SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
RANCANG BANGUN PENAMPIL CACAH UNTUK PENENTUAN PLATO DETEKTOR GEIGER MULLER BARBASIS PERSONAL COMPUTER TOTO TRIKASJONO, SARI NILA KRISNA, SURAKHMAN Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN JL Babarsari Kotak Pos 1008 Yogyakarta Indonesia, 55010 E-mail :
[email protected] Abstrak RANCANG BANGUN PENAMPIL CACAH UNTUK PENENTUAN PLATO DETEKTOR GEIGER MULLER BERBASIS PERSONAL COMPUTER. Telah dibuat satu simulasi penampil cacah untuk penentuan plato detektor Geiger Muller berbasis Personal Computer (PC). Untuk mengolah serta menampilkan data cacah dengan satuan cacah per sekon (cps). Sistem ini dirancang dengan menggabungkan antara mikrokontroler sebagai pencacah dan personal komputer dengan Delphi 7.0 sebagai penampil cacah dan untuk memudahkan dalam membaca. Perangkat keras dirancang menggunakan sistem minimum AT89S52 dan pembuatan program pada mikrokontroler menggunakan Bascom-8051. Program yang dibuat kemudian diintegrasikan ke mikrokontroler menggunakan downloader ISP program. Pencacah dalam sistem ini telah diuji coba serta dibandingkan dengan frekuensi counter digital merk LDC-831 milik laboratorium elektronika Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN. Sistem yang dibuat memiliki penyimpangan rata-rata sebesar 6,17% serta memiliki koefisien korelasi r = 0,999, dapat diartikan sistem ini layak digunakan. Kata kunci : Rancang Bangun, Simulasi, mikrokontroler, Bascom, Delphi 7.0.
Abstract DESIGN AND CONSTRUCT COUNTING DISPLAY TO DEFINE PLATO OF GEIGER MULLER DETECTOR BASED ON PERSONAL COMPUTER (PC). A simulation counting display to define plato of Geiger Muller detector based on Personal Computer (PC) has ben created. This system is used to make and to show the count record and convertion in count per secon (cps). This system has been constructed with combine between microcontroller as the counter and personal computer with Deplhi 7.0 as viewer in digital to read easily. It was used AT89S52 in designing the hardware and to put the sofeware into the system using Bascom-8051 and downloader ISP programme. The counter in this system has been tried and compared with digital frequency counter LDC-831. The owner of LDC-831 is electronic laboratory of BATAN Polytechnic Institute of Nuclear Technology. The system that created has 6,17% of false and the coefficient of correlation r = 0,999, so this system means fit for use. Keywords : design and construct, simulation, mikrokontroller, Bascom,Delphi 7.0
PENDAHULUAN Teknologi Nuklir sekarang ini semakin berkembang seiring dengan meningkatnya pemanfaatan teknologi nuklir dalam berbagai bidang. Hal ini juga didukung dengan semakin berkembangnya teknologi, salah satunya adalah teknologi mikrokontroler. Mikrokontroler Toto Trikasjono, dkk.
191
merupakan teknologi semikonduktor dengan kandungan transistor yang lebih banyak namun hanya membutuhkan ruang yang lebh kecil serta dapat diproduksi secara massal, sehingga membuat harga mikrokontroler lebih murah dibandingkan dengan PC (Personal Computer). Perangkat keras mikrokontroler dalam satu keping IC membuat mikrokontroler bersifat Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
flexible, portable dan programmable. Dengan bebagai keunggulannya, maka mikrokontroler tersebut dapat diaplikasikan untuk merancang suatu sistem pencacah nuklir. Sistem pencacah nuklir merupakan peralatan pengukur radiasi yang sangat mutlak diperlukan pada suatu fasilitas nuklir, yaitu suatu alat yang dipakai untuk mengukur intensitas radiasi beta dan gamma. Rancangan ini bertujuan untuk menyediakan suatu perangkat aplikasi penampil cacah berbasis PC untuk penentuan plato detektor Geiger Muller agar memberikan kemudahan dalam penggunaan dan pembacaannya. Dari rancang bangun ini penulis berharap dapat memberikan kemudahan pengendalian pencacah dan meningkatkan kecepatan dan ketepatan dalam pengambilan data. DASAR TEORI Detektor Geiger Muller Detektor Geiger Muller (GM) adalah salah satu dari detektor radiasi yang ada, diperkenalkan oleh Geiger Muller. Detektor GM merupakan salah satu detektor isian gas. Detektor isian gas bekerja berdasarkan ionisasi oleh radiasi yang masuk terhadap molekul gas yang berada dalam detektor. Karakteristik detektor dipengaruhi oleh besarnya tegangan yang diterapkan pada detektor untuk membantu proses ionisasi dan mengumpulkan muatan. Jenis detektor isian gas dibedakan bedasarkan daerah operasi tegangan. Detektor GM terisi dua elektroda dan gas pada tekanan rendah. Elekroda sebelah luar, biasanya berbentuk silinder sebagai katoda, elektroda sebelah dalam (positif) adalah kawat tipis sebagai anoda yang
terletak pada pusat silinder. Apabila ke dalam tabung detektor masuk zarah radiasi pengion maka radiasi tersebut akan mengionisasi gas isian, sehingga menimbulkan pasangan elektron- ion primer.Jika pada anoda dan katoda diberi beda tegangan maka akan timbul medan listrik diantara kedua elektroda tersebut sehingga menambah tenaga kinetik pasangan elektron-ion. Elektron akan bergerak menuju anoda sedang ion positif bergerak menuju katoda. Dalam perjalanan menuju anoda, elektron mendapat tambahan energi kinetik, maka elektron mampu mengionisasi atom sekitarnya sehingga terjadi ionisasi sekunder menghasilkan pasangan elektron-ion sekunder. Pasangan elektron ion-sekunder ini masih mempunyai energi yang besar mampu menghasilkan pasangan elektron ion-tersier dan seterusnya. Peristiwa ini disebut ionisasi berantai (avalanche) (Anda, 1993). Plato dan Slope Detektor Geiger Muller Plato detektor adalah tegangan operasi dari detektor GM. Pada daerah plato kenaikan tegangan detektor hampir tidak mempengaruhi jumlah cacah yang dihasilkan. Di atas daerah plato kenaikan cacah akan melonjak walaupun perubahan tegangan kecil. Dengan demikian pada daerah plato akan diperoleh tegangan kerja detektor yang optimum. Slope adalah derajat kemiringan dari panjang garis plato yang dinyatakan dalam satuan % per 100 volt. Panjang detektor GM diatas 150 volt dan slope ≤ 10%/ 100 volt dalam kategori baik. Kurva plato detektor GM dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Kurva plato detektor Geiger Muller
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
192
Toto Trikasjono, dkk.
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Keterangan gambar : Vs : tegangan awal (starting voltage) V1 : tagangan ambang (treshold voltage) V2 : tagangan batas, dimana mulai lucutan tak terkendali (breakdown) V1-V2 : daerah plato detektor
Slope dapat dihitung dengan persamaan berikut : SLOPE =
N 2 N1 100% V2 V1 N1
Dimana, Slope : Kemiringan plato (% per volt atau % per 100 volt) N1 : Jumlah cacah per satuan waktu pada tegangan V1 (cpm/cps) N2 : Jumlah cacah per satuan waktu pada tegangan V2 (cpm/cps) V1 : Tegangan 1 (volt) V2 : Tagangan 2 (volt) Nilai kemiringan yang maih dianggap baik adalah lebih kecil daripada 0.1% per volt (Christina,2007).
Sistem Pencacah Detektor Geiger Muller Diagram blok peralatan sistem pencacah detektor Geiger Muller ditunjukan pada Gambar 2.
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Gambar. 2 Blok Diagram peralatan sistem pencacah Geiger Muller Detektor GM berfungsi sebagai pengubah radiasi menjadi pulsa listrik dan dioperasikan pada titik kerja yang tepat sehingga cacah tidak terpengaruh oleh fluktuasi tegangan catu. Inverter berfungsi untuk membalik pulsa negatif yang dihasilkan oleh detektor GM menjadi pulsa positif. Diskriminator dan pembentuk pulsa digunakan untuk memisahkan pulsa detektor dari noise dan membentuk pulsa tersebut menjadi pulsa digital. Pencacah dan tampilan digunakan untuk mencacah sinyal digital dari bentuk pulsa dan menampilkan hasil cacahannya. Timer digunakan untuk menentukan lamanya waktu cacah dari pencacah. Catu daya High Voltage (HV) berfungsi untuk mengubah tegangan rendah dari catu daya Low Voltage (LV) menjadi High Voltage (HV) dengan daya yang cukup untuk mencatu detektor (Praptono, 1993).
Mikrokontroler Mikrokontroler bila diartikan secara harfiah, berarti pengendali yang berukuran mikro. Dalam penggunaannya mikrokontroler biasanya ditanamkan pada alat yang akan dikontrol. Sekilas mikrokontroler sama dengan mikroprosesor dalam sebuah komputer. Tetapi Toto Trikasjono, dkk.
193
mikrokontroler mempunyai banyak komponen terintegrasi didalamnya seperti timer/counter sedangkan dalam mikroprosesor komponen tersebut tidak terintegrasi. Mikrokontroler merupakan suatu chip mokroprosesor dengan dilengkapi sebuah CPU, Memori (RAM dan ROM) serta Input - Output. Mikrokontroler merupakan suatu terobosan teknologi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
mikroprosesor dan mikrokomputer yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar (market need). Dengan kata lain Mikrokontroler dapat disebut sebagai suatu mikrokomputer yang dapat bekerja hanya menggunakan satu chip serta dibantu dengan sedikit komponen luar, sehingga sering juga disebut Single Chip Mikrokomputer (SCM). Mikrokontroler AT89S52 memiliki beberapa keistimewaan, yaitu (www.atmel.com : datasheet AT89s52)) : 1. Kompatibel dengan produk mikrokontroler MCS-51 2. 8K bytes of In-System Programmable Flash Memory 3. Mampu dilakukan 1000 kali proses hapus/tulis 4. Beroperasi pada frekuensi 0 sapai 33 MHz 5. Memiliki tiga level program pengunci 6. Kapasitas Random Accses Memori RAM Internal 256 x 8-bit
7. Memiliki 4 port (32 baris) sebagai input/output 8. 3 buah timer/counter 16 bit 9. Memiliki 8 sumber interrupt 10. Saluran UART serial Full Duplex 11. Tegangan operasi 4,0 sampai 5,5 volt 12. Mode low-power idle dan Power-down 13. Watchdog timer Port Serial Standar sinyal komunikasi serial yang banyak digunakan adalah RS232. Standar RS232 inilah yang biasa digunakan pada port serial IBM PC kompatibel. Untuk keperluan ini digunakan IC sebagai communication interface, contoh IC untuk keperluan ini adalah MAX232 atau yang sejenis. Konektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah konektor DB-9 pin. (Amareko, 2007). Gambar konektor port serial DB-9 dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Konektor port serial DB-9
RANCANG BANGUN SISTEM Peancangan Perangkat Keras Blok diagram dari perancangan perangkat keras penempil cacah untuk penentuan plato detektor Geiger muller ditunjukkan pada Gambar 4. Prinsip kerja dari blok diagram penempil cacah untuk penentuan plato detector GM adalah sebagai berikut, detektor Geiger Muller (GM) akan menghasilkan pulsa analog radiasi akibat radiasi pengion yang masuk ke dalam detektor. Pulsa ini kemudian masuk ke rangkaian pembentuk pulsa untuk dikeluarkan dan dibentuk menjadi pulsa kotak. Selanjutnya pulsa kotak dari rangkaian pembentuk pulsa Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
194
masuk ke mikrokontroler AT89S52. Antara mikrokontroler dan komputer (PC) terdapat antarmuka port serial RS-232 yang akan mengkonversi sinyal TTL dari mikrokontroler menjadi sinyal standar RS-232. Untuk antarmuka ini digunakan IC MAX232 dengan konektor DB-9. Mikrokontroler AT89S52 dihubungkan ke konektor DB-9 male pada komputer melalui antarmuka MAX232. Untuk melakukan komunikasi antarmuka mikrokontroler dengan komputer, terlebih dahulu dilakukan inisialisasi port serial , seperti menentukan kecepatan transfer data (baud rate) dan port serial yang digunakan (COM1, COM2, dst),hal ini dilakukan melalui program. Setelah terjadi koneksi, untuk melakukan masukan (input) dari komputer ke mikrokontroler Toto Trikasjono, dkk.
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
digunakan keyboard pada komputer.Rangkaian pencacah (mikrokontroler) ditunjukkan pada
Gambar 5.
Gambar. 4 Diagram penampil cacah untuk penentuan plato detektor GM
4. Uji stabilitas alat menggunakan Function Generator.
Perancangan Perangkat Lunak Program software yang digunakan sebagai tampilan pada personal komputer adalah Delphi 7.0 yang merupakan bahasa pemrograman yang dapat dipakai untuk merancang program aplikasi yang paling sederhana sampai yang paling komplek (Sugiri, 2006). Gambar diagram alir program Pencacah pada mkrokontroler dan computer ditunjukan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Pengujian Sistem Untuk dapat menggunakan penampil cacah unuk penentuan plato detector Geiger Muller, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Mempersiapkan sistem secara hardware 2. Mempersiapkan sistem secara software menggunakan program Delphi 7.0 atau Hyperterminal. 3. Uji linieritas alat menggunakan Function Generator.
Toto Trikasjono, dkk.
195
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Pengujian ini dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan dari sistem dan untuk mengetahui apakah unjuk kerja sistem sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, pengujian dilakukan dengan Function Generator model GF6 – 80156. Pengujian ini meliputi linieritas pencacahan dan kestabilannya. Pencacahan dirancang sebesar 16 bit atau dengan kata lain batas maksimum dari pencacah sebesar 65535, sehingga jangkauan data yang dapat terbaca maksimum 65535. Selain itu dalam pemakaiannya tidak perlu mengubah batas ukur seperti layaknya sistem analog. Berikut ini merupakan hasil pengujian alat yang meliputi linieritas pencacahan dan kestabilannya.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Gambar 5: Rangkaian Pencacah (mikrokontroler)
Gambar 6 Diagram alir program pada mikrokontroler
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
196
Toto Trikasjono, dkk.
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Toto Trikasjono, dkk.
197
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Gambar 7 Diagram alir program pada computer
Pengujian Linieritas Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi
b
Pengujian dilakukan dengan memberikan input pulsa TTL dari function generator dengan melakukan variasi frekuensi antara 10 Hz– 1 kHz kemudian dilakukan pencacahan dalam jangka waktu 60 detik. Hasil cacah akan dibandingkan dengan teori dan dimasukkan ke dalam Tabel 2. Hasil dari pengujiaan dapat dilihat pada Tabel 2. Pengujian Linieritas Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi Dengan menggunakan persamaan garis untuk garis lurus, y = a + bx (1)
r
xy n.x.y x n.x 2
2
a y b. x
(2)
(3)
Untuk x adalah cacah Alat dan y cacah secara teori, maka diperoleh persamaan garis regresi y = 0.935x +31.66 dan dengan menggunakan persamaan 4. Sehingga diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0.999. Dari Tabel 2 dan persamaan yang telah diperoleh maka dapat dibuat garis linier seperti pada Gambar 8.
n xy x y n x 2 x . n y 2 y
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
2
198
2
(4)
Toto Trikasjono, dkk.
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Tabel 2 Pengujian linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi Function
Cacah
Data Cacah Unjuk Kerja Alat
Generator (Hz)
Teori
1
2
3
4
5
1
10
600
560
560
562
562
2
20
1200
1116
1118
1114
3
40
2400
2268
2268
4
60
3600
3372
5
80
4800
6
100
7
No
Rata - Rata
ERROR
560
560,8
6,53%
1116
1118
1116,4
6,96%
2272
2272
2268
2269,6
5,43%
3336
3400
3398
3398
3380,8
6,08%
4476
4458
4460
4460
4550
4480,8
6,65%
6000
5640
5668
5666
5660
5668
5660,4
5,66%
200
12000
11462
11508
11506
11506
11502
11496,8
4,19%
8
300
18000
16910
16918
16920
16916
16912
16915,2
6,02%
9
400
24000
22398
22450
22446
22450
22432
22435,2
6,52%
10
500
30000
27934
27936
27932
27928
27932
27932,4
6,88%
11
600
36000
33660
33662
33670
33670
33668
33666,0
6,48%
12
700
42000
39342
39344
39340
39344
39342
39342,4
6,32%
13
800
48000
45244
45244
45246
45242
45242
45243,6
5,74%
14
900
54000
50162
50158
50160
50160
50158
50159,6
7,11%
15 1000 60000 56338 Rata-rata penyimpangan (error) relatif
56334
56332
56332
56330
56333,2
6,11% 6,17%
Tabel 2 juga menunjukkan perbedaan antara pencacahan oleh alat dengan perhitungan cacah secara teori. Penyimpangan alat yang dibuat dalam tugas akhir ini terhadap perhitungan secara teori dapat dirumuskan seperti dibawah ini.
Nt Na x x100% Nt
(5)
x = Penyimpangan relatif (error) Nt = Cacah teori Na = Cacah alat Untuk Data pertama diperoleh penyimpangan (error) relatif x sebagai berikut
Toto Trikasjono, dkk.
199
600 560,8 x x100% 6,53% 600 Data penyimpangan (error) relatif untuk pengujian linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi dapat dilihat pada Tabel 2. Dari uji linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi diperoleh harga koefisien korelasi r = 0,999 dan rata-rata penyimpangan (error) relatif sebesar 6,17 %, yang berarti bahwa alat tersebut mempunyai linieritas yang baik terhadap perubahan frekuensi, namun hasil cacahan unjuk kerja alat sedikit menyimpang dari nilai cacahan secara teori.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Gambar 8. Linieritas pencacah terhadap perubahan frekuensi
Pengujian Linieritas Pencacah Terhadap Perubahan Pewaktu Pengujian dilakukan dengan memberikan input 1 kHz pulsa TTL dari function generator dengan melakukan variasi waktu cacah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah dengan memberikan waktu cacah yang berbeda maka
unjuk kerja alat sesuai dengan yang diharapkan. Hasil pencacahan akan dibandingkan dengan teori dan dimasukkan ke dalam Tabel 3 Hasil dari pengujiaan dapat dilihat pada Tabel 3 dan Gambar 9.
Tabel 3 Data pengujian linieritas pencacah terhadap perubahan pewaktu
No
Waktu
Cacah Teori
Data Unjuk Kerja Alat
(dtk) 1 1 10 10000 9362 2 20 20000 18758 3 30 30000 28148 4 40 40000 37542 5 50 50000 46932 6 60 60000 56324 Rata-rata penyimpangan (error) relatif
2 9364 18758 28148 37542 46934 56324
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
Rata-rata Cacahan
3 9362 18754 28152 37542 46936 56328
200
4 9362 18758 28150 37544 46932 56322
5 9362 18758 25152 37542 46932 56354
9362,4 18757,2 28149,6 37542,4 46933,2 56330,4
ERROR 6,37% 6,21% 6,16% 6,14% 6,13% 6,11% 6,18%
Toto Trikasjono, dkk.
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Gambar 9 Grafik linieritas pencacah terhadap perubahan pewaktu
Dengan menggunakan persamaan garis untuk garis lurus (1), (2), (3), dan (4), maka didapatkan persmaan garis regresi y = 939.3x – 30.21 dan nilai koefisien korelasi r = 0.999. Dari uji linieritas pencacah terhadap perubahan pewaktu diperoleh harga koefisien korelasi r = 1 dan rata-rata penyimpangan (error) relatif sebesar 6,18 %, yang berarti bahwa alat tersebut mempunyai linieritas yang baik terhadap perubahan pewaktu, namun hasil cacahan unjuk kerja alat sedikit menyimpang dari nilai cacahan secara teori.
Pengujian Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi dan Pewaktu Pengujian dilakukan dengan memberikan input pulsa TTL dari function generator dengan melakukan variasi frekuensi dan variasi waktu cacah. Hasil cacah akan dibandingkan dengan teori dan dimasukkan ke dalam Tabel 4.3. Hasil dari pengujiaan dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 10.
Tabel 4 Data Pengujian Pencacah Terhadap Perubahan Frekuensi dan Pewaktu
Waktu Cacah
Function
Generato 1 NO r (Hz) 1 10 100 958 2 20 200 3820 3 30 300 8432 4 40 400 14998 5 50 500 23474 6 60 600 33660 7 70 700 45638 8 80 800 59400 Rata-rata penyimpangan (error) relatif (dtk)
Ratarata
Data Unjuk Kerja Alat 2
3
4
5
952 3820 8428 15000 23456 33662 45700 59396
956 3818 8426 15116 23458 33670 45702 59402
958 3822 8424 14998 23446 33670 45696 59452
956 3822 8426 15112 23444 33668 45704 594256
Dari Tabel 4 dan Gambar 10 dapat disimpulkan bahwa unjuk kerja alat mendekati nilai yang diharapkan sesuai dengan teori,
Toto Trikasjono, dkk.
201
956 3820,4 8427,2 15044,8 23455.6 33666 45701,2 59421,2
ERROR 4,4% 4,49% 6,36% 5,97% 6,17% 6,48% 6,73% 7,15% 5,96%
namun mempunyai nilai rata-rata penyimpangan (error) relatif sebesar 5,96 %.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Gambar 10 Grafik pengujian pencacah terhadap perubahan frekuensi dan pewaktu
Pengujian Kestabilan Pencacah Seperti pengujian lineritas pencacah, pada pengujian kestabilan pencacah ini dilakukan dengan memberikan input TTL yang berasal dari Function Generator sebesar
100 Hz selama 10 detik. Hasil cacahan secara teori adalah 100 X 10 = 1000. Data pengujian kestabilan pencacahan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengujian kestabilan pencacahan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
X 953 952 952 954 952 954 954 954 954 956 956 954 954 956 956 954 953 954 956 956 Xrat =954,2
( X - Xrat) -1,2 -2,2 -2,2 -0,2 -2,2 -0,2 -0,2 -0,2 -0,2 1,8 1,8 -0,2 -0.2 1,8 1,8 -0,2 -1,2 -0,2 1,8 1,8 ∑ =0
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
| X - Xrat | 1,2 2,2 2,2 0,2 2,2 0,2 0,2 0,2 0,2 1,8 1,8 0,2 0.2 1,8 1,8 0,2 1,2 0,2 1,8 1,8 ∑ =21,6 202
( X - Xrat )2 1,44 4,84 4,84 0,04 4,84 0,04 0,04 0,04 0,04 3,24 3,24 0,04 0,04 3,24 3,24 0,04 1,44 0,04 3,24 3,24 ∑ =37,12
ERROR 4,7% 4,8% 4,8% 4,6% 4,8% 4,6% 4,6% 4,6% 4,6% 4,4% 4,4% 4,6% 4,6% 4,4% 4,4% 4,6% 4,7% 4,6% 4,4% 4,4% Erat = 4,58% Toto Trikasjono, dkk.
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Tabel 5 Data Pengujian Kestabilan PencacahanUntuk menganalisa pengujian kestabilan unjuk kerja alat maka digunakan persamaan statistika berikut: D= σ=
1 | X - Xrat | n
| X - Xrat | n 1
(6) ( 7)
D : deviasi rata-rata σ : standart deviasi Dengan memasukkan data pada Tabel 5 pada persamaan (6) dan (7) maka didapatkan nilai sebagai berikut:
21,6 = 1,08 20 37,12 Standart deviasi (σ) = = 1,39 19 Deviasi rata-rata (D) =
penampil cacah agar memberikan kemudahan dalam penggunaan dan pembacaannya dengan berbasis Personal Computer (PC) dan telah diuji coba dengan simulasi di laboratorium. 2. Untuk mensingkronkan antara perangkat lunak (software) pada PC dengan perangkat keras (hardware) pencacah dibangun interfacing dari mikrokontroler AT89S52 dengan alamat register serial port sebagai jalur penghubungnya. Prosentase penyimpangan alat terhadap hasil teori mempunyai rata-rata penyimpangan (error) relatif dibawah 6,5 %. 3. Hasil pengujian linearitas alat, diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0.999 terhadap perubahan frekuensi, sehingga linearitas pencacahan alat yang dibuat cukup baik. Saran
Dengan standart deviasi sebesar σ = 1,39, deviasi rata-rata (average deviation) D = 1,08 dan rata-rata penyimpangan (error) relatif sebesar 4,58 %, dapat disimpulkan bahwa kestabilan pencacahan dari unjuk kerja alat dapat dikatakan baik karena ketepatan antara pembacaan-pembacaan pada pengukuran yang sama, hal ini ditunjukkan dari deviasi rata-rata yang rendah. Namun hasil pencacahan seperti halnya pada percobaan pengujian linieritas didapatkan penyimpangan dari hasil cacahan secara teori sebesar nilai rata-rata penyimpangan (error) relatif yaitu 4,58 %. Secara keseluruhan unjuk kerja alat sudah bekerja sesuai dengan yang diharapkan hal ini ditunjukan dari nilai koefisien korelasi r = 0,999. Penyimpangan (error) relatif disebabkan kesalahan sistematis pada instrumen itu sendiri, untuk itu perlu pengembangan lebih lanjut baik dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari sistem pencacah yang dibuat.
1. Perlu pengembangan lebih lanjut baik dari perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software) dari sistem pencacah yang dibuat sehingga penyimpangan (error) yang didapat relatif kecil. 2. 2. Ide untuk perancangan sistem pencacah berbasis mikrokontroler dengan dua input dan dapat berkomunikasi melalui serial port cukup menarik, untuk itu dapat diadakan penelitian selanjutnya agar sistem ini dapat direalisasikan. DAFTAR PUSTAKA 1.
ANDA, 1993, Pembuatan Detektor GM Pencacah Zarah Beta, Tugas Akhir PATNBATAN, Yogyakarta.
2.
PRAPTONO, EKO, 1993, Pembuatan Antarmuka IBM PC untuk Pengendalian Motor Stepper dan Aquisisi Data, Tugas Akhir PATN–BATAN, Yogyakarta.
3.
CHRISTINA, MARIA, 2007, Petunjuk Praktikum Pencacah Geiger Muller, Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Yogyakarta.
4.
CASAM, 2005, Pengembangan Sistem Pencacah Beta untuk Radioaktivitas Udara Menggunakan Mikrokontroler AT89C52, Tugas Akhir STTN-BATAN, Yogyakarta.
5.
PUTRA, AFGIANTO EKO, 2003, Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/53 Teori dan
KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan 1. Telah dibuat sistem penampil cacah untuk penentuan plato detektor Geiger Muller dengan menggunakan mikrokontroler AT89S52 yang bertujuan untuk menyediakan suatu perangkat aplikasi Toto Trikasjono, dkk.
203
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN
SEMINAR NASIONAL V SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 2009 ISSN 1978-0176
Aplikasi, Edisi 2, Yogyakarta : Penerbit Gava Media. 6.
HTTP://WWW.ATMEL.COM AT89S52, 7 Maret 2008.
:
7.
SANTOSO, W.B, 2003, Pemrograman Mikrokontroler dengan Bascom-8051, P2PNBATAN, Jakarta.
8.
AMEREKO, A. L, 2006, Uji Konverter Antarmuka USB-Port Serial PL-2303 Menggunakan Mikrokontroler AT89S52, Kerja Praktek STTN-BATAN, Yogyakarta.
9.
SUGIRI, 2006, Pemrograman Sistem Pengendali Dengan Delphi, Yogyakarta : Penerbit Andi.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir-BATAN
datasheet
204
Toto Trikasjono, dkk.