Jurnal
Oleh PUSPITA NINGRUM TOBUTO ( Nim : 841410105, Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu–ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ) Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan
HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA LAKI-LAKI DI DESA TOLOMATO KECAMATAN SUWAWA TENGAH KABUPATEN BONE BOLANGO TAHUN 2014 Puspita Ningrum Tobuto, Zuhriana K. Yusuf, Rosmin Ilham Jurusan Ilmu Keperawatan FIKK UNG Email :
[email protected] Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Puspita Ningrum Tobuto, 2014. Hubungan Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki di Desa Tolomato Kecamatan Suwawa Tengah Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I, dr. Zuhriana K. Yusuf, M.Kes dan Pembimbing II, Dr.Hj. Rosmin Ilham, S.Kep,Ns, MM. Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi individu yang merokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok yang ikut terhirup asap rokok. Setiap remaja yang merokok beranggapan rokok dapat membantu memberikan ketenangan dan santai pada saat stres. Tujuan penelitian adalah untuk mengidentifikasi tingkat stres dan perilaku merokok, serta hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan “Cross Sectional Study”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja laki-laki yang berumur 11-20 tahun berjumlah 81 orang. Penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive yaitu melalui kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga sampel penelitian berjumlah 37 responden. Instrument penelitian menggunkan kuesioner, analisis yang digunakan adalah analisis Univariat dan Bivariat menggunakan Uji Kendall’s Tau. Hasil penelitian terlihat bahwa terdapat hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki dengan nilai p = 0,034< 0,05. Tingkat stres pada remaja laki-laki paling banyak mengalami stress sedang dengan persentase 40,5%, dan perilaku merokok paling banyak perokok berat dengan persentasi 43,2%. Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki. Dari hasil peneitian disarankan agar orang tua dapat meningkatkan perhatian dan pengawasan terhadap anak-anak yang memasuki masa remaja. Kata Kunci : Tingkat Stres, Perilaku Merokok1
1
Puspita Ningrum Tobuto, 841410105, Jurusan Ilmu Keperawatan, FIKK UNG, dr. Zuhriana K. Yusuf, M. Kes, DR. Hj. Rosmin Ilham, S.Kep, Ns, MM
I.
PENDAHULUAN Rokok bukan merupakan hal yang baru dan asing lagi di masyarakat, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Orang merokok mudah ditemui, seperti di rumah, kantor, cafe, tempat-tempat umum, di dalam kendaraan, bahkan hingga di sekolah-sekolah. Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi individu yang merokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok yang ikut terhirup asap rokok. Meningkatnya prevalensi merokok menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Jumlah perokok dunia mencapai 1,35 miliar orang (WHO, 2008). Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh negara perokok terbesar dunia. Di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat. Pada tahun 1995 prevalensi perokok penduduk > 15 tahun adalah 26,9%. Pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,5%. Pada tahun 2007 mencapai 34,2% (Riskesdas, 2007), kemudian pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 34,7% (Riskesdas, 2010). Demikian juga halnya diProvinsi Goronalo. Persentase perokok laki-laki yang merokok setiap hari adalah 52,4% dari jumlah penduduk laki-laki sedangkan perokok wanita yaitu 2,1% dari jumlah penduduk wanita (Riskesdas, 2010). Jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi menurut hasil Riskesdas tahun 2010 adalah pada umur 15-19 tahun atau seusia remaja. Stres merupakan reaksi tubuh untuk menggunakan dan melepaskan kehidupan. Stres seringkali dapat menjadi bumbu-bumbu dari kehidupan. Tubuh dan pikiran dibangun untuk menghadapi tekanan dan untuk bertumbuh dengan menggunakan tekanan-tekanan itu, dan sesekali kejutan dari adrenalin merupakan penyembuh yang terhebat terhadap kebosanan dan perbedaan-perbedaan. Kalau ditangani dengan baik, stres akan memberikan tambahan motivasi untuk mengalahkan halangan-halangan dan memberikan kekuatan untuk mengendalikan situasi yang mengancam(Mitchell,2008). Stres sifatnya universality yaitu umum semua orang dapat merasakannya tetapi cara pengungkapan yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu maka responnya terhadap stres berbeda beda untuk setiap orang. Respon yang berbeda tersebut dikarenakan mekanisme koping yang digunakan oleh individu dengan sumber dan kemampuan yang berbeda, dan kemampuan individu dalam mengatasi stres berbeda pula, sehingga stress yang sama akan mempunyai dampak dan reaksi yang berbeda(Rasmun, 2004). Pada penelitian yang dilakukan oleh Hasnida dan indri Kemala (2005) yaitu “ Hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki” dengan subyek penelitian yaitu remaja laki-laki di SMA Negeri 1 Medan dan SMA Swasta Mehodist 1 Medan dengan jumlah sampel 98 orang siswa. Karakteristik sampel berjenis kelamin laki-laki, usia 15-18 tahun dan berperilaku merokok. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara stress dengan perilaku merokok pada remaja
Pengamatan dan survey awal dilakukan di empat desa di kecamatan suwawa tengah dan suwawa timur. Dari pengamatan tersebut di temukan banyak remaja yang merokok dimana-mana, pada saat berkumpul bersama, sedang ada di rumah teman atau sedang dirumah sendiri. Berdasarkan wawancara kepada remaja didapatkan informasi bahwa lebih banyak remaja yang merokok di desa Tolomato dari pada ketiga Desa lainnya. Di desa Pangi dari 20 remaja yang diwawancarai 11 remaja mengatakan merokok sedangkan di Desa Dumbayabulan dari 20 remaja yang diwawancarai 6 remaja mengatakan merokok dan di Desa Lompotoo dari 20 remaja 9 remaja mengatakan merokok. Berdasarkan survey awal yang dilakukan didesa Tolomato Kecamatan Suwawa Tengah, dari 12 remaja laki-laki yang merokok masing-masing mempunyai alasan. Ditemukan bahwa dari 12 orang remaja yang diwawancarai didapatkan alasan remaja merokok di Desa Tolomato lebih banyak yaitu untuk menghilangkan stres dengan jumlah 7 orang atau 58,3% sedangkan 3 orang lainnya atau 25% dengan alasan hanya coba-coba dan 2 orang atau 16,6% degan tanpa alasan. Berdasarkan yang telah di uraikan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Hubungan Tingkat Stres Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki di Desa Tolomato Kec. Suwawa Tengah Kab.Bone Bolango”. II. METODE PENELITIAN 2.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tolomato Kecamatan Suwawa Tengah dan waktu penelitian yaitu pada tanggal 23 Maret s/d 23 April tahun 2014. 2.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan “Cross Sectional Study” dimana variabel bebas dan variabel terikat akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan. 2.3 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja laki-laki yang berumur 11-20 tahun yang tinggal di Desa Tolomato pada tahun 2014 berjumlah 81 orang, teknik pengambilan sampel menggunakkan teknik purposive sampling yaitu yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu oleh peneliti sendiri sehingga sampel berjumlah 37 responden. 2.4 Analisa Data Analisa data untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel independent adalah tingkat stres, dan variabel dependent adalah perilaku merokok dengan menggunakan uji Kendall’s Tau.
III. 3.1 1.
Hasil PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Umur Responden Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Remaja Laki-laki di Desa Tolomato Kec. Suwawa Tengah Kab. Bone Bolango Tahun 2014 Jumlah % Umur (Tahun) 16 1 2,7 17 4 10,8 18 10 27,0 19 4 10,8 20 18 48,6 Total 37 100 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.1 diatas terlihat bahwa kelompok umur 20 tahun adalah kelompok umur responden terbanyak dengan 18 responden atau 48,6% dan kelompok umur 16 tahun adalah kelompok umur yang terkecil sebanyak 1 responden atau 2,7%. 2. Pendidikan Responden Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Remaja Laki-laki di Desa Tolomato Kec. Suwawa Tengah Kab. Bone Bolango Tahun 2014 Pendidkan Responden Jumlah % Tidak Sekolah 21 56,8 SMA 11 29,7 Mahasiswa 5 13,5 Total 37 100 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.2 diatas terlihat bahwa kelompok pendidikan yang tidak sekolah adalah kelompok pendidikan responden terbanyak dengan 21 responden atau 56,8% dan Mahasiswa adalah kelompok pendidikan yang terendah sebanyak 5 responden atau 13,5%. 3.2 Hasil Analisa 1. Tingkat Stres Responden Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Stres Remaja laki-laki di Desa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango tahun 2014 Tingkat Stres
Jumlah
%
Ringan Sedang Berat Total Sumber : Data Primer 2014
11 15 11 37
29,7 40,5 29,7 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukan bahwa paling banyak yang mengalami stres sedang sebanyak 15 orang dengan presentasi 40,5%. 2.
Perilaku Merokok Responden Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok Remaja Laki-laki Di Desa Tolomato, kec. Suwawa tengah, kab. Bone bolango tahun 2014 Perilaku Merokok Jumlah % Ringan 8 21,6 Sedang 13 35,1 Berat 16 43,2 Total 37 100 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukan bahwa paling banyak yang mengalami perilaku merokok berat yaitu sebanyak 16 responden dengan presentasi 43,2%. 3.3
Distribusi Hubungan Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok Tabel 4.5 Distribusi Hubungan Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki di Desa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango Tahun 2014 Perilaku Merokok Total Tingkat Ringan Sedang Berat Stres N % N % N % N % Ringan 3 8,1 6 16,2 2 5,4 11 29,7 Sedang 5 13,5 3 8,1 7 18,9 15 40,5 Berat 0 0 4 10,8 7 18,9 11 29,7 Total 8 21,6 13 35,1 16 43,2 37 100 Sumber : Data Primer 2014 Berdasarkan tabel 4.5 hasil uji Kendall’s Tau menunjukan bahwa nilai p = 0,034 atau <0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan perilaku merokok. Dibuktikan pada tabel 4.5 dari 37 responden terdapat 7 responden yang memiliki perilaku perokok berat dan mengalami stres berat dengan presentasi 18,9 %. 1.3 1.
Pembahasan Tingkat Stres Berdasarkan pada tabel 4.3 menunjukan bahwa tingkat stres remaja lakilaki di Desa Tolomato dapat diketahui dari 37 responden 11 responden mengalami stres berat dengan presentasi 29,7%, 15 responden mengalami stres sedang dengan presentasi 40,5% dan yang mengalami stres ringan sebanyak 11 responden dengan presentasi 29,7%. Sebagian besar responden pada penelitian ini mempunyai tingkat stres yang sedang yaitu sebanyak 15 responden dengan presentasi 40,5%. Berdasarkan penelitian ini penyebab stres pada remaja laki-laki didesa Tolomato
sebagian besar disebabkan oleh masalah pribadi dimana remaja mengalami mengalami patah hati karena putus cinta atau bertengkar hebat dengan pacarnya dan lingkungan sosial yang timbul dari keluarga karena kurangnya perhatian dari orang tua yang membeda-bedakan anak serta masalah ekonomi keluarga dimana orang tua tidak mampu membiayai anaknya sekolah dan juga masalah yang timbul karena persaingan dengan teman karena kecemburuan sosial yang timbul untuk berusaha memperoleh atau memiliki sesuatu yang dimiliki oleh teman namun tidak dapat dipenuhi oleh orang tua atau dirinya sendiri. Menurut Mc. Quadee, 1987 (dalam Halley, 2008) Stres umumnya timbul karena pikiran dan tubuh bersama-sama membuat kesalahan yang sama, yang disebabkan oleh aksi dan reaksi fisiologis yang mengacaukan hubungan makhluk, sel-sel, jaringan, organ dan sistem tubuh, jika suatu penyesuaian terjadi hal ini menuntut suatu penyesuaian yang lain lagi yang menuntut satu penyesuaian lagi dan seterusnya. Menurut Anoraga, 1992 ( dalam Halley, 2008) berpendapat bahwa stres adalah suatu bentuk tanggapan seseorang secara fisik maupun mental terhahap suatu perubahan lingkungan yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres dapat mempengaruhi setiap orang, termasuk remaja. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki (Baldwin, 2002). Menurut asumsi peneliti stres merupakan respon dari seseorang karena mengalami suatu permasalahan yang menyebabkan pikiran seseorang menjadi terganggu. Stres bisa disebabkan oleh berbagai masalah bisa berupa masalah pribadi dengan teman, pacar, atau pun tetangga. Masalah dengan keluarga seperti perbedaan pendapat antara anggota keluarga, kurangnya perhatian dari setiap anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain. Masalah pekerjaan, masalah ekonomi dan juga sekolah dapat menyebabkan seseorang mengalami stres. Stres pada remaja biasa timbul karena masalah pribadi dengan pacar karena putus cinta, cinta ditolak, masalah dengan teman karena salah paham, dan bisa dari lingkungan itu sendiri. 2.
Perilaku Merokok Berdasarkan data pada tabel 4.3 tentang perilaku merokok di desa Tolomato dapat diketahui bahwa sebagian besar dari jumlah 37 responden terdapat 16 responden dengan presentasi 43,2% berkategori perokok berat. Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa perilaku merokok pada remaja lakilaki didesa Tolomato sebagian besar perokok berat. Perilaku merokok pada remaja laki-laki didesa Tolomato disebabkan karena faktor lingkungan sekitar dan pergaulan dengan teman-teman yang merokok. Menurut Glendinning dan Inglis bahwa perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja merupakan penunjukan simbol status sosial, ikatan kekerabatan dalam kelompok, dan memberikan kesan yang mengagumkan(Azkiyati, 2012). Dalam penelitiannya Helmi dan Komasari (2000) mengatakan bahwa ada tiga faktor penyebab perilaku merokok pada remaja yaitu kepuasan psikologis, sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja, dan pengaruh teman sebaya.
Menurut asumsi peneliti perilaku merokok pada remaja merupakan suatu sikap atau cara untuk mendapatkan kepercayaan diri dan pengakuan dari teman-teman sabaya. Hal ini karena merokok dapat memberikan dampak positif bagi remaja yang mengonsumsi rokok. Dampak positif yang dapat dirasakan remaja adalah merasa lebih dewasa, menurunkan stres dan kecemasan. Selain itu juga remaja beralasan bahwa merokok merupakan hal yang wajar dan tidak melanggar moral. Karena alasan inilah menjadi pendorong remaja untuk mencoba merokok. Kebanyakan remaja berpendapat bahwa merokok adalah teman setia yang selalu bisa mengerti diri mereka, karena dengan merokok dapat membuat semua masalah yang remaja rasakan akan terasa ringan. Menurut Aritonang (Tri Sulistyo, 2009) merokok adalah perilaku yang kompleks, karena merupakan hasil interaksi dari aspek kognitif, lingkungan sosial, kondisi psokologis, dan keadaan fisiologis. Secara kognitif, para perokok tidak memperlihatkan keyakinan yang tinggi terhadap bahaya yang didapat dari merokok. Mereka beranggapan bahwa merokok tidak merusak kesehatan asal diimbangi dengan olahraga secara teratur dan mengkonsumsi makanan bergizi. Bila ditinjau dari aspek sosial, sebagian perokok menyatakan bahwa mereka merokok karena terpengaruh oleh orang-orang lain disekitarnya. Secara psikologis, perilaku merokok dilakukan untuk relaksasi, mengurangi ketegangan dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi. 3. Hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok remaja laki-laki Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki didesa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango. Adanya hubungan dari kedua variabel ditunjukan dari hasil perhitungan uji Kendall’s Tau dengan derajat kemaknaan 0,05 dimana p<0,05 (p=0,034 lebih kecil dari 0,05) artinya H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja didesa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango Tahun 2014. Berdasarkan hasil penelitian peneliti berasumsi bahwa stres yang dialami oleh remaja dapat menyebabkan terjadinya perilaku negatif pada remaja, salah satunya adalah perilaku merokok. Apabila melihat adanya hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki didesa Tolomato dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat stres memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap perilaku merokok. Berdasarkan penelitian dari Novi Indra terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan perilaku merokok dengan r = 0.656 dan p = 0.000 (p < 0.05) yang berarti semakin berat stres siswa maka semakin kuat dorongan untuk merokok. Perilaku merokok disaat stres didukung oleh hasil yang dirasakan setelah menghisap rokok. Hal-hal yang paling dirrasakn ketika atau setelah merokok adalah kenikmatan, kepuasan, dan merasakan ketenangan. Seorang perokok dapat kembali merokok bahkan meningkatkan intensitas merokoknya ketika dlam keadaan stres. Semakin tinggi tingkat stress maka semakin tinggi perilaku merokok pada remajalaki-laki dan sebaliknya(Hasnida dan kemala, 2005)
Menurut Utamadi (2002) banyak remaja maupun orang dewasa yang mencoba mengatasi stres dengan merokok, minum alkohol dan menggunakan drugs. Perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh rokok, alkohol dan drugs tadi adalah semu. Setelah berhenti melakukannya malah akan semakin stres sehingga harus terus-terus menambah dosis sampai ketagihan. Menurut anti (dalam Tri Sulistyo, 2009) banyak alasan yang dikemukakan terkait dengan dorongan untuk merokok, diantaranya untuk meringankan ketegangan dan stres, untuk bersantai, kebiasaan dalam kelompok pertemanan, dan agar dapat diterima dalam sebuah kelompok. Tetapi yang paling tinggi alasannya adalah untuk meringankan ketegangan dan stres. Perilaku merokok didukung oleh beberapa faktor. Perokok beralasan bahwa dengan merokok akan mendapatkan ketenangan, lebih diakui dalam hubungan sosial karena merokok seringkali merupakan bagian dari aktifitas sosial, menghilangka stres dan perasaan negatif serta merasa lebih baik(Shuaib dkk, 2010). Cara mengatasi stres dengan tidak merokok yaitu dapat dilakukan dengan cara menjauhkan diri dari hal-hal yang menyebabkan stres, perbanyak waktu untuk tidur, olahraga secara teratur, bicarakan masalah-masalah yang dihadapi kepada orang lain, pergunakan waktu luang untuk melakukan hobi, terap air (hidrotherapy) dan pemijatan, mencari kedamaian dan ketenangan dengan mendengarkan musik atau memainkannya, makan dengan teratur, menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan atau organisasi seperti Karang Taruna, kegiatan Osis atau organisasi lain yang ada didesa maupun disekolah(Gemilang, 2013). IV.
Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-laki di Desa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango tahun 2014 dapat ditarik kesimpulan : 2.1 Simpulan 1. Tingkat stres pada remaja laki-laki didesa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango tahun 2014 dari 37 responden paling banyak mengalami stres sedang sebanyak 15 responden dengan presentasi 40,5%. 2. Perilaku merokok pada remaja laki-laki didesa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango tahun 2014 dari 37 responden paling banyak diperoleh hasil 16 responden mempunyai perilaku perokok berat dengan presentasi 43,2%. 3. Terdapat hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki didesa Tolomato, Kec. Suwawa Tengah, Kab. Bone Bolango. Adanya hubungan dari kedua variabel ditunjukan dari hasil perhitungan uji Kendall’s Tau dengan derajat kemaknaan 0,05 dimana p<0,05 (p=0,034 lebih kecil dari 0,05). 2.2 Saran 1. Bagi institusi pendidikan diharapkan agar hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai sumber pengetahuan bagi Program Study Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo dan dapat digunakan sebagai masukan dalam pemberian
penyuluhan kesehatan mengenai bahaya merokok serta pemberian intervensi keperawatan agar dapat meminimalkan tingkat stres pada remaja. 2. Bagi tempat penelitian diharapkan agar para orang tua dapat meningkatkan perhatian dan pengawasan terhadap anak-anak yang memasuki masa remaja untuk mencegah terjadinya peningkatan perilaku merokok pada remaja di Desa Tolomato. 3. Bagi masyarakat dan orang tua diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada anak-anak khususnya remaja mengenai bahaya merokok dan pentingnya pencegahan penyakit akibat rokok. Orang tua sebaikanya memberikan perhatian lebih pada remaja laki-laki seperti sering menghabiskan waktu bersama, mengobrol, jalan-jalan dan bersikap lebih terbuka mendengarkan pendapat anak sehinnga mereka merasa lebih dihargai. 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai akibat perilaku merokok. Daftar Pustaka AlimulHidayat, A. Aziz, 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Anitasari, Lidia, 2007. Hubungan Stres dan Prilaku Merokok pada Remaja. Jurnal. Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Malang. Azkiyati, Ade Maya. 2012. Hubungan Perilaku Merokok dengan Harga Diri Remaja Laki-laki yang Merokok di SMK Putra Bangsa. Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Depok. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Diakses pada tanggal 29 september 2013 http://www.diskes.jabarprov.go.id/download.php?title=RISKESDAS%2020 10&source=data/download/201121152334.pdf Baldwin, R.D. 2002. Stress And Illnes In Adolescence: Issue Of Race And Gender. diakses 29 september 2013 http://www.fidarticles.com/ Gemilang, Jingga, 2013. Buku Pintar Manajemen Stress & Emosi. Yogyakarta: Matra Books. Halley Christoforus Rettob, 2008. Identifikasi Faktor-Faktor Penyebab Stres Terhadap Stres Mahasiswa yang Sedang Menempuh Skripsi di Universitas Katolik Soegijapranata. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Hasnida, dan Indri Kemala, 2005.Hubungan Antara Stress dengan Perilaku Merokok pada Remaja Laki-Laki. Jurnal. P S Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Hawari, Dadang, 2001. Manajemen Stress, Cemas, danDepresi. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas indonesia.
Indra Sari, Novi, 2011. Hubungan antara tingkat stress dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki perokok SMKN 1 Batusangkar. Jurnal. Program Studi Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas. Juntika Nurihsan, Achmad, 2013. Dinamika Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Refika Aditama. Kantor desa, Tolomato. 2013. Rekapitulasi jumlah remaja. Tolomato : kecamatan suwawa tengah. Kurniawati, Nia, 2008.Hubungan Antara Keyakinan Terhadap Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok pada Remaja. Jurnal. Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam IndonesiaYogyakarta Meryn, Siegfried, 2005. Hidup Sehat 100 Tahun. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Mitchell, clemency, 2008.Sehat Prima di Abad Kedua Puluh Satu. Bandung: Indonesia Publishing House. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: RinekaCipta. Rasmun, 2004.Stress, Koping dan Adaptasi. Jakarta: Cv. Sagung Seto. Riyanto Agus, 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Soeharto, Iman, 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Soetjiningsih, 2004.Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV. Sagung Seto. Shuaib F, dkk. 2010. Smoking, Sociodemographic Determinants, and Stres In The Alabama Black Belt. The Journal of Rulal Health Suparto, 2005.Sehat Menjelang Usia Senja. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas indonesia. Try Sulistyo, Komas, 2009. Hubungan Antara Tingkat Stress dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswi. Jurnal. Fakultas Psikologis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Utamadi, G. 2002. Remaja dan Stres. Ceria.bkkbn.go.id di akses Senin, 8 Juli 2002. Word Health Organization. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2008, The Mpower Package. Diakses pada tanggal 29 september 2013 http//whqlibdoc.who.int/publications/2008/mpower_report_full_2008/_en g_full.pdf.