PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
R. ADITYA PRADANA I 1303064
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA
Skripsi Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
R. ADITYA PRADANA I 1303064
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
i
LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi :
PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA Ditulis oleh: R. Aditya Pradana I 1303064
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Yuniaristanto, ST., MT NIP 19750617 200012 1 001
Fakhrina Fahma, STP., MT NIP 19741008 200003 2 001
Ketua Program S-1 Non Reguler Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UNS
Taufiq Rochman, STP, MT NIP. 19701030 199802 1 001 Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Ketua Jurusan Teknik Industri UNS
Ir. Noegroho Djarwanti, MT NIP 19561112 198403 2 007
Ir. Lobes Herdiman, MT NIP 19641007 199702 1 001
ii
LEMBAR VALIDASI Judul Skripsi :
PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI PRODUK UNTUK SUBDISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA Ditulis oleh: R. Aditya Pradana I 1303064
Telah disidangkan pada hari Selasa tanggal 18 Mei 2010 Di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan Dosen Penguji 1. Ir. R. Hari Setyanto NIP. 19630424 199702 1 001
2. Ilham Priadythama, ST, MT NIP. 19801103 200812 1 002
Dosen Pembimbing 1. Yuniaristanto, ST., MT NIP. 19750617 200012 1 001
2. Fakhrina Fahma, STP, MT NIP. 19741008 200003 2 001
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: R. Aditya Pradana
Nim
: I 1303064
Judul tugas akhir
: Penentuan Lokasi Subdistributor dan Alokasi Produk Untuk Subdistributor dan Outlet Pada Jaringan Distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta.
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun tidak mencontoh atau melakukan plagiat dari karya tulis orang lain. Jika terbukti bahwa Tugas Akhir yang saya susun mencontoh atau melakukan plagiat dapat dinyatakan batal atau gelar Sarjana yang saya peroleh dengan sendirinya dibatalkan atau dicabut. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila dikemudian
hari
terbukti
melakukan
kebohongan
maka
saya
sanggup
menanggung segala konsekuensinya.
Surakarta, Agustus 2010
R. ADITYA PRADANA I 1303064
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Saya mahasiswa Jurusan Teknik Industri UNS yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: R. Aditya Pradana
Nim
: I 1303064
Judul tugas akhir
: Penentuan Lokasi Subdistributor dan Alokasi Produk Untuk Subdistributor dan Outlet Pada Jaringan Distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta.
Menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun sebagai syarat lulus Sarjana S1 disusun secara bersama-sama dengan Pembimbing 1 dan Pembimbing 2. Bersamaan dengan syarat pernyataan ini bahwa hasil penelitian dari Tugas Akhir (TA) atau Skripsi yang saya susun bersedia digunakan untuk publikasi dari proceeding, jurnal, atau media penerbit lainnya baik di tingkat nasional maupun internasional sebagaimana mestinya yang merupakan bagian dari publikasi karya ilmiah Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Surakarta, Agustus 2010
R. ADITYA PRADANA I 1303064
v
KATA PENGANTAR Puji dan syukut kehadirat Tugan YME, yang telah melimpahkan hikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap kerendahan hati dan rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ir. Noegroho Djarwanti, M.T. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Ir. Lobes Herdiman, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Yuniaristanto, ST., MT. dan Ibu Fakhrina Fahma, STP., MT selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 4. Bapak Ir. R. Hari Setyanto selaku dosen penguji skripsi I dan
Ilham
Priadhytama, ST, MT selaku dosen penguji skripsi II yang berkenan memberikan saran dan perbaikan terhadap skripsi ini. 5. Ibu Fakhrina Fahma, STP., MT selaku pembimbing akademis. Terima kasih atas kesabarannya dalam memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis. 6. Dosen-dosen Teknik Industri yang memberikan ilmu dan pengetahuan selama ini. 7. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri (mba’ Yayuk, mba’ Rina, pak Agus, mba’Tutik), atas segala kesabaran dan pengertiannya dalam memberikan bantuan demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. 8. Para staf dan karyawan PT. Sinar Niaga Sejahtera yang telah menerima saya dengan baik dan memberikan bantuan beserta fasilitas selama melakukan penelitian. 9. Kedua orang tua saya yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada penulis. 10. Ardha Kurnia Sari Yudha Putri yang selalu menemani penulis dalam suka dan duka. 11. Ajeng Astrini, adekku yang selalu memberikan keceriaan.
vi
12. Terima kasih kepada kakakku tercinta atas kepercayaannya kepada penulis dan tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis. 13. Teman sekelas dan seperjuangan Teknik Industri ekstensi angkatan ’03. 14. Seluruh teman Teknik Industri angkatan ’03 UNS yang bersama berjuang dalam
menyelesaikan
studi
Strata-1.
Atas
semua
bantuannya
saya
mengucapkan banyak terima kasih. 15. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan dalam kata pengantar ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun.
Surakarta, Agustus 2010
Penulis
vii
ABSTRAK R. Aditya Pradana, NIM: I 1303064, PENENTUAN LOKASI SUBDISTRIBUTOR DAN ALOKASI PRODUK UNTUK SUB DISTRIBUTOR DAN OUTLET PADA JARINGAN DISTRIBUSI PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA, DISTRIBUTOR WILAYAH SURAKARTA. Skripsi. Surakarta: Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. PT. Sinar Niaga Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. Wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga Sejahtera 6 Kabupaten dan Kotamadya di eks Karesidenan Surakarta. Wilayah pemasaran yang luas mengakibatkan 34 kecamatan belum terlayani oleh perusahaan dan biaya distribusi pada bulan Agustus – Juli 2009 yaitu sebesar Rp. 767.770.700,- atau sebesar 16 % dari pendapatan perusahaan. Target biaya distribusi perusahaan adalah dibawah 14 %. Oleh karena itu perlu dilakukan penentuan lokasi dan alokasi produk untuk gudang subdistributor serta alokasi produk untuk outlet dengan kriteria minimasi biaya distribusi. Penentuan lokasi subdistributor dan alokasi produk dibagi menjadi 4 tahap. Tahap pertama adalah peramalan penjualan PT. Sinar Niaga Sejahtera, peramalan yang digunakan adalah metode kualitatif berdasarkan rekomendasi perusahaan. Tahap kedua adalah penentuan biaya distribusi, yang terdiri dari biaya bahan bakar, gaji karyawan dan biaya perawatan armada transportasi serta biaya tetap yang terdiri dari biaya yang dikeluarkan oleh gudang subdistributor yang meliputi gaji karyawan, pajak bumi dan bangunan serta biaya listrik. Tahap ketiga adalah memodelkan sistem distribusi dalam model mixed integer linear programming. Model yang digunakan adalah model Planwar yang dikembangkan oleh Pirkul dan Jayawarman (1997). Tahap keempat adalah penentuan lokasi dan alokasi dengan menggunakan software Risk Solver Platform versi 9. Hasil pengolahan data adalah terdapat tiga wilayah yang akan dibuka gudang subdistributor yaitu Karanganyar, Surakarta dan Boyolali. Biaya distribusi mengalami penurunan sebesar Rp. 147.353.036,- atau sebesar 20 % dari biaya distribusi sebelumnya. Pengujian kelayakan investai untuk gudang subdistributor dengan metode Net Present Value, didapatkan bahwa gudang subdistributor ini layak untuk dibangun. Proyeksi keuntungan untuk subdistributor Karanganyar tahun ke-1 sebesar Rp.301.804.545,- , tahun ke-2 sebesar Rp.119.448.436,- , tahun ke-3 sebesar Rp.159.355.063,- , tahun ke-4 sebesar Rp.185.736.630,- dan tahun ke-5 sebesar Rp.210.215.390,-. Proyeksi keuntungan untuk subdistributor Surakarta tahun ke-1 sebesar Rp.411.268.631,- , tahun ke-2 sebesar Rp.348.535.106,-, tahun ke-3 sebesar Rp.392.296.733,-, tahun ke-4 sebesar Rp.249.302.497,- dan tahun ke-5 sebesar Rp.218.627.597,-. Subdistributor Boyolali dibuka pada tahun ke-2 sehingga proyeksi keuntungan tahun ke-2 sebesar Rp.493.903.248,-, tahun ke-3 sebesar Rp.213.719.351,-, tahun ke-4 sebesar Rp.241.708.347,-, tahun ke-5 sebesar Rp.241.386.172,Kata kunci : mixed integer linear programming, lokasi dan alokasi produk, PLANWAR, Risk Solver Platform, Net Present Value. xv + 74 halaman; 27 tabel; 16 gambar; 5 lampiran. Daftar pustaka : 14 (1990-2009).
viii
ABSTRACT R. Aditya Pradana, NIM: I 1303064, DETERMINATION OF SUBDISTRIBUTOR LOCATION AND PRODUCT ALLOCATION FOR SUBDISTRIBUTORS AND OUTLETS IN PT. SINAR NIAGA SEJAHTERA NETWORK DISTRIBUTION, MARKETING AREA: SURAKARTA. Thesis. Surakarta: Department of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, University of Sebelas Maret, July 2010. PT. Sinar Niaga Sejahtera (SNS) is a distribution company. PT. SNS marketing area covers six regencies and municipalities in Surakarta and its surronding (Solo Raya). Solo Raya. A Wide-range market area resulted in 34 districts can not be reached by PT. Sinar Niaga Sejahtera and distribution costs in August to July 2009 was Rp. 767,770,700 or equal to 16% of company revenue. Expected distribution cost is less than 14%. Therefore, it is necessary to determine the location of subdistributors depot and products allocation of subdistributors and outlets which minimize distribution costs. The determination of subdistributors depot location and products allocation are divided into four stages. The first stage is forecasting of SNS sales. Forecasting method used is a qualitative method based on the company recommendation. The second stage is to calculate distribution costs which consist of fuel costs, employee salaries, vehicle maintenance costs and fixed costs. Fixed cost is the operating costs of subdistributor depot which includes employee salaries, property tax and electricity costs. The third stage is to model the distribution system in a mixed integer linear programming model. The model used is a PLANWAR model that developed by Pirkul and Jayawarman (1997). The fourth stage is to determine the location and allocation model using software Risk Solver Platform version 9. Data processing results show that there are three depots to be opened in Karanganyar, Surakarta and Boyolali. The distribution costs decreased by Rp.147,353,036 is equal to 20% from the previous distribution costs. Feasibility analysis for subdistributors depot investment using the Net Present Value (NPV) method. Based on the NPV method is obtained that three depots are feasible to be built. The projected profits for Karanganyar’s subdistributor in the first year is Rp.301,804,545, the second year is Rp.119,448,436, the third year is Rp.159,355,063, the fourth year is Rp.185,736,630, and fifth year is Rp.210,215,390. The projected profits for Surakarta’s subdistributor in the first year is Rp.411,268,631, the second year is Rp.348,535,106, the third year is Rp.392,296,733, the fourth year is Rp.249,302,497 and fifth year is Rp.218,627,597. The Boyolali’s subdistributor will be opened in second year so the projected profits for Boyolali’s subdistributor in the second year is Rp.493,903,248, the third year is Rp.213,719,351, the fourth year is Rp.241,708,347, the fifth year is Rp.241,386,172. Keywords: mixed integer linear programming, location and allocation, PLANWAR, Risk Solver Platform, Net Present Value xv + 74 pages; 27 tables; 16 pictures; 5 attachments. Bibliography : 14 (1990-2009).
ix
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
LEMBAR VALIDASI
iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH
iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
v
KATA PENGANTAR
vi
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
I–1
1.2 Perumusan Masalah
I–3
1.3 Tujuan Penelitian
I–3
1.4 Manfaat Penelitian
I–3
1.5 Batasan Masalah
I–4
1.6 Asumsi
I–4
1.7 Sistematika Penulisan
I–5
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Perusahaan
II – 1
2.1.1 Sejarah Perusahaan
II – 1
2.1.2 Struktur Organisasi
II – 2
2.1.3 Sistem Distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera
II – 3
2.1.4 Jenis Produk dan Armada Transportasi
II – 4 II – 4
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Konsep Dasar Supply Chain Management
II – 5
2.2.2 Logistik
II – 7
2.2.3 Transportasi
II – 8
x
2.2.4 Distribusi
II – 9
2.2.5 Desain Jaringan Distribusi
II – 10
2.2.6 Pengelompokan Produk
II – 15
2.2.7 Peramalan
II – 15
2.2.8 Model Konfigurasi Jaringan Distribusi
II – 18
2.2.9 Model untuk Pemilihan Lokasi Fasilitas dan Alokasi Kapasitas 2.2.10 Permodelan Sistem
BAB III
BAB IV
II – 18 II – 20
2.2.11 Model Optimasi Analitis
II – 22
2.2.12 Model Referensi
II – 25
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data
III – 2
3.2 Pengolahan Data
III – 3
3.3 Analisis dan Interpretasi Hasil
III – 7
3.4 Kesimpulan dan Saran
III – 7
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV – 1
4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Wilayah Alternatf Penentuan Lokasi Gudang Subdistributor
IV – 1
4.1.2 Data Zona Konsumen
IV – 2
4.1.3 Data Jenis Produk dan Pengelompokannya
IV – 2
4.1.4 Data Permintaan Produk PT. Sinar Niaga Sejahtera IV – 3 4.1.5 Data Jarak Distributor dengan Gudang Subdistributor dan Zona Konsumen
IV – 4
4.1.6 Komponen Biaya Distribusi
IV – 6
4.1.7 Data Biaya Tetap Gudang Subdistributor
IV – 8 IV – 10
4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Peramalan Kualitatif
IV – 10
4.2.2 Perhitungan Biaya Distribusi
IV – 11
4.2.2 Perancangan Model Mixed Integer Linear Programming
IV – 13
4.2.3 Penyelesaian Model
IV – 16
xi
BAB V
ANALISIS DAN INTEPRETASI HASIL 5.1 Interpretasi Hasil Pemilihan Lokasi V–1
Gudang Subdistributor
BAB VI
5.2 Interpretasi Hasil Alokasi Produk
V–3
5.3 Interpretasi Hasil Penentuan Biaya Distribusi
V–9
5.4 Analisis Perbaikan Terukur (Biaya Minimal)
V – 10
5.5 Analisis Investasi untuk Gudang Subdistributor
V – 11
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
VI– 1
6.2 Saran
VI –1
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan performansi desain jaringan distribusi
II - 13
Tabel 2.2 Performansi jaringan distribusi untuk jenis kustomer
II - 14
Tabel 4.1 Wilayah Alternatif Sub-distributor
IV - 1
Tabel 4.2 Syarat untuk mendirikan gudang subdistributor
IV - 1
Tabel 4.3 Alternatif lokasi gudang subdistributor
IV - 2
Tabel 4.4 Permintaan produk selama 1 tahun
IV - 3
Tabel 4.5 Jarak gudang sub-distributor ke gudang distributor
IV - 4
Tabel 4.6 Jarak gudang subdistributor dengan zona konsumen
IV - 5
Tabel 4.7 Gaji tenaga kerja gudang subdistributor per bulan
IV – 9
Tabel 4.8 Biaya tetap gudang subdistributor per bulan
IV – 9
Tabel 4.9 Peramalan untuk permintaan produk tahun 1
IV –10
Tabel 4.10 Peramalan untuk permintaan produk tahun 2
IV –10
Tabel 4.11 Peramalan untuk permintaan produk tahun 3
IV –11
Tabel 4.12 Peramalan untuk permintaan produk tahun 4
IV –11
Tabel 4.13 Peramalan untuk permintaan produk tahun 5
IV –11
Tabel 4.14 Total biaya distribusi untuk distributor
IV –12
Tabel 4.15 Total biaya distribusi untuk subdistributor
IV –13
Tabel 4.16 Biaya-biaya distribusi
IV –18
Tabel 4.17 Jumlah alokasi barang ke gudang subdistributor
IV –19
Tabel 4.18 Alokasi produk subdsitributor subdistributor Karanganyar
IV –20
Tabel 4.19 Alokasi produk subdsitributor subdistributor Boyolali
IV –21
Tabel 4.20 Alokasi produk subdsitributor subdistributor Surakarta
IV –21
Tabel 5.1 Wilayah gudang subdsitributor
V–1
Tabel 5.2 Data aktual biaya distribusi bulan Agustus 2008 – Juli 2009
V – 10
Tabel 5.3 Net Present Value gudang subdistributor Karanganyar
V – 12
Tabel 5.4 Net Present Value gudang subdistributor Surakarta
V – 12
Tabel 5.5 Net Present Value gudang subdistributor Boyolali
V – 13
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur organisasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor II – 2
wilayah Surakarta Gambar 2.2 Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera
II – 3
Gambar 2.3 Skema teknik peramalan
II – 16
Gambar 3.1 Metodologi penelitian
III – 1
Gambar 4.1 Klasifikasi kelompok jenis produk
IV – 3
Gambar 4.2 Parameter pada solver
IV –17
Gambar 4.3 Hasil solver
IV –18
Gambar 5.1 Peta lokasi gudang subdistributor
V–2
Gambar 5.2 Alokasi produk gudang distributor ke gudang subdistributorV – 3 Gambar 5.3 Alokasi produk untuk Kab Karanganyar
V–4
Gambar 5.4 Alokasi produk untuk Kab Wonogiri
V–5
Gambar 5.5 Alokasi produk untuk Kodya Surakarta
V–5
Gambar 5.6 Alokasi produk untuk Kab Sukoharjo
V–6
Gambar 5.7 Alokasi produk untuk Kab Boyolali
V–6
Gambar 5.8 Alokasi produk untuk Kab Klaten
V–7
Gambar 5.9 Alokasi produk untuk Kodya Surakarta dan Kab Sukoharjo V – 8
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel L.1 Macam produk PT. Garudafood Tabel L.2 Zona konsumen PT Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta Tabel L.3 Pengelompokan Produk Tabel L.4 Penjualan PT Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta Gambar L.1 Peta alokasi zona konsumen
xv
BAB I PENDAHULUAN
Bab I adalah pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang dan identifikasi masalah yang diangkat dalam skripsi, perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat, pembatasan masalah, penetapan asumsi-asumsi yang mendukung pengolahan data serta sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi.
1.1 LATAR BELAKANG PT. Garudafood Indonesia merupakan produsen makanan ringan dan minuman kemasan. Produk Garudafood yang banyak dikenal masyarakat antara lain kacang kulit garuda, kacang atom, leo snack, okky jelly drink dan beberapa merk produk yang lain (PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009). Hasil wawancara dengan pihak PT. Sinar Niaga Sejahtera tahun 2009, terdapat beberapa tingkatan dalam proses pendistribusian produk yaitu produsen, distributor regional dan distributor wilayah atau disebut gudang depo. Distributor wilayah melakukan pemesanan produk melalui distributor regional. Pengiriman akan langsung dilakukan oleh produsen ke distributor wilayah berdasarkan permintaan distributor regional. Pendistribusian produk ke outlet dilakukan oleh distributor wilayah dengan menggunakan truk (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009). PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Karesidenan Surakarta terletak di Jl. Surakarta-Purwodadi km 5. Distributor wilayah ini melayani 7 daerah yang terdapat di Karesidenan Surakarta, yaitu Kabupaten Karanganyar, Boyolali, Klaten, Sukoharjo, Wonogiri dan Sragen serta Kotamadya Surakarta. Terdapat beberapa macam outlet yang dilayani oleh distributor wilayah ini, yaitu retailer, grosir, modern market dan chainstore (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009). Pengiriman produk yang dilakukan oleh distributor wilayah ini mengandalkan dari salesman untuk melayani permintaan produk dari outlet. Pengiriman produk ke outlet dilakukan satu hari setelah salesman mengambil order dari outlet (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009). PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah
I- 1
Surakarta mempunyai 10 armada yang berupa truk untuk mengirimkan produk dari gudang depo ke outlet (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009). Luasnya wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta mengakibatkan jauhnya jarak antara gudang depo ke outlet. Tentu saja dalam proses pengiriman barang memerlukan biaya–biaya untuk mendistribusikan produk. Biaya distribusi meliputi biaya bahan bakar untuk pengiriman produk yang menggunakan truk serta biaya perawatan kendaraan. Semakin jauh jarak yang harus ditempuh maka biaya transportasi yang dikeluarkan juga akan semakin besar. Biaya transportasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta periode Agustus 2008 – Juli 2009 adalah sebesar Rp. 767.770.700,-. (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009) atau sebesar 16% dari pendapatan perusahaan. Target biaya distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera adalah kurang dari 14% dari pendapatan. PT. Sinar Niaga Sejahtera perlu mengkaji ulang desain distribusi yang saat ini berjalan untuk mencapai target yang ada di perusahaan. Selain itu, luasnya wilayah pemasaran juga mengakibatkan jarak tempuh salesman ke outlet yang berada di luar kota menjadi jauh sehingga salesman tidak dapat menjangkau semua outlet yang berada di luar kota Surakarta karena waktu yang terbatas. Hal ini dapat dilihat dengan data outlet PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta, dimana terdapat beberapa kecamatan di luar kota Surakarta yang belum dijangkau oleh salesman. Berdasarkan data yang didapat dari PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta daerah wilayah pendistribusian hanya menjangkau 65 kecamatan dari 99 kecamatan di Karesidenan Surakarta (PT Sinar Niaga Sejahtera, 2009), sehingga ada 34 kecamatan di 7 kabupaten yang belum dilayani oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta terdiri dari Kabupaten Boyolali 5 kecamatan, Klaten 16 kecamatan, Karanganyar 5 kecamatan dan Sukoharjo 4 kecamatan. Berdasarkan uraian di atas, besarnya biaya distribusi dan belum terjangkaunya beberapa kecamatan di wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta disebabkan oleh kurang optimalnya sistem distribusi pada PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk menyusun desain jaringan distribusi yaitu dengan mempertimbangkan pembukaan gudang subdistributor dan alokasi produk
I- 2
untuk tiap gudang subdistributor di eks karesidenan Surakarta. Pembangunan gudang subdistributor diharapkan dapat mengurangi biaya distribusi. Pirkul dan Jayaraman (1997) mengembangkan sebuah model yang disebut model optimasi PLANWAR. Model ini bertujuan untuk menentukan lokasi pabrik dan gudang dengan mempertimbangkan minimasi biaya–biaya distribusi. Mengacu pada model PLANWAR yang dikembangkan oleh Pirkul dan Jayaraman, penulis mengaplikasikan model untuk menentukan lokasi gudang subdistributor dan alokasi produknya. Penyelesaian masalah penentuan lokasi gudang subdistributor dan alokasi produk ini menggunakan pendekatan analitis. Model yang digunakan yaitu mixed integer linear programming. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah yang diangkat yaitu bagaimana penentuan lokasi dan alokasi produk untuk gudang sub distributor serta alokasi produk untuk outlet dengan kriteria minimasi biaya distribusi?
1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka tujuan pembahasan dalam penelitian ini yaitu : 1. Menentukan lokasi gudang subdistributor wilayah Karesidenan Surakarta 2. Menentukan alokasi produk untuk subdistributor dan outlet wilayahwilayah Karesidenan Surakata.
1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang dapat diperoleh dari pembahasan yang dilakukan dalam skripsi ini yaitu : 1. Penghematan biaya distribusi bagi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Surakarta. 2. Permintaan outlet dapat terpenuhi. 3. Peluang kerjasama kepada pihak ke tiga yaitu gudang subdistributor.
I- 3
1.5 BATASAN MASALAH Pembatasan masalah diperlukan pada penelitian ini untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas dan supaya hasil analisis yang didapatkan sesuai dengan tujuan. Batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data permintaan outlet pada bulan Agustus 2008 – Juli 2009. 2. Wilayah pemasaran PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta meliputi Surakarta, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Boyolali dan Wonogiri. 3. Penelitian yang dilakukan tidak membahas tentang rute distribusi. 4. Zona outlet yang dipaparkan disini adalah pada tingkat kecamatan.
1.6 ASUMSI Asumsi digunakan untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang diteliti. Asumsi yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah: 1. Kapasitas produksi pabrik selalu bisa memenuhi permintaan distributor wilayah, karena dari tahun sebelumnya permintaan dari PT Sinar Niaga Sejahtera wilayah Karesidenan Surakarta hampir selalu dapat dipenuhi oleh produsen. 2. Ukuran kardus barang dianggap sama, sesuai standar yang berlaku di PT Sinar Niaga Sejahtera yaitu sebesar 35 cm x 25 cm x 18 cm. 3. Biaya tetap disini berdasarkan biaya yang timbul pada gudang subdistributor yang telah dibuka di Wonogiri. 4. Peningkatan penjualan adalah 10% per tahun berdasarkan besarnya peningkatan pada tahun–tahun sebelumnya dan target yang harus dicapai perusahaan. 5. Peningkatan biaya distribusi per tahun diasumsikan sebesar 7% sesuai dengan rata – rata tingkat inflasi per tahun berdasarkan Bank Indonesia.
I- 4
I.7 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, penetapan tujuan dan manfaat, batasan masalah, asumsi dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini membahas tentang gambaran umum PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta yang merupakan tempat dilaksanakannya penelitian skripsi.
Serta berisi landasan teori yang
memuat teori-teori yang menunjang dalam pengolahan data. BAB III METODOLOGI PENELITIAN, berisi langkah-langkah penyelesaian masalah secara umum. Tahapan itu meliputi penetapan perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data, analisis dan interpretasi hasil, dan kesimpulan dan saran. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA, berisi datadata yang diperlukan untuk penyelesaian masalah dan pengolahan data yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian . BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL, berisi uraian analisis dan interpretasi dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN, berisi kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisis serta saran-saran yang diperlukan dalam mendapatkan hasil yang lebih baik.
I- 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab II merupakan tinjauan pustaka yang berisi tinjauan umum perusahaan serta landasan teori yang mendukung pengolahan data dalam penyusunan skripsi ini. Tinjauan umum perusahaan meliputi sejarah perkembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan, sistem distribusi serta jenis produk dan armada pengiriman. Landasan teori berisi tentang teori desain jaringan dan evaluasi desain jaringan. 2.1 TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN Sub bab ini berisi mengenai sejarah pekembangan perusahaan, struktur organisasi perusahaan, sistem distribusi serta jenis produk dan armada pengiriman. 2.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Sinar Niaga Sejahtera adalah perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang distribusi produk. Salah satu produk yang didistribusikan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera adalah produk dari PT. Garudafood. PT. Sinar Niaga Sejahtera berdiri pada tahun 1994 dan sampai saat ini telah memiliki 96 distributor wilayah dan 5 kantor regional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia (PT. Sinar Niaga Sejahtera 2009). PT. Sinar Niaga Sejahtera memiliki satu distributor wilayah di Surakarta. PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta terletak di Jl. Raya Solo – Purwodadi km 5. Area pendistribusian produk oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta hanya mencakup wilayah Eks-Karesidenan Surakarta yaitu Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Karanganyar, Klaten dan Boyolali. PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta saat ini melayani beberapa macam konsumen yaitu 24 chainstore, 247 grosir, 546 semigrosir, 886 retailer, 57 modern market, 1 gudang subdistributor (PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009).
II - 1
2.1.2 Struktur Organisasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta dikepalai oleh satu orang kepala cabang yang bertanggung jawab atas segala hal yang berkaitan dengan PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Kepala cabang dibantu oleh 3 kepala bagian yaitu SAK (Sales Area Koordinator), FAS (Finance Accounting Supervisor), dan kepala gudang. Struktur organisasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini: Branch Manager
SAK (Sales Area Koordinator)
Sales Traditional Market
Sales Modern market
FAS (Finance Accounting Manager)
SAK (Sales Area Koordinator)
Kepala Gudang
Checker Good Stock (GS)
Checker Bad Stock (BS)
Dropping
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. ( Sumber : PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009 ) Secara lebih jelas, struktur organisasi dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kepala cabang Kepala cabang bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi di PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. 2. Sales Area Koordinator (SAK) SAK bertanggungjawab terhadap jadwal kunjungan salesman ke outlet. SAK terdiri dari dua divisi, yaitu SAK untuk pasar tradisional dan SAK untuk modern market. 3. Finance Account Supervisor (FAS) Finance Account Supervisor bertanggungjawab untuk semua masalah keuangan dan administrasi di PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Setiap akhir bulan, FAS harus membuat laporan keuangan . Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Dalam tugasnya, FAS dibantu oleh beberapa petugas administrasi. 4. Kepala Gudang Kepala Gudang bertanggungjawab terhadap penyimpanan produk di dalam gudang termasuk di dalamnya adalah pengecekan jumlah inventori, keadaan
II - 2
produk dan proses dropping barang. Dropper berasal dari pihak ke tiga atau pihak penyedia jasa transportasi. 2.1.3 Sistem Distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut ini:
Gambar 2.2 Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera ( Sumber : PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009 ) Diagram alir sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta pada gambar 2.2 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Order dari retailer Order dari retailer berupa sejumlah produk dan kuantitasnya. PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta mengandalkan salesman dalam mencari order dari outlet. Setiap hari salesman selalu membuat purchase order untuk setiap order yang mereka dapatkan. Salesman mempunyai jadwal kunjungan tetap sesuai dengan jadwal kunjungan yang telah ditetapkan oleh SAK. 2. Bagian pemasaran. Bagian pemasaran bertugas menerima semua permintaan yang datang dari retailer untuk semua jenis produk. Bagian pemasaran merupakan bagian yang berhubungan langsung dengan relasi, termasuk menangani pembayaran dari relasi
II - 3
serta menanggapi keluhan dari relasi. Bagian pemasaran menetapkan lead time satu hari untuk pemenuhan permintaan relasi, terhitung mulai dari order diterima oleh bagian pemasaran sampai produk diterima oleh relasi. Selanjutnya bagian pemasaran meneruskan informasi tentang order relasi tersebut ke bagian sirkulasi. 3. Bagian inventori (gudang). Bagian inventori (gudang) mengatur penyimpanan produk di gudang. Pengaturan yang dilakukan oleh bagian inventori meliputi pengaturan letak dan penempatan produk di gudang serta pengaturan penempatan produk yang baru diterima oleh distributor dari pabrik dan pengaturan penempatan produk yang akan didistribusikan ke sejumlah retailer. 4. Bagian transportasi (dropping) Bagian transportasi mengirimkan produk ke outlet berdasarkan hasil kunjungan salesman pada hari sebelumnya. 2.1.4 Jenis Produk dan Armada Transportasi Produk-produk yang didistribusikan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta adalah produk-produk dari PT. Garudafood dan non Garudafood (PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009). Produk tersebut terbagi atas beberapa
merk
serta
beberapa
kemasan.
Jenis
produk
yang
didistribusikan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta berdasarkan merk serta kemasannya akan dicantumkan pada lampiran halaman 1. Dalam pendistribusian produknya PT. Sinar Niaga Sejahera menggunakan beberapa jenis armada (alat transportasi) pengiriman. Penentuan jenis armada pengangkutan disesuaikan dengan jumlah atau banyaknya produk dan jenis produk yang akan didistribusikan. Armada pengangkutan yang digunakan dalam pendistribusian produk di PT. Sinar Niaga Sejahera yaitu truk ban ganda (PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009). 2.2 LANDASAN TEORI Sub bab ini berisi mengenai teori-teori pendukung dalam pengolahan data. Antara lain desain jaringan dalam supply chain, distribusi, transportasi, peramalan, mixed integer linear programming, serta teori mengenai perhitungan biaya yang terkait dengan pendistribusian produk.
II - 4
2.2.1 Konsep Dasar Supply Chain Management Supply chain terdiri dari semua aspek baik secara langsung ataupun tidak langsung dalam memenuhi permintaan konsumen. Elemen-elemen dalam supply chain tidak hanya supplier dan pembuat produk tetapi termasuk juga transportasi, pergudangan, retailer dan juga konsumen itu sendiri (Chopra dan Meindl, 2004) Supply chain management adalah metode atau pendekatan integrative untuk mengelola aliran produk, informasi, dan uang secara integrasi yang melibatkan pihak-pihak mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan distribusi maupun jasa-jasa logistik (Pujawan, 2005). Tujuan yang mendasar dalam supply chain yaitu memenuhi kebutuhan konsumen dalam proses memperoleh keuntungan bagi perusahaan. Aktivitas supply chain dimulai dengan adanya permintaan konsumen telah membayar apa yang dibelinya (Zabidi, 2001). Terdapat dua sudut pandang dalam menilai proses performansi supply chain yaitu berdasarkan cycle view dan push/pull view (Chopra dan Meindl, 2004). Penjelasan mengenai kedua sudut pandang tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut: 1.
Cycle view Menurut pandangan ini proses dalam supply chain dibagi dalam beberapa
tahapan siklus dimana setiap tahapan tersebut akan mempunyai hubungan dengan tahapan yang lain. Berdasarkan pandangan siklus (cycle view), aktivitas supply chain dapat dibagi dalam empat tahapan yaitu: a. Siklus pemesanan konsumen, siklus ini terjadi pada hubungan antara konsumen dan retailer dan termasuk juga proses langsung dalam penerimaan dan pemenuhan pemesanan konsumen. Interaksi antara retailer dengan konsumen dimulai ketika konsumen melakukan pemesanan dan berakhir ketika konsumen telah menerima pesanannya. b. Siklus replenishment, siklus ini terjadi pada hubungan antara retailer dan distributor serta pemenuhan terhadap inventori retailer. Siklus ini dimulai ketika sebuah retailer melakukan suatu pemesanan untuk menambah inventori guna memenuhi permintaan di masa yang akan datang. Tujuan dari siklus ini
II - 5
adalah untuk menambah inventori bagi retalier dengan biaya minimum dengan ketersediaan produk yang tinggi. c. Siklus manufacturing, siklus ini terjadi dalam hubungan antara distributor dan perusahaan manufaktur. Aktivitas yang dilakukan dalam siklus ini merupakan penggantian terhadap inventori distributor. Siklus ini dipengaruhi oleh permintaan konsumen, peramalan permintaan dari retailer atau distributor atau dari peramalan terhadap permintaan konsumen serta ketersediaan barang jadi dalam gudang pabrik. d. Siklus procurement, siklus ini terjadi dalam hubungan antara pabrik dan supplier. Aktivitas yang terjadi dalam siklus ini merupakan pemenuhan material yang akan digunakan pabrik untuk memproduksi sebuah produk. Pemesan komponen kepada supplier akan tergantung pada jadwal produksi. 2.
Push/pull view. Seluruh proses yang berlangsung dalam suatu supply chain dikategorikan
ke dalam dua kategori berdasarkan waktu yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengguna terakhir. Siklus dimulai dengan adanya permintaan konsumen dalam pull proses. Siklus push proses ini dimulai dikarenakan untuk mengantisipasi adanya permintaan konsumen. Pemintaan konsumen akan sebuah produk telah diketahui dalam pull proses sedangkan dalam push proses permintaan konsumen akan produk tidak diketahui secara pasti sehingga perlu adanya peramalan terhadap permintaan konsumen. Pull proses disebut sebagai proses reaktif karena proses ini timbul untuk merespon permintaan konsumen. Push proses dapat juga disebut sebagai permintaan konsumen, push proses dapat juga disebut sebagai proses spekulasi karena sistem ini mengantisipasi permintaan konsumen yang dilakukan dengan melakukan peramalan terhadap permintaan konsumen. Perencanaan logistik dan penilaian dilakukan pada awal perusahaan berdiri maupun ketika jaringan logistik sudah terbentuk. Penilaian bertujuan memodifikasi jaringan yang sudah ada atau tetap membiarkannya jika sudah memiliki desain yang optimal. Penentuan untuk penilaian jaringan diberikan lewat lima kunci sebagai berikut (Ballou, 1998):
II - 6
1. Permintaan, tingkat permintaan dan penyebarannya mempengaruhi konfigurasi jaringan logistik. Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan antar daerah pemasaran ini, walaupun kecil nilainya sudah cukup menjadi alasan untuk meninjau ulang jaringan distribusi. 2. Pelayanan konsumen, yang termasuk di dalamnya adalah ketersediaan inventori, kecepatan pengiriman, kecepatan dan ketepatan pemenuhan kebutuhan. Reformulasi strategi logistik selalu diperlukan sewaktu service level berubah ketika menghadapi persaingan, perubahan tujuan. 3. Karakteristik produk, biaya logistik sangat sensitif terhadap beberapa karakteristik seperti berat produk, volume, nilai dan resiko. Jika terjadi sedikit perubahan karakteristik maka dapat sangat menguntungkan jika dilakukan perencanaan ulang sistem logistik. 4. Biaya logistik, biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk supply fisik dan distribusi fisik selalu menentukan bagaimana frekuensi sistem logistik harus direncanakan ulang. Perusahaan yang biaya logistiknya tinggi, perubahan sekecil apapun terhadap frekuensi perencanaan ulang akan memberikan pengurangan biaya yang lumayan. 5. Pricing policy, perubahan kebijakan pemberian harga selalu mempengaruhi strategi logistik. 2.2.2
Logistik Logistik adalah integrasi dari dua atau lebih kegiatan untuk tujuan
perencanaan, implementasi dan pengendalian arus bahan baku, persediaan dalam proses dan barang jadi, dari titik awal sampai ke titik konsumsi (Bowersox dan Closs, 1996). Prestasi logistik ditunjukkan oleh efektivitas dan efisiensi pemanfaatan waktu dan tempat. Persaingan ketat dalam pasar global, kehadiran produk dengan umur yang semakin pendek dan tingginya harapan konsumen telah memaksa perusahaan berinvestasi dan memfokuskan perhatian pada rantai pemasoknya. Kemajuan teknologi dan transportasi telah mendorong evolusi rantai pemasok dan teknik pengaturannya. Rantai pemasok (jaringan logistik), terdiri dari supplier, pabrikan, gudang, pusat distribusi dan retailer, dimana didalamnya mengalir bahan mentah, persediaan dalam proses dan produk jadi (Simchi-Levi dkk, 2003).
II - 7
2.2.3
Transportasi Salah satu komponen penting dalam logistik adalah transportasi. Jika
transportasi tidak berjalan maka distribusi produk ke konsumen atau sebaliknya tidak dilakukan. Transportasi mengacu pada pergerakan produk dari satu lokasi ke lokasi lain sebagai fungsinya untuk mengirimkan produk dari awal jaringan supply chain sampai pada tangan konsumen (Chopra dan Meindl,2004). Menurut Chopra dan Meindl (2004) ada 2 pihak yang berperan dalam transportasi: 1.
Pihak pengirim, adalah pihak yang memerlukan pemindahan produknya dari satu titik ke titik lain dalam supply chain. Keputusan yang dibuat misalnya desain jaringan transportasi, pemilihan alat trasnportasi, dan pengaturan penempatan pesanan konsumen pada alat transportasi yang ada. Tujuan dari pengiriman adalah untuk meminimasi total biaya pemenuhan pesanan konsumen sementara tetap mencapai responsivens yang diinginkan. Biaya yang diperhitungkan dalam pengambilan keputusan adalah: a.
biaya transportasi, merupakan jumlah total biaya untuk berbagai pengirim yang mengirimkan produk pesanan kepada konsumen, bagi shipper biaya transportasi termasuk biaya variabel selama kendaraanya bukan milik pengirim sendiri.
b.
Biaya inventori, merupakan biaya pengiriman dari inventori yang berasal dari jaringan supply chain pengirim. Biaya inventori dianggap tetap ketika keputusan transportasi berjangka pendek yaitu dalam kegiatannya menempatkan kiriman konsumen pada pembawanya dan dianggap variabel
ketika
shipper
mendesain
jaringan
transportasi
atau
merencanakan kebijakan operasi. c.
Biaya fasilitas, merupakan biaya semua fasilitas dalam jaringan supply chain pengirim. Biaya ini dianggap variabel dalam pengambilan keputusan desain jaringan strategis terpakai dianggap tetap untuk keputusan transportasi lainnya.
d.
Biaya proses, adalah biaya loading dan unloading dan semua biaya menyangkut semua proses dalam trasportasi. Biaya proses dianggap variabel untuk semua keputusan transportasi.
II - 8
e.
Biaya service level, adalah biaya yang timbul karena ketidakmampuan untuk memenuhi komitmen pengiriman.
2.
Pihak pembawa, adalah pihak yang memindahkan produk. Tujuan pembawa adalah untuk membuat keputusan investasi dan kebijakan operasi yang memaksimalkan keuntungan dari tiap aset. Faktor yang dipertimbangkan untuk mengambil keputusan sebagai berikut : a.
Biaya yang berkaitan dengan kendaraan, adalah biaya timbul karena membeli atau menyewa kendaraan yang digunakan untuk mengirim. Biaya ini tetap ada meskipun kendaraan digunakan atau tidak dan besarnya proporsional dengan jumlah kendaraan.
b.
Biaya operasional tetap, merupakan biaya yang berhubungan dengan terminal airport dan tenaga kerja tetap ada walaupun kendaraan tidak beroperasi. Biaya operasi tetap pada pada umumnya proporsional dengan ukuran dari fasilitas operasional.
c.
Biaya yang berkaitan dengan perjalanan, biaya ini mencakup gaji karyawan dan bahan bakar yang diperlukan untuk perjalanan dan besarnya bergantung pada jarak dan frekuensi pengiriman.
d.
Biaya overhead, biaya ini mencakup biaya perencaan dan penjadwalan jaringan transportasi dan investasi dalam teknologi informasi.
e.
Biaya yang berkaitan dengan dengan jumlah barang, biaya ini mencakup biaya loading dan unloading dan sebagian biaya bahan bakar yang berubah sejalan dengan jenis dan jumlah barang yang dikirimkan.
2.2.4
Distribusi Distribusi adalah aktivitas yang dilakukan untuk memindahkan dan
menyimpan produk dari tingkatan supplier hingga tingkatan konsumen dalam supply chain (Chopra dan Meindl, 2004). Aliran material mentah dan komponen berpindah dari supplier ke pabrik, sedangkan produk jadi akan berpindah dari pabrik ke pengguna akhir. Pada level tertinggi, performansi distribusi akan diukur dengan dua sudut pandang yaitu kebutuhan konsumen yang terpenuhi dan biaya yang dibutuhkan
II - 9
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu jaringan distribusi yaitu (Chopra dan Meindl, 2004): 1.
Respon terhadap waktu, merupakan waktu antara konsumen melakukan pemesanan dan ketika konsumen menerima pesanannya.
2.
Varietas produk, merupakan jumlah perbedaan jenis produk atau susunan produk yang diinginkan konsumen dari suatu jaringan distribusi.
3.
Ketersediaan produk, merupakan probabilitas ketersediaan produk dalam stok ketika ada pemesanan dari konsumen.
4.
Customer experince, merupakan suatu cara yang dapat digunakan oleh konsumen untuk melakukan pemesanan dan penerimaan produk mereka.
5.
Order visibility, merupakan kemampuan dari konsumen untuk melakukan pengecekan terhadap pesanannya dari penempatan hingga pengiriman.
6.
Returnability, merupakan ketersediaan cara dimana konsumen dapat mengembalikan produk yang tidak sesuai dan kemampuan dari jaringan distribusi untuk mengatasi masalah pengembalian tersebut.
2.2.5
Desain Jaringan Distribusi. Pengambilan keputusan dalam desain jaringan distribusi terdiri dari
pemilihan
lokasi
pabrikan,
lokasi
penyimpanan,
fasilitas-fasilitas
yang
berhubungan dengan transportasi dan alokasi dari kapasitas serta peranan tiap fasilitas (Chopra dan Meindl, 2004). Menurut Chopra dan Meindl (2004) keputusan-keputusan yang berhubungan dengan fasilitas dapat diklasifikasikan, sebagai berikut : 1. Peranan fasilitas, berhubungan dengan peran dan proses apa saja yang harus dijalankan oleh tiap fasilitas. 2. Lokasi fasilitas, berhubungan dengan dimana sebaiknya suatu lokasi fasilitas berada 3. Alokasi kapasitas, berkenaan dengan berapa banyak kapasitas yang seharusnya dimiliki oleh tiap fasilitas. 4. Alokasi pasar dan supplai, berhubungan dengan pasar-pasar mana yang harus dilayani oleh tiap fasilitas dan sumber mana yang akan mensuplai fasilitasfasilitas tersebut.
II - 10
Suatu keputusan lokasi fasilitas memiliki dampak jangka panjang pada performansi suatu perusahaan. Suatu fasilitas yang ditutup dan atau dipindahkan ke lokasi baru merupakan pengambilan keputusan yang mahal. Karenanya, perusahaan sebaiknya menerapkan keputusan lokasi fasilitasnya untuk jangka panjang. Keputusan lokasi dapat membantu kegiatan distribusi menjadi lebih responsif dengan tetap meminimasi biaya (Chopra dan Meindl, 2004). Keputusan alokasi kapasitas juga memiliki dampak yang signifikan terhadap performansi sistem perusahaan. Pengalokasian kapasitas yang terlalu banyak pada suatu lokasi mengakibatkan rendahnya utilitas dan meningkatkan berbagai
biaya,sedangkan
pengalokasian
kapasitas
yang
terlalu
sedikit
mengakibatkan buruknya kemampuan pelayanan perusahaan jika permintaan tidak dapat dipenuhi atau meningkatnya biaya jika permintaan tersebut dialokasikan dari lokasi fasilitas yang jauh letaknya. Alokasi sumber suplai dan pasar pada fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan berdampak penting terhadap performansi perusahaan karena hal tersebut mempengaruhi total biaya produksi, biaya persediaan dan biaya transportasi yang muncul dalam memenuhi permintaan konsumen. Keputusan tersebut harus dipertimbangkan kembali dalam kurun waktu tertentu sehingga alokasi tersebut dapat diubah sesuai dengan perubahan kondisi pasar atau perubahan kapasitas pabrik (Chopra dan Meindl, 2004). Tujuan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan fasilitas adalah untuk mendesain jaringan distribusi sehingga tercapai minimal total biaya logistik, termasuk biaya pembelian dan produksi, biaya persediaan, biaya fasilitas (biaya simpan, biaya penanganan dan biaya tetap) dan biaya transportasi dengan kendala service level yang telah ditentukan pihak manajemen perusahaan (Simchi-Levi dkk, 2003). Dibawah ini dijelaskan beberapa faktor yang berpengaruh dalam keputusan desain jaringan distribusi (Chopra dan Meindl, 2004), sebagai berikut : 1.
Faktor strategi Strategi persaingan suatu perusahaan sangat menentukan keputusan desain
jaringan distribusi. Perusahaan yang berfokus pada biaya, lebih memilih lokasi fasilitas yang akan menghasilkan biaya terkecil, meskipun terletak jauh dari pasar yang akan dilayani. Sedangkan perusahaan yang berfokus pada tingkat pelayanan,
II - 11
akan memilih lokasi yang berdekatan dengan pasar meskipun harus dibayar dengan mahal. 2.
Faktor teknologi Jika teknologi yang dipakai perusahaan mampu menyediakan sistem
produksi yang ekonomis, maka yang paling efektif adalah mendirikan sedikit fasilitas dengan kapasitas yang besar. 3.
Faktor makroekonomi Faktor-faktor makroekonomi terdiri dari pajak, tarif, nilai tukar dan faktor
ekonomi lain yang bukan merupakan bagian internal perusahaan. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan volume perdagangan dan globalisasi pasar, faktorfaktor makroekonomi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesuksesan atau kegagalan desain sistem dan jaringan distribusi. 4.
Faktor politik Perusahaan memilih mendirikan pabriknya pada negara yang kondisi
politiknya stabil. 5.
Faktor infrastruktur Elemen infrastruktur yang harus dipertimbangkan dalam mendesain
jaringan distribusi dapat berupa ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan lokasi, kedekatan dengan terminal trasportasi dan lain sebagainya. 6.
Faktor kompetisi Perusahaan harus mempertimbangkan strategi, ukuran dan lokasi
kompetitor dalam mendesain jaringan distribusi. 7.
Faktor logistik dan operasional Biaya logistik dan fasilitas yang muncul dalam suatu jaringan distribusi
berubah-ubah sejalan dengan perubahan jumlah fasilitas, lokasi fasilitas dan alokasi fasilitas. Penentuan model konfigurasi jaringan distribusi terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan (Chopra dan Meindl, 2004): 1. apakah dalam sistem distribusi tersebut barang akan dikirimkan ke lokasi pelanggan ataukah pihak pelanggan akan melakukan pengambilan barang di lokasi yang telah ditentukan? 2. apakah aliran fisik barang akan melalui suatu perantara?
II - 12
Berdasarkan kedua pertimbangan tersebut, menurut (Chopra dan Meindl, 2004) terdapat enam jenis model konfigurasi jaringan distribusi yang dapat digunakan dalam pengiriman fisik barang dari pihak pemasok hingga ke lokasi pelanggan,yatu: a. Penyimpanan barang dilakukan oleh pihak pabrikan dengan sistem pengiriman barang secara langsung kepada pelanggan (Model A). b. Penyimpanan barang yang dilakukan oleh pihak pabrikan , dengan pengiriman barang secara langsung kepada pihak pelanggan setelah terlebih dahulu dilakukan pengelompokan barang menurut tujuan pelanggan oleh pihak penyedia transportasi (Model B). c. Penyimpanan barang oleh distributor kemudian dikirimkan langsung kepada pelanggan oleh pihak penyedia jasa tranportasi (Model C). d. Penyimpanan barang oleh distributor, dengan pengiriman langsung ke pelanggan setelah terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan berdasarkan tujuan pelanggan (Model D). e. Penyimpanan dilakukan oleh pabrikan dan distributor, proses pengambilan dilakukan oleh pelanggan (Model E). f. Penyimpanan barang dilakukan oleh retailer dengan proses pengambilan barang oleh pelanggan (Model F). Kesesuaian keenam model jarigan distribusi tersebut diatas dengan berbagai skenario kondisi kinerja dalam konteks rantai pasokan, menurut Chopra dan Meindl (2004), dapat dikelompokkan menurut matriks berikut ini : Tabel 2.1 Perbandingan performansi desain jaringan distribusi Retail storage with customer pickup response time product variety product avaibility customer experience order visibility returnability inventory transportation facility and handling information
1 4 4 5 1 1 4 1 6 1
distrbutor Manufacture manufacture storage with storage with storage with inpackage direct shipping transit merge carrier 4 4 3 1 1 2 1 1 2 4 3 2 5 4 3 5 5 4 1 1 2 4 3 2 1 2 3 4 4 3
( Sumber : Chopra dan Meindl, 2004 )
II - 13
dstributor storage with last mile delivery 2 3 3 1 2 3 3 5 4 2
manufactyre storage with pickup 4 1 1 5 6 2 1 1 5 5
Tabel 2.2 Performansi jaringan distribusi untuk jenis pelanggan Retail storage with customer pickup hgh demand product medium-demand product low-demand product very low-demand product many product sources high product value quick desired response high product response low customer effort
+2 +1 -1 -2 +1 -1 +2 -1 -2
distrbutor Manufacture manufacture storage with storage with storage with inpackage direct shipping transit merge carrier delivery -2 -1 0 -1 0 +1 +1 0 +1 +2 +1 0 -1 -1 +2 +2 +1 +1 -1 -2 -1 2 0 +1 +1 +2 +2
dstributor storage with last mile delivery
manufactyre storage with pickup
+1 0 -1 -2 +1 0 +1 0 +2
-1 0 +1 +1 0 -12 -2 +2 -1
( Sumber : Chopra dan Meindl, 2004 ) Keputusan penentuan konfigurasi jaringan distribusi dalam konteks manajemen operasi meliputi identifikasi terhadap lokasi fasilitas, peranan masingmasing fasilitas dan kapasitas dari tiap fasilitas tersebut (Chopra dan Meindl, 2004) Penyusunan model konfigurasi jaringan distribusi mempunyai implikasi pada penyelesaian masalah optimasi yang cukup kompleks. Menurut Simchi-Levi dkk (2003), tipikal permasalahan dalam penyusunan model konfigurasi jaringan distribusi adalah kompleksitas pengolahan data tentang berbagai informasi hal-hal berikut yang meliputi: 1. Lokasi pelanggan, retailer, gudang, pusat distribusi, pabrik pemasok. 2. Seluruh jenis produk, volume dan transportasi. 3. Permintaan pelanggan. 4. Biaya transportasi. 5. Biaya penggudangan meliputi : tenaga kerja, biaya simpan dan tetap. 6. Volume dan frekuensi pengiriman kepada pelanggan. 7. Biaya pesan. 8. Kebutuhan dalam melayani pelanggan. Dalam penyusunan model konfigurasi jaringan distribusi, hal yang penting yang juga perlu diperhatikan adalah efektifitas dari aplikasi model tersebut, yang didasarkan dari hasil pengolahan data yang telah dikelompokkan. Menurut Chopra dan Meindl (2004), nilai dari suatu model jaringan distribusi yang baik ditentukan berdasarkan 2 parameter yaitu : 1. Kebutuhan pelanggan yang dapat dipenuhi melalui jaringan distribusi yang telah disusun
II - 14
2. Biaya yang timbul dalam sistem distribusi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tersebut. Pihak perusahaan harus selalu mengevaluasi pengaruh berbagai alternatif pilihan model jaringan distribusi terhadap 1 layanan pelanggan dan 2 efisiensi biaya yang dapat tercapai. Pemenuhan kebutuhan pelanggan yang berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan, harus sejalan dengan efisiensi biaya dalam jaringan distribusi.
2.2.6
Pengelompokkan Produk Berdasarkan kompleksitas data tersebut, maka sebelum diolah diperlukan
pengelompokan data terlebih dahulu. Menurut Simchi-Levi dkk (2003), proses pengelompokan data tersebut dapat dilakukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan berikut ini 1. Pelanggan sama atau mirip maka dikelompokkan berdasarkan service level dengan menggunakan teknik cluster. 2. Produk
yang memiliki
karakteristik
yang sama atau mirip maka
dikelompokkan. 3. Pola distribusi: seluruh produk yang dipasok distributor yang sama dan dikirim ke pelanggan yang sama maka dikelompokkan
2.2.7
Peramalan (Forecasting)
A. Definisi Peramalan Makridakis dkk (1992) mendefinisikan peramalan sebagai suatu teknik pendugaan mengenai apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Peramalan di sini bukanlah menduga sesuatu dengan tanpa dasar ataupun melibatkan khayalan, akan tetapi peramalan yang didasarkan pada informasi-informasi masa lalu dan saat ini yang akurat disertai dengan teori-teori yang kuat. Teknik peramalan digunakan untuk membantu dalam proses pengambilan suatu keputusan
II - 15
Metode Peramalan
Metode Kualitatif
Metode Kuantitatif
Time Series
Kausal
Gambar 2.3 Skema Teknik Peramalan (forecasting) ( Sumber : Makridakis dkk, 1992 ) Dalam dunia usaha, sesuatu yang terjadi di periode mendatang sangatlah penting diketahui oleh pihak manajemen (pengusaha) untuk menentukan kebijakan-kebijakan yang perlu diambil saat ini demi kelancaran operasional. Peramalan merupakan bagian integral dari kegiatan pengambilan keputusan manajemen. Perusahaan atau organisasi selalu menentukan sasaran dan tujuan, berusaha menduga faktor-faktor lingkungan, lalu memilih tindakan yang diharapkan akan menghasilkan pencapaian sasaran dan tujuan tersebut. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha manajemen untuk mengurangi ketergantungannya pada hal-hal yang belum pasti, apalagi seiring dengan meningkatnya kompleksitas, persaingan dan tingkat perubahan lingkungan (Makridakis dkk, 1992). B. Tujuan Peramalan Menurut Makridakis dkk (1992) peramalan dilakukan untuk memprediksi permintaan pada periode yang akan datang. Proses peramalan dilakukan dengan asumsi dasar bahwa pola permintaan pada masa yang lalu terus berlanjut pada masa yang akan datang selama periode peramalan. C. Prinsip- Prinsip Peramalan Meskipun peramalan berperan penting dalam setiap bidang fungsional manajemen bisnis, akan tetapi peramalan adalah salah satu aspek pembantu dalam perencanaan maupun pengambilan keputusan. Untuk itu perlu dipahami prinsipprinsip peramalan yaitu (Makridakis dkk, 1992):
II - 16
a) Peramalan melibatkan kesalahan (error). Jadi peramalan sifatnya hanya mengurangi ketidakpastian tetapi tidak menghilangkan. b) Peramalan memakai tolak ukur kesalahan. Jadi pemakai harus tahu besar kesalahan yang dapat digunakan dalam satuan unit atau prosentase. c) Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang, karena dalam jangka pendek, kondisi-kondisi cenderung tetap atau perubahan yang lambat. D. Metode Peramalan Menurut Makridakis dkk (1992), secara garis besar metode peramalan dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a) Metode Kualitatif Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : Peramalan bersifat subyektif yaitu dengan menggunakan opini ahli sehingga sangat bergantung pada persepsi masing-masing ahli. Tidak memerlukan data yang lengkap sehingga dapat digunakan untuk meramalkan permintaan produk baru atau ketika data historis tidak lengkap. Metode ini biasanya juga digunakan untuk meramalkan permintaan pada jangka panjang. b) Metode Kuantitatif Metode ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : Peramalan bersifat obyektif yaitu dengan mengolah data historis dengan menggunakan model statistik-matematik oleh karenanya memerlukan data yang lengkap. Metode digunakan dengan asumsi pola masa lalu terus berlanjut ke masa yang akan datang. Metode ini biasanya digunakan untuk meramalkan existing product dalam jangka pendek dan menengah.
II - 17
Metode kuantitatif dapat dibagi dalam dua macam : Metode Time Series Penjualan dan permintaan suatu produk dilihat polanya tanpa dicari apa yang menyebabkan pola tersebut. Dalam metode ini permintaan dilihat sebagai fungsi waktu. Metode Kausal Metode ini berusaha menyatakan permintaan sebagai fungsi perubahan pada faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan. Hasil peramalan dengan metode ini lebih akurat jika dibandingkan dengan metode time series namun metode ini memerlukan waktu pengembangan model yang lama dan biaya yang tinggi. 2.2.8
Model konfigurasi jaringan distribusi Penyusunan model konfigurasi jaringan distribusi ada dua hal yang dapat
dilakukan (Simchi-Levi dkk, 2003) : 1. Teknik optimasi matematis yang terdiri dari a. Exact algoritma, berfungsi untuk mendapatkan solusi optimal. b. Heuristic algoritma, berfungsi untuk mendapatkan solusi yang baik (tetapi belum tentu optimal). 2. Model simulasi, yang menghasilkan suatu mekanisme untuk mengevaluasi beberapa alternatif sesuai dengan skenario yang disusun oleh perancangnya. 2.2.9 Model untuk pemilihan lokasi fasilitas dan alokasi kapasitas. Seorang manajer harus mempertimbangkan banyak hal dalam pembuatan desain jaringan, contohnya adalah membangun fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal dapat mengurangi biaya tranportasi dan meningkatkan waktu respon, disisi lain biaya fasilitas dan inventori yang ditanggung perusahaan meningkat (Chopra dan Meindl, 2004). Manajer menggunakan model desain jaringan untuk dua situasi yang berbeda, yang pertama digunakan untuk menentukan dimanakah fasilitas harus dibangun dan menentukan kapasitas setiap fasilitas dan yang kedua adalah model ini digunakan untuk menentukan seberapa besar permintaan pasar yang dapat
II - 18
terpenuhi (Chopra dan Meindl, 2004). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat desain jaringan distribusi (Chopra dan Meindl, 2004), yaitu : 1. lokasi suplier dan pasar. 2. lokasi potensial fasilitas. 3. peramalan permintaan. 4. biaya fasilitas, tenaga kerja dan material. 5. biaya transportasi 6. biaya inventori. 7. harga jual setiap produk di setiap daerah. 8. pajak 9. response time dan servis faktor yang lain. Berdasarkan informasi diatas, terdapat dua model untuk mendesain jaringan yaitu model gravity dan model optimasi jaringan (Chopra dan Meindl, 2004). Penjelasan model optimasi jaringan dapat dilihat berikut ini. Model optimasi Jaringan Model optimasi Jaringan ini bertujuan untuk menentukan lokasi dari fasilitas dan memperkirakan besarnya alokasi kapasitas setiap fasilitas. Dalam menentukan ini biasanya menggunkan penyelesain dengan ILP,yaitu : n
n
m
min f i y i c ij x ij i 1
(2.1)
i 1 j 1
Dengan batasan n
x i 1
ij
D J for j 1,....., m
(2.2)
ij
K i y i for i 1,....., n
(2.3)
m
x j 1
y i 0,1 for i 1,....., n
Keterangan : Variabel keputusan : yi : 1 jika fasilitas i buka, 0 jika sebaliknya. xij : jumlah pengiriman dari fasilitas i ke market j
II - 19
(2.4)
n : jumlah fasilitas yang potensial m : jumlah pasar atau dareah permintaan Dj : permintaan tahunan dari pasar j Ki : kapasitas potensal dari fasilitas i fi : biaya tetap pertahun dari fasilitas i jika buka cij : biaya produksi dan pengiriman untuk 1 unit dari fasilitas i ke pasar j
2.2.10 Permodelan Sistem 1. Konsep model Model adalah representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata. Adapun sistem nyata adalah sistem yang sedang berlangsung dalam kehidupan dan dijadikan titik perhatian masalah. Permodelan adalah proses membangun atau membentuk sebuah model dari suatu sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Murthy, dkk (1990) dalam Simatupang (1995) menyatakan bahwa model adalah suatu representasi yang memadai dari suatu sistem. Model ini disebut memadai jika telah sesuai dengan tujuan dalam pikiran analisis (pemodel). Menurut Murty, dkk (1990) pemodelan matematik adalah proses memodelkan sebuah permasalahan yang tampak dalam dunia nyata yang diinterpretasikan dalam simbol yang abstrak. Karakteristik suatu model yang baik sebagai ukuran pencapaian tujuan pemodelan (Simatupang, 1995), yaitu : a.
Tingkat generalisasi yang tinggi.
b.
Mekanisme trasnsparansi.
c.
Potensial untuk dikembangkan.
d.
Peka terhadap perubahan asumsi.
2. Karakterisasi sistem Pendekatan kondisi dunia nyata yang berhubungan dengan suatu permasalahan digambarkan dalam sebuah sistem. Solusi dari permasalahan didefinisikan sebagai tujuan. Proses mendiskripsikan suatu sistem membutuhkan pemahaman inti dan konsep yang digunakan dalam pendekatan sistem. Permasalahan dalam dunia nyata, biasanya sangat rumit, jika sistem dilihat dan dideskripsikan secara keseluruhan maka permasalahan menjadi tercampur dan
II - 20
tidak teratur. Tidak semua fitur dunia nyata relevan sebagai solusi, sehingga penjelasan secara parsial biasa digunakan, penjelasan secara parsial tersebut biasanya disebut sebagai karakterisasi sistem. Karakterisasi sistem merupakan proses penyederhanaan dan idealisasi. Sebuah sistem didefinisikan sebagai sekumpulan objek yang saling berhubungan. Objek memiliki atribut-atribut yang dideskripsikan sebagai parameter dan variabel. Parameter adalah atribut intrinsik sebuah objek. Sedangkan variabel adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk mendiskripsikan interaksi atau hubungan antar objek-objek dalam suatu sistem.
3. Klasifikasi model Berikut ini adalah pembagian model berdasarkan kelas-kelas tertentu (Simatupang, 1995). a.
Acuan waktu Model statik. Model ini tidak mempersoalkan perubahan-perubahan karena waktu, contohnya struktur organisasi Model dinamis Model ini menunjukkan perubahan setiap saat akibat aktivitasaktivitasnya. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem ini dapat diturunkan sebagai fungsi dari waktu. Dengan perkataan lain,model-model dinamik memiliki waktu sebagai variabel bebas.
b.
Tingkat ketidakpastian. Model deterministik. Sifat alamiah adalah aspek-aspek lingkungan sistem yang tidak dapat atau sedikit bisa dikendalikan oleh pengaruh keputusan. Untuk model deterministik peluang sifat alamiah itu besarnya satu atau peluang sempurna. Contoh model EOQ. Model probabilitik Model ini membantu pengambilan keputusan dengan faktor resiko. Contoh diagram pohon keputusan.
II - 21
Model konflik. Model ini sifat alamiah pengambil keputusan berada dalam pengendalian lawan. Contoh posisi tawar atau negoisasi. Model tak pasti. Model yang dikembangkan untuk menghadapi ketidakpastian mutlak. Contoh model-model keputusan. c.
Derajat kuantifikasi kuantitatif Model statistik. Model ini mendeskripsikan dan menyimpulkan data. Model optimasi. Model ini digunakan untuk menentukan jawaban terbaik. Model heuristik. Model ini digunakan untuk mencari jawaban yang baik tetapi bukan optimum jadi model ini merupakan pendekatan iteratif. Model simulasi. Model
ini
digunakan
untuk
mencari
jawaban
yang baik
atau
menguntungkan. 2.2.11 Model optimasi analitis (Integer Linier Programming) Integer Linear Programming (ILP) merupakan teknik riset operasional (operation research technique) yang telah dipergunakan secara luas dalam berbagai jenis masalah manajemen. Banyak keputusan manajemen produksi dan inventori mencoba membuat agar penggunaan sumber-sumber daya manufaktur menjadi lebih efektif dan efisien. Sumber-sumber daya manufaktur seperti, mesin, tenaga kerja, model, waktu dan bahan baku digunakan dalam kombinasi tertentu yang paling optimum untuk menghasilkan jumlah produk (barang dan/ atau jasa) secara bulat (integer). Dengan demikian ILP dipergunakan untuk membantu manajer- manajer PPIC guna merencanakan dan membuat keputusan tentang pengalokasian sumber- sumber daya yang optimum (Gaspersz, 2002). Terdapat tiga jenis model ILP, yaitu model total integer, model 0-1 integer, dan model mixed integer (Lieberman dan Hillier, 1994). Dalam model integer semua variabel keputusan diharuskan mempunyai nilai solusi integer. Model 0-1 integer semua
II - 22
variabel keputusan mempunyai nilai integer satu atau nol. Terakhir, dalam model mixed integer beberapa variabel keputusan (tetapi tidak semua) diharuskan mempunyai solusi integer. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model mixed integer linier programming yang menggabungkan antara integer linear programming dan model 0-1 integer, dimana dalam model tersebut terdapat 2 jenis variabel keputusan yang terdiri dari variabel keputusan biner yaitu variabel keputusan yang mempunyai nilai integer 1 atau 0 dan varibel keputusan biner yaitu variabel keputusan yang mempunysi nilai integer 1 atau 0 dan variabel keputusan kontinu dimana variable keputusan dapat mengambil bernilai berapapun dalam sebuah interval yang spesifik (Rardin, 1998). Variabel kontinu yang dibangun dalam model penelitian ini menerupakan variabel waktu yang mempunyai nilai dai 0 sampai tak hingga (nonnegatif variabel) 1. Karakteristik Integer Linear Programming Gaspersz (2002) menyatakan bahwa pada dasarnya Integer Linear Programming memiliki empat karakteristik utama, yaitu : a) Masalah
Integer
Linear
Programming
berkaitan
dengan
upaya
memaksimumkan (pada umumnya keuntungan atau meminimumkan pada umumnya biaya). Upaya optimasi (maksimum atau minimum) ini disebut sebagai fungsi tujuan (objective function) dari integer linear programming. Fungsi tujuan ini terdiri dari variabel- variabel keputusan (decision variable) yang bersifat bilangan bulat (integer). b) Terdapat kendala-kendala atau keterbatasan, yang membatasi pencapaian tujuan yang dirumuskan dalam linear programming. Kendala-kendala ini dirumuskan dalam fungsi-fungsi kendala (constraint’s functions), terdiri dari variabel-variabel keputusan yang menggunakan sumber-sumber daya yang terbatas itu. Dengan demikian yang akan diselesaikan dalam integer linear programming adalah mencapai fungsi tujuan (maksimum keuntungan atau minimum biaya) dengan memperhatikan fungsi-fungsi kendala (keterbatasan) sumber daya yang ada. c) Memiliki sifat linieritas. Sifat linieritas ini berlaku untuk semua fungsi tujuan dan fungsi kendala. Misalnya, apabila satu unit produk A dapat menghasilkan
II - 23
keuntungan $30, maka apabila memproduksi dua unit A akan memberikan keuntungan $60 (2 x $30), produksi tiga unit A memberikan keuntungan 90$ (3 x $30), dan seterusnya. Demikian pula untuk penggunaan sumber-sumber daya. Misalkan untuk sumber daya tenaga kerja, memproduksi satu unit produk A membutuhkan 2 jam kerja, maka untuk menghasilkan dua unit produk A membutuhkan 4 jam kerja (2 unit produk x 2 jam kerja per unit), dan seterusnya. d) Memiliki sifat divisibility. Sifat divisibility diperlukan, karena integer linear programming memperhitungan jumlah solusi secara bilangan bulat. Jadi dalam hal ini produk yang dihasilkan tidak dapat dalam bentuk pecahan.
2. Model umum Integer Linear Programming Secara matematik, model umum dari integer linear programming yang terdiri dari sekumpulan variabel keputusan X1, X2, ..., Xn, dirumuskan sebagai berikut (Gaspersz, 2002) : Fungsi tujuan : Maksimasi (atau Minimasi) Z C1 x1 C2 x2 C3 x3 ... Cn xn
(2.5)
Kendala : a11x1 a12x2 a13x3 a14x4 ... a1n xn
, ,
(2.6)
b1
a21x1 a22x2 a23x3 a24x4 ... a2n xn
, ,
b2
(2.7)
a31x1 a32x2 a33x3 a34x4 ... a3n xn
, ,
b3
(2.8)
: : : a1m x1 am2 x2 am3 x3 am4 x4 ... amn xn
, ,
bm
dan x1, x2 , x3 , x4 , x5 , x6 ,..., xn 0
(2.9) (2.10)
Keterangan : Z
= nilai fungsi tujuan yang dimaksimumkan atau diminimumkan
n
= macam batasan sumber daya atau fasilitas yang ada
m
= macam aktivitas yang menggunakan sumber daya atau fasilitas
II - 24
xi
= variabel keputusan
bi
= nilai maksimal sumber daya untuk dialokasikan ke aktivitas
Ci
= besarnya kenaikan nilai Z setiap ada kenaikan satu satuan nilai
3. Asumsi dasar model Integer Linear Programming Asumsi dasar yang digunakan dalam model analitis Integer Linear Programming adalah (Liebermean dan Hillier, 1994) : a) Proporsionalitas Naik turunnya nilai fungsi tujuan (Z) dan penggunaan sumber daya berubah sebanding (proporsional) dengan perubahan tingkat aktivitas. b) Additivitas Aktivitas
(variabel
keputusan)
tidak
saling
mempengaruhi
dalam
menentukan nilai fungsi tujuan sehingga nilai fungsi tujuan merupakan penjumlahan kontribusi setiap variabel keputusan atau dengan kata lain kenaikan fungsi tujuan yang diakibatkan oleh suatu aktivitas dapat ditambahkan tanpa mempengaruhi bagian nilai fungsi tujuan yang diperoleh dari aktivitas yang lain. c) Deterministik Semua parameter yang terdapat dalam model matematis (Aij, Cj, bi) dapat ditentukan dengan pasti, meskipun jarang dapat ditentukan dengan tepat. d) Accountability Sumber-sumber yang tersedia harus dapat dihitung sehingga dapat dipastikan berapa bagian yang terpakai dan berapa bagian yang masih tersisa. e) Linearity of Objectives Fungsi tujuan dan kendala-kendala harus dapat dinyatakan sebagai suatu fungsi linear.
2.2.12 Model Referensi Model yang digunakan sebagai referensi dalam menyusun model-model penentuan lokasi dan alokasi adalah model dalam jurnal yang dikembangkan oleh Pirkul dan Jayaraman (1997).
Model Pirkul dan Jayaraman (1997)
II - 25
Model ini bertujuan untuk menentukan lokasi gudang dan pabrik dengan berdasarkan batasan kapasitasnya. Diasumsikan bahwa daerah konsumen dan permintaannya telah diketahui. Model Planwar (Pirkul dan Jayaraman,1997 ) adalah sebagai berikut:
Min Z =
C
ijl
i
j
l
X ijl j
T k
Y
jkl jkl
l
fk Pk g j Z j k
(2.11)
j
Batasan
X
ail
ijl
untuk semua i dan l
(2.12)
j
Batasan ini menjelaskan bahwa semua permintaan konsumen dapat dipenuhi oleh gudang yang dibuka.
s X l
i
ijl
Z jW j
untuk semua j
(2.13)
l
Batasan ini menjelaskan bahwa permintaan konsumen yang dikirmkan dari gudang tidak boleh melebihi dari kemampuan pengiriman gudang.
Z
W
j
(2.14)
j
Batasan ini menjelaskan tentang jumlah gudang yang boleh dibuka.
X
ijl
i
Y
jkl
untuk semua j dan l
(2.15)
k
Batasan ini menjelaskan tentang semua permintaan konsumen i untuk produk l jumlahnya sama dengan jumlah produk l di gudang j yang dikirim dari pabrik.
q Y l
j
jkl
Dk Pk
untuk semua k
(2.16)
l
Batasan ini menjelaskan kapasitas gudang k tidak boleh lebih dari permintaan.
P
k
P
(2.17)
k
Batasan ini menjelaskan jumlah pabrik yang akan dibuka. Pk, Zj = 0,1
untuk semua j dan k
(2.18)
Batasan ini menjelaskan tentang bilangan binary berhubungan buka atau tidaknya pabrik dan gudang. Xijl, Yjkl 0
untuk semua i, j, dan l
II - 26
(2.19)
Batasan ini menjelaskan tentang hasil yang didapatkan tidak boleh negatif. Model ini meminimasi jumlah: biaya distribusi produk dari gudang ke konsumen; biaya transportasi dari pabrik ke gudang; biaya tetap yang berhubungan dengan penempatan dan operasional pabrik dan gudang.
II - 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian digunakan agar penyusunan skripsi menjadi sistematis dan fokus pada masalah yang diteliti. Metodologi penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut : Mulai
Pengumpulan data: 1. Data permintaan outlet Agustus 2008 - Juli 2009 2. Data komponen biaya distribusi 3. Data biaya tetap subdistributor 4. Data produk PT. Sinar Niaga Sejahtera 5. Data konsumen yang dilayani PT. Sinar Niaga Sejahtera 6. Data jarak antara gudang depo - gudang subdistributor zona konsumen 7. Data alternatif lokasi gudang subdistributor
Pengolahan Data
Peramalan dengan metode kualitatif berdasarkan pendapat ahli
Penentuan biaya distribusi
Karakterisasi model
Pemodelan matematis
Penentuan fungsi tujuan (objective function)
Penentuan batasan kapasitas (constraint set)
Penyelesaian model
Analisis hasil
Kesimpulan dan saran
Selesai
Gambar 3.1 Metodologi Penelitian
III - 1
Berikut ini uraian dan penjelasan dari tahapan-tahapan metodologi penelitian pada Gambar 3.1: 3.1 PENGUMPULAN DATA Data yang dikumpulkan pada tahap pengumpulan data adalah data perusahaan yang diperlukan dalam pengolahan data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian di PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta yaitu : 1. Data permintaan Agustus 2008 – Juli 2009 Data permintaan adalah berupa data penjualan Distributor ke outlet-outlet selama 1 tahun. Data ini dikumpulkan dari basis data penjualan PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. 2. Data biaya distribusi Data yang dimaksudkan disini adalah biaya yang berhubungan langsung dengan pendistribusian produk dari gudang ke oulet-outlet. Biaya yang termasuk di dalamnya adalah biaya bahan bakar dan biaya perawatan kendaraan. Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan manajer keuangan di PT Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. 3. Data jenis produk dan pengelompokan produk Data yang dikumpulkan adalah jenis-jenis produk yang didistribusikan oleh distributor. Data ini diperoleh dari basis data produk PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta. Pengelompokkan produk disini dilakukan dengan cara level paling bawah adalah sku (stock keeping unit), kemudian diagregasikan berdasarkan merk produk tersebut setelah dilakukan diagregasikan lagi ke level tinggi berdasarkan jenis produk tersebut. 4. Data zona outlet. Data outlet disini dikelompokkan berdasarkan daerah yaitu per kecamatan. Data ini diperoleh dari basis data perputaran salesman ke outlet – outlet yang ada di wilayah jangkauan PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta dan juga basis data outlet yang dilayani oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta.
III - 2
5. Data biaya tetap gudang subdistributor Data ini meliputi biaya yang dikeluarkan oleh gudang subdistributor yang terdiri dati gaji karyawan, pajak bumi dan bangunan, serta pajak listrik. Data ini didapatkan dari hasil wawancara dengan pemilik gudang subdistributor PT Sinar Niaga Sejahtera yang sudah ada sebelumnya, yaitu gudang subdistributor Wonogiri. 6. Data alternatif lokasi-lokasi gudang subdistributor Pemilihan alternatif lokasi gudang subdistributor ini berdasarkan lokasi – lokasi dimana outlet PT. Sinar Niaga Sejahtera berada yang kemudian dikelompokkan menjadi satu area yang lebih besar yaitu wilayah kabupaten dan kotamadya. 7. Data jarak lokasi subdistributor dengan zona outlet. Data jarak yang dimaksud disini adalah jarak dengan lokasi-lokasi yang termasuk dalam alternatif gudang subdistributor dengan zona outlet yang telah dijelaskan diatas. Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan Global Potitioning System (GPS) Garmin.
3.2 PENGOLAHAN DATA Setelah data dikumpulkan kemudian data diolah menggunakan beberapa beberapa langkah. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data, yaitu: 3.2.1 Perhitungan peramalan Metode peramalan disini menggunakan metode peramalan kualitatif. Peramalan ini mempunyai beberapa karateristik yaitu peramalan bersifat subyektif yaitu menggunakan opini dari ahli, pendapat ahli disini yang digunakan adalah Branch Manager dari PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Karesidenan Surakarta. Peramalan ini tidak memerlukan data yang lengkap dan metode ini untuk meramalkan permintaan jangka panjang (Makridakis dan Whellwright, 1992). Berdasarkan wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa untuk melakukan peramalan ke depan dilakukan dengan cara persentase dan target perusahaan untuk tahun berikutnya dengan melihat pertumbuhan tahun sebelumnya.
III - 3
yt xt 1 axt 1
(3.1)
Dimana : yt : hasil peramalan periode t Xt-1 : data penjualan tahun sebelumnya a : tingkat persentase yang ditentukan oleh manajer.
3.2.2 Penentuan biaya-biaya distribusi dan biaya tetap Penentuan biaya distribusi disini meliputi penentuan biaya perawatan kendaraan, biaya transportasi yang terjadi di pada proses distribusi di perusahaan. Sedangkan biaya tetap adalah biaya yang timbul di gudang subdistributor. Biayabiaya tersebut akan digunakan dalam formulasi fungsi tujuan yang akan diminimasi dalam model mixed integer linear programming.
3.2.3 Karakterisasi Sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta Karakterisasi sistem distribusi PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta adalah sebagai berikut: 1. Tujuan
: menentukan lokasi gudang subdistributor dan alokasi produk.
2. Kriteria
: total biaya yaitu biaya transportasi dan biaya tetap.
3. Interval
: karakterisasi interval waktu diskrit dengan satuan tahun
4. Sifat
: model mixed integer linear programming yang akan dibuat bersifat deterministik.
5. Variabel Keputusan Xijk
= total produk k yang dikirimkan oleh gudang subdistributor j ke zona outlet i.
Yjlk
= total produk k yang dikirimkan dari gudang distributor l ke gudang subdistributor j.
Zj
= gudang subdistributor buka atau tidak.
6. Parameter Cijk
= biaya variabel untuk distribusi produk k dari gudang subdisributor j ke zona outlet i
Tjlk
= biaya transport produk k dari gudang distributor l ke gudang subdistributor j
III - 4
gj
= biaya tetap subdistributor
W
= jumlah maksimal gudang subdistributor yang boleh dibuka
D
= kapasitas gudang distributor.
aik
= permintaan di zona outlet
3.2.4 Pemodelan Sistem Pemodelan sistem disini terdiri dari 2 tahap yaitu penentuan fungsi tujuan dan batasan kapasitas. Fungsi Tujuan Fungsi tujuan (objective function) dalam model mixed integer linear programming yang dibuat adalah fungsi minimasi total biaya distribusi dari gudang ke outlet. Secara umum, model fungsi tujuan sebagai berikut:
Min TC
=
n
m
p
m
i
j
k
j
p
m
k
j
Cijk X ijk T jlk Y jlk g j Z j l
(3.2)
Keterangan :
j
= wilayah potensial dibukanya gudang subdistributor ( 1,2,3, …, m)
i
= daerah zona outlet (1,2,3, ..., n)
k
= urutan indeks jenis produk (1,2,3, ..., p)
l
= Gudang PT. Sinar Niaga Sejatera distributor wilayah Surakarta ( l :1 )
m
= jumlah wilayah alternatif gudang Subdistributor.
n
= jumlah zona outlet.
p
= jumlah jenis produk.
Penentuan batasan kapasitas Terdapat delapan batasan kapasitas yang digunakan dalam model mixed
integer linear programming ini. Persamaan umum batasan tersebut sebagai berikut: a. Semua permintaan di zona outlet i selalu dapat dipenuhi oleh gudang subdistributor. m
X
ijk
aik
untuk semua i dan k
j
III - 5
(3.3)
b. Kemampuan pengiriman produk k oleh gudang subdistributor j ke zona outlet i. n
p
i
k
X
Z jW j
ijk
untuk semua j
(3.4)
c. Wilayah alternatif yang akan dibuka gudang subdistributor j. m
Z
j
W
(3.5)
j
d. Produk k yang dikirimkan dari gudang subdistributor j ke zona outlet i tidak boleh melebihi pengiriman produk k dari gudang distributor l ke gudang subdistributor j. n
p
i
k
X ijk Y jlk
untuk semua j dan k
(3.6)
e. Gudang distributor l dapat memenuhi semua permintaan produk k. m
p
j
k
Y
jlk
D
(3.7)
f. Menyatakan angka biner dari variabel keputusan. Zj = 0,1
untuk semua j
(3.8)
g. Menyatakan variabel keputusan harus lebih dari nol. Xijk, Yjk 0
untuk semua i,j,k
(3.9)
h. Menyatakan variabel keputusan harus integer Xijk, Yjk integer
untuk semua k
(3.10)
Model yang akan digunakan untuk pengolahan data menggunakan model mixed integer linear programming. 3.2.5 Penyelesaian Model Pada tahap ini dilakukan penentuan lokasi dan alokasi produk dari PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta untuk gudang subdistributor menggunakan alat bantu risk solver platform versi 9.
III - 6
3.2 ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Analisis dilakukan terhadap tiap langkah dalam pengolahan data beserta hasil perhitungannya meliputi analisis perbaikan terukur (biaya minimal) dan analisis investasi untuk pembukaan gudang subdistributor. Intepretasi hasil yang dilakukan adalah menjelaskan hasil yang didapatkan pada pengolahan data, yaitu intepretasi hasil penentuan lokasi gudang subdistributor, hasil penentuan biaya-biaya, dan alokasi produk untuk gudang subdistributor dan zona outlet.
3.3 KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab kesimpulan ini, ditarik kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan. Dapat dilihat apakah kesimpulan yang diambil tersebut sudah menjawab tujuan yang ditetapkan sebelumnya atau belum. Kesimpulan tersebut selanjutnya disampaikan saran-saran yang dapat memberikan masukan untuk perbaikan.
III - 7
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab IV merupakan pengumpulan dan pengolahan data. Dalam bab ini akan disajikan data-data dari perusahaan yang diperlukan dalam penyusunan skripsi serta pengolahan data tersebut. 4.1 PENGUMPULAN DATA Pada sub bab ini disajikan data-data yang dibutuhkan untuk pengolahan data yang berasal dari perusahaan. 4.1.1 Data wilayah alternatif penentuan lokasi Gudang Subdistributor Untuk menentukan wilayah alternatif ini dibagi ke dalam 7 wilayah yang berada di dalam Karesidenan Surakarta. Ketujuh wilayah tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Wilayah Alternatif Sub-distributor Wilayah Alternatif Surakarta Karanganyar Klaten Sragen Sukoharjo Wonogiri Boyolali
Penentuan lokasi gudang subdistributor PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta mempunyai beberapa kriteria yang harus dipenuhi bagi pihak. Kriteria ini dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2 Syarat untuk mendirikan gudang subdistributor Kriteria pembukaan gudang Subdistributor memiliki uang jaminan Mempunyai gudang dengan ukuran minimal 350 m2 Mempunyai alat tranportasi berupa truk enkle Sebelumnya tercatat sebagai grosir dari PT Sinar Niaga Sejahtera Surakarta Terletak di wilayah Karesidenan Surakarta Memiliki salesmen minimal 5 orang.
IV-1
Berdasarkan syarat-syarat berdirinya gudang subdisributor yang telah ditentukan, maka didapatkan grosir-grosir yang memenuhi kriteria untuk dikembangkan menjadi subdistributor. Ketujuh grosir tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 Alternatif lokasi subdistributor Wil. Alternatif Surakarta Sragen Boyolali Karanganyar Sukoharjo Wonogiri Klaten
Grosir Kiem UD Pojok TK Mas Hery Grosir Wahyu Mifta Abadi Berkat UD Subur Jaya
Alamat Pasar Legi JL.Sukowati Ps Sunggingan Jl Raya Solo Kra Jl Raya Ps Ps Wonogiri Jl Veteran
4.1.2 Data zona outlet Distributor PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta memiliki 2073 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Karesidenan Surakarta. Untuk memudahkan dalam perhitungan alokasi produk maka 2073 outlet ini dikelompokkan ke dalam skala yang lebih besar yaitu berdasarkan kecamatan. Data yang ada di PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta menunjukkan bahwa 2073 outlet yang dilayani tersebar di 65 kecamatan. Data kecamatan dapat dilihat pada lampiran pada halaman 4. 4.1.3 Data jenis produk dan pengelompokkannya. PT. Sinar Niaga Sejahtera wilayah Surakarta menangani 157 varian produk dari PT. GarudaFood yang harus didistribusikan ke outlet-outlet. Karena banyaknya varian produk maka diperlukan pengelompokkan produk terlebih dahulu untuk mempermudah dalam perhitungan. Pengelompokkan
produk
dilakukan berdasarkan karakteristik atau jenis yang sama. Pengelompokan dilakukan secara bertahap mulai dari kelompok dengan jumlah anggota terkecil sampai yang terbesar anggotanya. Pengelompokkan ini melalui 3 level dalam hirarki produk, yaitu level yang paling rendah adalah item unit, lalu level ke-2 adalah merk produk dan level ke-3 adalah jenis produk. Total keseluruhan produk berada di level teratas hirarki produk
IV-2
Kelompok produk terkecil adalah kelompok item unit yang terdiri dari 157 produk. Kemudian kelompok ini dijadikan kelompok yang lebih kecil lagi yaitu kelompok merk produk yang berjumlah 43 kelompok merk. Berdasarkan 43 kelompok merk ini dijadikan kelompok yang lebih kecil lagi yatu kelompok jenis produk yang terdiri dari 8 jenis produk, pengelompokkan produk ini sudah dikonfirmasi dengan pihak PT Sinar Niaga Sejahtera Karesidenan Surakarta. Gambar 4.1 berikut ini adalah gambaran macam-macam jenis produk yang didistribusikan oleh PT Sinar Niaga Sejahtera. Total Produk
Kacang
Jelly
AMDK
Biskuit
Minyak
Obat
Susu
Snack
Gambar 4.1 Klasifikasi Kelompok Jenis Produk Selanjutnya untuk pengelompokan berdasarkan merk dan item unit produk akan digambarkan di dalam lampiran halaman 5. 4.1.4
Data Permintaan Produk PT. Sinar Niaga Sejahtera Surakarta Periode Agustus 2008 – Juli 2009 Untuk melakukan penentuan lokasi gudang subdistributor dan alokasi
produk maka diperlukan data permintaan produk selama agustus 2008 sampai Juli 2009 dari 2073 outlet yang dilayani oleh distributor. Data permintaan produk ini diagregasikan dalam waktu 1 tahun dan diklasifikasikan ke dalam 8 jenis produk. Jumlah permintaan produk selama 1 tahun untuk distributor wilayah Karesidenan Surakarta dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Permintaan produk selama 1 tahun Wilayah Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri AMDK 97.121 20.102 45.229 35.178 25.127 37.691 27.640 biskuit 79.249 16.402 36.906 28.705 20.503 30.755 22.554 jelly 136.161 28.182 63.409 49.318 35.227 52.840 38.750 kacang 52.299 10.825 24.355 18.943 13.530 20.296 14.883 snack 72.807 15.069 33.905 26.371 18.836 28.254 20.720 susu 373 77 174 135 96 145 106 minyak 5.496 1.138 2.559 1.991 1.422 2.133 1.564 obat 289 60 134 104 75 112 82
Permintaan [box]
Jenis Produk
Data penjualan per bulan dan per item dapat dilihat pada lampiran halaman 11.
IV-3
4.1.5 Data jarak gudang distributor dengan gudang subdistributor dan zona outlet Data ini diambil dengan menghitung jarak gudang distributor yang berada di daerah gemolong dengan 7 alternatif wilayah yang akan dibuka gudang subdistributor berdasarkan alamat calon gudang subdistributor yang telah ditentukan sebelumnya. Alat yang digunakan untuk menghitung jarak adalah handpone nokia 5800 yang telah diinstal aplikasi Garmin. Aplikasi garmin adalah suatu aplikasi GPS (Global Positioning System) yang dapat menunjukkan peta serta dapat menghitung jarak. Cara kerja alat ini dengan menentukan alamat dari calon gudang subdistributor berada kemudian menentukan tujuan zona outlet yang berupa kecamatan yang akan dituju.
Jarak antara gudang distributor dengan
gudang subdistributor dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5 Jarak Gudang Sub-distributor ke Gudang Distributor Gudang Subdistributor Surakarta Boyolali Sragen Klaten Wonogiri Sukoharjo Karanganyar
Jarak [km] 12 29 21 43 46 30 27
Selain data jarak diatas juga diukur jarak antara gudang subdistributor dengan zona outlet yang telah dikelompokkan berdasarkan Kecamatan. Data jarak ini dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
IV-4
Tabel 4.6 Jarak Gudang Sub-distributor dengan zona outlet Kabupaten
Solo
Kecamatan Serengan Laweyan Pasar kliwon Banjarsari Jebres
Sragen
Sragen
Sukoharjo
Karangmalang Masaran Sambirejo Ngrampal Gemolong Kalijambe Plupuh Mondokan Sukodono Sidoharjo Kartosuro Gatak Grogol Baki Mojolaban Polokarto Bendosari Sukoharjo Nguter Tawangsari Bulu Weru Bayat
Cawas
Klaten
Ceper Delanggu Gantiwarno Jatinom Juwiring Karanganom Karang nongko Kemalang Klaten utara Klaten tengah Klaten selatan Manisrenggo Nyawen Pedan Polanharjo Prambanan Trucuk Tulung Wedi Wonosari Jonalan Kalikotes Karangdowo
SUBDISTRIBUTOR [km]
Boyolali Karanganyar Solo Sragen Sukoharjo Klaten Wonogiri 26 22.7 30 28 30 50 49 42 53.2 53.5 29.7 25.9 33.2 43.7 49 42.7 15 17.5 24.5 21 30 35 35 29.4 36 29 34 30.1 26.2 24.5 16.1 12.6 24.5 9.1 17.5 11.9 15 15.4 15.3 16.8 17.9 20.7 12.3 23.8 12.2 21 19.2 5.2 21.3 16.1 19.2 17.5 22.8
17 21 15 19 14 19 17 13 19 24 27 25 18 31 30 20 25 26 17 22 11 10 13 19 20 26 9.1 30 41 35 35 32 47 44 29 38 48 45.5 40 42 44 50.4 38.5 32 35 55 37 41 45 16 48.7 37.3 25
IV-5
3 2.2 4.3 1.8 5.4 27 26 18 34 32 19 14 16 29 32 24 7 8.6 6.4 6.5 8.4 14 17 13 22 19 21 24 30 25 21 16 33 27 15 21 29 34 25 28 29 38.5 27 20 18 41 24 23 32 23 36.9 26.3 17.5
29 30 24 27 23 3 3.1 11 12 4.6 21 23 14 16 13 6.8 34 37 31 34 25 29 32 36 39 43 29 49 57 51 49 45 64 55 43 50 50 59.5 54 56 57 63.7 52.5 47 46 70 52 51 60 40 62.1 50.8 42
9.4 13 9.7 14.1 13.5 35 33 26 28 40 30 26 26 40 37 33 18 16 6.2 11.1 10.8 12.7 14.6 0.4 14 1.3 12 19 31 25 19 16 21 28 13 22 31 33.25 24 26 28 36.8 27 17 19 40 21 25 30 12 34.9 23.8 15
27 26 29 29 33 53 54 45 59.5 40 43 38 44 56 59 34 23 18 26 22 32 33 32 19 30 20 18 19.25 11 14 7.5 12 9.4 8.5 14 6.7 7.5 7 2.3 1.9 1.7 3.5 5.3 10 11 14 7.4 12 7.5 16 2.1 3.5 14.7
26 30 25 30 28 43 40 36 25 48 46 42 39 53 53 17 32 30 23 26 23 17 13 17 7.4 16 9.9 17 28 23 30 31 22 41 26 35 43 44.5 34 34 36 46.2 40.6 26 34 44 28 41 35 28 45.8 35 25
Lanjutan Tabel 4.6 Kabupaten
Kecamatan
Wonogiri Wonogiri Purwantoro Wonogiri Praimantoro Baturetno Batuwarno Tirtomoyo Colomadu Gondangrejo Jaten Jumapolo Karanganyar Karanganyar Matesih Mojogedang Tasikmadu Palur Tawangmangu Karangpandan Teras Banyudono Mojosongo Ngemplak Boyolali Simo Boyolali Cepogo Ampel
SUBDISTRIBUTOR [km]
Boyolali Karanganyar Solo Sragen Sukoharjo Klaten Wonogiri 44.8 48.3 77 59.5 59.5 64.7 65.8 46 49 68 92 74 98 90 71.4 58 116 106 12.6 19.2 7 42 29.4 1.8 21 24.5
24 36 41 49 41 44 42 50 36 14.4 26 2.6 19 13 8.8 20 38 22 56 62 76 50 70 86 98 120
30 38 56 55 47 53 53 12.4 16.2 24 56 38 56 44 30 16 76 56 34 24 40 20 40 50 66 70
43 56 51 73 60 63 60 64 44 40 62 38 46 28 36 48 56 42 86 76 92 60 64 98 114 118
19 26 48 43 39 45 46 38 40 28 38 30 46 46 34 24 66 54 40 44 58 44 66 66 82 100
38 35 73 46 47 55 59 50 70 60 90 76 100 96 82 66 118 106 38 42 38 22 64 42 48 32
2.2 13 38 30 18 24 25 68 70 52 32 34 48 60 52 50 60 56 80 74 86 64 96 94 108 134
4.1.6 Komponen Biaya Distribusi Biaya distribusi merupakan biaya yang timbul akibat adanya aktivitas pendistribusian produk. Biaya distribusi ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu biaya distribusi yang dikeluarkan oleh Distributor dan biaya yang dikeluarkan oleh Subdistributor. A. Komponen Biaya Distribusi untuk Distributor Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh distributor terdiri dari biaya bahan bakar dan biaya perawatan kendaraan. 1. Biaya bahan bakar Kendaraan yang dipakai untuk mendistribusikan barang dari distributor ke gudang subdistributor adalah truk ganda. Nilai biaya bahan bakar yang dipakai oleh truk perusahaan dihitung berdasarkan data perusahaan sebagai berikut: -
Rasio konsumsi bahan bakar alat transportasi milik perusahaan yaitu sebesar 1 : 5 (satu liter untuk menempuh jarak 5 km).
-
Biaya bahan bakar per liter alat transportasi truk yaitu harga solar per liter sebesar Rp. 4.500,00 per liter. Harga solar = Rp. 4500,IV-6
Jarak tempuh truk tiap 1 liter = 5 km Kapasitas angkut truk = 125 box 2. Biaya perawatan Biaya perawatan yang dianggarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 200.000,sebulan untuk satu kendaraan. - Biaya perawatan truk = Rp.200.000,00 per bulan - Rata-rata truk per bulan menempuh jarak = 2900 km B. Komponen Biaya Distribusi untuk Subdistributor Biaya distribusi yang dikeluarkan oleh distributor terdiri dari biaya bahan bakar dan biaya perawatan kendaraan. 1. Biaya Bahan Bakar Kendaraan yang dipakai oleh subdistributor untuk mendistribusikan produk dari gudang subdistributor ke zona outlet adalah truk engkel. Nilai biaya bahan bakar yang dipakai oleh truk perusahaan dihitung berdasarkan pengetahuan perusahaan sebagai berikut: -
Rasio konsumsi bahan bakar alat transportasi milik perusahaan yaitu sebesar 1 : 8 (satu liter untuk menempuh jarak 8 km).
-
Biaya bahan bakar per liter alat transportasi truk yaitu harga solar per liter sebesar Rp. 4.500,00 per liter. Harga solar = Rp. 4500,Jarak tempuh truk tiap 1 liter = 8 km Kapasitas angkut truk = 80 box
2. Biaya Perawatan Biaya perawatan yang dianggarkan oleh perusahaan sebesar Rp. 75.000,sebulan untuk satu kendaraan. - Biaya perawatan truk = Rp.75.000,00 per bulan - Rata-rata truk per bulan menempuh jarak = 1800 km - Jumlah maksimal pengiriman box sebulan = 16.973 box
IV-7
4.1.7 Data biaya tetap subdistributor Komponen biaya tetap dihitung pada subdistributor yang akan dibuka. Biaya tetap terdiri dari biaya gaji tenaga kerja, biaya perawatan gudang, biaya penggunaan listrik dan pajak bumi dan bangunan (PBB). Berikut ini adalah biaya tetap untuk calon subdistributor. a. Biaya gaji tenaga kerja 1. Salesman Jumlah salesman
= 5 orang
Gaji
= @ Rp. 700.000,-
Jumlah gaji
= 5 x Rp. 700.000,= Rp. 3.500.000,-
2. Petugas Administrasi Jumlah
= 2 orang
Gaji
= @ Rp. 600.000,-
Jumlah gaji
= 2 x Rp. 600.000,= Rp. 1.200.000,-
3. Supir Jumlah
= 3 orang
Gaji
= @ Rp. 700.000,-
Jumlah gaji
= 2 x Rp. 300.000,= Rp. 2.100.000,-
4. Helper Jumlah
= 3 orang
Gaji
= @ Rp. 450.000,-
Jumlah gaji
= 3 x Rp. 450.000,= Rp. 1.350.000,-
5. Petugas Gudang Jumlah
= 1 orang
Gaji
= @ Rp. 600.000,-
Jumlah gaji
= 1 x Rp. 600.000,= Rp. 600.000,-
IV-8
Jadi total biaya tenaga kerja per bulan ditunjukkan dalam tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Gaji Tenaga Kerja Gudang Subdistributor per Bulan Karyawan Salesmen Admin Supir Helper Peg Gud
JUMLAH
Gaji [Rp]
5 2 3 3 1 Grand total
Total [Rp]
700.000,600.000,700.000,450.000,600.000,-
3.500.000,1.200.000,2.100.000,1.350.000,600.000,8.750.000,-
b. Biaya perawatan gudang Perusahaan menetapkan biaya perawatan bangunan gudang sebesar Rp. 150.000,00 per bulan. Biaya perawatan gudang ini sudah termasuk biaya kebersihan gudang. c. Biaya penggunaan listrik Biaya penggunaan listrik di gudang sebesar 15% dari total biaya pemakaian listrik perusahaan yaitu sebesar Rp. 350.000,00 sehingga diperoleh biaya penggunaan listrik di gudang sebesar Rp. 52.500,00 d. Pajak Bumi dan Bangunan PBB / tahun
= Rp. 400.000,-
PBB / bulan
=
Rp. 400.000,12
= Rp. 33.333,33 / bulan Jadi total biaya tetap yang dikeluarkan untuk satu subdistributor dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8 Biaya tetap Gudang Subdistributor per Bulan KOMPONEN BIAYA TETAP Gaji karyawan Biaya listrik Biaya perawatan gudang PBB Total
IV-9
JUMLAH [Rp] 8.750.000,52.500,150.000,33.333,33 8.985.833,33
4.2 PENGOLAHAN DATA Pada sub bab pengolahan data dilakukan penghitungan dan pengolahan data sesuai dengan langkah-langkah yang dijelaskan dalam metodologi penelitian. Pengolahan data diawali dengan melakukan perhitungan peramalan secara kualitatif dilanjutkan perancangan model mixed integer linear programming sehingga mendapatkan lokasi dan alokasi produk daerah pembukaan gudang subdistributor. 4.2.1 Peramalan Kualitatif Peramalan yang akan digunakan bersifat kualitatif, peramalan ini menggunakan asumsi perusahaan yang menyatakan bahwa target penjualan setiap tahun mengalami peningkatan sebesar 10 %. Data yang akan digunakan untuk melakukan peramalan ini adalah data penjualan pada tahun 2008-2009, peramalan ini dilakukan untuk mengetahui data penjualan 5 tahun ke depan dengan menggunakan perhitungan pada persamaan 3.1. Peramalan yang didapatkan dapat dilihat pada tabel 4.9 – 4.13 dibawah ini. Tabel 4.9 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-1 Wilayah Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri AMDK 106.834 22.112 49.751 38.695 27.640 41.460 30.404 biskuit 87.174 18.042 40.596 31.575 22.554 33.830 24.809 jelly 149.777 31.000 69.750 54.250 38.750 58.124 42.625 kacang 57.529 11.907 26.791 20.837 14.884 22.326 16.372 snack 80.087 16.576 37.296 29.008 20.720 31.080 22.792 susu 410 85 191 148 106 159 117 minyak 6.046 1.251 2.815 2.190 1.564 2.346 1.721 obat 318 66 148 115 82 123 90
Permintaan [box]
Jenis Produk
Tabel 4.10 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-2 Permintaan [box]
Jenis Produk
AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Wilayah Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri 117.517 24.323 54.727 42.565 30.403 45.606 33.444 95.892 19.847 44.656 34.733 24.809 37.213 27.290 164.754 34.100 76.725 59.675 42.625 63.937 46.887 63.282 13.098 29.470 22.921 16.372 24.558 18.009 88.096 18.234 41.026 31.909 22.792 34.188 25.071 451 93 210 163 116 175 128 6.651 1.376 3.097 2.409 1.721 2.581 1.893 349 72 162 126 90 135 99
IV-10
Tabel 4.11 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-3 Permintaan [box]
Jenis Produk
AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Wilayah Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri 129.269 26.755 60.199 46.821 33.444 50.166 36.788 105.481 21.831 49.121 38.206 27.290 40.935 30.019 181.230 37.510 84.398 65.642 46.888 70.331 51.576 69.610 14.407 32.417 25.213 18.009 27.014 19.810 96.906 20.057 45.128 35.100 25.071 37.607 27.579 496 102 231 179 128 193 141 7.316 1.514 3.407 2.650 1.893 2.839 2.082 384 79 179 139 99 149 109
Tabel 4.12 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-4 Permintaan [box]
Jenis Produk
AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Wilayah Solo Sukoharjo Klaten Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri 142.195 29.431 66.219 51.504 36.788 55.183 40.467 116.029 24.015 54.034 42.026 30.019 45.028 33.021 199.353 41.261 92.837 72.206 51.576 77.364 56.734 76.571 15.848 35.658 27.735 19.810 29.715 21.791 106.596 22.063 49.641 38.610 27.578 41.367 30.336 545 113 255 197 141 212 155 8.047 1.665 3.747 2.915 2.082 3.123 2.290 423 87 196 153 109 164 120
Tabel 4.13 Peramalan Untuk Permintaan produk tahun ke-5 Permintaan [box]
Jenis Produk
AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Solo Sukoharjo Klaten 156.415 32.374 72.841 127.632 26.416 59.437 219.288 45.387 102.121 84.228 17.433 39.224 117.256 24.269 54.605 600 124 280 8.852 1.832 4.122 465 96 216
Wilayah Boyolali Sragen Karanganyar Wonogiri 56.654 40.467 60.701 44.514 46.229 33.021 49.531 36.323 79.427 56.734 85.100 62.407 30.508 21.791 32.687 23.970 42.471 30.336 45.504 33.370 217 155 233 171 3.206 2.290 3.435 2.519 168 120 180 132
4.2.2 Perhitungan Biaya Distribusi Biaya distribusi perusahaan dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya distribusi untuk distributor dan biaya distribusi untuk subdistributor. Biaya distribusi dihitung untuk tiap satuan box. Biaya distribusi terdiri dari biaya bahan bakar dan biaya perawatan kendaraan.
IV-11
1. Biaya distribusi untuk distributor Biaya distribusi untuk distributor terdiri atas biaya bahan bakar dan biaya perawatan. Armada transportasi yang digunakan adalah truk double.
Biaya bahan bakar Biaya bahan bakar tiap pendistribusian diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut: Harga solar
= Rp.4.500,00 per liter
Kapasitas angkut truk
= 125 box
Jarak tempuk truk tiap liter solar
= 5 km
Biaya bahan bakar tiap pendistribusian = Rp.4.500,00 : (5 * 125) = Rp. 7,2/km box
Biaya perawatan (maintenance) armada transportasi Biaya perawatan (maintenance) diperoleh melalui perhitungan sebagai
berikut. Biaya perawatan truk
= Rp.200.000,00 per bulan
Rata-rata jarak tempuh perbulan
= 2900 km
Jumlah maksimal pengiriman box sebulan Biaya perawatan truk
= 60.489 box = Rp. 200.000,- : (2900*60489)
= Rp. 0,001/km box Biaya-biaya distribusi untuk armada transportasi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta diasumsikan meningkat 7% tiap tahun karena terjadinya inflasi, biaya distribusi untuk tahun pertama sampai dengan tahun ke-lima dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Total biaya distribusi untuk distributor
Tahun
Biaya distribusi dalam km/box (Rp.)
1 2 3 4 5
7,201 8,2 8,8 9,4 10,1
IV-12
2. Biaya distribusi untuk subdistributor Biaya distribusi untuk distributor terdiri atas biaya bahan bakar dan biaya perawatan. Armada transportasi yang digunakan adalah truk engkle.
Biaya bahan bakar Biaya bahan bakar tiap pendistribusian diperoleh dari perhitungan sebagai
berikut: Harga solar
= Rp.4.500,00 per liter
Kapasitas angkut truk
= 80 box
Jarak tempuk truk tiap liter solar
= 8 km
Biaya bahan bakar tiap pendistribusian = Rp.4.50,00 : (8 * 80) = Rp. 7,03 /km box
Biaya perawatan armada transportasi Biaya perawatan diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut. Biaya perawatan truk
= Rp. 75.000,- perbulan
Rata-rata jarak tempuh perbulan
= 1800 km
Jumlah maksimal pengiriman box sebulan Biaya perawatan truk
= 16.973 box
= Rp. 75.000,- : (1800*16973) = Rp. 0,002/km box
Biaya-biaya distribusi untuk armada transportasi PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta diasumsikan meningkat 7% tiap tahun karena terjadinya inflasi, biaya distribusi untuk tahun pertama sampai dengan tahun ke-lima dapat dilihat pada tabel 4.15. Tabel 4.15 Total biaya distribusi untuk subdistributor Tahun
Biaya distribusi dalam km/box (Rp.)
1 2 3 4 5
7,03 8,0 8,6 9,2 9,9
IV-13
4.2.3 Perancangan Model Mixed Integer Linear Programming Perancangan model mixed integer linear programming terdiri atas tiga langkah yaitu penentuan fungsi tujuan, penentuan batasan kapasitas, serta penyusunan model integer linear programming secara keseluruhan.
A. Fungsi Tujuan Fungsi tujuan merupakan fungsi yang akan dicari nilai optimalnya. Fungsi tujuan dalam model mixed integer linear programming ini adalah minimasi biaya yang terkait dengan aktivitas pendistribusian produk PT. Garudafood dari distributor ke subdistributor kemudian ke outlet yang meliputi, biaya transportasi dan biaya tetap Formulasi matematis fungsi tujuan secara umum dapat dilihat pada persamaan 3.1. Perumusan fungsi tujuan untuk mixed integer linear programming penentuan lokasi gudang subdistributor di PT Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta yaitu : 65
Minimize Z
=
7
8
7
8
7
Cijk X ijk T jlkY jlk 107.829.999,96Z j i 1 j 1 k 1
j 1 l 1 k 1
j 1
dimana : j
= 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 (urutan indeks lokasi alternatif subdistributor) 1 : Kotamadya Surakarta 2 : Kabupaten Karanganyar 3 : Kabupaten Sragen 4 : Kabupaten Boyolali 5 : Kabupaten Sukoharjo 6 : Kabupaten Wonogiri 7 : Kabupaten Klaten
i
= urutan indeks daerah zona outlet (1, 2, 3...65)
k
= urutan indeks jenis produk (1, 2, 3,..., 8)
l
= jumlah gudang distributor ( l = 1 )
Cijk = biaya distribusi untuk mendistribusikan produk k dari gudang subdistributor j ke zona outlet i
IV-14
Xijk = total produk k yang dikirimkan oleh subdistributor j ke zona outlet i Tjlk
= biaya distribusi dari gudang distributor l ke gudang subdistributor j untuk semua jenis produk k.
Yjlk
= total produk k yang dikirimkan dari gudang distributor i ke subdistributor j.
gj
= biaya tetap gudang subdistributor j
Zj
= keputusan gudang subdistributor j buka atau tidak Pada persamaan di atas Cijk adalah biaya distribusi dari gudang
subdistributor j ke zona outlet i yang nilainya berbeda-beda untuk setiap i dan j. Nilai ini didapat berdasarkan jarak i dan j. Semakin jauh jarak tempuhnya maka nilai Cijk juga akan semakin besar. Kemudian biaya distribusi ini akan dikalikan dengan Xijk yang merupakan variabel keputusan jumlah barang yang akan didistribusikan dari gudang subdistributor j ke zona outlet i. Tjlk adalah biaya distribusi dari gudang distibutor l ke gudang subdistributor j yang nilainya berbeda-beda untuk setiap j. Besarnya biaya distribusi didapat berdasarkan jarak gudang distributor ke gudang j. Semakin jauh jarak tempuhnya maka nilai Tjlk juga akan semakin besar. Kemudian
biaya
distribusi ini akan dikalikan dengan Yjlk yang merupakan variabel keputusan jumlah barang yang akan didistribusikan dari gudang distributor ke gudang subdistributor j. Biaya tetap masing-masing gudang subdistributor j selama 1 tahun adalah Rp. 107.829.999,96. Nilai ini sama untuk semua gudang subdistributor j. Biaya tetap ini kemudian akan dikalikan dengan variabel keputusan Zj yang berupa koefisien binary yang akan bernilai 1 jika subdistributor dibuka atau bernilai 0 jika tidak dibuka. B. Batasan Kapasitas Pendistribusian produk PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta memiliki batasan kapasitas sebagai berikut:
IV-15
1. Permintaan outlet dapat dipenuhi seluruhnya oleh gudang subdistributor Formulasi umum untuk batasan kapasitas ini dapat dilihat pada persamaan 3.2. Persamaan ini berarti permintaan outlet di zona i terpenuhi seluruhnya oleh gudang subdistributor j. 7
X j 1
ijk
aik
2. Kemampuan pengiriman produk k oleh gudang subdistributor j ke zona outlet. Formulasi umum untuk batasan kapasitas ini dapat dilihat pada persamaan 3.3. Persamaan ini berarti bahwa kemampuan pengiriman gudang subdistributor dapat memenuhi semua permintaan produk k di zona i.
Oleh karena itu
berdasarkan perhitungan kemampuan pengiriman sebelumnya akan didapatkan persamaan sebagai berikut: 65
8
X i 1 k 1
ijk
Z j * 721.489
Persamaan di atas menyatakan bahwa jumlah barang yang dikirim oleh subdistributor tidak boleh melebihi kemampuan pengirimannya. Kemampuan pengiriman subdistributor dilihat dari jumlah permintaan tertinggi untuk masingmasing alternatif lokasi subdistributor, karena diasumsikan subdistributor harus mampu memenuhi permintaan di zona outlet. Jumlah permintaan tertinggi yang diambil sebagai batasan kapasitas pengiriman diambil dari permintaan di Kotamadya Surakarta, yaitu sebesar 721.489 unit produk. 3. Jumlah maksimal pembukaan gudang subdistributor 7
Z
j
j 1
7
4. Produk k yang dikirimkan dari gudang subdistributor j ke zona outlet i tidak boleh melebihi pengiriman produk k dari gudang distributor l ke gudang subdistributor j 65
X i 1
8
ijk
Y jlk . k 1
5. Gudang distributor l dapat memenuhi semua permintaan produk k. 7
Y j 1
jk
2.200.000
IV-16
Batasan masalah ini dimaksudkan bahwa semua permintaan outlet dapat dipenuhi oleh gudang distributor, sehingga 2.200.000 didapatkan berasal dari permintaan outlet selama 1 tahun.
6. Menyatakan angka biner dari variable keputusan. Zj = 0,1 7. Menyatakan variable keputusan harus lebih dari nol. Xijk, Yjk 0 8. Menyatakan varianel keputusan harus integer Xijk, Yjk integer
4.2.3 Penyelesaian Model Untuk memperoleh jumlah alokasi barang yang optimal maka model mixed integer linear programming dijalankan dengan menggunakan Risk Solver Platform versi 9 dengan fungsi tuuan minimasi total biaya distribusi produk. Dalam penentuan lokasi gudang subdistributor dilihat setiap tahunnya berdasarkan permalan yang telah dilakukan untuk 5 tahun ke depan Langkah-langkah dalam memperoleh solusi optimal menggunakan Solver Microsoft Excel melalui beberapa tahap yaitu: 1. Membuat tabel parameter di Microsoft Excel Parameter pada fungsi tujuan adalah biaya distribusi untuk distributor, biaya distribusi untuk subdistributor, biaya tetap gudang subdistributor dan fungsi tujuan. Pada kolom fungsi tujuan sudah diisi dengan formula fungsi tujuan. 2. Membuat tabel variabel keputusan di Microsoft Excel Variabel keputusan yang dipakai adalah jumlah alokasi produk dari distributor ke subdistributor, jumlah alokasi produk dari subdistributor ke zona outlet, dan keputusan buka / tidak gudang subdistributor. 3. Memasukkan parameter, variabel keputusan dan batasan di Solver Fungsi tujuan diinput pada menu “objectives” sedangkan variabel keputusan diinput pada menu “variables”. Untuk batasan langsung diinput pada menu “constraint” sesuai dengan batasan pada fungsi tujuan yang kemudian akan
IV-17
dipisah secara otomatis oleh Solver sesuai dengan jenis batasan-nya. Tampilan solver parameter dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Parameter pada solver 4. Penyelesaian fungsi tujuan Untuk menyelesaikan fungsi tujuan yang sudah diinput ke dalam Solver, klik “Solve” dan akan muncul hasil seperti pada gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Hasil Solver Setelah muncul tampilan seperti gambar di atas, maka klik “Ok” sehingga akan muncul hasil minimasi biaya, lokasi gudang subdistributor serta hasil alokasi
IV-18
demand ke subdistributor dan dari subdistributor. Berikut ini adalah hasil optimasi biaya distribusi yang dihitung oleh Solver Platform versi 9 untuk tahun ke-5: Minimized Cost = Rp.1.293.486.365,00 Biaya yang didapat di atas meliputi biaya distribusi dari PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta ke lokasi gudang subdistributor sebesar Rp. 620.417.664,-, biaya distribusi yang dikeluarkan gudang subdistributor ke zona outlet (outlet) sebesar Rp. 349.578.704,- , biaya tetap yang dikeluarkan akibat dibukanya gudang subdistributor sebesar Rp. 323.489.997,-. Untuk tahun ke-1 sampai ke -5 dapat dilihat pada table 4.16 berikut ini. Tabel 4.16 Biaya-biaya distribusi Biaya Tahun ke- Transportasi dari gudang Transportasi dari ke subdistributor subdistributor ke konsumen 1 2 3 4 5
390.822.624 440.295.264 494.715.024 494.715.024 620.417.664
314.629.392 246.305.495 274.588.379 274.588.379 . 349.578.704
Biaya tetap subdistributor 215.659.998 323.489.997 323.489.997 323.489.997 323.489.997
Hasil perhitungan minimasi biaya untuk tahun ke-5 di atas adalah keputusan gudang subdistributor yang layak dibuka yaitu di Kabupaten Boyolali, Kotamadya Surakarta dan Kabupaten Karanganyar. Alokasi pengiriman barang dari gudang subdistributor Boyolali, Karanganyar dan Surakarta dapat dilihat pada lampiran. Tahun pertama, lokasi yang dibuka untuk gudang subdistributor adalah Karanganyar dan Surakarta, sedangkan pada tahun kedua sampai kelima lokasi yang dibuka untuk gudang subdistributor adalah Karanganyar, Surakarta dan Boyolali. Sedangkan nilai variabel keputusan untuk jumlah produk yang dialokasikan dari distributor ke gudang subdistributor Boyolali, Sragen dan Surakarta dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut ini:
IV-19
Tabel 4.17 Jumlah Alokasi Barang ke Gudang Subdistributor Jenis produk [box] AMDK biskuit jelly kacang snack susu minyak obat
Boyolali
Surakarta
Karanganyar
108.198 116.551 141.497 91.697 103.387 465 6.791 414
139.826 114.488 196.241 118.498 141.586 649 9.699 502
163.248 155.906 192.224 91.929 108.913 558 8.273 438
Berdasarkan perhitungan solver didapatkan juga lokasi-lokasi kecamatan yang akan di lakukan pengiriman distribusi oleh gudang-gudang subdistributor yang buka. Pendistribusian produk dari gudang ke distributor ke zona outlet dapat dilihat pada tabel 4.18 – 4.20.
Tabel 4.18 Alokasi produk subdistributor Karanganyar Zona konsumen Jaten Jumapolo Karanganyar Matesih Mojogedang Tasikmadu Palur Tawangmangu Karangpandan Jebres Sragen Karangmalang Masaran Sambirejo Ngrampal Gemolong Plupuh Mondokan Sukodono Sidoharjo Sukoharjo Nguter Bulu Wonogiri Wuryantoro Purwantoro Pracimantoro Batuwarno Tirtomoyo Jatisrono Selogiri Paranggupito Manyaran Eromoko
AMDK 3.382 3.213 24.179 3.213 3.029 1.860 2.087 4.058 2.536 0 16.568 2.786 4.692 3.083 1.320 4.718 2.199 1.173 586 733 8.808 3.452 2.023 14.207 3.031 2.084 5.683 2.273 1.137 2.841 2.462 2.273 4.546 3.978
biskuit 2.759 4.504 19.730 2.621 1.093 1.518 3.967 5.311 2.070 33.298 13.519 2.273 3.828 1.795 1.077 5.666 1.795 957 479 598 7.187 2.816 1.651 11.592 2.473 1.700 4.637 927 927 2.318 2.009 1.855 3.710 3.246
jelly 4.741 2.621 33.898 4.504 1.845 2.608 8.534 1.689 3.556 19.035 23.228 3.906 6.578 2.199 1.850 5.017 3.083 1.644 822 1.028 12.348 4.839 2.837 19.917 4.249 2.921 7.967 1.593 1.593 3.983 3.452 1.224 6.373 5.577
Produk [box] kacang snack 1.821 2.535 2.408 1.730 13.020 18.126 1.730 2.408 1.656 1.521 1.002 1.394 8.278 4.563 4.185 3.042 1.366 1.901 0 0 8.922 12.420 1.500 2.088 2.527 3.517 1.184 1.649 711 989 6.079 4.287 1.184 1.649 632 879 316 440 395 550 4.743 6.603 1.859 2.587 1.090 1.517 7.650 10.650 1.632 2.272 1.122 1.562 3.060 4.260 612 852 612 852 1.530 2.130 1.326 1.846 3.187 1.704 2.448 3.408 2.142 2.982
IV-20
susu minyak obat 13 191 10 12 182 10 93 1.368 72 12 182 10 5 115 9 7 105 6 23 344 18 16 230 12 10 144 8 0 0 0 64 938 49 11 158 8 18 266 14 8 124 7 5 75 4 22 324 17 8 124 7 5 66 3 2 33 2 3 41 2 34 498 26 13 195 10 8 115 6 55 804 42 12 172 9 8 118 6 22 322 17 4 64 3 4 64 3 11 161 8 9 139 7 9 129 7 17 257 14 15 225 12
Tabel 4.19 Alokasi produk subdistributor Boyolali Zona konsumen Teras Banyudono Mojosongo Ngemplak Simo Boyolali Cepogo Ampel Kartosuro Gatak Weru Cawas Delanggu Jatinom Karanganom Klaten utara Klaten tengah Klaten selatan Pedan Wedi Wonosari
AMDK 4.103 2.367 3.945 2.525 6.312 14.036 5.050 9.047 2.820 3.333 1.547 4.784 8.951 4.932 1.543 4.167 2.315 14.075 5.401 4.321 2.624
biskuit 3.348 2.515 3.219 2.060 5.151 17.201 4.121 9.014 4.273 2.719 1.263 3.904 7.304 2.393 1.259 3.400 1.889 29.644 4.407 5.326 2.141
jelly 5.752 2.732 5.531 3.540 8.850 24.116 7.080 5.949 5.342 4.672 2.169 6.707 6.710 2.111 2.164 5.842 3.245 23.752 7.572 6.058 3.678
Produk [box] kacang snack 2.209 3.076 1.360 5.531 2.125 2.958 1.195 0 3.399 4.732 12.263 9.895 2.719 3.786 15.487 10.281 5.237 5.926 1.795 2.498 833 1.160 2.576 3.586 4.820 12.549 1.579 2.198 831 1.157 2.244 3.124 1.247 1.735 22.964 18.047 2.909 4.049 2.327 3.239 1.413 1.967
susu minyak obat 16 232 12 0 63 51 15 223 12 0 0 0 24 357 19 66 973 51 19 286 15 42 625 33 20 296 16 13 189 10 6 88 5 18 271 14 34 507 27 11 166 9 6 87 5 16 236 12 9 131 7 92 1.362 72 21 306 16 17 245 13 10 148 8
Tabel 4.20 Alokasi produk subdistributor Surakarta Zona konsumen Ngemplak Colomadu Gondangrejo Serengan Laweyan Pasar kliwon Banjarsari Kalijambe Grogol Baki Jebres
AMDK 0 4.565 507 14.997 27.918 23.712 38.981 2.493 1.904 2.976 40.808
biskuit 0 3.725 414 12.237 22.780 19.349 49.967 2.034 1.554 2.428 0
jelly 2.075 6.400 711 21.025 29.140 23.244 48.669 3.494 2.670 1.602 38.176
Produk [box] kacang snack 0 0 2.458 3.422 271 380 8.076 11.242 25.034 20.929 12.769 27.776 41.376 41.718 1.342 1.869 1.025 1.428 4.172 2.231 21.975 30.591
IV-21
susu minyak obat 0 143 0 18 258 14 2 29 2 58 849 45 107 1.580 83 91 1.342 70 188 2.772 145 10 141 7 7 108 6 11 168 9 157 2.309 121
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab analisis dan interpretasi hasil akan dilakukan analisis dan interpretasi hasil pengolahan data. Intepretasi hasil meliputi intepretasi pemilihan lokasi gudang subdistributor, intepretasi alokasi produk untuk outlet dan intepretasi penentuan biaya-biaya yang timbul karena proses distribusi. Analisis yang dilakukan meliputi anlisis perbaikan terukur (biaya minimal) dan analisis kelayakan investasi bagi gudang subdistributor. 5.1 Interpretasi Hasil Pemilihan Lokasi Gudang Subdistributor Penentuan lokasi gudang subdistributor bertujuan untuk membantu sistem distribusi di PT. Sinar Niaga Sejahtera. Diharapkan dengan adanya pembukaan gudang subdistributor dapat mengurangi biaya distribusi yang timbul akibat pengiriman produk. Terdapat 7 alternatif lokasi gudang subdistributor yaitu Kabupaten Klaten, Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo. Pembagian ini dilakukan berdasarkan wilayah batas geografis disebabkan area distribusi yang luas dari PT Sinar Niaga Sejahtera Distributor wilayah Karesidenan Surakarta. Pemilihan lokasi gudang subdistributor dilakukan berdasarkan beberapa aspek yaitu jarak antara gudang depo dengan gudang subdistributor, jarak gudang subdistributor dengan zona outlet, kapasitas gudang subdistributor serta aspek biaya distribusi dan lokasi gudang ini diproyeksikan untuk 5 tahun ke depan. Berdasarkan aspek-aspek yang telah disebutkan maka di dapatkan beberapa wilayah yang layak untuk dibuka gudang subdistributor, ini dapat pada tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Wilayah gudang subdistributor Tahun ke1 2 3 4 5
Gudang Subdistributor Karanganyar dan Surakarta Karanganyar, Surakarta dan boyolali Karanganyar, Surakarta dan boyolali Karanganyar, Surakarta dan boyolali Karanganyar, Surakarta dan boyolali
V-1
Tabel 5.1 di atas dapat dilihat wilayah-wilayah yang akan dibuka untuk gudang subdistributor untuk 5 tahun ke depan. Pada tahun pertama wilayah yang akan dibuka adalah Karanganyar dan Surakarta, pemilihan ke dua lokasi ini didasarkan pada jarak ke dua gudang subdistributor ini relatif dekat dengan gudang subdistributor yaitu 12 km untuk Surakarta dan 27 km untuk Karanganyar. Selain itu permintaan pada tahun pertama masih dapat dipenuhi oleh ke dua gudang subdistributor tersebut. Pada tahun ke dua sampai tahun ke lima wilayah yang layak untuk dibuka gudang subdistributor bertambah satu yaitu di Boyolali, penambahan wilayah ini disebabkan karena permintaan akan produk bertambah banyak sehingga dengan dua gudang subdistributor tidak mampu memenuhi. Pemilihan lokasi gudang subdistributor di Boyolali disebabkan karena jaraknya relatif dekat dengan gudang distribusi dan selain itu wilayah Boyolali juga dekat dengan Wilayah Sragen. Lokasi gudang subdistributor dapat dilihat pada gambar 5.1 berikut ini.
Gambar 5.1 Peta lokasi gudang subdistributor Gambar 5.1 memaparkan tentang letak lokasi gudang subdistributor. Terdapat tanda kotak, tanda kotak merah
( ■ ) menandakan posisi gudang
subdistributor Boyolali, tanda kotak biru ( ■ ) menandakan posisi gudang subdistributor Surakarta dan tanda kotak merah muda ( ■ ) menandakan posisi gudang subdistributor Karanganyar. Persebaran zona outlet dapat dilihat pada lampiran halaman 17, dengan notasi bulat merah (●) menandakan zona outlet dari
V-2
subdistributor Boyolali, dengan notasi bulat biru (●) menandakan zona outlet dari subdistributor Surakarta dan dengan notasi bulat merah muda (●) menandakan zona outlet dari subdistributor Karanganyar. Model yang dikembangkan memiliki kelemahan yaitu bahwa distributor mengalokasikan semua permintaan produk ke gudang subdistributor sehingga outlet – outlet yang letaknya relatif dekat dengan gudang distributor akan tetap dilayani oleh gudang subdistributor. 5.2 Interpretasi Hasil Alokasi Produk Untuk Outlet. Penentuan alokasi produk bertujuan untuk mengetahui berapa banyaknya produk yang harus didistribusikan ke zona outlet. Berdasarkan data yang dihimpun, terdapat 65 kecamatan atau zona outlet yang tersebar di Karesidenan Surakarta. Alokasi produk berdasarkan data permintaan pada tahun ke 5, alokasi ini dibagi menjadi 2 yaitu alokasi produk dari gudang distribusi terhadap gudang subdistributor dan alokasi produk dari gudang subdistributor terhadap permintaan produk di zona outlet. Pada gambar 5.2 berikut ini dapat dilihat alokasi produk dari gudang distribusi ke gudang subdistributor.
Jumlah Produk (box)
Alokasi Produk dari PT. SNS ke Subdistributor 250,000
amdk
200,000
biskuit jelly
150,000
kacang snack
`
100,000
susu 50,000
minyak OBH
0 Boyolali
Surakarta
Karanganyar
Subdistributor
Gambar 5.2 Alokasi produk gudang distributor ke gudang subdistributor Gambar 5.2 menggambarkan tentang jumlah alokasi produk dari gudang distributor ke gudang subdistributor. Pada grafik dapat dilihat permintaan produk jelly di wilayah Surakarta sebesar 192.241 box,jumlah ini lebih besar dari pada permintaan jelly di wilayah Karanganyar yaitu sebesar 192.224 box dan permintaan di wilayah Boyolali sebesar 141.497 box. Permintaan produk Amdk (air minum dalam kemasan) paling besar adalah wilayah Karanganyar yaitu
V-3
sebesar 163.248 box, kemudian diikuti wilayah Surakarta yaitu sebesar 139.826 box dan paling sedikit di wilayah Boyolali sebesar 108.598 box. Pada gambar 5.1 dapat dilihat permintaan biskuit paling besar di wilayah Karanganyar sebesar 155.906 box, kemudian diikuti permintaan biskuit di wilayah Boyolali sebesar 116.551 box dan permintaan biskuit di Surakarta sebesar 114.488 box. Produk kacang memiliki permintaan paling besar berada di wilayah Surakarta sebesar 118.498 box, kemudiaan diikuti permintaan kacang di Karanganyar sebesar 91.929 box dan permintaan paling sedikit berada di Boyolali sebesar 91.697 box. Permintaan produk snack di Surakarta yaitu sebesar 141.586 box lebih besar daripada permintaan di Karanganyar sebesar 108.913 box dan permintaan di Boyolali sebesar 103.397 box. Permintaan produk susu paling besar berada di Surakarta sebesar 649 box kemudian diikuti permintaan di Karanganyar sebesar 558 box dan paling sedikit berada di Boyolali sebesr 465 box. Permintaan minyak di wilayah Surakarta paling besar daripada wilayah lainnya yaitu sebesar 9.699 box, kemudian diikuti Karanganyar sebesar 8.273 box dan paling sedikit berada di Boyolali sebesar 6.791 box. Permintaan produk obat paling besar di wilayah Surakrta yaitu sebesar 582 box diikuti Karanganyar sebesar 438 box dan Boyolali sebesar 414 box. Alokasi produk dari gudang subdistributor Karanganyar ke zona outlet dapat dilihat pada gambar 5.3 – 5.5 berikut ini.
Alokasi Gudang Subdistributor Karanganyar ke Konsumen di Kab. Karanganyar
35,000 30,000
amdk
25,000
biskuit
20,000
jelly
15,000
kacang
10,000
snack
5,000 0
ka ra ng pa nd an
an gm an gu
pa lu r
ta w
ta si km ad u
m oj og ed an g
m at es ih
ka ra ng an ya r
ju m ap ol o
susu ja te n
Jumlah Produk (box)
40,000
Kecamatan
Gambar 5.3 Alokasi produk untuk Kab Karanganyar
V-4
minyak obat
Alokasi Gudang Subdistributor Karanganyar ke Konsumen di Kab. Wonogiri
Jumlah Produk (box)
25,000 20,000
amdk 15,000
biskuit
10,000
jelly kacang
5,000
snack susu minyak obat
w
er m ok o
ri ur ya nt or o pu rw an to pr ro ac im an to ro ba tu w ar no ti r to m oy o ja tis ro no se lo gi pa ri ra ng gu pi to m an ya ra n
on og i
bu lu
w
su ko ha
rj o ng ut er
0
Kecamatan
Gambar 5.4 Alokasi produk untuk Kab Wonogiri
Gambar 5.5 Alokasi produk untuk Kodya Surakarta Gambar 5.3-5.5 dapat dilihat jumlah alokasi produk yang dikirim dari gudang subdistributor Boyolali ke zona outlet yang tersebar 3 wilayah yaitu Kab. Karanganyar, Wonogiri dan Kotamadya Surakarta. Permintaan produk amdk paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar 24.179 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sidoharjo sebesar 733 box. Permintan produk biskuit paling besar berada di kecamatan Jebres sebesar 33.298 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 479 box. Untuk produk jelly permintaan paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar 33.298 box dan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 822 box. Permintaan produk kacang paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar 13.020 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 316 box. Permintaan produk snack paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar
V-5
18.1216 box dan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono 440 box. Permintaan produk susu paling besar beradadi kecamatan Karanganyar sebesar 1.368 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 33 box. Permintaan produk minyak paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar 1.3638 box dan paling sedikit berada di kecamatan Sukodono sebesar 33 box. Untuk obat permintaan paling besar berada di kecamatan Karanganyar sebesar 72 box dan paling sedikit berada di 2 kecamatan yaitu Sukodono dan Sidoharjo masing masing sebesar 2 box. Alokasi produk dari gudang subdistributor Boyolali ke zona outlet dapat dilihat pada gambar 5.6-5.8 berikut ini.
Alokasi Gudang Subdistributor Boyolali ke Konsumen di Kab. Sukoharjo 7,000
amdk
Jumlah Produk (box)
6,000
biskuit 5,000
jelly
4,000
kacang
3,000
snack susu
2,000
minyak 1,000
obat
0 kartosuro
gatak
w eru
Kecamatan
Gambar 5.6 Alokasi produk untuk Kab Sukoharjo
Alokasi Gudang Subdistributor Boyolali ke Konsumen di Kab. Boyolali 30,000
amdk
Jumlah Produk (box)
25,000
biskuit jelly
20,000
kacang
15,000
snack 10,000
susu minyak
5,000
OBH 0 teras
banyudono Mojosongo
ngemplak
simo
Boyolali
cepogo
Kecamatan
Gambar 5.7 Alokasi produk untuk Kab Boyolali
V-6
ampel
Alokasi Gudang Subdistributor Boyolali ke Konsumen di Kab. Klaten
Jumlah Produk (box)
35,000 30,000 25,000
amdk
20,000
biskuit
15,000
jelly
10,000
kacang snack
5,000
susu on os ar i w
ed i w
pe da n
ka ra ng an om kl at en ut ar a kl at en te ng ah kl at en se la ta n
ja tin om
de la ng gu
ca w
as
0
minyak obat
Kecamatan
Gambar 5.8 Alokasi produk untuk Kab Klaten Gambar 5.6-5.8 dapat diketahui alokasi produk yang dikirimkan dari gudang subdistributor ke zona outlet. Gudang subdistributor Boyolali daerah distribusi meliputi 3 wilayah yaitu Klaten, Boyoli dan Sukoharjo. Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui permintaan produk amdk paling besar berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 14.075 box dan permintaan plaing sedikit berada di kecamatan Karanganom sebesar 1.543 box. Permintaan produk jenis biskuit paling besar berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 29.644 box dan paling sedikit berada di kecamatan Karanganom sebesar 1.259 box. Permintaan produk jenis jelly paling besar berada di kecamatan Boyolali sebesar 24.116 box, sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Jatinom 2.111 box. Permintaan produk jenis kacang paling banyak berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 22.964 box, sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Karanganom sebesar 831 box. Permintaan paling banyak untuk jenis produk snack berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 18.407 box, sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Weru 1.160 box. Permintaan paling besar untuk produk jenis susu berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 92 box sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Weru dan Karanganom sebesar 6 box. Permintaan paling banyak untuk produk jenis minyak berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 1.362 box sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Banyudono sebesar 63 box. Produk jenis obat
V-7
paling banyak permintaanya berada di kecamatan Klaten selatan sebesar 72 box sedangkan paling sedikit berada di kecamatan Weru sebesar 5 box. Alokasi produk dari gudang subdistributor Surakarta ke zona outlet dapat dilihat pada gambar 5.9 berikut ini. Alokasi Produk dari Subdistributor Surakarta ke Kod Surakarta dan Kab Sukoharjo
Jumlah Produk
70,000 60,000
amdk
50,000
Biskuit
40,000
Jelly
30,000
Kacang Snack
20,000
Susu
10,000
Minyak 0
je br es
ba ki
gr og ol
ng em
pl ak co lo m ad go nd u an gr ej o se re ng an la w ey pa an sa rk l iw on ba nj ar sa ri ka li ja m be
OBH
Zona Konsum en
Gambar 5.9 Alokasi produk untuk Kodya. Surakarta dan Kab. Sukoharjo Gambar 5.9 menggambarkan tentang jumlah alokasi produk ke zona outlet yang tersebar di 2 wilyah yaitu Kodya. Surakarta dan Kab Sukoharjo. Kecamatan Jebres memiliki permintaan paling banyak untuk produk jenis amdk sebesar 40.808 box, sedangkan kecamatan Gondangrejo merupakan wilayah yang paling sedikit permintannya sebesar 507 box. Permintaan produk jenis biskuit paling besar berada di kecamatan Banjarsari sebesar 49.967 box sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Gondangrejo. Permintaan produk jenis jelly paling banyak berada di kecamatan Banjarsari sebesar 48.669 box sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Gondangrejo sebesar 711 box. Permintaan di kecamatan Banjarsari akan produk jenis kacang adalah yang paling besar dibandingkan wilayah lain sebesar 41.376 box, sedangkan kecamatan Gondangrejo memiliki permintaan paling sedikit sebesar 271 box. Untuk produk jenis snack kecamatan yang mempunyai permintaan paling banyak adalah Banjarsari sebesar 41.718 box, sedangkan paling sedikit berada di kecamatan Goandangrejo sebesar 380 box. Permintaan produk jenis susu paling banyak berada di kecamatan Banjasari sebesar 188 box dan paling sedkit berada di
V-8
kecamatan Gondang rejo sebesar 2 box. Permintaan produk jenis minyak paling banyak berada di kecamatan Banjarsari sebesar 2.772 box, sedangkan permintaan paling sedikit berada di kecamatan Gondangrejo sebesar 29 box. Kecamatan Banjarsari memiliki permintaan paling besar akan produk jenis obat sebesar 145 box, sedangkan permintaan paling kecil berada di kecamatan Gondangrejo sebesar 2 box. 5.3 Interpretasi Hasil Penentuan Biaya–Biaya Penentuan biaya yang dilakukan dalam perencanaan pendistribusian ini meliputi penentuan biaya variabel distribusi produk dari gudang subdistributor ke zona outlet, biaya transportasi produk dari gudang PT. SNS ke gudang subdistributor dan biaya tetap subdistributor. Biaya – biaya tersebut digunakan sebagai input dalam perancangan model mixed integer linear programming yaitu sebagai parameter dalam fungsi tujuan yang akan diminimasi. Biaya variable adalah biaya yang timbul akibat adanya aktivitas proses distribusi produk dari gudang subdistributor ke zona outlet. Biaya ini akan berubah menjadi besar atau kcil dipengaruhi oleh besarnya kecilnya permintaan akan produk. Perhitungan biaya ini melibatkan beberapa komponen yaitu biaya bahan bakar dan biaya perawatan. Berdasrakan hasil perhitungan diperoleh biaya pengiriman sebesar Rp. 7,032 per km/box. Biaya transportasi adalah biaya yang timbul akibat adanya aktivitas proses distribusi produk dari gudang sns ke gudang subdistributor. Biaya ini akan berubah menjadi besar atau kecil dipengaruhi oleh besarnya kecilnya permintaa akan produk. Perhitungan biaya ini melibatkan beberapa komponen yaitu biaya bahan bakar dan biaya perawatan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh biaya pengiriman sebesar Rp. 7,201 per km/box. Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap tidak terpengaruh dengan besar kecilnya permintaan. Biaya tetap disini dihitung pada gudang subdistributor yang akan dibuka. Komponen biya tetap disni terdiri dari biaya upah tenaga kerja, biaya perawatan gudang, biaya penggunaan listrik dan pajak bumi dan bangunan. Berdasarkan perhitungan didapatkan total biaya tetap adalah Rp. 8.985.833,- per bulan sehingga selama 1 tahun didapatkan Rp. 107.829.999,96 per tahun.
V-9
5.4
Analisis Perbaikan Terukur (Biaya minimal) Analisis perbaikan terukur berupa total biaya yang lebih kecil dilakukan
dengan membandingkan total biaya dengan menerapakan solusi pembukaan gudang subdistributor yang berdaasrkan jarak dan biaya transportasi hasil model mixed integer linear programming dengan total biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan system yang ada saat ini. Total biaya distribusi aktual selama bulan Agustus 2008 sampai juli 2009 yang meliputi biaya bahan bakar, gaji tenaga kerja dan biaya perawatan dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Data aktual biaya distribusi bulan Agustus 2008 – Juli 2009 Bulan Agustus '08 September '08 Oktober '08 November '08 Desember '08 Januari '09 Februari '09 Maret '09 April '09 Mei '09 Juni '09 Juli '09
Biaya Distribusi 67.268.572 62.780.612 62.958.161 64.617.291 65.116.086 65.220.872 62.202.610 65.192.248 61.201.098 64.660.600 62.589.675 63.962.875
Rekapitulasi pada tabel 5.2 di atas dapat dihitung total biaya distribusi yang dikeluarkan oleh PT. Sinar Niaga Sejahtera distributor wilayah Surakarta selama bulan Agustus 2008–Juli 2009 adalah sebesar Rp767.770.700,-. Sedangkan dengan menerapkan model Mixed Integer Linear Programming didapatan total biaya distribusi adalah sebesar Rp. 623. 191. 041,- sehingga dapat dihitung penghematan biaya setelah menggunakan model Mixed Integer Linear Programming. Penghematan biaya = Rp767.770.700,- - Rp. 620.417.664,= Rp. 147.353.036,Dari perhitungan di atas terbukti bahwa dengan menggunakan model mixed integer linear programming biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi lebih kecil dari pada sebelumnya yaitu sebesar Rp. 623. 191. 041,- sehingga perusahaan dapat menghemat Rp. 147.353.036,-.
V-10
5.5 Analisis Investasi untuk Masing–masing Gudang Subdistributor Analisis investasi dilakukan untuik mengetahui apakah investasi dalam pembukaan gudang subdistriburot ini layak untuk dilakukan bagi pijak ketiga dan untuk mengetahui berapa lama investasi ini bisa kembali. Analisis investasi dilakukan dengan menggunakan perhitungan NPV. Investasi dianggap layak jika nilai NPV > 0 atau bernilai positif. Dalam perhitungan NPV, dibutuhkan beberapa input data yaitu total omset per tahun (Bt), pengeluaran yang dikeluarkan oleh gudang subdistributor per tahun (Ct), total investasi awal (C0), dan tingkat suku bunga pinjaman bank (i). Berikut ini adalah rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV: NPVi =
PF B PF C t
t
t
(5.1)
t
Keterangan: PFt
: Faktor koreksi pengaruh terhadap nilai uang pada periode ke t dengan interest rate i per tahun yang didapatkan dari rumus (1 + i)-t.
i
: Suku bunga bank
Bt
: Penerimaan total dari proyek industri
Ct
: Biaya total yang dikeluarkan dari proyek industri
C0
: Biaya investasi awal. Yang termasuk dalam pengeluaran per tahun (Ct) adalah total biaya
transportasi per tahun, biaya tetap per tahun, dan biaya depresiasi truk per tahun. Diasumsikan tingkat inflasi pada tahun kedua adalah 7% sehingga total pengeluaran pada tahun ke-2 akan meningkat sebanyak 7% dari tahun pertama. Sedangkan pada tahun ke-3 dan tahun-tahun berikutnya diasumsikan tingkat inflasi turun menjadi 5% sehingga total pengeluaran akan meningkat sebanyak 5% dari total pengeluaran pada tahun sebelumnya. Analisis investasi disini dilakukan pada gudang-gudang subdistributor yang dibuka yaitu gudang subdistributor Boyolali,
gudang
subdistributor
Surakarta
dan
gudang
subdistributor
Karanganyar. Berdasarkan ketentuan dari PT. Sinar Niaga Sejahtera, untuk membuka gudang
subdistributor
Karanganyar
dibutuhkan
jaminan
yang
bernilai
Rp. 350.000.000,00; 3 buah truk engkel dengan harga masing-masing adalah Rp.
V-11
170.000.000,00; dan kebutuhan lainnya seperti komputer dan peralatan lainnya yang berjumlah Rp. 20.000.000,00. Sehingga total investasi awal adalah sebesar Rp. 880.000.000,00. Berdasarkan hasil dari perhitungan dengan asumsi tingkat suku bunga bank (i) adalah 13%, didapatkan hasil NPV untuk gudang subdistributor Karanganyar yang dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini: Tabel 5.3 Net Present Value Gudang Subdistributor Karanganyar Tahun 0 1 2 3 4 5
PFt 1,0000 0,8850 0,7831 0,6931 0,6133 0,5428
Ct 880.000.000 286.674.416 273.520.170 287.196.178 301.555.987 316.633.787
Bt 0 627.713.551 426.043.878 517.129.121 604.394.661 703.942.016 ∑NPV
PFt.Ct 880.000.000 253.694.173 214.206.414 199.041.358 184.949.934 171.856.134
PFt.Bt 0 555.498.718 333.654.850 358.396.421 370.686.564 382.071.524
NPV -880.000.000 301.804.545 119.448.436 159.355.063 185.736.630 210.215.390 96.560.064
Hasil perhitungan pada tabel 5.3 didapatkan nilai NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 96.560.064,00 sehingga dapat dikatakan bahwa pembukaan gudang subdistributor Karanganyar layak untuk investasi. Berdasarkan ketentuan dari PT. Sinar Niaga Sejahtera, untuk membuka gudang
subdistributor
Surakarta
dibutuhkan
jaminan
yang
bernilai
Rp. 400.000.000,00; 3 buah truk engkel dengan harga masing-masing adalah Rp. 170.000.000,00; dan kebutuhan lainnya seperti komputer dan peralatan lainnya yang berjumlah Rp. 20.000.000,00 sehingga total investasi awal adalah sebesar Rp. 930.000.000,00. Berdasarkan hasil dari perhitungan dengan asumsi tingkat suku bunga bank (i) adalah 13%, didapatkan hasil NPV untuk gudang Subdistributor Surakarta yang dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini: Tabel 5.4 Net Present Value Gudang Subdistributor Surakarta Tahun 0 1 2 3 4 5
PFt 1.0000 0.8850 0.7831 0.6931 0.6133 0.5428
Ct 930,000,000 243,113,643 260,131,598 273,138,178 286,795,086 301,134,841
Bt 0 707,847,196 705,176,075 694,892,257 693,276,228 703,942,016 ∑NPV
PFt.Ct 930,000,000 215,144,817 203,721,198 189,298,458 175,896,798 163,443,927
PFt.Bt 0 626,413,448 552,256,304 481,595,191 425,199,294 382,071,524
NPV -930,000,000 411,268,631 348,535,106 292,296,733 249,302,497 218,627,597 590,030,564
Hasil perhitungan pada tabel 5.4 didapatkan nilai NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 590.030.564,00 sehingga dapat dikatakan bahwa pembukaan gudang subdistributor Surakarta layak untuk investasi.
V-12
Berdasarkan ketentuan dari PT. Sinar Niaga Sejahtera, untuk membuka gudang
subdistributor
Boyolali
dibutuhkan
jaminan
yang
bernilai
Rp. 300.000.000,00; 3 buah truk engkel dengan harga masing-masing adalah Rp. 170.000.000,00; dan kebutuhan lainnya seperti komputer dan peralatan lainnya yang berjumlah Rp. 20.000.000,00. Sehingga total investasi awal adalah sebesar Rp. 830.000.000,00. Berdasarkan hasil dari perhitungan dengan asumsi tingkat suku bunga bank (i) adalah 13%, didapatkan hasil NPV untuk gudang Subdistributor Boyolali yang dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut ini: Tabel 5.5 Net Present Value Gudang Subdistributor Boyolali Tahun 0 1 2 3 4
PFt 1.0000 0.8850 0.7831 0.6931 0.6133
Ct 830,000,000 176,902,723 189,285,913 198,750,209 208,687,719
Bt 0 404,007,126 462,184,152 547,510,457 602,261,503 ∑NPV
PFt.Ct 830,000,000 156,551,082 148,238,635 137,743,864 127,992,086
PFt.Bt 0 449,002,952 361,957,986 379,452,211 369,378,259
NPV -830,000,000 493,903,248 213,719,351 241,708,347 241,386,172 360,717,117
Hasil perhitungan pada tabel 5.5 didapatkan nilai NPV > 0 yaitu sebesar Rp. 360.717.117,00 sehingga dapat dikatakan bahwa pembukaan gudang subdistributor Boyolali layak untuk investasi.
V-13
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini akan dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan dapat dilihat apakah kesimpulan tersebut sudah menjawab tujuan penelitian atau belum serta saran-saran perbaikan. 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta serta pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembukaan gudang subdistributor yang akan dibuka di wilayah Karesidenan Surakarta dengan metode mixed integer linear programming didapatkan 3 lokasi yaitu Kabupaten Boyolali melayani 21 kecamatan, Kabupaten Karanganyar melayani 34 kecamatan dan Kotamadya Surakarta melayani 11 kecamatan. 2. Alokasi produk untuk gudang subdistributor Surakarta sebesar 721.489 box, subdistributor Karanganyar sebesar 629.942 box dan Subdistributor Boyolali sebesar 477.627 box. 3. Biaya distribusi yang harus dikeluarkan PT Sinar Niaga Sejahtera Wilayah Karesidenan Surakarta pada tahun 2008-2009 berdasarkan hasil model mixed integer linear programming yaitu Rp. 620.417.664,- sehingga perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 147.353.036,- atau sekitar 20 %.
6.2 SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta, pengumpulan dan pengolahan data serta kesimpulan yang ditarik, maka berikut ini adalah saran-saran penulis demi tercapainya perbaikan : 1. PT. Sinar Niaga Sejahtera Distributor Wilayah Surakarta dapat mengubah sistem distribusi dengan cara membuka gudang-gudang di berbagai wilayah
VI-1
yang telah ditentukan dengan tujuan untuk mengurangi biaya-biaya yang timbul akibat proses distribusi. 2. Penelitian selanjutnya dapat mempertimbangkan rute untuk pengiriman produk ke outlet dan rute kunjungan salesman untuk mengambil order ke outlet-outlet. 3. Penelitian
selanjutnya
dapat
mengembangkan
model
mempertimbangkan distributor dapat mengirim produk ke outlet.
VI-2
dengan
DAFTAR PUSTAKA
Ballou, R. H. 1998. Bussiness Logistic Management. New Jersey: Prentice-Hall. Bowersox, D. J. dan Closs, D. J. 1996. Logistical Management, The Integrated Supply Chain Process. New York: Mc Graw-Hill Inc. Chopra, S. dan Meindl, P. 2004. Supply Chain Management: Strategy, Planning and Operation. New Jersey : Prentice-Hall, Inc. Gasperz, V. 2002. Production and Inventory Control Berdasarkan Pendekatan Sistem Terintegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Lieberman, G. J dan Hillier, F. S. 1994. Pengantar Riset Operasi. Edisi 5, Terjemahan: Ellen Gunawan dan Ardi Wirda Mulia. Jakarta: Erlangga. Makridakis, S., Wheelright, S. C. dan McGee, V. E. 1992. Metode dan Aplikasi Peramalan Ed 2 Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Murthy, D. N. P, Page, N. W., dan Rodin, E. Y. 1990. Mathematical Modelling, A Tool for Problem Solving in Engineering, Physical, Biological and Social Sciences. Oxford: Pergamon. Pirkul, H. dan Jayaraman, V. 1997. A Multi Comodity, Multi Plant, Capacitated Facility Location Problem: Formulation and Efficient Heuristic Solution. Computer and Operation Research, Vol 25, No.10. PT. Sinar Niaga Sejahtera, 2009. Company Profile PT. Sinar Niaga Sejahtera Pujawan, I. N. 2005. Supply Chain Management, Edisi. 1. Surabaya: Guna Widya. Rardin, R. L. 1998. Optimization in Operations Research. New Jersey: PrenticeHall. Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., Simchi-Levi, E. 2003. Designing and Managing the Supply Chain. Boston: McGraw-Hill.
Simatupang, T.M. 1995. Pemodelan Sisten. Klaten: Nindita. Zabidi. Y. 2001. Supply Chain Management : Teknik terbaru dalam Mengelola Aliran Material Produk dan Informasi dalam Memenangkan Persaingan. Usahawan, TH. XXX, No. 2, pp.3-7