IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Habitat Genus Rana
Berdasarkan penentuan lokasi penelitian genus Rana di Wilayah Timor Barat, maka secara umum habitat genus Rana di ketiga lokasi penelitian didominasi oleh daerah persawahan (yang sementara ditanami atau istirahat) dan daerah sekitarnya, sungai dengan kondisi air yang tergenang atau mengalir. Kedalaman pada masing-masing lokasi bervariasi yaitu antara 10 sampai dengan 50 cm.
Pengukuran kualitas air di daerah persawahan dilakukan di daerah genangan (stagnant) maupun pada saluran irigasi. Demikian halnya dengan habitat genus
R a m di daerah sungai. Hasil analisis parameter kualitas air habitat genus Rana di wilayah Timor Barat ditunjukkan pada Tabel 5. Tabel 5. Beberapa Sifat Fisik Kimiawi Perairan di Wilayah Timor Barat Parameter
Suhu PH 4 trrlanu
Unit
OC ppm
KuPW Selokan Genangan
Belu
Gaangan
Selokan
Genangan
20 7
20 7
22 7
23 7
18
8
Selokan 20 7
4,68
5,15
4,68
5.40
3,12
5,12
4,29
5,58
15,02
15,02
15,02 14,16 ppm Keterangan : TTS = Timor Tengah Selatan
C02bebas
TTS
1. Habitat Kodok Genus Rnnn di Kupang
Deskripsi habitat kodok genus Rana di daerah Kupang terdiri atas dua lokasi penelitian yaitu Kelurahan Bakunase dan Batuplat, yang dihubungkan oleh anak sungai (kali) yang melintasi kedua daerah tersebut. Lokasi pengambilan sampel di Bakunase meliputi dua tempat yaitu daerah persawahan dan anak sungai dengan kedalaman antara 5 - 30 cm. Di daerah persawahan, disamping tanaman
padi
(Wm e) mb@ vege&si
m n g1 (-
e
m
)
yang domiman juga
terdapat tnnsmaa
beberapa j e ru~t.lputdi m j a n g p-tw
atau daemh &tamp yang tidak tergenang &. Saat peagatnbilan ssmpel damah
ini bclum ditanami atau diolah dm b d a dalam keadaan tergenang. A
h air
berasal dari parit yang t&etak kira-kira 300 rn dari mata air alam "Amnesi".
Daerah an& sun@ mertliliki vegetasi tumbuh-tumbuhtm yang bemda di tepi a&
s u e berupa jenis ph-pakuan
air- dm beberapa taman pelindung
seperti pohon kelapa, b b u , pohon duri (Gambar 4).
Gambar 4. Sdah satu pemandmgan habitat genus Rona di Kupang
Di daerah genangan air banyak dijumpai d a u n h yang telah mengalami *
dekomposisi dan bat-
%
yang dapat dijadikan tempat bedindung kodok (termasuk
biota air laimya). Sumber air berasal dari mata air dmi yang k x d a di daerah pegunungm dengan jumlah air y q sangat terbatas pada saat pengumpuIan data
dilakukan. Seluruh lokasi yang diamati terletak di daerah lembah yang lebih rendah kira-kira 5-30 m dari wilayah disekitarnya. Spesimen kodok pada kedua lokasi yang berhasil ditangkap antara lain Rana cancrivora dan Rana limnocharis yang hidup simpatrik.
1.1 Kualitas Air di Kupang
Oleh karena kehidupan awal kodok sangat bergantung pada media airsebagai
habitatnya, maka kualitas air merupakan faktor yang amat penting
dalam menunjang kelangsungan dan perkembangan hidupnya. Hasil pengukuran kualitas air di Kupang disajikan pada Tabel 5. Derajat keasaman perairan lokasi penelitian di Kupang bersifat netral (pH = 7). Oleh karena sebagian besar aktivitas kodok pada lingkungan perairan, maka
dapat dikatakan bahwa kisaran pH yang mendukung kehidupan kodok genus
Rana tidak jauh berbeda dengan biota air tawar lainnya seperti ikan yaitu berkisar antara 6
-
9 (Boyd, 1988). Dari hasil pengukuran tersebut dapat disimpulkan
bahwa lingkungan perairan di Kupang dapat mendukung kehidupan kodok . Hal k
ini didukung oleh fakta bahwa dari aspek morfologi spesimen kodok tidak ditemukan abnormalitas (cacat atau kelainan) pada anggota tubuh. Oksigen terlarut lokasi penelitian di Kupang berkisar antara 4,06 - 5,15 ppm. Kandungan oksigen terlarut yang cukup tinggi, selain disebabkan oleh kondisi lingkungan yang sejuk juga mungkin karena kandungan fitoplankton di daerah perairan tersebut relatif cukup banyak. Kandungan COz bebas yang diambil dari dua titik pengambilan sampel berkisar antara 14,16 - 15,02 ppm. Tingginya kadar COz di suatu perairan dapat
menyebabkan rendahnya konsentrasi oksigen. Kondisi ini tentunya akan menyulitkan bagi kelangsungan hidup biota air (termasuk kodok) yang membutuhkan relatif lebih banyak oksigen. Perairan yang menunjang kelangsungan hidup ikan haruslah mengandung konsentrasi CO;!tidak lebih dari 10 ppm. Apabila kondisi ini berlangsung dalam waktu yang relatif lama,
kemungkinan akan mengganggu kehidupan genus Rana pada perairan tersebut. Walaupun demikian kondisi tersebut masih dapat ditoleransi oleh kodok genus Runa karena kandungan oksigen terlarut perairan
masih cukup baik untuk
rnendukung kehidupan kodok. Tingginya kandungan COz mungkin disebabkan oleh beberapa faktor antara lain limbah rumah tangga dan kebiasaan peternak yang menjadikan tempat minum kelompok ternak sapi gembalaan yang munglun membuang kotoran (faeces) di sungai tersebut. Pengukuran suhu air yang dilakukan di Kupang menunjukkan bahwa suhu air 20°C, sedangkan kisaran suhu yang normal pada daerah tropik berkisar antara 27-3 1°C. Rendahnya suhu air habitat bahkan berada di bawah suhu normal daerah
tropik sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan telur maupun larva kodok di lokasi penelitian. Kisaran suhu air bagi pertumbuhan kecebong antara 18 - 3 2 ' ~ .
2. Habitat Kodok Genus Rana di Timor Tengah Selatan (TTS)
Habitat daerah penelitian di Timor Tengah Selatan dilakukan hanya di daerah persawahan yaitu di desa Oebobo Perwakilan Kecarnatan Batu Putih. Dipilihnya lokasi ini karena disamping mudah dijangkau juga memiliki kondisi
cm. Veg&
yang
nrunpak didomimi oleh padi ymg ditanrrm degan v a i d
umur satu sampai d e w umur siap panen (disebabh w i h pewnmm yang Berbeda), sdagkan tanaman lain bmpa rumput a h yang tmbuh di s q m n w j
pematang atau di se1a pa& dm kmgkung (Garnbar 5 ).
Gotrnbar 5. Salah satu pemandangan habitat genus Rana di Tirnor Tengah SeIatan (TTS)
Aliran air yang d i g u h oleh masyardcat baik untuk b e m m k tanam mapun keperluan sehari-hari berasal dari msta air dam "Oebobo' yang terletak
di pegunungan dm disalurkan ke persawahan dcngan menggunakan i s t b irigasi tetap. Ditinjau dari habitat umum l o h i penangkapm spesimen, dijumpai Rano
ca~tcrivoradm Rmea e~yshrea(hanya 1 ekor). Kondisi persawdm yang
senantiasa basah (tergenang) di wilayah Timor Tengah Selatan memungkinkan
Rana cancrivora terdapat dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan spesies Rana lainnya Hal ini disebabkan secara morfoligis, Rana cancrivora mempunyai selaput renang penuh sehingga sangat membantu mempercepat pergerakan serta lebih efisien untuk berenang ataupun mendapatkan makanan.
2.1 Kualitas Air di TTS
Selama periode pengamatan yang berlangsung dari bulan Maret hingga Agustus 2001, kandungan air diukur pada dua titik sampel yang berbeda yaitu di daerah genangan dan aliran air (irigasi) seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Derajat keasaman perairan sawah di Oebobo bersifat netral (pH = 7). Dengan demikian nilai pH terukur menunjukkan bahwa air yang terdapat di daerah persawahan tersebut sangat mendukung kehidupan Rana cancrivora. Kandungan pH air yang bersifat netral. Walapun intensitas penggunaan lahan yang sangat tinggi untuk penanaman padi (3
- 4 kaliltahun) yang cenderung meningkatkan
derajat keasaman tanah tetapi karena tanah persawahan memiliki tekstur kapur sehingga dapat menetralkan peningkatan derajat keasaman tanah. Oksigen terlarut di lokasi penelitian berkisar antara 4,68
-
5,40 ppm.
Konsentrasi oksigen yang relatif tinggi disebabkan lokasi penelitian terletak dekat dengan sumber air yaitu di bawah kaki @gunungan sehingga air langsung dialirkan ke persawahan dengan debit air yang besar dan kecepatan aliran yang cukup tinggi. Kandungan CO2 bebas di lokasi penelitian berkisar antara 4,29
- 5,58 ppm.
Menurut Boyd (1988) kisaran CO2 bebas yang masih dapat ditolerir oleh ikan
Kandungan CO2 bebas di lokasi penelitian berkisar antara 4,29
- 5,58 ppm.
Menurut Boyd (1988) kisaran CO2 bebas yang masih dapat ditolerir oleh ikan adalah 5
-
10 ppm. Artinya jika kandungan CO2 berada di atas 10 ppm akan
merupakan ancaman (toksis) bagi kehidupan ikan. Hasil pengukuran k a d COz ~ di TTS ternyata berada pada kisaran yang dapat ditolerir bahkan di bawah
kandungan CO2 bebas sehingga dapat dikatakan tidak mengganggu kehidupan ikan dan kodok. Pengukuran suhu air persawahan menunjukkan perbedaan suhu yang tidak mencolok yaitu 22 - 23OC. Kisaran suhu perairan ini masih merupakan kisaran suhu yang jauh dari suhu normal daerah tropis dan tentunya tidak menggmggu pertumbuhan dan perkembangan telur dan berudu Rana cancrivora di lokasi penelitian. Meskipun demikian jika dibandingkan dengan kedua lokasi penelitian lainnya (Kupang dan Belu), maka suhu air di TTS lebih tinggi.
3. Habitat Kodok Genus Rnnn di Belu
Habitat daerah penelitian kodok genus Rana di Belu merupakan kombinasi daerah persawahan dan sungai dengan kedalaman 10 - 40 cm. Vegetasi yang mendominasi adalah tanaman padi yang telah dipanen (saat pengambilan sampel) dan digenangi air. Rumput alam dan beberapa jenis tanaman air sebagaimana lokasi persawahan pada umumnya terdapat di sepanjang pematang dan di sela tanaman padi. Di daerah sungai didominasi oleh rumput alam yang mencapai ketinggian kira-kira 1,5 m yang tumbuh di sepanjang pinggiran
sungai,
disamping tanaman pertanian seperti jagung dan jenis leguminosa dibudidayakan oleh masyarakat di sekitar aliran sungai tersebut (Garnbar 6).
yang
dengan lokasi dm paanghpm lebih banydt krdqat di
Hal ini
mwgkin seIain jumlah air yang tersedia dalam jumlah yang
b ~ a k
yang melalar2can pembakmn jerami yang berada di sawah setelah m e l d d m
Grmmbar 6. Salah satu pemandangan habitat genus Rana di Belu
3.1. KuaIitas Air di Belu
Kisaran minimum-maksimum hasil pengukuran sifat fisik kimiawi air di desa
Nurobo, Kabupaten Belu tamp& pada Tabel 5 . B e r d a d m pengukuran W i t a s
air pada kedua titik pengambilan sampel ylitu dPcnh gensogaa dm mtngdir
-
menunjukkan pH pada kisaran 7 8. Hal ini berarti derajat keasaman perairan
habitat kodok sawah di Nurobo masih di bawah batas maksimum nilai pH yang ditentukan oleh EPA (1986) yaitu pH perairan yang masih dapat ditolerir oleh biota air yaitu 9. Dengan demikian perairan habitat di Belu masih mendukung kehidupan kodok sawah maupun hewan air lainnya. Kadar oksigen terlarut berkisar antara 3,12 - 5,12 ppm. Kebutuhan minimal ikan terhadap oksigen untuk dapat tumbuh dan berkembang umurnnya 3 ppm dan jika kandungan oksigen berada di bawah 1 ppm maka kehidupan ikan akan terganggu. Hal ini berarti bahwa kandungan oksigen pada lokasi penelitian masih mendukung atau menunjang kehidupan katak sawah. Salah s a t . indikator yang mendukung temuan tersebut yaitu tercermin dari kondisi fisik kodok sawah yang ditangkap masih segar dan lincah. Nilai kandungan C02 bebas pada Tabel 5 sebesar 15,02 ppm. Kandungan COz yang relatif tinggi tersebut merupakan ancaman (toksis) bagi kelangsungan hidup ikan, karena batas toleransi C02 bagi kehidupan ikan menurut Boyd (1988) pada kisaran 5 - 10 ppm. Walaupun demikian kadar 0 2 yang relatif tinggi pada perairan tersebut membuat perairan ini masih baik dalam mendukung kehidupan organisme air termasuk katak sawah teristimewa pada fase telur hingga berudu. Kodok adalah hewan yang suhu tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (poikiloterm). Berdasarkan hasil pengukuran, suhu air habitat kodok sawah baik untuk menunjang kelangsungan hidupnya yaitu berada pada kisaran 18 - 2 0 ' ~ . Jika dibandingkan dengan kedua lokasi penelitian yang lain (Kupang dan TTS), suhu air di Belu berada pada kisaran yang terendah. Kondisi ini menunjukkan suatu kisaran yang baik untuk perkembangan dan reproduksi kodok di daerah tersebut.
B. Iklirn Habitat Kodok genus Rana di Kupang, TTS dan Belu
Dalam penelitian ini beberapa parameter tentang iklim habitat kodok genus Rana meliputi suhu lingkungan dan data curah hujan tahunan untuk lokasi
penelitian Kupang, TTS dan Belu. Data curah hujan habitat genus Rana di lokasi penelitian ditampilkan pada Tabel 6. Data curah hujan tahunan merupakan data sekunder yang diperoleh dari kantor BPS Propinsi NTT, 1999-2000.Suhu lingkungan ketiga lokasi penelitian dikumpulkan bersamaan dengan wa@ pengambilan spesimen dan pengukuran kualitas perairan. Tabel 6. Jumlah Curah Hujan Habitat Genus Rana di Wilayah Timor Barat
TTS
596
226
590
298
115
246
53
BELU
629
908
354
354
-
42
-
23
-
123
260
355
93
Sumber : BPS Propinsi NTT,199912000
Kisaran suhu di ketiga lokasi penelitian tidak menunjukkan perbedaan yang ekstrim. Suhu optimum bagi kehidupan kodok adalah 25'~. Suhu lingkungan terendah terdapat di TTS (21°c),sedangkan suhu tertinggi terdapat di 1
Kupang dan Belu (3 1 ' ~ ) . Hal yang menarik dari kisaran suhu pada ketiga lokasi peneltian tersebut yaitu adanya fenomena yang normal bahwa batas maksimum suhu lingkungan pada pagi hari (pukul 06.00) pada masing-masing lokasi selalu lebih rendah dari batas maksimun suhu lingkungan pada malam hari (pukul 18.00). Hasil Penelitian Dickerson (1969) ddam Pratomo (1997), menunjukkan bahwa kisaran suhu lingkungan habitat R catesbiana yang dibudidaya di
.
Amerika Utara antara 20 - 30°c, tidak terlalu jauh berbeda dengan kisaran suhu lingkungan yang terukur pada ketiga lokasi penelitian (21 - 31'~). Pada kisaran suhu lingkungan tersebut kehidupan kodok genus Rana di ketiga populasi dapat berkembang-biak dengan baik
pada berbagai stadium kehidupannya dengan
catatan bahwa suhu lingkungan maksimum di Kupang dan Belu merupakan batasan bagi kehidupan kodok. Kupang, TTS dan Belu merupakan daerah yang beriklim tropik dengan ciri utama musim kemarau lebih panjang (delapan
- sembilan bulan) dari pada
musim penghujan (tiga-empat bulan). Hal ini disebabkan secara geografis Pulau Timor Barat terletak lebih dekat dengan benua Australia dibandingkan dengan benua Asia. Konsekuensinya daerah ini memiliki jumlah curah hujan yang rendah. Data curah hujan stasiun meteorologi dari ketiga lokasi penelitian berkisar antara 0 - 905 mrnhulan. Kisaran curah hujan pada tahun 1999 antara 2143
- 2925 mm dengan rincian secara simultan untuk Kupang,
TTS dan Belu
masing-masing 2 143, 2925 dan 2380 mmltahun. Tingkat curah hujan tertinggi di Belu dicapai pada bulan Februari dan terendah pada bulan Juli dengan kisaran 92
-
908 mm. Jumlah hari hujan
tertinggi dicapai pada bulan Pebruari (24 hari hujan), sedangkan jumlah hari hujan terendah dicapai pada bulan Juli dan Oktober (2 hari hujan) Curah hujan di Kupang mencapai tingkat minimum pada bulan Oktober sebesar 34 mm dan tingkat maksimum pada bulan Pebruari (785 mm). Jumlah hari hujan terendah dicapai bulan Oktober sebesar 4 hari dan tertinggi sebesar 27 mm dicapai pada bulan Pebruari. Untuk daerah penelitian TTS, kisaran curah
hujan antara 23 - 596 mm dengan jumlah hari hujan berkisar antara 3 - 26 hari yaitu pada bulan Agustus untuk batas minimum suhu dan h l a n Januari untuk batas maksimum.
C. Morfologi Genus Rann
Dari hasil penangkapan 108 ekor kodok di daerah persawahan maupun sungai di Kupang (Kelurahan Bakunase dan Batuplat), 60 ekor kodok di daerah persawahan TTS ( Desa Oebobo) dan 96 ekor kodok di daerah persawahan dan sungai Belu @esa Nurobo) ditemukan dua spesies kodok yaitu Rana cancrivora dan Ram lirnnocharis. Salah satu ciri morfologi Rana cancrivora dan Rana lirnnocharis yang paling menonjol yang membedakan antara betina dan jantan dewasa tanda yaitu pada kulit luar di bawah kerongkongan. Pada jantan terdapat warna hitarn di sudut kerongkongan yaitu sepasang kantong suara yang membayang dengan warna gelap, sedangkan berdasarkan ukuran tubuh, pada umumnya betina berukuran lebih besar dari jantan. 1. Rnnn cnncn'vora
Rana ca?zcrivorayang ditangkap selama penelitian berlangsung berasal dari tiga populasi dengan ciri-ciri sebagai berikut: betina berukuran (rataan 5,30 h 0,73 cm) lebih besar dari jantan (4,36
0,35 cm) dengan ciri seknder yang
paling menonjol sebagai pembeda jenis kelamin yaitu terdapat sepasang kantong suara benvarna gelap kedua sudut faring. Sedangkan pada betina berwarna putih disertai tot01 atau bintik benvarna coklat (Gambar 7).
Wmia tuhh ooklat, k&u&uao
dengan b e a n p-g
t d q a t lipatan-
Lipatan kulit dom1ateral dan lipatan-lipatan lollit bujur yang tidak teratur; bagian -.?.'
ventral berwam putih atau kd&u Kepala berbentuk pipih deogan damn lebsr lebih bear dari paojamg; moncong tmpul; timpmurnj t l s daa terdqat lipatan di atasnya mulai dari d
d mata hingga aksila; gigi vomer t d d pada jJaran
miring mulai dari k a n a hingga ke atah medio-posterior. -
Gwmbar 7, Morfologi R cancrivora A, Bentuk tubuh ddihat dari atas ( 9 betina, $ jantan) B.Bentuk tubuh dilihat dari bawah(9 betina, $ jantan)
,
kelopak mata terdapat tanda berbentuk huruf V t e h l i k dengan tot01 di sekitarnya yang menyebar secara acak di daerah punggung. Kaki depan mempunyai jari (falang) yang lancip; mempunyai lorek lebar berwarna gelap (5
- 9 buah), jari
pertama dan ketiga lebih panjang dari pada jari kedua dan keempat. Pada tungkai
-
belakang terdapat 9 15 lorek yang b e m a gelap; jari keempat lebih panjang dari pada jari-jari lainnya; ujung jari tungkai depan dan belakang tidak membesar; selaput renang pada kaki belakang tidak mencapai ujung jari; tuberkel bulat dengan sisi luar dari jari terdapat gelambir. 2. Rann lintnocharis Rarla limnocharis yang berhasil ditangkap selama penelitian hanya terdapat
di lokasi penelitian Kupang terdiri atas kodok tanpa garis punggung dan bergaris punggung satu (Gambar 8), dengan ciri-ciri sebagai berikut : ukuran panjang tubuh (4,83
* 0,48 cm) lebih kecil dari kodok sawah (5,30 * 0,73 cm); tubuh
kecil dan memanjang; warna abu-abu kecoldatan; bagian ventral berwarna terang (putih). Ukuran panjang kepala hampir sama dengan lebar kepala; moncong
runcincg; timpani jelas dengan lipatan di atas timpani yang terbentang dari mata hingsa ke aksila; bibir bawah mempunyai 6
-
8 buah lorek; lubang hidung
terletak sejajar dengan kelopak mata bagian atas. Punggung terdapat banyak lipatan kulit yang membujur tanpa atau dengan garis vertebra yang terletak membujur dari belakang kepala sampai dengan anus. Daerah di antara mata terdapat lorek hitam berbentuk huruf V. Pada kodok jantan dewasa kulit di bawah kerongkongan(faring) benvarna gelap berbayang yaitu sepasang kantong suara yang terletak di sudut kerongkongan. Jari tungkai depan berbentuk bulat; dengan ukuran jari pertama dan ketiga lebih panjang dari pada jari kedua dan keempat;
yahs t e r 1 d . d sudut keroqgkmgan. Jad tunglrai depm bsrbentutr bulat; dengan b a n jai pertama dan ketiga lebih panjang dari pada jari kedua dan keempat;
tungkai belakang mempunyai jari keempat lebih panjang dari pada jari-jari
-
lainnya dengm jumlah lorek 14 ' 17 buah; gelambir terdapat di wanjang sisi
luar metatarsal jari kelimq jika kedua tungkai belakourg dilipatkan sdkg berlawzlnan a h turnpang tindih satu dengan lainnya.
Gmbar 7. Morfologi Rlimnoch& A. Bentuk tubuh dilihat dari atas (Q betina, $ jantan) B.Bmtuk tubuh dilihat dari bawah(Q betina, 8 jantan)
3. Morfometri Genus Rana 3.1 Morfometri Rana cancrivora dan Rana liinnoclzaris
Data morfometri kedua spesies kodok yaitu R mcrjvora dan R limnocharis yang berhasil ditangkap dari Kupang dapat dilihat pada Tabel 7.
Berdasarkan pengukuran terhadap 96 ekor R limnochan's dan 30 ekor R cancrivora diperoleh hasil bahwa nilai rataan ke-15 karakter morfologi di antara
kedua spesies pada populasi Kupang sangat bervariasi. Tabel 7. Morfometri Rana cancrivora dan ~ a n aZimnochar* Populwi Kupang
I 1
Karakter
Mean
* Standar Deviasi I
PT* PK*
LK* Hum*
I
I 1
5,54iO,91 1,95M,27
i
1
1
I
4,83iO,48 1,66iO,15
1
I
Kisatan
-
4,20 6,84 1,52 2,30
I
I
1,65-2,66
1,34M,18
1,5M,24
4,05-6,04 1,24-1,93 0,85-1,98
I
I
1,2W,24 1,2M,22
0,9M,16 1,00M,15
0,88-1,90 0,92-1,70
PF*
2,47rH),52
2,03M,28
1,OO-3,44
TMJB*
3,75i0,80
3,21a,41
2,94-5,02
2,35-3,97
DM*
0,60a,08
0.52iO,07
0,42-0,76
0,36-0,69
I
DT*
'
0,383=0,06
'
0.33rH),04
I
0,57-1,87 0,64- 1,78 1,23-2,75
I
I
0,22-0,50
0,25-0,47 I
I
1
I
JMT*
0,23zkO,06
0,17a,07
0,12-0,34
JMH*
0,47M,09
0.37@,07
0,33-0,63
0,04-0,49
fKM*
0,33a,08
0.32a,05
0,2 1 4 4 5
0,18-0,42
0,09-0,22
L
I
I
Keterangan
Berdasarkan
I
I
1,25-2,OO
1,29-2,18 I
I
RU* KMJD*
I
1,65M,17
2,1210,36
1
I
J
I
I
a = ukuran sampel R. cancrjvora populasi Kupang : 30 ekor b = ukuran sampelR. lir?~nocharis populasi Kupang : 96 ekor * = singkatan nama karakter morfologi sesuai dengan (Gambar 2)
I
kisaran nilai ke-15 ciri-ciri morfologi kedua spesies,
ditemukar! bahwa setiap ciri-ciri tumpang tindih antara kedua spesies dari populasi Kupang. Artinya kisaran ukuran linier tubuh R. cancrivora dan R.
iimnocharis di populasi Kupang tidak terlalu jauh berbeda antara kedua spesies
tersebut. Untuk membandingkan rataan ciri-ciri morfologi dari kedua spesies tersebut dilakukan dengan melakukan perbandingan delapan ukuran linier tubuh secara relatif (nisbah) terhadap panjang tubuh (PT) dan dilanjutkan dengan uji t Hasil pengujian perbandingan rataan kedua spesies (Tabel 8) menunjukkan adanya perbedaan sangat signifikan (p
Karakter
Mean i Standar Deviasi
Uji t
Kisaran
R.cancrivora"'
R.lintnochari8'
R.cancri\lor8
R.limnocharisb/
P m *
0,36iO,02
0,36&,02
0,33 0,43
-
LK/PT *
O , W , 10
0,34&,02
0.32
Hum/PT *
0,29i0,04
0,28a,03
0,22 0,34
0,29 - 0,38 0,20 - 0,37
RUPT *
0,22*0,03
0,21iO,04
0,18 0,32
0,22*0,02
0.2 1*0,03
O,44*O,O5
0.42*0,06
0,19 - 0.25 0,23 - 0,50
0,SOiO.OZ
0,5&0,05
0,47 - 0.54
0,67*0,11
0,60iO,08
0,25 0,81
IwJD/PT
*
PFJPT * Pl-bffT
*
TMJBRT * Keterangan
**
0,90
-
-
0,25 9 4 1
*+ +Z
tn
0,14 - 0,42
**
O,21 - 0,5 1
**
0,14 0,44
0,s 1 - 0,82 0,39 0,68
tn
tn
tn
= berbeda nyata (p10,Ol) tn = tidak berbeda nyata (p >O,O 1) a = ukuran sampel R. cancrivora populasi Kupang : 30 ekor b = ukuran sampel R. limnocharis populasi Kupang : 96 ekor * = singkatan narna karakter morfologi sesuai dengan (Gambar 2)
3.2 Morfometri Rana cancrivora secrra Geografis
Data morfometri kodok sawah ketiga populasi yang dinyatakan dalam satuan ukuran cm seperti yang disajikan pada Tabel 9 disertai ukuran sampel dan kisaran nilai
15 ciri-ciri morfologi dari masing-masing koleksi. Tujuan
pengukuran parameter-parameter tersebut berguna dalam membedakan spesies kodok sawah yang tersebar pada ketiga populasi di wilayah Timor Barat. Nilai .
.
rataan secara proporsional diamati pada 186 individu (78 ekor jantan dan 108 ekor betina). Hasil pengukuran yang dilakukan ternyata memperlihatkan adanya variasi nilai rataan untuk ke-15 ciri-ciri morfologi di antara ketiga populasi. Berdasarkan kisaran ke-15 ciri-ciri morfologi kodok sawah dari masingmasing populasi, ditemukan bahwa setiap karakter tumpang tindih antara satu populasi dengan populasi lainnya. Artinya kisaran ukuran pada ketiga populasi kodok sawah di wilayah Timor Barat tidak terlalu jauh berbeda antara satu populasi dengan populasi lainnya. Untuk menentukan ukuran linier tubuh (15 karakter ) kodok sawah apakah terdapat perbedaan signifikan secara statistik antara ketiga populasi tersebut, maka dilahkan uji t yaitu dengan melakukan perbandingan rataan karakter sampel kodok sawah Kupang dan Belu dengan rataan karakter kodok sawah TTS (Tabel 9 ). Sampel dari populasi Belu berbeda sangat nyata (p<0,01) dengan sampel dari populasi TTS pada ukuran panjang tarsal metatarsus jari belakang (TMJB) dan jarak antara mata (JMM), dan sampel dari populasi Kupang berbeda sangat nyata (p
(Hum), panjang radius ulna (RU), panjang tibia (PTb), diameter mata (DM)dan jarak hidung mulut (JHM). Dalam studi ini beberapa nilai (Tabel 9) menunjukkan adanya kecenderungan yang berhubungan dengan letak geografi. Dari pengulwm 15 ciri-ciri morfologi terlihat bahwa rataan panjang tubuh (PT), panjang humerus (Hum) dan panjang karpal metakarpal jari
tungkai depan (KUTD) secara
berturut-turut dari populasi Kupang, Timor Tengah Selatan dan Belu menjadi semakin pendek.
.
<
Tabel 9. hlorfometri Rana cancrivora pada Populasi Kupang, 'ITS dan Bdu
b = Ukuran sampel R. carrcri~~orapopulasi TTS : 60 &or e = Ukuran sampel R. cat~crivora populasi k l u : 96 &or * = Singliatan nama karakter morfologi xsuai dengan (Gambar 2)
3.3 Dimorfisme Seksual Rnntr cnncrivorn
Berdasarkan pengamatan morfologi terlihat bahwa salah satu ciri sekunder spesifik yang dapat dijadikan sebagai ciri pembeda antara kodok sawah jantan
dan betina dewasa yaitu adanya tanda berupa bayangan berwarna (hitam) pada kedua sudut kerongkongan. Disamping itu ukuran tubuh kodok sawah jantan lebih kecil dari betina. Untuk mengetahui lebih jauh ada-tidaknya perbedaan jenis kelamin kodok sawah pada ketiga populasi, maka telah dilakukan pengujian terhadap 15 karakter morfologi antara jantan dan betina dewasa (Tabel 10).
Tabel 10. Nilai Rataan,* Standar Deviasi, Beda Nilai Tengah dan Perbandingan 15 Ciri-Ciri Morfologi antara Rana cancrivora Betina dan Jantan Dewasa di Wilayah Timor Barat Mean i Standar Deviasi
Rasio
Karakler
Betina (9)"
Jantan (8)
Pehedaan
PT* PK* LK*
5,3W 0,73
4,36 i 0,35
0,91
17,67
1,8&0,22
1,5W,18
0,30
15,78
2,07M,29
1,67a,13
0,4 1
19,39
Hum* RU*
1,39M,26
1,17M,15
0,22
16,12
** ** ** **
1,13a,17
1,00M709
0,13
11,14
**
KUTD*
1,15M,19
0,99M,24
0.15
13,18
PF* PTb*
2,45M,37
2,03M,27
0.42
17,55
2,70M,41
2.21iO,18
0.16
16,89
I
TMIB*
1
3,77@,56
3.28M.27
0.19
12,97
DM*
j
0,5&k0,08
0,5W.06
0,08
13,42
0,38M706
O732M,O3
0.06
15,09
JMT*
0,23M705
0,1M,04
0,Oj
19,lO
JMH*
0,47*0,07
0,4lM,Ol
0.06
12,39
0,32+0,06
0,253d.03
O,OS
23,54
O735M,O6
0,3 1iO.01
0.04
11,97
DT*
JHM* TMhl*
1
i
Krt+ran_san :
Uji t
** ** ** ** ** ** ** ** ** ** .I
**
=
* a,b
=
=
Berkda nyata @10,01) Singkatan nama karakta, sesuai drngan (Gambar 2) Ukura~isanlpel populasi katak sawah betina dan jmtan secara berturut- nirut yaitu 108 dan 78 ekor
Berdasarkan nilai data yang disajikan pada Tabel 10, rasio perbedaan antara ciri-ciri betina dengan ciri-ciri jantan berkisar antara 11,14 % sampai dengan 23,54 %. Ciri-ciri yang memiliki rasio perbedaan yang terbesar yaitu ciri-
ciri jarak hidung m l u t (JHM). Artinya rataan ukuran jarak hidung mulut kodok sawah betina lebih besar 23,54 % dari kodok sawah jantan. Hal yang sama juga untuk rasio perbedaan terkecil yaitu panjang radius ulna ~ebesar11,14 %, artinya rataan panjang radius ulna kodok
sawah betina lebih besar 11,14 %
dibandingkan dengan kodok sawah jantan. Secara grafis Gambar 9 clan Gambar 10 menyajikan data perbandingan variasi masing-masing ciriciri kodok sawah jantan dan betina yaitu panjang radius ulna (RU) dan jarak hidung mulut (JHM) pada ketiga populasi di wilayah Timor Barat. Dari Tabel 10 terlihat bahwa enam karakter ( 40 %) memiliki rasio perbedaan di bawah 15 %, sedangkan ukukran jarak hidung mulut (JHM) memiliki
rasio perbedaan di atas 20 % dan
delapan karakter lainnya memiliki rasio antara 15 - 20 %.
Gambar 9. Variasi ukuran panjang radius ulna (RU) R cancrivora jantan dan betina dewasa
Gambar 10. Variasi ukuran jarak hidung mulut (JHM) R cancrivora jantan dan betina dewasa
Unmk menentukan apakah masing-masing ciri-ciri
morfologi kodok
sawah pada ketiga populasi terdapat perbedaan signifikan, maka dilanjutkan dengan uji t. Hasil analisis statistik menujukkan adanya perbedaan sangat nyata (p<0,01) pada masing-masing ciri-ciri morfologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa 15 karakter morfologi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu ciri pembeda jenis kelarnin kodok sawah pada ketiga populasi di wilayah Timor Barat.
D. Kromosom Genus Rana 1. Rnna cnncrivora
Ram cacrivora mempunyai 26 kromosom (2n=26), kromosom nomor 1,2,4,5,6,7,11 dan 13 dengan tipe submetasentrik dan kromosom nomor 3,8,9,10 dan 12 dengan tipe metasentrik, seperti yang tertera pada Tabel 11.
Tabel 11. Panjang Relatif, Nilai Numerik Letak Sentromer dan Tipe Kromosom Rana cancrivora dalam metafase, n = 7 Pjg Relatif
Nilai Tengah
Nilai Tengah
NVC
Tipe
(%)
Pjg Krom (cm)
LP.Krom(cm)
(%I
Krom.
1 2 3 4 5 6
15,45
2,79a,74
0,97fOl33
34,77
SM
1331
2,44*0,52
OI79M,26
32.38
SM
12,35
2,23&0,62
0,85*0,31
38,12
M
11 $30 9,14
2,O4Ml48
0,74&0,15
36,27
SM
1,65M,46
0,59*0,15
35,76
SM
6,70
1,21*0,26
0,42*0,08
34,71
SM
7
5,92
1,07&0,18
0,39*0,07
36,45
SM
8
5,21
0,94*0,13
0,36N,08
38,30
M
9
4,76
0,86&0,11
0,34iO,07
3933
M
10
4,60
0,83iOI08
0,29a,06
38,67
M
11
4,15
0,75*0,10
0,27*0,05
36,OO
SM
12
3,65
0,66*0,18
0,27&0,07
40.91
M
13
3,27
0,59N,17
0,19~0,06
32,20
SM
p-gan Kromosom
Keterangan : LP = Lengan Pendek NVC = Numeric Value of Centromer M = Metasentrik SM = Submetasentrik Berdasarkan ukuran panjang kromosom (Gambar 11) jenis ini memiliki 5 pasang kromosom besar (nomor 1- 5). Kromosom 1 merupakan kromosom paling besar, dengan rataan panjang relatif 15,45% dan NVC 34,77% dengan tipe submetasentrik. Kromosom nomor 2 dengan rataan panjang relatif 13,51% dan
hVC 32,38% terrnasuk tipe metasentrik. Kromosom nomor 3 dengan rataan panjang relatif 12,35% dan dengan hVC 38,12% dengan tipe metasentrik. Kromosom nomor 4 dengan rataan panjang relatif 11,30% dan NVC 36,27% dengan tipe submetasentrik. Kromosom nomor 5 dengan rataan panjang relatif 9,14% dan NVC 35,76% dengan tipe submetasentrik. Kromosom kecil terdiri
submetasentrik dan kromosom nomor 8,9,10 dm 12 dengan tipe metasentrik. Kromosom paling kecil nomor 13 dmgan maan p a n j q relatif 3,27 % dm NVC 32,20% dengm tipe submetam&&.
Gambar 11. Kromosom h a canc~wra 2. m a limnochads
Rma lirnmchris memiliki 26 lrromosom (2n=26), kromosom nomot 8,10,11,12 clan 13 w a n tipe rnetasentrik, sedanglclin &lspan pasang kromosom
lainnya memiliki tipe submetasentri, seperti tertera pada T h l 12.
Tabel 12. Panjang Relatif, Nilai Numerik Letak Sentromer dan Tipe Kromosom Rana linznocharis dalam metafase, n = 7 Pasangan Kromosom
1
I
i i ! i
1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Pjg Relatif
Nilai Tengah
Nilai Tengah
NVC
Tipe
Pjg Krom (cm)
LP.Krom(cm)
(%)
Krom
17,92 1237 11.56 10,04 8,10 6,51 5,71 5,27 5,06
2,48*0,30 1,74iO,29 1,60*0,30 1,39*0,31 1,15*0,22 0,90*0,22 0,79i0,24 0,73&0,21 0,70*0,11
0,85*0,16 0,60*0,18 0,55*0,17 0,51*0,14 0,43*0,06 0,32iO,O8 0,29*0,09 0,28iO,O5 0,25iO,07
4,77 4,41
0,66*0,09
0,25*0,05
4,19
0,61i0,07 0,58i0,09
0,25*0,05 0,24*0,07
3,68
0,51i0,08
0,21*0,08
{%)
Keterangan : LP
=
34,27 34,48 34,38 36,69 37,39 3536 36,71 38,36
SM
35,71 37,88
SM
40,98
M
41,38 41,18
M
SM SM SM SM SM SM
M M
M
Lengan Pendek
NVC = Numeric Value of Centromer
M SM
= =
Metasentrik Submetasentrik
Berdasarkan ukuran panjang (Gambar 12), kromosom nomor 1 dan 2 merupakan kromosom besar, kromosom nomor 1 dengan rataan panjang relatif 17,92% dan NVC 34,27% dengan tipe submetasentrik dan kromosom nomor 2 dengan rataan panjang relatif 12,57% dan NVC 34,48% dengan tipe submetasentrik. Kromosom kecil pada jenis ini terdiri atas dua kelompok yaitu nomor 8,10,11,12 dan 13 dengan tipe metasentrik dan kromosom nomor 9 dengan
tipe submetasentrik. Kromosom nomor 13 merupakan kromosom paling kecil dengan rataan panjang relatif 3,68% dan NVC 41,18% dengan tipe metasentrik
semolkin banyak terdapatnya persamaan bentuk, ulnrran maupun susumn kromosom yang dimiliki oleh masing-masing spesies menunjukkan se@n
a t
hubungan filageni antara kedua spesies. Bila dilihat dari hasil analisis kariotip
pada Tabel 1I dan Tabel 12 ternyam antma R wwiwra dan R Z i W s mempunyai hubungan kekerabatan yang era&karena dari 13 pasang lrromos~m yang dimitiki oleh kedua spesies tersebut, 70 % (9 pasang krornosom) memiliki susunan dan tipe kromosom yang sama y i t u pasangan kKImosom nomor 1, 2,4, 5 . 6 dm 7 dengan tipe submetasentrik dan pasangan kromosom nomor 8, I0 dan
12 dengan tipe metasentrik. Kromosom yang berbeda terdapat antara lain
kromosom nomor 3,9, 1 1 dan 13.
J!& ~ n a i i i b Pola P
I W ~
b i l analisis pola pm&in p d a dua jenis kodok dapat dilihat pada Gambar 13.
Gwmbar 13. Poh protein dari : (1) Protein standar (A :Albumin, B : GbemIdehidid fosfat dehidrogmme, C : - Tripsin inhibitor); (2) Rana canmivuru (R~)~Belu; (3) Re Belu; (4) h a limrlocharis (W)Kupang; (5) RCI Kupang; (6) Rcz Kupmg; (7) Rc3 Kupang; (8) Rci 'ITS; (9) Rca TTS
Setelah dilalnrkan pengukurm pita protein molkti didapt jarak migrasi pita protein standar dan protein mpe1, seperti tertem pada Tabel 13. Wil
-
pengukurm jar& migrasi pula pita protein standar berkisar 2,650 4,600 cm.Pita protein R cancriwro (Rcldm Rc$ Betu berkisar antam 3500 - 2,650 cm, R
limnocharis 2.400 cm, R mcrivora (Rcl,Rct dan Rc3) Kupang berkisar antara 2,500 -2,700cm, R imwivora (RcJdm RC2) TTS sebesar 2,450 cm.
;;- -:;.?:
.
Tabel 13. Jarak Migrasi (cm) Pita Protein Standar dam Protein Sampel Genus Rana
Gliseraldehidid fosfat dehidrogenase, 3: inhibitor); (A) Rana cancrivora (Rc)lBelu; Belu; (C) Rana linsnocharis (R1) Kupang; Kupang; (E) RCI Kupang; (F) R c ~Kupang; TTS; (H) RCZTTS
Tripsin (B) Ret @) Rel (G) Rcl
Setelah dilahkan pengukuran jarak migrasi pita protein standar dan protein sampel, diperoleh nilai Rf dari masing-masing protein, seperti yang tertera pada Tabel 14. Nilai "Rf"(Relatif mobility) pada protein standar berkisar antara 0,500 - 0,860, R. calzcrivora asal Belu mempunyai nilai "Rf" pada kisaran 0,4700,500, R. linvzocharis 0,450, R. cancrivora asal Kupang pada kisaran 0,470 0,5 10 dan R. cancrivora asal TTS 0,460.
-
Tabel 14. Nilai Relatif mobility (Rf) Protein Standar dan Protein Sampel Genus Rana
Keterangan : (1: Albumin, 2: Gliseraldehidid fosfat dehidrogenase, 3: Tripsin inhibitor); (A) Rana cancrivora (R~)~Belu; (B) Rcz Belu; ( C ) Rana limnocharis (Rl) Kupang; @) Rcl Kupang; ( E ) Re2 Kupang; (F) R c ~Kupang; (G) Rcl TTS; ( H ) Rc2 TTS Berdasarkan nilai jarak migrasi dan nilai Rf d&i kedua spesies di atas, maka dapat ditentukan berat molekul protein sampel tersebut, meskipun dalam penelitian ini tidak dapat ditentukan semua jenis protein yang muncul. Nilai berat
-
molekul protein standar berkisar antara 2 1.000 43.000, sementara berat molekul
R. cancrivora asal Belu berkisar antara 43.000 - 44.290, R limnocharis 45.150,
R.cancrivora asal Kupang 43.430 - 44.290, dan R. cancrivora asal TTS 44.720 (Tabel 15). Berdasarkan kisaran berat molekul tersebut terlihat bahwa walaupun berasal dari satu spesies yaitu R. cancrivora, namun masing-masing sampel yang berasal dari ketiga lokasi penelitian
yaitu Belu, Timor Tengah Selatan dan
protein standar, ternyata plasma darah dari R cancrivora asal Belu (Rcl Belu) yang spesifik dengan berat molekul protein standar (albumin) dengan berat molekul 43.000. Apabila diiakukan perbandingan kedua jenis kodok (R cancrivora dan R limnocharis), baik perbandingan antara R. cancrivora asal Belu, Timor Tengah Selatan dan Kupang dengan R limnocharis setelah dianalisis pita proteinnya, ternyata tidak menunjukkan susunan dan jarak migrasi yang sama. Hasil elektroforesis menunjukkan bahwa jumlah pita protein R cancrivora asal Belu, TTS dan Kupang
maupun R. limnocharis memiliki satu pita.
Penelitian Tritawani (1996) pada enam spesies kodok menunjukkan bahwa R blythi, R erythraea, R macrodon, R chalconota di Sawahlunto dan Sugiri (1979)
pada R. blythi asal Sumatera Barat, masing-masing mempunyai 5 pita protein, sedangkan pada R limnocharis dan R hosei asal Sawahlunto masing-masing mempunyai enam pita protein. Tabel 15. Nilai Berat Molekul Protein Standar dan Protein Sampel Genus Rnnn Protein A D B C F E H G standar
-
(1)13.000
43.000
(2)36.000
-
(3)20.100
-
-
-
45.150
44.290
-
--
42.570
-
42.570
-
44.290 -
44.720
44.720
-
-
-
-
-
Keterangan : (1: Albumin, 2: Gliseraldehidid fosfat dehidrogenase, 3: Tripsin in hibitor); (A) Rnnn cancrivora ( ~ c ) l ~ e G(B) ; Re2 Belu; (C) Rnnn linznoclzaris (RI) Kupang; (D) Rcl Kupang; (E) Re2 Kupang; (F) Re3 Kupang; (G) Re1 TTS; (H) Re2 TTS