REKONSTRUKSI ACEH N0. 24 ■ 24 JUNI 2006 ■ DUA MINGGUAN
http://e-aceh-nias.org/ceureumen/
PANTON Apui lam seukem seu um that tuloe Meunyoe roeh talhoe ka tutoeng gaki Bah RUU-PA gohlom seuleusoe Mupakon jieno GAM tarek diri Reudok hana lee ujeuen lam nanggroe Riyeuk meutaloe rab bineh pasi Dalam pilkada GAM surot droe Bak BRA jinoe pih GAM tarek diri Putik boh mancang asam boh sunjoe Ngoen aneuk kiroe geucicah udeueng Lam jaloe politik di GAM tarek droe Bak rakyat nanggroe neucrie bie maklom SULAIMAN A. GANI
2
3
Informasi tentang hal-hal terbaru masalah penyaluran bantuan Badan ReintegrasiDamai Aceh (BRA). Baca halaman 4 dan 5.
■ HOTLI SIMANJUNTAK
SAK BRR tak Prioritas Lagi Investigasi
‘Gerthak Gerthik’ di Jambo Timu Rahmad.Yd Lhokseumawe
[email protected]
Dibutuhkan: Air…!
7 Aceh tak Boleh Keluar Helsinki
S
uara gerthak gerthik mulai terdengar kembali di Desa Jambo Timu Kecamatan Blang Mangat Aceh Utara. Suara itu terdengar sepanjang hari di desa yang terkenal sebagai kawasan tsunami dan konflik. Rupanya para ibu mulai menggoyang kembali mesin jahit untuk menjahit bordir. Ada banyak wanita pengrajin bordir di Desa Jambo Timu. Dan bencana tsunami telah menyebabkan usaha bordir mereka hancur. Kini para ibu mulai dilatih ketrampilan. Mereka kembali menjahit untuk membangkitkan perekonomian warga yang selama ini bergantung dari usaha membordir.
Dibantu LSM asing Adalah Malteser International, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berada di Aceh Utara. Lembaga itulah yang memfasilitasi ibu-ibu korban tsunami dan konflik melalui Koperasi Harapan Kita. Mulyani salah satu peserta pelatihan kepada Ceureumen mengatakan, warga sangat bersyukur, karena pelatihan itu sangat bermanfaat membantu ekonomi mereka. “LSM ini juga telah membangun ratusan rumah bagi korban tsunami di Desa Jambo Timu, selain itu untuk memberdayakan ekonomi warga pesisir telah membentuk berbagai kelompok usaha,” kata Mulyani bersemangat. Bisa diekspor Menurut Sandrafrobe, community
program advisor Malteser International, pelatihan yang difalilitasi pihaknya berbeda dengan LSM lain. “Setiap anggota koperasi harus menyetor uang sebesar lima puluh ribu rupiah, Supaya mereka bekerja dan berlatih secara baik dan benar,” kata Sandrafrobe. Hal ini dilakukan karena banyak bantuan asing yang tidak mampu dimanfaatkan secara benar oleh pengungsi dan dibiarkan begitu saja dirumah. Sebagai tahap pertama, Ibu-ibu Jambo Timu dilatih berbagai keterampilan menjahit. Hasil produksinya akan dipasarkan ke berbagai toko di Aceh. “Bila kualitas produk yang dihasilkan bagus. Akan kita ekspor ke luar negeri,” kata Sandrafrobe lagi. ■
KORUPSI
CEUREUMeN
■ ■ TANYA JAWAB
Berobat Gratis di RSU-ZA Syarat Berobat Gratis
T:
Ayah saya yang bernama M Yusuf (60) telah beberapa kali berobat ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSU-ZA), Banda Aceh. Ayah saya penyakitnya sangat berat, yaitu prostat dan hernia. Sudah 10 kali saya mengantarnya ke RSU-ZA untuk berobat. Namun, saya seperti dipimpong oleh dokter. Saya merasa ayah sudah memenuhi persyaratan yang cukup untuk mendapatkan pengobatan gratis, sebagaimana halnya dengan warga lain. Sayangnya, malah dipimpong dan dibiarkan telantar. Saya tak punya uang banyak untuk berobat ke rumah sakit swasta. Saya tergolong keluarga miskin. Yang ingin saya tanyakan, apa saja sebenarnya persyaratan yang dibutuhkan agar dapat berobat secara gratis? Tarmizi Desa Lamdom, Kecamatan Luengbata Banda Aceh
J:
Menurut Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RSU-ZA dr Rusmunandar, pertama-tama masyarakat harus membuat surat atau Kartu Asuransi Kesehatan Keluarga Miskin atau biasa disebut Askeskin. Kartu ini dapat diperoleh dari kecamatan. Setelah mendapatkan Askeskin, masyarakat dapat langsung memperoleh pelayanan kesehatan secara gratis. Sebetulnya, tahap pelayanan yang paling awal mulai dari Puskesmas. Apabila tidak sanggup ditangani di Puskesmas, baru dirujuk ke RS tingkat II. Jadi, urutannya, Puskesmas, RS tingkat II, baru RS tingkat I. Tetapi, karena terlalu banyak pasien dan kekhususan penyakit yang ada, kadang-kadang RSU-ZA langsung menerima pasien rujukan dari Puskesmas. Sampai saat ini, untuk kelas III semuanya dilayani secara gratis. Mereka dibiayai oleh negara untuk berobat secara gratis.
Operasi Apa Saja Gratis?
T:
Apakah pasien yang melakukan operasi besar juga akan gratis seluruh biayanya di RSUZA? Marlina, Darussalam , Banda Aceh
J:
Menurut Rusmunandar, bagi keluarga miskin yang mempunyai kartu Askeskin, seluruh biaya berobat ditanggung oleh PT Askes. Untuk jenis operasi apa saja yang gratis, perusahaan ini telah mengeluarkan buku petunjuk. Di dalam buku petunjuk disebutkan fasilitas-fasilitas apa saja yang bisa diperoleh secara gratis oleh masyarakat. Umpamanya, ketika pasien melapor ke poliklinik, misalnya karena menderita penyakit tertentu, misalnya patah tulang, maka pihak rumah sakit akan mengecek apakah pelayanan tersebut termasuk dalam fasilitas yang ada dan ditanggung oleh PT Askes. Jika termasuk, maka tentu akan gratis.
Anda bisa mengirimkan pertanyaan apa pun yang ingin Anda ke-tahui, terutama mengenai masalah rekonstruksi dan rehabilitasi. Redaksi akan mencarikan jawaban untuk pertanyaan Anda. Kirimkan ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001 atau email
[email protected] dengan mencantumkan “Rubrik Tanya Jawab”
SAK BRR tak Prioritas Lagi Investigasi Muhammad Azami Banda Aceh
[email protected]
K
epala Satuan Antikorupsi (SAK) Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) NAD-Nias Achmad M.M. Jogasara mengatakan, pihaknya akan mengubah prioritas SAK BRR dari fungsi menginvestigasi kasus-kasus korupsi menjadi fungsi pengendalian korupsi. Perubahan orientasi ini untuk meluruskan Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) yang sudah dijalankan SAK saat lembaga itu dipimpin oleh Kevin Evans. Meski tidak menyebut sebagai kritikan, Jogasara mengatakan bahwa SAK yang dulu punya kekurangan, yaitu tidak mempunyai skala prioritas dalam bekerja. “Saya tidak menyalahkan (SAK) yang dulu. Dulu, pesan yang disampaikan adalah SAK harus reaktif. Semua pengaduan harus ditangani. Dulu tidak ada pemilah-milihan atau prioritas. Sekarang kita akan geser prioritasnya lebih banyak ke arah pencegahan,” katanya. Menurutnya, SAK dulu sibuk dengan kasus-kasus pengadaan. Akibatnya, gejala-gejala ‘penyakit’ di tempat lain tidak tertangani. ”Yang tidak lurus itu sebenarnya, selama ini SAK selalu terbebani dengan tugasnya panitia tender. Misalnya sanggah, banding, somasi. Itu bukanlah tugas SAK. Itu tugas manajemen pengadaan. SAK itu hanya kalau ada gejala KKN,” katanya kepada Ceureumen, Selasa (20/6) lalu. Tiga fungsi Sebetulnya ada tiga fungsi SAK, yaitu pencegahan, investigasi, dan pendidikan. Ketiga fungsi ini harus dijalankan. Cuma, katanya, kini fokusnya ke arah pencegahan. Sedangkan investigasi, menurutnya, tetap dilakukan meski tidak mudah, karena memakan waktu dua-tiga bulan, bahkan ada yang bertahun-tahun lamanya. Diharapkan, dengan metoda mencegah dan mendidik untuk tidak korupsi, akan melahirkan generasi baru yang sadar korupsi. Secara konsep pun, menurutnya, teori antikorupsi itu memang lebih banyak setiap peren-
■ DOK CEUREUMEN/ MAHDI ABDULLAH
2
canaan proyek sampai penyelesaian. Kemudian, SAK akan melakukan monitoring rutin. “Kita bisa mengatur jadwal untuk itu.” Yang kedua, mencegah secara sistemik. Peraturan-peraturan yang masih kurang jelas atau adanya grey area, pasal-pasal yang bertentangan, dokumen tender yang tidak sesuai dengan Keppres, akan diluruskan. “Itu masuk ke dalam pengkajian sistem,” tuturnya. Yang ketiga, tambahnya, dengan adanya evaluasi yang merupakan tindak lanjut hasil monito-
ring, maka begitu ada masalah akan segera ketahuan. “Harus berpikiran positif Pak bahwa panitia itu tidak boleh kita anggap bersalah. Yang seperti ini mungkin saja ia lalai atau mungkin tidak teliti. Belum tentu ia KKNkan,” katanya. Selain itu, tambah Jogasara, secara internal pihaknya juga akan meng-update semua pakta integritas yang sudah diteken. “Akan ada internal training untuk mereka, misalnya untuk peningkatan kapasitas atau pemahaman terhadap peraturan,” katanya. ■
Silakan Mengadu ke SAK BRR: Email :
[email protected] Nomor Kontak : 081534066390 Laporan dari masyarakat kepada SAK BRR berdasarkan cara pengaduan periode 13 September 2005 - 31 Mei 2006: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kunjungan Email Surat Telepon SMS Fax Media
Total
: : : : : : :
270 24 314 13 47 2 24
:
694 Laporan
■ REDAKSI CEUREUMeN ■ Pemimpin Redaksi: Sim Kok Eng Amy ■ Sekretaris Redaksi: Siti Rahmah ■ Redaktur: Nani Afrida ■ Wartawan: Mohammad Avicenna, Muhammad Azami ■ Koordinator Artistik: Maha Studio ■ Fotografer: Hotli Simanjuntak ■ Dengan kontribusi wartawan lepas di Aceh ■ Alamat: PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected] ■ Percetakan dan distribusi oleh Serambi Indonesia. CEUREUMeN merupakan media dwi-mingguan yang didanai dan dikeluarkan oleh Decentralization Support Facility (DSF atau Fasilitas Pendukung Desentralisasi). DSF merupakan inisiatif multi-donor yang dirancang untuk mendukung kebijakan desentralisasi pemerintah dengan meningkatkan keselarasan dan efektifitas dukungan dari para donor pada setiap tingkatan pemerintahan. Misi dari CEUREUMeN adalah untuk memberikan informasi di Aceh tentang rekonstruksi dan berita yang bersifat kemanusiaan. Selain itu CEUREUMeN diharap bisa memfasilitasi informasi antara komunitas negara donor atau LSM dengan masyarakat lokal.
FOKUS
CEUREUMeN
3
Dibutuhkan: Air…! Nani Afrida Banda Aceh/Aceh Besar
[email protected]
Beberapa LSM yang “Masih” Urusi Air 1. 2. 3. 4.
CARE OXFAM Palang Merah Internasional (IFRC) Project Concern International (PCI)
■ HOTLI SIMANJUNTAK
M
asalah air menjadi hal yang sangat penting bagi kehidupan. Namun pascatsunami di Aceh sangat sulit untuk mendapatkan air bersih, terutama di pengungsian. Pengungsi di kawasan pinggiran kota dan juga pinggiran laut harus bergantung sepenuhnya dari air bantuan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Dan bila air tidak datang, itu berarti harus rela mengonsumsi air dari sumur yang sudah tercemar limbah tsunami. Sejumlah barak hunian sementara (huntara) korban tsunami hingga saat ini mengalami krisis air bersih karena penyalurannya terlambat dan terbatasnya fasilitas penampung air. Banyak lokasi Di Kawasan Rukoh, Alue Naga, Lambaro Skep, Krueng Raya Aceh Besar misalnya. Masih banyak pengungsi yang kalang kabut akibat kurangnya pasokan air. “Air disini dibawa tiga hari sekali. Tangkinya hanya satu sedangkan orangnya banyak, terlebih lagi persediaan air dibawa tiga hari sekali,” kata Samsidar (38) penghuni huntara Rukoh Kecamatan Darussalam. Penghuni huntara Rukoh yang berjumlah sekitar 200 jiwa itu harus antri menggunakan air dan tidak sedikit pula warga sekitar barak mengambil air bersih yang diperuntukkan bagi korban tsunami kawasan tersebut. Dia juga mengatakan, terkadang para pengungsi harus mandi dengan air keruh dan asin yang tersedia di sumur bor sekitar huntara. Akibatnya banyak anak pengungsi yang terlambat sekolah karena harus mengantri air. Berjalan jauh Di Alue Naga, warga terpaksa berjalan jauh untuk mendapatkan air dari penampungan. “Kadang hanya tangki air yang dekat dengan jalan raya yang diisi. Sehingga masyarakat harus berjalan jauh sekali. Sehingga banyak yang tak mendapatkan air,” kata seorang warga kepada Ceureumén. Sementara itu, huntara Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh juga mengalami hal yang sama seperti diakui salah seorang penghuninya, Muhammad (36). “Kalau dulu setiap barak memiliki tangki air tapi sekarang hanya tinggal dua ,” kata Muhammad. ■
Mata air di Desa Sayeung.
Mata Air Bantu Pengungsi Aceh Jaya Nani Afrida Calang Aceh Jaya
[email protected]
B
ila hampir semua pengungsi Aceh Jaya kesulitan air bersih, tidak demikian halnya dengan masyarakat yang mengungsi di Desa Sayeung Mukim Rigaih Aceh Jaya. Mereka mengungsi tak jauh dari mata air. Setiap hari mereka bebas mencuci, memasak dan mandi dengan air bersih. Jamaliah (33) misalnya. Ibu tiga anak ini sangat bersyukur meskipun dalam kondisi mengungsi tapi kebutuhan air bersih sangat mencukupi. “Kami merasa beruntung, kalau sudah mengungsi kemudian kesulitan air, entah apa jadinya,” kata Jamaliah yang mengungsi dari Desa Kampong Baro, 100 meter dari Desa Sayeung. Dari bukit Mata air di Desa Sayeung menghidupi 2500 jiwa. Baik masyarakat maupun pengungsi yang berasal dari Desa Sayeung dan Desa Lhok Buya. Bahkan warga Calang dan desa-desa lain sering datang ke mata air khusus untuk mandi dan mencuci sepuasnya. Menurut masyarakat, sebelum tsunami mata air Desa Sayeng hanya berupa kolam kecil. Ada puluhan sumber mata air di kolam itu. Ada yang kecil dan juga yang besar. “Air itu berasal dari bukit. Sejak zaman dulu tidak pernah kering,” kata Anwar Ibrahim, kepala Mukim Rigaih Belakangan paskatsunami, banyak pengungsi di kawasan itu. Sehingga kebutuhan air semakin banyak. Un-
tuk menghasilkan air lebih banyak, pihak Project Concern International (PCI) mengali lebih dalam dan membuat kolam dan pipa khusus untuk menampung air. Kini debit air yang keluar dari mata air utama mencapai 20 liter setiap detik. “Kami berharap bila air itu semakin banyak bisa menolong pengungsi lain. Kami tahu betapa sulitnya pengungsi mendapatkan air bersih yang layak minum,” kata Anwar Ibrahim lagi. Marak pengalian batu Yang kini membuat Anwar Ibrahim dan penduduk Desa Sayeung prihatin adalah makin maraknya pertambangan batu di bukit-bukit Desa Sayeung. Memang kualitas batu di daerah tersebut paling bagus. Masyarakat khawatir, bila pemerintah terus mengali baru akan menyebabkan bukit habis dan mata air juga menghilang. “Cuma kami hanyalah masyarakat, semua kebijakan kembali ke pemerintah,” kata Anwar Ibrahim. Bukan rahasia lagi kalau air menjadi persoalan tersendiri di paska tsunami di Kabupaten Aceh Jaya. Hampir setiap pengungsian bergantung sepenuhnya dari air bantuan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Air bantuan biasanya hanya untuk konsumsi memasak. Untuk mandi dan mencuci mereka menggunakan air sumur yang sudah tercemar air laut. Terkadang air bantuan juga suka terlambat. Sehingga sering masyarakat terpaksa mengonsumsi air tercemar tadi. Memang ada program untuk pengurasan sumur masyarakat di Aceh jaya. Namun banyak sumur yang kendati sudah dikuras, airnya tetap tidak layak konsumsi. ■
CERITA SAMPUL
CEUREUMeN
Salam hangat Saya seorang pembaca setia Tabloid Ceureumén ini. Kendati kadang kala saya agak kecewa juga dengan distribusinya. Kali ini saya tidak ingin menyinggung masalah itu. Di tengah suasana demam Piala Dunia yang melanda jagad ini, kami di Aceh juga ikut merasa kondisi yang sama. Dalam hal ini tentu saja kami—terutama korban tsunami—tak meragukan lagi komitmen Republik Federasi Jerman. Mereka bukan saja mengirim tentara untuk membersihkan puing-puing tsunami, namun juga memberi apa yang mereka bisa untuk rakyat kita di Aceh. Sungguh luar biasa, perhatian mereka. Satu lagi yang tak kalah menariknya adalah aksi GTZ yang membuat acara nonton bareng World Cup 2006 di Taman Ratu Safiatuddin. Tak pernah kami sangka sebelumnya, kalau GTZ memahami “kebutuhan” kami bukan saja yang primer tapi skunder juga. Memang harus diakui Aceh gudangnya calon-calon pemain bola. Tak percaya, lihat saja banyak lampoh u (kebun kelapa) yang dipakai buat menendang sikulit bundar. Olah raga ini cukup akrab dalam kehidupan kami di Aceh. Prinsip inilah yang kemudian, membuat Indonesia selalu menjadi penontot dalam kancah persepakbolaan regional. Karena itu saya yakin, dengan “teori” itu tim nasional Indonesia cuma bermimpi untuk tampil di Piala Dunia kapan pun juga. Kalau tak percaya potong kelingking saya. Kembali ke “sumbangan” GTZ yang tak ternilai harganya. Para bola mania yang korban tsunami tentu saja tak akan melupakan sejarah “pendaratan” Jerman di Aceh. Mereka banyak membantu dalam berbagai hal. Sekali lagi saya mewakili ribuan korban mengaturkan jutaan terima kasih. Semoga pesta bola di Jerman sukses tanpa ada rintangan apapun. Berjayalah Bangsa Jerman. Bravo! Kepada Tabloid Ceureumén juga, saya haturkan banyak terima kasih atas dimuatnya komentar saya ini. Wassalam Harmaini Kompleks Beurawe Shopping Center Banda Aceh
Apakabar Jadup dan Rumah Assalamualaikum, Wr, Wb Redaksi Tabloid Ceureumén yang terhormat, saya sangat berharap sekali koran ini memberitakan kembali kabar jatah hidup (jadup) dan soal rumah yang tak jelas. Bagaimana nasib jadup kami yang sudah lama tak jelas kabarnya. Apakah cuma untuk tiga bulan saja, padahal pemerintah sudah menjanjikan untuk satu tahun. Sedangkan yang kedua adalah bagaimana dengan rumah-rumah yang belum jelas juntungnya. Kapan itu akan dilakukan. Kemudian bagaimana dengan nasib kami yang menyewa rumah di Banda Aceh. Apakah akan mendapatkan bantuan rumah juga? Oleh karena itu, melalui tabloid ini saya ingin agar wartawan Ceureumén kembali menulis dan membantu kami menanyakan kenapa jadup distop dan tak dibagikan lagi. Apakah kami cuma diberi jadup tiga kali saja, sementara yang 9 bulan lagi kemana? Apakah dikorupsi? Terima kasih atas dimuatnya komentar kami manusia barak. Nasruddin AB Kampung Mulia Kuta Alam Banda Aceh
Buat Anda yang ingin menyampaikan Suara Rakyat kecil berupa ide, saran, dan kritik tentang rekonstruksi bisa melalui surat ke Tabloid CEUREUMéN PO Box 061 Banda Aceh 23001 email:
[email protected]
■ MANTOBING
Terima Kasih GTZ Jerman
Seorang wanita Aceh korban konflik dibantu rekannya memeriksa kelengkapan proposal dari anggota kelompoknya yang juga korban konflik di pendopo Gubernur NAD. Masyarakat korban konflik Aceh berbondong-bondong mengajukan proposal yang diharapkan dapat membantu memulihkan perekonomian mereka yang hancur akibat konflik.
Bantuan BRDA untuk Korban Konflik Muhammad Azami dan Nani Afrida Banda Aceh
[email protected]
E
disi ini tim Ceureumén menurunkan informasi tentang hal-hal terbaru masalah penyaluran bantuan Badan re-integrasi Damai Aceh (BRDA). Diharapkan informasi ini bisa berguna untuk korban konflik.
Tak Perlu Lagi Proposal ●
●
●
Oleh karena ada perubahan kebijakan, BRA menilai tidak diperlukan lagi proposal bagi korban konflik untuk mendapatkan bantuan. Karena yang memutuskan seseorang mendapat bantuan atau tidak adalah hasil musyawarah warga di desa yang bersangkutan. Hingga pekan lalu, BRA telah menerima sebanyak 48.000 proposal. Beberapa ribu di antaranya telah diperiksa. Menurut staf BRA di bagian proposal, semua proposal akan diperiksa. Sedangkan proposal yang sudah diajukan ke Banda Aceh, warga diharap juga tidak perlu bolak-balik menanyakan perkembangannya. Hal ini karena, proposal-proposal yang telah diperiksa juga akan dikembalikan ke desa. Di desa di bahas kembali apakah orang atau kelompok yang mengajukan proposal itu berhak menerima atau tidak.
Proposal yang dinilai adalah: 1. Kelengkapan administrasi. 2. Rasionalitas besar dana yang diajukan dan jenis usaha.
Untuk Korban Konflik ada Rp 210 Miliar ●
●
●
Badan Reintegrasi Damai Aceh (BRA) akan membagi-bagikan uang sebanyak Rp 210 miliar untuk korban konflik pada tahun ini. Dana ini diharapkan sudah disalur semuanya pada akhir tahun. Sebanyak Rp 210 miliar ini khusus untuk korban konflik, sedangkan kelompok lain seperti mantan anggota TNA, akan dibantu dengan dana lain. Mekanisme untuk mereka berbeda pula dengan korban konflik. Oleh karena sifatnya memberdayakan ekonomi masyarakat, maka akan dilakukan pendampingan dan pembinaan. BRA dalam hal ini akan bekerjasama dengan fasilitator PPK (Proyek Pengembangan Kecamatan) yang ada di setiap desa di seluruh Aceh. Seperti diketahui, setiap desa memiliki tiga orang fasilitator PPK. Mereka yang bekerja untuk PPK tersebut dimanfaatkan untuk membantu korban konflik, mulai dari tahap sosialisasi awal kebijakan BRA ini, proses musyawarah, hingga pendampingan kelompok/perorangan yang akan menerima bantuan.
❞
Bantuan yang diberikan kepada penerima juga dimungkinkan untuk digunakan bersama-sama dengan warga yang lain. ●
Meskipun prinsipnya memberdayakan ekonomi secara individual, warga bisa membuat kesepakatan untuk berkelompok, sehingga skala ekonominya menjadi lebih luas. Bantuan yang diberikan kepada penerima juga dimungkinkan untuk digunakan bersamasama dengan warga yang lain.
Ceureumen 5
CERITA SAMPUL
Kecamatan Penerima Dana Konflik ●
●
Data sementara menunjukkan, ada 225 kecamatan di seluruh Aceh yang berhak menikmati dana ini. BRA membagi 225 kecamatan ini ke dalam tiga kategori, yaitu yang konfliknya berintensitas tinggi (56 kecamatan), berintensitas sedang (54 kecamatan), dan berintensitas rendah (115 kecamatan). Kategori intensitas konflik akan menentukan kuota jumlah bantuan, seperti berikut ini. 1. Tinggi intensitas konflik: Rp 150 juta. 2. Sedang intensitas konflik: Rp 100 juta. 3. Rendah intensitas konflik: Rp 70 juta.
●
Apakah sebuah kecamatan tergolong ke dalam intensitas rendah atau tinggi, sangatlah tergantung kepada beberapa hal, antara lain: 1. Jumlah korban konflik. 2. Jumlah GAM yang kembali. 3. Jumlah tapol/napol yang kembali. 4. Insiden konflik berdasarkan media massa.
Contoh, Pidie, Aceh Utara, Aceh Timur. Kecamatan di tiga kabupaten tersebut tergolong konfliknya berintensitas tinggi.
■ MANTOBING
●
Siapa Desa Penerima Dana Konflik? ●
❞ Yang memutuskan seseorang mendapat bantuan
●
atau tidak adalah hasil musyawarah warga di desa yang bersangkutan.
●
Musyawarah pihak Muspika akan menentukan desa dan besaran bantuan yang berhak mereka terima. Menentukan Penerimanya Menyangkut siapa saja penerima di setiap desa akan ditentukan oleh musyawarah warga desa. Calon-calon penerimanya akan diidentifikasi oleh warga desa sendiri. Kriteria kdasar calon penerima yang ditentukan oleh BRA adalah warga yang ‘paling korban’ dan paling miskin. 1. Paling korban misalnya mengalami cacat
●
tubuh secara permanen. 2. Paling miskin misalnya sang kepala keluarga meninggal dunia karena konflik dan tidak meninggalkan apa pun yang dapat menghidupi anak-anaknya. Hasil musyawarah desa menghasilkan usulan sejumlah nama yang berhak dapat. Lalu, pihak kecamatan akan memilih berdasarkan alokasi dana yang tersedia. Yang mendapat prioritas teratas sebagai penerima adalah yang ‘paling korban’ dan paling miskin.
Prinsip Fleksibilitas ●
●
Kebijakan ini merupakan mekanisme baru dalam penyaluran dana untuk korban konflik. Sebelumnya, siapa saja penerima dana konflik ini diputuskan di Banda Aceh berdasarkan proposal yang masuk. Penilaiannya pun hanya melalui proposal yang diajukan. Kini, orang yang tidak dapat membuat proposal pun berpeluang untuk memperoleh bantuan. “Karena keputusan seseorang berhak mendapatkan atau tidak, diputuskan dalam musyawarah warga desa,” kata Fakhrizal, Jurubicara BRDA. Menurutnya, cara ini digunakan sekalian untuk memberdayakan masyarakat desa agar cakap dalam mengambil keputusan. Selain itu, cara ini juga dinilai lebih objektif dibandingkan dengan metoda
●
●
apa pun lainnya. Soalnya, yang paling mengetahui siapa yang lebih layak menerima bantuan di sebuah desa adalah masyarakat di lingkungan desa yang bersangkutan. Diharapkan, uang ini bukan untuk dibagibagi, melainkan warga harus mengajukan jenis usaha untuk dimodali. Akan tetapi, jika pun warga memutuskan lain sebagai hasil musyawarah, BRA tidak mempersoalkannya. “Bisa saja memang pada akhirnya mereka lebih memilih dibagi-bagi uangnya, ketimbang menjalankan usaha bersama. Silakan saja, kalau pilihan itu memang lebih baik. Jadi, kita lebih fleksibel dalam penyaluran,” kata Dr Islahudin, Koordinator Bidang Pemberdayaan Ekonomi Bapel BRA.
Dana untuk Korban Konflik ■ MANTOBING
●
●
Hingga saat ini belum ada qanun/perda yang akan menyatakan berapa yang akan diterima oleh korban konflik. Namun menurut Syariah Islam, korban mendapatkan ganti rugi sebanyak 60 ekor unta. Sebelum qanun disahkan, ahli waris korban
● ●
konflik tetap akan mendapatkan santunan Rp 3 juta rupiah setiap tahunnya. Untuk korban cacat akan memperoleh Rp 10 juta rupiah Semua dana akan langsung masuk ke rekening korban
Seorang petugas dari Badan Reintegrasi Aceh Damai sedang memeriksa kelengkapan proposal yang diajukan masyarakat korban konflik Aceh di Pendopo Gubernur NAD.
❞
Proposal-proposal yang telah diperiksa juga akan dikembalikan ke desa. Di desa di bahas kembali apakah orang atau kelompok yang mengajukan proposal itu berhak menerima atau tidak.
Bantuan Rumah untuk Korban Konflik ● ● ●
●
Ada 9000 rumah yang akan dibangun kembali oleh pemerintah selama tahun 2006 dan 2007 Tiap rumah seharga Rp 35 juta rupiah Setelah mendapatkan korban yang rumahnya dibakar, maka pemerintah akan menyalurkan uang melalui kecamatan. Juga akan dibuat surat perjanjian antara kor-
●
●
ban dan pemerintah. Korban akan menerima uang tersebut dalam tiga tahap. Yaitu tahap I 40 persen. Tahap II 40 persen dan tahap III 20 persen. Bantuan rumah ini juga akan diputuskan oleh musyawarah desa siapa yang membutuhkannya.
6
CEUREUMeN
TIPS KESEHATAN
CEK BANUN
Bahaya Merokok
M
■ HOTLI SIMANJUNTAK
■ MAHDI ABDULLAH
eskipun sudah mengetahui bahaya merokok, namun masih banyak juga orang yang tetap merokok. Rubrik kesehatan kali ini kembali mengingatkan bahaya merokok untuk kesehatan Anda. 1. Dalam asap rokok terdapat 4.000 zat kimia berbahaya, dua di antaranya adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Racun dan karsinogen yang timbul akibat pembakaran tembakau dapat memicu terjadinya kanker. 2. Asap yang keluar dari pembakaran mengandung gas-gas beracun, seperti karbon monoksida dan larutan kimia lainnya. Karbon monoksida akan menurunkan kemampuan tubuh dalam membawa oksigen yang dapat menimbulkan risiko penyakit jantung. 3. Tembakau berisi zat nikotin yang sangat adiktif (membuat orang ketagihan). Nikotin akan mempercepat detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Namun, yang lebih membahayakan adalah tar>f 9001< yang akan terbentuk ketika mencapai paru-paru. Zat ini dapat mengakibatkan kanker paru-paru dan bronkitis. 4. Untuk memberikan selera yang diharapkan perokok, pabrik selalu menambahkan zat tambahan agar rasa dari rokok itu bisa memenuhi keinginan konsumen. Zat-zat tambahan inilah yang dapat meningkatkan kinerja dari nikotin. 5. Efek dari rokok atau tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku, dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan dengan zat-zat adiktif lainnya, rokok sangatlah rendah pengaruhnya. Makanya, ketergantungan pada rokok tidak begitu dianggap gawat.
■ MULYANI
TIPS Berhenti Merokok
TEKA TEKI SILANG CEUREUMÉN NO. 24
Tempe kornet Panir
M
emasak kali ini, kita masih mengolah cornet hasil bantuan--yang masih sering diperoleh---dari donatur untuk korban tsunami, terutama yang mendiami barakbarak, dan yang masih mendiami tenda-tenda, tempe cornet panir akan menjadi masakan yang sedap untuk hidangan keluarga. Untuk masakan hari ini, coba simak penuturan atau tuntunan Ibu Mulyani. Caranya sebagai berikut;
Bahan: ✦ 300 gr tempe, goreng, haluskan ✦ 100 gr kornet
✦ ✦ ✦ ✦ ✦
1 tangkai daun bawang, haluskan 3 butir telur 1/2 sendok teh kaldu bubuk Garam secukupnya 1/4 sendok teh merica bubuk
Bahan pelapis: 4 butir telur, kocok lepas ✦ 100 gr tepung panir
TTS tidak bisa hadir karena kerusakan pada jaringan kami. Dengan ini kami mohon maaf dan akan terbit seperti biasa pada nomor berikutnya. 4. Celupkan ke dalam putih telur lalu gulingkan ke dalam tepung panir. Lakukan satu kali lagi 5. Goreng sampai kering hingga bewarna kecoklatan. Mudahkan..., selamat mencoba!
✦
Cara membuat: 1. Aduk rata semua tempe 2. Tuang di loyang, dioles minyak dan dialasi plastik, kukus 25 menit sampai matang 3. Bahannya diadon pakai sendok dengan bentuk bulat
1. Harus ada kemauan! Sadarlah bahwa nanti kita akan merasa marah, terganggu, dan ingin sekali merokok. Itulah efek nikotin, kita merasa ketagihan. Efek itu akan menganggu terus. Tetapi lamalama akan sirna sendiri. 2. Buat mulut kita sibuk. Kunyahlah permen seperti permen karet. Membuat mulut sibuk akan melupakan kita keinginan merokok. 3. Hindari teman-teman yang selalu mendorong kita untuk merokok. 4. Berbanggalah bahwa kita tidak merokok. (dbs)
Bagi Anda yang memiliki resep unik yang bisa dimasak dengan mudah dan enak, bisa mengirim surat ke PO BOX 061 Banda Aceh 23001. Email:
[email protected]. Cantumkan alamat lengkap. Ceureumen akan mengunjungi Anda dan melihat Anda memasak. Disediakan bingkisan kecil untuk Anda.
PEMENANG TTS CEUREUMEN EDISI 21 1. Ihsan.AK MTSN Blang Balee Meulaboh 2. M. Syawwalur Ridha Siswa SD Neg.No:5 Jl.Tgk. Chik Di Tiro Sabang 3. M. Nur Jl. Mesjid Tuha no: 24
Ie Maseen Ulee Kareng 4. Lailan Fachrah Fakultas Teknik Unsyiah Jl.Syeikh Abdul rauf No: 7 Darussalam, Banda Aceh 5. M. Mahathir Jl. Bayeum no: 15 Darussalam, Banda Aceh
Mulai edisi ini, pengumuman pemenang TTS akan diumumkan setiap dua edisi berikutnya. Jawaban di kirim ke Po.Box 061 Banda Aceh. Kepada 5 (lima) pemenang akan mendapatkan kamus Bahasa Indonesia-Inggris.
DAMAI
CEUREUMeN
■ MOHAMMAD AVICENA
Suasana rapat Panitia Kerja (Panja) pembahasan Rancangan UndangUndang pemerintahan Aceh (RUUPA) di Jakarta.
Aceh tak Boleh Keluar Helsinki Mohammad Avicena Jakarta
[email protected]
B
icara damai ada pihak yang wajib dilibatkan. Itulah Gerakan Aceh Merdeka. Dua petinggi GAM Teuku Kamaruzzaman dan Faisal Putra mengingatkan. Ada sejumlah poin dalam RUU-PA yang belum sepenuhnya sesuai dengan isi kesepakatan damai di Helsinki. Penjanjian itu diteken Pemerintah RI dan GAM di Helsinki, 15 Agustus 2005. Pria yang biasa disapa Ampon Man
ini menyebutkan masih ada pasal yang didistorsi. Antara lain dia sebutkan soal kewenangan Aceh yang dinilai telah terdistorsi dengan adanya pasal 7 ayat (3), serta penggantian kata “persetujuan” menjadi “pertimbangan” dalam Pasal 8. Dia menilai keberadaan ayat (3) tersebut akan tetap memunculkan konflik kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Aceh. “Dengan ayat itu otomatis tak mungkin bisa melaksanakan kewenangan yang tertera dalam ayat (2) di atasnya,” ujar le-
laki yang kerap menyebut dirinya alumnus Sukamiskin. Tidak kurangi kewenangan Farhan Hamid, seorang anggota Panja menangkis Ampon Man. Secara khusus dia jelaskan, sejak awal sudah ada kesepahaman di Panja. Katanya pengertian kewenangan menetapkan norma, standar dan prosedur seperti tertera dalam Pasal 7 ayat (3), tidak dimaksudkan mengurangi kewenangan Aceh seperti yang sudah diberikan dalam ayat (1) dan ayat (2). Politisi PAN ini punya tamsilan. Dia
RUU-PA bak Anggur Perdamaian Jakarta
[email protected]
T
ak sia-sia bila sederet politisi Aceh silih berganti “menetap” di Jakarta; mengawal draf Rancangan Undang-undang Pemerintah Aceh. Tugas berat yang mereka panggul dipundak separohnya sudah kelar di tingkat panitia kerja. Namun, draf itu bak meteor yang sedang melintas di ladang perdamaian. Dia selalu menjadi magnit bagi semua Rakyat Aceh yang tak bosan memelotinya.Makanya menjadi tidak heran, bila banyak legislator Aceh (baca: anggota DPRD Aceh) rajin mengawalnya calon undang-undang tersebut. Mereka tergabung dalam, Tim Advokasi RUU-PA DPRD. “Alhamdulillah, pasal-pasal atau ayat yang kita drop itu bisa masuk lagi melalui pintu fraksi-fraksi,” kata Drs Adriman Kimat kepada pers di Jakarta. Katanya, ada 150 butir dan sekitar 20 substansi dari draft RUU-PA DPRD NAD yang didrop dari naskah RUU-PA yang diajukan Pemerintah ke DPR-RI. Sudah disingkirkan Wakil Ketua Tim Advokasi RUU-PA DPRD ini sudah bisa tidur nyenyak.
Senyum pun melebar. Apalagi dengan tak ada kalimat pengatrol “sesuai peraturan dan perundang-undangan” yang bertebaran dalam berbagai pasal RUU-PA versi pemerintah. “Sudah berhasil disingkirkan,” ujar dia. Politisi Golkar ini mengakui masih ada sejumlah pasal-pasal krusial yang tersisa dan butuh perjuangan keras. Antara lain dia menyebutkan soal besaran dana tambahan, pengelolaan minyak dan gas, judul UU, pertanahan, dan lain-lain. “Kita inginkan secara keras agar RUU-PA mengakomodir sepenuhnya soal ini.” Anggur perdamaian Bicara soal RUU-PA, mantan Ketua Pansus RUU-PA DPRD Aceh, Azhari Basyar punya tamsilan sendiri. Dia mengistilahkan RUU-PA ini bak satu sloki “anggur perdamaian”. Tentu mantan Dosen IAIN Ar-Raniry ini tak ingin dia tumpah, apalagi slokinya pecah. “Sebab dia memiliki implikasi sangat luas,” sebut Azhari. Bukan cuma itu, dia juga punya saran. Bila ada rumusan yang tak sejalan dengan kesepakatan MoU, Azhari menyarankan kepada Pemerintah untuk “berunding” kembali dengan Gerakan Aceh Merdeka. “Kalau UU ini ditolak akibat tidak sesuai MoU bisa buyar perdamaian.”■
Mohammad Avicena Jakarta
[email protected]
J
mencontohkan, Indonesia perlu standar kesehatan (minum) yang berlaku secara nasional. “Aceh juga harus ikut. Tetapi kalau standar kesehatan di Aceh lebih bagus dari yang di nasional itu tidak menyalahi,” kata Farhan. Prosedur yang dimaksudkan, hanya dikaitkan dengan standar kualitas dan standar pelayanan publik. “Prinsip-prinsip mengenai norma, standar, dan prosedur itu sudah disepakati dimasukkan dalam Bab Penjelasan Undang-undang, sehingga tidak ada multi tafsir,” tukas Farhan Hamid. Sumber daya Tak berbeda dengan seniornya, politisi GAM lainnya, Faisal Putra juga bicara senada. GAM menyenter poin lain soal pengelolaan sumber daya alam migas.Kata dia, tak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak melimpahkan pengelolaannya kepada pemerintah Aceh. Soal minyak dan gas, Panja RUU-PA seakan sependapat dengan GAM. Panja minta Pemerintah supaya merelakan pengelolaan minyak dan gas diserahkan kepada Aceh. Tapi agaknya Jakarta masih bersikeras pada pendiriannya; bahwa hak pengelolaan tetap berada di pangkuannya. “Kewenangan Pusat sudah jelas disebutkan cuma enam, pertahanan keamanan, yustisi, moneter, fiskal, politik luar negeri dan agama. Sudah tentu tidak termasuk migas,” sebut Faisal. Dari 1514 Daftar Inventarisasi Masalah, pihak GAM kembali memperingatkan agar RUU PA tidak melenceng dari MoU Helsinki. Kedua tokoh GAM yang kini “bekerja” di BRR itu menegaskan kembali bahwa mereka (baca: GAM) ingin konsisten dengan kesepakatan Helsinki. “Kami akan menolak kalau ternyata nanti Undang-Undang ini melenceng dari MoU,” tandas Kamaruzzaman. ■
Pasal-Pasal yang Belum Kelar
■ NANI AFRIDA
Mohammad Avicena
udul RUU-PA belum ada. Itu salah satu poin penting yang belum kelar. Dari 1514 Daftar Inventarisasi Masalah (DIM), sisanya 100 DIM diboyong ke Forum Lobi. Entahlah ada bargaining apa di sana? Kecuali judul yang belum muncul “ilhamnya”, perkara Sekretaris Daerah juga masih membuat pusat gerah. Syarat-syarat calon independen dan juga soal dana tambahan 2 persen untuk 20 tahun. Pusat maunya 2 persen untuk 10 tahun. Fraksi tak mau. Minyak dan gas Begitu pula dengan pengelolaan minyak dan gas. Pemerintah tak ingin daerah menguasainya, sementara fraksi bersikukuh tetap minta dikelola daerah. Parpol lokal menyangkut dengan syarat bisa
7
tidak merangkap dengan parpol nasional. Katanya masalah ini akan diatur oleh mekanisme tersendiri. Bukan itu saja, masalah pengawasan dan penegakan qanun serta peran kepolisian dalam proses penyidikan dan penyelidikan juga belum ada titik temu. Soal pertanahan apalagi. Pusat ingin te-rus mendominasi. Pun demikian bukan berarti tak ada klasifikasi yang sudah diserahkan ke panmus. Mungkin ini rohnya; kewenangan di pasal 7, pasal 8 soal persetujuan DPRA, calon independent pasal 32. Pasal 67-68 tentang partai politik lokal, bandara dan pelabuhan (132), Lembaga Wali Nanggroe dan Majelis Adat (77-81), soal mukim dan gampong (92-93), Kesehatan (173-175), dan dana tambahan (142). Ini materi-materi yang sudah di setujui. ■
KAMPUNGKU ACEH BESAR
CEUREUMeN
8
Gubug-Gubug di Ilalang Dusun Musafir D
i tengah dataran yang ditumbuhi ilalang kuning itu terdapat tiga buah gubuk sederhana. Untuk menjangkau tempat itu harus melalui jalan alternatif di pingir sungai Krueng Cut, Aceh Besar. Dengan kondisi jalan berlumpur dan berbatu. Gubuk-gubuk itu berdiri sejak tiga bulan yang lalu. Dibuat sendiri dengan kayu dan papan bekas yang diboyong tsunami. Bila siang, udara panasnya begitu terasa di sana. Debu beterbangan dan selebihnya senyap. Tidak ada anak-anak yang bermain dan kesibukan masyarakat. Gersang. Itulah sedikit gambaran Dusun musafir di Pemukiman Alue Naga, Aceh Besar,pasca tsunami. Masih dipengungsian Sebahagian besar warga Dusun Musafir memang masih bertahan di pengungsian. Mereka mengungsi di bantalan sungai Alue Naga. Di sana pihak Palang Merah Internasional (IFRC) mulai membangun rumah sementara untuk para pengungsi ini. Sebenarnya apa yang membuat pemilik tiga gubug ini memilih kembali ke tanah yang
sudah gersang ini? Padahal di sana tidak ada listrik dan air bersih seperti di pengungsian. Para pemilik gubug harus pergi sejauh 1,5 km untuk mendapatkan air bersih. Sementara untuk kebutuhan mandi dan mencuci, mereka terpaksa mengambil dari sumur bor, warisan tsunami yang airnya sudah sedikit payau. Menurut Saini, warga Dusun Musafir, dirinya merasa lebih nyaman di sana ketimbang di pengungsian. “ dan lebih dekat dengan sumber mata pencarian” ujar Saini yang ternyata seorang nelayan. Sedangkan Nurjanah(25) warga lainnya mengku sudah sangat bosan berlama-lama di pengungsian. Apalagi ibu muda ini mempunyai seorang bayi kecil, umur 8 bulan. “ Susah kalau di pengungsian itu, gak bisa leluasa” katanya. Daripada hanya menunggu pembangunan rumah oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dia dan suami lebih suka langsung kembali ke desa dan membangun gubuk sendiri. Lelah menanti Kondisi Saini dan Nurjanah hampir sama dengan Abdullah (60). Lelaki tua ini kembali ke desa karena mulai tidak betah di pengungsian. Dia membangun se-
Dua warga Desa Musafri sedang beristirahat setelah bekerja seharian di desa mereka. Meskipun belum memiliki pendukung kehidupan yang layak, banyak masyarakat Desa Musafir yang berfikir untuk pulang ke kampung.
■ HOTLI SIMANJUNTAK
Firman Hadi Banda Aceh
[email protected]
buah gubuk ukuran 3X3 meter. Dan tinggal sendirian. “Anak dan istri sudah meninggal,” kata pria itu. Malam hari gubug milik Abdullah terang dengan lampu bertenaga matahari. Meskipun sendirian, dia tetap bahagia. “Bagaimanapun ini tanah saya, dan saya memang harus kembali,” katanya.
Janji rumah “Dusun Musafir ini adalah tempat yang didatangi tsunami pertama kali dari arah Alue Naga, tetapi hingga sekarang tidak ada pembangunan,” kata seorang warga Dusun Musafir. Janji dari lembaga-lembaga internasional untuk membangun rumah di lokasi ini memang belum terealisasi hingga saat ini.
Salah satu sebab lambatnya pembangunan di Dusun Musafir adalah jalan putus yang menghubungkan ke desa ini belum diperbaiki. Sehingga agak sulit memasok bahan material bangunan daerah ini. “Kalau mau dibangun, ya jalannya diperbaiki. Biar warga semua kembali ke kampung,” kata Abdullah. ■