CINEMATOGRAPHY CENTER IN JAKARTA Hari Gunawan Undergraduate Program, Faculty of Civil and Planning Engineering, 2010 Gunadarma University
http://www.gunadarma.ac.id
Keywords: Film, Cinematography, Studio ABSTRACT Cinematographic world in Indonesia is currently growing rapidly in the presence of a variety of entertainment in different forms, ranging from movies we've enjoyed since childhood to the present development of technology, now allows the emergence of electronic cinema or ordinary soap operas are more often present in front of us , through the television media. Production house, private TV stations popping up, and displays the main jam2 sinetrons on, almost every time we were treated to entertainment that can draw our attention to keep abreast of those impressions, plus advertising sponsor the event. Synergies between TV stations, production houses, advertising and related parties that make a successful television show which always appear on the critical hours running, need a place that can accommodate these activities. Cinematographic Centre in this regard should be able to accommodate a variety of activities that are studio activities, administrative, in order to make the efficiency of activities between the relevant parties in producing quality work, and a bridge in between.
PUSAT SINEMATOGRAFI DI JAKARTA Hari Gunawan ABSTRAKSI Dunia sinematografi di Indonesia saat ini berkembang pesat dengan hadirnya bermacam hiburan dalam bentuk-bentuk yang berbeda, mulai dari film bioskop yang sudah kita nikmati sejak kecil hingga saat ini perkembangan teknologi, saat ini memungkinkan munculnya sinema elektronik atau biasa sinetron yang kian sering hadir dihadapan kita, lewat media pesawat televisi. Rumah produksi, stasiun tv swasta bermunculan, dan menampilkan tayangan sinetron pada jam2 utama, hampir tiap waktu kita disuguhi dengan hiburan yang dapat menarik perhatian kita untuk terus mengikuti tayangan tersebut, di tambah dengan iklan yang mensponsori acara tersebut. Sinergi antara stasiun tv , rumah produksi, periklanan dan pihak-pihak terkait yang menjadikan suksesnya tayangan televisi yang selalu tampil pada jam penting tayang, membutuhkan suatu tempat yang dapat mengakomodasi kegiatan tersebut. Pusat sinematografi dalam hal ini harus dapat mengakomodasi bermacam kegiatan yang sifatnya kegiatan studio, administratif, guna menjadikan efisiensi kegiatan antar pihak-pihak terkait dalam menghasilkan karya yang bermutu, dan menjadi jembatan di antaranya. Kata kunci : Film, Sinematografi, Studio PENDAHULUAN Pembangunan nasional yang menyentuh hampir semua bidang, dirasa masih kurang ketika pada kenyataannya masih belum menyentuh pembangunan dalam bidang perfilman. Padahal, dengan film suatu kebudayaan dapat diangkat dengan menonjolkan sisi-sisi kebudayaan tersebut dalam suatu film. Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Dengan demikian karya seni tersebut (film) dapat dijadikan suatu wacana dalam menambah wawasan dan pengetahuan atau
menjadi ajang kreatifitas yang dapat mengangkat potensi seseorang atau masyarakat. Jumlah produksi film nasional terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Selain keadaan politik dan ekonomi yang tidak menentu, penyerahan impor dan distribusi film kepada pihak swasta turut berperan pula dalam terpuruknya film nasional ini. Semakin meningkatnya teknologi dan semakin pesatnya perkembangan pertelevisian di Indonesia, menyebabkan banyak bermunculan sineas-sineas baru yang terus menghasilkan film. Kondisi ini belum secara pasti dapat mengangkat perkembangan perfilman di Indonesia, namun hal ini sudah menunjukkan besarnya minat dan dukungan dari semua masyarakat terhadap perfilman nasional. Perkembangan entertainment di Indonesia saat ini semakin pesat, khususnya yang berhubungan dengan audio visual seperti pertelevisian, perfilman, dan sebagainya. Saat ini banyak bermunculan rumah-rumah produksi, seiring dengan perkembangan kebutuhan acara oleh stasiun-stasiun TV tersebut dan juga perkembangan teknologi yang semakin
2 maju. Rumah-rumah produksi ini bekerja untuk menghasilkan suatu bentuk-bentuk kreativitas seperti film, musik, periklanan, dan bentuk acara lainnya yang diperlukan stasiun TV atau juga pihak entertainment lainnya. Walaupun demikian, hanya sedikit rumah produksi yang menghasilkan film-film layar lebar, dan memperoleh tanggapan yang sangat baik dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena belum memadainya kapasitas dan teknologi dalam menghasilkan film layar lebar. Keberadaan berbagai badan yang berkecimpung dalam hal memajukan dan mengembangkan perfilman
nasional, dan banyaknya bermunculan para sineas muda yang semakin gencar menghasilkan karya-karyanya merupakan suatu pertanda bahwa kondisi perfilman sudah semakin baik. Adanya suatu sarana seperti Pusat Sinematografi di Jakarta berupa suatu wadah yang menangani hal tersebut akan lebih memajukan/mengangkat perfilman nasional baik di dalam negeri juga di mata dunia. • Kasus: Pusat Sinematografi Di Jakarta • Tema : Frame by Frame
yaitu: The Art Of Phothographing Motion Picture (Seni Dari Pengambilan Gambar Bergerak)4 • Ilmu teknik membuat film 5 Cabang-Cabang Ilmu Sinematografi Meliputi:6 1. Teknik Penulisan Skenario: • Teknik Penulisan Skenario Non Cerita • Teknik Penulisan Skenario Cerita 2. Penyutradaraan 3. Sinefotografi (tata Kamera) 4. Art Directing: • Tata Set
• Status Proyek: Fiktif
• Tata Rias
• Lokasi Proyek: Jl. Rasuna Said Kuningan • Pengelola : swasta
• Tata Busana
Deskripsi Proyek
• Luas Lahan : 2 Ha • KDB : 45% • KLB : 2,5 • GSB : 15 m
Pengertian Pusat : • Tempat dimana kegiatan-kegiatan tertentu dilaksanakan.1 1 Oxford
university, Oxford Advanced Laetner Dictionary, London, 1990, Hal 182.
• Pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan2 Sinematografi : • Film atau Sinematografi3, secara etimologi (ilmu yang mempelajari akar kata untuk menemukan filosofi dari kata-kata tersebut) ditafsirkan dari kata Yunani, sebagai berikut: • Sinema : Gerak • Photos : Cahaya • Graphos : Lukisan Melukis Gerak Dengan Cahaya • Diambil dari kata Cinematography,
• Special Effect 5. Tata Busana 6. Editing 7. Teori Manajemen 8. Manajemen Produksi Kedelapan cabang ilmu pengetahuan (mata pelajaran) diatas merupakan yang utama, yang harus diakui oleh setiap orang pembuat film, pembagian 2 WJS
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka 1978, Hal 181 3 Livingston, Don, Film And The Director, terjemahan Mafsil Nurdin, Yayasan Citra 4 “The Encyclopedia Americana”. OL 19, NewYork 1829, Hal 1513 5 Sukarno, Pengantar Teknik Belajar Orang Dewasa Dan Berpikir Ilmiah,KPU Sinematografi,1995,Hal 49 6 Ibid
3 tersebut bukanlah bersifat absolut. Pembagian diatas dimaksudkan untuk memudahkan mempelajari ilmu itu sendiri. Pembahasan Tentang Film Pambahasan film dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai apa itu film, apa unsur-unsur film, apa fungsi film, jenis-jenis film, asas-asas sinematografi, filosofis film, hakekat film, dan sebagainya.
Pengetahuan Peralatan Produksi Film Pengetahuan peralatan produksi film, dimaksudkan untuk memperkenalkan apa yang dimaksud dengan peralatan teknis pembuatan film, cara kerjanya dan fungsinya, yang meliputi: kamera dan perlengkapannya, peralatan cahaya, peralatan perekaman dan olah suara, peralatan editing, peralatan pembantu lainnya dan sebagainya. Sejarah Film Pengalaman adalah guru sejati, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah, merupakan istilah yang digunakan untuk menggunakan sejarah sebagai cermin. Apresiasi Film Seseorang yang tidak menghargai dengan baik dan benar, bila seseorang tidak mengapresiasikan pekerjaannya/profesinya dan hasilnya, maka dapat dipastikan seseorang tersebut tidak akan menghasilkan yang terbaik yang semestinya dapat ia hasilkan. Karena rasa tidak senang, rasa kurang menghargai itu telah menjadi salah satu faktor penghambatnya. Film Dan Masyarakat Masyarakat film sebagai suatu sistem, hubungan masyarakat film dengan masyarakat penonton dan pemerintah sebagai suatu sistem, bagaimana memahami unsur-unsur/ elemenelemen dari sistem-sistem tersebut dan bagaimana hubungan fungsi antara unsur tang satu dengan unsur yang lainnya. Pusat Sinematografi di Jakarta Pusat Sinematografi Di Jakarta adalah tempat atau sarana kegiatan diantaranya: • sebagai sarana untuk program pembinaan dan pengembangan kegiatan perfilman • Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap film khususnya film nasional
• sebagai sarana pengarsipan data mengenai perfilman, dengan fasilitas perpustakaan. • sarana hiburan dan edukasi seperti ruang-ruang selasar yang digunakan sebagai ruang pamer dan kafe film yang menyajikan tempat makan dan minum yang bernuansa film Indonesia. • Tempat pemutaran film yang tengah beredar dan untuk kepentingan festival film. Program Kegiatan Makro Kegiatan dibagi berdasarkan persyaratan ruang yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan, dibagi menjadi dua bagian: 1. zona vertikal, mencakup kegiatan yang bersifat formal seperti kantor pusat sinematografi, kantor organisasi perfilman, serta ruang-ruang perkantoran yang disewakan untuk kegiatan sinematografi 2. zona horisontal, mencakup kegiatan yang sifatnya rekreasi, hiburan dan pendidikan.
4 Meliputi kegiatan pameran, hiburan sinematik, dengan fasilitas penunjang kegiatan seperti restoran dan kafe. Mikro Program kegiatan Pusat Sinematografi secara garis besar adalah: Program Kegiatan Jenis Kegiatan Kantor Kegiatan yang bersifat formal yang tujuannya untuk kegiatan profesional atau administrasi yang berhubungan dengan kegiatan perfilman - Kantor Pusat Sinematografi berisi mengenai kegiatan mengenai pembinaan perfilman di Indonesia, pembinaan apresiasi masyarakat terhadap perfilman, baik sebagai penonton maupun amatir atau kritisi. - Kantor Organisasi Perfilman pembinaan organisasi perfilman
dengan meningkatkan peranannya didalam pengembangan perfilman nasional. - Ruang/ Kantor Sewa ruangan yang disewakan untuk kepentingan perusahaan yang bergerak dibidang sinematografi seperti perfilman. Penelitian 1. kegiatan pemutaran film bagi klubklub film (kine klub): Tujuan: - bagi kalangan film atau amatir yang berminat, yang diskusinya atau lebih menjurus kearah teknis atau artistik - klub bagi kritisi film - lab untuk remaja guna memupuk kesadaran mereka tentang film sebagai media komunikasi yang efektif, fenomena kebudayaan modern, sebagai karya seni, sebagai lapangan kerja. - Klub untuk umum, guna meningkatkan apresiasi. 2. meminjamkan film untuk keperluan studi/ riset klub film resmi. 3. penelitian/ studi secara pribadi, melalui pemutaran film pada viewer yang dilengkapi dengan skenario yang juga direkomendasikan didalam pusat perfilman 4. kegiatan ceramah, distribusi, seminar dan simposium yang diselengarakan secara berkala. 5. pameran berbagai display, untuk memberikan tontonan yang menarik tapi juga pengetahuan yang bermanfaat, misalnya: display dari profesi perkembangan teknologi cine camera 6. pengembangan teknologi, perfilman yang sesuai dengan kemajuan jaman, kegiatan ini dapat dilakukan didalam laboratorium. • Dokumentasi dan Sinematek nama sinematek berasal dari bahasa Perancis Cinematheque yang berarti arsip film, namun dapat juga diartikan sebagai perpustakaan film. Pendokumentasian meliputi:
1. bacaan • buku, penerbitan berkala • skenario • biografi • publikasi, promosi dan sebagainya 2. gambar • photo • poster dan pamflet • design, perencanaan set, poster dan sebagainya 3. rekaman • ilustrasi musik film • rekaman peristiwa penting • interview 4. film • film nasional • film asia • film non asia • Film Preservation film preservation menurut adanya • kluis film yang memenuhi syarat temperatur dan kelembapan tertentu. • Secara teknis untuk perawatan rutin • Laboratorium • Promosi kegiatan: • festival film acara pemutaran sejumlah film yang disertai kegiatan keramaian dalam rangka promosi.
5 • Pekan film. Acara pemutaran sejumlah film dalam pengelompokan tertentu untuk tujuan peningkatan kegairahan atau apresiasi. Pekan film ini dapat bekerjasama dengan kedutaan asing di Indonesia. • Pemutaran film perdana dengan keramaian seperti gala premiere. Pendidikan Kegiatan:
• Pendidikan disini bukan merupakan sekolah namun hanya menyelenggarakan kursus dan pelatihan Kegiatannya antara lain: • Studi eksperimen • Pelatihan bidang perfilman dalam taraf yang sudah lanjut, kegiatan ini dapat dilakukan didalam maupun laboratorium. • Rekreasi Dan Hiburan Kegiatan: • Bioskop • Kafe film • Toko (penjualan souvenir, film rental dan yang berkaitan dengan film) • Pameran Kebutuhan Ruang • Kegiatan Hiburan dan pendidikan o Ruang bioskop o Ruang Pameran o Perpustakaan Sinematek Indonesia • Kegiatan Administrasi o R. Direktur Pusat Sinematografi o R. Wakil Direktur o R. Rapat o R. Kepala Bagian o R. Staff o R. Tamu/Lobby o R. Kantor Organisasi perfilman o R. Kantor sewa Perusahaan perfilman o Gudang o Mushola o Toilet • Kegiatan Penunjang o Souvenir retail o kafe o Musholla o Toilet umum Studi kasus Pusat Perfilman Usmar Ismail Dibangun diatas tanah seluas 1,8 Ha di kawasan Kuningan Jakarta Selatan.
Luas bangunan seluruhnya meliputi 11.550 M2 yang terdiri dari : • Bangunan induk (perkantoran) seluas 1.620 M2 terdiri dari 3 lantai : o Lantai I disewakan untuk kantorkantor perusahaan perfilman. o Lantai II untuk kantor-kantor organisasi perfilman. o Lantai III untuk Kantor Pusat Perfilman dan Sinematek. • Ruang Preview, lobby, ruang proyektor, cafetaria dan ruang sidang sebanyak 3 buah keseluruhannya seluas 1.250 M2 . Ruang preview berkapasitas 200 orang dan dapat berfungsi sebagai ruang sidang dan pertemuan. • Gedung Bioskop seluas 3400 M2 dengan kapasitas 800 orang yang terdiri dari ruang mekanik, ruang menyimpan film, lobby dan gudang. Kompleks Pusat Perfilman terdiri dari 3 buah gedung yaitu : 1. Gedung Bioskop yang terletak pada bagian depan komplek menghadap jalan Rasuna Said 2. Ruang Preview Room terletak dibagian belakang komplek 3. Gedung Pusat Perfilman yang terdiri dari kantor organisasi dan perusahaan perfilman, kantor Pusat Perfilman, dan Sinematek. Gaya bangunan seperti juga bangunan-bangunan perkantoran yang dibangun pada tahun 70-an bergaya International Style, bercat putih dengan dominasi garis-garis horizontal. Bangunan ini baik exterior maupun interiornya tidak mencerminkan bangunan kesenian yang umumnya representatif.
6 Gbr. 2.1. tampak Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail Gbr. 2.2. Site Plan Pusat Haji Usmar Ismail Gbr.2.3. Denah Ruang Preview Gbr.2.4. Denah Kantor Gbr.2.5. Denah Kantor
Gbr.2.6. Denah Kantor
Tema Tema yang diangkat perancangan tugas akhir dengan judul Pusat Sinematografi di Jakarta adalah frame by frame. Frame by frame7 merupakan urutan gambar dalam film. Agar film bisa Di-ekspose berurutan (frame by frame), maka film harus bisa berhenti sejenak, tepat didepan lobang kamera (camera gate). Untuk hal ini telah dipinjam prinsip mekanisme 7 Sinematek,
Indonesia
7 intermittent movement (gerakan terputus-putus) dari jam dan mesin jahit. Hampir semua kamera film menggunakan sistem mekanisme ini. Disain dari mekanisme ini tidak semuanya sama. Semua kamera dilengkapi dengan Pull Down Claw (alat pengait kebawah) dan Pressure Plate (papan penahan). Secara kontekstual, unsur dari frame by frame diperlihatkan pada urutan kegiatan yang berada pada bangunan sinematografi. Interpretasi Tema Pembangunan Pusat Sinematografi dirasa cukup mempunyai alasan dan kegunaan yang besar. Dengan adanya Pusat Sinematografi ini diharapkan mampu mengakomodasi semua potensi budaya dan sumber daya manusia Dengan mencoba menghadirkan suasana perfilman dengan memasukkan unsur-unsur film, tidak hanya diterapkan pada fungsi dari kompleks ini, misalnya adanya suatu fasilitas pendidikan mengenai film, tersedianya studio film untuk proses produksi film dalam proses pendidikan. Lebih jauh lagi, kesan film harus dapat dihadirkan dalam perancangan bangunannya. Dengan demikian, perancangan bangunan Pusat Sinematografi ini memasukkan bentukan yang berhubungan dengan film, misalnya istilah dalam sinematografi, alat-alat atau
perlengkapan yang berkaitan dengan film seperti piringan film, Kamera film, dan sebagainya. Dengan menampilkan bentuk-bentuk tersebut dalam perancangan ini, maka kesan yang dihadirkan dari wadah ini merupakan bentuk seni yang berkaitan dengan Sinematografi bukan bentuk suatu bangunan instansi pada umumnya yang kaku dan tidak menampilkan fungsi yang jelas. Dalam menerapkan bentuk-bentuk tersebut, perlu diperhatikan pendekatan yang dilakukan, misalnya terhadap sifat yang tersirat dari bentuk, atau langsung menerapkan bentuk tersebut secara langsung ke dalam bangunan. Dengan menghadirkan unsur film ke dalam bangunan, diharapkan Pusat Sinematografi ini dapat menjadi wadah yang berfungsi sebagai pengenalan dunia film kepada publik yang representatif (masyarakat/pengunjung dapat langsung merasakan atau melihat karakter perfilman pada kompleks tersebut). Karena itu, bangunan pada Pusat Sinematografi ini harus dirancang dengan penuh pertimbangan agar kehadirannya dapat dirasakan sebagai suatu wadah yang benar-benar memunculkan unsur perfilman didalamnya. Organisasi Ruang Adanya fungsi-fungsi seperti berikut: Perkantoran Produksi Penunjang Pelayanan pengunjung Informasi Pengelola Pendidikan Analisis Kondisi Lingkungan Kondisi Lingkungan Lokasi tapak berada pada kawasan Kuningan , kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan. Dengan potensi tapak sebagai kawasan komersial perkantoran , kedutaan besar, dan Shopping Center. �Luas Areal : ± 2Ha �Tinggi bangunan : 8-10 Lantai
�KDB : Dalam kawasan 45 % �KLB : Dalam Kawasan 2,5 �GSB : 15 meter Lokasi Yang Akan Dibangun
8 Gbr.4.5. Wilayah Lokasi Site Pusat Sinematografi • Batas- batas daerah perencanaan: - Sebelah Utara : Jl. Jl. H. Rangkayo Rasuna Said - Sebelah Selatan : Jl. Gatot Subroto, Grend Melia - Sebelah Barat : Jl. Jend. Sudirman Salah satu Kawasan Segi Tiga Emas - Sebelah Timur : Jl. Casablanca Gbr.4.6. site perencanaan Alasan Pemilihan Lokasi Kawasan a. Rencana Umum Tata Ruang DKI Jakarta tahun 2005, yang memprioritaskan lokasi bangunan untuk pusat bisnis dan budaya. b. Kemudahan pencapaian dari berbagai jalan alternatif c. Dekat dengan Kawasan pemerintahan ,bangunan komersil dan fasilitas pendukung lainnya. d. Mempunyai tingkat keamanan dan privasi yamg lebih baik dibandingkan dengan kawasan lainnya. e. Berada pada daerah yang meningkatkan prestise keberadaan Pusat Sinematografi Pencapaian Tapak Dalam mencapai tapak bangunan dapat dicapai dari beberapa jalan dan juga beberapa arah datangnya pengunjung a. Pencapaian bagi yang datang dari arah Barat dan Pusat melalui jalan Jend. Sudirman , melalui jalan Dr. Satrio dan jalan Casablanca. b. Pencapaian dari arah Selatan dan Timur melalui jalan Jend.Sudirman, Gatot Subroto. Jalan Rasuna Said. c. Pencapaian Bagi yang datang dari arah Pusat dan Timur melalui jalan
Casablanca dan Melalui jalan DR. Satrio d. Pencapaian melalui jalan Denpasar Raya bagi yang datang dari arah Selatan dan Barat yang melalui jalan Rasuna Said Pencapaian menuju site, yang utama maupun samping, didasarkan pada pertimbangan: o Ekspresi yang jelas o Pencapaian mudah, cepat dan aman o Ditujukan untuk pemakai, pengunjung, dan penyewa. o Menampung kebutuhan akan ruang parkir untuk kendaran pribadi sesuai dengan banyaknya penduduk yang akan dilayani. o Salah satu cara dalam mengatasi kemacetan lalu lintas akibat parkir di pinggir jalan. Aktifitas utama dalam bangunan parkir adalah sirkulasi kendaraan menuju tempat parkir dan dari tempat parkir. Konsep Dasar Konsep dasar perancangan ini mengacu kepada sebuah Pusat Sinematografi yang menggabungkan antara fungsi pendidikan dan penelitian diantaranya lab, kelas, studio, perpustakaan yang tujuannya untuk kegiatan penelitian yang lebih lanjut.
9 Perkantoran untuk pengelola dan kantor sewa untuk perusahaan yang bergerak dibidang sinematografi, serta hiburan seperti bioskop dan kafe film yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum baik untuk kepentingan promosi (Festival Film), maupun untuk menikmati film yang tengah beredar. Adanya bangunan ini diharapkan dapat meningkatkan apresiasi perfilman di Indonesia. Rencana Tapak Konsep rencana tapak yang dipakai adalah bangunan Pusat Sinematografi diletakkan sebagai bangunan yang dapat dicapai dengan kendaraan maupun pejalan kaki. Pintu masuk utama berada pada muka jalan H. R. Rasuna Said dan pintu masuk
kedua terdapat pada muka jalan cassablanca serta pintu keluar yang disatukan pada pintu masuk utama pada jalan H.R. Rasuna Said. Konsep Bangunan Bentuk Dasar Bentuk dasar diambil dari penggabungan antara bentuk seperempat lingkaran dengan bentuk segiempat yang mengidentifikasikan bentuk dari seperempat lingkaran sebagai poros dari pergerakan frame ke frame yang dilihat dari tampak secara horisontal. Gbr. 5.3. Konsep Gbr. 5.4. Konsep Bentuk Bangunan Tampak bangunan menggambarkan adanya pergerakan bidang horisontal pada tampak terhadap bentuk vertikal yang berfungsi sebagai poros pada bangunan Gbr.5.5. Bentuk Fungsi Fungsi bangunan sebagai wadah kegiatan sinematografi guna menjadi pusat kegiatan penelitian tentang segala aspek perfilman menjadi pusat pengarsipan, perekaman dan pengolahan data, hingga menjadi pusat referensi perfilman serta memberikan pelayanan umum untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap perfilman. Struktur Dan Konstruksi 1. Sistem struktur Rigid frame (rangka kaku) Sebagai struktur utama dengan modul kolom berdiameter 70 cm pada bangunan dua lantai dan 80 cm pada kolom bangunan tinggi. 2. Sistem struktur atas menggunakan struktur rangka kaku bahan baja lapis beton (komposit). 3. Sistem struktur bawah dengan menggunakan tiang pancang beton bertulang yang mencapai kedalaman tanah keras. Material dan Bahan Bangunan Bahan Bangunan atau material yang digunakan:
• Bahan komposit panel dipakai pada lapisan dinding eksterior bangunan agar mudah dalam perawatan
10 • Rangka baja digunakan untuk struktur dan estetika. • Pemakaian bahan metal dan kaca untuk menampakan kesan teknologi tinggi • Kaca reflektif digunakan pada eksterior yang dapat mengurangi radiasi matahari yang berlebihan. Kesimpulan Penataan yang baik sangat diperlukan agar terbentuk suatu hubungan yang baik antar bangunan dengan lingkungan sekitarnya sehingga bangunan tersebut dapat menunjang dan menguntungkan kegiatan sinematografi baik sebagai kegiatan yang bersifat komersial, hiburan, maupun pendidikan di kawasan kuningan. DAFTAR PUSTAKA Oxford University, 1990. Oxford Advanced Laetner Dictionary, London Poerwadarminta, WJS, 1978. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka Livingston, Don, Film And The Director, terjemahan Mafsil Nurdin, Yayasan Citra The Encyclopedia Americana, 1829. NewYork Sukarno, 1995. Pengantar Teknik Belajar Orang Dewasa Dan Berpikir Ilmiah, KPU Sinematografi Sinematek Indonesia Chiara, Joshep. Time Saver Standards for Building Types. Neufert, Erns. 1990. Data Arsitektur Jilid I dan II. Penerbit Erlangga Jakarta. Poerba, Hartono. 1992, Utilitas Bangunan, Penerbit Djambatan Jakarta. www.HollywoodCenterstudio.com
www.geocities.com/Paris/7229/index. html http://www.pphui.or.id/pphui/index.ht ml Arfanthony, M, 1996, Tugas Akhir Judul Pusat Perfilman Di Jakarta, UI Rochmulyani, A.V., 1989, Tugas Akhir Judul Institut Sinematografi, UNTAR