SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
RANCANG BANGUN SISTEM INTERLOCK PADA PENGOPERASIAN FUME HOOD UNTUK MENCEGAH KONTAMINASI SILANG I Wayan Widiana1, Jakaria2, Mulyono3, Sofyan Sori4 1,2, 3, 4
Pusat Teknologi Radioisotop Dan Radiofarmaka, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan, 15313 email:
[email protected] ABSTRAK
RANCANG BANGUN SISTEM INTERLOCK PADA PENGOPERASIAN FUME HOOD UNTUK MENCEGAH KONTAMINASI SILANG. Fume Hood merupakan fasilitas laboratorium yang digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian yang menggunakan bahan kimia dan bahan radioaktif dengan aktivitas rendah. Selama ini pengoperasian Fume Hood sering menimbulkan kontaminasi silang dari dalam Fume Hood menuju ruangan laboratorium. Untuk itu dibuat rancang bangun sistem interlock dalam pengoperasian Fume Hood. Tujuannya adalah mencegah terjadinya kontaminasi silang dari dalam Fume Hood ke ruangan laboratorium maupun ruangan lain serta mencegah kontaminasi personil. Metode yang digunakan adalah dengan memanfaatkan tekanan udara (air pressure) dari sistem Ventilation Air Conditioning (VAC) sebagai sinyal yang menyatakan bahwa Fume Hood siap dioperasikan. Dalam interlock tersebut digunakan komponen utama berupa photohelic yang befungsi sebagai indikator adanya tekanan udara dan pada saat bersamaan photohelic akan mengaktifkan panel kontrol sehingga Fume Hood mendapatkan pasokan listrik dan siap untuk dioperasikan. Hasil yang diperoleh adalah unit interlock yang terintegrasi pada panel kontrol pengoperasian Fume Hood. Interlock tersebut kemudian dipasang pada 12 unit Fume Hood yang tersebar pada 5 ruangan. Dengan pemasangan interlock tersebut maka Fume Hood hanya dapat dioperasikan jika sistem ventilasi (khususnya sistem exhaust) telah beroperasi. Kata kunci: interlock, kontaminasi, Fume Hood, photohelic, sistem ventilasi.
ABSTRACT INTERLOCK SYSTEM DESIGN OF THE FUME HOOD OPERATION TO PREVENT CROSSCONTAMINATION. Fume Hood is the laboratory facility used for research activities using chemicals and low activity of radioactive materials. The operation of the Fume Hood often cause cross-contamination of the Fume Hood towards laboratory room. Therefore the design of the interlock in the operation system of the Fume Hood is required.The purpose of the design of the interlock on Fume Hood operation is to reduce and even prevent cross-contamination of the Fume Hood to the laboratory room or another room and prevent personnel contamination. The method used in this design is by utilizing air pressure from the ventilation system as a signal which sends information that the Fume Hood is ready to be operated. In the interlock system, the main component called photohelic is employed as an indicator if there is air pressure running in the system and at the same time the photohelic will activate the operational control panel so that the Fume Hood is supplied with power and ready to be executed. The result of this investigation is interlock units that are integrated to the operational control panel of the Fume Hood. The interlocks are then installed in the 12 units of Fume Hoods in 5 different rooms. By installing the interlocks, the Fume Hood can only be operated if the ventilation system (especially the exhaust system) is in operation. Key words: interlock, contamination, Fume Hood, photohelic, ventilation systems
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 44
SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
PENDAHULUAN Fume Hood merupakan sebuah lemari asam yang difungsikan untuk kegiatan penelitian yang menggunakan bahan kimia maupun bahan radioaktif [1, 2]. Prinsip kerja dari Fume Hood adalah mengarahkan tekanan udara dari dalam Fume Hood menuju pembuangan udara melalui saluran (ducting) exhaust fan yang sudah dikondisikan. Pengertian dikondisikan dapat berupa penggunaan sistem filtrasi untuk menyaring partikel-partikel yang diinginkan. Terdapat dua jenis Fume Hood yang ada di Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR) yaitu Fume Hood dengan blower dan Fume Hood tanpa blower. Tulisan ini dibuat untuk jenis Fume Hood yang menggunakan blower. Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada jenis Fume Hood yang menggunakan blower antara lain; pada saat sistem ventilasi sedang beroperasi, user/peneliti yang sedang melakukan kegiatan menggunakan Fume Hood dan menggunakan bahan kimia ataupun bahan radioaktif tidak mengoperasikan blower Fume Hood terlebih dahulu sehingga gas yang ditimbulkan oleh bahan kimia maupun bahan radioaktif tersebut tidak akan terhisap dan terbuang melalui saluran pembuangan yang semestinya, melainkan dapat berbalik arah menuju ruangan laboratorium bahkan terhisap atau mengenai tubuh user/peneliti. Hal inilah yang disebut sebagai kontaminasi silang dari dalam Fume Hood menuju ruangan laboratorium. Kasus lain terjadi pada saat sistem VAC tidak beroperasi atau berhenti beroperasi, user/peneliti justru mengoperasikan Fume Hood. Gas dari dalam Fume Hood memang terhisap oleh blower yang berada di atas Fume Hood namun tidak akan mampu melewati sistem filter sehingga tidak akan keluar melalui cerobong. Gas tersebut kemudian akan keluar melalui celah-celah yang memungkinkan disepanjang ducting yang dilaluinya. Sehingga kontaminasi akan menyebar ke beberapa ruangan. Dalam hal ini tingkat kontaminasi silang menjadi lebih luas. Dengan latar belakang tersebut maka dibuatlah rancang bangun interlock pada pengoperasian Fume Hood. Tujuannya adalah mencegah terjadinya kontaminasi silang dengan jalan membatasi perilaku user atau pengguna Fume Hood dengan batas-batas atau kaidah-kaidah keselamatan yang tertuang dalam fungsi
interlock. Metodologi yang digunakan yaitu dengan memanfaatkan tekanan udara negatif (negative air pressure) dari sistem Ventilation Air Conditioning (VAC) sebagai sinyal yang menyatakan bahwa Fume Hood siap dioperasikan. Tekanan negatif tersebut akan mengoperasikan photohelic sehingga switch yang terdapat dalam photohelic akan menutup dan menyalurkan tegangan listrik ke unit kontrol pengoperasian Fume Hood. Dengan demikian Fume Hood dinyatakan siap untuk dioperasikan. TEORI/POKOK BAHASAN Fume Hood Fume Hood atau lemari asam merupakan salah satu fasilitas yang terdapat dalam fasilitas nuklir yang digunakan untuk melakukan kegiatan penelitian yang menggunakan bahan kimia maupun bahan radioaktif aktivitas rendah. Fume Hood dilengkapi dengan blower (exhaust) yang berfungsi untuk menghisap udara yang ada di dalam Fume Hood untuk disalurkan ke sistem saluran (ducting) exhaust dalam sistem VAC untuk proses filtrasi dan selanjutnya dibuang ke lingkungan melalui cerobong [3, 4]. Visualisasi Fume Hood dapat dilihat pada Gambar 1. blower
Jendela Saklar lampu Stop kontak
Gambar. 1. Hood)
Lemari Asam (Fume
Agar tidak terjadi kontaminasi silang maka pada saat pengoperasian Fume Hood blower harus selalu beroperasi. Fume Hood terbuat dari bahan stainless steel dan dibuat berlapis, bahkan beberapa Fume Hood menggunakan lapisan timbal untuk menahan radiasi. Sedangkan pada bagian depan Fume
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 45
SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
Hood terdapat jendela yang terbuat dari kaca yang berfungsi sebagai akses pekerja dalam melakukan kegiatan di dalam Fume Hood [5, 6]. Jendela tersebut dapat diatur bukaannya sesuai kebutuhan. Dalam prosedur pengoperasian Fume Hood disebutkan bahwa pada saat tidak dioperasikan maka posisi jendela Fume Hood harus tertutup [7]. Interlock Fume Hood Pada sistem peralatan yang memiliki potensi bahaya baik terhadap manusia maupun peralatan itu sendiri, diperlukan sebuah sistem pengamanan dan keselamatan [8]. Untuk pengoperasian peralatan yang menggunakan energi listrik, salah satu sistem keamanan dan keselamatan yang umum digunakan yaitu berupa interlock [9]. Interlock Fume Hood dibuat berdasarkan status operasi dari sistem ventilasi (VAC) khususnya sistem exhaust. Prinsip kerja interlock tersebut adalah pada saat sistem ventilasi beroperasi khususnya exhaust fan maka akan terjadi tekanan udara di dalam saluran exhaust [10]. Tekanan udara tersebut dimanfaatkan untuk menggerakan jarum indikator pada photohelic. Pada saat jarum menunjukkan tekanan tertentu maka relay pada rangkaian yang berada di dalam photohelic akan memberikan sinyal ke panel kontrol yang mengindikasikan bahwa Fume Hood siap dioperasikan. Sebelum sistem exhaust fan beroperasi maka beberapa komponen yang terdapat dalam Fume Hood tidak dapat dioperasikan seperti lampu penerangan Fume Hood, Stop Kontak dan Motor Blower Fume Hood. Dengan tidak beroperasinya bagian-bagian tersebut maka diharapkan peneliti tidak dapat melakukan kegiatannya menggunakan Fume Hood sehingga risiko adanya kontaminasi terhadap user/peneliti dapat diminimalkan.
tersebut. Apabila terdapat pergerakan jarum akibat adanya tekanan (pressure) atau beda tekanan (differential pressure) maka photo sensor tersebut akan memerintahkan relay switch untuk bekerja. Dalam photohelic terdapat jarum pembatas atas maupun jarum pembatas bawah [11]. Jarum batas atas dapat difungsikan untuk membatasi tekanan udara maksimal yang diperbolehkan, apabila tekanan udara melebihi batas yang telah ditetapkan maka switch yang terdapat dalam photohelic akan membuka sehingga sistem peralatan yang dikendalikan akan berhenti beroperasi. Demikian pula halnya dengan jarum pembatas bawah yang difungsikan untuk membatasi tekanan udara minimal yang diperbolehkan. Sehingga pada saat tekanan udara berada di bawah batas yang telah ditetapkan maka switch yang terdapat dalam photohelic akan membuka sehingga sistem peralatan yang dikendalikan akan berhenti beroperasi. Pengaturan batas atas dan batas bawah dilakukan oleh dua buah tombol yang berada di sisi depan bagian bawah. Fungsi-fungsi pembatas tersebut dilakukan oleh komponen relay yang dilengkapi dengan kontak Normally Open (NO) maupun Normally Close (NC).
Gambar. 2.
Photohelic
METODOLOGI Photohelic Photohelic adalah sebagai metering atau pembacaan tekanan atau beda tekanan, selain itu photohelic dapat difungsikan sebagai kontrol (interlock). Prinsip kerja dari photohelic adalah pada saat photohelic diberi tegangan kerja maka lampu photohelic akan menyala. Photo sensor yang berada di dalam photohelic menerima cahaya dari lampu
Metodologi yang digunakan adalah dengan memanfaatkan tekanan udara yang dihasilkan oleh sistem Exhaust Fan yang berada di dalam sistem VAC (ventilasi) atau sistem tata udara. Tekanan udara tersebut disalurkan menuju photohelic, pada saat jarum penunjuk tekanan (warna hitam) melewati jarum batas bawah maka switch pada relay akan menutup sehingga tegangan listrik akan
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 46
SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
tersalurkan menuju panel kontrol pengoperasian Fume Hood. Dengan demikian Fume Hood dinyatakan siap dioperasikan. Selain itu jarum pembatas atas pada photohelic diatur sedemikian rupa sehingga berada di atas nilai tekanan yang terbaca. Karena jika jarum penunjuk tekanan (warna hitam) melampui jarum batas atas, maka switch pada relay akan membuka kembali sehingga tegangan listrik menuju panel pengoperasian Fume Hood akan terputus. Jika sistem exhaust tidak beroperasi maka photohelic akan menghentikan pasokan listrik tersebut sehingga dengan otomatis Fume Hood akan berhenti beroperasi. Interlock yang sama kemudian dipasang untuk 5 ruangan yang digunakan untuk mengendalikan 13 unit Fume Hood yang dimiliki oleh Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka (PTRR). Langkah-langkah yang dilakukan antara lain; membuat rancangan rangkaian kontrol interlock, membuat instalasi pada panel kontrol, membuat koneksi pada terminal relay yang terdapat pada photohelic, membuat support untuk photohelic dan memasangnya, membongkar panel existing dan menggantikan dengan panel kontrol yang baru, melakukan instalasi pengkabelan antara panel kontrol, photohelic, motor blower Fume Hood, lampu penerangan Fume Hood, dan Fasilitas Stop kontak pada Fume Hood serta melakukan uji fungsi. Bahan dan Peralatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Unit Kontrol Fume Hood terpasang, Photohelic, Kontaktor, Push Button Start, Push Button Stop, panel kontrol/pengoperasian baru, kabel kontrol, kabel power, selang koneksi photohelic dengan ducting, pipa pengarah tekanan udara yang masuk ke selang photohelic, penyangga photohelic, mesin bor, mata plong, toolset, Multi tester, dan Alat Pelindung Diri (APD).
fume hood dapat dioperasikan dari panel kontrol. Dengan beroperasinya blower kemudian lampu penerangan dan fasilitas stopkontak dapat digunakan. Jika diperhatikan blok diagram seperti terlihat pada gambar 4, maka terdapat tiga komponen utama yang terintegrasi dalam sistem interlock tersebut yaitu VAC system, Interlock dan Panel Operasi serta Fume Hood. Sistem VAC mutlak beroperasi agar pengoperasian fume hood menjadi aman dalam arti tidak terjadi kontaminasi silang.
Gambar. 3.
Flow Chart Interlock Fume Hood
Gambar. 4.
Flow Chart Interlock Fume Hood
HASIL DAN PEMBAHASAN Flow Chart dan Blok Diagram Flow Chart merupakan bagan alir proses sekuensial interlock. Flow chart dapat terlihat pada Gambar 3. Dari flow chart dapat diketahui bahwa panel kontrol pengoperasian fume hood dapat dioperasikan apabila photohelic membaca adanya tekanan yang dihasilkan oleh exhaust dalam sistem VAC. Pada saat panel kontrol telah siap maka blower
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 47
SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
Gambar Rangkaian
Hasil Instalasi Panel Kontrol dan Photohelic
Hasil rancangan gambar rangkaian interlock terdiri dari rangkaian start-stop yang akan menghidupkan motor blower serta memberikan pasokan listrik pada komponen penerangan dan stop kontak. Hanya saja pengoperasian rangkaian tersebut dikendalikan oleh photohelic sebagai komponen flow switch yang merupakan inti pengendali interlock. Gambar rangkaian interlock tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
Hasil instalasi panel kontrol dilakukan dengan merangkai komponen-komponen seperti kontaktor, tombol push button start, tombol push button stop, dan lampu indikator sesuai dengan gambar rangkaian pada Gambar 5 maupun Gambar 6. Panel kontrol tersebut akan diintegrasikan dengan rangkaian photohelic yang berfungsi sebagai interlocknya. Proses pemasangan panel kontrol dan photohelic dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar. 5. Rangkaian kontrol pengoperasian dan Interlock Fume Hood Jika dalam satu ruangan laboratorium terdapat hanya 1 unit Fume Hood, maka digunakan rangkaian kontrol dan interlock seperti pada Gambar 5. Namun beberapa ruangan laboratorium memiliki tiga unit Fume Hood sehingga rangkaian kontrol dan interlocknya menjadi berbeda, seperti terlihat pada Gambar 6.
Gambar. 6. Rangkaian kontrol pengoperasian dan Interlock untuk 3 unit Fume Hood dalam 1 ruangan
Gambar. 7. Pemasangan panel kontrol dan Photohelic Setelah pemasangan panel kontrol dan photohelic kemudian dilakukan pengkabelan antara panel kontrol menuju ke motor blower, rangkaian stop kontak dan lampu penerangan Fume Hood. Uji Fungsi Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja dari sistem interlock [12]. Beberapa poin pengujian yang dapat dilakukan antara lain; pembacaan tekanan udara (air pressure) yang diterima photohelic, pengaturan jarum photohelic untuk memperoleh limit atau batasan relay dapat bekerja, pengujian fungsi tombol start-stop dan respon kontaktor serta pengujian arah putaran motor blower. Pembacaan tekanan udara yang diterima photohelic berguna untuk mengetahui besarnya tekanan udara yang dapat mengaktifkan fungsi relay pada photohelic. Dalam kegiatan ini diperoleh data seperti terlihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa tekanan udara di ruang 101 jauh lebih kecil dibandingkan ruangan yang lain. Hal ini akan berpengaruh pada pengaturan jarum pembatas pada
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 48
SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
photohelic, akan tetapi angka tersebut masih bisa digunakan sebagai batasan untuk menimbulkan sinyal ke relay. Kemudian berdasarkan Tabel 1 dilakukan pengaturan jarum pembatas agar photohelic dapat memberikan sinyal ke panel kontrol pengoperasian Fume Hood. Tabel 1. Tekanan terbaca oleh photohelic No
Ruangan
1 2 3 4 5
101 102 103 106 109
Tekanan (Inch Of Water) 2 8.4 8.2 7.6 7.2
Indikator yang dapat dilihat bahwa sinyal dari photohelic sudah ada yaitu dengan memperhatikan lampu indikator pada panel kontrol. Jika lampu indikator OFF menyala berarti panel kontrol sudah mendapatkan sinyal dari photohelic. Dengan kondisi tersebut maka panel kontrol pengoperasian Fume Hood sudah diizinkan atau siap untuk dioperasikan. Pengujian selanjutnya adalah fungsi tomboltombol pada panel kontrol yaitu tombol start dan tombol stop. Respon yang bisa diamati adalah aktifnya komponen kontaktor yang berada di dalam panel kontrol. Dalam uji fungsi tombol start maupun tombol stop tegangan 3 phase menuju motor blower diputus (OFF) agar tidak mengganggu fungsi motor itu sendiri. Hasil yang diperoleh adalah bahwa sebanyak 12 unit panel kontrol yang telah dibuat semua fungsi tombol start maupun tombol stop dapat berfungsi dengan baik. Pengujian berikutnya adalah pengujian arah putaran motor menjadi salah satu pengujian yang sangat penting dalam kegiatan ini karena apabila putaran motor blower terbalik maka kegiatan ini justru memperburuk keadaan atau justru meningkatkan kontaminasi silang. Arah putaran motor blower yang benar adalah putaran motor blower yang menyebabkan adanya hisapan dari blower sehingga tekanan di ruangan Fume Hood menjadi lebih negatif dibandingkan ruangan disekitarnya. Dari uji fungsi arah putaran motor ditemukan terdapat 3 unit motor blower yang arah putarannya terbalik yaitu Fume Hood nomor FH 5A yang
terdapat di ruang 101, Fume Hood nomor FH 3A yang berada di ruang 106 dan Fume Hood dengan nomor FH 4B yang terdapat di ruang 109. Secara lengkap hasil uji arah putaran motor dapat dilihat pada tabel 2. Penyelesaian masalah dilakukan dengan jalan merubah atau menukar posisi koneksi pengkabelan 3 phase yang terdapat pada terminal motor atau terminal kontaktor. Misalnya kabel warna merah yang sebelumnya berada di phase R dan kabel warna hitam yang sebelumnya berada di phase S ditukar posisinya sehingga kabel warna merah berada di phase S dan warna hitam berada di phase R. Dengan perubahan atau penukaran posisi tersebut maka arah putaran motor blower akan berputar berlawanan arah dari arah putaran sebelumnya. Tabel 2. Hasil uji arah putaran motor blower pada Fume Hood No
Ruangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
101 102 102 102 103 103 103 106 106 106 109 109
No. Fume Hood FH 5A FH 1A FH 1B FH 1C FH 2A FH 2B FH 2C FH 3A FH 3B FH 3C FH 4A FH 4B
Arah Aliran Udara keluar masuk masuk masuk masuk masuk masuk keluar masuk masuk masuk keluar
KESIMPULAN Dari kegiatan rancang bangun sistem interlock untuk pengoperasian Fume Hood diperoleh hasil berupa; hasil rancangan dalam bentuk wiring diagram dan instalasi photohelic yang terintegrasi dalam panel kontrol pengoperasian Fume Hood sehingga terbentuk sistem interlock yang bekerja berdasarkan tekanan udara yang dihasilkan oleh sistem ventilasi (VAC). Arah putaran motor blower sangat berperan terhadap keberhasilan sistem interlock dalam hal penanganan kontaminasi silang karena arah putaran yang terbalik akan menimbulkan tekanan positif pada ruangan Fume Hood sehingga akan berpotensi terjadinya kontaminasi silang. Dalam uji fungsi
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 49
SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
ditemukan 3 unit Fume Hood yang arah putaran motor blowernya terbalik. Namun dengan perubahan posisi pengkabelan motor blower maka arah putaran motor kembali normal. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kepala Sub Keteknikan, Kepala Bidang Pengelolaan Fasilitas Proses Radioisotop (BPFPR) yang telah memberikan tugas dalam bentuk kegiatan serta dukungan fasilitas dan peralatan, teman-teman di Sub Keteknikan yang telah membantu pelaksanaan kegiatan serta pihak lain yang terlibat yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena telah membantu dalam kelancaran kegiatan serta dalam penyusunan karya tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. Evan Mills and Dale Sartor, “Energy use and savings potential for laboratory Fume Hoods”, Energy 30 (2005) 1859–1864 2. ANONIM, “Lemari Asam”, http://www.mesin-industri.com/alatlaboratorium/lemari-asam, diunduh tanggal 3 september 2014. 3. ANONIM, “Introduction to Fume Hoods, Laminar Flow Cabinets, Biological Safety Cabinets & How to Work Safely”, Product Introduction Manual, ESCO Co. 4. Lars E. Ekberg and Jan Melin, “Required Response Time for Variable Air Volume Fume Hood Controllers, The Annals of Occupational Hygiene Volume 44 (2000)Mulyono, “SOP Pengoperasian Fume Hood”, SOP No. 029.03.42/KN 08 06/TRR.4.3, PTRR BATAN, 2014 5. ASHRAE Standard (1995) Method of Testing Performance of Laboratory Fume Hoods, ANSI/ASHRAE 110±1995. American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers, Inc, Atlanta, GA. 6. Ahmed, O and Bradley, S. A. (1995) An Approach to Determining the Required Response Time for a VAV Fume Hood Control System, Laboratory HVAC. American Society of Heating Refrigerating and Air-Conditioning Engineers, Inc., Atlanta, GA.
7. Mulyono, “SOP Pengoperasian Fume Hood”, SOP No. 029.03.42/KN 08 06/TRR.4.3, PTRR BATAN, 2014 8. Taxwim, dkk., “Simulasi Dan Monitoring Sistem Interlock Mesin Berkas Elektron PTAPB BATAN Dengan Perangkat Suara”, Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan – BATAN, Yogyakarta, 10 Juli 2007 9. Riswan Djambiar, Inzar Anas, “Pengembangan Sistem Kontrol Interlock Untuk Suplay Aliran Listrik Pada Pompa Hidran Kebakaran Di PTRKN Serpong”, Prosiding Seminar Penelitian Dan Pengelolaan Perangkat Nuklir, Pusat Teknologi Akselerator Dan Proses Bahan, Yogyakarta, 28 Agustus 2008 10. Sofyan Sori, dkk, “Optimasi Kinerja Sarana Penunjang Proses Laboratorium Radioisotop Radiofarmaka”, Laporan Teknis Tahun Anggaran 2014 Pusat Teknologi Radioisotop dan Radiofarmaka, 2014 11. ANONIM,”Specification – Installation and Operating Instructions”, Series A3000 Photohelic Differential Pressure Switch/Gage, Bulletin B-33-A, Dwyer Instruments, INC 12. Saud Maruli Tua, dkk, “Perancangan Penambahan Sistem Pengaman Interlock Pada Pengontrol Operasi Sistem VAC Laboratorium IRM”, Prosiding Seminar Pengelolaan Perangkat Nuklir Tahun 2013, PTBN-BATAN, Serpong 25 September 2013
TANYA JAWAB Pertanyaan 1. Berapakah dimensi fume hood nya? 2. Standar radioaktif fume hood adalah laju alir dalam (CFM), berapa nilai yang dipersyaratkan untuk fume hood? 3. Apakah tekanan 7,2 sampai dengan 8,4 inHg sudah sesuai dengan yang dipersyaratkan?
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 50
SEMINAR NASIONAL XI SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 15 SEPTEMBER 2015 ISSN 1978-0176 _______________________ ________________________________________________ _____________________________________________
Jawaban 1. Fume hood berdimensi 180x100 cm 2. Laju alir dalam untuk standar putaran blower, sedangkan pada photohelic adalah inch of water untuk mengetahui tekanan yang dihasilkan oleh sistem exhaust. 3. Angka 7,2 sampai 8,4 inHg adalah tekanan negatif, karena ada pemilihan saluran pada photohelic. Pada saat dipilih saluran yang negatif maka angka tersebut terbaca negatif. Photohelic digunakan sebagai indikator filter pada exthaust. Jika lebih positif dari 2 inHg maka filter pada sistem exthaust dinyatakan mampet.
_______________________ ________________________________________________ _____________________ 51