1 RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R DISUSUN OLEH : MUHAMMAD FEBRIYANSYAH PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTA...
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
DISUSUN OLEH : MUHAMMAD FEBRIYANSYAH 105093003031
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 / 1432 H
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH : MUHAMMAD FEBRIYANSYAH 105093003031
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 / 1432 H
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Pada Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh: Muhammad Febriansyah 105093003031 Menyetujui, a.n Pembimbing I,
PENGESAHAN UJIAN Skripsi yang berjudul ”Rancang Bangun Sistem Pakar Memodifikasi Sepeda Motor Suzuki Satria 120R” yang ditulis oleh Muhammad Febriansyah , NIM 105093003031 telah diuji dan dinyatakan Lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 Oktober 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Sistem Informasi. Menyetujui, Penguji I,
A.n Ketua Program Studi Sistem Informasi Sekretaris Program Studi Sistem Informasi
DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis NIP. 19680117 200112 1001
Nur Aeni Hidayah, MMSI NIP. 19750818 200501 2008
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR ASLI KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 21 Januari 2011
Muhammad Febriansyah 10509303031
ABSTRAK MUHAMMAD FEBRIANSYAH – 105093003031 Rancang bangun sistem pakar memodifikasi sepeda motor Suzuki satria 120R, dibimbing oleh A’ANG SUBIYAKTO dan DITDIT N. UTAMA Pada era globalisasi, Teknologi Informasi mengalami perkembangan yang pesat dalam segala bidang. Sistem pakar merupakan bagian dari Teknologi Informasi yang berbasis komputer. Salah satu bidang aplikasi yang telah diimplementasikan secara meluas ke dalam Sistem Pakar adalah proses pendiagnosaan. Dalam penulisan skripsi ini akan dirancang sebuah Sistem Pakar yang akan digunakan untuk mendiagnosa spesifikasi mesin untuk menghasilkan kesimpulan modifikasi juga keterangan modifikasi pada sepeda motor khususnya Suzuki Satria 120R. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi, hampir semua sisi kehidupan tak terlepas dari komputerisasi termasuk dunia mekanik khususnya kendaraan bermotor roda dua. Untuk kendaraan bermotor roda dua kemajuan teknologinya sangat cepat sekali, hanya dalam selang beberapa bulan saja setiap produsen motor mengeluarkan sebuah motor dengan teknologi dan inovasi-inovasi terbaru dengan merubah body menjadi lebih futuristic dan meningkatkan kapasitas mesin menjadi lebih besar. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kapasitas mesin atau biasa disebut dengan istilah modifikasi mesin, modifikasi mesin biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlanjur membeli motor dengan kapasitas mesin yang masih kecil dan ingin memiliki motor yang kapasitas mesinnya besar tanpa harus membeli motor yang baru, atau sekedar hobi saja. Paling banyak modifikasi mesin dilakukan oleh anak-anak muda yang hobi sport otomotif , namun pengetahuan yang kurang mengenai modifikasi mesin dapat menyebabkan kinerja mesin menurun dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros, dengan demikian diharapkan dengan adanya Sistem Pakar untuk memodifikasi mesin sepeda motor Suzuki Satria 120R ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam hal memodifikasi sepeda motor, baik bagi pengguna ataupun pemilik dengan maksud tidak menghilangkan ketergantungan pada pakarnya. Dalam pengembangan sistem ini, penulis menggunakan metodologi pengembangan SDLC (System Development Life Cycle). Secara garis besar, teknik penelusuran masalah yang statis, menggunakan Best First Search sebagai teknik penelusuran, dan PHP sebagai bahasa pemrograman dan MySQL digunakan sebagai database. sistem ini meliputi konsultasi antara sistem dan user untuk mendapatkan solusi yang dibutuhkan oleh user dalam memodifikasi sepeda motornya. Kata kunci : Sistem pakar, modifikasi, Sepeda motor Suzuki 120R, System Development Life Cycle.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT memberikan
nikmat
menyelesaikan
dan
yang
telah
karunia-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
Laporan Skirpsi ini. Laporan Skripsi ini dibuat dengan judul “Rancang
Bangun Sistem Pakar Memodofikasi Sepeda Motor Suzuki Satria 120R ” disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan S1 pada Program Studi Sistem Informasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada banyak pihak yang memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarnya – besarnya kepada:
1.
Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.SIS, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
2.
Bapak Aang Subiyakto M.Kom, selaku Ketua Program Studi dan dosen pembimbing I, terima kasih atas kesabarannya dan nasihat – nasihat membangun kepada penulis. Terima kasih juga kepada Ibu Nur Aeni hidayah, MMSi, selaku Sekretaris Program Studi.
3.
Bapak Ditdit N. Utama, MMSI, M.Com, selaku dosen pembimbing II, juga atas kesabaran dan nasihat-nasihat dalam membimbing penulis.
4.
Kepada pihak-pihak Bengkel Kribo yang telah meluangkan waktunya buat penulis dalam pembuatan aplikasi sistem pakar untum memodifikasi sepeda motor Suzuki satria 120r.
5.
Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran dan juga materi yang telah diberkan, dan hanya Allah yang mampu membalasnya. Adek-
adekku yang selalu bertingkah lucu yang dapat menghilangkan penat,dan semua keluarga dan saudara – saudaraku, Thanks All.
Tak ada kesempurnaan di muka bumi ini, demikian pula adanya dengan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca dan pihak lain untuk penulisan laporan selanjutnya yang lebih baik. Akhir kata, semoga laporan Skirpsi ini dapat sedikit memberi wancana bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya. Amin.
Jakarta, Januari 2011
Muhammad Febriyansyah
DAFTAR ISI Halaman Judul .............................................................................................. i Halaman Sampul........................................................................................... ii Halaman Persetujuan Pembimbing ................................................................ iii Halaman Pengesahan Skripsi......................................................................... iv Halaman Pernyataan ..................................................................................... v Abstrak................................................................................................... .......... vi Kata Pengantar.............................................................................................. vii Daftar Isi….. ................................................................................................. ix Daftar Tabel….. ............................................................................................ xii Daftar Gambar….. ........................................................................................ xiii Daftar Simbol…............................................................................................ xv BAB I
Pendahuluan 1.1
Latar Belakang....................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3
Batasan Masalah .................................................................... 3
1.4
Ruang Lingkup ...................................................................... 4
1.5
Tujuan ................................................................................... 4
Konsep Dasar Sistem Informasi ............................................. 8 2.1.1 Definisi Sistem ........................................................... 8 2.1.2 Karateristik Sistem...................................................... 8 2.1.3 Definisi Informasi....................................................... 11 2.1.3.1 Siklus Informasi ............................................ 11 2.1.3.2 Kualitas Informasi......................................... 12 2.1.3.3 Nilai Informasi.............................................. 13
2.1.3 Definisi Sistem Informasi ........................................... 13 2.2
Sistem Pakar .......................................................................... 17 2.3.1 Definisi Sistem Pakar.................................................. 17 2.3.2 Ciri-ciri Sistem Pakar.................................................. 19 2.3.3 Konsep Dasar Sistem Pakar ........................................ 19 2.3.4 Komponen Sistem Pakar............................................. 20 2.3.5 Faktor Manusia dalam Sistem Pakar ........................... 26 2.3.6 Peranan Sistem Pakar.................................................. 28 2.3.7 Keuntungan Sistem Pakar ........................................... 29 2.3.8 Keuntungan Sistem Pakar bagi Perusahaan ................. 30 2.3.9 Perbandingan Sistem Pakar dan Sistem Konvesional .. 31 2.3.10 Perbedaan Sistem Pakar dan SPK ............................... 32 2.3.11 Teknik Representasi Pengetahuan ............................... 32 2.3.12 Akusisi Pengetahuan................................................... 33
2.4
Domain Permasalahan Sepeda Motor Suzuki 120R ................ 37
2.5
Metodologi Pengembangan Sistem......................................... 38 2.5.1 Pendekatan Terstruktur ............................................... 39 2.5.2 System Development Life Cycle (SDLC) ..................... 42
Data Flow Diagram (DFD).................................................... 45
2.8
Balancing dalam DFD............................................................ 46
2.9
Elemen Dasar dari Data Flow Diagram ................................. 47 2.9.1 Kesatuan Luar (External Entity).................................. 47 2.9.2 Arus Data (Data Flow) ............................................... 47 2.9.3 Proses (Process) ......................................................... 48 2.9.4 Simpanan Data (Data Store) ....................................... 50
2.10 Basis Data (Database)............................................................ 50 2.10.1 Konsep Dasar Basis Data ............................................ 50 2.10.2 DBMS (Database Management System) ..................... 52 2.10.2.1 Komponen Utama DBMS ............................. 52 2.10.2.2 Keuntungan Penggunaan DBMS ................... 52 2.10.3 Struktur Sistem Database/Basis Data.......................... 53 2.10.4 Database Relasional ................................................... 54
Daftar Pustaka................................................................................................. 163 Lampiran-lampiran.......................................................................................... 166
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Studi Literatur ................................................................................. 18 Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar .......................... 31 Tabel 2.3 Perbedaan Sistem Pakar dan Sistem Pengambil Keputusan .............. 32 Tabel 4.1 Tabel Admin.................................................................................... 133 Tabel 4.2 Tabel Arahan ................................................................................... 134 Tabel 4.3 Tabel Istilah..................................................................................... 134 Tabel 4.4 Tabel Jawaban ................................................................................. 134 Tabel 4.5 Tabel Pertanyaan ............................................................................. 135 Tabel 4.6 Tabel Solusi..................................................................................... 135 Tabel 4.7 Tabel Uji coba pemakai oleh pakar ................................................. 135
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Informasi........................................................................... 12 Gambar 2.2 Depth-First Search....................................................................... 24 Gambar 2.3 Breadth-First Search.................................................................... 25 Gambar 2.4 Best-First Search ......................................................................... 25 Gambar 2.5 Menggunakan Logika untuk Proses Penalaran.............................. 37 Gambar 2.6 Kesatuan Luar.............................................................................. 47 Gambar 2.7 Aliran Data .................................................................................. 48 Gambar 2.8 Proses .......................................................................................... 49 Gambar 2.9 Aliran Data .................................................................................. 50 Gambar 2.10 Entitas (Entity) ........................................................................... 55 Gambar 2.11 Atribut (Attribute) ...................................................................... 55 Gambar 2.12 Relasi (Relation) ........................................................................ 56
Gambar 2.13 Binary Relation.......................................................................... 57 Gambar 2.14 Unary Relation........................................................................... 57 Gambar 2.15 N-Nary Relation......................................................................... 57 Gambar 4.1 Flowchart Sistem Pakar ............................................................... 73 Gambar 4.2 Flowchart Program ...................................................................... 74 Gambar 4.3 Flowchart Program (Lanjut.2)...................................................... 75 Gambar 4.4 Flowchart Program (Lanjut.3)...................................................... 76 Gambar 4.5 Flowchart Program (Lanjut.4)...................................................... 77 Gambar 4.6 Flowchart Program (Lanjut.5)...................................................... 78 Gambar 4.7 Flowchart Program (Lanjut.6)...................................................... 79 Gambar 4.8 Flowchart Program (Lanjut.7)...................................................... 80 Gambar 4.9 Flowchart Program (Lanjut.8)...................................................... 81 Gambar 4.10 Flowchart Program (Lanjut.9).................................................... 82 Gambar 4.11 Flowchart Program (Lanjut.10).................................................. 83 Gambar 4.12 Flowchart Program (Lanjut.11).................................................. 84 Gambar 4.13 Flowchart Program (Lanjut.12).................................................. 85 Gambar 4.14 Flowchart Program (Lanjut.1).................................................... 86 Gambar 4.15 Flowchart Program (Lanjut.13).................................................. 87 Gambar 4.16 Flowchart Program (Lanjut.14).................................................. 88 Gambar 4.17 Flowchart Program (Lanjut.15).................................................. 89 Gambar 4.18 Flowchart Program (Lanjut.16).................................................. 90 Gambar 4.19 Flowchart Program (Lanjut.17).................................................. 91 Gambar 4.20 Flowchart Program (Lanjut.18).................................................. 92 Gambar 4.21 Flowchart Program (Lanjut.19).................................................. 93 Gambar 4.22 Flowchart Program (Lanjut.20).................................................. 94 Gambar 4.23 Flowchart Program (Lanjut.21).................................................. 95 Gambar 4.24 Flowchart Program (Lanjut.22).................................................. 96 Gambar 4.25 Flowchart Program (Lanjut.23).................................................. 97 Gambar 4.26 Diagram Konteks ....................................................................... 117 Gambar 4.27 Diagram Nol .............................................................................. 119 Gambar 4.28 Diagram Detail Proses 1.0.......................................................... 122 Gambar 4.29 Diagram Detail Proses 2.0.......................................................... 123 Gambar 4.30 Diagram Detail Proses 3.0.......................................................... 124 Gambar 4.31 Diagram Detail Proses 4.0.......................................................... 125
Gambar 4.32 Diagram Detail Proses 5.0.......................................................... 126 Gambar 4.33 Entity Relationship Diagram ...................................................... 131 Gambar 4.34 Transformasi ER ke LS .............................................................. 132 Gambar 4.35 Logical Record Structure ........................................................... 132 Gambar 4.36 Tampilan Halaman Sesi Konsultasi ............................................ 137 Gambar 4.37 Tampilan Halaman Daftar Istilah ............................................... 138 Gambar 4.38 Tampilan Halaman Spesifikasi ................................................... 139 Gambar 4.39 Tampilan Halaman Tentang Kami.............................................. 140 Gambar 4.40 Tampilan Halaman Login Admin ............................................... 141 Gambar 4.41 Tampilan Update Daftar Pertanyaan........................................... 142 Gambar 4.42 Tampilan Update Solusi............................................................. 143 Gambar 4.43 Tampilan Halaman Update Daftar Istilah ................................... 144 Gambar 4.44 Tampilan Halaman Update Admin............................................. 145 Gambar 4.45 Halaman Home .......................................................................... 146 Gambar 4.46 Halaman Konsultasi ................................................................... 147 Gambar 4.47 Halaman Daftar Istilah ............................................................... 148 Gambar 4.48 Halaman Login........................................................................... 149 Gambar 4.49 Halaman Update Admin............................................................. 150 Gambar 4.50 Halaman Tambah Admin ........................................................... 151 Gambar 4.51 Halaman Update Solusi.............................................................. 152 Gambar 4.52 Halaman Tambah Solusi ............................................................ 153 Gambar 4.53 Halaman Update Pertanyaan ...................................................... 154 Gambar 4.54 Halaman Tambah Pertanyaan..................................................... 155 Gambar 4.55 Halaman Tampil Istilah.............................................................. 156 Gambar 4.56 Halaman Tambah Istilah ............................................................ 157
DAFTAR SIMBOL 1. Flow Direction Symbols
No
Simbol
Nama Simbol
Uraian
1.
Simbol arus/ flow
Untuk menyatakan jalannya suatu proses
2.
Simbol Communication Link
Untuk menyatakan bahwa adanya transisi suatu data/informasi dari suatu lokasi ke lokasi lainnya.
3.
Simbol Connector
Untuk menyatakan sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembar yang sama.
4.
Simpanan offline
Untuk menyatakan sambungan dalam satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembaran berbeda.
Sumber: Ladjamudin, 2005
2. Processing Symbols No
Simbol
Nama Simbol
Uraian
1.
Simbol offline connector
Untuk menyatakan sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembar berbeda.
2.
Simbol manual
Untuk menyatakan suatu tindakan (proses) yang tidak dilakukan oleh komputer (manual).
3.
Simbol decision/logika
Untuk menunjukkan sautu kondisi tertentu yang akan menghasilkan 2 kemungkinan jawaban, ya/tidak.
4.
Simbol predefined process
Untuk menyatakan penyediaan suatu tempat penyimpanan pengolahan untuk memberi harga awal.
5.
Simbol terminal
6.
Simbol keying operation
Untuk menyatakan atau akhir program.
permulaan
Untuk menyatakan segala Janis operasi yang diproses dengan menggunakan suatu mesin yang mempunyai keyboard.
7.
Simbol off-line storage
Untuk menyatakan bahwa data dalam simbol ini disimpan ke dalam media tertentu.
8.
Simbol manual input
Untuk memasukan data secara manual dengan menggunakan online keyboard.
Sumber: Ladjamudin, 2005 3. Input-output symbols No
Simbol
Nama Simbol
Uraian
1.
Simbol input-output
Untuk menyatakan proses input dan output tanpa tergantung dengan jenis peralatannya.
2.
Simbol punched card
Untuk menyatakan input berasal dari kartu atau output ditulis ke kartu.
3.
Simbol magnetictape unit
Untuk menyatakan input berasal dari pita magnetic atau output disimpan ke pita magnetic.
4.
Simbol disk storage
Untuk menyatakan input berasal dari disk atau output disimpan ke disk.
5.
Simbol document
6.
Simbol display
Sumber: Ladjamudin, 2005
Untuk mencetak printer.
laporan
ke
Untuk menyatakan peraltan output yang digunakan berupa layar.
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
DISUSUN OLEH : MUHAMMAD FEBRIYANSYAH 105093003031
PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 / 1432 H
RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR MEMODIFIKASI SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
DISUSUN OLEH : MUHAMMAD FEBRIYANSYAH 105093003031 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 / 1432 H
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR ASLI KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, 14 Juni 2011
ABSTRAK
MUHAMMAD FEBRIANSYAH – 105093003031 Rancang bangun sistem pakar memodifikasi sepeda motor Suzuki satria 120R, dibimbing oleh A’ANG SUBIYAKTO dan DITDIT N. UTAMA Pada era globalisasi, Teknologi Informasi mengalami perkembangan yang pesat dalam segala bidang. Sistem pakar merupakan bagian dari Teknologi Informasi yang berbasis komputer. Salah satu bidang aplikasi yang telah diimplementasikan secara meluas ke dalam Sistem Pakar adalah proses diagnosis. Seiring dengan melonjakkan penggunaan sepeda motor yang tiap tahunnya ratarata mengalami kenaikan 8,1 juta tiap tahunnya maka dalam penulisan skripsi ini akan dirancang sebuah Sistem Pakar yang akan digunakan untuk mendiagnosa spesifikasi mesin untuk menghasilkan kesimpulan modifikasi juga keterangan modifikasi pada sepeda motor khususnya Suzuki Satria 120R. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang teknologi informasi, hampir semua sisi kehidupan tak terlepas dari komputerisasi termasuk dunia mekanik khususnya kendaraan bermotor roda dua. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kapasitas mesin atau biasa disebut dengan istilah modifikasi mesin, modifikasi mesin biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah terlanjur membeli motor dengan kapasitas mesin yang masih kecil dan ingin memiliki motor yang kapasitas mesinnya besar tanpa harus membeli motor yang baru, atau sekedar hobi saja. Paling banyak modifikasi mesin dilakukan oleh anak-anak muda yang hobi sport otomotif , namun pengetahuan yang kurang mengenai modifikasi mesin dapat menyebabkan kinerja mesin menurun dan konsumsi bahan bakar menjadi lebih boros, dengan demikian diharapkan dengan adanya Sistem Pakar untuk memodifikasi mesin sepeda motor Suzuki Satria 120R ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam hal memodifikasi sepeda motor, baik bagi pengguna ataupun pemilik dengan maksud tidak menghilangkan ketergantungan pada pakarnya. Dalam pengembangan sistem ini, penulis menggunakan metodologi pengembangan SDLC (System Development Life Cycle). Secara garis besar, teknik penelusuran masalah yang statis, menggunakan Best First Search sebagai teknik penelusuran, dan PHP sebagai bahasa pemrograman dan MySQL digunakan sebagai database. sistem ini meliputi konsultasi antara sistem dan user untuk mendapatkan solusi yang dibutuhkan oleh user dalam memodifikasi sepeda motornya. Berdasarkan kuisioner terhadap user sistem ini didapat rata-rata 93 % puas terhadap aplikasi ini. Kata kunci : Sistem pakar, modifikasi, Sepeda motor Suzuki 120R, System Development Life Cycle.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Skirpsi ini. Laporan Skripsi ini dibuat dengan judul “Rancang Bangun Sistem Pakar Memodofikasi Sepeda Motor Suzuki Satria 120R ” disusun untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan S1 pada Program Studi Sistem Informasi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada kesempatan
kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
banyak pihak yang memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesarnya – besarnya kepada:
1.
Bapak DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.SIS, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
2.
Bapak Aang Subiyakto M.Kom, selaku Ketua Program Studi dan dosen pembimbing I, terima kasih atas kesabarannya dan nasihat – nasihat membangun kepada penulis. Terima kasih juga kepada Ibu Nur Aeni hidayah, MMSi, selaku Sekretaris Program Studi.
3.
Bapak Ditdit N. Utama, MMSI, M.Com, selaku dosen pembimbing II, juga atas kesabaran dan nasihat-nasihat dalam membimbing penulis.
4.
Kepada pihak-pihak Bengkel Kribo yang telah meluangkan waktunya buat penulis dalam pembuatan aplikasi sistem pakar untum memodifikasi sepeda motor Suzuki satria 120r.
5.
Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas do’a, kasih sayang, kesabaran dan juga materi yang telah diberkan, dan hanya Allah yang mampu
membalasnya. Adek-adekku yang selalu bertingkah lucu yang dapat menghilangkan penat,dan semua keluarga dan
saudara – saudaraku,
Thanks All.
Tak ada kesempurnaan di muka bumi ini, demikian pula adanya dengan penyusunan laporan ini. Penulis menyadari masih ada kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu, Penulis mengharapkan kritik dan sarannya dari para pembaca dan pihak lain untuk penulisan laporan selanjutnya yang lebih baik. Akhir kata, semoga laporan Skirpsi ini dapat sedikit memberi wancana bagi para pembaca dan semua pihak yang membutuhkannya. Amin.
Jakarta, Juni 2011
Muhammad Febriyansyah
DAFTAR ISI Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Sampul .......................................................................................... ii Halaman Persetujuan Pembimbing................................................................ iii Halaman Pengesahan Skripsi ........................................................................ iv Halaman Pernyataan .................................................................................... v Abstrak............................................................................................................. vi Kata Pengantar ............................................................................................. vii Daftar Isi…................................................................................................... ix Daftar Tabel….............................................................................................. xii Daftar Gambar….. ........................................................................................ xiii Daftar Simbol….. ......................................................................................... xv BAB I
Pendahuluan 1.1
Latar Belakang ...................................................................... 1
Konsep Dasar Sistem Informasi ............................................. 9 2.1.1 Definisi Sistem ........................................................... 9 2.1.2 Karateristik Sistem ..................................................... 9 2.1.3 Definisi Informasi ...................................................... 12 2.1.3.1 Siklus Informasi............................................ 12 2.1.3.2 Kualitas Informasi ........................................ 13 2.1.3.3 Nilai Informasi ............................................. 14 2.1.3 Definisi Sistem Informasi ........................................... 14
2.2
Sistem Pakar.......................................................................... 14 2.2.1 Definisi Sistem Pakar ................................................. 14 2.2.2 Ciri-ciri Sistem Pakar ................................................. 17 2.2.3 Konsep Dasar Sistem Pakar........................................ 17 2.2.4 Komponen Sistem Pakar ............................................ 19 2.2.5 Faktor Manusia dalam Sistem Pakar ........................... 24 2.2.6 Peranan Sistem Pakar ................................................. 26 2.2.7 Keuntungan Sistem Pakar........................................... 27 2.2.8 Keuntungan Sistem Pakar bagi Perusahaan................. 28 2.2.9 Perbandingan Sistem Pakar dan Sistem Konvesional .. 29 2.2.10 Perbedaan Sistem Pakar dan SPK ............................... 30 2.2.11 Teknik Representasi Pengetahuan............................... 30 2.2.12 Akusisi Pengetahuan .................................................. 31
2.3
Domain Permasalahan Sepeda Motor Suzuki 120R................ 35
2.4
Metodologi Pengembangan Sistem ........................................ 36 2.4.1 Pendekatan Terstruktur............................................... 37 2.4.2 System Development Life Cycle (SDLC)..................... 40
Data Flow Diagram (DFD) ................................................... 43
2.7
Balancing dalam DFD ........................................................... 44
2.8
Elemen Dasar dari Data Flow Diagram ................................. 45 2.8.1 Kesatuan Luar (External Entity) ................................. 45 2.8.2 Arus Data (Data Flow)............................................... 45 2.8.3 Proses (Process) ......................................................... 46 2.8.4 Simpanan Data (Data Store)....................................... 48
2.9
Basis Data (Database) ........................................................... 48 2.9.1 Konsep Dasar Basis Data............................................ 48 2.9.2 DBMS (Database Management System)..................... 50 2.9.2.1 Komponen Utama DBMS............................. 50 2.9.2.2 Keuntungan Penggunaan DBMS................... 50 2.9.3 Struktur Sistem Database/Basis Data ......................... 51 2.9.4 Database Relasional................................................... 52
2.9.5 Entity Relationship Diagram (ERD) ........................... 52 2.9.5.1 Elemen ERD................................................. 52 2.9.6 Normalisasi ................................................................ 57 2.10 PHP ....................................................................................... 58 2.11 MySQL ................................................................................. 59 BAB III Metodologi Penelitian 3.1
Daftar Pustaka ................................................................................................ 161 Lampiran-lampiran ......................................................................................... 164
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Studi Literatur ................................................................................. 18
Tabel 2.2 Perbedaan Sistem Konvensional dan Sistem Pakar ......................... 31 Tabel 2.3 Perbedaan Sistem Pakar dan Sistem Pengambil Keputusan.............. 32 Tabel 4.1 Tabel Admin ................................................................................... 133 Tabel 4.2 Tabel Arahan................................................................................... 134 Tabel 4.3 Tabel Istilah .................................................................................... 134 Tabel 4.4 Tabel Jawaban................................................................................. 134 Tabel 4.5 Tabel Pertanyaan............................................................................. 135 Tabel 4.6 Tabel Solusi .................................................................................... 135 Tabel 4.7 Tabel Uji coba pemakai oleh pakar ................................................. 135
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Informasi .......................................................................... 12
Gambar 2.2 Depth-First Search ...................................................................... 24 Gambar 2.3 Breadth-First Search ................................................................... 25 Gambar 2.4 Best-First Search......................................................................... 25 Gambar 2.5 Menggunakan Logika untuk Proses Penalaran ............................. 37 Gambar 2.6 Kesatuan Luar ............................................................................. 47 Gambar 2.7 Aliran Data.................................................................................. 48 Gambar 2.8 Proses.......................................................................................... 49 Gambar 2.9 Aliran Data.................................................................................. 50 Gambar 2.10 Entitas (Entity)........................................................................... 55 Gambar 2.11 Atribut (Attribute)...................................................................... 55 Gambar 2.12 Relasi (Relation)........................................................................ 56 Gambar 2.13 Binary Relation.......................................................................... 57 Gambar 2.14 Unary Relation .......................................................................... 57 Gambar 2.15 N-Nary Relation ........................................................................ 57 Gambar 4.1 Flowchart Sistem Pakar............................................................... 73 Gambar 4.2 Flowchart Program...................................................................... 74 Gambar 4.3 Flowchart Program (Lanjut.2) ..................................................... 75 Gambar 4.4 Flowchart Program (Lanjut.3) ..................................................... 76 Gambar 4.5 Flowchart Program (Lanjut.4) ..................................................... 77 Gambar 4.6 Flowchart Program (Lanjut.5) ..................................................... 78 Gambar 4.7 Flowchart Program (Lanjut.6) ..................................................... 79 Gambar 4.8 Flowchart Program (Lanjut.7) ..................................................... 80 Gambar 4.9 Flowchart Program (Lanjut.8) ..................................................... 81 Gambar 4.10 Flowchart Program (Lanjut.9) ................................................... 82 Gambar 4.11 Flowchart Program (Lanjut.10) ................................................. 83 Gambar 4.12 Flowchart Program (Lanjut.11) ................................................. 84 Gambar 4.13 Flowchart Program (Lanjut.12) ................................................. 85 Gambar 4.14 Flowchart Program (Lanjut.1) ................................................... 86 Gambar 4.15 Flowchart Program (Lanjut.13) ................................................. 87 Gambar 4.16 Flowchart Program (Lanjut.14) ................................................. 88 Gambar 4.17 Flowchart Program (Lanjut.15) ................................................. 89 Gambar 4.18 Flowchart Program (Lanjut.16) ................................................. 90
Gambar 4.19 Flowchart Program (Lanjut.17) ................................................. 91 Gambar 4.20 Flowchart Program (Lanjut.18) ................................................. 92 Gambar 4.21 Flowchart Program (Lanjut.19) ................................................. 93 Gambar 4.22 Flowchart Program (Lanjut.20) ................................................. 94 Gambar 4.23 Flowchart Program (Lanjut.21) ................................................. 95 Gambar 4.24 Flowchart Program (Lanjut.22) ................................................. 96 Gambar 4.25 Flowchart Program (Lanjut.23) ................................................. 97 Gambar 4.26 Diagram Konteks....................................................................... 117 Gambar 4.27 Diagram Nol.............................................................................. 119 Gambar 4.28 Diagram Detail Proses 1.0 ......................................................... 122 Gambar 4.29 Diagram Detail Proses 2.0 ......................................................... 123 Gambar 4.30 Diagram Detail Proses 3.0 ......................................................... 124 Gambar 4.31 Diagram Detail Proses 4.0 ......................................................... 125 Gambar 4.32 Diagram Detail Proses 5.0 ......................................................... 126 Gambar 4.33 Entity Relationship Diagram...................................................... 131 Gambar 4.34 Transformasi ER ke LS.............................................................. 132 Gambar 4.35 Logical Record Structure........................................................... 132 Gambar 4.36 Tampilan Halaman Sesi Konsultasi............................................ 137 Gambar 4.37 Tampilan Halaman Daftar Istilah ............................................... 138 Gambar 4.38 Tampilan Halaman Spesifikasi................................................... 139 Gambar 4.39 Tampilan Halaman Tentang Kami ............................................. 140 Gambar 4.40 Tampilan Halaman Login Admin............................................... 141 Gambar 4.41 Tampilan Update Daftar Pertanyaan .......................................... 142 Gambar 4.42 Tampilan Update Solusi ............................................................ 143 Gambar 4.43 Tampilan Halaman Update Daftar Istilah................................... 144 Gambar 4.44 Tampilan Halaman Update Admin............................................. 145 Gambar 4.45 Halaman Home .......................................................................... 146 Gambar 4.46 Halaman Konsultasi................................................................... 147 Gambar 4.47 Halaman Daftar Istilah............................................................... 148 Gambar 4.48 Halaman Login .......................................................................... 149 Gambar 4.49 Halaman Update Admin ............................................................ 150 Gambar 4.50 Halaman Tambah Admin........................................................... 151
Gambar 4.51 Halaman Update Solusi ............................................................. 152 Gambar 4.52 Halaman Tambah Solusi ............................................................ 153 Gambar 4.53 Halaman Update Pertanyaan...................................................... 154 Gambar 4.54 Halaman Tambah Pertanyaan..................................................... 155 Gambar 4.55 Halaman Tampil Istilah ............................................................. 156 Gambar 4.56 Halaman Tambah Istilah ............................................................ 157
DAFTAR SIMBOL 1. Flow Direction Symbols
No
Simbol
Nama Simbol
1.
Simbol arus/ flow
2.
Simbol Communication Link
Uraian Untuk menyatakan suatu proses
jalannya
Untuk menyatakan bahwa adanya transisi suatu data/informasi dari suatu lokasi ke lokasi lainnya.
3.
Simbol Connector Untuk menyatakan sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembar yang sama.
4.
Simpanan offline
Sumber: Ladjamudin, 2005
2. Processing Symbols
Untuk menyatakan sambungan dalam satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembaran berbeda.
No
Simbol
Nama Simbol
Uraian
1.
Simbol offline connector
Untuk menyatakan sambungan dari satu proses ke proses lainnya dalam halaman/lembar berbeda.
2.
Simbol manual
Untuk menyatakan suatu tindakan (proses) yang tidak dilakukan oleh komputer (manual).
3.
Simbol decision/logika
Untuk menunjukkan sautu kondisi tertentu yang akan menghasilkan 2 kemungkinan jawaban, ya/tidak.
4.
Simbol predefined Untuk menyatakan penyediaan process tempat penyimpanan suatu pengolahan untuk memberi harga awal.
5.
Simbol terminal
Untuk menyatakan permulaan atau akhir program.
6.
Simbol keying operation
Untuk menyatakan segala Janis operasi yang diproses dengan menggunakan suatu mesin yang mempunyai keyboard.
7.
Simbol off-line storage
Untuk menyatakan bahwa data dalam simbol ini disimpan ke dalam media tertentu.
8.
Simbol manual input
Untuk memasukan data secara manual dengan menggunakan online keyboard.
Sumber: Ladjamudin, 2005 3. Input-output symbols
No
Simbol
Nama Simbol
Uraian
1.
Simbol inputoutput
Untuk menyatakan proses input dan output tanpa tergantung dengan jenis peralatannya.
2.
Simbol punched card
Untuk menyatakan input berasal dari kartu atau output ditulis ke kartu.
3.
Simbol magnetictape unit
Untuk menyatakan input berasal dari pita magnetic atau output disimpan ke pita magnetic.
4.
Simbol disk storage
Untuk menyatakan input berasal dari disk atau output disimpan ke disk.
5.
Simbol document
Untuk mencetak laporan ke printer.
6.
Simbol display
Untuk menyatakan peraltan output yang digunakan berupa layar.
Sumber: Ladjamudin, 2005
BAB I
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Expert System/Sistem Pakar telah mengalami perkembangan yang pesat
dalam ilmu komputer (Nugraha, 2006). Hal ini dapat dilihat dari semakin luasnya penggunaan sistem pakar dalam berbagai bidang aplikasi, terutama yang selama ini diketahui sistem pakar menjalankan fungsi-fungsi pada dunia kesehatan, industri, dan bidang lainnya. Di antara perkembangannya sistem pakar merupakan salah satu bidang yang menarik untuk dikembangkan. Dengan adanya perkembangan tersebut dan adanya kebutuhan yang dapat membantu orang lain, maka di kesempatan kali ini dicoba untuk membuat sistem pakar yang berkaitan dengan masalah dalam memodifikasi sepeda motor (Nugraha, 2006).
Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Sepeda Motor
Kendaraan sepeda motor merupakan suatu alat transportasi yang banyak digunakan masyarakat pada umumnya (Wijaya, 2008). Pertumbuhan kendaraan roda dua atau sepeda motor di Indonesia dalam enam tahun belakangan ini sangat fantastis. Data 2005 menunjukkan, jumlah motor melonjak mencapai 33,193 juta
unit. Pada 2006 jumlahnya diperkirakan mencapai 35 juta unit atau 70 persen dari populasi seluruh jumlah kendaraan. Pada 2007 dan 2008 diperkirakan mendekati angka 40 juta unit atau 75 persen dari total kendaraan (jawapos 10 Maret 2009). Suzuki 120R adalah salah satu jenis sepeda motor yang banyak digunakan oleh masyarakat pada umumnya dan khususnya kalangan remaja. Sepeda Motor Suzuki 120R adalah sepeda motor 2 Tak keluaran pabrikan Suzuki yang banyak digunakan oleh remaja untuk unjuk kebolehan dalam performa dan kecepatan sepeda motornya. Sepeda motor yang ada sekarang ini performanya masih dirasakan sangat kurang, walaupun banyak sepeda motor yang mempunyai CC tinggi tapi untuk kecepatan masih kurang dibandingkan dengan motor yang sudah dimodifikasi. Keterbatasan orang tentang memodifikasi sepeda motor masih sagatlah kurang tapi banyak bengkel-bengkel yang menyediakan jasa untuk memodifikasi sepeda motor yang kita miliki. Kemudian keterbatasan dana adalah masalah yang paling utama dalam melakukan modifikasi sepeda motor. Kapasitas mesin yang besar sekarang ini banyak diminati oleh masyarakat, namun bagaimana dengan masyarakat yang sudah terlanjur membeli motor dengan kapasitas mesin yang masih kecil khususnya anak-anak muda dan ingin memiliki sepeda motor dengan kapasitas
mesin yang besar tanpa harus membeli yang baru? Biasanya, mereka mencoba memodifikasi kendaraan roda dua mereka di bengkel-bengkel sepeda motor atau mencoba memodifikasi sendiri kendaraan mereka. Biasanya, sepeda motor yang sudah dimodifikasi mesinnya rawan akan kerusakan dan membuat pemakaian bahan bakar menjadi lebih boros dikarenakan kurangnya pengetahuan mekanik atau pemilik sepeda motor mengenai modifikasi mesin, sehingga bukannya meningkatkan kinerja mesin tetapi malah menurunkan kinerja mesin. Pengetahuan yang cukup mengenai memodifikasi mesin tidak akan menimbulkan kerusakan pada sepeda motor. Oleh karena itu pemilihan judul “Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Memodifikasi Sepeda Motor Suzuki Satria 120R”, adalah perwujudan untuk membantu mengaplikasikan pengetahuan manusia ke dalam suatu sistem, sehingga dapat digunakan oleh orang banyak.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa permasalahan yang
dihadapi di antaranya, sebagai berikut: 1.
Bagaimana menerapkan daya expert seorang pakar ke dalam suatu sistem komputer?
2.
Bagaimana caranya membantu pengguna motor Suzuki 120R dalam memodifikasi sepeda motornya?
3.
Bagaimana membangun sistem yang dapat dengan mudah digunakan oleh pengguna (user) sekali pun tanpa kehadiran langsung seorang pakar?
4.
Bagaimana menyediakan kepakaran setiap waktu dan diberbagai lokasi?
1.3
Batasan Masalah Berdasarkan perumusan masalah diatas maka batasan masalah yang akan
dibahas adalah sebagai berikut: 1.
Pembahasan hanya pada pembuatan sistem Pakar untuk Memodifikasi Sepeda Motor Suzuki 120R.
2.
Upgrade hanya meliputi bagian-bagian mesin, karburator, pengapian, dan knalpot
3.
Penelrusuan dalam pengambilan keputusan mesin pakar bersifat statis
4.
Teknik penelusuran yang digunakan dalam metode pencarian sistem pakar ini adalah metode penelusuran Best First Search.
5.
Tahapan implementasi, dilakukan pembuatan program yang diterapkan dengan bahasa pemograman php dan database MySQL, serta dilakukan testing black box.
1.4
Ruang Lingkup Penelitian skripsi ini dilaksanakan pada: Waktu
Tujuan Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah: 1.
Melakukan analisis dan perancangan sistem pakar (expert system) dengan metodologi terstruktur dengan model pengembangan SDLC (System Development Life Cycle) (Ladjamudin, 2005).
2.
Membuat sistem pakar yang digunakan oleh pengguna sepeda motor Suzuki 120R dalam memodifikasi mesin sepeda motornya.
1.6
Manfaat Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah:
1.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam merancang dan membangun Sistem Pakar.
2.
Memahami konsep rancang bangun sistem pakar memodifikasi Sepeda Motor Suzuki Satria 120R.
3.
Menjadi dokumentasi yang dapat digunakan untuk pengembangan software ini dikemudian hari.
4.
Dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya di bidang sistem pakar
1.7
Metodologi Penelitian
1.7.1 Metode Pengumpulan Data Metodologi pengumpulan data yang akan dilakukan dalam proses pembuatan skripsi ini meliputi beberapa metode, yaitu: 1.
Metode studi pustaka Mengumpulkan berbagai macam referensi dan melakukan penelitian dengan mencari bahan berupa literatur dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian serta mencari karya-karya ilmiah yang dapat membantu penelitian, baik di perpustakaan maupun melalui paper-paper yang ada di internet, yang akan menjadi acuan dalam analisa dan pengembangan aplikasi sistem yang akan dibangun.
2.
Metode Wawancara. Melakukan wawancara di tempat penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai sistem yang akan dibuat dan dibutuhkan.
3.
Metode Observasi Mengumpulkan data dan informasi dengan cara meninjau dan mengamati secara langsung kegiatan yang terjadi di lapangan.
1.7.2 Metodologi Pengembangan Sistem Metodologi pengembangan sistem yang akan dilakukan dalam merancang dan membangun sebuah sistem pakar (expert system), dengan menggunakan metodologi terstruktur dengan model pengembangan SDLC (System Development Life Cycle) (Ladjamudin, 2005), yang secara garis besar terbagi tiga kegiatan utama yaitu: (1) Analisis, yaitu menganalis sistem untuk membuat keputusan; (2)
Desain, yaitu untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalahmasalah yang dihadapi perusahaan. Pada tahapan ini juga di desain metode penalaran dan model dari sistem. Metode penalaran yang digunakan untuk menginferensi (menalarkan) suatu kesimpulan, menggunakan model forward chaining (Hartati dan Iswanti, 2008), sedangkan teknik penelusuran yang digunakan adalah teknik best first search (Hartati dan Iswanti, 2008); (3) Implementasi, pada tahap ini bertujuan untuk melakukan kegiatan yang sebenarnya dari sistem informasi yang akan dibangun atau di kembangkan.
1.8
Sistematika Penulisan Adapun garis besar penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Bab ini berisi tentang alasan pemilihan judul, latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,
ruang lingkup, tujuan,
manfaat dan metodologi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II: Landasan Teori Bab ini berisikan penjelasan teori-teori dan konsep yang terkait dengan pengembangan sistem yang akan dirancang, yaitu yang berkaitan dengan teori kecerdasan tiruan, sistem pakar, dan komponen-komponennya inferensi
metode
komponennya.
serta
pencarian,
tahapan-tahapannya, antar
muka
pemakai,
mesin dan
BAB III: Metodologi Penelitian Bab ini berisi tentang tahapan-tahapan aplikasi yang meliputi perancangan sistem, Metodologi Pengumpulan yang terdiri dari metode wawancara, metode observasi, dan metode pustaka. BAB IV: Pembahasan Bab ini berisi tentang Perancangan dan Implementasi dari aplikasi yang dibuat beserta pengujian aplikasi. BAB IV: Simpulan dan Saran Bab ini berisi tentang simpulan dan saran yang diambil dari materi pembahasan dan aplikasi yang telah dibuat.
BAB II LANDASAN TEORI
2.1
Konsep Dasar Sistem Informasi
2.1.1 Definisi sistem Definisi dari sebuah sistem mempunyai peranan penting dalam pendekatan untuk mempelajari sebuah sistem. Pendekatan sistem yang merupakan kumpulan dari elemen-elemen, komponen-komponen, dan sub-sub sistem merupakan definisi yang luas (Jogiyanto, 2005). Menurut Jogiyanto (2005) sistem adalah kumpulan elemen–elemen yang saling berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebuah sistem terdiri dari bagian–bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud, tujuan dan sasaran yang sama.
2.1.2 Karakteristik Sistem Suatu sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat yang tertentu (Jogiyanto, 2005), yaitu: 1.
Komponen Sistem (Components) Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponenkomponen sistem atau elemen-elemen sistem dapat berupa suatu sistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap sistem tidak peduli betapapun kecilnya, selalu mengandung komponen-komponen atau subsistemsubsistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dari sistem yang
menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan. 2.
Batas Sistem (Boundary) Batas sistem merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup (scope) dari sistem tersebut.
3.
Lingkungan Luar Sistem (Environtments) Lingkungan luar dari sistem adalah apapun diluar batas sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut. Lingkungan luar yang menguntungkan merupakan energi dari sistem dan dengan demikian harus tetap dijaga dan dipelihara. Sedangkan lingkungan luar yang merugikan harus ditahan dan dikendalikan, kalau tidak maka akan mengganggu kelangsungan hidup sistem.
4.
Penghubung Sistem (Interface) Penghubung merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainnya. Melalui penghubung ini memungkinkan sumbersumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Keluaran (output) dari satu subsistem akan menjadi masukan (input) untuk subsistem lainnya dengan melalui penghubung.
5.
Masukan (Input) Masukkan adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Masukan dapat berupa masukan perawatan (maintanance input) dan masukan signal
(signal input). Maintanance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran. Sebagai contoh didalam sistem komputer, program adalah maintenance input yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan data adalah signal input untuk diolah menjadi informasi. 6.
Keluaran (Output) Keluaran adalah hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan. Keluaran dapat merupakan masukan untuk subsistem yang lain atau ke sistem yang lebih besar. Misalnya untuk sistem komputer, panas yang dihasilkan adalah keluaran yang tidak berguna merupakan hasil sisa pembuangan, sedangkan informasi adalah keluaran yang dibutuhkan.
7.
Pengolah Sistem (Process) Suatu sistem dapat mempunyai suatu bagian pengolah yang akan merubah input menjadi output.
8.
Sasaran Sistem(Objectives) atau Tujuan Sistem (Goal) Suatu sistem pasti mempunyai tujuan (goal) atau sasaran (objective). Kalau suatu sistem tidak mempunyai sasaran, maka operasi sistem tidak akan ada gunanya.
2.1.3 Definisi Informasi Informasi adalah bahan pokok dalam pemberitaan, informasi bukan hanya fakta/kenyataan melainkan lebih luas lagi tentang proses dan penggunaan informasi itu sendiri. Informasi ini harus bergerak, mudah dimengerti, utuh, dan bulat. Menurut Jogiyanto (2005) Informasi adalah data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini atau mendatang. Adapun nilai dari suatu informasi (Value of information) ditentukan oleh dua hal, yaitu: 1.
Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya mendapatkanya.
2.
Suatu informasi dikatakan bernilai apabila informasi tersebut tidak dinilai dengan nilai uang tetapi ditaksir dengan nilai efektifnya.
2.1.3.1 Siklus Informasi Data yang melalui suatu model menjadi informasi, penerima kemudian menerima informasi tersebut, membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan, yang berarti menghasilkan suatu tindakan yang lain yang akan membuat sejumlah data kembali. Data tersebut akan ditangkap sebagai input, diproses kembali lewat suatu model dan seterusnya membentuk suatu siklus. Siklus ini oleh John Burch disebut dengan siklus informasi (information cycle) atau ada yang menyebutnya dengan istilah siklus pengolahan data (data processing cycle).
proses Input
Output Dasar data
Data
Hasil Tindakan
Penerima
Keputusan Tindakan
Sumber: Jogiyanto, 2005 Gambar 2.1 Siklus informasi
2.1.3.2 Kualitas Informasi Adapun kualitas dari suatu informasi ditentukan oleh karakteristik– karakteristik sebagai berikut (Jogiyanto, 2005): 1.
Akurat. Suatu informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan.
2.
Tepat waktu. Suatu informasi yang datang pada penerimanya tidak boleh terlambat. Infornasi yang using tidak akan mempunyai nilai lagi. Karena informasi merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan.
3.
Relevan. Suatu informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.
2.1.3.3 Nilai Informasi Nilai dari informasi ditentukan oleh dua hal, yaitu: manfaat dan biaya mendapatkannya. Suatu sistem dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan biaya mendapatkannya. Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa informasi yang digunakan didalam suatu sistem informasi umumnya digunakan untuk beberapa kegunaan. Sehingga tidak memungkinkan dan sulit untuk menghubungkan suatu bagian informasi pada suatu masalah tertentu dengan biaya untuk memperolehnya, karena sebagian besar informasi dinikmati tidak hanya oleh satu pihak didalam perusahaan (Jogiyanto, 2005).
2.1.4 Definisi Sistem Informasi Sistem Informasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem di dalam suatu organisasi yang merupakan kombinasi dari orang-orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, memproses tipe transaksi rutin tertentu, memberi sinyal kepada manajemen dan yang lainnya terhadap kejadian-kejadian internal dan eksternal yang penting dan menyediakan suatu dasar informasi untuk pengambilan keputusan yang cerdik (Jogiyanto, 2005).
2.2
Sistem Pakar
2.2.1 Definisi Sistem Pakar Sistem Pakar adalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang
biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut (Kusrini, 2006) Dalam penyusunannya, sistem pakar mengkombinasikan kaidah-kaidah penarikan kesimpulan (inference rules) dengan basis pengetahuan tertentu yang diberikan oleh satu atau lebih pakar dalam bidang tertentu. Kombinasi dari kedua hal tersebut disimpan dalam komputer, yang selanjutnya digunakan dalam proses pengambilan keputusan untuk penyelesaian masalah tertentu. Sistem pakar merupakan suatu sistem informasi yang menangkap dan menggunakan pengetahuan serta metodologi pengambilan keputusan yang digunakan oleh seorang atau beberapa orang ahli dalam bidang keahlian tertentu. Sistem pakar berlaku seperti seorang pakar pada bidangnya berisi fakta-fakta dan heuristik untuk memecahkan masalah tertentu. Dalam Al-qur’an seseorang/sekelompok orang yang pandai meneliti dan melakasanakan pengetahuannya disebut ulil albab. Ciri-ciri dari mereka antara lain disebutkan dalam surat Ali-Imran (3) 190-191: “ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi ulil albab. Yaitu mereka yang
berzikir (mengingat) Allah
sambil berdiri, atau duduk atau berbaring, dan mereka yang berpikir tentang kejadian langit dan bumi ...”. Muhammad Quthb dalam bukunya Manhaj AtTarbiyah
Al-Islamiyah mengomentari ayat Ali 'Imran, bahwa ayat tersebut
merupakan metodologi yang sempurna bagi penalaran dan pengamatan Islam terhadap alam. Dalam ayat tersebut manusia diminta untuk berfikir terhadap alam dan menerapkan pengetahuan kepada penciptaan teknologi yang bermanfaat bagi manusia. Penerapan dari pengetahuan ke dalam teknologi berupa expert system.
Sistem
pakar
didasarkan
pada
sistem
pengetahuan,
sehingga
memungkinkan komputer dapat berfikir dan mengambil keputusan atau kesimpulan dari sekumpulan kaidah. Sistem pakar mempunyai keuntungan dibandingkan dengan seorang pakar yaitu kepakarannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tanpa kehadiran sang pakar, mencakup keseluruhan dari kepakaran tersebut dan sistematis, memungkinkan untuk menangani masalah yang kompleks dengan lebih cepat, kepakarannya tetap dapat dimanfaatkan walau pakarnya telah tidak dapat bekerja, membantu kejelasan dan pemahaman secara efektif untuk suatu bidang kepakaran dan memungkinkan untuk membuat pengetahuan terpadu atas bidang-bidang tertentu yang relevan. Berdasarkan studi hasil penelitian sejenis (Tabel 2.1.) perbandingan dari tabel diatas, maka akan dirancang suatu sistem berbasis web dan memiliki fitur daftar istilah untuk menerangkan istilah-istilah dalam sistem yang mungkin tidak dimengerti oleh user. Dalam sistem pakar ini akan ditambahkan pula fitur chatting, sehingga user dapat berkomunikasi langsung dengan pakar apabila tidak terdapat solusi yang diinginkan. Dengan adanya fitur chatting memudahkan pakar untuk mengembangkan pengetahuan dalam sistem pakar yang telah dibuat.
Tabel 2.1 Studi Literatur No. 1
2
3
Judul Penelitian
Kelebihan
Kekurangan
Mendeteksi kerusakan sepeda motor honda astrea prima menggunakan sistem pakar (Adhitya, 2004) Sistem pakar penyakit jantung (Setyadi, 2006)
Dapat mendeteksi kerusakan pada sepeda motor Honda Astrea, bagi lembaga-lembaga yang bergerak di bidang perbaikan sepeda motor. Mendeteksi analisa penyakit jantung, dengan cara klarifikasi berdasarkan pemeriksaan fisik pasien. Dapat mendeteksi kerusakan
Belum adanya fitur dari daftar istilah. Belum berbasis web
Pengembangan
dan
Sistem masih belum berbasis web. Belum adanya fitur dari daftar istilah. Sistem belum
analisis sistem pakar untuk mendeteksi kerusakan motor diesel pada mobil (Prawira, 2006)
mesin diesel pada mobil dan memberikan solusi serta petunjuk untuk mengatasinya.
berbasis web. Belum adanya fitur dari daftar istilah.
2.2.2 Ciri-ciri Sistem Pakar Secara umum sistem pakar mempunyai beberapa ciri-ciri, antara lain (Kusrini, 2006): 1.
Terbatas pada bidang yang spesifik.
2.
Dapat memberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.
3.
Dapat mengemukakan rangkaian alas an yang diberikannya dengan cara yang dapat pahami.
4.
Berdasarkan pada rule atau kaidah tertentu.
5.
Dirancang untuk dikembangkan secara bertahap.
6.
Outputnya bersifat nasihat atau anjuran.
7.
Output tergantung dari dialog antar user.
8.
Knowledge base dan inference engine terpisah.
2.2.3 Konsep Dasar Sistem Pakar Sistem
pakar adalah
sistem
informasi
berbasis
komputer
yang
menggunakan pengetahuan pakar untuk mencapai performa keputusan tingkat tinggi dalam domain personal yang sempit. MYCIN yang dikembangkan Stanford University pada awal tahun 1980-an
untuk diagnosis medis, secara umum
dianggap sebagai sistem pakar yang paling terkenal. Aplikasi lain dalam penetapan pajak, analisis kredit, perawatan peralatan, dan diagnosis kegagalan
juga telah popular disebagaian besar organisasi berukuran besar dan menengah sebagai alat utama untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas (Turban, 2005). Konsep dasar dari sistem pakar mencakup beberapa persoalan mendasar, antara lain apa yang dimaksud dengan keahlian, siapa yang disebut pakar, bagaimana keahlian dapat ditransfer, dan bagaimana sistem bekerja (Turban, 2005). Berikut adalah deskripsi inti dari bagian-bagian tersebut. 1.
Pakar Pakar adalah orang yang memiliki pengetahuan, penilaian, pengalaman dan metodologi khusus, serta kemampuan untuk menerapakan bakat ini dalam dalam memberi nasihat dan memecahkan persoalan (Turban, 2005). Tugas dari pakar adalah menyediakan pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan tugas yang akan dijalankan oleh sistem berbasis pengetahuan.
2.
Kepakaran Kepakaran adalah pengetahuan ekstensif yang spesifik terhadap tugas yang dimiliki pakar (Turban, 2005). Tingkat kepakaran menentukan performa dari suatu keputusan. Kepakaran sering dicapai dari pelatihan, membaca dan mempraktikkannya.
2.2.4
Komponen Sistem Pakar Sistem pakar memiliki komponen-komponen sebagai berikut (Sri Hartati
Dan Sari Iswanti, 2008): 1.
Antarmuka Pengguna (User Interface) Sistem pakar menggantikan seorang pakar dalam suatu situasi tertentu, maka sistem harus menyediakan pendukung yang diperlukan oleh pemakai yang tidak memahami masalah teknis. Sistem pakar juga menyediakan komunikasi antara sistem dan pemakainya, yang disebut sebagai antar muka. Antar muka yang efektif dan ramah pengguna (user-friendly) penting sekali terutama bagi pemakai yang tidak ahli dalam bidang yang diterapkan pada sistem pakar.
2.
Basis Pengetahuan (Knowledge Base) Basis pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan bidang tertentu pada tingkatan pakar dalam format tertentu. Pengetahuan ini diperoleh dari akumulasi pengetahuan pakar dan sumber-sumber pengetahuan lainnya. Basis pengetahuan bersifat dinamis, bisa berkembang dari waktu ke waktu.
3.
Memori Kerja Merupakan bagian dari sistem pakar yang menyimpan fakta-fakta yang diperoleh saat dilakukan proses konsultasi. Fakta-fakta inilah yang nantinya akan diolah oleh mesin inferensi berdasarkan pengetahuan yang disimpan dalam basis pengetahuan untuk menentukan suatu keputusan pemecahan masalah.
4.
Fasilitas Penjelasan Proses menentukan keputusan yang dilakukan oleh mesin inferensi selama sesi konsultasi mencerminkan proses penalaran seorang pakar. Karena pemakai terkadang bukanlah ahli dalam bidang tersebut, maka dibuatlah fasilitas penjelasan.
5.
Fasilitas Akusisi Pengetahuan Pengetahuan
pada
sistem
pakar dapat
ditambahkan
kapan saja
pengetahuan baru diperoleh atau saat pengetahuan yang sudah ada tidak berlaku lagi. Hal ini dilakukan sehingga pemakai akan menggunakan sistem pakar yang komplit dan sesuai dengan perkembangan. 6.
Mesin Inferensi Mesin inferensi merupakan otak dari sistem pakar, berupa perangkat lunak yang melakukan tugas inferensi penalaran sistem pakar, biasa dikatakan sebagai mesin pemikir (thinking machine). Pada prinsipnya mesin inferensi inilah yang akan mencari solusi dari suatu permasalahan. Mesin inferensi memulai pelacakan dengan mencocokan kaidah dalam basis pengetahuan dengan fakta yang ada dalam basis pengetahuan. Ada dua teknik pelacakan, yaitu (Turban, 1995): a)
Forward Chaining Merupakan proses data yang mulai berjalan ketika informasi tertentu diletakan oleh pengguna. Tanda-tanda atau kunci-kunci keberhasilan akan terkumpul dengan sendirinya ketika mengarah ke kesimpulan.
Dalam pelacakan ini, aturan diuji satu demi satu dalam urutan tertentu. Sistem pakar bertujuan untuk mengecek bagian dari aturan tersebut, apakah kondisinya salah atau benar. Jika kondisinya benar, aturan itu dijalankan dan aturan berikutnya diuji. Saat kondisinya
salah atau aturannya tidak diketahui, aturan
tersebut tidak akan dijalankan, kemudian aturan berikutnya yang akan diuji. b)
Backward Chaining Backward chaining merupakan strategi pencarian arah tujuan. Dimulai dari tujuan dan bekerja dari arah belakang atau hasil. Prosesnya dimulai dari hipotesis kemudian pencarian dimulai untuk menentukan dan membuktikan fakta-fakta pendukung yang diperlukan. Proses akan berakhir dengan penerimaan atau penolakan hipotesis. Dalam pelacakan ini, akan dipilih satu aturan dari kesimpulan dan menganggapnya sebagai masalah yang harus diselesaikan. Setelah masalah tersebut diselesaikan, akan dipilih salah satu sub masallah untuk dievaluasi dan sub masalah yang terpilih itu kemudian menajadi sub masalah baru. Sebagai contoh diberikan dua acuan, misalnya: suatu saat anda ingin menuju ke jambi dari Surabaya, dimana tidak ada penerbangan langsung antara kedua kota tersebut. Maka untuk itu anda berusaha menemukan rantai penerbangan sehingga anda dapat memulai suatu penerbangan dari Surabaya dan kemudian
dapat mengakhirnya dengan penerbangan ke jambi. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: a. Anda dapat memulainya dengan mencari penerbangan yang menuju jambi dan menandai kota dimana asal penerbangan. Kemudian temukan penerbangan yang menuju kota tersebut dan temukan kota asal penerbangannya surabya. Kontrol kerja pelacakan ini berdasarkan tujuan, artinya kita bekerja mundur, yang disebut backward chaining. b. Anda memulai dengan daftar semua penrbangan yang meninggalkan Surabaya dan menandai semua kota tujuan. Kemudian mencari semua penerbanga dari kota tersebut dan menandai juga kota tujuan. Ulangi proses sampai ditemukan kota jambi. Control kerja proses ini maju mulai dari asal menuju tujuan artinya bekerja kedepan, yang disebut forward chaining. Kedua teknik inferensi digunakan oleh tiga macam metodologi penelusuran (searching), yaitu: 1) Metodologi Depth-First Search Adalah teknik pencarian ke dalam. Teknik ini memeriksa semua node dari root-node ke level berikutnya dan berikutnya secara berurutan. Proses ini berakhir saat ditemukannya node solusi. Gambar sederhana dari teknik pelacakan depth-first search akan di berikan pada gambar 2.2:
Sumber: Turban, 1995 Gambar 2.2 Depth-first Search 2) Metodologi Breadth-First Search Teknik pelacakan ini menguji semua node, dimulai dari root-node dan node setiap level diuji sehingga semunya selesai sebelum pindah ke level berikut. Iustrasi breadth-first level search dapat dilihat pada gambar 2.3:
Sumber: Turban, 1995 Gambar 2.3 Breadth-First Search 3) Metodologi Best-First Search Metodologi Best First Search yaitu penelusuran yang bekerja berdasarkan kombinasi dari kedua metodologi sebelumnya, yaitu metodologi Depth-First Search dan metodologi Breadth-First Search.
Sumber: Turban, 1995 Gambar 2.4 Best-First Search 7.
Fasilitas Penjelasan (explanation facility). Fasilitas penjelasan biasanya hanya ada pada beberapa sistem pakar. Fasilitas penjelasan berguna dalam memberikan penjelasan kepada pengguna mengapa komputer meminta suatu informasi tertentu dari pengguna dan dasar apa yang digunakan komputer sehingga dapat menyimpulkan suatu kondisi.
2.2.5 Faktor Manusia dalam Sistem Pakar Untuk memahami perancangan sistem pakar, perlu dipahami mengenai siapa saja yang berinteraksi dengan sistem. Mereka adalah (Hartati dan Iswanti, 2008): 1.
Pakar (expert) Pakar adalah seorang individu yang memiliki pengetahuan khusus, pemahaman, pengalaman, dan metodologi – metodologi yang digunkan untuk memecahkan masalah persoalan dalam bidang tertentu. Seorang pakar memiliki kemampuan kepakaran, yaitu: a. Dapat mengenali dan merumuskan suatu masalah b. Menyelesaikan solusi dari suatu masalah
c. Menjelaskan solusi dari suatu masalah d. Restrukturisasi pengetahuan e. Belajar dari pengalaman f. Memahami batas pengetahuan Selain itu, pakar juga memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuannya dan memberikan saran serta memecahkan masalah pada domain tertentu. 2.
Pembuat Pengetahuan (Knowledge engineer) Pembuat pengetahuan memiliki tugas utama menerjemahkan dan mempresentasikan pengetahuan yang diperoleh dari seorang pakar, baik berupa pengalaman pakar dalam menyelesaikan masalah maupun sumber terdokumentasi lainnya ke dalam bentuk yang bisa diterima oleh sistem pakar. Dalam hal ini Pembuat Pengetahuan (Knowledge engineer) menginpretasikan, dan merepresentasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bentuk jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada pakar, atau pemahaman penggambaran analogis, sistematis, konseptual yang diperoleh dari membaca beberapa dokumen cetak seperti text book, jurnal, makalah, dan sebagainya.
3.
Pembuat Sistem (System engineer) Pembangun sistem adalah orang yang bertugas untuk merancang antar muka pemakai sistem pakar, merancang pengetahuan yang sudah diterjemahkan oleh pembangun pengetahuan ke dalam bentuk yang sesuai dan dapat diterima oleh sistem pakar dan mengimplementasikannya ke dalam mesin inferensi. Selain hal tersebut pembangun sistem juga
bertanggung jawab apabila sistem pakar yang akan diintegrasikan dengan sistem komputerisasi lain. 4.
Pengguna (User) Seseorang yang berkonsultasi dengan sistem untuk mendapatkan saran yang disediakan oleh pakar.
2.2.6 Peranan Sistem Pakar Berdasarkan pengertian tadi maka secara umum sistem pakar menyediakan kepakaran untuk memperbaiki kemampuan dan
kualitas. Meningkatkan
produktivitas, promosi secara serentak, mnyimpan pngetahuan, mempergunakan sumber daya manusia secara lebih baik, dan membantu pemasaran produk-produk baru atau produk-produk lebib baik. Peranan sistem pakar dapat diidentifikiasikan sebagai berikut: 1.
Menggantikan seorang pakar secara penuh Sebagai ahli yang bekerja secara otomatis, sistem pakar menganalisa situasi,
membuat
keputusan,
dan
langsung
mengerjakan
atau
memerintahkan orang untuk melaksanakan. Semua biasa dilaksanakan secara
otomatis.
Sebagai
contoh:
sistem
pakar
dapar
langsung
melaksanakan proses kimia, membaca sensor, atau bahkan dapat memerintah para teknisi untuk mengganti bagian mesin yang rusak. 2.
Sebagai kolega Sistem pakar dalam mendapatkan solusi dibantu oleh seorang pakr maupun sebaliknya. Dapat memberikan saran-saran, dengan cara
memberikan beberapa alternatif. Sebagai contoh adalah bahwa sistem pakar dapat menginvestasi penyebab kerusakan atau kesalahan. 3.
Sebagai konsultan ahli (membantu seorang pakar). Sistem pakar menyediakan konsultasi pada tingkatan yang ahli bagi para praktisi sedemikian rupa sehingga menyerupai seorang konsultan ahli.
4.
Membantu komputer aplikasi dalam menghasilkan laporan.
5.
Bekerja di dalam aplikasi komputer.
6.
Bekerja di belakang aplikasi komputer dalam menghasilkan laporan.
7.
Bekerja membelakangi aplikasi komputer.
8.
Menggantikan proses manajemen dokumen.
2.2.7 Keuntungan Sistem Pakar Beberapa keuntungan yang diperoleh dari penerapan sistem pakar adalah (Kusrini, 2006): 1.
Membuat seorang awam dapat bekerja layaknya seorang pakar.
2.
Dapat bekerja dengan informasi yang tidak lengkap atau tidak pasti.
3.
Meningkatkan output dan produktivitas. Sistem pakar dapat bekerja lebih cepat dari manusia. Keuntungan ini berarti mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan, dan akhirnya dapat mereduksi biaya.
4.
Meningkatkan kualitas.
5.
Sistem pakar menyediakan nasihat yang konsisten dan dapat mengurangi tingkat kesalahan.
6.
Membuat peralatan yang kompleks lebih mudah dioperasikan karena sistem pakar dapat melatih pekerja yang tidak berpengalaman.
7.
Handal (reliability).
8.
Sistem pakar tidak dapat lelah atau bosan. Juga konsisten dalam memberikan jawaban dan selalu memberikan perhatian penuh.
9.
Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang kompleks.
10.
Memungkinkan pemindahan pengetahuan ke lokasi yang jauh serta memperluas jangkauan seorang pakar, dapat diperoleh dan dipakai dimana saja.
11.
Merupakan arsip yang terpercaya dari sebuah keahlian sehingga user seolah-olah berkonsultasi langsung dengan sang pakar meskipun sang pakar sudah pensiun.
2.2.8 Keuntungan Sistem Pakar bagi Perusahaan Perusahaan yang menerapkan sistem pakar dapat mengharapkan (McLeod, 1995): 1.
Kinerja perusahaan yang lebih baik. Karena manajer perusahaan memiliki kemampuan yang lebih luas dalam memecahkan masalah melalui penggunaan
sistem
pakar,
mekanisme
pengendalian
perusahaan
meningkat. Perusahaam lebih mampu memenuhi tujuannya. 2.
Mempertahankan pengendalian atas pengetahuan perusahaan. Sistem pakar memberikan ksempatan untuk membuat pengetahuan pegawai yang berpengalaman
tersedia
untuk
pegawai
yang
baru
dan
kurang
berpengalaman serta penyimpanan pengatahuan itu dalam perusahaan lebih lama, bahkan setelah pegawai tersebut berhenti.
2.2.9 Perbandingan Sistem Pakar dan Sistem Konvensional Perbedaan antara sistem pakar dan sistem konvensional dapat dilihat pada tabel berikut (Kusrini, 2006): Tabel 2.2 Perbedaan Sistem konvensional dan Sistem pakar Sistem Konvensional Informasi dan pemrosesan umumnya digabung dalam satu program sequential.
Sistem Pakar Knowledge base terpisah dari mekanisme pemrosesan (inference).
Program tidak pernah salah pemrogramnya yang salah).
Program bisa saja melakukan kesalahan.
(kecuali
Tidak menjelaskan mengapa dibutuhkan atau bagaimana diperoleh. Data harus lengkap.
input hasil
Penjelasan (explanation) bagian dari expert system
merupakan
Data tidak harus lengkap.
Perubahan pada program merepotkan.
Perubahan pada rules dapat dilakukan dengan mudah.
Sistem bekerja jika sudah lengkap
Sistem dapat bekerja hanya dengan rules yang sedikit.
Eksekusi secara algoritmik (step by step).
Eksekusi dilakukan secara heuristic.
Manipulasi efektif pada database yang besar.
Manipulasi efektif pada knowledge-base yang besar.
Efesien adalah tujuan utama.
Efektivitas adalah tujuan utama.
Data kuantitatif
Data kualitatif
Representasi data dalam numeric
Representas pengetahuan dalam symbol.
Menangkap, mendistribusikan informasi
menambah, data numeric
Sumber: Kusrini, 2006
dan atau
Menangkap, mendistribusikan pengetahuan.
menambah, pertimbangan
dan dan
2.2.10 Perbedaan Sistem Pakar dan Sistem Pengambil Keputusan (Decision Support System) Perbedaan sistem pakar dan sistem pengambil keputusan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.3 Perbedaan Sistem Pakar dan Sistem pengambil keputusan Sistem Pakar Pertimbangan heuristic Manipulasi symbol
Sistem Pengambil Keputusan Pertimbangan mekanik Manipulasi numerik dan alphanumerik
Proses keputusan dinamik
Proses keputusan static
Mengingat informasi
Tidak mengingat informasi
Perkiraan dan inferensi Pengendalian pola data
Apakah scenario IF atau skenari IF-THEN (dalam DSS) Pengendalian control
Banyak solusi
Satu solusi
Pencarian intensif
Perhitungan intensif
Rekursif
Iteratif
Faktor kepastian
Kebenaran dan kesalahan
Sumber: Turban, 1995
2.2.11 Teknik Representasi Pengetahuan Representasi pengetahuan adalah suatu teknik untuk merepresentasikan basis pengetahuan yang diperoleh ke dalam suatu skema/diagram tertentu sehingga dapat diketahui relasi/keterhubungan antara suatu data dengan data yang lain (Yudatama, 2008). Teknik ini membantu knowledge engineer dalam memahami struktur pengetahuan yang akan dibuat sistem pakarnya. Terdapat beberapa teknik representasi pengetahuan yang biasa digunakan dalam pengembangan suatu sistem pakar, yaitu (Yudatama, 2008) :
1.
Rule-Based Knowledge Pengetahuan direpresentasikan dalam suatu bentuk fakta (facts) dan aturan (rules). Bentuk representasi ini terdiri atas premise dan kesimpulan.
2.
Frame-Based Knowledge Pengetahuan direpresentasikan dalam suatu bentuk hirarki atau jaringan frame.
3.
Object-Based Knowledge Pengetahuan direpresentasikan sebagai jaringan dari obyekobyek. Obyek adalah elemen data yang terdiri dari data dan metoda (proses).
4.
Case-Base Reasoning Pengetahuan direpresentasikan dalam bentuk kesimpulan kasus (cases).
2.2.12 Akusisi Pengetahuan Proses membangun atau mengembangkan sistem pakar disebut akuisis pengetahuan.
Perekayasa pengetahuan menyerap prosedur-prosedur dan
pengalaman untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu dari pakar tersebut dan membangunnya menjadi program sistem pakar (Kridasantausa, 2006). Basis Pengetahuan. Basis pengetahuan mengandung pengetahuan-pengetahuan keahlian sebagai dasar pengambilan keputusan. Terdapat beberapa metode untuk menyajikan pengetahuan dalam perangkat lunak sistem pakar, diantaranya (Kridasantausa, 2006). : 1.
Metode kerangka (frames),
2.
Jaringan semantik (semantic network), dan
3.
Kaidah produksi(production rules).
Penyanjian basis pengetahuan, yang banyak digunakan adalah kaidah produksi. Masing-masing kaidah mengandung sebuah atau lebih kondisi yang jika dipenuhi akan memberikan satu atau lebih aksi.
Kaidah produksi disajikan dalam
pernyataan IF ..... AND .... OR ..... THEN ..... ELSE ..... Ada 2 pendekatan dalam menentukan aturan basis pengetahuan, yaitu: 1.
Penalaran berbasis aturan (rule-based reasoning) Pada penalaran berbasis aturan, pengetahuan direpresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila kita memiliki sejumlah pengetahuan pakar pada suatu permasalahan tertentu, dan si pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan. Disamping itu, bentuk ini juga digunakan apabila dibutuhkan penjelasan tentang jejak (langkah-langkah) pencapaian solusi. Contoh : aturan identifikasi hewan. Rule 1 : IF hewan berambut dan menyusui THEN hewan mamalia Rule 2 : IF hewan mempunyai sayap dan bertelur THEN hewan jenis burung Rule 3 : IF hewan mamalia dan memakan daging THEN hewan karnivora Dst... Pada aturan ini bersifat Statis ,yaitu aturan sistem yang tidak bisa diubahubah ataupun jika bisa diubah membutuhkan waktu yang lama, dan hanya berlaku pada satu sistem.
2.
Penalaran berbasis kasus (case-based reasoning) Pada penalaran berbasis kasus, basis pengetahuan akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi
untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta yang ada) (Kridasantausa, 2006). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus yang hampir sama (mirip). Selain itu bentuk ini juga digunakan bila kita telah memiliki sejumlah situasi atau kasus tertentu dalam basis pengetahuan. Basis Data. Basis data mengandung fakta- fakta mengenai masalah yang akan dicari solusinya (Kridasantausa, 2006).
. Fakta-fakta yang diketahui disimpan
sebagai kondisi awal. Fakta-fakta yang baru diperoleh dari proses inferensi ditambahkan pada basis data. Fakta-fakta ini berhubungan dengan semua yang diketahui selama proses inferensi.
Kondisi awal dari masalah yang akan
diselesaikan biasanya ditanyakan oleh pemakai.
Berdasarkan informasi ini,
sistem pakar mulai melakukan proses pelacakan. Pengatur Kaidah. Bagian pengatur kaidah (rule adjuster) memungkinkan perekayasa
pengetahuan
(Kridasantausa,2006).
memelihara
basis
pengetahuan
sistem
pakar
. Pemeliharaan basis pe\ngetahuan meliputi penempatan
pengetahuan baru kedalam sistem pakar. Penghapusan basis pengetahuan yang sudah tidak relevan dan perubahan basis pengetahuan karena adanya perubahan fakta atau kaidah yang telah ada. Mesin Inferensi. Merupakan suatu perangkat lunak yang mengimplementasikan suatu operasi pelacakan dengan menggunakan basis pengetahuan dan basis data untuk mencapai solusi (Kridasantausa, 2006). . Mesin inferensi menguji kaidahkaidah dengan pola urutan tertentu untuk mencocokkan kondisi sekarang, maka kondisi tersebut dapat diberikan pada basis data dan dapat dipergunakan keahlian sebagai dasar pengambilan ringan semantik untuk mencari fakta-fakta baru.
Representasi Pengetahuan. Hampir semua sistem AI (Artificial Intelligence) terdiri dari : 1.
Basis pengetahuan yang berisi tentang fakta-fakta obyek dalam domain dan hubungannya yang dipilih.
Basis pengetahuan dapat pulah berisi
konsep teori, prosedur praktis dan keterkaitannya. Basis pengetahuan ini akan membentuk sumber sistem kecerdasan dan digunakan oleh : 2.
Mesin atau mekanisme inferensi untuk melakukan penalaran dan menarik kesimpulan sebagaimana tugas mesin inferensi yang telah dijelaskan dimuka.
Secara garis besar representasi pengetahuan mempunyai dua karakteristik yang umum, yaitu : Yang pertama : dapat diprogram kedalam bahasa pemrograman komputer yang ada dan disimpan dalam memori. Yang kedua : Didesain sehingga fakta-fakta dan pengetahuan dapat digunakan dalam proses penalaran. Dengan demikian basis pengetahuan yang berisi struktur data dapat dimanipulasikan oleh sistem inferensi yang menggunakan teknik pelacakan dan penyesuaian pola pada basis pengetahuan untuk menjawab pertanyaan, menggambarkan kesimpulan atau melakukan fungsi cerdasnya(Kridasantausa, 2006). Referensi Logika. Bentuk representasi pengetahuan yang telah lama dikenal, adalah logika, yaitu melakukan pengkajian ilmiah tentang serangkaian penalaran, sistem kaidah, dan prosedur yang membantu proses penalaran. Proses logika dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut :
Sumber: Sumarbagiono, 1999 Gambar 2.5 Menggunakan logika untuk proses penalaran. Mula-mula diberikan informasi, kemudian dibuat pernyataan atau observasi dicatat. Bentuk ini di inputkan pada proses logika dan disebut sebagai premis. Premis ini yang akan digunakan oleh proses logika untuk menghasilkan output yang merupakan kesimpulan dan disebut sebagai inferensi. Dengan proses ini fakta-fakta yang diketahui benar dapat digunakan untuk merumuskanfakta baru yang juga benar (Kridasantausa, 2006). 2.3
Domain Permasalahan Modifikasi Sepeda Motor Suzuki 120R Secara garis besar, dalam memodifikasi sepeda motor Suzuki 120R dapat
dibagi menjadi dua bagian. Masing-masing bagian mempunyai sub-sub bagian untuk mengarah pada modifikasi yang di inginkan dan mendapatkan hasil yang lebih terinci. Pembagian modifikasi tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Modifikasi Ringan Dalam modifikasi ringan perubahan pada sepeda motor Suzuki 120R tidak terlalu signifikan. Pada modifikasi ini umunya hanya memerlukan biaya yang tidak terlalu besar karena hanya sebagian kecil dari komponenkomponen sepeda motor saja yang diganti, dan perubahan dari tiap komponen-komponen sepeda motor juga tidak terlalu signifikan.
2.
Modifikasi Besar Dalam modifikasi besar pada sepeda motor Suzuki 120R mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada modifikasi ini umunya juga membutuhkan biaya yang cukup besar, dikarenakan pengguna sepeda motor diharuskan mengganti komponen-komponen dari sepeda motornya. Contoh kompnen yang harus dig anti adalah, knalpot, spuyer, busi, dan bahkan mesin standar dari sepeda motor dapat diganti. (Wijaya, 2008)
2.4
Metodologi Pengembangan Sistem Metodologi adalah suatu kesatuan metodologi-metodologi, prosedur-
prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan dan postulat-postulat yang digunakan oleh suatu ilmu pengetahuan, seni atau disiplin yang lainnya. Sedang metodologi adalah suatu cara,teknik yang sistematis untuk mengerjakan sesuatu. Metodologi pengembangan sistem berarti adalah metodologi-metodologi, prosedur-prosedur, konsep-konsep pekerjaan, aturan-aturan dan postulat-postulat yang akan digunakan untuk mengembangkan suatu sistem informasi (Jogiyanto, 2005). Pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki yang telah ada. Sistem lama perlu diperbaiki atau diganti disebabkan karena bebrapa hal, yaitu sebagai berikut (Jogiyanto, 2005): 1.
Adanya permasalahan-permasalahan yang timbul di sistem lama seperti, ketidakberesan dalam suatu sistem lama yang dapat menyebabkan suatu sistem tidak dapat beroperasi sesuai dengan yang diharapkan.
2.
Untuk meraih kesempatan-kesempatan, kesempatan ini dapat berupa peluang-peluang pasar untuk menigkatkan layanan kepada pelanggan.
3.
Adanya instruksi-instruksi, penyusunan sistem yang baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari atas pimpinan maupun dari luar organisasi. Sewaktu melakukan proses pengembangan sistem, beberapa prinsip harus
tidak boleh dilupakan. Prinsip-prinsip ini adalah sebagai berikut (Jogiyanto, 2005): 1.
sistem yang dikembangkan adalah untuk manajemen, maksudnya adalah sistem harus dapat mendukung kebutuhan yang diperlukan.
2.
Sistem yang dikembangkan adalah investasi modal besar.
3.
Sistem yang dikembangkan memerlukan orang yang terdidik.
4.
Tahapan kerja dan tugas-tugas yang harus dilakukan dalam proses pengembangan sistem.
5.
Proses pengembangan sistem tidak harus urut.
6.
Jangan takut membatalkan proyek.
7.
Dokumentasi harus ada untuk pedoman dalam pengembangan sistem.
2.4.1 Pendekatan Terstruktur Permasalahan yang terdapat baik pada pendekatan klasik dengan kecendrungan baru tantang tahap-tahap perkembangan sistem informasi, merupakan bukti diperlukannya suatu pendekatan lain. Metodologi lain itu adalah ”pendekatan terstruktur” yang muncul pada permulaan 1970. Pada masa sekarang pendekatan tersebut juga disebut sebagai ”pendekatan operasional”. Seperti pada
pendekatan engineering yang dipakai dalam pemecahan masalah, pendekatan terstruktur memerlukan prosedur dan pendekatan yang baku dan jelas atau paling tidak memerlukan metodologi yang akan dipakai dalam mengembangkan sistem. Struktur dapat menentukan perintah (order) serta dapat meningkatkan kemampuan pemahaman terhadap sistem yang rumit. Oleh karena itu struktur merupakan ciri utama pada desain sistem informasi ”struktur” dapat dihubungkan dengan cara dan bentuk penyusunan sasuatu. Struktur juga dapat dikatakan sebagai sistem yang sesungguhnya dibentuk. Penjelasan struktur dipusatkan pada penjelasan tentang hubungan antar berbagai bagian yang dikuasai oleh karakter umum atau fungsi keseluruhan. Penyusunan struktur merupakan suatu proses pengenalan, analisis, dan pemilihan alternatif kategori desain. Kebutuhan tentang metodologi dalam perkembangan sistem informasi juga dikemukakan oleh Brokes dkk. Mereka menyatakan bahwa ”meskipun tahaptahap perkembangan sistem merupakan kerangka kerja ang berguna untuk mempertimbangkan keseluruhan proses analisis dan desain sistem, mereka yang bertang gung jawab melaksanakan tugas tersebut memerlukan gambaran dan metodologi yang harus diikuti. Tanpa metodologi yang sesuai, seorang analisis dan desainer yang kurang berpengalaman akan menemui kesulitan dalam menentukan yanglebih rumit dapat dipecahkan, dan sistem penyelesaian mudah perawatannya, fleksibel, lebih memuaskan pemakai, dapat didokumentasikan dengan lebih baik, sesuai dengan waktu dan anggaran yang ada. (Jogiyanto ,2005) menyatakan bahwa keuntungan utama dari pendekatan terstruktur adalah produktifitas tinggi, sistem kualitas yang lebih baik, perawatan sistem
penyelesaian yang lebih mudah, serta kemampuan yang lebih besat untuk menatik dan mempertahankan kualitas manusia. Menurut Nauman dkk., kita dapat mengatakan bahwa menentukan, menetapkan dan memenuhi tuntutan informasi organisasi secara tepat dan lengkap, adalah merupakan tugas sistem informasi organisasi. Unsur paling penting pada sistem tersebut adalah manusia: manajer, pemakai personel pengembangan sistem, serta personel pengoperasian. Akan tetapi untuk mendapatkan set persyaratan informasi yang benar dan lengkap adalah merupakan suatu hal yang sukar. Davis memberikan tiga alasan sehubungan dengan kesukaran tersebut, yaitu: 1.
Sebagai pemroses informasi dan penyelesai masalah manusia mempunyai keterbatasan.
2.
Adanya keanekaragaman dan kerumitan tuntutan informasi.
3.
Adanya pola interakdi yang rumit di antara pemakai dan analisis dalam menentukan tuntutan. Selama perkembangan sistem, tuntutan informasi pada organisasi biasanya
didokumentasikan dalam bentuk ”pengkhususan fungsional” atau ”desain logis”. Tuntutan inforamsi ini biasanya menunjukan adanya kesesuaian antara pihak pemakai dan pihak pengembang sistem. Pada akhir-akhir ini proses tersebut, diberbagai sumber, dinamakan sebagai ”tuntutan engineering” dan telah dikenal sebagai bagian yang paling penting dalam proses perkembangan sistem informasi.
2.4.2
System Development Life Cycle (SDLC) Daur hidup pengembangan sistem/SDLC berfungsi untuk menggambarkan
tahapan-tahapan utama dan langkah-langkah dari tiap tahapan yang secara garis beras terbagi ke dalam tiga kegiatan utama yaitu (Ladjamudin, 2005): 1. Analisia Tahapan Analisa digunakan oleh analis sistem untuk membuat keputusan. Apabila sistem saat ini mempunyai masalah atau sudah tidak berfungsi secara baik, dan hasil analisanya digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki sistem. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap analisis ini adalah sebagai berikut: a) Deteksi masalah (Problem Detection) b) Penelitian/Investigasi awal (Initial Investigation) c) Analisa Kebutuhan Sistem (Requirment Analysis) 2. Desain Tahapan desain memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang diperoleh dari pemilihan alternatif sistem yang terbaik. Kegiatan dalam tahap desain ini meliputi: a) Perancangan keluaran Perancangan keluaran bertujuan menentukan keluaran-keluaran yang akan digunakan oleh sistem. Keluaran tersebut berupa tampilan-tampilan layar, dan juga format dan frekuensi laporan yang diperlukan. b) Perancangan masukan Perancangan masukan bertujuan menentukan data-data masukan, yang akan digunakan untuk mengoperasikan sistem. Data-data masukan tersebut
dapat berupa formulir-formulir, faktur dan lain-lain yang berfungsi memberikan data masukan bagi pemrosesan sistem. c) Perancangan file Perancangan file masuk dalam bahagian perancangan database yang diawali dengan merancang diagram hubungan antara entitas. Setelah itu melakukan uji normalisasi. 3. Implementasi Tahap implementasi memiliki berupa tujuan, yaitu untuk melakukan kegiatan spesifikasi rancangan logika kedalam kegiatan yang sebenarnya dari sistem informasi yang dibangunnya atau dikembangkannya. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap implementasi ini adalah: a) Programming and Testing Pada tahap ini dilakukan perancangan algoritma dengan menggunakan pseucode yang digunakan dalam bahasa Indonesia terstruktur atau bahasa Inggris terstruktur. Setelah selesai dalam pembuatan algoritma, maka dibuatkanlah program aplikasi dengan menggunakan salah satu bahasa pemrograman terpilih. Setelah program selesai dibuatkan secara modular, perlu dilakukan test data, dengan mengentri sejumlah data kedalam program tersebut, dan dilihat bagaimana hasilnya, serta bagaimana cara pemrosesan yang dilakukan oleh program yang baru dibuat tersebut. b) Training End user yang akan mengoperasikan sistem yang baru tersbut perlu dilatih secara keseluruhan. Materi pelatihan biasa saja berupa keuntungan dan
kerugian sistem baru, tips dan trik menggunakan sistem aplikasi baru, pengenalan sintaks dasar dan dokumen-dokumen yang digunakan dalam sistem yang baru tersebut. c) System Changeover Setelah seluruh sistem siap dioperasikan dan seluruh selelsai di latih, maka tahap ini dilakukan pergantian sistem lama dengan yang baru.
2.5
Flowchart Flowchart
adalah
bagan-bagan
yang
mempunyai
arus
yang
menggambarkan langkah-langkah penyelesaian seuatu masalah. Flowchart merupakan cara penyajian dari suatu algoritma. Ada dua macam flowchart yang menggambarkan proses dengan komputer, yaitu: 1.
System Flowchart Bagan yang memperlihatkan urutan proses dalam sistem dengan menunjukan alat media input, output serta jenis media penyimpanan dalam proses pengolahan data.
2.
Program Flowchart Bagan yang memperlihatkan urutan intruksi yang digambarkan dengan simbol tertentu untuk memecahkan masalah dalam suatu program. Dari contoh flowchart diatas terlihat bahwa program flowchart
memberikan gambaran secara terinci tentang aturan instruksi yang disusun oleh program untuk diterapkan ke dalam komputer.
2.6
Data Flow Diagram (DFD) Data Flow Diagram merupakan model dari sistem unutk menggambarkan
pembagian sistem kedalam modul yang lebih kecil. Salah satu keuntungan penggunakan menggunakan DFD adalah memudahkan pemakai atau user yang kurang menguasai bidang komputer untuk mengerti sistem yang dikerjakan. DFD terbagi dalam tiga tahapan yaitu (Ladjamudin, 2005): 1.
Diagram Konteks Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan ruang lingkup sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang menggambarkan seluruh input ke sistem atau output dari sistem. Ia akan memberikan gambaran tentang keseluruhan sistem. Sistem dibatasi oleh boundary (dapat digambarkan dengan garis putus-putus). Dalam diagram konteks hanya ada satu proses. Tidak boleh ada store dalam diagram konteks.
2.
Diagram Nol/Zero (Overview Diagram) Diagram Nol adalah diagram yang menggambarkan proses dari dataflow diagram. Diagram nol memberikan pandangan secara menyeluruh mengenai sistem yang ditangani, menunjukan tentang fungsi-fungsi utama atau proses yang ada, aliran data, dan eksternal entity. Pada level ini sudah memungkinkan adanya/digambarkan data store yang digunakan. Untuk proses yang tidak dirinci lagi pada level selanjutnya, simbol ’*’ atau ’P’ (fuctional primitive) dapat ditambahkan pada akhir nomor proses. Keseimbangan input dan output antara diagram nol dengan diagram konteks harus terpelihara.
3.
Diagram Rinci (Level Diagram) Diagram rinci adalah diagram yang menguaraikan proses apa yang ada dalam diagram nol atau diagram level di atasnya.
2.7
Balancing dalam DFD Aliran data yang muncul ke dalam dan keluar dari satu level harus sama
dengan aliran data yang masuk kedalam dan keluar dari rincian proses pada level/tingkatan di bawahnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada DFD yang memiliki lebih dari satu level sebagai berikut: 1.
Harus terdapat keseimbangan input dan output antara satu level dan level berikutnya.
2.
Keseimbangan antara level 0 dan level 1 dilihat pada input/output dari aliran data ke atau dari terminal pada level 0 sedangkan keseimbangan antara level 1 dan 2 dilihat pada input/output dari aliran data ke atau dari proses yang bersangkutan.
3.
Nama aliran data, data store dan terminal pada setiap level harus sama, apabila objeknya sama.
4.
Ada sumber buku yang menyatakan terminal tidak perlu digambarkan pada level 1,2 dan seterusnya namun untuk memperjelas diagram, maka sebaiknya terminal tetap digambarkan pada level 1,2 dan seterusnya.
2.8
Elemen Dasar dari Data Flow Diagram
2.8.1 Kesatuan Luar (External Entity) Sesuatu yang berada di luar sistem, tetapi ia memberikan data ke dalam sistem atau menerima data dari sistem, di simbolkan dengan suatu kotak notasi. External entity tidak termasuk bagian dari sistem. Bila sistem informasi dirancang untuk satu bagian (departemen) maka bagian lain yang masih terkait menjadi external enttity. Pedoman dalam pemberian nama kesatuan luar (external entity) adalah sebagai berikut: 1.
Nama terminal berupa kata benda
2.
Terminal tidak boleh nama yang sama kecuali memang objeknya sama. Bila demikian, maka terminal ini perlu di beri garis miring di pojok kiri atas.
contoh dari external entity adalah sebagai berikut:
USER
ADMIN
Sumber: Ladjamudin, 2005 Gambar 2.6 Kesatuan luar
2.8.2 Arus Data (Data Flow) Arus data merupakan tempat mengalirnya informasi dan digambarkan dengan garis yang menghubungkan komponen dari sistem. Arus data ditunjukan dengan arah panah dan garis diberi nama atas arus data yang mengalir. Arus data
ini mengalir di antara proses, data store dan menunjukan arus data dari data yang berupa masukan untuk sistem atau hasil proses sistem. Pedoman dalam pemberian nama aliran data adalah sebagai berikut: 1.
Nama aliran data yang terdiri dari beberapa aliran kata dihubungkan dengan garis sambung.
2.
Tidak boleh ada aliran data yang namanya sama, dan pemberian nama harus mencerminkan isinya.
3.
Aliran data terdiri dari beberapa elemen dapat dinyatakan dengan grup elemen.
4.
Hindari penggunaan kata ’data’ dan ’informasi’ untuk memberi nama pada aliran data.
5.
Sedapat mungkin nama aliran data ditulis lengkap. berikut adalah contoh dari aliran data: Jam_Kuliah
Daftar_Kehadiran
Sumber: Ladjamudin, 2005 Gambar 2.7 Aliran Data
2.8.3 Proses (Process) Proses meupakan apa yang dikerjakan oleh sistem. Proses dapat mengolah data atau aliran data masuk menjadi aliran data ke luar. Proses berfungsi mentranformasikan satu atau beberapa data keluaran sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan setiap proses memiliki satu atau beberapa masukan seta menghasilkan satau atau beberapa data keluaran.
Pedoman dalam pemberian nama proses adalah sebagai berikut: 1.
Nama proses terdiri dari kata kerja dan kata benda yang mencerminkan fungsi proses terebut, misalnya hitung bonus, cetak faktur, dan lain-lain.
2.
Jangan menggunakan kata proses sebagai bagian dari nama suatu proses.
3.
Tidak boleh ada beberapa proses yang memiliki nama yang sama.
4.
Proses harus diberi nomor, urutan nomor sedapat mungkin mengikuti aliran atau ururan proses, namun demikian urutan nomor tidak berarti secara mutlak merupakan urutan proses secara kronologis.
5.
Penomoran proses pada tingkatan pertama (Diagram Nol) adalah 1.0, 2.0, 3.0 dan seterusnya.
6.
Penomoran proses pada tingkat kedua dari proses 1.0 adalah 1.1, 1.2, 1.3 dan seterusnya.
7.
Diagram konteks tidak perlu diberikan nomor.
berikut adalah contoh dari proses:
1.0
2.0
Entity KRS
Sumber: Ladjamudin, 2005 Gambar 2.8 Proses
Olah KRS
2.8.4 Simpanan Data (Data Store) Simpanan data merupakan tempat penyimpanan data pengikat data yang ada dalam sistem. Data store dapat disimbolkan dengam sepasang dua garis sejajar atau dua garis dengan salah satu sisi samping terbuka. Proses dapat mengambil data dari atau memberikan data ke database. Pedoman dalam pemberian nama simpanan data adalah sebagai berikut: 1.
Nama harus mencerminkan simpanan data tersebut.
2.
Bila namanya lebih dari satu kata maka harus diberi tanda sambung. Berikut adalah contoh dari simpanan data:
Dosen
Kurikulum
Sumber: Ladjamudin, 2005 Gambar 2.9 Aliran Data
2.9
Basis Data (Database)
2.9.1
Konsep Dasar Basis Data Basisdata terdiri dari dua kata yaitu Basis dan Data. Basis dapat diartikan
sebagai markas atau gudang, tempat bersarang atau berkumpul. Sedangkan Data merupakan representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu objek seperti: manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan sebagainya yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya. Basisdata (database) merupakan kumpulan data yang saling berhubungan (punya relasi) (Yakub, 2008).
Secara umum, database atau basis data dapat didefinisikan sebagai koleksi dari data-data yang terorganisasi dengan cara sedemikian rupa sehingga data mudah disimpan dan dimanipulasi (diperbaharui, dicari, diolah dengan perhitungan-perhitungan tertentu, serta dihapus). Secara teoritis, database tidaklah mesti berurusan dengan komputer, misalnya catatan barang yang telah terjual hari ini yang dicatat oleh perusahaan juga merupakan database dalam bentuk yang sangat sederhana (Nugroho, 2004). Database memiliki beragam ukuran. Untuk aplikasi-aplikasi yang sederhana, misalnya aplikasi pencatatan data-data orang-orang yang akan dikunjungi seorang salesman dalam memasarkan produknya mungkin muat dalam satu disket. Pada saat yang sama, aplikasi untuk mencatat data-data pemilik telepon di suatu negara tertentu mungkin berukuran beberapa tera-byte sehingga mungkin perlu disimpan dalam hardisk (dan/atau pita magnetik) yang berukuran sangat besar. Fred McFadden dkk menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan data adalah fakta tentang sesuatu di dunia nyata yang dapat direkam dan disimpan pada media komputer. Definisi tersebut perlu diperluas untuk mencerminkan realitas yang ada saat ini. Database saat ini digunakan untuk menyimpan objek-objek seperti dokumen, citra fotografi, suara, video, tidak hanya teks dan angka saja seperti aplikasi database terdahulu. Misalnya, database Mahasiswa tidak hanya mengandung NIM dan nama mahasiswa saj tetapi mungkin juga mengandung foto mahasiswa yang bersangkutan.
2.9.2 DBMS (Database Management Sistem) Manajemen Sistem Basis Data (Database Management Sistem/DBMS) adalah perangkat lunak yang didesain untuk membantu dalam hal pemeliharaan dan utilitas kumpulan data dalam jumlah besar. DBMS dapat menjadi alternatif penggunaan secara khusus untuk aplikasi, semisal penyimpanan data dalam file dan menulis kode aplikasi yang spesifik untuk pengaturannya (Yakub, 2008).
2.9.2.1 Komponen Utama DBMS Komponen utama DBMS dapat dibagi menjadi 4 macam (Nugroho, 2004): 1.
Perangkat Keras
2.
Perangkat Lunak
3.
Data
4.
Pengguna
2.9.2.2 Keuntungan Penggunaan DBMS Pengunaan
DMBS
untuk
mengelola
data
mempunyai
beberapa
keuntungan, yaitu: 1.
Kebebasan data dan akses yang efisien
2.
Mereduksi waktu pengembangan aplikasi
3.
Integritas dan keamanan data
4.
Administrasi keseragaman data
5.
Akses bersamaan dan perbaikan dari terjadinya crashes (tabrakan dari proses serentak).
2.9.3 Struktur Sistem Database/Basis Data Sistem basis data dibagi kedalam modul-modul yang masing-masing memiliki tanggung jawab bagi keseluruhan sistem. Komponen fungsional dari sistem basis data secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu: 1.
Manajer penyimpanan (storage manager) adalah sangat penting sebab basis data secara tipikal membutukan sejumlah besar ruang penyimpanan. Basis data perusahaan ukurannya bervariasi dari ratusan byte hingga gigabyte (untuk basis data yang sangat besar bisa mencapai terabyte). Gigabyte adalah 1000 megabyte (1 milyar byte) dan terabyte adalah 1 juta megabyte (1 triliun byte). Karena memori utama komputer tidak dapat menyimpan informasi sebanyak itu, informasi disimpan di hardisk. Data berpindah dari hardisk ke memori saat data tersebut dibutuhkan. Karena kecepatan perpindahan data tersebut sangat bergantung pada kecepatan CPU, struktur sistem basis data sangat menentukan untuk meminimisasi kebutuhan untuk memindahkan data dari hardisk ke memori utama.
2.
Query processor juga sangat penting sebab query processor membantu sistem basis data untuk menyederhanakan dan memfasilitasi akses pada data. Cara pandang tingkat tinggi (high level view) membantu mencapai sasaran, dengan hal ini pengguna sistem tidak secara langsung mengetahui rincian implementasi fisik dari sistem.
2.9.4
Database Relasional Secara umum, database berarti koleksi data yang saling terkait. Secara
praktis basis data dapat dianggap sebagai suatu penyusunan data yang terstuktur yang di simpan dalam media pengingat yang tujuannya adalah agar data tersebut dapat di akses eengan mudah dan cepat. Sesungguhnya terdapat berbagai macam database, antara lain yaitu database hierarkis, database jaringan, dan database relasional. Database relasional merupakan database yang populer saat ini dan telah di terapkan pada berbagai platform, dari PC hingga minikomputer. Sebuh database relasional tersusun atas sejumlah tabel. Sebagai contoh, database akademis mencakup tabel-tabel seperti dosen, mahasiswa, krs, nilai, dll. Basis data tentang bintang film bisa mencakup info pribadi dan film-film yang pernah dibintangi (Kadir, 2008).
2.9.5
Entity Relationship Diagram (ERD) ERD adalah suatu model jaringan yang menggunakan susunan data yang
disimpan pada sistem secara abstrak. Tujuan ERD adalah menggambarkan hubungan antara satu entitas yang memiliki sejumlah attribut dengan entitas yang lain dalam suatu sistem yang terintegrasi (Yakub, 2008).
2.9.5.1 Elemen ERD Terdapat beberapa elemen utama yang membentuk Entity Relationship Diagram (ERD) (Yakub, 2008), yaitu:
1.
Entitas (Entity) Entitas adalah kumpulan dari suatu objek yang dapat diidentifikasi secara unik.
Sumber: Yakub, 2008 Gambar 2.10 Entitas (Entity) Untuk menggambarkan entitas dilakukan dengan mengikuti aturan – aturan sebagai berikut: 1)
Entitas dinyatakan dengan simbol persegi panjang.
2)
Nama entitas berupa kata benda tunggal.
3)
Nama entitas sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah dipahami dan menyatakan maknanya dengan jelas.
2.
Atribut (Attribute) Secara umum atribut adalah karakteristik dari entity
atau relasi yang
merupakan penjelasan rinci tentang entitas.
Sumber: Yakub, 2008 Gambar 2.11 Atribut (Attribute) Dalam menggambarkan atribut dilakukan dengan mengikuti aturan sebagai berikut: 1)
Attribut dinyatakan dengan simbol elipps.
2)
Nama atribut dituliskan dalam simbol elipps.
3)
Nama atibut berupa kata benda tunggal.
4)
Nama atribut sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah dipahami dan menyatakan maknanya dengan jelas.
5)
Attribut dihubungkan dengan entitas yang bersesuaian dengan menggunakan garis.
3.
Relasi (Relation) Relasi atau hubungan adalah kejadian atau transaksi yang terjadi diantara dua entitas yang keterangannya perlu disimpan dalam basis data.
Nama relasi dituliskan didalam simbol belah ketupat.
3)
Relasi menghubungkan dua entitas.
4)
Nama relasi menggunakan kata kerja aktif (diawali awalan me) tunggal.
5)
Nama relasi sedapat mungkin menggunakan nama yang mudah dipahami dan menyatakan maknanya dengan jelas.
4.
Varian Relasi Varian relasi adalah jumlah entitas yang berpartisipasi dalam satu relationship. Derajat Relationship yang sering dipakai di dalam ERD:
1)
Relasi Biner (Binary Relation) Binary Relation adalah merupakan relasi yang terjadi diantara 2 (dua) himpunan entitas yang berbeda.
Sumber: Yakub, 2008 Gambar 2.13 Binary Relation 2)
Relasi Tunggal (Unary Relation) Unary Relation adalah variasi relasi yang terjadi dari sebuah himpunan entitas ke himpunan entitas yang sama.
Sumber: Yakub, 2008 Gambar 2.14 Unary Relation
3)
Relasi Multi Entity (N-ary Relation) N-ary Relation merupakan relasi dari 3 (tiga) himpunan entitas atau lebih.
Sumber: Yakub, 2008 Gambar 2.15 N-ary Relation
5.
Derajat Relasi (Kardinalitas) Kardinalitas relasi menunjukan maksimum entitas yang dapat berelasi dengan entitas pada himpunan entitas lain. Terdapat tiga macam kardinalitas relasi, yaitu : 1)
Satu ke Satu (One to One) Tingkat hubungan satu ke satu dinyatakan dengan setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas B, dan begitu juga sebaliknya.
2)
Satu ke Banyak (One to Many) Tingkat hubungan satu ke banyak adalah setiap entitas pada himpunan entitas A dan dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A.
3)
Banyak ke Satu (Many to One) Tingkat hubungan satu ke banyak berarti setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan paling banyak dengan satu entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B dan dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas A.
4)
Banyak ke Banyak (Many to Many) Tingkat hubungan banyak ke banyak dapat terjadi jika tiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, demikian juga sebaliknya.
2.9.6 Normalisasi Normalisis merupakan suatu proses untuk mengubah suatu tabel yang memiliki masalah tertentu ke dalam dua buah tabel atau lebih yang tidak lagi memiliki masalah. Yang perlu di ketahui terlebih dahulu adalah normalisasi bisa dipakai oleh para perancang database untuk melakukan verifikasi terhadap tabeltabel yang telah dibuat sehingga tidak menimbulkan suatu permasalahan saat di tambah, di perbaharui ataupun di hapus (Kadir, 2008). Suatu file yang terdiri dari beberapa group elemen yang berulang-ulang perlu diorganisasikan kembali. Proses untuk mengorganisasikan file untuk menghilangkan group elemen yang berulang-ulang inidisebut dengan normalisasi (normalization) (Jogiyanto, 2005). Normaliasi juga banyak dilakukan dalam merubah basis data dari struktur pohon atau struktur jaringan menjadi struktur hubungan. Konsep dan teknik normalisasi ini dikenalkan oleh Dr. E.F Codd di paper-nya pada tahun 1970 dan 1972. E.F Codd dalam paper-nya ini mendefinisikan struktur data yang baru, yaitu yang disebut dengan struktur data hubungan (realtional data structure). Istilah data hubungan menunjukan suatu struktur data yang mempunyai hubungan dengan elemen-elemen data lainnya, baik dalam data file atau dalam file yang lain.
Normalisasi perlu digunakan untuk melakukan verifikasi apakah suatu tabel tidak akan memiliki masalah tertentu ketika data diperbaharui atau dihapus. Aturan-aturan normalisasi dinyatakan dalam istilah bentuk normal. Bentuk normal adalah suatu aturan yang dikenakan pada tabel-tabel dalam database dan harus dipenuhi oleh tabek-tabel tersebut pada level-level normalisasi. Suatu tabel dikatakan berada dalam bentuk normal tertentu jika memenuhi kondisi-kondisi tertentu. Misalnya, suatu tabel berada dalam bentuk normal pertama (biasa disebut 1NF) jika setiap atribut bernilai tunggal untuk setiap baris. Bentuk normal yang biasa dipakai pada normalisasi adalah bentuk normal pertama (1NF), bentuk normal kedua (2NF), dan bentuk normal ketiga (3NF). Bentuk-bentuk normal yang lain seperti bentuk normal keempat (4NF) dan bentuk normal kelima (5NF) digunakan untuk kasus-kasus khusus (Kadir, 2008).
2.10
PHP PHP atau PHP Hypertext Preprocessor merupakan bahasa berbentuk skrip
yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Hasilnyalah yang dikirimkan ke client, tempat pemakai menggunakan browser. Secara khusus PHP dirancang untuk menbentuk web dinamis, artinya ia dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Misalnya, menampilkan isi data da abase ke halaman web. Pada prinsipnya, PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP ( Active Server Pages ), Cold Fussion, JSP (Java Server Pages) atau Pearl CGI (Betha, 2001). Kehadiran pertama PHP dibuat oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1995. Versi pertamanya berupa kumpulan script PERL yang digunakan untuk membuat
halaman web yang dinamai pada homepages pribadinya. Rasmus kemudian menulis ulang script tersebut dengan menggunakan Bahasa C, dengan menambahkan fasilitas untuk form HTML, koneksi MySQL dan membuat PHP versi kedua yang diberi nama PHP/F1 pada tahun 1996. Konsep kerja PHP diawali dengan permintaan suatu halaman oleh browser. Berdasarkan URL ( Uniform Resorce Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server, isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server, selanjutnya web server menyampaikan ke client.
2.11
MySQl MySQL adalah salah satu jenis database server yang sangat terkenal,
disebabkan MySql menggunaka SQL sebagai bahasa dasar untuk mengakses data base. MySQL termasuk RDBMS (Relational Database Management System) yang lebih popular lewat kalangan pemrograman web, terutama di lingkungan Linux. Namun, saat ini telah tersedia MySQL untuk platform sistem operasi Windows 98/ME/NT/2000/XP. MySQL mendapatkan penghargaan sebagai database terbaik untuk sever Linux versi Linux Magazine tahun 2001 dan 2002. Dan sebagai database favorit tahun 2000. (Saputro, 2006) MySQL besifat free atau gratis. Namun, MySQL terdiri dari dua lisensi, yaitu: 1.
Lisensi free (free software/open source GNU General Public Licence). MySQL lisensi ini bebas digunakan, dimodifikasi source programnya dengan catatan harus dipublikasikan ke pemakai.
2.
Lisensi komersial (non GPL). Pemakai harus membayar sejumlah biaya kepada MySQL AB sebagai pemegang hak cipta, sesuai dengan jenis layanan yang tersedia. MySQL dapat digunakan pada berbagai platform sistem operasi. Khusus
pada sistem operasi Windows, MySQL bersifat shareware (dikenai biaya setelah melakukan modifikasi dan digunakan untuk keperluan produksi). Perangkat lunak MySQL
dapat
di
http://www.mysql.org.
download
melaui
http://www.mysql.com
atau
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Metodologi Pengumpulan Data Metodologi pengumpulan data yang digunakan meliputi empat metode,
yaitu: a.
Metode Studi Pustaka Dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literatur dari tiga hasil
penelitian yang sejenis, lima buah buku, serta lima artikel yang mendukung dengan topik yang akan dibahas dalam penyusunan laporan skripsi ini. Dari hasil tersebut didapatkan bagaimana membangun suatu sistem pakar yang antara lain meliputi komponen-komponen sistem pakar dan pemodelan dalam membangun sistem pakar. Selain itu data diperoleh dari situs-situs internet yang berhubungan dengan penyusunan laporan skripsi. Data-data yang berasal dari buku-buku dan internet diperlukan untuk dipelajari mengenai masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun datadata buku-buku atau artikel-artikel yang digunakan dalam penulisan skripsi ini terdapat dalam daftar pustaka. Data – data tersebut, yang dijadikan referensi dalam penulisan skripsi ini antara lain: yang berkaitan dengan pengenalan sistem informasi, artificial intelligence, pemrograman PHP, MySql, konsep dasar dari sistem pakar,dan juga metodologi pengembangan dari sistem pakar itu sendiri,
yang terdiri dari: tabel dan pohon keputusan, kaidah produksi, pembangunan prototype dan sebagainya. b.
Metode Observasi Pada metode pengamatan (observasi) ini dilakukan peninjauan dan
penelitian langsung di lapangan untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang dibutuhkan. Pengamatan dilakukan di Bengkel Motor Kribo yang bergerak dalam bidang jasa service dan modifikasi sepeda motor selain itu bengkel tersebut juga melakukan penjualan berbagai macam komponen-komponen dan aksesoris sepeda motor. Pengamatan ini dilakukan selama menjalani penelitian pada tanggal 1 Juli 2009 -30 November 2009, bertempat di Bengkel Motor Kribo bertempat di Jl. Kertamukti No. 26b Rt.oo1/08 Pisangan – Ciputat. c.
Metode Wawancara Wawancara dilakukan dengan cara mewawancarai secara langsung pihak-
pihak terkait, yang berguna untuk mendapatkan informasi maupun data-data yang dibutuhkan untuk perancangan dan pembangunan sistem yang akan dibuat, antara lain: 1.
Wawancara terhadap pihak bengkel, dalam hal ini seorang pakar, guna mendapatkan gambaran mengenai sistem yang akan dibuat.
2.
Wawancara terhadap respoden, dalam hal ini mewakili sebagai pihak user ,guna mendapatkan data-data maupun informasi.
Hasil dari wawancara ini, berguna untuk mendukung bahasan penelitian ini dalam hal melakukan perancangan dan membangun sistem, yang dapat menghasilkan rancangan aplikasi yang dapat membantu pihak bengkel dan memberi kemudahan bagi pihak user (lihat lampiran..).
3.2
Metodologi Pengembangan Sistem Metodologi yang digunakan dalam pengembangan sistem untuk
perancangan dan pembangunan sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R ini, adalah metodologi terstruktur dengan model SDLC (System Development Life Cycle), yang secara garis besar terbagi dalam tiga kegiatan utama, yaitu (Ladjamudin, 2005): 1.
Analisis Pada tahapan ini dilakukan indentifikasi terhadap domain permasalahan
yang telah ditentukan. Domain yang ditentukan dalam sistem pakar motor Suzuki Satria 120R meliputi modifikasi pada bagian dalam atau mesin dari motor tersebut. Setelah masalah berhasil diidentifikasi maka selanjutnya adalah mengumpulkan semua permasalahan terkait yang ada untuk dianalisa dan ditentukan bentuk representasi pengetahuannya. Setelah di analisa dari masalah terkait maka ditentukan pemilihan tools yang akan di gunakan dalam membangun sistem pakar ini. 2.
Desain Setelah melakukan tahapan analisis, maka akan dilakukan tahapan desain
(perancangan) sistem pakar ini, yang memiliki tujuan untuk mendesain sistem baru. Dalam perancangan desain sistem pakar ini juga desain bentuk dari
representasi pengetahuan terhadap pengetahuan yang berhasil dirumuskan pada tahapan sebelumnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Hartati dan Iswanti, 2008): a. Buat tabel pohon keputusan. b. Tentukan kaidah-kaidahnya dalam bentuk kaidah produksi. Dalam tahap ini kaidah produksi yang digunakan untuk menentukan aturan rule yaitu menggunakan, teknik Rule Based Knowledge dan bersifat statis (Kridasantausa, 2006) Setelah melakukan perancangan model pengetahuan kemudian dilakukan rancangan desain arus data untuk sistem baru,untuk memperoleh rancangan keluaran dari rancangan masukan yang didapat, maka diperlukan tools-tools yang menggambarkan bagan arus, yaitu: DFD (Data Flow Diagram) dan Flowchart. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perancangan ini, meliputi: a. Perancangan Keluaran Perancangan keluaran (output) dari sistem pakar ini, yaitu dengan menentukan keluaran-keluaran yang akan digunakan oleh sistem, yang berupa tampilan-tampilan layar, dan juga format laporan-laporan yang diperlukan. b. Perancangan Masukan Perancangan masukan (input) dari sistem pakar ini, yaitu dengan menentukan data-data masukan yang akan digunakan untuk mengoperasikan sistem, seperti spesifikasi sepeda motor dan rule-rule untuk mendapatkan solusi. Alur dari masukan data dan informasi dalam sistem pakar ini digambarkan dalam DFD dan Flowchart sistem.
c. Perancangan File Perancangan file dari sistem pakar ini ini, yaitu membuat perancangan basis data, dengan merancang diagram hubungan antar entitas, dengan menggunakan tools ERD.dalam perancangan file ini juga ditentukan basis pengetahuan dari sistem pakar. 3.
Implementasi Pada tahapan ini, yaitu dengan melakukan kegiatan spesifikasi rancangan
logikal ke dalam rancangan fisik dari sistem informasi yang akan dibangun dan mengimplementasikan sistem yang baru tersebut ke dalam bahasa pemprograman. Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini adalah, Programming dan Testing pada tahapan ini, dilakukan perancang program aplikasi dengan menggunakan pemrograman PHP dan MYSQL sebagai basis data. Program yang sudah selesai dibuat tersebut, perlu dilakukan testing data menggunakan black box test (Pressman, 2002) dengan mengentri sejumlah data ke dalam program tersebut, dan dilihat hasilnya, serta cara pemprosesan yang dilakukan oleh program yang baru dibuat tersebut.
3.3
Kerangka Penelitian
Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
BAB IV Pembahasan
4.1
Analisis
4.1.1 Deteksi Masalah Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap masalah yang diteliti. Dari identifikasi yang dilakukan pada bengkel motor kribo didapatkan bahwa semakin banyak orang yang ingin memodifikasi sepeda motor mereka, tetapi kurangnya pengetahuan mereka tentang memodifikasi mesin sepeda
motor dapat
menimbulkan masalah yang cukup serius terhadap mesin sepeda motor mereka. Dalam skripsi ini mencoba membuat suatu sistem pakar untuk mendiagnosa bagian-bagian mesin sepeda motor dan mencoba memberikan kesimpulan tentang masalah dalam
memodifikasi sepeda motor khususnya sepeda motor Suzuki
Satria 120R. Dari uraian di atas diketahui masalah yang sering terjadi, antara lain: 1.
Terdapat resiko yang cukup besar apabila pengguna sepeda motor Suzuki 120R tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang mesin
2.
Pengguna terbatasi waktu dan tempat untuk memodifikasi sepeda motornya
3.
Memerlukan biaya yang cukup besar apabila pengguna memodifikasi sepeda motornya di bengkel
4.
Adakalanya seorang pakar dapat berhalangan atau pensiun.
Dari identifikasi yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan mengenai perlu adanya suatu sistem yang dapat memberikan kemudahan dan bantuan terhadap proses memodifikasi sepeda motor khususnya sepeda motor Suzuki Satria 120R. Pada sistem pakar ini terdapat tahapan-tahapan untuk menganalisa bagaimana memodifikasi dan terdapat kesimpulan untuk mengetahuai bagaimana memodifikasi sepeda motornya dan solusi untuk menjalankan kesimpulan tersebut.
4.1.2 Penelitian/Investigasi awal Dalam melakukan investigasi awal dilakukan wawancara dan observasi langsung dari hasil wawancara dengan mas kribo selaku montir (mekanik) di Bengkel motor kribo maka diperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan, antara lain: 1.
Bagaimana kebutuhan sistem yang akan dirancang?
2.
Bagaimana langkah-langkah montir dalam mendiagnosa kebutuhan sepeda motor pelanggannya?
3.
Memperoleh data-data tentang pengetahuan memodifikasi sepeda motor khususnya sepeda motor Suzuki 120R yang direpresentasikan ke dalam rule-rule pengetahuan
4.1.3
Analisa Kebutuhan Sistem Dalam analisa kebutuhan sistem pakar ini terdapat dua kriteria dalam
mendeskripsikan kebutuhan sistem, antara lain :
1. Analisa kebutuhan fungsional sistem pakar Kebutuhan fungsional dari sistem mendefinisikan hal-hal yang dibutuhkan oleh sistem yang akan di bangun, antara lain: a) Kemampuan untuk mendiagnosis jenis modifikasi yang di perlukan b) Kemampuan untuk menjelaskan mengenai modifikasi mesin yang di perlukan dalam mengambil keputusan c) Kemampuan untuk memberikan solusi yang tepat dalam memodifikasi sepeda motor pengguna d) Kemampuan yang mendukung pengubahan basis pengetahuan, yang meliputi kemampuan untuk menambah, meng-update, menampilkan kembali rule yang telah dibuat, dan menghapus data pada basis pengetahuan. 2. Analisa kebutuhan pengguna (user) User adalah pengguna yang membutuhkan informasi atau solusi mengenai bagaimana cara untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki 120R nya baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Fasilitas yang diberikan yaitu: 1) Operator action, menjelaskan spesifikasi sepeda motor yang di miliki pengguna non-pakar. 2) Solusi yang dibutuhkan oleh pengguna non-pakar. 3) Daftar istilah, yaitu informasi mengenai istilah-istilah dan spare part yang digunakan dalam memodifikasi sepeda motor.
4.2
Desain Proses yang dilakukan pada tahapan desaian dalam merancang sistem
pakar ini merupakan kelanjutan dari fase sebelumnya, yaitu setelah data-data pengetahuan berhasil diketahui dan di rumuskan oleh knowledge engineer dan pakar. Langkah–langkah selanjutnya yaitu dilakukan dari pengetahuan yang telah dirumuskan sampai pada bentuk representasi pengetahuan yang dipilih. Langkah-langkah tersebut meliputi: 1. Buat pohon keputusan 2. Tentukan kaidah-kaidahnya dalam bentuk kaidah produksi.
4.2.1 Pohon Keputusan Meskipun kaidah dapat secara langsung dapat dihasilkan dari tabel keputusan tetapi untuk menghasilkan kaidah yang efesien terdapat suatu langkah yang harus ditempuh yaitu membuat pohon keputusan terlebih dahulu. Dari pohon keputusan dapat diketahui atribut (kondisi) yang dapat direduksi sehingga menghasilkan kaidah yang efesien dan optimal. Dan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
4.2.2 Kaidah Produksi Dalam fase ini kaidah didapatkan mengacu pada pohon keputusan yang telah dibuat. Terdapat beberapa kaidah untuk pengetahuan mengenai solusi untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. himpunan kaidah tersebut dapat dilihat pada lampiran 2.
4.2.3 Perancangan Masukan Setelah didapat rancangan keluaran sistem maka dilakukan tahapan selanjutnya, yaitu merancang aliran data dari sistem. Tahap ini dilakukan perancangan sistem menggunakan tools rancangan sistem seperti flowchart dan data flow diagram untuk proses pembangunan sistem.
4.2.3.1 Perancangan Algoritma dan Flowchart sistem Pada tahapan awal desain dilakukan penggambaran umum program sistem dengan algoritma dan flowchart-flowchart dari sistem pakar yang akan dikembangkan. Termasuk flowchart teknik penalaran yang dipakai yang di aplikasikan ke program. Algoritma dan Flowchart ini dibuat untuk mempermudah dalam membuat sitem pakar ini. Berikut adalah algoritma dan flowchart dari sistem tersebut: a) Flowchart Sistem pakar S ta rt
M e n a m p ilk a n h a la m a n u ta m a
M e m i li h K o n s u l t a s i
M e m ilih D a fta r Is tila h
M e m ilih S p e s e i f ik a s i
M e m ilih T e n ta n g K a m i
M e n a m p ilk a n K o n s u lta s i
M e n a m p ilk a n D a fta r Is tila h
M e n a m p ilk a n S p e s ifik a s i S e p e d a M o to r
M e n a m p il k a n T e n ta n g k a m i
In p u t B u k u ta m u
B
S e le s a i
Gambar 4.1 flowchart sistem pakar
b) Flowchart dan algoritma penalaran forward chaining (Program) Berikut ini merupakan flowchart program dari sistem pakar tersebut yang di mulai dari dua pertanyaan dasar, yaitu modifikasi besar dan kecil: M ulai
tida k
M o difka si K ecil
1
ya
m esin m asih stand ar
tid ak
ya
karbu ra to r m asih standa r
2 tidak
ya
3 saring an ud ara m asih terpa san g
tidak
ya 4
busi m asih standa r
busi su dah dig anti tipe racing kn alpo t m a sih stan dar
se ka t d alam p eru t kna lpot su dah d ibua ng kna lpot sudah digan ti m ode l racing
ya
ya
u kuran p ilot-jet din aikkan 7 , 5 ang ka da ri u kuran stand ar m ain-jet din aikkan 15 ang ka da ri u kuran stan dar
ukuran pilo t-je t dina ikkan 5 an gka dan m a in jet dina ikkan 1 0 a ngka da ri u kuran stand ar
ya
ya
ukuran p ilot-jet din aikkan 5 ang ka d an m a in-jet dina ikkan 10 an gka d ari uku ra n sta nda r, da n saringa n kna lpot ditam b ah lu bang nya
seka t d alam p erut knalp ot dibu ang d an ukuran pilo t-je t dina ikkan 5 ang ka d an m a in-jet dina ikkan 10 ang ka d ari u ku ran stan dar, dan g anti kepa la bu si m o del racing
Gambar 4.2 flowchart Program S e lesa i
ya
se kat da lam pe ru t knalp ot dib uan g dan uku ra n pilo t-jet dina ikkan 5 ang ka d an m a in je t d inaikkan 10 a ngka dari ukuran sta nda r
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (2) atau mesin sudah di oversize: 2
tdk
mesin sudah di oversize
5
ya
tdk
mesin oversize 25
ya
6 dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
tdk
tdk
tdk dinding permukaan lubang buang masih standar
ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Selesai
karburator masih standar
karburator sudah direamer
dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racing
ya
ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
Gambar 4.3 Flowchart program (Lanjut.2)
ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalm perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (3) atau karburator sudah direamer: 3
karburator sudah direamer
7
ya
tdk
ukuran spuyer masih standar
ya
lubang buang dan lubang isap masih standar
tdk
tdk
tdk
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang,kemudian pasang saringan udara tanpa busa
permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang
ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
Selesai
Gambar 4.4 Flowchart program (Lanjut.3)
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (4) atau busa saringan udara sudah dilepas: 4
busa saringan udara sudah dilepas
ya
tdk
lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
knalpot masih standar
pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar
Selesai
Gambar 4.5 Flowchart program (Lanjut.4)
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (5) atau kepala silinder sudah dbubut: 5
kepala silinder sudah dibubut
ya
kepala silinder sudah dibubut <=1mm
8
tdk
paking blok silinder masih standar
ya
paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm tdk
tdk
busi masih standar
ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm
busi sudah diganti tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar,, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
ukuran lubang buang masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Selesai
Gambar 4.6 Flowchart program (Lanjut.5)
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (6) atau mesin sudah di oversize 50: 6
mesin oversize 50
9
ya
busi masih standar
tdk
busi sudah diganti dengan tipe racing
ya
tdk
tdk
ukuran pilot jet dan main jet masih standar
jarum skep pada karburator masih standar
lubang venture pada karburator masih standar ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
Gunakan ukuran pilot jet dianikan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan ganti knalpot racing
gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing dan gunakan knalpot tipe racing gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
Selesai
Gambar 4.7 Flowchart program (Lanjut.6)
Gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dianikan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dan knalpot gunakan tipe racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (7) atau spuyer lebih besar dari standar: 7
spuyer lebih besar dari standar
ya
tdk
tdk
knalpot masih standar
tipe busi masih standar Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang
busi sudah diganti dengan tipe racing
gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
lubang buang dan lubang isap masih standar
Selesai
Gambar 4.8 Flowchart program (Lanjut/7)
gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standard an permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dn sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (8) atau lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar: 8
lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
ya
kepala silinder m asih standar
10
11
ya
knalpot m asih standar
tdk
ya
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran m ain jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm , lalu pasang saringan udara tanpa busa
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5m m
Selesai
Gambar 4.9 Flowchart program (Lanjut.8)
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (9) atau mesin sudah di oversize 75: 9
mesin oversize 75
ya
12 tdk
kampas kopling masih standar
ya
tdk kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan karburator masih standar
tdk
karburator sudah direamer
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
Selsai
Gambar 4.10 Flowchart program (Lanjut.9)
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (10) atau kepala silinder sudah dibubut:
10
kepala silinder sudah dibubut
tdk
ya
busi masih standar
ya
tdk busi sudah diganti dengan tipe racing
tdk
lubang venturi pada karburator masih standar
paking blok sudah tidak standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot racing
lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Selesai
Gambar 4.11 Flowchart program (Lanjut.10)
paking blok silinder masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (11) atau perut knalpot sudah dibuang sekatnya: 11
perut knalpot sudah dibuang sekatnya
tdk
ya
tdk
lubang buang masih standar
knalpot sudah diganti tipe racing
lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm ydk
kampas kopling standar
kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip ruma kopling sebanyak 2 lubang dibesarkan 0,5mm
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Selesai
Gambar 4.12 Flowchart program (Lanjut.11)
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (12) atau mesin sudah di oversize 10: 12
mesin oversize 100
tdk
lubang venturi pada karburator sudah direamer
ya
lubang venturi pada karburator masih standar
ya
tdk
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas tdk
koil masih standar
koil sudah diganti dengan tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng,racing, dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot racing
Selesai
Gambar 4.13 Flowchart program (Lanjut.12)
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venture pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (1) atau modifikasi besar: 1
Modifkasi Besar
ya
mesin masih standar
tidak
ya
13
karburator masih standar
tidak
ya
14 tidak
saringan udara masih terpasang ya
15
busi masih standar
busi sudah diganti tipe racing knalpot masih standar
sekat dalam perut knalpot sudah dibuang knalpot sudah diganti model racing
ya
ya
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
Selesai
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar
ya
sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar
sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
Gambar 4.14 Flowchart program (Lanjut.1)
ya
sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busi
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (13) atau mesin sudah di oversize: 13
mesin sudah di oversize
tdk
16
ya
tdk
mesin oversize 25
ya
17 dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
tdk
Tdk
tdk dinding permukaan lubang buang masih standar
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Selesai
karburator masih standar
karburator sudah direamer
dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
ya
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
Gambar 2.15 Flowchart program (Lanjut.13)
ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalm perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (14) atau karburator sudah direamer: 14
karburator sudah direamer
ya
18
tdk
ukuran spuyer masih standar
ya
tdk
tdk
permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan
saringan udara masih terpasang
tdk
saringan udara sudah dilepas
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu gunakan airbox
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
lubang buang dan lubang isap masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
Selesai
Gambar 4.16 Flowchart program (Lanjut.14)
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (15) atau busa saringan udara sudah dilepas: 15
busa saringan udara sudah dilepas
ya
tdk
lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
buang sekat dalam perut knalpot, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Selesai
knalpot masih standar
buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Gambar 4.17 Flowchart program (Lanjut.15)
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (16) atau kepala silinder sudah dibubut: 16
kepala silinder sudah dibubut
19
ya
kepala silinder sudah dibubut <=1mm
tdk
paking blok silinder masih standar
ya
paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm tdk
tdk
busi masih standar
busi sudah diganti tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
ukuran lubang buang masih standar
ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Selesai
Gambar 4.18 Flowchart program (Lanjut.16)
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (17) atau mesin sudah di oversize 50: 17
mesin oversize 50
20
ya
busi masih standar
tdk
busi sudah diganti dengan tipe racing
tdk
tdk
lubang venture pada karburator masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
ya
ukuran pilot jet dan main jet masih standar
jarum skep pada karburator masih standar
ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa dan saringan udara dilepas
gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, selang dan busa saringan udara dilepas
Selesai
Gambar 4.19 Flowchart program (Lanjut.17)
Gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dianikan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dan knalpot gunakan tipe racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (18) atau spuyer lebih besar dari standar: 18
spuyer lebih besar dari standar
ya
tdk
tdk
lubang buang dan lubang isap masih standar
knalpot masih standar
tipe busi masih standar
busi sudah diganti dengan tipe racing
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing dan lepas busa saringan udara
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Selesai
Gambar 4.20 Flowchart program (Lanjut.18)
gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standard an permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dn sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (19) atau lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar: 19
lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
ya
kepala silinder masih standar
21
22
ya
knalpot masih standar
tdk
ya
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kem udian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
Selesai
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm
Gambar 4.21 Flowchart program (Lanjut.19)
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (20) atau mesin oversize 75: 20
mesin oversize 75 ya
23
tdk
kampas kopling masih standar
kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
ya
tdk dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
karburator masih standar
tdk
karburator sudah direamer
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
Selsai
Gambar 4.22 Flowchart program (Lanjut.20)
dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (21) atau kepala silinder sudah dibubut:
21
kepala silinder sudah dibubut
tdk
ya
busi masih standar
ya
tdk busi sudah diganti dengan tipe racing
tdk
lubang venturi pada karburator masih standar
paking blok sudah tidak standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venture direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot racing
lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip,lalu gunakan airbox dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Selesai
Gambar 4.23 Flowchart program (Lanjut.21)
paking blok silinder masih standar
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (22) atau perut knalpot sudah dibuang sekatnya: 22
tdk
perut knalpot sudah dibuang sekatnya
ya
tdk
lubang buang masih standar
knalpot sudah diganti tipe racing
lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm ydk
kampas kopling standar
kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip ruma kopling sebanyak 2 lubang dibesarkan 0,5mm
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio
Selesai
Gambar 4.24 Flowchart program (Lanjut.22)
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio
Berikut ini adalah lanjutan dari algorima program sebelumnya, yaitu turunan dari inisial (23) atau mesin sudah di oversize 23: 23
mesin oversize 100
tdk
lubang venturi pada karburator sudah direamer
tdk
koil masih standar
ya
lubang venturi pada karburator masih standar
ya
tdk
saringan udara masih terpasang
saringan udara sudah dilepas
koil sudah diganti dengan tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Selesai
Gambar 4.25 Flowchart program (Lanjut.23)
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara
Berikut adalah psedeu code dari flowchart program: If modifikasi ringan Then Else If “(1)” If mesin masih standar Then Else If “(2)” If karburator masih standar Then Else If “(3)” If busa saringan udara sudah masih ada Then Else If “(4)” If busi masih standar Then sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar Else If busi sudah diganti tipe racing Then sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan anti kepala busi model racing Else If knalpot masih standar Then ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya Else If sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Then ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar Else If knalpot sudah diganti model racing Then pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standard an main-jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar End If End If End If End If End If End If End If End If End If
“(2)” If mesin sudah di oversize Then If mesin oversize 25 Then If knalpot masih standar Then If dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Then If karburator masih standar Then ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalm perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip Else If karburator sudah direamer Then ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa Else If dinding permukaan lubang buang masih standar Then ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa Else If dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan Then ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racing End If End If End If End If End If End If
“(3)” If karburator sudah direamer Then If ukuran spuyer masih standar Then Else If “(7”) If lubang buang dan lubang isap masih standar Then ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang Else If permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan Then ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang Else If saringan udara masih terpasang Then ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas Else If saringan udara sudah dilepas Then ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, kemudian dipasang saringan udara tanpa busa End If End If End If End If End If End If “(4)” If busa saringan udara sudah dilepas Then If knalpot masih standar Then pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak Else If lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Then pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar End if End if End if
“(5)” If kepala silinder sudah dibubut Then Else If “(8)” If kepala silinder sudah dibubut <=1mm Then If paking blok silinder masih standar Then If ukuran lubang buang masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot Else If ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara Else If paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm Then If busi masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing Else If busi sudah diganti tipe racing Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara End If End If End If End If End If End If End If
“(6)” If mesin oversize 50 Then Else If “(9)” Else If busi masih standar Then If ukuran pilot jet dan main jet masih standar Then gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dan knalpot gunakan tipe racing Else If jarum skep pada karburator masih standar Then gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing dan gunakan knalpot tipe racing Else If jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Then gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing End If Else If Busi Sudah diganti tipe racing then If lubang venture pada karburator masih standar Then gunakn ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakn knalpot tipe racing End If End If End If End If End If
“(7)” If ukuran spuyer lebih besar dari standar Then If lubang buang dan lubang isap masih standar Then gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standard an permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara Else If knalpot masih standar Then gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang Else If tipe busi masih standar Then gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Else If busi sudah diganti dengan tipe racing Then gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas end if end if end if end if end if “(8)” If lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Then If kepala silinder masih standar Then Else If “(10)” Else If knalpot masih standar Then Else If “(11)” Else If saringan udara masih terpasang Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm Else If saringan udara sudah dilepas Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa End If End If End If End If End If End If End If
“(9)” If mesin oversize 75 Then Else If “(12)” Else If kampas kopling masih standar Then If dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing Else If dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dang anti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing End If Else If kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Then If karburator masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing Else If karburator sudah direamer Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racing End If End If End If End If End If End If “(10)” If kepala silinder sudah dibubut Then If busi masih standar Then If paking blok silinder masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing Else If paking blok sudah tidak standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang
buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot racing end if Else If busi sudah diganti dengan tipe racing Then If lubang venturi pada karburator masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing Else If lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing end if end if end if end if end if “(11”) If perut knalpot sudah dibuang sekatnya Then If lubang buang masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa Else If lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa end if Else If knalpot sudah diganti tipe racing Then If kampas kopling standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm Else If kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm End If End If End If End If
“(12”) If mesin oversize 100 Then If lubang venturi pada karburator masih standar Then If saringan udara masih terpasang Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venture pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot tipe racing Else If saringan udara sudah dilepas Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot racing End If Else If lubang venturi pada karburator sudah direamer Then If koil masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing Else If koil sudah diganti dengan tipe racing Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan gunakan knalpot tipe racing End if End if End if End if End if
If modifikasi besar Then If mesin masih standar Then Else If “(13)” If karburator masih standar Then Else If “(14)” If busa saringan udara sudah masih ada Then Else If “(15)” If busi masih standar Then sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busi Else If busi sudah diganti tipe racing Then sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara Else If knalpot masih standar Then sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar Else If sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Then ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar Else If knalpot sudah diganti model racing Then ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara End If End If End If End If End If
End If End If End If End If “(13)” If mesin sudah di oversize Then If mesin oversize 25 Then If knalpot masih standar Then If dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Then If karburator masih standar Then ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip Else If karburator sudah direamer Then ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara Else If dinding permukaan lubang buang masih standar Then ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa Else If dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan Then ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa End If End If End If End If End If End If
“(14)” If karburator sudah direamer Then If ukuran spuyer masih standar Then Else If “(18”) If lubang buang dan lubang isap masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara Else If permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara Else If saringan udara masih terpasang Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara Else If saringan udara sudah dilepas Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu gunakan airbox End If End If End If End If End If End If
“(15)” If busa saringan udara sudah dilepas Then If knalpot masih standar Then buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm Else If lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Then buang sekat dalam perut knalpot, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm End if End if End if “(16)” If kepala silinder sudah dibubut Then Else If “(8)” If kepala silinder sudah dibubut <=1mm Then If paking blok silinder masih standar Then If ukuran lubang buang masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot Else If ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot Else If paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm Then If busi masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing Else If busi sudah diganti tipe racing Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara
End If End If End If End If End If End If End If “(17)” If mesin oversize 50 Then Else If “(20)” Else If busi masih standar Then If ukuran pilot jet dan main jet masih standar Then gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas Else If jarum skep pada karburator masih standar Then gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, selang dan busa saringan udara dilepas Else If jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Then gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa dan saringan udara dilepas end if Else If Busi Sudah diganti tipe racing then If lubang venture pada karburator masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing End If End If End If End If End If
“(18)” If ukuran spuyer lebih besar dari standar Then If lubang buang dan lubang isap masih standar Then gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara Else If knalpot masih standar Then gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara Else If tipe busi masih standar Then gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing dan lepas busa saringan udara Else If busi sudah diganti dengan tipe racing Then gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara end if end if end if end if end if “(19)” If lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Then If kepala silinder masih standar Then Else If “(21)” Else If knalpot masih standar Then Else If “(22)” Else If saringan udara masih terpasang Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip danganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio Else If saringan udara sudah dilepas Then
gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio End If End If End If End If End If End If End If “(20)” If mesin oversize 75 Then Else If “(23)” Else If kampas kopling masih standar Then If dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing Else If dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing End If Else If kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Then If karburator masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing Else If karburator sudah direamer Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas End If End If End If
End If End If End If “(21)” If kepala silinder sudah dibubut Then If busi masih standar Then If paking blok silinder masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing. Else If paking blok sudah tidak standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing end if Else If busi sudah diganti dengan tipe racing Then If lubang venturi pada karburator masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venture direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing Else If lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip,lalu gunakan airbox dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing end if end if end if end if end if
“(22”) If perut knalpot sudah dibuang sekatnya Then If lubang buang masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio Else If lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio end if Else If knalpot sudah diganti tipe racing Then If kampas kopling standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio Else If kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm End If End If End If End If
“(23”) If mesin oversize 100 Then If lubang venturi pada karburator masih standar Then If saringan udara masih terpasang Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara Else If saringan udara sudah dilepas Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing End If Else If lubang venturi pada karburator sudah direamer Then If koil masih standar Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan ganti busi dengan tipe racing Else If koil sudah diganti dengan tipe racing Then gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing End if End if End if End if End if
4.2.3.2 Perancangan Data Flow Diagram (DFD) Dalam rancangan ini dipergunakan
tools seperti Data Flow Diagram
(DFD) atau diagram arus data untuk menggambarkan sistem pakar. Dalam penulisan ini Data Flow Diagram (DFD) dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu: a) Diagram Konteks Diagram konteks ini menggambarkan proses sistem pakar dimana terdapat sumber dan tujuan data yang akan diproses secara rinci. Perancangan diagram konteks yang dirancang yaitu data kondisi pada sepeda motor di proses ke dalam sistem untuk kemudian didapat solusi dalam memodifikasi sepeda motor tersebut. Bagian-bagian yang terlibat dalam sistem pakar ini adalah user dan admin, dimana admin meng-input setiap pertanyaan dan solusi yang mungkin akan di ajukan pada user. Admin di sistem pakar ini juga dapat mengatur rule-rule untuk mendapatkan sebuah solusi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut: Username Password
Kesimpulan (Solusi)
Solusi Kd_solusi Pertanyaan Kd_tanya
Daftar_Istilah
Arahan_Pertanyaan
USER Spesifikasi Sepeda Motor
Sistem Pakar Untuk Momodifikasi Sepeda Motor Suzuki 120R
Sistem Pakar Memodifikasi Sepeda Motor Suzuki 120R
Keterangan
:
Proses penelusuran masalah sepeda motor dalam memodifikasi
mesin
sepeda
mendapatkan solusi yang terbaik 2)
Arus Data Masukan
Keluaran
:
:
-
Username
-
Password
-
Solusi
-
Id_solusi
-
pertanyaan
-
Arahan_pertanyaan
-
Kd_tanya
-
istilah
-
Data_admin
-
Verifikasi
-
Daftar_solusi
-
Daftar_pertanyaan
-
Arahan_pertanyaan
-
Daftar_istilah
-
Daftar_admin
motor,
untuk
b) Diagram Nol Diagram nol ini menggambarkan tahapan proses yang ada didalam diagram konteks serta hubungan entity, proses, alur data dan database. Perancangan diagram nol yang diusulkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di gambar berikut:
Gambar 4.27 Diagram nol
1)
Proses 1.0 Nama proses
:
Konsultasi
Masukan
:
Spesifikasi_Sepeda_Motor
Keluaran
:
Kesimpulan (solusi)
Uraian proses
:
Memberikan solusi dalam memodifikasi sesuai dengan spesifikasi mesin sepeda motor User
c) Diagram Rinci Diagram rinci ini menggambarkan penguraian dalam proses yang ada dalam diagram nol. Diagram rinci ini merupakan diagram yang paling rendah dan tidak dapat diuraikan lagi. Dalam diagram nol, masih terdapat beberapa proses yang dapat diuraikan lagi. Untuk
lebih
jelasnya tentang diagram rinci dapat dilihat pada gambar berikut : 1) Diagram rinci proses 1.0 Berikut adalah diagram rinci dari proses 1.0, yang menggambarkan proses konsultasi user pada sistem: User
Spesifikasi Sepeda Motor
1.1* Verifikasi 1
Verifikasi Ok
1.2* Verifikasi 2
Pertanyaan
Verifikasi Ok
Jawaban Arahan Solusi
1.3* Verifikasi 3
Verifikasi Ok
Kesimpulan
1.4* Verifikasi 4
Gambar 4.28 Diagram rinci proses 1.0
2) Diagram Rinci Proses 2.0 Pada diagram rinci proses 2.0 dibawah ini menggambarkan alur editing, input, dan arahan yang di buat admin dalam sistem.
Gambar 4.29 diagram rinci proses 2.0
3) Diagram Rinci proses 3.0 Pada diagram rinci proses 3.0 dibawah ini menggambarkan proses user melihat daftar istilah dan admin menginput daftar istilah tersebut.
Gambar 4.30 diagram rinci proses 3.0
4) Diagram Rinci proses 4.0 Pada diagram proses rinci 4.0 menggambarkan admin dapat menginput, melihat, update, dan menghapus daftar solusi dalam sistem
Gambar 4.31 diagram rinci proses 4.0
5) Diagram Rinci proses 5.0 Pada diagram rinci proses 5.0 menggambarkan admin yang dapat menambah user berlevel admin pada sistem.
Gambar 4.32 diagram rinci proses 5.0
Penjelasan dari diagram rinci adalah sebagai berikut: 1)
Proses 1.1 P Nama proses
:
Verifikasi
Masukan
:
Spesifikasi_sepeda_motor1
Keluaran
:
Verifikasi1_ok
Uraian proses
:
Verifikasi awal sepeda motor
2)
3)
4)
5)
Proses 1.2 P Nama proses
:
Verifikasi2
Masukan
:
Spesifikasi_sepeda_motor2
Keluaran
:
Verifikasi2_ok
Uraian proses
:
Verifikasi sepeda motor berikutnya
Nama proses
:
Verifikasi3
Masukan
:
Spesifikasi_sepeda_motor3
Keluaran
:
Verifikasi3_ok
Uraian proses
:
Verifikasi sepeda motor berikutnya
Nama proses
:
Verifikasi4
Masukan
:
Spesifikasi_sepeda_motor4
Keluaran
:
Kesimpulan
Uraian proses
:
Verifikasi sepeda motor akhir
Nama proses
:
Input/edit pertanyaan
Masukan
:
Daftar_pertanyaan*arahan_pertanyaan*kd_tanya
Keluaran
:
Form_Ok
Uraian proses
:
Proses menambah /edit pertanyaan
Proses 1.3 P
Proses 1.4 P
Proses 2.1 P
6)
7)
Proses 2.2 P Nama proses
:
Arahan_Pertanyaan
Masukan
:
Database_Pertanyaan
Keluaran
:
Hasil arahan pertanyaan
Uraian proses
:
Proses mengatur arahan dari pertanyaan
Nama proses
:
Lihat Pertanyaan
Masukan
:
kd_tanya
Keluaran
:
-
Daftar_pertanyaan
-
Arahan_pertanyaan
Proses 2.3 P
Uraian proses 8)
9)
10)
:
proses untuk melihat daftar pertanyaan dan arahan
Nama proses
:
Delete Pertanyaan
Masukan
:
Kd_tanya
Keluaran
:
Daftar_pertanyaan
Uraian proses
:
Proses menghapus daftar pertanyaan
Nama proses
:
Input/Edit Istilah
Masukan
:
Istilah
Keluaran
:
Daftar_istilah
Uraian proses
:
Proses menginput dan mengubah daftar istilah
Nama proses
:
Lihat daftar istilah
Masukan
:
Id_istilah
Proses 2.4 P
Proses 3.1 P
Proses 3.2 P
11)
12)
13)
14)
Keluaran
:
Daftar_istilah
Uraian proses
:
Proses melihat daftar istilah
Nama proses
:
Delete daftar istilah
Masukan
:
Daftar_istilah
Keluaran
:
Daftar_istilah
Uraian proses
:
Proses menghapus daftar isitilah
Nama proses
:
Input/edit solusi
Masukan
:
Daftar_solusi
Keluaran
:
Daftar_solusi
Uraian proses
:
Proses menginput dan mengubah daftar solusi
Nama proses
:
Lihat solusi
Masukan
:
Daftar_solusi
Keluaran
:
Daftar_solusi
Uraian proses
:
Proses melihat daftar solusi
Nama proses
:
Delete solusi
Masukan
:
Daftar_solusi
Keluaran
:
Daftar_solusi
Uraian proses
:
Proses menghapus daftar solusi
Proses 3.3 P
Proses 4.1 P
Proses 4.2 P
Proses 4.3 P
15)
16)
17)
Proses 5.1 P Nama proses
:
Input/edit admin
Masukan
:
Daftar_istilah
Keluaran
:
Daftar_istilah
Uraian proses
:
Proses menginput dan mengubah daftar admin
Nama proses
:
Lihat admin
Masukan
:
Daftar_admin
Keluaran
:
Daftar_admin
Uraian proses
:
Proses untuk melihat daftar admin
Nama proses
:
Delete admin
Masukan
:
user_id
Keluaran
:
Daftar_admin
Uraian proses
:
Proses menghapus daftar admin
Proses 5.2 P
Proses 5.3 P
4.2.4 Perancangan File Pada tahapan ini dilakukan perancangan database dalam sistem dan ditentukan hubungan antar
intetitas database tersebut. Dalam tahapan
perancangan file ini juga dilakukan perancangan basis pengetahuan pada sistem pakar yang meliputi perancangan mesin inferensi dan algoritma sistem pakar.
4.2.4.1 Perancangan Database 4.2.4.1.1 Struktur Database Pada fase perancangan database ditentukan terlebih dahulu seluruh tabel yang dibutuhkan. Seluruh tabel tersebut disimpan dalam database yang bernama motor. Database ini berfungsi untuk menyimpan seluruh basis pengetahuan (knowledge base) dari sistem pakar, jika seluruh knowledge base bertambah maka segala informasi yang dibutuhkan dapat disimpan dalam database ini yang berdasarkan knowledge base ini datanya berupa data dinamis yang akan selalu berubah. a. ERD (Entity Relationship Diagram) Berikut adalah bentuk ERD database dari sistem ini:
Gambar 4.33 Entity Relationship Diagram
b. Transformasi dari diagram ER ke LS kd_tanya kd_solusi 1
memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R terdiri dari tabel sebagai berikut: a. Tabel Admin Nama Tabel
: admin
Isi
: Data atribut admin
Primary key
: user_id
Nama Field user_id username nm_dpn nm_blkng password Email registered last_log Level
Tabel 4.1 Tabel admin Tipe Data Ukuran Keterangan Int 5 User Id Admin (PK) Varchar 25 Username admin Varchar 30 Nama depan Varchar 30 Nama belakang Varchar 255 Password Varchar 20 Alamat Email Date time _ Register Date time _ Last log Varchar 11 Level admin
b. Tabel Arahan Nama Tabel
: arahan
Isi
: Data atribut arahan
Foreygn key
: kd_tanya dan kd_solusi
Nama Field kd_tanya kd_solusi
Tabel 4.2 Tabel arahan Tipe Data Ukuran Keterangan Varchar 6 Id tanya Varchar 6 Id solusi
c. Tabel Istilah Nama Tabel
: istilah
Isi
: Data atribut istilah
Primary key
: id_istilah
Nama Field id_istilah Istilah Arti
Tabel 4.3 Tabel istilah Tipe Data Ukuran Keterangan Varchar 20 Id istilah (Pk) Varchar 20 Istilah Varchar 90 Arti dari istilah
d. Tabel Jawaban Nama Tabel
: jawaban
Isi
: Data atribut jawaban
Primary key
: kd_tanya
Nama Field kd_tanya kd_solusi
Tabel 4.4 Tabel jawaban Tipe Data Ukuran Keterangan Varchar 20 Id tanya Varchar 20 Id solusi
e. Tabel Pertanyaan Nama Tabel
: pertanyaan
Isi
: Data atribut admin
Primary key
: kd_tanya
Nama Field kd_tanya pertanyaan Gambar Suara Link
Tabel 4.5 Tabel pertanyaan Tipe Data Ukuran Keterangan Varchar 6 Kd tanya (Pk) Varchar 255 Pertanyaan Varchar 255 Gambar Varchar 50 Suara Varchar 255 Link pertanyaan
f. Tabel Solusi Nama Tabel
: Solusi
Isi
: Data atribut solusi
Primary key
: kd_solusi
Nama Field kd_solusi Solusi keterangan gambar Suara
Tabel 4.6 Tabel solusi Tipe Data Ukuran Keterangan Varchar 6 Id solusi (Pk) Varchar 255 Solusi Varchar 255 Keterangan solusi Varchar 255 Gambar Varchar 255 Suara
4.2.4.2 Perancangan Mesin Inferensi Sistem pakar ini mempunyai kemampuan untuk melakukan dialog dengan pengguna seperti layaknya sebuah konsultasi. Sistem berdialog dengan pengguna tentang masalah yang dihadapi penggunaan. Sistem juga akan mengontrol informasi yang dibutuhkan oleh pengguna, menanyakan sesuatu bila sebuah kondisi belum diketahui.
Sebelum suatu pertanyaan tentang kondisi sepeda motor Suzuki Motor 120R, sistem sudah harus mempunyai basis kaidah yang berhubungan dengan pertanyaan tersebut. Sehingga pengguna hanya memasukan informasi yang dibutuhkan oleh sistem. Hal ini diatasi dengan cara membuat suatu solusi yang digunakan sistem untuk melakukan interaksi dengan pengguna seperti sebuah percakapan. Rancangan dapat di lihat di lampiran coding konsult.php.
4.2.5 Perancangan Keluaran Pada tahapan ini dilakukan perancangan desain antar muka pengguna, meliputi langkah awal memasuki sistem, sesi konsultasi antara sistem dengan pengguna, akuisi pengetahuan (edit, ganti, dan mutakhirkan pengetahuan), dan bantuan untuk memahami istilah-istilah yang digunakan ditampilkan oleh sistem (informasi).
A. Konsultasi Sesi konsultasi merupakan menu inti dari sistem pakar. Dalam sesi ini user diberi pertanyaan atau pilihan tentang kondisi dari sepeda motor Suzuki Satria 120R yang akan dimodifikasi. Setiap pilihan dari kondisi tersebut akan menuntun si user menuju solusi untuk memodifikasi sepeda motornya yang tepat.
LOGO
BANNER_IMAGE Home
Pertanyaan
Konsultasi Daftar Istilah Spesifikasi
Pertanyaan
Tentang kami
Gambar 4.36 Tampilan halaman sesi konsultasi
B. Daftar Istilah User dapat memilih menu daftar istilah yang disediakan oleh sistem sesuai dengan permasalahan. Pada menu ini terdapat berbagai macam istilah dan penjelasan mengenai spare part dari sepeda motor Suzuki 120R yang digunakan dalam menu konsultasi. Dalam menu daftar istilah juga terdapat berbagai istilah yang digunakan oleh bengkel – bengkel sepeda motor pada umumnya.
LOGO
BANNER_IMAGE Home Konsultasi
ID
Istilah
Keterangan
Daftar Istilah Spesifikasi Tentang kami
\ Gambar 4.37 Tampilan halaman daftar istilah
C. Spesifikasi Pada menu ini terdapat informasi tentang bagaimana spesifikasi standar dari sepeda motor Suzuki satria 120R. LOGO
BANNER_IMAGE Home Konsultasi Daftar Istilah Spesifikasi
SPESIFIKASI SEPEDA MOTOR SUZUKI SATRIA 120R
Tentang kami
Gambar 4.38 Tampilan halaman Spesifikasi
D. Tentang Kami Dalam menu tentang kami terdapat informasi tentang alamat dan no telp dari kantor pusat admin dari sistem pakar ini. Dalam menu ini user juga dapat memberikan saran dan kritik mengenai web sistem pakar ini dengan mengirim email ke admin pusat.
LOGO
BANNER_IMAGE Home
Informasi TENTANG KAMI
Konsultasi Daftar Istilah Spesifikasi Tentang kami
Gambar 4.39 Tampilan halaman tentang kami
E. Login Menu login merupakan menu akses untuk seorang pakar masuk ke dalam admin. Setelah masuk ke dalam admin seorang pakar dapat melakukan berbagai update pertanyaan, update solusi, update istilah, dan update admin. Berikut rancangan form login admin.
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
BANNER_IMAGE Masukan Username dan Password Username Password
Gambar 4.40 Tampilan login admin
F. Update Pertanyaan Dalam menu update pertanyaan yang tedapat pada admin seorang pakar dapat menambah pengetahuan mengenai tahapan untuk mendeketeksi cara memodifikasi sepeda
motor Suzuki Satria 120R. berikut rancangan form
update pertanyaan.
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
BANNER_IMAGE
Daftar Pertanyaan
Kode Pertanyaan Gambar Suara Link
Edit
Gambar 4.41 Tampilan update daftar pertanyaan
Hapus
G. Update Solusi Dalam menu update solusi yang terdapat pada admin seorang pakar dapat menambahkan solusi mengenai cara memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. berikut rancangan form update solusi.
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
BANNER_IMAGE
Daftar Solusi
Id
Solusi
Gambar Suara Link
Edit
Gambar 4.42 Tampilan halaman update solusi
Hapus
H. Update Istilah Dalam menu update istilah yang teradapat pada admin seorang pakar juga dapat menambahkan istilah-istilah mengenai modifkasi motor atau istilahistilah dalam perbengkelan otomotif khususnya sepeda motor. Berikut rancangan form update istilah.
Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
BANNER_IMAGE
Daftar Istilah
Id
Istilah
Keterangan Edit
Hapus
Gambar 4.43 Tampilan halaman update daftar istilah
I. Update Admin Dalam menu update admin yang terdapat pada admin seorang pakar juga dapat menambahkan pengguna admin yang bersangkutan dengan cara kerja sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. berikut rancangan form update admin. Menu awal Konsultasi Login Daftar Istilah Tentang Kami
BANNER_IMAGE
Daftar Admin
Username
Nama depan
Nama belakang
Level
Data reg
Last login
Edit
hapus
Gambar ….
Gambar 4.44 Tampilan halaman update admin
4.3 Implementasi Setelah merancang desain program dengan tahapan memilih tool yang akan digunakan, identifikasi dan analisa masalah, merancang sistem pakar, dan membangun prototipe dari program sistem pakar tersebut, maka langkah selanjutnya adalah uji coba dan mengimplementasikan rancangan sistem pakar tersebut ke dalam sebuah program (software). Pada
zaman
sekarang
banyak
perusahaan
yang
menggunakan
premrograman berbasis web. Oleh karena itu rancangan sistem pakar tersebut
diimplementasikan pada pemrograman yang berbasis web. Pembuatan program sistem pakar yang berbasis web ini menggunakan bahasa pemrograman PHP, dan jenis PHP yang dipakai adalah PHP Version 5.2.4. Bahasa pemrograman PHP yang dipakai sudah digabungkan menjadi satu dengan paket AppServ. Setelah mengimplementasikan rancangan sistem pakar perlu adanya pengujian dari sistem pakar tersebut. Pengujian sistem pakar tersebut bertujuan untuk menilai apakah sesuai dengan rancangan sistem pakar tersebut.
4.3.1 Tampilan Sistem Berikut ini adalah hasil dari implementasi sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. a.
Form Menu awal Tampilan ini merupakan awal ketika user masuk ke dalam sistem pakar sebagai pakar ataupun pemakai sistem. Pada tampilan ini terdapat ucapan selamat datang dan keterangan dari sistem pakar (lihat gambar)
Gambar 4.45 Halaman Home
b.
Form Konsultasi Tampilan ini merupakan inti dari sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R. pada tampilan ini user dapat melakukan konsultasi tentang sepeda motornya yang ingin di modifikasi. Pada tampilan ini juga user diberi pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi komponen-komponen dari sepeda motornya untuk kemudian diolah oleh sistem dan didapatkan cara memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R user yang tepat.(lihat gambar..).
Gambar 4.46 Halaman Konsultasi
c.
Form Daftar Istilah Tampilan ini merupakan form daftar istilah dari komponen-komponen sepeda motor khususnya sepeda motor Suzuki Satria 120R. Pada tampilan ini juga terdapat istilah-istilah perbengkelan yang umumnya digunakan seorang mekanik dalam hal ini seorang pakar yang terlibat dalam perancangan sistem pakar ini. Form ini dapat membantu user apabila mengalami kesulitan mengenai solusi atau pertanyaan yang diajukan oleh sistem.
Gambar 4.47 Halaman daftar istilah
d.
Form Login Tampilan ini merupakan form untuk seorang admin atau dalam hal ini seorang pakar untuk masuk ke halaman admin dari sistem tersebut. Admin atau pakar diharuskan memasukan nama dan password yang benar untuk dapat masuk ke dalam halaman admin (lihat gambar.).
Gambar 4.48 Halaman login
e.
Form Update Admin Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar admin yang dapat mengakses halaman tersebut. Dalam form ini admin atau pakar juga dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar admin.
Gambar 4.49 Halaman update admin.
f.
Form tambah admin Tampilan ini merupkan form untuk menginput admin kedalam sistem. Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan identitas dari seorang admin dan level dari admin tersebut.
Gambar 4.50 Halaman tambah admin.
g.
Form Update Solusi Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar solusi yang terdapat pada sistem. Dalam form ini admin atau pakar juga dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar solusi.
Gambar 4.51 Halaman update solusi.
h.
Form tambah solusi Tampilan ini merupkan form untuk menginput solusi kedalam sistem. Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan nama dan keterangan dari solusi yang akan di muat ke dalam sistem.
Gambar 4.52 Halaman tambah solusi.
i.
Form update pertanyaan Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar pertanyaan yang terdapat pada sistem. Dalam form ini admin atau pakar juga dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar pertanyaan.
Gambar 4.53 Halaman update pertanyaan.
j.
Form tambah pertanyaan Tampilan ini merupkan form untuk menginput pertanyaan kedalam sistem. Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan nama dari pertanyaan yang akan di muat ke dalam sistem.
Gambar 4.54 Halaman tambah pertanyaan.
k.
Form tampil istilah Tampilan ini merupakan halaman yang terdapat pada admin apabila seorang admin atau pakar melakukan telah melakukan login ke dalam sistem. Pada tampilan ini seorang admin (pakar) dapar melihat daftar istilah yang terdapat pada sistem. Dalam form ini admin atau pakar juga dapat mengedit,menghapus,dan menambah daftar isitilah.
Gambar 4.55 Halaman tampil istilah.
l.
Form tambah istilah Tampilan ini merupkan form untuk menginput daftar isitlah kedalam sistem. Pada tampilan ini admin atau pakar memasukan nama dan keterangan dari istilah yang akan di muat ke dalam sistem.
Gambar 4.56 Halaman tambah isitlah.
4.3.2 Fitur Sistem Dalam sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki 120R ini, terdapat beberapa fitur yang dapat digunakan oleh pengguna sistem. Fitur-fitur tersebut antara lain adalah: 1.
Konsultasi Pengguna sistem dapat berkonsultasi mengenai modifikasi yang baik untuk sepeda motornya.
2.
Solusi Pengguna sistem mendaptkan solusi mengenai modifikiasi yang baik untuk sepeda motornya.
3.
Gambar spesifikasi sepeda motor Pengguna sistem dapat melihat gambar dari kemungkinan spesifikasi dari sepda motor Suzuki Satria 120R pada sesi konsultasi.
4.
Edit pengetahuan Pengguna sistem dapat merubah dan/ atau menambah pengetahuan yang terdapat dalam sistem pakar ini.
4.3.3 Tes Data (Testing) Setelah
perancangan
dilakukan,
maka
diterapkan
dalam
bahasa
pemograman PHP dan database MySQL, terlebih dahulu dilakukan pengujian pada sistem terlebih dahulu. Pengujian sistem dilakukan dengan maksud agar tidak ada kesalahan lagi dalam sistem dan sistem benar-benar siap untuk digunakan. Oleh karena itu, sistem yang telah selesai harus dilakukan pengujian terlebih dahulu setelah dilakukan pengecekan pada fungsi-fungsi yang dibutuhkan
sudah sesuai dengan kebutuhan, tampilan sudah sesuai dengan yang diinginkan., Pengujian sistem dilakukan dengan black box. Tabel pengujian sistem oleh pakar dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.7 Tabel Uji Coba pemakai oleh pakar No Rancangan Proses
Hasil yang Diharapkan
1.
Menampilkan tulisan
Klik ‘Halaman awal’
Keterangan
Hasil OK
selamat datang untuk, kegunaan dari sistem, dan cara penggunaan system 3.
Klik ‘konsultasi’
Menampilkan sesi
OK
konsultasi bagi pengguna 4.
5.
Memilih spesifikasi
Menampilkan
Pilihan tombol
dari sepeda motor
kemungkinan spesifikasi
spesifikasi
Suzuki 120R.
sepeda motor pengguna
Solusi
Menampilkan 176Solusi
OK
OK
yang baik untuk pengguna 6.
Masuk daftar istilah
Melihat daftar istilah
“Klik” daftar
dalam hal modifikasi
Istilah
OK
sepeda motor 7.
Masuk Spesifikasi
Masuk melihat
“Kli” Spesifikasi
sepeda motor
spesifikasi umum sepeda
Sepeda Motor
OK
motor Suzuki 120 R 8.
Tentang Kami
Menampilkan data dari
“Klik” tentang
pengembang sistem, dan
kami
pengguna dapat mengirim suatu kritik
OK
atau saran bagi pengembangan sistem ini
Setelah aplikasi sistem pakar untuk memodifikasi sepeda motor Suzuki Satria 120R ini di uji coba dan di implementasikan fase selanjutnya yang harus di perhatikan adalah tahapan pengembangan sistem. Tahapan pengembangan ini sangat diperlukan sehingga sistem yang dibangun tidak akan menjadi usang dan tidak sia-sia. Pada tahap ini ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama proses pemeliharaan sistem, hal yang harus dilakukan adalah pembaharuan basis pengetahuan (knowledge base), kedua adalah proses dokumentasi sistem, dimana di dalamnya tersimpan semua hal penting yang menjadi tolak ukur pengembangan sistem di masa mendatang.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat ditarik simpulan bahwa: a.
Sistem pakar yang dirancang dapat menerapkan daya intelligentsia seorang pakar ke dalam suatu sistem komputer, dengan menggunakan metodemetode perancangan sistem pakar yang bersifat terstruktur yakni SDLC (System Development Life Cycle), serta mengunakan metode forward chaining dan best-first search dalam penelusuran masalah
b.
Sebagai alat bantu pengguna sepeda motor Suzuki 120R dalam hal ini user yang menggunakan sistem ini untuk mengetahui bagaimana cara memodifikasi sepeda motornya dengan baik.
c.
Dengan tampilan yang user friendly memudahkan user dalam mengakses sistem tersebut tanpa harus mendaftar hak akses dan tanpa harus adanya kehadiran seorang pakar.
d.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan, sistem yang telah dirancang dapat digunakan kapanpun dibutuhkan oleh user dan dapat menghemat waktu dan biaya dari user.
5.2
Saran Berdasarkan simpulan-simpulan yang telah dikemukakan, dapat diajukan
beberapa saran untuk pengembangan lebih lanjut antara lain:: a.
Adanya penambahan representasi pengetahuan dalam proses penelusuran masalah dalam memodifikasi sepeda motor Suzuki 120R.
b.
Memperluas ruang lingkup tentang modifikasi sepeda motor terutama mengenai modifikasi mesin sepeda motor.
c.
Membuat metode penelusuran yang bersifat dinamik agar lebih mudah dalam pengembangan pengetahuannya.
d.
Membuat Metode Penelusuran dengan model Backward Chaining.
DAFTAR PUSTAKA
Artikel non personal, 4 April 2009, “Kecerdasan buatan”, Wikipedia Bahasa Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/kecerdasan_buatan, diakses 25 april 2009. Brooks, C.H.P, P.J. Grouse, D.R. Jeffery dan M. J. Lawrence. 1982. Information System Design. New Jersey: Pretice-Hall. Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo. Hartati, Sri dan Iswanti, Sari. 2008. Sistem Pakar dan Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jogyianto. 2005. Analisa Dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI. Kadir, Abdul. 2008. Tuntunan Praktis Belajar Database Menggunakan MySQL. Yogyakarta: ANDI Kridasantausa. 2006, Pemodelan Sistem Pakar Interaktif dan Dinamik untuk Perencannan Bangunan Irigasi. ITB : Bandung. Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI. Ladjamudin, Bin Al-Bahra. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. McLeod, Raymond. 1995. Sistem Informasi Manajemen, Jilid 2. Simon & Schuster (Asia). Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Edisi Revisi. Jakarta:
Nauman, J. D. dan A. M. Jenkins. 1982. Prototyping: The New Paradigm for Systems Development. Mis Quarterly. Nugraha, Aditya. 2006. Sistem Pakar Sepeda Motor Honda.Yogyakarta: Graha Ilmu. Nugroho, Adi ST., MMSI. 2004. Konsep Pengembangan Sistem Basis Data. Bandung: Informatika. Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. pendekaan praktisi. Yogyakarta: ANDI. Saputro, Wahju T.2005. MySQL. Yogyakarta. Pena Media. Sidik, Betha. 2001. Pemrograman Web dengan PHP. Bandung : Informatika. Simon. 1987. The Shape of Automation for Men and Management. New York: Harper and Row.
Simon. H.A. 1987. The Science of The Artificial USA:. Massachusets Institute of Technology. Sumarbagiono R.,1999. Pengembangan Sistem Pakar untuk menilai kesesuaian manajemen mutu perusahan terhadap standar ISO– 900,Teknik Manajemem Industri, ITB. Turban, Efrain. 1995. Decision Support System and Expert System. New Jersey: prentice hall international inc. Turban, Efrain. 2005. et al Decision and intelligent system 7th edition. USA: prentice-hall. Wijaya, Sukma. 2008. Aplikasi sistem pakar sepeda motor Suzuki Smash. Yogyakarta: Graha Ilmu. Winston dan Predergast. 1984. Artificiall Intelligent, Addison. Wesley, Reading – Massahussets. Yakub. 2008. Sistem Basis Data Tutorial Konseptual. Yogyakarta: Graha Ilmu. Yudatama, U. 2008 . Sistem Pakar untuk Diagnosis Kerusakan Mesin Mobil Panther Berbasis Mobile . journal teknologi 1,(2),212- 218.
LAMPIRAN I KUESIONER
Kuesioner Penelitian Mengenai Hasil Perancangan Pembuatan Sistem Pakar Memodifikasi Sepeda Motor Suzuki 120R 1. Apakah perancangan aplikasi system pakar ini sudah baik untuk melayani user? a. Ya b. Cukup c. Tidak d. Tidah Tahu 2. Apakah Anda merasa puas dengan aplikasi ini? a. Ya b. Cukup c. Tidak d. Tidak Tahu 3. Apakah mudah dalam menggunaan aplikasi ini? a. Ya b. Cukup c. Tidak d. Tidak Tahu 4. Apakah aplikasi ini akan memudahkan user dalam dan penanganan masalah memodifikasi sepeda motor? a. Ya b. Cukup c. Tidak d. Tidak Tahu
5. Apakah aplikasi ini sudah sesuai dengan yang diharapkan? a. Ya b. Cukup c. Tidak d. Tidak Tahu
LAMPIRAN 2
Gambar.. Pohon Keputusan 1 A01
: memilih modifikasi ringan
A02
: memilih modifikasi besar
B01
: mesin masih standar
B02
: mesin sudah di oversize
B03
: kepala silinder sudah dibubut
B04
: lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
B05
: kondisi mesin masih standar
B06
: mesin sudah di oversize
B07
: kepala silinder sudah dibubut B08 : lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Gambar.. Pohon Keputusan 2 A01
: Memilih modifikasi ringan
B01
: Mesin masih standar
C01
: Karburator masih standar
C02
: Karburator sudah direamer
D01
: Saringan udara masih terpasang
D02
: Busa saringan udara sudah dilepas
D03
: Ukuran spuyer masih standar
D04
: Ukuran spuyer lebih besar dari standar
E01
: Busi masih standar
E02
: Busi sudah diganti tipe racing
E03
: Knalpot masih standar
E04
: Sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
E05
: Knalpot sudah diganti model racing
E06
: Knalpot masih standar
E07
: Lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
E08
: Lubang buang dan lubang isap masih standar
E09
: Lermukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap
sudahdihaluskan E10
: Saringan udara masih terpasang
E11
: Saringan udara sudah dilepas
E12
: Lubang buang dan lubang isap masih standar
E13
: Knalpot masih standar
E14
: Tipe busi masih standar
E15
: Busi sudah diganti dengan tipe racing
R01
: Sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka danmain-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar.
R02
: Sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main- jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti kepala busi model racing
R03
: Ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya
R04
: Ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari
ukuran standar R05
: Pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standar dan
main-jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar R06
: Pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R07
: Pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar
R08
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R09
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot
dibuang R10
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
R11
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, kemudian pasang saringan udara tanpa busa
R12
: Gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
R13
: Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R14
: Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R15
: Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
Gambar.. Pohon Keputusan 3 A01
: memilih modifikasi ringan
B02
: mesin sudah di oversize
C03
: mesin oversize 25
C04
: mesin oversize 50
C05
: mesin oversize 75
C06
: mesin oversize 100
D05
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
D06
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
D07
: busi masih standar
D08
: busi sudah diganti dengan tipe racing
D09
: kampas kopling masih standar
D10
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
D11
: lubang venturi pada karburator masih standar
D12
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
E16
: karburator masih standar
E17
: karburator sudah di reamer
E18
: dinding permukaan lubang buang masih standar
E19
: dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
E20
: ukuran pilot jet dan main jet masih standar
E21
: jarum skep pada karburator masih standar
E22
: ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
E23
: lubang venturi pada karburator masih standar
E24
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
E25
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
E26
: karburator masih standar
E27
: karburator sudah direamer
E28
: saringan udara masih terpasang
E29
: saringan udara sudah dilepas
E30
: koil masih standar
E31
: koil sudah diganti dengan tipe racing
R16
: ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip R17 : ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standard dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
R18
: ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standard, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
R19
: ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standard, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racing
R20
: gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka, dan knalpot gunakan tipe racing
R21
: gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, dan gunakan knalpot tipe racing
R22
: gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R23
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing R24 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R25
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R26
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing
R27
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racing
R28
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara,
lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing R29
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R30
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R31
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan gunakan knalpot tipe racing
Gambar.. Pohon Keputusan 4 A01
: memilih modifikasi ringan
B03
: kepala silinder sudah dibubut
B04
: lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
C07
: kepala silinder dibubut <= 1 mm
C08
: kepala silinder masih standar
C09
: kepala silinder sudah dibubut
D13
: paking blok silinder masih standar
D14
: paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5
D15
: paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5
D16
: perut knalpot sudah dibuang sekatnya
D17
: knalpot sudah diganti dengan tipe racing
D18
: busi masih standar
D19
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E32
: ukuran lubang buang masih standar
E33
: ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1 mm
E34
: busi masih standar
E35
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E36
: saringan udara masih terpasang
E37
: saringan udara sudah dilepas
E38
: lubang buang masih standar
E39
: lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm
E40
: kampas kopling masih standar
E41
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
E42
: paking blok silinder masih standar
E43
: paking blok silinder sudah tidak standar
E44
: lubang venturi pada karburator masih standar
E45
: lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
R32
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
R33
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
R34
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
R35
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
R36
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
R37
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R38
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R39
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R40
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
R41
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
R42
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
R43
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
R44
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
R45
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan knalpot racing
Gambar.. Pohon Keputusan 5 A02
: memilih modifikasi besar
B05
: kondisi mesin masih standar
C10
: lubang venturi pada karburator masih standar
C11
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
D20
: kotak saringan udara masih terpasang
D21
: busa saringan udara sudah dilepas
D22
: ukuran spuyer masih standar
D23
: ukuran spuyer lebih besar dari standar
E46
: busi masih standar
E47
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E48
: saringan knalpot masih standar
E49
: sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
E50
: knalpot sudah diganti dengan tipe racing
E51
: knalpot masih standar
E52
: lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
E53
: lubang buang dan lubang isap masih standar
E54
: permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap
sudahdihaluskan E55
: saringan udara masih terpasang
E56
: saringan udara sudah dilepas
E57
: lubang buang dan lubang isap masih standar
E58
: knalpot masih standar
E59
: tipe busi masih standar
E60
: busi sudah diganti dengan tipe racing
R46
: sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busi
R47
: sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
R48
: sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R49
: ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R50
: ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa dan selang saringan udara
R51
: buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm
R52
: buang sekat dalam perut knalpot, dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm
R53
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
R54
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
R55
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut
knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara R56
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm , lalu gunakan airbox
R57
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
R58
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
R59
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing, dan lepas busa saringan udara
R60
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Gambar .. Pohon Keputusan 6 A02
: memilih modifikasi besar
B06
: mesin sudah di oversize
C12
: mesin oversize 25
C13
: mesin oversize 50
C14
: mesin oversize 75
C15
: mesin oversize 100
D24
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
D25
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
D26
: busi masih standar
D27
: busi sudah diganti dengan tipe racing
D28
: kampas kopling masih standar
D29
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
D30
: lubang venturi pada karburator masih standar
D31
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
E61
: karburator masih standar
E62
: karburator sudah di reamer
E63
: dinding permukaan lubang buang masih standar
E64
: dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
E65
: ukuran pilot jet dan main jet masih standar
E66
: jarum skep pada karburator masih standar
E67
: ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
E68
: lubang venturi pada karburator masih standar
E69
: dinding permukaan lubang transfer masih standar
E70
: dinding permukaan lubang transfer sudah dihaluskan
E71
: karburator masih standar
E72
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
E73
: saringan udara masih terpasang
E74
: saringan udara sudah dilepas
E75
: koil masih standar
E76
: koil sudah diganti dengan tipe racing
R61
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip
R62
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
R63
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
R64
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
R65
: gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 25 angka, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan knalpot gunakan tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas, dan selang dan busa saringan udara dilepas
R66
: gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing selang dan busa saringan udara dilepas
R67
: gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa saringan udara dilepas
R68
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R69
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
R70
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
R71
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R72
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas
R73
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara
R74
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R75
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan ganti busi dengan tipe racing
R76
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing
Gambar .. Pohon Keputusan 7 A02
: memilih modifikasi besar
B07
: kepala silinder sudah dibubut
B08
: lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
C16
: kepala silinder dibubut <= 1 mm C17 : kepala silinder masih standar
C18
: kepala silinder sudah dibubut
D32
: paking blok silinder masih standar
D33
: paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm
D34
: knalpot masih standar
D35
: perut knalpot sudah dibuang sekatnya
D36
: knalpot sudah diganti dengan tipe racing
D37
: busi masih standar D38 : busi sudah diganti dengan tipe racing
E77
: ukuran lubang buang masih standar
E78
: ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1 mm
E79
: busi masih standar
E80
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E81
: saringan udara masih terpasang
E82
: saringan udara sudah dilepas
E83
: lubang buang masih standar
E84
: lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm
E85
: kampas kopling masih standar
E86
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
E87
: paking blok silinder masih standar
E88
: paking blok silinder sudah tidak standar
E89
: lubang venturi pada karburator masih standar
E90
: lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
R77
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
R78
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
R79
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
R80
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer
dihaluskan, lalu ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara R81
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R82
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
R83
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R84
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R85
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio
R86
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
R87
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
R88
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
R89
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venturi direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
R90
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip, lalu gunakan airbox, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
LAMPIRAN 3 KAIDAH PRODUKSI Rule 1 Jika memilih update ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan busi masih standar Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar Rule 2 Jika memilih update ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan busi sudah diganti tipe racing Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dang anti kepala busi model racing Rule 3 Jika update ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan knalpot masih standar Maka ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya Rule 4 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Maka ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar Rule 5 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan knalpot sudah diganti model racing Maka pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standard an main-jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar Rule 6
Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan busa saringan udara sudah dilepas Dan knalpot masih standar Maka pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak Rule 7 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan busa saringan udara sudah dilepas Dan lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Maka pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar Rule 8 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang Rule 9 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang Rule 10 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
Rule 11 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, kemudian dipasang saringan udara tanpa busa Rule 12 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standard an permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dn sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara Rule 13 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan knalpot masih standar Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang Rule 14 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan tipe busi masih standar Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang Rule 15 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
Rule 16 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan karburator masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalm perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip Rule 17 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan karburator sudah direamer Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa Rule 18 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Dan dinding permukaan lubang buang masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa Rule 19 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Dan dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racing Rule 20 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan ukuran pilot jet dan main jet masih standar
Maka gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dan knalpot gunakan tipe racing Rule 21 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan jarum skep pada karburator masih standar Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing dan gunakan knalpot tipe racing Rule 22 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Maka gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 23 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venture pada karburator masih standar Maka gunakn ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakn knalpot tipe racing Rule 24 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing Rule 25 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dang anti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing Rule 26 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 27 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan karburator sudah direamer Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 28 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venture pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 29 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot racing Rule 30 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize
Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 31 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 32 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot Rule 33 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara Rule 34 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm Dan busi masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
Rule 35 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm Dan busi sudah diganti tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara Rule 36 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm Rule 37 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa Rule 38 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa Rule 39 Jika memilih modifikasi ringan
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa Rule 40 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti tipe racing Dan kampas kopling standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm Rule 41 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti tipe racing Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm Rule 42 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi masih standar Dan paking blok silinder masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing Rule 43 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan busi masih standar Dan paking blok sudah tidak standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot racing Rule 44 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing Rule 45 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing Rule 46 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan busi masih standar Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busi Rule 47 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara Rule 48 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan saringan knalpot masih standar Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar Rule 49 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar Rule 50 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara Rule 51 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan knalpot masih standar Maka buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Rule 52 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Maka buang sekat dalam perut knalpot, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm Rule 53 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
Rule 54 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara Rule 55 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
Rule 56 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu gunakan airbox Rule 57 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara Rule 58 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan knalpot masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara Rule 59 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan tipe busi masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing dan lepas busa saringan udara Rule 60 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar
Dan tipe busi sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara Rule 61 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan knalpot masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip Rule 62 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan knalpot sudah direamer Maka Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
Rule 63 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan dinding permukaan lubang buang masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa Rule 64 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 65 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan ukuran pilot jet dan main jet masih standar Maka gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas Rule 66 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan jarum skep pada karburator masih standar Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, selang dan busa saringan udara dilepas Rule 67 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa dan saringan udara dilepas Rule 68 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 69
Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang transfer masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing Rule 70 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang transfer sudah dihaluskan Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing Rule 71 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 72 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venture pada karburator sudah direamer Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas Rule 73 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar
Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara Rule 74 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 75 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan ganti busi dengan tipe racing
Rule 76 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil sudah diganti dengan tipe racing Maka Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing Rule 77 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut
Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot Rule 78 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot Rule 79 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm Dan busi masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing Rule 80 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara Rule 81 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip danganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio Rule 82 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio Rule 83 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio Rule 84 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang sudah diperbesar < 1 mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio Rule 85 Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing Dan kampas poling masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio Rule 86 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing Dan kampas poling sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm Rule 87 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi masih standar Dan paking blok silinder masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
Rule 88 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi masih standar Dan paking blok silinder sudah tidak standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer
dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing Rule 89 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venture direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing Rule 90 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip,lalu gunakan airbox dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
<span class="style2">Suzuki kini memperkenalkan salah satu motor produknya yaitu Suzuki Satria 120R. Motor Suzuki Satria 120R ini memiliki mesin dengan Pengembangan mesin 125cc 2 tak, menawarkan torsi yang lebih baik dalam kecepatan rendah maupun tenaga dan torsi paling besar pada kecepatan sedang, sehingga pengendara dapat mengubah kecepatan dengan nyaman dan mampu menyusul dengan mudah dikepadatan lalulintas kota bahkan ketika menanjak, sekalipun berboncengan. Suzuki Satria 120R sp juga memiliki rangka yang ringan namun kokoh untuk pengendalian yang mantap. Suzuki menggunakan analisis finite-element-methode untuk meningkatkan kekuatan frame sekaligus mengurangi berat, sekaligus memberikan bentuk untuk membuat bagasi yang luas di bawah jok tanpa mengurangi kelincahan pengendaraan. Rem cakram di roda belakang, seperti yang digunakan pada racing bike, makin mantap dan aman dan Kopling tangan untuk Suzuki Satria 120R, bikin tarikan makin responsif dan agresif
include "library/connect.php"; $qry=mysql_query("select * from pertanyaan"); $jml=mysql_num_rows($qry); if($jml==0) { $isi="
Ma'af, Data Pertanyaan Tidak Ada Dalam Database
"; } else { $isi="
"; echo $isi; $xtanya =$arr_kd_tanya; } ?>
Konsult.php include "library/connect.php"; include "library/cek_data.php";
if(isset($submit)){ $sts="ya"; session_start(); $kd1.=$kd_tanya."."; }elseif(isset($ulang)){ $sts="ya"; session_start(); $kd_tanya=$kd2; }elseif(isset($ulangsolusi) ){ header("location:konsultasi.php"); exit; } if($kd_tanya!="ragu"){ $s ="select kd_solusi from arahan where kd_tanya='$kd_tanya' order by kd_solusi"; $root_kd=$kd_tanya; $rs = mysql_query($s) or die (mysql_error()); if(mysql_num_rows($rs) >0){ $kd_temp=$kd_tanya; $s = "select kd_solusi From arahan where kd_tanya='$kd_tanya' order by kd_solusi"; $rs = mysql_query($s) or die (mysql_error()); while($row = mysql_fetch_array($rs,MYSQL_BOTH)){ $s = "select * from solusi where kd_solusi='$row[0]'"; $r2 = mysql_query($s) or die (mysql_error()); if(mysql_num_rows($r2) > 0){ header("location:hasil.php?id_Solusi=$row[0]&root_kd=$root_kd&kd1=$kd1"); exit; } } }else{ // jika merupakan solusi dari konsultasi $kd_temp=''; $s ="select kd_solusi from jawaban where kd_tanya='$kd_tanya' order by kd_solusi"; $root_kd=$kd_tanya; $rs = mysql_query($s) or die (mysql_error()); while($row = mysql_fetch_array($rs,MYSQL_BOTH)){ $s = "select * from solusi where kd_solusi='$row[0]'"; $r2 = mysql_query($s) or die (mysql_error()); if(mysql_num_rows($r2) > 0){ header("location:hasil.php?id_Solusi=$row[0]&root_kd=$root_kd&kd1=$kd1"); exit; } } } header("location:konsultasi.php?kd_temp=$kd_temp&root_kd=$root_kd&sts=$sts"); } else { //echo $root_kd; header("location:ragu_ragu.php?arr_kd_tanya=$arr_kd_tanya"); } exit; if($kd_tanya!="ragu") { //echo $kd_tanya; $root_kd=$kd_tanya; $cari_ya=mysql_query("select kd from pertanyaan where kd_tanya='$kd_tanya'"); $hasil=mysql_fetch_array($cari_ya);
$row=mysql_num_rows($cari_ya); if($row=='0') { msgbox("Maaf, Terjadi Kesalahan Pada Database, Hubungi Administrator!");exit; } else { $ya=$hasil[ya]; //Periksa apakah kode dalam field ya merupakan kode hasil atau pertanyaan $cari_hasil=mysql_query("select id_Solusi from Solusi where id_Solusi='$ya'"); $row2=mysql_num_rows($cari_hasil); if($row2=='0') //jika bukan periksa cari kode tanya berdasarkan kode dalam filed ya { $cari_kd_tanya=mysql_query("select kd_tanya from pertanyaan where kd_tanya='$ya'"); $hasil2=mysql_fetch_array($cari_kd_tanya); $row3=mysql_num_rows($cari_kd_tanya); if($row3=='0') { msgbox("Maaf, Terjadi Kesalahan Pada Database, Hubungi Administrator!");exit; } else { $kd_temp=$hasil2[kd_tanya]; header("location:konsultasi.php?kd_temp=$kd_temp&root_kd=$root_kd"); } } else //jika fiels ya adalah kode hasil { $hsl=mysql_fetch_array($cari_hasil); $id_Solusi=$hsl[id_Solusi]; header("location:hasil.php?id_Solusi=$id_Solusi&root_kd=$root_kd"); } } } else { //echo $root_kd; header("location:kemungkinan.php?root_kd=$root_kd"); } ?>
$conn=mysql_connect($hostname_conn, $username_conn, $password_conn); mysql_select_db($database_conn,$conn); $limit=5; // limit tiap halaman $numresults=mysql_query("select * from istilah"); $total = mysql_num_rows(mysql_db_query("motor", "select * from istilah")); $numrows=mysql_num_rows($numresults); // next akan muncul apabila offset telah dimasukkan, jika tidak maka diisi 1 if (empty($offset)) { $offset=0; } // ambil hasil $result=mysql_query("select * from istilah order by id_istilah asc limit $offset,$limit"); echo " "; echo ":: Jumlah Istilah: $total "; //--------------------------------------------------------------------------------echo "
"; if ($offset!=0) { // Jangan cetak PREV apabila offset sama dengan 0 $prevoffset=$offset-5; echo " Back <nobr>"; } // Hitung jumlah halaman $halaman=intval($numrows/$limit); // Hasil diintegerkan // $halaman sekarang berisi jumlah halaman apabila tidak ada sisa if ($numrows%$limit) { // Jika ada sisa maka jumlah halaman ditambah 1 $halaman++; } for ($i=1;$i<=$halaman;$i++) { // looping dimulai 1 $newoffset=$limit*($i-1); if ($offset!=$newoffset) { echo "$i <nobr>"; // cetak halaman } else { echo " ".$i." "; // cetak halaman tanpa link } } // cek apabila telah sampai halaman terakhir if (!(($offset/$limit)+1==$halaman) && $halaman!=1) { // Jika bukan halaman terakhir, maka berikan link NEXT $newoffset=$offset+$limit; echo " Next <nobr>"; echo "
Action.php include "../library/session.php"; include "../library/connect.php"; $dirgambar='../uploaded/gambar'; opendir('./'.$dirgambar.'/'); $dirsuara='../uploaded/suara'; opendir('./'.$dirsuara.'/'); if($action=="simpan_admin") { $pas=md5($pass_1); $tanggal=date("y-m-d H:i:sA"); $simpan_admin=mysql_query("insert into admin values('','$user_adm','$nm_dpn','$nm_blk','$pas', '$email','$tanggal','','$level')"); header("Location:update_admin.php"); } elseif($action=="edit_admin") { $pass=md5($pass_1); $simpan_admin=mysql_query("update admin set username='$user_adm',nm_dpn='$nm_dpn',nm_blk='$nm_blk', password='$pass',email='$email' where user_id='$user_id'"); header("Location:update_admin.php"); } elseif($action=="hapus_admin") { if(strtolower( $user_id )=="admin"){ echo "Admin (Super User) tidak dapat dihapus !
Kembali"; }else{ $hapus_admin="delete from admin where user_id='$user_id'"; mysql_query($hapus_admin); header("location:update_admin.php"); } } elseif($action=="simpan_solusi") { $query=mysql_query("SELECT kd_solusi FROM solusi WHERE kd_solusi='$id_solusi'"); $baris=mysql_fetch_array($query); if ($baris['id_solusi']==$id_solusi) { header("Location:update_solusi.php?update=tambah&error=true&id_solusi=$id_solusi&hasil=$hasil&ket=$ket"); } else { $fgambar=$HTTP_POST_FILES["gambar"]["name"]; copy($gambar,'./'.$dirgambar.'/'.$fgambar); $fsuara=$HTTP_POST_FILES["suara"]["name"]; copy($suara,'./'.$dirsuara.'/'.$fsuara); $query=mysql_query("INSERT INTO solusi (kd_solusi,solusi,keterangan,gambar,suara)
VALUES ('$id_solusi','$nm_solusi','$ket_solusi','$fgambar','$fsuara')") or die (mysql_error()); header("Location:update_solusi.php"); } } elseif($action=="edit_solusi") { $query=mysql_query("SELECT * FROM solusi WHERE kd_solusi='$id_solusi' and kd_solusi not in ('$real_id')"); $baris=mysql_fetch_array($query); $row=mysql_num_rows($query); if($row=='1') { header("Location:update_solusi.php?update=edit&error=true&id=$real_id"); } else { $qry=mysql_query("select * from solusi where kd_solusi='$real_id'"); $hsl=mysql_fetch_array($qry); $fgambar=$hsl[gambar]; $fsuara=$hsl[suara]; // mysql_query("update solusi set nm_solusi='$ if($check_gambar=='on') { if($fgambar!='') { if(file_exists("./".$dirgambar."/".$fgambar)) { unlink("./".$dirgambar."/".$fgambar); }} $fnewgambar=$HTTP_POST_FILES["gambar"]["name"]; copy($gambar,'./'.$dirgambar.'/'.$fnewgambar); mysql_query("update solusi set gambar='$fnewgambar' where kd_solusi='$real_id'"); } if($check_suara=='on') { if($fsuara!='') { if(file_exists('./'.$dirsuara.'/'.$fsuara)) { unlink("./".$dirsuara."/".$fsuara); }} $fnewsuara=$HTTP_POST_FILES["suara"]["name"]; copy($suara,'./'.$dirsuara.'/'.$fnewsuara); mysql_query("update solusi set suara='$fnewsuara' where kd_solusi='$real_id'"); } $query= "UPDATE solusi SET kd_solusi='$id_solusi',keterangan='$ket_solusi',solusi='$nm_solusi' WHERE kd_solusi='$real_id'"; mysql_query($query); header("Location:update_solusi.php"); } } elseif($action=="hapus_solusi") { $cari_file=mysql_query("select gambar,suara from solusi where kd_solusi='$id_solusi'"); $hasil=mysql_fetch_array($cari_file); $fgambar=$hasil[gambar]; $fsuara=$hasil[suara]; if($fgambar!='') { if(file_exists("./".$dirgambar."/".$fgambar)) { unlink("./".$dirgambar."/".$fgambar); }} if($fsuara!='') { if(file_exists("./".$dirsuara."/".$fsuara)) { unlink("./".$dirsuara."/".$fsuara); }} $hapus_solusi=mysql_query("delete from solusi where kd_solusi='$id_solusi'"); header("location:update_solusi.php"); } elseif($action=="simpan_tanya") { $query=mysql_query("SELECT kd_tanya FROM Pertanyaan WHERE kd_tanya='$kd_tanya'"); $baris=mysql_fetch_array($query); if ($baris['kd_tanya']==$kd_tanya) { header("Location:update_pertanyaan.php?update=tambah&error=true&kd_tanya=$kd_tanya&pertanyaan=$pertanyaan&ya =$ya&tidak=$tidak"); } else { $fgambar=$HTTP_POST_FILES["gambar"]["name"]; copy($gambar,'./'.$dirgambar.'/'.$fgambar); $fsuara=$HTTP_POST_FILES["suara"]["name"]; copy($suara,'./'.$dirsuara.'/'.$fsuara); $query=mysql_query("INSERT INTO Pertanyaan (kd_tanya,pertanyaan,link,suara,gambar) VALUES ('$kd_tanya','$pertanyaan','$ya','$fsuara','$fgambar')") or die (mysql_error()); // Menyimpan Data Link Ya if(is_array($idya)){
$data = $idya; mysql_query("delete from arahan where kd_tanya='$kd_tanya'"); foreach ( $data as $baris ) { $nilai = $baris; mysql_query( "insert into arahan (kd_tanya,kd_solusi) values ('$kd_tanya','$nilai')" ) or die(mysql_error()); } } // Menyimpan Data Link Tidak if(is_array($idtidak)){ $data = $idtidak; mysql_query("delete from jawaban where kd_tanya='$kd_tanya' "); foreach ( $data as $baris ) { $nilai = $baris; mysql_query( "insert into jawaban (kd_tanya,kd_solusi) values ('$kd_tanya','$nilai')" ) or die(mysql_error()); } } $ubah=mysql_query("update punya set kd_tanya='$kd_tanya' where kd_tanya='$real_id'"); header("Location:update_pertanyaan.php"); } } elseif($action=="edit_tanya") { $id=$_POST['kd_tanya']; $pertanyaan=$_POST['pertanyaan']; $gambar=""; $suara=""; $query=mysql_query("insert into pertanyaan(kd_tanya,pertanyaan,gambar,suara,link) values('$id','$pertanyaan','$gambar','$suara','')"); if($query!=0) { header("Location:update_pertanyaan.php?update=edit&error=true&kd_tanya=$real_id"); } if($row=='1') { header("Location:update_pertanyaan.php?update=edit&error=true&kd_tanya=$real_id"); } else { $qry=mysql_query("select * from pertanyaan where kd_tanya='$real_id'"); $hsl=mysql_fetch_array($qry); $fgambar=$hsl[gambar]; $fsuara=$hsl[suara]; if($check_gambar=='on') { if($fgambar!='') { if(file_exists("./".$dirgambar."/".$fgambar)) { unlink("./".$dirgambar."/".$fgambar); }} $fnewgambar=$HTTP_POST_FILES["gambar"]["name"]; copy($gambar,'./'.$dirgambar.'/'.$fnewgambar); mysql_query("update pertanyaan set gambar='$fnewgambar' where kd_tanya='$real_id'"); } if($check_suara=='on') { if($fsuara!='') { if(file_exists('./'.$dirsuara.'/'.$fsuara)) { unlink("./".$dirsuara."/".$fsuara); }} $fnewsuara=$HTTP_POST_FILES["suara"]["name"]; copy($suara,'./'.$dirsuara.'/'.$fnewsuara); mysql_query("update pertanyaan set suara='$fnewsuara' where kd_tanya='$real_id'"); } $query= "UPDATE pertanyaan SET kd_tanya='$kd_tanya',pertanyaan='$pertanyaan',link='$ya'
WHERE kd_tanya='$real_id'"; mysql_query($query);
// Menyimpan Data Link Ya if(is_array($idya)){ $data = $idya; foreach ( $data as $baris ) { $nilai = $baris; mysql_query( "insert into arahan (kd_tanya,kd_solusi) values ('$kd_tanya','$nilai')" ) or die(mysql_error()); } } // Menyimpan Data Link Tidak if(is_array($idtidak)){ $data = $idtidak; mysql_query("delete from jawaban where kd_tanya='$kd_tanya' "); foreach ( $data as $baris ) { $nilai = $baris; mysql_query( "insert into jawaban (kd_tanya,kd_solusi) values ('$kd_tanya','$nilai')" ) or die(mysql_error()); } }
//
$ubah=mysql_query("update punya set kd_tanya='$kd_tanya' where kd_tanya='$real_id'"); header("Location:update_pertanyaan.php");
} } elseif($action=="edit_punya") { //$id_solusi=strtoupper($id_solusi); $tmb_1="update punya set id_solusi='$idsolusi' where kd_tanya='$real_id' and status='$sts'"; echo $tmb_1; echo $tst; exit; //exit; mysql_query($tmb_1); header("location:update_pertanyaan.php?update=edit&kd_tanya=$real_id"); } elseif($action=="hapus_punya") { if($jenis=="jawaban"){ $tbl = "jawaban"; }else{ $tbl = "arahan"; } $hapus_punya="delete from ". $tbl ." where kd_tanya='$real_id' and kd_solusi='$idSolusi' "; mysql_query($hapus_punya) or die(mysql_error()); header("location:update_pertanyaan.php?update=edit&kd_tanya=$real_id"); } elseif($action=="hapus_tanya") { $cari_file=mysql_query("select gambar,suara from pertanyaan where kd_tanya='$kd_tanya'"); $hasil=mysql_fetch_array($cari_file); $fgambar=$hasil[gambar]; $fsuara=$hasil[suara]; if($fgambar!='') { if(file_exists("./".$dirgambar."/".$fgambar))
{ unlink("./".$dirgambar."/".$fgambar); }} if($fsuara!='') { if(file_exists("./".$dirsuara."/".$fsuara)) { unlink("./".$dirsuara."/".$fsuara); }} $hapus_tanya=mysql_query("delete from pertanyaan where kd_tanya='$kd_tanya'"); $hapus_arahan=mysql_query("delete from arahan where kd_tanya='$kd_tanya'"); $hapus_jawaban=mysql_query("delete from jawaban where kd_tanya='$kd_tanya'"); header("location:update_pertanyaan.php"); } ?> Arahan.php '; while($hasil=mysql_fetch_array($query)): echo""; endwhile; echo''; } ?> Editistilah.php session_start (); ?>
$conn=mysql_connect($hostname_conn, $username_conn, $password_conn); mysql_select_db($database_conn,$conn); $limit=5; // limit tiap halaman $numresults=mysql_query("select * from istilah"); $total = mysql_num_rows(mysql_db_query("motor", "select * from istilah")); $numrows=mysql_num_rows($numresults); $update=filemtime("tampil_istilah.php"); $tanggal=date("d-m-y"); $waktu=date("H:i:s"); // next akan muncul apabila offset telah dimasukkan, jika tidak maka diisi 1 $offset=$_GET['offset']; if (empty($offset)) { $offset=0; } // ambil hasil $result=mysql_query("select * from istilah order by id_istilah asc limit $offset,$limit"); echo " File last update :: $tanggal :: $waktu W.I.B"; echo " "; echo ":: Jumlah Istilah: $total "; //--------------------------------------------------------------------------------echo "
"; if ($offset!=0) { // Jangan cetak PREV apabila offset sama dengan 0 $prevoffset=$offset-5; echo " Back <nobr>"; } // Hitung jumlah halaman $halaman=intval($numrows/$limit); // Hasil diintegerkan // $halaman sekarang berisi jumlah halaman apabila tidak ada sisa if ($numrows%$limit) { // Jika ada sisa maka jumlah halaman ditambah 1 $halaman++; } for ($i=1;$i<=$halaman;$i++) { // looping dimulai 1 $newoffset=$limit*($i-1); if ($offset!=$newoffset) { echo "$i <nobr>"; // cetak halaman } else { echo " ".$i." "; // cetak halaman tanpa link } } // cek apabila telah sampai halaman terakhir if (!(($offset/$limit)+1==$halaman) && $halaman!=1) { // Jika bukan halaman terakhir, maka berikan link NEXT $newoffset=$offset+$limit; echo " Next <nobr>"; echo "
Back <nobr>"; } // Hitung jumlah halaman $halaman=intval($numrows/$limit); // Hasil diintegerkan // $halaman sekarang berisi jumlah halaman apabila tidak ada sisa if ($numrows%$limit) { // Jika ada sisa maka jumlah halaman ditambah 1 $halaman++; } for ($i=1;$i<=$halaman;$i++) { // looping dimulai 1 $newoffset=$limit*($i-1); if ($offset!=$newoffset) { echo "$i <nobr>"; // cetak halaman } else { echo " ".$i." "; // cetak halaman tanpa link } } // cek apabila telah sampai halaman terakhir if (!(($offset/$limit)+1==$halaman) && $halaman!=1) { // Jika bukan halaman terakhir, maka berikan link NEXT $newoffset=$offset+$limit; echo " Next <nobr>"; echo "
"; } } ?> echo $isi; echo $bgcolor ?>
Updatepertanyaan.php include "../library/session.php"; include "../library/connect.php"; include "../config.php"; if($error=="true") { $error="Error : ID Sudah Ada, Ganti Dengan Yang Lain"; } $qry=mysql_query("select level from admin where username='$pemakai'"); $result=mysql_fetch_array($qry); $level=$result[level]; if($level=="super admin") { $menu="<strong>Update Admin"; } else { $menu=""; } if(empty($update)) { $limit=10; // limit tiap halaman $judul="Daftar Pertanyaan"; $offset=$_GET['offset']; if (empty($offset)) { $offset=0; } $qry=mysql_query("select kd_tanya,pertanyaan,link,gambar,suara from pertanyaan order by kd_tanya limit $offset,$limit"); $result=mysql_fetch_row($qry); $isi="
"; do { list($kd_tanya,$pertanyaan,$link,$gambar,$suara)=$result; $s = "select * From arahan where kd_tanya='$kd_tanya' order by kd_solusi"; $rs = mysql_query($s) or die(mysql_error()); $link=""; while($row = mysql_fetch_array($rs,MYSQL_BOTH)){ $link.=$row['kd_solusi'].","; } $s = "select * From jawaban where kd_tanya='$kd_tanya' order by kd_solusi"; $rs = mysql_query($s) or die(mysql_error());
Back <nobr>"; } // Hitung jumlah halaman $halaman=intval($numrows/$limit); // Hasil diintegerkan // $halaman sekarang berisi jumlah halaman apabila tidak ada sisa if ($numrows%$limit) { // Jika ada sisa maka jumlah halaman ditambah 1 $halaman++; } for ($i=1;$i<=$halaman;$i++) { // looping dimulai 1 $newoffset=$limit*($i-1); if ($offset!=$newoffset) { echo "$i <nobr>"; // cetak halaman } else { echo " ".$i." "; // cetak halaman tanpa link } } // cek apabila telah sampai halaman terakhir if (!(($offset/$limit)+1==$halaman) && $halaman!=1) { // Jika bukan halaman terakhir, maka berikan link NEXT $newoffset=$offset+$limit; echo " Next <nobr>"; echo "
Updatesolusi.php include "../library/session.php"; include "../library/connect.php"; include "../config.php"; if($error=="true") { $error="Error : ID Sudah Ada, Ganti Dengan Yang Lain"; } $qry=mysql_query("select level from admin where username='$pemakai'"); $result=mysql_fetch_array($qry); $level=$result[level]; if($level=="super admin") { $menu="<strong>Update Admin"; } else { $menu=""; } if(empty($update)) { $limit=10; // limit tiap halaman $judul="Daftar Solusi"; $offset=$_GET['offset']; if (empty($offset)) { $offset=0; } $qry=mysql_query("select * from solusi order by kd_solusi limit $offset,$limit"); $result=mysql_fetch_row($qry); $isi="
Back <nobr>"; } // Hitung jumlah halaman $halaman=intval($numrows/$limit); // Hasil diintegerkan // $halaman sekarang berisi jumlah halaman apabila tidak ada sisa if ($numrows%$limit) { // Jika ada sisa maka jumlah halaman ditambah 1 $halaman++; } for ($i=1;$i<=$halaman;$i++) { // looping dimulai 1 $newoffset=$limit*($i-1); if ($offset!=$newoffset) { echo "$i <nobr>"; // cetak halaman } else { echo " ".$i." "; // cetak halaman tanpa link } } // cek apabila telah sampai halaman terakhir if (!(($offset/$limit)+1==$halaman) && $halaman!=1) { // Jika bukan halaman terakhir, maka berikan link NEXT $newoffset=$offset+$limit; echo " Next <nobr>"; echo "
"; } } ?> echo $isi; ?>
Cekdata.php function msgbox($msg) { echo"<script language='JavaScript'> alert('$msg'); window.history.back(); "; } ?> Connect.php $server = "localhost"; //ganti sesuai server Anda $user = "root"; //ganti sesuai username Anda $pass = "root"; //ganti sesuai password Anda $db_name = "motor"; //ganti sesuatu nama database Anda $db = mysql_connect($server,$user,$pass) or DIE("Connection to database failed, perhaps the service is down !!"); mysql_select_db($db_name) or DIE("Database name not available !!"); $query $ceki $nilai
=
= "SELECT * FROM admin"; mysql_query($query, $db) or die(mysql_error()); = mysql_fetch_array($ceki);
?>
Session.php session_start(); $pemakai=$_SESSION['usernames']; if (!isset($pemakai)) { header("Location: ../index.php"); } ?>
DAFTAR PUSTAKA
Artikel non personal, 4 April 2009, “Kecerdasan buatan”, Wikipedia Bahasa Indonesia,
april 2009. Brooks, C.H.P, P.J. Grouse, D.R. Jeffery dan M. J. Lawrence. 1982. Information System Design. New Jersey: Pretice-Hall. Gulo, W. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Grasindo. Hartati, Sri dan Iswanti, Sari. 2008. Sistem Pakar dan Pengembangannya. Yogyakarta: Graha Ilmu. Jogyianto. 2005. Analisa Dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: ANDI. Kadir, Abdul. 2008. Tuntunan Praktis Belajar Database Menggunakan MySQL. Yogyakarta: ANDI Kridasantausa. 2006, Pemodelan Sistem Pakar Interaktif dan Dinamik untuk Perencannan Bangunan Irigasi. ITB : Bandung. Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI. Ladjamudin, Bin Al-Bahra. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. McLeod, Raymond. 1995. Sistem Informasi Manajemen, Jilid 2. Simon & Schuster (Asia). Mulyono, S. 1996. Teori Pengambilan Keputusan.
Edisi Revisi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Nauman, J. D. dan A. M. Jenkins. 1982. Prototyping: The New Paradigm for Systems Development. Mis Quarterly.
Nugraha, Aditya. 2006. Sistem Pakar Sepeda Motor Honda.Yogyakarta: Graha Ilmu. Nugroho, Adi ST., MMSI. 2004. Konsep Pengembangan Sistem Basis Data. Bandung: Informatika. Pressman, Roger S. 2002. Rekayasa Perangkat Lunak. pendekaan praktisi. Yogyakarta: ANDI. Saputro, Wahju T.2005. MySQL. Yogyakarta. Pena Media. Sidik, Betha. 2001. Pemrograman Web dengan PHP. Bandung : Informatika. Simon. 1987. The Shape of Automation for Men and Management. New York: Harper and Row. Simon. H.A. 1987. The Science of The Artificial USA:. Massachusets Institute of Technology. Sumarbagiono R.,1999. Pengembangan Sistem Pakar untuk menilai kesesuaian manajemen mutu
perusahan
terhadap
standar
ISO–
900,Teknik
Manajemem Industri, ITB.
Turban, Efrain. 1995. Decision Support System and Expert System. New Jersey: prentice hall international inc. Turban, Efrain. 2005. et al Decision and intelligent system 7th edition. USA: prentice-hall. Wijaya, Sukma. 2008. Aplikasi sistem pakar sepeda motor Suzuki Smash. Yogyakarta: Graha Ilmu. Winston dan Predergast. 1984. Artificiall Intelligent, Addison. Wesley, Reading – Massahussets. Yakub. 2008. Sistem Basis Data Tutorial Konseptual. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Yudatama, U. 2008 . Sistem Pakar untuk
Diagnosis Kerusakan Mesin Mobil
Panther Berbasis Mobile . journal teknologi 1,(2),212- 218.
LAMPIRAN 2
Gambar.. Pohon Keputusan 1 A01
: memilih modifikasi ringan
A02
: memilih modifikasi besar
B01
: mesin masih standar
B02
: mesin sudah di oversize
B03
: kepala silinder sudah dibubut
B04
: lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
B05
: kondisi mesin masih standar
B06
: mesin sudah di oversize
B07
: kepala silinder sudah dibubut B08 : lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
Gambar.. Pohon Keputusan 2 A01
: Memilih modifikasi ringan
B01
: Mesin masih standar
C01
: Karburator masih standar
C02
: Karburator sudah direamer
D01
: Saringan udara masih terpasang
D02
: Busa saringan udara sudah dilepas
D03
: Ukuran spuyer masih standar
D04
: Ukuran spuyer lebih besar dari standar
E01
: Busi masih standar
E02
: Busi sudah diganti tipe racing
E03
: Knalpot masih standar
E04
: Sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
E05
: Knalpot sudah diganti model racing
E06
: Knalpot masih standar
E07
: Lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
E08
: Lubang buang dan lubang isap masih standar
E09
: Lermukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudahdihaluskan
E10
: Saringan udara masih terpasang
E11
: Saringan udara sudah dilepas
E12
: Lubang buang dan lubang isap masih standar
E13
: Knalpot masih standar
E14
: Tipe busi masih standar
E15
: Busi sudah diganti dengan tipe racing
R01
: Sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka danmain-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar.
R02
: Sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main- jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti kepala busi model racing
R03
: Ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya
R04
: Ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran
standar R05
: Pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standar dan main-jet dinaikkan
15 angka dari ukuran standar R06
: Pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R07
: Pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar
R08
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R09
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R10
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
R11
: Ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, kemudian pasang saringan udara tanpa busa
R12
: Gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
R13
: Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R14
: Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
R15
: Gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
Gambar.. Pohon Keputusan 3 A01
: memilih modifikasi ringan
B02
: mesin sudah di oversize
C03
: mesin oversize 25
C04
: mesin oversize 50
C05
: mesin oversize 75
C06
: mesin oversize 100
D05
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
D06
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
D07
: busi masih standar
D08
: busi sudah diganti dengan tipe racing
D09
: kampas kopling masih standar
D10
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
D11
: lubang venturi pada karburator masih standar
D12
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
E16
: karburator masih standar
E17
: karburator sudah di reamer
E18
: dinding permukaan lubang buang masih standar
E19
: dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
E20
: ukuran pilot jet dan main jet masih standar
E21
: jarum skep pada karburator masih standar
E22
: ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
E23
: lubang venturi pada karburator masih standar
E24
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
E25
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
E26
: karburator masih standar
E27
: karburator sudah direamer
E28
: saringan udara masih terpasang
E29
: saringan udara sudah dilepas
E30
: koil masih standar
E31
: koil sudah diganti dengan tipe racing
R16
: ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip R17 : ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standard dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
R18
: ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standard, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
R19
: ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standard, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racing
R20
: gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka, dan knalpot gunakan tipe racing
R21
: gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, dan gunakan knalpot tipe racing
R22
: gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R23
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing R24 : gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R25
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R26
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing
R27
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racing
R28
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R29
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R30
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
R31
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan gunakan knalpot tipe racing
Gambar.. Pohon Keputusan 4 A01
: memilih modifikasi ringan
B03
: kepala silinder sudah dibubut
B04
: lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
C07
: kepala silinder dibubut <= 1 mm
C08
: kepala silinder masih standar
C09
: kepala silinder sudah dibubut
D13
: paking blok silinder masih standar
D14
: paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5
D15
: paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5
D16
: perut knalpot sudah dibuang sekatnya
D17
: knalpot sudah diganti dengan tipe racing
D18
: busi masih standar
D19
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E32
: ukuran lubang buang masih standar
E33
: ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1 mm
E34
: busi masih standar
E35
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E36
: saringan udara masih terpasang
E37
: saringan udara sudah dilepas
E38
: lubang buang masih standar
E39
: lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm
E40
: kampas kopling masih standar
E41
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
E42
: paking blok silinder masih standar
E43
: paking blok silinder sudah tidak standar
E44
: lubang venturi pada karburator masih standar
E45
: lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
R32
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
R33
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
R34
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
R35
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
R36
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
R37
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R38
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R39
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
R40
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
R41
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
R42
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
R43
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing R44
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
R45
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan knalpot racing
Gambar.. Pohon Keputusan 5 A02
: memilih modifikasi besar
B05
: kondisi mesin masih standar
C10
: lubang venturi pada karburator masih standar
C11
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
D20
: kotak saringan udara masih terpasang
D21
: busa saringan udara sudah dilepas
D22
: ukuran spuyer masih standar
D23
: ukuran spuyer lebih besar dari standar
E46
: busi masih standar
E47
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E48
: saringan knalpot masih standar
E49
: sekat dalam perut knalpot sudah dibuang
E50
: knalpot sudah diganti dengan tipe racing
E51
: knalpot masih standar
E52
: lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak
E53
: lubang buang dan lubang isap masih standar
E54
: permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudahdihaluskan
E55
: saringan udara masih terpasang
E56
: saringan udara sudah dilepas
E57
: lubang buang dan lubang isap masih standar
E58
: knalpot masih standar
E59
: tipe busi masih standar
E60
: busi sudah diganti dengan tipe racing
R46
: sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas
diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busi R47
: sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
R48
: sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R49
: ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
R50
: ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa dan selang saringan udara
R51
: buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main-jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm
R52
: buang sekat dalam perut knalpot, dan ukuran pilot-jet dinaikkan 10 angka dan main- jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1 mm, dan lubang buang deperbesar 0,5 mm
R53
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
R54
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
R55
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
R56
: gunakan ukuran pilot-jet yang dinaikkan 15 angka dan main-jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm , lalu gunakan airbox
R57
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
R58
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
R59
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing, dan lepas busa saringan udara
R60
: gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Gambar .. Pohon Keputusan 6 A02
: memilih modifikasi besar
B06
: mesin sudah di oversize
C12
: mesin oversize 25
C13
: mesin oversize 50
C14
: mesin oversize 75
C15
: mesin oversize 100
D24
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar
D25
: dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan
D26
: busi masih standar
D27
: busi sudah diganti dengan tipe racing
D28
: kampas kopling masih standar
D29
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
D30
: lubang venturi pada karburator masih standar
D31
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
E61
: karburator masih standar
E62
: karburator sudah di reamer
E63
: dinding permukaan lubang buang masih standar
E64
: dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan
E65
: ukuran pilot jet dan main jet masih standar
E66
: jarum skep pada karburator masih standar
E67
: ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing
E68
: lubang venturi pada karburator masih standar
E69
: dinding permukaan lubang transfer masih standar
E70
: dinding permukaan lubang transfer sudah dihaluskan
E71
: karburator masih standar
E72
: lubang venturi pada karburator sudah direamer
E73
: saringan udara masih terpasang
E74
: saringan udara sudah dilepas
E75
: koil masih standar
E76
: koil sudah diganti dengan tipe racing
R61
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip
R62
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
R63
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang
dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa R64
: ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
R65
: gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 25 angka, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan knalpot gunakan tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas, dan selang dan busa saringan udara dilepas
R66
: gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing selang dan busa saringan udara dilepas
R67
: gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa saringan udara dilepas
R68
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R69
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu
dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing R70
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
R71
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R72
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas
R73
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara
R74
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
R75
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan ganti busi dengan tipe racing
R76
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing
Gambar .. Pohon Keputusan 7 A02
: memilih modifikasi besar
B07
: kepala silinder sudah dibubut
B08
: lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar
C16
: kepala silinder dibubut <= 1 mm C17 : kepala silinder masih standar
C18
: kepala silinder sudah dibubut
D32
: paking blok silinder masih standar
D33
: paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm
D34
: knalpot masih standar
D35
: perut knalpot sudah dibuang sekatnya
D36
: knalpot sudah diganti dengan tipe racing
D37
: busi masih standar D38 : busi sudah diganti dengan tipe racing
E77
: ukuran lubang buang masih standar
E78
: ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1 mm
E79
: busi masih standar
E80
: busi sudah diganti dengan tipe racing
E81
: saringan udara masih terpasang
E82
: saringan udara sudah dilepas
E83
: lubang buang masih standar
E84
: lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm
E85
: kampas kopling masih standar
E86
: kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing
E87
: paking blok silinder masih standar
E88
: paking blok silinder sudah tidak standar
E89
: lubang venturi pada karburator masih standar
E90
: lubang venturi pada karburator sudah diperbesar
R77
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
R78
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
R79
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer
dihaluskan, lalu ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing R80
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
R81
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R82
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
R83
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R84
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
R85
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio
R86
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
R87
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
R88
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
R89
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venturi direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
R90
: gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang transfer dibuat
lancip, lalu gunakan airbox, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
\
LAMPIRAN 3 KAIDAH PRODUKSI Rule 1 Jika memilih update ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan busi masih standar Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar
Rule 2 Jika memilih update ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan busi sudah diganti tipe racing Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dang anti kepala busi model racing
Rule 3 Jika update ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan knalpot masih standar Maka ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan saringan knalpot ditambah lubangnya
Rule 4 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Maka ukuran pilot-jet dinaikkan 5 angka dan main-jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar
Rule 5 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Dan knalpot sudah diganti model racing Maka pilot-jet dinaikkan 7,5 angka dari ukuran standard an main-jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar
Rule 6 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan busa saringan udara sudah dilepas Dan knalpot masih standar Maka pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak
Rule 7 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator masih standar Dan busa saringan udara sudah dilepas Dan lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Maka pilot-jet dinaikkan 2,5 angka dari ukuran standar, dan main-jet dinaikkan 5 angka dari ukuran standar
Rule 8 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 9 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 10 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam knalpot dibuang, dan busa saringan udara dilepas
Rule 11 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka ukuran spuyer dinaikkan 3 tingkat dan sekat dalam perut knalpot dibuang, kemudian dipasang saringan udara tanpa busa
Rule 12 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 3 tingkat dari ukuran standard an permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dn sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
Rule 13 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan knalpot masih standar Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar, dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 14 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan tipe busi masih standar Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan ganti kepala busi dengan tipe racing dan sekat dalam perut knalpot dibuang
Rule 15 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin masih standar Dan karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran spuyer lebih besar 3 tingkat dari ukuran standar dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan busa saringan dan selang udara dilepas
Rule 16 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan karburator masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 5 angka dan main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalm perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip
Rule 17 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan karburator sudah direamer Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 18 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Dan dinding permukaan lubang buang masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 19 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Dan dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan Maka ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, gunakan knalpot yang sudah dibuang sekatnya, dan gunakan busi tipe racing
Rule 20 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan ukuran pilot jet dan main jet masih standar Maka gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 7,5 angka dan main jet dinaikkan 15 angka dan knalpot gunakan tipe racing
Rule 21 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan jarum skep pada karburator masih standar Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 22 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan ujung jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Maka gunakan koil tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 23 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venture pada karburator masih standar Maka gunakn ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, dan gunakn knalpot tipe racing
Rule 24 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 25 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer sudah dihaluskan Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dang anti kampas kopling dengan tipe racing dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 26 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 27 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan karburator sudah direamer Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan pasang saringan udara tanpa busa, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 28 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lepas busa saringan udara, lubang venture pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 29 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lubang venturi pada karburator direamer 0,5mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 30 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu gunakan busi tipe racing, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 31 Jika memilih modifikasi ringan Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 32 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Rule 33 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3mm, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Rule 34 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm Dan busi masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
Rule 35 Jika memilih modifikasi ringan Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder sudah dibubut <=1mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal >0,1 mm dan < 0,5mm Dan busi sudah diganti tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 10 angka dari ukuran standar , ganti knalpot dengan tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Rule 36 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm
Rule 37 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Rule 38 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dibesarkan 0,5mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Rule 39 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang sudah dibesarkan < 1 mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 7,5 angka dan ukuran main jet dinaikkan 15 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa
Rule 40 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti tipe racing Dan kampas kopling standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm
Rule 41 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti tipe racing Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
Rule 42 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi masih standar Dan paking blok silinder masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
Rule 43 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi masih standar Dan paking blok sudah tidak standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm dan gunakan knalpot racing
Rule 44 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 45 Jika memilih modifikasi ringan Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar,dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 46 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan busi masih standar Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lepas ring pada busi
Rule 47 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
Rule 48 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan saringan knalpot masih standar
Maka sekat dalam perut knalpot dibuang dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar Rule 49 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan sekat dalam perut knalpot sudah dibuang Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara, dan lubang buang pada saringan knalpot diperbesar
Rule 50 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transefer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm, lalu lepas busa saringan udara
Rule 51 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan knalpot masih standar
Maka buang sekat dalam perut knalpot dan lubang pada saringan knalpot diperbanyak, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Rule 52 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan kotak saringan udara masih terpasang Dan lubang pada saringan knalpot sudah diperbanyak Maka buang sekat dalam perut knalpot, ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lubang transfer dan bilas diperbesar 1mm, dan lubang buang diperbesar 0,5 mm
Rule 53 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
Rule 54 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap sudah dihaluskan Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, lalu lepas busa pada saringan udara
Rule 55 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
Rule 56 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan main jet gunakan milik Yamaha RX King yang berukuran 135, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lubang buang dibesarkan 1 mm, lalu gunakan airbox
Rule 57 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan lubang buang dan lubang isap masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan sekat dalam perut knalpot dibuang, dan lepas busa saringan udara
Rule 58 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan knalpot masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Rule 59 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan tipe busi masih standar Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan
gunakan knalpot tipe racing, lalu ganti kepala busi dengan tipe racing dan lepas busa saringan udara
Rule 60 Jika memilih modifikasi besar Dan kondisi mesin masih standar Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan ukuran spuyer lebih besar dari standar Dan tipe busi sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan spuyer yang dinaikkan 4 tingkat dari ukuran standar dan permukaan kulit jeruk pada dinding lubang buang dan isap dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan lepas busa saringan udara
Rule 61 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan knalpot masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, kemudian ujung jarum skep pada karburator dibuat lancip, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip
Rule 62 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan knalpot sudah direamer
Maka Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar dan buang sekat dalam perut knalpot, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lepas busa dan selang pada saringan udara
Rule 63 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan dinding permukaan lubang buang masih standar Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, lalu lubang buang dibesarkan 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 64 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 25 Dan dinding permukaan lubang bilas dan transfer masih standar Dan dinding permukaan lubang buang sudah dihaluskan Maka ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan saringan udara dipasang tanpa busa
Rule 65 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan ukuran pilot jet dan main jet masih standar Maka gunakan koil tipe racing dan ukuran pilot jet dinaikkan 10 angka dan main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip, dan gunakan knalpot tipe racing, dan selang dan busa saringan udara dilepas Rule 66 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan jarum skep pada karburator masih standar Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang bilas dan transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, selang dan busa saringan udara dilepas
Rule 67 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi masih standar Dan jarum skep pada karburator sudah dibuat runcing Maka gunakan koil tipe racing dan ujung jarum skep dibuat runcing, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing, lalu selang dan busa dan saringan udara dilepas
Rule 68 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 50 Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan lubang venturi di reamer 1 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 69 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang transfer masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan dan dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 70 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling masih standar Dan dinding permukaan lubang transfer sudah dihaluskan Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan ganti kampas kopling dengan tipe racing, lalu dinding permukaan lubang transfer dibuat lancip dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 71 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 72 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 75 Dan kampas kopling sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venture pada karburator sudah direamer Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan busa saringan udara dilepas
Rule 73 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding permukaan lubang transfer
dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing, lalu lepas selang dan busa saringan udara
Rule 74 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan lubang venturi pada karburator direamer 0,5 mm, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 75 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing, dan ganti busi dengan tipe racing
Rule 76 Jika memilih modifikasi besar Dan mesin sudah di oversize Dan mesin oversize 100 Dan lubang venturi pada karburator sudah direamer Dan koil sudah diganti dengan tipe racing Maka Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, dan gunakan airbox yang terbuat dari seng, lalu dinding permukaan lubang transfer dihaluskan, dan gunakan knalpot tipe racing
Rule 77 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan lubang buang dan transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Rule 78 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder masih standar Dan ukuran lubang buang sudah dibesarkan < dari 1mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan ganti paking blok silinder dengan
tebal 0,3 mm, dan lubang transfer dihaluskan 0,5 mm, lalu buang sekat dalam perut knalpot
Rule 79 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm Dan busi masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara, dan gunakan kepala busi tipe racing
Rule 80 Jika memilih modifikasi besar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan kepala silinder dibubut <= 1 mm Dan paking blok silinder sudah diganti dengan tebal > 0,1 mm dan < 0,5 mm Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, dan lubang buang dan transfer dihaluskan, lalu ganti knalpot tipe racing, dan lepas selang saringan udara
Rule 81 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar
Dan knalpot masih standar Dan saringan udara masih terpasang Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip danganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udara dilepas lalu gunakan gir rasio
Rule 82 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot masih standar Dan saringan udara sudah dilepas Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian gunakan airbox, lalu gunakan gir rasio
Rule 83 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio
Rule 84 Jika memilih modifikasi besar
Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan perut knalpot sudah dibuang sekatnya Dan lubang buang sudah diperbesar < 1 mm Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip dan ganti knalpot dengan tipe racing, kemudian selang dan busa saringan udarra dilepas lalu gunakan gir rasio
Rule 85 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing Dan kampas poling masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, lalu gunakan gir rasio
Rule 86 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder masih standar Dan knalpot sudah diganti dengan tipe racing Dan kampas poling sudah diganti dengan tipe racing Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, kemudian lubangi sirip rumah kopling sebanyak 2 lubang dengan diameter 5 mm
Rule 87 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi masih standar Dan paking blok silinder masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan lepas ring pada kepala busi, dan gunakan knalpot racing
Rule 88 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi masih standar Dan paking blok silinder sudah tidak standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 15 angka dan ukuran main jet dinaikkan 25 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip lalu pasang saringan udara tanpa busa dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan paking blok silinder dengan tebal 0,3 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 89 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing
Dan lubang venturi pada karburator masih standar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip, dan lubang venture direamer 0,5 mm, lalu pasang saringan udara tanpa busa dan selang, dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
Rule 90 Jika memilih modifikasi besar Dan lubang transfer dan lubang bilas pada blok silinder sudah diperbesar Dan kepala silinder sudah dibubut Dan busi sudah diganti dengan tipe racing Dan lubang venturi pada karburator sudah diperbesar Maka gunakan ukuran pilot jet yang dinaikkan 10 angka dan ukuran main jet dinaikkan 20 angka dari ukuran standar, lalu dinding lubang transfer dibuat lancip,lalu gunakan airbox dan lubang buang dibesarkan 0,5 mm, dan gunakan knalpot racing
LAMPIRAN 4 ALGORITMA Algoritma Halaman Utama 1. Tampilan layar Menu Awal 2. Input pilih 3. If pilih = konsultasi then 4. Jalankan konsultasi 5. Elseif pilih = admin then 6. Jalankan admin 7. Elseif pilih = keluar then 8. Selesai 9. Endif
2. Input pilih 3. If Pilih = Pertanyaan 4. elseif pilih = submit then 5. Tampilan pertanyaan level 2 6. elseif pilih = Pertanyaan 7. elseif pilih = submit 8. tampilan pertanyaan level 3 9. elseif pilih = Pertanyaan 10. elseif pilih = submit 11. tampilan pertanyaan level 4 12. elseif pilih = pertanyaan 13. tampilan pertanyaan level 5 14. elseif pilih = submit 15. Tampil Solusi 16. elseif pilih = ulang 17. kembali ke pertanyaan level 4 18. elseif pilih = ragu-ragu 19. tampilan kerusakan tak terdeteksi 20. elseif ulang 21. kembali ke tampilan pertanyaan level 3 22. elseif pilih = ragu-ragu 23. 24. 25. elseif pilih = ulang 26. Kembali ke tampilan pertanyaan level 2 27. elseif pilih = ragu-ragu 28. tampilan kerusakan tak terdeteksi
29. elseif pilih ulang 30. Kembali ke Tampilan pertanyaan Level 1 31. elseif Ragu-ragu 32. Tampil Kerusakan tak terdeteksi 33. Else 34.
Selesai
35. Endif
Algoritma Halaman Login 1. Tampilan layar form login 2. Input User name & Password 3. Input pilih 4. If pilih = login then 5. Cek username dan password admin 6. If user name dan password admin = benar then 7. Jalankan algoritma layar Admin 8. Elseif tidak then 9. Tampilan pesan salah pada form login 10. Endif 11. Else if Home then 12. Kembali tampilan layar Menu Awal 13. Else