Risalah Seminar Ilmiah
Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006
Daftar isi
STUDI AWAL PENGUKURAN TEBAL PIPA TERSELUBUNG DENGAN TEKNIK RADIOGRAFI TANGEN SIAL Soedardjo Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan
Nuklir - BATAN
ABSTRAK STUDI AWAL PENGUKURAN TEBAL PIPA TERSELUBUNG DENGAN TEKNIK RADIOGRAFI TANGENSIAL. Telah dilakukan studi awal pengukuran tebal pipa terselubung dengan menggunakan teknik radiografi tangensial. Sumber radiasi yang digunakan adalah Iridium 192 yang beraktivitas 4@Pengukuran dilakukan terhadap las-lasan pada dua buah pipa baja karbon yang berbeda diameter luar dan tebalnya. Film tipe Agfa D7 digunakan dan ditempelkan pada bagian luar selubung pipa bahan styrofoam dan aluminium. Waktu paparan sumber radiasi dipilih sesuai tebal pipa yang diteliti dan dikalikan dua kali untuk kondisi paparan dengan metoda gambar tunggal dinding ganda. Dari hasil perhitungan dan pengukuran terjadi selisih ketebalan yang diduga berasal daTi ketidakakuratan membaca densitas bayangan tebal pipa pada film radiografi dan adanya distorsi geometri lintasan sinar radiasi gamma. Berdasarkan hasil studi awal dapat disimpulkan bahwa dapat dilakukan pengukuran pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial Ir 192. Prosentase beda tebal aktual dan terukur untuk pipa pertama adalah 0,32% dan adalah 5,25%. Kata kunci: pipa terselubung,
korosi, teknik radiografi tangensial
ABSTRACT
PRELIMINARY STUDI OF WALL THICKNESS OF INSULATED PIPE MEASUREMENT BY TANGENTIAL RADIOGRAPHY METHOD. Wall thickness insulated pipe measurement by using tangential radiography was studied. The radiation used was Ir 192 with on activity of 41 Ci. The measurement was done on welding section of two pipes sample with different outer diameter and thickness. The Agfa D7 type film was used, which adhered on outer surface of Styrofoam and aluminum as pipe insulation. The exposure time was chosen congruent with the thickness pipes observed and doubled for condition double wall technique, single wall viewing/DWTSWV. The difference of actual and measurement thickness result due to reading inaccuracy of wall pipes shadow density on radiography film and the geometry distortion of gamma ray radiation path. It could be concluded that wall thickness measurement of insulated pipe by using tangential radiography tangential Ir 192 could implement with the deviation of wall thickness for first and second pipes are 0.32% and 5.25% respectively. Key word: isolated pipe, corrosion,
tangential
radiography
PENDAHULUAN Pada beberapa industri banyak menggunakan pip a terselubung (insulation pipe). Jika pipa terselubung terse but terjadi korosi, akan sulit diinspeksi. Cara menginspeksi dapat dilakukan dengan membuka selubung lalu dilakuan uji penetrant, ultrasonik, magnetik test, radiografi, replika metalografi dan lain-lain. Dengan membuka selubung pip a tesebut, dapat menganggu stabilitas operasi industri serta memerlukan dana yang besar untuk membuka, mengganti dan menutup bahan
technique.
selubung, yang terbuat dari bahan gipsum, glass wool dan lain-lain. yang dibungkus dengan lembaran aluminium. Masalah stabilitas operasi industri serta memerlukan dana yang besar terse but dapat diatasi dengan melakukan uji radiografi tanpa membuka selubung pipa. Teknik tersebut sudah banyak dilakukan di negara lain, namun di Indonesia masih jarang jasa inspeksi yang menggunakan metoda pengukuran tebal pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial. Dengan metoda tersebut, juga dapat digunakan untuk mengetahui tempat 161
lUsalah Seminar /lmiah
Aplikasi /sotop dan Badiasi, 2006
pip a yang mengalami korosi, baik pada permukaan luar maupun dalam pipa. Pada makalah ini hanya dibatasi pada studi awal mengukur tebal pipa dan belurn dilakukan analisis untuk menentukan tempat pipa yang mengalami korosi. Pipa yang digunakan untuk studi awal sebanyak dua buah pipa yang ada sambungan las. Pipa tersebut diselubungi dengan bahan styrofoam yang ditutupi dengan lembar logam seng tipis.
dengan:
TEORI
p
dj
jarak antara sumber Ir 192 ke film D7 atau disebut dengan SFD aktual (actual Source to Film Distance);
Skematik dari teknik radiografi tangensial ditunjukkan pada Gambar 1. Sumber radiasi Ir 192 ditempatkan sedemikian rupa sehingga poros lintasan sinar gamma menyinggung secara tangensial dinding luar selubung pipa. Selanjutnya bayangan sinar radiasi Ir 192 ditangkap oleh film Agfa D7. Dengan rumus aritmatika sederhana, untuk beberapa garis yang dipotong oleh dua garis sejajar yaitu tj dan t2, maka diperoleh tebal pip a aktual sebagai berikut [3]:
jarak antara sumber Ir 192 ke titik singgung tangensial dinding luar selubung; tebal dari dinding dalam pipa ke dinding luar penutup seng pada film; (p + iJ, tebal dari dinding dalam pipa ke dinding luar penutup seng sesungguhnya; tebal pipa aktual; tebal selubung aktual.
Tebal pipa dan isolasi pada film sulit ditentukan karena beberapa faktor sifat dan ketidaktajaman bayangan secara geometri atau penumbra. Jika radiasi melalui material yang berbeda tetapi densitasnya hampir sarna, maka eksponensial penyerapan intensitas radiasi akan menghasilkan perubahan warna pada film radiografi yang sulit dibedakan. Penumbra yang lebar akan menutupi atau menyatu dengan bayangan ketebalan pipa yang sesungguhnya. Dengan demikian akan sulit menentukan tebal pipa dan isolasi dengan akurat.
(I)
d1
lembar timbal penanda
1
Film )(·ray
sumber penyl n!lJ'~n
d2
iiOfasi
Gambar 1. Skematik teknik radiografi tangensial
162
[2]
Risalao Seminar Ilmiao
Sifat eksponensial penyerapan intensitas dapat dientukan dengan: (2)
dengan: Ix
=
10
=
e
=
f.J
=
p
=
intensitas radiasi setelah melewati bahan pipa setebal p; intensitas radiasi mula-mula; bilangan eksponensial koefisien penyerapan bahan yang diradiasi; tebal pipa aktual.
Sebelum melakukan pemilihan terlebih dahulu harus diketahui waktu paparan radiasi. Gambar pada film radiografi akan sulit dianalisis jika sangat hitam akibat waktu paparan radiasi terlalu lama atau sangat putih akibat waktu paparan radiasi terlalu cepat. Waktu paparan dihitung dengan menggunakan rum us sebagai berikut:
Penumbra diakibatkan karena dimensi
sumber yang pada posisi tertentu sulit dianggap sebagai sumber titik, dan adanya perbesaran bayangan dari ukuran benda sebenarnya serta faktor jarak dari sumber radiasi ke film. Penumbra tersebut dapat dirumuskan sebagai [4]: (4)
dengan: Ug
penumbra;
S
ukuran diameter sumber radiasi; jarak antara sumber ke film radiografi atau disebut juga sebagai SFD aktual; jarak benda ke film radiografi; jarak antara sumber ke titik singgung dinding luar isolasi
penumbra
w
= {dlak/ual / SFDskalaf x {Cim~Ci
\'
ak/ual}
(3!
dengan: w dj aktual
SFD skala Ci.menit Ci aktual
waktu paparan radiasi; jarak sumber ke film radiografi; SFD dari grafik Gambar 2 yaitu 2 feet atau 610 mm; aktivitas dikalikan waktu; 101,60 50,80 Di bawah hingga 76,20 bahanhingga (mm) saat Lebih dari50,80 76,20 aktivitas radiasi dipergunakan untuk inspeksi.
Setelah pipa disinari, lalu film Agfa D7 diproses. Pada film akan timbul bayangan yang menggambarkan batas-batas tebal pip a dan batas tepi penutup seng yang telah ciitandai dengan timbal. Intensitas radiasi menghasilkan tingkat kehitaman bayangan pada film yang berhubungan dengan tebal pipa yang dilalui sinar radiasi. Karena teknik yang digunakan adalah teknik radiografi tangensial pada pipa yang permukaannya melengkung, maka sinar radiasi melalui bagian ketebalan pip a dengan bayangan pada film akan bertingkat-tingkat derajad kehitamannya.
Aplikasi Is%p dan Radiasi, 2006
Menurut ASME seksi V tentang pengujian tak merusak, harga dari penumbra disajikan seperti pada Tabel 1 [5]. Dari tabel terse but yang dimaksud dengan ketebalan adalah jarak antara bahan yang disinari dengan film radiografi. Penumbra tersebut sangat sulit dibedakan oleh mata manusia jika harganya mendekati 0,025 mm. Tabel 1. Penumbra maksimum yang tidak boleh dilampaui Ketebalan atau diameter Lebih dari 101,60
Penumbra maksimum 1,76 0,50 0,76 1,00 (mm)
BAHAN DAN TAT A KERJA
Bahan 1. dua buah pipa besi karbon yang mempunyai diameter luar sebesar 90 mm dan 220 mm, dengan tebal pipa sebesar 12,5 mm dan 8 mm, dengan tebal selubung sebesar 75,0 mm dan 120,0 mm
163
Risalah Seminar llmiah
Aplikasi lsotop dan Radiasi, 2006
2. sumber sinar gamma aktivitas 41 Curie.
Ir 192 dengan
3. film radiografi Agfa D7, ukuran 4 inci x 14 inci 4. survey meter
5. ASME Seksi V 6. stop watch.
7. densitometer dengan nama dagang Density X-rite Company, model 301. US. Patent No. 4.080075, Fujimoto 90 M-S enlarger.
8. bahan selubung pipa bahan styrofoam dan plat tipis seng 1 mm. 9. mikrometer digital Mitutoyo.
Tata Kerja Pada penelitian ini digunakan double wall technique, single wall viewingfDWTSWV. Teknik ini digunakan karena sinar radiasi melintasi tebal pipa di bagian depan dan di bagian belakang. Maka dari Gambar 2, tebal pipa pada absis grafik setelah dikalikan dua lalu diproyeksikan ke garis linier SFD grafik. Dari titik potong pada SFD skala lalu diproyeksikan ke ordinat untuk mendapatkan harga Ci menit. Pada penelitian
ini, sebagai Ci aktual adalah aktivitas sumber radiasi pada saat dilakukan penelitian yaitusebesar 41 Ci. Waktu paparan radiasi dihitung dengan menggunakan grafik hubungan antara tebal bahan dengan besaran aktivitas dan waktu seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Mula-mula SFD (Source Film Distance), yang merupakan jarak antara sumber radiasi gamma Ir 192 ke film Agfa D7 dicari dengan melalui beberapa kali paparan, sehingga diperoleh penumbra yang memenuhui syarat (Tabel 1). Selanjutnya penumbra dihitung dengan menggunakan rumus (4). Jika hasil perhitungan ternyata mempunyai penumbra maksimum tidak melampaui standar dari ASME V pada Tabel I, maka harga SFD terse but dapat digunakan untuk melaksanakan penelitian. Setelah paparan radiasi dilakukan, film radiografi diproses untuk mendapatkan bayangan tebal pipa dan dibaca dengan peralatan densitometer. Untuk mengetahui tebal pipa serta tebal isolasi pada bayangan film radiografi perlu dilakukan pengamatan secara berulang-ulang untuk menentukan batas tepi pipa sebenarnya, karena gradasi
Curie - menit
In~Jl': ~ • ..-:.:,,' .~. ~.•.••'"
.?
3 ••••
tt
Sumber: Ir 192 Bahan : Baja, Fe Film : D7 - Agfa Screen: fib = 0.125 mm(pb) SFD : 2 feet (610 mm) D ensitas: 20 Development: 5 menit (20og
zeD-='
Y =1,486!
0,593 X
; I ...•0 C:i ftUOn:i1: • ClD-t
~~f 80 Ci••
C1- :na.e:nJ.t
.f
:KJE
t
40 ,..
10
20 2t:=16:nun.
Gambar 2.
164
Grafik hubungan antara tebal pipa dengan [sumber laboratorium NDT, PTRKN]
.30 '2 T = 2~
.•••.•••
besaran
aktivitas-waktu
f{isalah Serpinar Ilmiah
skala kehitaman bayangan tebal pipa perbedaannya sangat halus. Selanjutnya tebal pip a sebenarnya dicari melalui rumus (1), serta dianalisis besarnya penyimpangan atau selisih tebal pipa aktual dan tebal pipa secara perhitungan. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penghitungan waktu paparan dengan menggunakan rumus (3) diperoleh waktu paparan (w) seperti tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. HasH penghitungan SFD aktual
Aplikasi Isolop dan lIadiasi, 2006
luar isolasi pip a kurang akurat. Sehingga terlihat pada Tabel 3 pada kolom jarak dJ dengan perubahan jarak yang urut, namun pada kolom dz urut. Akibatnya akan dihasilkan Ug yang tidak akurat atau ada Ug. Hal ini akan fluktuasi harga mengakibatkan lintasan tangensial sinar radiasi tidak tepat tegak lurus film radiografi. Penumbra maksimum yang diperoleh masih dibawah 1,00 atau masih dalam batasbatas yang diijinkan. Dengan menggunakan harga perhitungan dari Tabel 2, dapat
waktu paparan sumber radiasi beraktivitas
41 Ci
441it 1610 610 312men 25 80 16 25 57SFD detik Aktivitas-waktu Aktivitas aktual skala (mm) (menit, detik! x140 Waktu pipa paparan (Ci meni~ (mm! =menit dJtebal (q
Tabel 3. HasH pengukuran
penumbra untuk dua buah pipa
20 d; 00 10 30 20 40 30 10 atau diameter 40 00 3231radiasi maksimum 152,50 96,50 0,73 0,93 0,98 161,50 98,00 0,86 0,98 0,90 169,50 0,82 0,89 178,50 0,87 180,50 0,99 105,50 85,50 78,50 sumber Sluar Iratau 192, penumbra Ugatau ~radiasi atau jarak dari titik tangensial ke titik pipa singgung ke dinding (mm) (mm) jarak darifilm sumber (mm) isolasi pipa (mm! Diameter pipa
Setelah ditentukan waktu paparan sumber radiasi, lalu dilakukan percobaan dengan mengatur SFD berulang-ulang, agar diperoleh penumbra yang memenuhi syarat. Dengan menggunakan rumus (4) dicari SFD yang baik agar diperoleh penumbra yang memenuhi syarat dan hasilnya disajikan pada Tabel 3. Kesalahan manusia pada studi awal ini relatif besar atau pada saat mengukur jarak dari titik tangensial pipa ke film serta jarak dari sumber radiasi ke titik singgung dinding
diperoleh harga SFD aktual yang sarna dengan tebal pipa diukur dari titik tangensial ke film ditambah jarak sumber radiasi ke titik singgung isolasi pipa. Film radiografi selanjutnya diproses, diamati melalui peralatan viewer dan densitometer, untuk menentukan tingkat densitas, menentukan batas-batas tebal pipa dan tebal isolasi pada bayangan film radiografi. Khusus untuk penyajian dalam makalah ini, film-film radiografi tersebut direproduksi pada kertas foto biasa seperti 165
Risalal1 Seminar IImial1 Aplikasi Isotop dan Radiasi, 2006
disajikan pada Gambar 3 dan 4. untuk pipa berdiameter kedl bagian isolasinya lebih keeil daripada untuk pipa yang berdiameter besar.
lernbar tirnbal
Tebal pipa berdasarkan perhitungan dengan rum us (1) sebenarnya berlaku untuk kondisi garis OT sejajar dengan film pad a Gambar 5. Tetapi keadaan sebenarnya garis
-+
isolas
penanda
Gambar 3. Reproduksi
foto untuk bayangan pipa diameter luar 90 mm, tebal12,S
mm
isolas
--.
bag:ian Iing:karan lernbar tirnbal pnanda
Gambar 4. Reproduksi
foto untuk bayangan pipa diameter luar 220 mm, tebal 8 mm
Selisih tebal pipa aktual dan tebal pipa berdasarkan perhitungan dapat disebabkan karena distorsi geometri garis lintasan radiasi sinar gamma, yang dapat dianalisis melalui Gambar 5.
tangensial yang menyinggung dinding pip a bagian luar terjadi pada titik B2 dan yang menyinggung dinding pipa bagian dalam pada titik D 1. Dengan demikian garis-garis OB2 dan OD1 tidak sejajar film radiografi,
TIMBAL TEBAL 10 _ TlNCICAT DlNS~"'S
PUI1H KI! imAM
T
t
~ r .'/ / /
/
/ /
//
/ /
'DIAMnER lUMBER RADIAII
J_
I I / fU.M ;RADIO"RMl ,' •• 1. ~ _ \
\
'"
,'_
i
-1
Gambar 5. Distorsi geometri matematik
166
garis lintasan radiasi sinar gamma
Risalah Seminar Ilmiah
sehingga rumus (1) memerlukan koreksi tersendiri. Pembacaan skala tingkat kehitaman densitas pada film radiografi, sebenarnya bukan tebal dari titik D3 ke B3 tetapi tebal pip a dari titik D1 ke B2 yang menyinggung titik tangensial dinding pipa dalam dan luar pipa dan relatif lebih tebal dari titik D3 ke B3. Hasil tebal pipa aktual pengukuran tebal pipa di film radiografi yang dihitung melalui rumus (1) dan disajikan pada Tabel 4. Diperoleh adanya beda ketebalan bahan
Aplikasi lsotop dan Radiasi, 2006
ketebalan pipa aktual. Jika ketebalan pipa baku yang diteliti adalah 12,50 mm, maka tebal korosi maksimum adalah 12% x 12,50 mm = 1.50 mm. Jika ketebalan pip a aktual yang diteliti adalah 8,00 mm, maka tebal korosi maksimum adalah 12% x 8,00 mm = 0,96 mm. Sehingga adanya perbedaan tebal aktual dan hasil isnpeksi dari Tabel 4 masih dapat diijinkan. Hasil pengukuran tebal pipa dengan beda akurasi yang sangat signifikan dapat terjadi karena:
Tabel 4. HasHtebal sesungguhnyadari pipa terselubung filmfilm radiografj titik 36 ke isolasi Tebal Selisih sumber isolasi Tebal isolasi isolasi teba! Selisih 19,00 75,00 498,00 12,50 12,54 128,40 156,00 109,00 166,00 94,00 786,00 1016,00 8,00 60,50 Tebal 120,00 87,50 0,42 0,04 8,42 (mm! (mm! Pipa (mm) tangen (mm) (mm) pipa (mm! Pipa (mm! pipa Jke Jsumber arak arak ++ pipa Perhitungan Pengukuran aktual dengan alatHasH mikrometer digital sial (mml
Pengukuran
logam pipa pertama sebesar 0,32 % dan pada pipa kedua sebesar 5,25 %. Selain itu juga ada beda ketebalan bahan isolasi pada pertama sebesar 25,33 % dan pada pipa kedua sebesar 30 %. Kemungkinan terjadinya perbedaan tersebut, diakibatkan karena ketidak akuratan mengukur jarak dari titik tangensial pipa ke film, mengukur jarak dari sumber radiasi ke titik singgung dinding luar isolasi pipa, menentukan titik batas tebal tebal bahan logam dan bahan isolasi pipa pada skala tingkat kehitaman densitas pada film radiografi. Batas maksimum yang diijinkan dari selisih tebal pipa secara aktual maupun secara pembacaan melalui film radiografi belum ada ketentuan kecuali ditentukan oleh pihak yang mempunyai pipa (owner). Ketebalan minimum untuk semua bahan dari ketebalan dinding yang terdaftar pada Tabel 2 dari ANSI/ASME B36.10M, adalah kurang dari 12% [7,8J. Artinya, korosi yang diijinkan maksimum adalah 12% dari
pada
1. Pengukuran jarak antara sumber Ir 192 ke film D7 (d1 = SFD) kurang akurat; 2. Pengukuran jarak antara sumber Ir 192 ke titik singgung tangensial dinding luar selubung (dz) kurang akurat; 3. Pengukuran tebal dari dinding dalam pipa ke dinsing luar penutup seng pada film (t1) tidak akurat; 4. Tebal sebuah pipa tidak merata; 5. Keraguan menentukan batas densitas pada film untuk mementuakan batasbatas permukaan diameter luar dan dalam dari suatu pipa, karena gradasi tingkat kehitaman pada film sangat halus perbedaannya. Terjadinya selisih tebal tersebut dapat diakibatkan karena bayangan gambar pada film radiografi kurang jelas, yang kemungkinan disebabkan film radiografi yang digunakan adalah Agfa D7. Untuk memperbaiki bayangan gambar pada film radiografi lebih baik menggunakan film Agfa D4, yang mempunyai sifat kualitas gambar 167
Risa/an Seminar I/mian
Ap/ikasi /sotop dan Radiasi, 2006
dan kontras lokal lebih baik dari film Agfa 07 seperti ditunjukkan pada Gambar 6 [6]. KUALI TAS GAht BAR
berbentuk lengkung. Hal ini dikarenakan intensitas radiasi diserap oleh ketebalan pipa
KONTRAS LOKAL
LBBIH CEPAT
Gambar 6.
Perbandingan kualitas gambar dan kontras radiografi Agfa D7 dan D4 [sumber Agfa]
Film fotografi yang tersedia pada laboratorium PTRKN hanya film 04 dan 07. Sehingga selain film 04 dan 07, tidak tersedia atau tidak digunakan di penelitian ini. Pemilihan film 04 dan 07 berdasarkan permintaan industri yang sering menggunakan jasa inspeksi teknik radiografi. Ketebalan pipa ditentukan oleh batas gambar densitas pada film yang hitam sebagai fungsi densitas material yang diradiasi. Jika material mempunyai densitas yang padat, maka intensitas sinar radiasi akan banyak diserap oleh material. Akibatnya gambar densitas pada film akan cenderung hitam. Jika material mempunyai densitas yang tidak padat seperti material yang terkorosi, maka intensitas sinar radiasi akan sedikit diserap oleh material. Akibatnya gambar densitas pada film akan cenderung putih . Untuk keperluan pengukuran tebal pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial berdasarkan rumus (1), yang diperlukan adalah menentukan batas gambar densitas pada film sebagai proyeksi titik b dan a,c pada Gambar 5. Grafik gambar batas densitas film dari titik b ke a,c tersebut 168
lokal
dari
sifat
film
pada tembereng kelengkungan pipa dari titik-titik C-B2-Bl-A. Proyeksi grafik densitas dari titik b ke titik alc sebenarnya bukan menggambarkan intensitas sinar radiasi yang diserap oleh tebal pipa dari titik D3 ke B3, tetapi dari tembereng lingkaran pipa yang lebih tebal dan dibatasi oleh garis AC serta kelengkungan lingkaran C-B2-Bl A. Grafik densitas bayangan pipa pada film dari proyeksi titik b kecenderungannya menurun hingga titik alc dan menaik lagi hingga ke titik e,oJ. Sehingga dapat dilakukan pendekatan bahwa tebal pipa pada film dapat diukur dari proyeksi titik b ke titik alc. Grafik densitas dari proyeksi titik a,c ke titik eloJ cenderung menaik dan dari titik eAr ke titik g, h cenderung menurun yang diakibatkan oleh kelengkungan bagian anulus pipa dinding luar yang dibatasi oleh titik-titik dari E ke C dan dari A ke F. Untuk menentukan proyeksi titik b dan a,c dari Gambar 3, hasilnya kurang akurat, karena sensitifitas peralatan densitometer di laboratorium PTRKN hanya mampu untuk menentukan densitas hingga dua angka di belakang koma. Oensitas titik t
RisaJiih Sem;:'1ar Ilmiah
ke b dari Gambar 3 sekitar 3,13 hingga 3,43. Garis lengkung dari titik b ke a,c mempunyai densitas dari 1,1 hingga 3. Garis lengkung dari titik a,c ke e,o,f mempunyai densitas dari 1,1 hingga 1,93. Walaupun pada studi awal ini hanya mengukur tebal pipa berdasarkan gambar densitas pada film radiografi, tetapi hal tersebut juga dapat untuk menentukan tempat-tempat pipa yang terkorosi atau terjadi endapan kotoran di permukaan dalam atau luar pipa. Karena densitas dari bagian material terkorosi atau material endapan yang terjadi, tidak sarna dengan densitas material tebal pipa yang tidak terkorosi. Pada penelitian ini bahan poliuretan yang diganti dengan bahan styrofoam densitasnya diperkirakan hampir sarna dengan densitas poliuretan. Faktor densitas poliuretan adalah 1 yang sarna dengan densitas air, sehingga tidak begitu mempengaruhi tingkat kehitaman gambar pada film dibandingkan densitas logam pipa yang menghasilkan gambar lebih hitam. KESIMPULAN
Pengukuran tebal pipa terselubung dengan teknik radiografi tangensial dengan menggunakan sumber Iridium 192, masih mengalami kendala yang berkaitan dengan distorsi geometri garis lintasan radiasi sinar yang gamma, perlu pemilihan penumbra memenuhi syarat, perlu penentuan waktu paparan radiasi, perlu peralatan densitas film yang akurat. Teknik radiografi ini mempunyai keuntungan untuk inspeksi pipa terselubung tanpa perlu membuka selubung pipa. Selisih tebal terukur dan tebal sesungguhnya pada studi awal ini relatif kecil yaitu sekitar 0,32% hingga 5,25%. Karena densitas dari material terkorosi serta material endapan berbeda dengan densitas ketebalan pipa yang tidak terkorosi, maka studi awal ini dapat digunakan untuk mengukur ketebalan pipa, mendeteksi material terkorosi dan material endapan di permukaan dalam maupun luar pipa. Karena
Aplikasi Isolop dan Radiasi, 2006
korosi maksimum yang diijinkan (corrosion allowance) adalah 12% dari tebal pipa, maka perbedaan tebal dari pengukuran dan hasil inspeksi masih dapat diterima. UCAP AN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada para Operator dan Ahli Radiografi (OR dan AR) dari PTRKN yaitu Sdr. Dwidjo Mulyanto, Sdr. Mudi Haryanto dan Sdr. Ari Triyadi atas diskusinya sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. DAFT AR PUST AKA
1. IAEA, "Development of Protocols for Corrosion and Deposits Evaluation in Pipes by Radiography", IAEATECDOC-1445, p.17, April 2005. 2. SRI WIDHARTO, "Status NDT di Indonesia", Seminar Sehari Asosiasi Uji Tak Merusak Indonesia (AUTRI), Jakarta - Indonesia, 3 Desember 1998, hal.4. 3. K. GIECK, Kumpulan Rumus Teknik, Pt. Pradnya Paramita, Jakarta, h.42, 1992. 4. GILARDONI ARTURO et al., "Gilardoni Handbook, Non Destructive Testing, NDT", Lecco, Italy, 1981, hal. 26 hingga 72. 5. ASME, "Section V, Article 3, Radiographic Examination of Metallic Castings", New York, 1995 edition, hal. 68. 6. AGFA, "Structurix The NDT System", Belgium, 1998. 7. ANONYMOUS, " SAA Unfired Pressure Vessels Code", AS 1210 - 1983, Standards Australia, 1983. 8. ANONYMOUS, " SECTION VIII, Rules for Construction of Pressure Vessels Division I, 1995 Edition, July I, 1995, p. 58.
169