuah diatas KKM sehingga, pada siklus ketiga ini siswa yang melakukan pembelajaran dengan materi segitiga dan segiempat memenuhi kreteria ketuntasan dalam belajar, sehingga penelitian hanya sampai pada siklus kedua, dan penelitian ini dikategorikan berhasil. SIMPULAN Dari hasil penelitian tentang meningkatkan Ketuntasan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Inggris dengan melalui model pembelajaran Remedial pada siswa Kelas VII-J semester II di SMP Negeri 2 Lamongan Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (1) Bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VII-J semester II di SMP Negeri 2 Lamongan pada mata pelajaran Matematika. (2) Penggunaan model pembelajaran dengan menggu-nakan metode pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan Ketuntasan hasil belajar.(3) Penggunaan metode pembelajaran Snowball Throwing dalam pengajaran Matematika dapat menjadi alternative pilihan metode pembe-
lajaran sehingga dalam pengajaran lebih menari dan variatif. SARAN Berdasarkan pengalaman– pengalaman pribadi sebagai pendidik dan merasa adanya sesuatu keberhasilan dalam mengajar kami ingin menyampaikan saran sesama rekan guru untuk memodifikasi tehnik pengajaran justru sangat diharapkan ini suatu inovasi praktis, kreatifitas yang sama pentingnya dengan menciptakan karya (penelitian ini). DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Belajar: Panduan Guru. Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu SLTP, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, Direktorat Jendral Pendidikan Dasan dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Mardalis. 2009 Metode Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara Mulyasa. 2006. Memahami dan Menangani Siswa dengan Problema dalam Nana Sudjana, 2009 Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, Suherman, Erman. 2011. Sistem Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud. Syah,
Muhibin,2010 Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,
Psikologi Remaja
Syaifullah Bahri, Syaiful, 2009 Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
51
Widowati, Armeta Septian.2010. Pembelajaran IPA Melalui Strategi Snowball Throwing Dengan Peta
Konsep Dalam Upaya Peningkatan Kreativitas Belajar Siswa. Skripsi FKIP UMS Surakarta.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
52 MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KOOPERATIF MODEL LEARNING TOGETHER PADA SISWA SMP Liliek Ernawati SMPN 2 Lamongan Email:
[email protected] ABSTRAK Dalam pembelajaran Matematika tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas Matematika dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000: 24). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode kooperatif Model Learning Together pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan. (2) Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif Model learning together terhadap motivasi belajar siswa Tujuan yang ingin dicapai melalui Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : (1) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif Model learning together pada siswa. (2) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode kooperatif Model learning together pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan. Pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Terjadi peningkatan pemahaman siswa dikarenakan penggunaan metode learning together semua itu terbukti dengan terjadinya peningkatan pemahaman siswa yang di ketahui dengan meningkatnya jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 16 siswa dan meningkat pada siklus II sebanyak 31 siswa. (2) Penggunaan metode learning together mempunyai pengeruh positif terhadap motivasi siswa, yang ditunjukkan dengan hasil angket yang diberikan kepada siswa rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran learning together sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar. Kata kunci : Prestasi Belajar Metematika, Learning Together PENDAHULUAN Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan dan peningkatan Sumber Daya Manusia
yang dihasilkan dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya peran guru dalam dunia pendidikan. Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
53 mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Menggunakan waktu pelajaran secara efektif berarti memberi kesempatan belajar semakin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusannya saat mengajar sehingga dapat membangkitkan minat atau motivasi siswa untuk belajar. Makin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Di luar lingkungan sekolah, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, dan mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran Matematika. Langkah-langkah tersebut memerlukan partisipasi aktif dari siswa. Untuk itu perlu ada metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Adapun metode yang dimaksud adalah metode
pembelajaan kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah suatu pengajaran yang melibatkan siswa bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama. Felder, (1994: 2). Pembelajaran kooperatif lebih menekankan interaksi antar siswa. Dari sini siswa akan melakukan komunikasi aktif dengan sesama temannya. Dengan komunikasi tersebut diharapkan siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan mudah karena “siswa lebih mudah memahami penjelasan dari kawannya dibanding penjelasan dari guru karena taraf pengetahuan serta pemikiran mereka lebih sejalan dan sepadan”. (Sulaiman dalam Wahyuni 2001: 2). Dalam pengamatan setiap evaluasi hasil belajar tentang kesebangunan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015 dari 36 siswa yang mencapai daya serap pelajaran 75% ke atas hanya 8 siswa, untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran tersebut, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Setelah melakukan diskusi bersama guru-guru SMP Negeri 2 Lamongan yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran antara lain: (1) Proses pembelajaran yang dilakukan guru-guru (termasuk peneliti) cenderung menggunakan metode ceramah. (2) Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini oleh guru (termasuk peneliti) masih dengan ceramah dan tidak melibatkan siswa secara aktif. Melihat dari masalah di atas maka dicarilah cara pemecahan masalah yaitu dengan mengefektifkan penggunaan media guna meningkatkan interaksi siswa. Siswa diharapkan menjadi lebih aktif dan lebih mudah menyerap pelajaran yang diajarkan. Dari latar belakang di atas maka peneliti dalam penelitian ini mengambil judul “Meningkatkan Pres-
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
54 tasi Belajar Matematika Melalui Metode Kooperatif Model Learning Together Pada Siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan” Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya metode kooperatif Model Learning Together pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan. (2) Bagaimanakah pengaruh metode kooperatif Model learning together terhadap motivasi belajar siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan. Tujuan yang ingin dicapai melalui Penelitian Tindakan Kelas ini adalah : (1) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode kooperatif Model learning together pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan. (2) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode kooperatif Model learning together pada siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b) penelitian tindakan kolaboratif, (c) simultan terintegratif, dan (d) administrasi sosial ekperimental. Dalam penelitian tindakan ini
menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari penelitian tindakan ini adalah mening-katkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari peren-canaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan. Tempat penelitian pembelajaran adalah SMP Negeri 2 Lamongan. Waktu pelaksanaan dilakukan pada bulan Nopember 2014. Sasaran dalam penelitian pembelajaran ini adalah siswa Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan tahun pelajaran 2014/2015, yang mempunyai siswa 36 siswa. Rencana tindakan Penelitian Tindakan kelas untuk pelajaran Matematika Kelas VIII-J SMP Negeri 2 Lamongan dilaksanakan dalam bentuk siklus. Siklus penelitian dilaksanakan dalam dua siklus, dalam setiap siklus berisi kegiatan berikut ini. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
55 HASIL Pelaksanaan proses belajar mengajar dilakukan di SMP Negeri 2 Lamongan dengan menggunakan model pembelajaran learning together. Kegiatan pembelajaran dilakukan pada
tanggal 5 Nopember 2014. Adapun data hasil observasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Data hasil pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan metode learning together.
Tabel 1. Data Penilaian pembelajaran siklus I
No I
Aspek yang dinilai Pengamatan KBM A. Pendahuluan 1. Memotivasi siswa 2. Menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Menghubungkan dengan pelajaran sebelumnya 4. Mengatur siswa dalam kelompokkelompok belajar B. Kegiatan inti 1. Mempresentasikan langkah-langkah metode pembelajaran ceramah 2. Membimbing siswa melakukan kegiatan 3.. Mengawasi setiap kelompok secara bergiliran 5. Memberikan bantuan kepada kelompok yang mengalami kesulitan C. Penutup 1. Membimbing siswa membuat rangkuman 2. Memberikan evaluasi
II
Suasana Kelas 1. Siswa dan guru antusias 2. Waktu sesuai alokasi
III
3. KBM sesuai dengan sekanirao RPP dan silabus Perangkat pembelajaran 1. Buku siswa mendukung indikator 2. LK mendukung pencapaian indikator
Penilaian /Teman sejawat
2 3 3 3
3 3 2 3
2 2
3 2 3
2 2
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
Kriteria
Kurang Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Cukup Baik Kurang Baik Cukup Baik Kurang Baik Kurang Baik Cukup Baik Kurang Baik Cukup Baik Kurang Baik Kurang Baik
56 3. Tes tugas sesuai indikator
Kurang Baik Cukup Baik
2
4. Indikator sesuai dicapai dengan pembelajran langsung. Jumlah
3 43
Tabel 2. Data hasil pengamatan aktivitas siswa siklus I No
Aspek yang dinilai
1
3
Siswa terdorong menggunakan kemampuan berfikir kreatif Siswa belajar dalam keadaan antusias dan gembira. Terjadi interaksi siswa dengan siswa
4
Terjadi intetraksi siswa dengan guru.
5
Siswa mempunyai kesempatan mengemukakan pendapat dan presentasi Siswa berbicara berbagi pengalaman (bekerjasama)
2
6
Penilaian teman sejawat
Kriteria
3
Cukup baik
4
Baik
2 3 4
Jumlah Dengan tingkat
Kurang baik Kurang baik Cukup baik
2
Baik
18
tujuan untuk mengetahui keberhasilas siswa maka
dilakukan evaluasi pembelajara dan diketahui hasilya sebagai berikut :
Tabel 4.3 Data hasil evaluasi siklus I Jawaban No
Nama siswa 1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
Nilai
Ket
1
Achmad Zainul A
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
7
T
2
Adinda Dwi Ra
1
1
1
1
1
1
0
0
0
0
60
TT
3
Ahmad Naylin N.
1
1
1
0
1
1
0
1
0
0
60
TT
4
Aldiky K
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
80
T
5
Ananta Rizki D
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
80
T
6
Anik Nadifatur R
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
60
TT
7
Chintya Dwi I.M
1
1
1
1
0
1
0
0
1
0
60
TT
8
Cintya Zurotul A
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
70
T
9
Delia Cindy Nur
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
60
TT
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
57
10
Dewi Ratna Sari
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
60
TT
11
Diyah Anggreani
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
30
TT
12
Donny Nur S
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
80
T
13
Farika Andriani
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
90
T
14
Jami'atus S
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
50
TT
15
Maulida Indah K
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
80
T
16
Moch. Febry y
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
60
TT
17
Moch.Jauhari A
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
30
TT
18
M. Fahrur R
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
80
T
19
M.Thoriq
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
90
T
20
M. Choirul M
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
50
TT
21
M. Muzhaffar
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
80
T
22
M. Wida Irzaqi W
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
60
TT
23
Nabila Nathania
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
30
TT
24
Niken Tiyardika
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
80
T
25
Ratna Siti F
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
90
T
26
Vawanda Noval
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
50
TT
27
Yayuk P
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
80
T
28
Yunani Ristanto
1
1
1
1
0
0
1
1
0
0
60
TT
29
Erycha Noviyanti
1
0
1
0
0
0
1
0
0
0
30
TT
30
Kartika Ayu M
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
80
T
31
Linda Dia S
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
90
T
32
Magdalena E P
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
50
TT
33
Merinda N I
1
1
1
1
1
1
1
1
0
0
80
T
34
Nur Jannah
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
60
TT
35
Ahmad Akbar A
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
60
TT
36
M. Andika L B
1
1
1
1
1
0
1
0
0
0
60
TT
Jumlah Jumlah Skor
= 2277
Jumlah Skor Maksimal
= 1600
Rata-rata kelas
= 63,13
Ketuntasan
= 16 siswa
Persentase ketuntasan
= 31,25 %
2277
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
58 PEMBAHASAN Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan metode learning together. Dari data-data yang telah diperoleh dapat duraikan sebagai berikut: (1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.. (4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan. Pada .
siklus II guru telah menerapkan proses pembelajaran dengan menggunakan metode learning together dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya dengan menggunakan metode learning together dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada Siklus I terdapat 16 siswa yang mengalami ketuntasan, sedangkan pada siklus II terdapat 31 siswa mengalami ketuntasan.
90
80 70 60 50 40 30 20 10 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 1 Data ketuntasan belajar siswa tiap siklus Pengelolaan pembelajaran tiap siklus mengalami peningkatan. Skor pengelolaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mencakup 5 aspek pada siklus 1 : 43 siklus 2 : 62 Sehingga mengalami peningkatan sebesar 19. Hal
ini dikarenakan pada siklus 2 guru memberikan umpan balik kepada siswa dan juga guru memberikan motifasi yang lebih kepada siswa dan juga guru memberikan kebebasan siswa untuk mengemukakan pendapat.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
59
100 90 80 70 60 40 30 20 10 0
-
62 43
Siklus I
Siklus II
Gambar 2 Hasil pengelolaan pembelajaran oleh guru tiap siklus Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran pengalami peningkatan dalam tiap siklus. Skor pengelolaan pembelajaran yang mencakup 6 aspek pada siklus I : 18 dan pada siklus II : 24.
30 -
20 -
Hal ini dikarenakan penggunaan metode pembelajaran yang menarik dan mambuat siswa tertarik dengan pembelajaran.
24
18
10 -
0Siklus I
Siklus II
Gambar 3 Data peningkatan aktivitas siswa Pembahasan hasil dan analisis respon siswa No 1
Butir Angket Bagi mana menurut anda mempelajarai Matematika Kelas
Mudah
Keterangan Sedan Sukar g
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
60 VIII-J khususunya pokok bahasan Kesebangunan 2
3
4
5
6
Bagaimana perasaan anda jika melakukan kegiatan LKS Apakah dengan penggunaan metode learning together dapat membantu anda dalam memahami pelajaran Matematika Kelas VIII-J Apakah metode learning together dapat meningkatkan motivasi belajar anda untuk mengikuti pelajaran Apakah selama pembelajaran berlangsung anda aktif tetrlibat dalam mengerjakan tugas Apakah penggunaan metode learning together perlu diterapkan kembali dalam proses belajar mengajar
Tampak dari tabel di atas, bahwa terdapat sebanyak 90% siswa yang merasa senang dengan penggunaan metode learning together. Terdapat 100% siswa yang dapat meningkatkan pemahamnya dengan penggunaan metode learning together. terdapat sebesar 90% siswa yang termotivasi untuk belajar dikarenakan penggunaan metode ini. Jadi berdasarkan analisis butir angket diatas dapat dilihat terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dikarenakan penggunaan metode pembelajaran learning together pada pelajaran Matematika. SIMPULAN Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua
80%
10%
10%
Senang
Sedan g
Tidak senang
90%
10%
-
Dapat
Sedan g
Tidak dapat
100%
-
-
Dapat
Sedan g
Tidak dapat
90%
10%
-
Ya
Tidak
Biasa-biasa saja
80%
-
20%
Ya
Tidak
Biasa-biasa saja
90%
10%
-
siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Terjadi peningkatan pemahaman siswa dikarenakan penggunaan metode learning together semua itu terbukti dengan terjadinya peningkatan pemahaman siswa yang di ketahui dengan meningkatnya jumlah siswa yang mengalami ketuntasan belajar pada siklus I sebanyak 16 siswa dan meningkat pada siklus II sebanyak 31 siswa. (2) Penggunaan metode learning together mempunyai pengeruh positif terhadap motivasi siswa, yang ditunjukkan dengan hasil angket yang diberikan kepada siswa rata-rata jawaban siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode pembelajaran learning together
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
61 sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
SARAN
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar, Jakarta. Balai Pustaka.
Dari hasil penelitian yang diperoleh dan uraian agar proses belajar mengajar Matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: (1) Penggunaan metode learning together agar lebih ditingkatkan karena metode learning together dapat meningkatkan pemahaman siswa. (2) Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. (1) Perlu meningkatkan kolompok kerja guru (KKG) sehingga guru bisa bertukar pikiran dan menemukan metode dan media yang sesuai. (2) Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 2 Lamongan pada tahun pelajaran 2014/2015.
Felder, Richard M. 1994. Cooperative Learning in Technical Corse, (online), (Pcll\d\My % Document\Coop % 20 Report. Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan FakuLearning Togetheras Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta. Hudoyo, H. 1990. Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University Press. Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta. Ngalim, Purwanto M. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya. Universitas Negeri Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAUPPAI, Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyuni, Dwi. 2001. Studi Tentang Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Matematika. Malang: Program Sarjana Universitas Negeri Malang.
Arsyad, Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Wetherington. H.C. and W.H. WaLearning Together. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015
62
Inovasi Pendidikan Jurnal Ilmu Pendidikan dan Ilmu Sosial PETUNJUK PENULISAN ARTIKEL 1. Artikel merupakan gagasan, tulisan konsepsional atau hasil penelitian pendidikan belum pernah dipublikasikan pada media cetak lain. 2. Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris baku dengan spasi 1,5 cm pada kertas ukuran A4 dan dikirim dalam bentuk cetak (prin out) sebanyak 1 eksemplar beserta CD, atau disketnya, atau dikirim melalui email ke alamat:
[email protected] Panjang tulisan 15-25 halaman. Artikel diserahkan paling lambat dua bulan sebelum jurnal diterbitkan. 3. Nama penulis artikel (tanpa gelar akademik, jabatan, atau kepangkatan) dicantumkan disertai alamat korespondensi, alamat e-mail, dan atau nomor telepon kantor, rumah atau telepon seluler. 4. Artikel konsepsional meliputi judul, nama dan identitas penulis, abstrak (± 250 kata), kata kunci, pendahuluan, isi atau pembahasan, Kesimpulan, dan daftar pustaka. 5. Artikel hasil penelitian memuat judul, nama identitas peneliti, abstrak (± 250 kata), kata kunci, pendahuluan, metode penelitian, hasil, pembasan, simpulan, saran dan daftar pustaka. 6. Artikel yang memenuhi syarat diseleksi dan diedit penyunting untuk penyeragaman format dan gaya penulisan tanpa mengubah isinya. 7. Penulisan daftar pustaa sebagaimana contoh : a. Jurnal Ilmiah: Nosrati, Masoud. Karimi, Ronak. Malekian, Kamran. Hariri, Mehdi. 2013. Investigation of Language Teaching Methodologies in Second Language Learning. International Journal of Economy, Management and Social Sciences. Volume 2 (5): Halaman 207-211. b. Buku: De Porter, Bobbi, dan Hernacki, Mike. 2002. Quantum Learning. Diterjemahkan oleh Alwiyah Adurrahman. Bandung: Kaifa PT Mizan Pustaka. c. Skripsi/Tesis/Disertasi: Nurlela, L. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran, Gaya Belajar dan Kemampuan Membaca terhadap Hasil Belajar siswa SD di Kota Surabaya. Disertasi. Tidak diterbitkan. Malang: PPS Universitas Negeri Malang. d. Online: Sapa'at. Asep. 2012. Akademisi Miskin Karya Tulis, Tanya Mengapa?, [online] (http://www.kesekolah.com/artikel-danberita/berita/akademisi-miskin-karya-tulis-tanya-mengapa.html, diakses tanggal 26 Desember 2012)
JURNAL INOVASI PENDIDIKAN, Volume 1, Nomor 1, April 2015