Rambut Rontok Akibat Lingkungan dan Kosmetik (Environment and Cosmetic Induced Hair Loss) Menul Ayu Umborowati, Rahmadewi Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya ABSTRAK Latar Belakang: Rambut rontok (hair loss) merupakan kelainan yang menyebabkan gangguan fungsi protektif dan kosmetik rambut. Paparan lingkungan seperti sinar matahari, trauma, air dan juga kosmetik rambut yang semakin banyak digunakan saat ini merupakan salah satu penyebab rambut rontok. Tujuan: Untuk mengetahui dan memahami mekanisme rambut rontok yang diakibatkan oleh lingkungan dan kosmetik serta cara penanganannya. Telaah Kepustakaan: Rambut rontok akibat paparan lingkungan dan kosmetik terjadi dengan mekanisme kerusakan batang rambut, kerontokan baik pada fase telogen (telogen efluvium) maupun fase anagen (anagen efluvium), serta kebotakan (alopesia sikatrikalis). Diagnosis dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan beberapa pemeriksaan khusus. Penanganannya sesuai dengan mekanisme rambut rontok yang terjadi. Kesimpulan: Pencegahan untuk menghindari paparan lingkungan dan kosmetik berlebihan yang dapat menyebabkan kerusakan dan kerontokan rambut adalah hal terpenting dalam penanganan rambut rontok akibat lingkungan dan kosmetik. Kata kunci: rambut rontok, lingkungan, kosmetik rambut ABSTRACT Background: Hair loss is a disorder that can disturb hair's protective and cosmetic function. Environtmental exposure such as sun, trauma, water, and also cosmetic that commonly use recently are one of causative agent of hair loss. Purpose: To explain the mechanism and management of environment and cosmetic induced hair loss. Review: Mechanisms of environment and cosmetic induced hair loss are hair shaft defect, efluvium (telogen and anagen efluvium), and alopecia especially cicatrical alopecia. Diagnosis established by history taking, physical examination and some special examinations. Management is according to the mechanism. Conclusion: Avoiding exposures that can cause hair loss is the main stay in environment and cosmetic induced hair loss management. Key words: hair loss, environment, hair cosmetic Alamat korespondensi: Manul Aju, Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo, Jl. Mayjen Prof. Dr. Moestopo No. 6–8 Surabaya 60131, Indonesia. Telepon: (031) 5501609, e-mail:
[email protected]
PENDAHULUAN Rambut rontok (hair loss) terjadi pada banyak orang, sehingga dapat mengurangi fungsi kosmetik serta perlindungannya terhadap tubuh dan kepala dari lingkungan. Ini tidak mengancam nyawa, tapi memengaruhi kepercayaan diri bahkan dapat menjadi stressor psikologis.1,2 Di United States kejadian rambut rontok menimpa 50 juta orang dan 20 juta di antaranya adalah wanita.3 Penyebabnya beraneka ragam, digolongkan menjadi endogen yaitu akibat penyakit sistemik, hormonal, status gizi, intoksikasi, maupun kelainan genetik; dan eksogen yaitu berupa stimulus dari lingkungan,
maupun kosmetik rambut. Saat ini semakin banyak kosmetik rambut digunakan. Rambut rontok akibat kosmetik dan penataan rambut banyak dijumpai pada wanita Afrika-Amerika.3 Penggunaan bahan pelurus rambut menyebabkan kerontokan/kerusakan rambut pada 95% penggunanya di Amerika dan 53% di Nigeria.4 Stimulus lingkungan dan juga kosmetik rambut sering tidak disadari dampakya terhadap kesehatan rambut.5 Stimulus dari lingkungan berupa paparan panas, sinar matahari, tekanan, radiasi sinar X dan air pada rambut,2 sedangkan kosmetik rambut merujuk pada perawatan dan penataan rambut seperti shampo,
Pengarang Utama 2 SKP. Pengarang Pembantu 1 SKP (SK PB IDI No. 318/PB/A.7/06/1990)
35
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
pengeriting, pelurus, pewarna, pemudar warna, serta model tatanan rambut.3 Rambut rontok akibat kedua hal ini dapat terjadi melalui mekanisme patahnya batang rambut, kerontokan, dan kebotakan.2 Untuk dapat memahami dan menangani dengan tepat rambut rontok akibat faktor lingkungan dan kosmetik, akan dibahas mengenai mekanisme stimulus lingkungan dan kosmetik rambut dalam menyebabkan rambut rontok. Sebelumnya akan sedikit dibahas mengenai biologi rambut yang penting untuk memahami patogenesis dan mekanisme penanganan rambut rontok akibat paparan lingkungan dan kosmetik.5 TELAAH KEPUSTAKAAN Struktur rambut manusia dibagi menjadi 2, yaitu folikel dan batang rambut.6 Folikel rambut merupakan bagian rambut yang berada di dalam epidermis dan berfungsi dalam pembentukan rambut. Folikel rambut dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu bulbus, suprabulbar, ismus dan infundibulum.5,7 Bulbus adalah bagian unit inferior yang dibagi lagi menjadi 5 bagian, yaitu papila dermal yang mengandung banyak melanosit, matriks yang akan berproliferasi, batang rambut, inner root sheath (IRS), dan outer root sheath (ORS).5,7 Suprabulbar adalah bagian dari unit inferior sampai dengan melekatnya musculus arrector pilli atau bulge. Ismus merupakan bagian folikel rambut dari bulge sampai dengan orificium ductus glandula sebacea. Infundibulum terletak antara glandula sebasea sampai dengan orifisium folikel rambut.7 Folikel dan batang rambut memiliki keterkaitan yang kuat. Papila dermal di folikel merupakan awal pertumbuhan rambut, sehingga folikel akan memengaruhi struktur dan bentuk batang rambut.8 Batang rambut merupakan struktur yang sangat stabil dengan diameter 50–100 μm. Penampang batang rambut dari luar ke dalam terdiri dari kutikula, korteks dan medula. Kutikula berupa lapisan keratin yang tersusun seperti genteng dan berfungsi sebagai sawar perlindungan korteks, lapisan terluarnya mengandung lipid seperti squalene, wax ester, trigliserida, asam lemak bebas, kolesterol, ceramide, kolesterol sulfat dan asam 18-metil-eicosanoid (18-MEA) yang berperan dalam kehalusan permukaan rambut. 6 Korteks terdiri dari mikrofibril yang tersusun rapat secara longitudinal, mengandung melanosom, menyusun sebagian besar batang rambut dan menentukan kekuatan serta elastisitasnya.6 Medula terdiri dari 3–4 lapis sel poligonal yang berisi keratohialin, badan 36
Vol. 24 No. 1 April 2012
lemak dan rongga udara tersusun seperti spons, tidak terdapat pada rambut velus.7 Diameter melintang batang rambut menentukan bentuk alaminya, yang bervariasi antar etnis. Diameter sirkular membentuk rambut lurus pada etnis Asia, diameter elips membentuk rambut bergelombang pada etnis Kaukasoid, dan orang Afrika memiliki diameter melintang yang sangat elips seperti pita, sehingga tampak sebagai rambut yang sangat keriting.9 Siklus pertumbuhan rambut adalah perubahan terprogram dari folikel rambut yang terdiri dari anagen, katagen dan telogen. Folikel rambut tidak aktif terus-menerus, melainkan bergantian mengalami telogen.6 Fase anagen (pertumbuhan) adalah saat terjadinya sintesis batang rambut dan pigmentasi, lamanya menentukan panjang rambut. Pada rambut kepala berlangsung selama 2–8 tahun.10,11 Katagen atau fase peralihan/regresi yang ditandai dengan menurunnya produksi melanin di bulbus terjadi selama 2–3 minggu.6,10 Pada fase telogen (istirahat) rambut gada akan terdorong keluar, yang tampak sebagai batang rambut yang terdepigmentasi pada bagian proksimal.6,7 Rambut rontok (hair loss) adalah suatu kelainan di mana jumlah rambut lebih sedikit atau terlepas lebih banyak dari normal, dengan atau tanpa penipisan yang tampak. Normalnya rambut kepala terlepas sebanyak 80–120 helai/hari.15 Jumlah folikel rambut kepala normalnya sekitar 100.000, dan disebut sebagai kelainan jika jumlahnya mencapai 50% yang berarti sekitar 50.000 helai.16 Rambut rontok dapat terjadi melalui mekanisme kerontokan/efluvium (telogen efluvium, anagen efluvium), patahnya batang rambut yang rusak, serta kebotakan/alopesia (sikatrik dan non sikatrik).6 Efluvium hampir selalu terjadi karena adanya gangguan pada siklus pertumbuhan rambut karena sebab apa pun. Kerusakan pada batang rambut dapat menyebabkan rambut patah yang tampak sebagai rambut rontok. Alopesia non sikatrik terjadi karena gangguan siklus pertumbuhan rambut, sementara proses regenerasi folikel yang tidak sempurna dapat memicu alopesia sikatrikalis.15 Menurut Horev, rambut rontok yang diakibatkan oleh faktor lingkungan dan kosmetik rambut adalah melalui mekanisme patahnya batang rambut yang rusak, telogen efluvium, anagen efluvium dan alopesia sikatrikalis. 2 Mekanisme yang paling banyak ditemukan adalah kerusakan pada batang rambut, karena batang rambut adalah bagian yang berinteraksi dengan paparan tersebut secara langsung.2
Telaah Kepustakaan
Rambut Rontok Akibat Lingkungan dan Kosmetik
Kerusakan ini disebut sebagai "weathering", yang artinya adalah degenerasi kutikula yang berlanjut ke korteks secara progresif akibat paparan penyebab yang terus-menerus.17 Secara mikroskopis didapatkan rusaknya lapisan kutikula, patahan transversal/ trichoschisis, trichorrhexis nodosa, dan trichoptilosis atau ujung rambut bercabang.2 Telogen efluvium adalah pelepasan rambut telogen dalam jumlah berlebihan akibat fase anagen yang dipercepat oleh stressor fisik berupa tarikan dan tekanan, sehingga rambut secara prematur memasuki fase telogen.6,12 Anagen efluvium adalah kerontokan rambut akibat hambatan atau penghentian mitosis sel matriks pada folikel rambut fase anagen. Penyebabnya adalah kemoterapi, radiasi sinar X, dan trauma/tekanan.18 Alopesia sikatrikalis adalah rambut rontok secara permanen yang disebabkan oleh hancurnya folikel rambut akibat proses inflamasi, sehingga terbentuk jaringan fibrosis.5 Penyebab eksogen proses tersebut antara lain luka bakar, radiodermatitis, dan paparan bahan pelurus atau pengkeriting rambut.16 Rambut dapat mengalami kerusakan akibat paparan iklim/lingkungan yang terulang setiap harinya. Paparan lingkungan tersebut berupa mekanis seperti trauma, tekanan dan tarikan, atau fisis yang berasal dari air maupun radiasi sinar matahari dan sinar X.19 Avulsi kulit kepala adalah terkelupasnya kulit kepala dari jaringan sekitarnya, yang menyebabkan hilangnya jaringan yang tidak dapat diganti. Folikel rambut berada di dalam dermis, sehingga saat kulit kepala terlepas, folikel rambut di dalamnya ikut terbawa atau rusak sehingga rambut tidak akan tumbuh kembali dan menyebabkan alopesia sikatrikalis.20 Luka bakar derajat 3 pada kulit kepala menyebabkan terbentuknya jaringan fibrosis
dapat menyebabkan alopesia sikatrikalis yang sulit penanganannya.21 Proses inflamasi akibat panas yang juga dapat menyebabkan alopesia sikatrikalis adalah penggunaan sisir catok untuk meluruskan atau mengkeriting rambut.16 Suhu yang dianjurkan adalah 100–170 °C selama kurang dari 10 menit.19 Panasnya sinar matahari menyebabkan mikroinflamasi folikular, menyebabkan efluvium. Jika proses inflamasi terus berjalan maka akan terbentuk fibrosis dan terjadilah alopesia sikatrikalis.22 Telogen efluvium dapat terjadi setelah dermatitis kontak alergi pada kepala.19 Tosti melaporkan, bahwa 4 dari 8 pasien dengan dermatitis kontak alergi pada kepala mengalami kerontokan rambut 2–4 bulan setelahnya, di mana pada sediaan histopatologi biopsi kepala menunjukkan gambaran telogen efluvium. Telogen efluvium setelah dermatitis kontak ini diduga akibat pelepasan sitokin-sitokin selama proses inflamasi seperti IL-1 dan TNF-α yang dapat menyebabkan terminasi prematur dari fase anagen.23 Tekanan menyebabkan inflamasi pada folikel rambut, sehingga mudah tercabut. Contohnya terjadi pada bagian posterior rambut kepala bayi atau orang yang lama berbaring. Keadaan ini sering disebut sebagai pressure alopecia, dan dapat berkembang menjadi alopesia sikatrikalis.19 Radiasi ultra violet, baik UVA maupun UVB, menyebabkan rambut menjadi kasar, kusam, berubah warna.2 Terutama sinar UVB membentuk radikal bebas yang mengakibatkan foto-oksidasi keratin rambut pada ikatan sistin C-S menjadi asam sisteat, menyebabkan kutikula rusak (photodamage). Batang rambut berfungsi sebagai fiberoptic, mengalirkan energi matahari ke folikel, sehingga proses ini dapat pula terjadi di folikel dan mengakibatkan telogen efluvium. Fotoaktivasi
Tabel 1. Pengaruh lingkungan serta mekanisme terjadinya kerontokan rambut.2 Kerusakan batang rambut Lingkungan 1. Trauma kulit kepala: • Avulsi • Luka bakar • Sunburn • Dermatitis kontak 2. Tekanan 3. Sinar matahari 4. Radiasi sinar-X 5. Air
Telogen efluvium
Anagen efluvium
Alopesia sikatrikalis
+ + + + +
+
+ +
+
+
+ 37
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Vol. 24 No. 1 April 2012
porfirin yang dihasilkan oleh Propionibacterium sp. oleh sinar matahari menyebabkan stres oksidatif dan mikroinflamasi folikular.24 Perubahan warna rambut (photobleaching) terjadi akibat melanin di korteks hancur oleh radiasi sinar non-UV. Proses ini diperberat oleh kelembapan serta kosmetik rambut (cat, zat pengkeriting).24 Radiasi sinar X menyebabkan anagen efluvium. Setelah radiasi, keratinosit yang berproliferasi dalam matriks mati dan aktivitas pembentukan rambut menurun. Pada dosis 10Gy, lebar diameter rambut menurun sampai kurang dari 20 μm dan patah. Kerontokan sementara terjadi 2–3 minggu setelah paparan dan kembali membaik 2–3 bulan setelah radioterapi selesai.19 Air di kolam renang yang banyak mengandung klorin dapat menyebabkan kerontokan rambut. Klorin yang digunakan sebagai antibakteri merupakan suatu pengoksidasi yang dapat merusak kutikula sehingga rambut kering dan kusam. 25 Paparan klorin membentuk gelembung protein di rambut yang dapat tertangkap saat menyisir rambut, sehingga menyebabkan pembelahan dan retak pada kutikula.19 Prosedur kosmetik dan penataan rambut yang berhasil akan menyebabkan perubahan pada struktur normal batang rambut dan dapat merusak struktur fisik dan kimianya.26 Mencuci rambut adalah perawatan rambut seharihari. Mencuci rambut dengan shampo terlalu sering secara efisien membersihkan rambut dari minyak alaminya, sehingga rambut menjadi kering dan lebih rentan terhadap gesekan, sehingga mudah rusak.2
Detergen pada shampo menghilangkan lapisan protein kutikula, sehingga rambut menjadi sangat berpori dan mudah oedem saat dibasahi dengan air.26 Rambut yang oedem lebih mudah patah saat ditarik. Batang rambut yang membesar mendadak dan terangkatnya kutikula, karena shampo yang kental dapat mengakibatkan sebagian rambut menjadi kusut permanen seperti sarang burung.27 Menyisir dan menyikat rambut berlebihan merupakan stres mekanis yang paling merusak, terutama jika dilakukan pada rambut basah. Kerusakan diakibatkan oleh kekuatan tarikan sisir dan rambut saling terpilin atau terikat. Rambut basah lebih elastis, sehingga lebih mudah patah bila ditarik.2 Penyisiran berulang-ulang menyebabkan trichorrhexis nodosa dan trichoschisis.28 Tarikan pada beberapa model pengikatan rambut menyebabkan telogen efluvium dan kebotakan.2 Model rambut ekor kuda menyebabkan kebotakan di batas frontal rambut. Laki-laki Sikh di India mengikat rambut ke atas dan menutupnya dengan Surban, sehingga sering terjadi kebotakan di daerah frontal dan parietal.29 Model rambut kepang kecilkecil seperti barisan jagung, menyebabkan kebotakan di bagian tepi dan sentral disertai pelebaran belahan rambut.16 Kebotakan karena tarikan pada pelurusan rambut berawal dari area triangular di depan dan atas telinga, kemudian juga melibatkan garis batas rambut dan area lainnya. Hal ini sering terjadi pada wanita Afrika.30 Penggunaan hair dryer untuk mengeringkan dapat merusak batang rambut. Panas memicu pembentukan celah yang membelah lapisan kutikula, sehingga
Tabel 2. Kosmetik rambut serta mekanisme terjadinya kerontokan.2 Kelainan batang rambut (termasuk rambut patah) Kosmetik dan prosedur perawatan rambut 1. Shampo 2. Menyisir dan menyikat 3. Mengikat dan mengepang 4. Mengeringkan dengan panas 5. Proses kimia • Keriting permanen • Pelurusan • Pemudaran warna • Cat rambut permanen 6. Minoksidil 7. Transplantasi rambut 8. Rhytidectomy (facelift) 38
+ +
Telogen efluvium
Anagen efluvium
Alopecia sikatrikalis
+
– – + –
– – – –
– – + –
+ + + + – – –
– – – – + + +
– – – – – – –
– + – – – – –
Telaah Kepustakaan
permukaannya menjadi kasar dan kusam, penggunaan temperatur yang lebih tinggi dapat mematahkan rambut.2 Pengeritingan dan pelurusan rambut permanen melibatkan perusakan ikatan disulfida yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk rambut.31 Ikatan disulfida rambut dirusak oleh larutan pengkeriting, thioglycolate atau bisulfit. Untuk dapat merusak ikatan disulfida di korteks, larutan harus melewati kutikula, sehingga larutan pengeriting dicampur dengan alkalin reduktif (pH 7 s/d > 10) yang dapat mengangkat lapisan kutikula. Alkalin reduktif yang sering digunakan adalah amonia dan amonium hidroksida,31 sedangkan pelurusan rambut permanen menggunakan natrium hidroksida atau guanidin hidroksida (keduanya memiliki pH 12), yang akan memutus berbagai ikatan sebelum kemudian rambut ditarik menjadi lurus. Pelurusan rambut ini lebih merusak dari keriting karena keterlibatan radikal bebas.26 Setelah prosedur ini ikatan disulfida rambut tidak lengkap sehingga rambut menjadi lebih lemah, permeabilitas rambut, kurang elastis, permukaannya menjadi kasar dan rusak.2 Pengecatan rambut menyebabkan kerusakan batang rambut dan sering menyebabkan dermatitis kontak terhadap cat rambut yang mengandung derivat tar (diamin, aminofenol, fenol).31 Sebelum diwarnai, pigmen rambut di korteks harus dihilangkan dulu (bleaching) dari korteks menggunakan bahan alkalin hidrogen atau persulfat. Baru kemudian diwarnai dengan cat permanen yang mengandung hidrogen peroksida dan amonia (pH 9–10). Untuk dapat mencapai korteks, zat ini harus menembus kutikula, dengan mengoksidasi ikatan disulfida menjadi asam sisteat (-SS- diubah menjadi SO3H), yang membuat kutikula lebih berpori/berlubang-lubang, sehingga lebih rentan terhadap penyisiran, keramas dan pengeringan.2 Setelah 8 minggu, rambut mengalami restorasi sempurna dan kembali ke keadaan sebelum pengecatan.28 Minoksidil adalah obat topikal untuk rambut rontok terutama karena telogen efluvium dan AGA. Mekanisme kerjanya adalah dengan memperpanjang fase anagen. Setelah 2–8 minggu penggunaan, minoksidil dapat menimbulkan telogen efluvium karena adanya immediate telogen release. Dalam hal ini pasien harus dijelaskan untuk tetap meneruskan terapi.32 Transplantasi rambut adalah salah satu metode untuk mengatasi kebotakan yang menetap. Salah satu komplikasi transplantasi rambut adalah kerontokan
Rambut Rontok Akibat Lingkungan dan Kosmetik
rambut sementara pada daerah di sekitarnya. Sering diistilahkan dengan shock loss. Kerontokan terjadi karena kerusakan pada saat prosedur transplantasi itu sendiri. Jika prosedur itu merusak struktur rambut, maka rambut dapat tidak tumbuh kembali.33 Facelift atau rhytidectomi adalah metode operasi kosmetik untuk menghilangkan keriput.34 Salah satu komplikasinya adalah kerontokan rambut di daerah batas rambut temporal yang terjadi pada 8,4% pasien setelah facelift. Rambut biasanya akan tumbuh kembali dalam bebrapa minggu atau bulan. Berdasarkan pemeriksaan histopatologis, mekanisme kerontokan tersebut adalah telogen efluvium akut lokalisata.35 PEMBAHASAN Untuk dapat memberikan penanganan yang tepat terhadap masalah rambut rontok akibat lingkungan dan kosmetik, hal yang penting adalah menentukan rambut rontok itu adalah benar karena paparan kosmetik dan lingkungan. Untuk itu perlu dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik yang cermat dan beberapa pemeriksaan khusus. Hair pull test adalah pemeriksaan yang paling mudah dan paling sering dilakukan untuk menilai kerontokan rambut, namun penilaiannya kurang objektif.36,37 Wash test dilakukan dengan menghitung jumlah rambut yang rontok saat dilakukan pencucian standar.37 Trikogram adalah pemeriksaan mikroskopis semi invasif untuk mengevaluasi akar dan siklus rambut, dilakukan untuk mendiagnosis kerontokan kronis seperti telogen efluvium dan alopesia androgenetik.36,37 Dapat pula dilakukan videodermoscopy, suatu teknik mutakhir non invasif dengan menggunakan video high-definition yang menampilkan gambar pembesaran 20–80 kali pemeriksaan kulit kepala secara langsung dan real time.36 Jika diagnosis sulit ditegakkan dapat dilakukan biopsi kulit kepala, sehingga dapat langsung diperiksa keadaan folikel rambut. Metode ini penting untuk membedakan alopesia sikatrikalis dengan non sikatrikalis.36 Penanganan kerontokan dan kerusakan rambut akibat lingkungan dan kosmetik adalah pencegahan dan pengobatan farmakologis sesuai kelainan yang terjadi.17 Langkah pencegahan dilakukan sebelum kerontokan dan kerusakan rambut terjadi, yaitu untuk menghindari paparan lingkungan atau kosmetik rambut berlebihan. Salah satunya dengan melindungi rambut dari paparan agen fisik, mekanik dan kimia dengan cara menggunakan topi, penutup rambut, 39
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
Vol. 24 No. 1 April 2012
Tabel 3. Hasil Hair Pull Test pada berbagai penyakit.37 Penyakit Normal Alopesia areata
Hair pull test 0–5 helai tercabut Positif
Alopesia androgenik
Biasanya normal. Fase akut dapat positif di bagian frontal dan negatif di oksipital Positif pada fase aktif Peningkatan rambut anagen atau rambut telogen normal Positif pada fase aktif Selau rambut telogen pada mikroskop cahaya Negatif Sangat positif Hampir 100% rambut anagen pada mikroskop
Telogen akut atau anagen efluvium Telogen efluvium vanile Trikotilomania Loose anagen syndrome
tabir surya, serta mengurangi frekuensi penggunaan produk kimia dan pengikat pada rambut.22,37 Mencuci rambut dengan shampo yang sesuai jenis rambut hanya jika rambut benar-benar kotor dan dirasa terlalu berminyak, umumnya 3 kali seminggu.17 Penggunaan kondisioner mengurangi kekusutan rambut dengan melapisi dan menghaluskan kutikula sehingga mengurangi gesekan dan terhindar dari kerusakan.16 Setelah mencuci, rambut sebaiknya dikeringkan tanpa bantuan alat pengering (hairdryer) yang panasnya dapat merusak rambut. Pe m i l i h a n k o s m e t i k y a n g t e p a t a k a n menghindarkan rambut dari kerusakan parah. Cat rambut dengan warna lebih gelap dari warna asli lebih tidak merusak, karena eumelanin dan pheomelanin tidak dihilangkan. 16 Keriting permanen adalah prosedur yang mengakibatkan kerusakan rambut terberat, karena mengurangi 15% kekuatan rambut akibat struktur protein batang rambut terdegradasi. Jika dilakukan keriting permanen dan pengecatan rambut sekaligus, sebaiknya diberi interval 10 hari antar prosedur dengan keriting permanen terlebih dahulu. 16 Untuk mengurangi kerusakan akibat panas yang dihasilkan oleh sisir catok, dianjurkan menggunakan suhu yang rendah, dan sebelum kontak dengan rambut sisir catok diletakkan dahulu di atas handuk basah selama beberapa menit.16 Pengobatan kerontokan dan kerusakan rambut tergantung pada jenis kerontokan dan kerusakan yang terjadi. Beberapa keadaan sama sekali tidak dapat diobati, namun beberapa dapat tumbuh kembali jika penyebab dihilangkan. Kerusakan batang rambut akibat bahan kimia dan fisik, seperti trichorexis nodosa, 40
Keterangan Pada mikroskop cahaya tampak distrofi fase anagen dan telogen
dapat dikoreksi dengan menggunting rambut yang rusak secara bertahap dan menghilangkan kausanya.6 Pada telogen efluvium, rambut akan tumbuh kembali dalam 6-12 bulan jika penyebab dihilangkan.38 Selain itu dapat juga diberikan pengobatan dengan minoksidil topikal 2% atau 5%, asam retinoat bersama minoksidil, kapsaisin, tembaga, asam nikotinat, vitamin dan mineral baik topikal maupun sistemik.32,38 Pada anagen efluvium akibat radiasi sinar X dan obat kemoterapi, rambut akan kembali tumbuh dalam beberapa minggu setelah paparan dihentikan. Selain itu juga dapat diberikan minoksidil topikal.39 Pada alopesia sikatrikalis pengobatan steroid topikal dan intralesi dapat digunakan. Injeksi steroid yang digunakan adalah triamsinolon asetonid 10 mg/ml, sebanyak 2 ml untuk 20 injeksi, setiap 4 minggu.5 Bila tidak berhasil, dapat dilakukan koreksi secara operatif dengan transplantasi rambut.17 Berbagai macam cara transplantasi rambut antara lain punch hair grafting, mini-micrograft, temporoparietooccipital falp (TPO), scalp reduction, dan scalp lifting.21,40 Paparan lingkungan seperti sinar matahari, trauma, air, panas, tarikan, dan kosmetik rambut seperti shampo, sisir, pengering rambut, keriting permanen, cat rambut, pelurus, dan pemudar warna dapat menyebabkan rambut rontok.2 Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan batang rambut, gangguan siklus pertumbuhan rambut dan inflamasi folikel rambut yang kemudian mengakibatkan terjadinya telogen efluvium, anagen efluvium, kerusakan batang rambut dan alopesia sikatrikalis. Untuk dapat mendiagnosis kondisi ini dengan tepat, harus dilakukan pemeriksaan fisik dengan seksama
Telaah Kepustakaan
yang bila perlu dapat dilengkapi dengan beberapa metode pemeriksaan khusus untuk menentukan jenis kerontokan. Penanganan selanjutnya adalah pengobatan sesuai dengan jenis kerusakan dan kerontokan yang terjadi. Namun yang terpenting adalah melakukan pencegahan untuk menghindari paparan lingkungan dan kosmetik yang berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan dan kerontokan rambut. Pencegahan untuk menghindari paparan lingkungan dan kosmetik berlebihan yang dapat menyebabkan kesusahan dan kerontokan rambut adalah hal terpenting dalam penanganan rambut rontok atribut lingkungan dan kosmetik. KEPUSTAKAAN 1. Rassman WR, Pak JP, Schweiger E, Bernstein RM. Hair loss & replacement for dummies. Indianapolis: Wiley Publishing Inc; 2009. 2. Horev L. Environmental and cosmetic factors in hair loss and destruction. Curr Probl Dermatol 2007; 35: 103–17. 3. Swce W, Klontz KC, Lambert LA. A nationwide of alopecia associated with the use of a hair-relaxing formulation. Arch Dermatol 2000; 136: 1104–8. 4. Noruka NE. Hair loss: is there a relationship with hair care practices in nigeria? International Journal of Dermatology 2005; 44 Suppl 1: 13–7. 5. Saphiro J. Hair loss principle of diagnosis and management of alopecia. London: Martin Dunitz Ltd; 2002. 6. Soepardiman L. Kelainan rambut. Dalam: Djuanda A, editor. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p. 301–11. 7. Vogt A, McElwee KJ, Blume-Peytavi U. Biology of the hair follicle. In: Blume-Peytavi U, Tosti A, Whiting DA, Trueb R, editors. Hair growth and disorders. Berlin: Springer; 2008. p. 1–19. 8. Schlake T. Determination of hair structure and shape. Semin Cell Develop Biology 2007; 18: 267–73. 9. Thibaut S, Bernard BA. The biology of hair shape. International Journal of Dermatology 2005; 44 Suppl 1: 2–3. 10. Krause K, Foitzik K. Biology of the hair follicle: the basics. Semin Cutan Med Surg 2006; 25: 2–10. 11. Cotsarelis G, Botchkarev V. Biology of hair follicles. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.7th ed. USA: McGraw-Hills Company; 2008. p. 739–48. 12. Messenger AG, de-Berker DAR, Sinclair RD. Disorder of hair. In: Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s textbook of dermatology, 8th ed. West sussex: Wiley-blackwell publishing Ltd; 2010. p. 66.1–6.
Rambut Rontok Akibat Lingkungan dan Kosmetik
13. Goldberg LJ, Lenzy Y. Nutrition and hair. Clinics in dermatology 2010; 28: 412–19. 14. Olsen E, Reed KB, Cacchio PB, Caudill L. Iron deficiency in female pattern hair loss, chronic telogen effluvium and control groups. J Am Acad Dermatol 2010; 63: 991–9. 15. Paus R, Olsen EA, Messenger AG. Hair growth disorders. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine. 7th ed. USA: McGraw-Hills Company; 2008. p. 753–77. 16. Dawber R. Hair and scalp disorders, common presenting signs, differential diagnosis and treatment. 2nd ed. London: Martin Dunitz; 2004. 17. Saphiro R, Callender VD. Hair transplantation. In: McMichael A, Hordinsky M, editors. Hair and scalp diseases, medical, surgical and cosmetic treatments. New York: Informa healthcare; 2008. p. 175–96. 18. Trueb RM. Diffuse hair loss. In: Blume-Peytavi U, Tosti A, Whiting DA, Trueb R, editors. Hair growth and disorders. Berlin: Springer; 2008. p. 259–70. 19. Horev L. Exogenous factors in hair disorders. Exog Dermatol 2004; 3: 237–45. 20. Harris M. Complete avulsion of scalp. S A Medical Journal March 1964: 212–15. 21. Barrera A. The use of micrograft dan minigraft for the treatment of burn alopecia. Plast Reconstr Surg Feb 1999; 103(2): 581–4. 22. Trüeb RM. Is androgenetic alopecia a photoaggravated dermatosis. Dermatology 2003; 207: 343–8. 23. Tosti A, Piraccini BM, VanNeste DJ. Telogen effluvium after allergic contact dermatitis of the scalp. Arch Dermatol 2001; 137: 187–90. 24. Signori V. Review of the current understanding of the effect of ultraviolet and visible radiation on hair structure and options for photoprotection. Journal of Cosmetic Science 2004; 55: 95–113. 25. Evans, DJ. Environmental factors affecting hair loss in desert climate. Wanstrow: DesalinatedWater; 2011. 26. Sinclair RD. Healthy hair: what is it. Journal of Investigative Dermatology 2007; 12: 2–5. 27. Trüeb RM. Shampoo: ingredients, efficacy and adverse effects. JDDG 2007; 5: 356–65. 28. Draelos ZD. Hair care, an illustrated dermatologic handbook. United Kingdom: Taylor & Francis Group; 2005. 29. James J, Saladi RN, Fox JL. Traction alopecia in sikh male patients. J Am Board Fam Med 2007; 20: 497–8. 30. Woolery-Lloyd H. Cause and treatment of traction alopecia. Skin and Aging (serial online) 2003 July [cited 2011 Oct 1]; 11(7): [1 screen]. Availble from: URL: http://www.skinandaging.com/article/2082 31. Bolduc C, Shapiro J. Hair care products: waving, straightening, conditioning and coloring. Clinics in Dermatology 2001; 19: 431–6.
41
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin
32. Hutapea S, Rosita C. Telogen efluvium. Berk I Kes Kul Kel April 2011; 23(1): 68–74. 33. Gabel S. What are the possible complications of hair transplant surgery. USA: International Alliance of Hair Restoration Surgeons; 2011. 34. Wikipedia. Rhytidectomy. Chinese: Wikipedia; 2011. 35. Knuttel R, Torabian SZ, Fung M. Hair loss after rhytidectomy. Dermatology Surgery 2004; 30: 1041–2. 36. Tosti A, Gray J. Assessment of hair and scalp disorders. Journal of Investigative Dermatology 2007; 12: 23–27.
42
Vol. 24 No. 1 April 2012
37. Blume-Peytavi U, Hillmann K, Guarrera M. Hair growth assessment techniques. In: Blume-Peytavi U, Tosti A, Whiting DA, Trueb R, editors. Hair growth and disorders. Berlin: Springer; 2008. p. 125–54. 38. Rakel RE. Conn’s current therapy. Philadelphia: WB Saunders Co; 2011. 39. Hair LossNo. Diagnosis and treatments for anagen effluvium. USA: HairLossNo.com; 2011. 40. Kotb MO. Treatment of burn alopecia with temporoparieto-occipital flap. Egypt J Plast Reconstr Surgg 1999; 2(1): 35–40.