P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetika (Rationality Use Antibiotics In Patients Diabetes Mellitus Type 2 with Diabetic Ulcer Complications) Septi Muharni1*; Nofri Hendri Sandi1; Lestary Susanto1 1Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi Riau
*Corresponding email:
[email protected] ABSTRAK Pemilihan dan penggunaan terapi antibiotika yang tepat dan rasional akan menentukan keberhasilan pengobatan untuk menghindari terjadinya resistensi. Penelitian telah dilakukan mengenai rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di salah satu rumah sakit di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif analitik menggunakan data retrospektif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika. Data yang digunakan berasal dari data rekam medis pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika. Penelitian rasionalitas ini dikaji berdasarkan tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat regimen (dosis, frekuensi, lama penggunaan, rute penggunaan), dan waspada efek samping obat. Hasil penelitian dari 27 kasus menunjukkan tepat indikasi sebesar 100%, tepat obat sebesar 92,6%, tepat pasien sebesar 95,4%, tepat dosis sebesar 83,1%, tepat frekuensi sebesar 83,1%, tepat rute pemberian sebesar 70,8%, waspada efek samping sebesar 100%. Kata Kunci: Rasionalitas, Antibiotik, Diabetes Mellitus, Ulkus Diabetik PENDAHULUAN
diabetes mellitus di Indonesia dari 8,4 juta
Diabetes mellitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan tingginya kadar
orang pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030 (Anonim, 2009).
glukosa darah disertai gangguan metabolisme
Diabetes mellitus sering disebut the
karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan
great imitator karena dapat menimbulkan
oleh kekurangan hormon insulin secara relatif
berbagai komplikasi akut maupun kronik. Salah
maupun absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak
satu komplikasi kronik diabetes mellitus adalah
terkendali dapat terjadi berbagai komplikasi
ulkus diabetika. Ulkus diabetika merupakan
akut maupun kronik (Maulana, 2009). Menurut
luka terbuka pada permukaan kulit karena
survey yang dilakukan WHO (World Health
adanya komplikasi makroangiopati sehingga
Organization), Indonesia menempati urutan ke-
terjadi vaskuler insufisiensi dan neuropati, serta
4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di
dapat berkembang menjadi infeksi karena
dunia setelah India, Cina, dan Amerika Serikat.
masuknya kuman atau bakteri dan adanya gula
WHO
darah yang tinggi menjadi tempat yang strategis
memprediksi
kenaikan
prevalensi
28
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
untuk pertumbuhan kuman. Ulkus diabetika
80% penderita yang dirawat dirumah sakit
yang tidak segera mendapatkan pengobatan dan
mendapat terapi antibiotika. Dari persentase
perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi
tersebut
yang semakin meluas dan dalam keadaan lebih
tidak tepat (Lestari et al, 2011). Selain itu
lanjut
berdasarkan
memerlukan
tindakan
amputasi
(Waspadji, 2006).
20-65%
penggunaannya
hasil
penelitian
dianggap
rasionalitas
penggunaan antibiotika pada pasien infeksi di
Prevalensi penderita ulkus diabetika di
instalasi rawat inap RSUD Undata Palu tahun
Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,
2012 didapatkan data rasionalitas tepat indikasi
angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika
96,5%, tepat obat 66,7%, tepat dosis 53%, tepat
merupakan sebab perawatan rumah sakit yang
frekuensi pemberian antibiotika 53%, dan tepat
terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus.
durasi penggunaan antibiotika 49,4%, dari data
Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada
tersebut penggunaan antibiotika pada pasien
tahun 2003 angka kematian dan angka amputasi
infeksi di instalasi rawat inap RSUD Undata Palu
masih tinggi, masing-masing 16% dan 25%.
tahun 2012 belum dapat dikatakan rasional
Nasib penyandang diabetes mellitus pasca
(Febrianto et al, 2013). Penggunaan antibiotika
amputasi pun masih sangat buruk. Sebanyak
yang tidak tepat dapat menimbulkan berbagai
14,3% akan meninggal dalam setahun pasca
permasalahan
amputasi dan 37% akan meninggal 3 tahun
terhadap
pasca amputasi (Waspadji, 2006).
diperhatikan penggunaan obat yang rasional.
terutama
antibiotika,
resistensi
bakteri
sehingga
perlu
Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina
Penggunaan obat yang rasional meliputi tepat
Pekanbaru adalah rumah sakit swasta kelas B
indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat regimen
yang juga menampung pelayanan rujukan dari
(dosis, frekuensi, lama pemberian dan rute
rumah sakit kabupaten. Di RSI Ibnu Sina
pemberian)
penyakit diabetes mellitus tipe 2 merupakan 10
(Anonim, 2008).
penyakit
terbanyak,
komplikasi
ulkus
sedangkan
Berdasarkan
waspada
efek
masalah
samping di
atas,
merupakan
penggunaan antibiotika pada pasien diabetes
komplikasi diabetes mellitus terbanyak ke-2.
mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus
Berdasarkan data rekam medis RSI Ibnu Sina
diabetika sangat perlu diperhatikan. Maka perlu
Pekanbaru pada tahun 2012 penderita diabetes
dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui
mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus
rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien
diabetika sebesar 28% dan pada tahun 2013
diabetes melitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus
sebesar 32%, hal ini menunjukkan adanya
diabetika di Instalasi Rawat Inap RSI Ibnu Sina
peningkatan penderita ulkus diabetika dari
Pekanbaru. Penelitian ini bertujuan untuk
tahun ke tahun.
mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotika
Untuk
diabetika
untuk
dan
infeksi
meliputi tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien,
salah
tepat regimen (tepat dosis, frekuensi, lama
satunya menggunakan antibiotika. Antibiotika
pemberian dan rute pemberian) dan waspada
merupakan obat yang paling banyak digunakan
efek samping pada pasien diabetes mellitus tipe
pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri (Tjay
2 dengan komplikasi ulkus diabetika di Instalasi
dan Rahardja, 2007). Di negara berkembang 30-
Rawat Inap RSI Ibnu Sina Pekanbaru selama
diperlukan
mengatasi
pengobatan
masalah yang
tepat,
29
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
bulan Januari hingga Desember 2013. Manfaat
1. Pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan
dari penelitian ini adalah sebagai bahan
komplikasi ulkus
pertimbangan
derajat infeksi
bagi
rumah
sakit
terutama
diabetika
berdasarkan
Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) dalam
Analisa kuantitatif berdasarkan derajat ulkus
meningkatkan terapi antibiotika pada pasien
diabetika adalah derajat sedang sebesar
diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi
15% dan derajat berat sebesar 85%. Dari
ulkus diabetika.
data hasil penelitian derajat berat ulkus diabetika lebih banyak dibandingkan derajat
METODE PENELITIAN
sedang ulkus diabetika. Derajat infeksi ulkus
Penelitian ini merupakan penelitian
diabetika menurut IDSA dibagi menjadi
observasional dengan jenis studi deskriptif
derajat infeksi ulkus ringan, sedang dan
analitik menggunakan data retrospektif. Data
berat. Infeksi ulkus derajat ringan dilihat dari
dikumpulkan dari rekam medis pasien yang
infeksi lokal hanya melibatkan kulit dan
mendapat
pasien
jaringan subkutan. Untuk infeksi ulkus
diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi
diabetika derajat sedang dapat dilihat dari
ulkus diabetika di RSI Ibnu Sina Pekanbaru.
infeksi yang sudah melibatkan jaringan yang
Populasi yang diambil adalah 68 data rekam
lebih dalam dari kulit dan jaringan subkutan
medik pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan
(seperti selulitis, abses), sedangkan untuk
komplikasi ulkus diabetika. Sampel yang diambil
infeksi ulkus diabetika derajat berat dilihat
adalah 27 data rekam yang memenuhi kriteria
dari infeksi lokal dari derajat sedang yang
inklusi.
disertai dengan suhu pasien yang >380C dan
terapi
antibiotika
pada
<360C, nadinya >90 kali/menit, pernapasan> 20 kali/menit dan sel darah putih >12.000
HASIL DAN DISKUSI Hasil
penelitian
rasionalitas
penggunaan antibiotika pada pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus diabetika di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Pekanbaru tahun 2013, didapatkan hasil analisis data secara kuantitatif
atau <4000 sel/UI (Lipsky et al, 2012). Berdasarkan hasil penelitian banyaknya pasien infeksi ulkus diabetika derajat berat dibandingkan infeksi ulkus derajat sedang dikarenakan pasien yang dirawat di rumah sakit merupakan pasien rujukan dari
dan secara kualitatif. Tabel 1. Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Ulkus Diabetika Berdasarkan Derajat Infeksi Ulkus Diabetika No
Derajat Infeksi Ulkus Diabetika
1 Sedang 2 Berat Total
Jumlah 4 23 27
Persentase (%) n=27 14,8 85,2 100
30
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
puskesmas yang keadaannya tidak membaik bahkan
semakin
memburuk,
sehingga
diperlukannya penanganan yang intensif dan
2. Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetik
tepat. Tabel 2. Hasil Rasionalitas Penggunaan Antibiotika Pada Pasien DM Tipe 2 dengan Komplikasi Ulkus Diabetik
1
Tepat Indikasi Tidak Tepat Indikasi
27 0
Persentase (%) n=27 100 0
2
Tepat Obat Tidak Tepat Obat
25 2
92,6 7,4
3
Tepat Pasien Tidak Tepat Pasien
62 3
95,4 4,6
4
Tepat Dosis Tidak Tepat Dosis
53 12
83,1 16,9
5
Tepat Frekuensi Tidak Tepat Frekuensi
53 12
83,1 16,9
6
Tepat Rute Pemberian Tidak Tepat Rute Pemberian
46 19
70,8 29,2
7
Waspada Efek Samping Tidak Waspada Efek Samping
27 0
100 0
27
100
No
Ketepatan Indikasi
Total
Jumlah
Penggunaan obat yang rasional adalah
rasionalitas penggunaan antibiotika pada pasien
dimana pasien menerima obat yang sesuai
diabetes mellitus tipe 2 dengan komplikasi
dengan kebutuhan klinisnya, dalam dosis yang
ulkus diabetika sebanyak 27 pasien.
memenuhi kebutuhan individu mereka sendiri,
1. Tepat Indikasi
untuk suatu periode waktu yang adekuat.
Menurut Departemen Kesehatan RI
Kriteria rasionalitas meliputi tepat indikasi,
tahun 2008, tepat indikasi berarti obat yang
tepat obat, tepat pasien, tepat regimen (dosis,
diberikan sesuai dengan indikasi atau sesuai
frekuensi, lama pemberian, rute pemberian),
dengan gejala yang dialami pasien. Indikasi
dan
pemakaian obat secara khusus adalah indikasi
waspada
antibiotika menyebabkan
efek
yang
samping. tidak
masalah
terhadap antibiotika
Penggunaan
rasional
dapat
medis bahwa intervensi dengan obat memang
resistensi
diperlukan dan telah diketahui memberikan
2008). Pada
manfaat terapeutik (Anonim, 2008). IDSA
terutama
(Anonimb,
penelitian ini akan dinilai dan dibahas tentang
mengeluarkan pedoman tentang antibiotika
31
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
untuk
ulkus
diabetika,
dimana
IDSA
pada resiko seperti efek samping atau pun
memberikan antibiotika berdasarkan derajat
toksisitasnya, sesuai dengan terapi empiris dan
infeksi ulkus diabetika. Derajat infeksi ulkus
sesuai berdasarkan standar IDSA (Anonim,
diabetika dibagi menjadi infeksi derajat ringan,
2008).
derajat sedang dan derajat berat. Derajat infeksi
Berdasarkan
hasil
penelitian
ulkus diabetika baik derajat ringan, sedang dan
didapatkan tepat obat sebesar 92,6% dan tidak
berat harus mendapatkan terapi antibiotika
tepat obat sebesar 7,4%. Pasien ini dikatakan
(Lipsky et al, 2012). Ulkus diabetika merupakan
tepat obat karena antibiotika yang digunakan
luka terbuka pada permukaan kulit yang mudah
memberikan perbaikan keadaan pasien (yang
berkembang menjadi infeksi karena masuknya
dievaluasi pada 48-72 jam untuk melihat apakah
kuman atau bakteri dan adanya gula darah yang
bakteri penyebab infeksi sensitif atau tidak
tinggi menjadi tempat yang strategis untuk
terhadap antibiotika) hal ini dilihat dari data
pertumbuhan kuman. Ulkus diabetika kalau
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Kemudian
tidak segera mendapatkan pengobatan dan
antibiotika yang digunakan manfaatnya lebih
perawatan, maka akan mudah terjadi infeksi
besar daripada resikonya yang dilihat dan ini
yang segera meluas dan dalam keadaan lebih
dapat dilihat dari efektifitas antibiotika yang
lanjut memerlukan tindakan amputasi. Sehingga
memberikan perbaikan keadaan pasien, dimana
untuk
tersebut
ini merupakan bentuk manfaat dari penggunaan
diperlukannya pengobatan dengan antibiotika
antibiotika tersebut, kemudian sesuai terapi
(Waspadji, 2006).
empiris dan sesuai dengan standar IDSA.
mengatasai
masalah
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
Kemudian tidak tepat obat sebesar
tepat indikasi sebesar 100% yang artinya 27
7,4%,
pasien tersebut dikatakan tepat indikasi. Pasien
metronidazol
ini
dari
sefotaksim. Kedua antibiotika ini dianggap tidak
pemeriksaan fisik seperti suhu, pernapasan, dan
tepat karena antibiotika ini tidak memberikan
nadinya
pemeriksaan
perbaikan keadaan pasien dilihat dari fase
laboratorium yaitu leukosit pasien. Dari hasil
evaluasi 48-72 jam, kemudian antibiotika ini
pemeriksaan
laboratorium
tidak memberikan manfaat yang lebih besar
menunjukkan bahwa semua pasien memerlukan
dilihat dari tidak terjadinya perubahan klinis
terapi antibiotika. Dilihat dari data pasien
dan
semuanya mendapatkan antibiotika, sehingga
antibiotika ini juga tidak sesuai dengan standar
semua pasien dikatakan tepat indikasi.
IDSA sehingga pada pasien ini dianggap tidak
2. Tepat Obat
tepat obat.
dikatakan serta
tepat
indikasi
dilihat fisik
dari dan
dilihat
Tepat obat (antibiotika) adalah dimana
pasien
mendapatkan dan
laboratorium
antibiotika
levofloksasin
dari
data
dengan
pasien,
dan
3. Tepat Pasien
antibiotika yang digunakan efektif artinya dapat
Tepat pasien artinya antibiotika yang
memberikan perbaikan keadaan pasien (yang
diberikan tidak kontraindikasi terhadap pasien
dievaluasi pada 48-72 jam untuk melihat apakah
dan ada atau tidak adanya kondisi khusus yang
bakteri penyebab infeksi sensitif atau tidak
memerlukan
terhadap antibiotika), kemudian antibiotika
2008). Ketepatan pasien dapat dilihat dan
yang digunakan harus lebih besar manfaat dari
dinilai dari riwayat penyakit terdahulu (RPD)
penyesuaian
dosis
(Anonimb,
32
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
yang pernah dialami pasien dan dilihat dari
kurang dapat menyebabkan resistensi bakteri
kontraindikasi
digunakan.
karena ketidakmampuan antibiotika mencapai
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan tepat
kadar hambat minimum bakteri dalam darah.
pasien sebesar 95,4% dengan jumlah 62
Sedangkan jika pemberian melebihi frekuensi
antibiotika yang digunakan tidak kontraindikasi
akan meningkatkan resiko efek samping yang
terhadap pasien. Sedangkan tidak tepat pasien
tidak diinginkan (Anonim, 2011).
antibiotika
yang
didapatkan 4,6% dengan jumlah 3 antibiotika.
Berdasarkan
hasil
penelitian
Ketiga antibiotika ini tidak dapat dilakukan
didapatkan tepat frekuensi sebesar 83,1%
penilaian
yang
dengan jumlah 53 antibiotika. Antibiotika yang
mendapatkan antibiotika ini yaitu pasien no 11
digunakan frekuensinya sudah sesuai dengan
dan 26 sudah dikatakan tidak tepat obat,
standar DIH. Sedangkan untuk tidak tepat
sehingga tidak bisa lagi untuk menilai tepat
frekuensi didapatkan sebesar 16,9% dengan
pasien.
jumlah 12 antibiotika. Antibiotika ini tidak dapat
4. Tepat Regimen ( Dosis, Frekuensi, Lama
dilakukan penilaian karena pada pasien yang
karena
pada
pasien
Pemberian, Rute Pemberian)
mendapatkan antibiotika ini sebelumnya sudah
a) Tepat dosis
dikatakan tidak tepat obat, sehingga tidak bisa
Tepat dosis adalah dimana pemberian besar dosis dilihat berdasarkan usia, fungsi
lagi untuk menilai tepat pasien. c) Tepat Lama Pemberian
hepar atau ginjal yang memerlukan penyesuaian dosis
(Anonim,
hasil
penting dikarenakan jika suatu antibiotika tidak
penelitian didapatkan tepat dosis sebesar 83,1%
bekerja sesuai dengan lama penggunaannya
dengan jumlah 53 antibiotika. Antibiotika yang
akan
digunakan tersebut dikatakan tepat karena
mikroorganisme
sudah sesuai dengan standar dosis yang
dimusnahkan sehingga menjadi bakteri resisten
digunakan yaitu DIH. Sedangkan tidak tepat
(Mutschler, 1991; Setiabudy, 2012). Menurut
dosis didapat sebesar 16,9% dengan jumlah 12
pedoman yang dikeluarkan IDSA tahun 2012
antibiotika. Antibiotika ini dikatakan tidak tepat
tentang tatalaksana antibiotika pada infeksi
dosis dikarenakan levofloksasin yang diberikan
ulkus
pada
sedangkan
penggunaan antibiotika dibagi berdasarkan
berdasarkan DIH dosis levofloksasin adalah
derajat infeksi ulkus diabetika yaitu untuk
250-750 mg/hari. Penggunaan dosis berlebih ini
derajat ringan lama penggunaannya 1-2 minggu,
akan mengakibatkan resiko efek samping yang
untuk ulkus derajat sedang selama 1-3 minggu,
tidak diinginkan pada pasien.
dan untuk ulkus derajat berat selama 2-4
b) Tepat Frekuensi
minggu (Lipsky et al, 2012).
pasien
2008).
1000
Berdasarkan
Lama pemberian antibiotika sangat
mg/hari
Tepat frekuensi tergantung pada waktu
mengakibatkan yang
diabetika,
Berdasarkan
lama
hasil
toleransi belum
pada tuntas
pemberian
atau
penelitian
ini
paruh antibiotika yang digunakan (Anonimb,
penilaian untuk lama pemberian antibiotika
2008). Pemberian antibiotika yang tidak tepat
tidak
frekuensi baik yang kurang ataupun lebih akan
keterbatasan penelitian ini. Dimana dilihat dari
menimbulkan efek merugikan bagi pasien.
lama rawat inap pasien rata – rata tidak sampai
Pemberian antibiotika dengan frekuensi yang
2 minggu, sedangkan sebagian besar pasien
dapat
dilakukan,
hal
ini
karena
33
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
dengan infeksi ulkus diabetika derajat berat
parenteral, dan pasien dengan derajat berat
yang lama pemberian antibiotika selama 2 – 4
berdasarkan IDSA diberikan secara parenteral
minggu dan antibiotika yang dibawa pulang oleh
tetapi pada pasien diberikan secara oral.
pasien tidak diketahui. Sehingga untuk lama
Sehingga penggunaannya menjadi tidak tepat
pemberian antibiotika pada penelitian ini tidak
rute pemberian.
dapat dilakukan penilaian.
5. Waspada efek samping
d) Tepat Rute Pemberian
Waspada efek samping artinya waspada
Rute pemberian antibiotika tergantung
terhadap ada tidaknya faktor konstitusi terjadinya
beratnya gejala klinis pasien dan kemampuan
efek samping (Anonim, 2008). Waspada efek
pasien untuk meminum obat secara oral
samping ini dilihat dari data riwayat alergi pasien.
(Anonim,
yang
Berdasarkan antibiotika yang digunakan semua
didapatkan dari data penelitian ini adalah rute
memiliki efek samping hipersensitivitas. Pada data
oral dan rute parenteral. keuntungan rute
rekam medis pasien terdapat kolom riwayat alergi.
parenteral adalah mempunyai efek yang cepat,
Jika pasien memiliki riwayat alergi, maka dokter
menghindari ketidakpatuhan saat penggunaan
akan menuliskan alergi pasien pada kolom tersebut
antibiotika karena sediaan parenteral selalu
dan jika pasien tidak memiliki riwayat alergi kolom
diberikan oleh perawat, dapat diberikan pada
tersebut diberi tanda minus (-). Adanya data
pasien yang tidak sadar, muntah-muntah, tidak
riwayat alergi pada pasien sudah menunjukkan
kooperatif, dan sangat berguna untuk keadaan
waspada
darurat.
penelitian didapatkan waspada efek samping
2011).
Berdasarkan
Rute
pemberian
samping.
Berdasarkan
hasil
yang
sebesar 100%, karena pasien ini tidak memiliki
tentang
riwayat alergi karena pada data pasien kolom
tatalaksana antibiotika pada infeksi ulkus
riwayat alergi diberi tanda minus (-), sehingga ini
diabetika, rute pemberian antibiotika dibagi
dikatatakan waspada efek samping.
dikeluarkan
IDSA
pedoman
efek
tahun
2012
berdasarkan derajat infeksi ulkus diabetika yaitu untuk derajat ringan dan sedang adalah
KESIMPULAN
secara oral, sedangkan untuk ulkus derajat berat adalah secara parenteral (Lipsky et al, 2012).
Dari
hasil
penelitian
rasionalitas
penggunaan antibiotika pada pasien diabetes
Dari hasil penelitian didapatkan tepat
mellitus tipe 2 dengan komplikasi ulkus
rute pemberian sebesar 70,8% dengan jumlah
diabetika di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
46 antibiotika. Antibiotika ini dikatakan tepat
Islam
rute pemberian karena berdasarkan derajat
didapatkan tepat indikasi 100%, tepat obat
infeksi ulkus diabetika, pasien mendapatkan
92,6%, tepat pasien 95,4%, tepat dosis 83,1%,
rute pemberian yang sesuai dengan standar
tepat frekuensi 83,1%, tepat rute pemberian
IDSA. Sedangkan tidak tepat rute pemberian
70,8%, dan waspada efek samping 100%, dan
didapat sebesar 29,2% dengan jumlah 19
dari data tersebut penggunaan antibiotika pada
antibiotika. Antibiotika ini dikatakan tidak tepat
pasien
rute pemberian karena berdasarkan standar
komplikasi ulkus diabetika di Rumah Sakit Islam
IDSA pasien dengan derajat sedang harusnya
Ibnu Sina Pekanbaru belum dapat dikatakan
diberikan secara oral tetapi diberikan secara
rasional.
Ibnu
Sina
diabetes
Pekanbaru
mellitus
tipe
tahun
2
2013
dengan
34
P ro sid ing Sem ina r Na siona l & Wo rkshop “Pe rkemba ngan Te rki ni Sa in s Fa rma si & K l in i k 5” | Padang , 6 -7 No vembe r 2015
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008, Materi Pelatihan Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Kader, Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2009, Synopsis of Diabetes Mellitus, World Health Organization, Departement of Medicine, Geneva. Anonim, 2011, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 2406/MENKES/PER/XII/2011 Tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Febrianto, A.W., Mukaddas A., Faustine I., 2013, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata Palu Tahun 2012, Online Jurnal of Natural science Vo.2(3):20-29. Lestari W., Almahdy A., Zubir N., Darwin D., 2011, Studi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Sistem ATC/DDD dan Kriteria Gyysens di Bangsal Penyakit Dalam RSUP DR.M.Djamil Padang, Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. VI, No. 2, Agustus 2011, 75 – 87.
Lipsky, B.A., Berendt, A.R., Cornia, P.B., Pile, J.C., Peters, E.J.G., Armstrong, D.G., Deery, H.G., Embil, J.M., Joseph, W.S., Karchmer, A.W., Pinzur, M.S.,Senneville, E., 2012, Infectious Diseases Society of America Clinical Practice Guideline for the Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections, IDSA Guidelines, Amerika Serikat. Maulana, M., 2009, Mengenal Diabetes Mellitus Panduan Praktis Menangani Penyakit Kencing Manis, Penerbit Kata Hati, Yogyakarta. Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat (Edisi:5), Penerbit ITB, Bandung. Setiabudy, R., 2012, Farmakologi dan Terapi (Edisi:5), Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran UI, Jakarta. Tjay, T. H., dan Rahardja K., 2007, Obat-Obat Penting Edisi VI, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta. Waspadji, S., 2006, Kaki Diabetes, Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV, Penerbit Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.
35