PUISI “DERITA GURUKU” DAN SEMANGAT MENINGKATKAN KUALITAS Puji Iryanti Puisi di bawah ini beredar di media WhatsApp (WA) pada bulan Desember 2016 di grup widyaiswara matematika dan guru-guru Instruktur Nasional Guru Pembelajar Matematika. Sumber puisi ini tidak jelas. Seperti umumnya di media sosial WA, banyak berita sering kali disalin dari grup yang lain. DERITA GURUKU Hari ini latihan soal, Nak Soalnya lima buah Pilihan ganda A, B, C, D Jangan ribut Bapak di perpustakaan Menghitung Angka Kredit Sudah delapan tahun Bapak tidak naik pangkat Itu ucapan pak Umar Guru matematikaku Pada jam pertama Hari ini kalian baca cerpen, Nak Kalian ke perpustakaan Jangan ribut Jangan berulah Ibu di ruang komputer Ada tugas Daring Yang bikin kepala pusing Itu ucapan bu Nining Guru bahasa Indonesia ku Pada jam ketiga Hari ini buka buku kalian, Nak Kerjakan halaman empatpuluh Bapak di ruang guru Besok harus UKG Doakan agak Bapak lulus Itu ucapan pak Ramzi Guru IPS ku Pada jam keenam Guruku Kami butuh belajar Butuh cerita hidupmu Kisah nyatamu 1
Perjuanganmu Agar kelak kami bisa melewatinya Tanpa cela Pak Menteri Beri kenyamanan Beri penghargaan Untuk guru kami Jangan buat mereka susah Hentikan Angka kredit Daring UKG Kami jamin Guru kami guru profesional Identitas penulis puisi yang tercantum di akhir puisi sengaja tidak dicantumkan untuk menghindari ketidakvalidan informasi. Terlepas dari siapapun penulis puisi, hal yang akan dibahas di sini adalah isi puisi tersebut yang intinya adalah “keluhan guru” mengenai tiga hal: (1) angka kredit, (2) program guru pembelajar daring, dan (3) UKG. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009
Tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada Bab I pasal 1: -
-
-
ayat 2, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. ayat 5, pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi Guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya.
ayat 7, angka kredit adalah satuan nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang Guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.
Pada bab V pasal 11 dijelaskan unsur dan sub unsur kegiatan guru yang dinilai angka kreditnya meliputi empat bagian yaitu (1) pendidikan: formal yang dibuktikan dengan gelar/ ijazah dan pendidikan dan pelatihan (diklat)
2
dibuktikan dengan surat tanda
tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) (2) pembelajaran/bimbingan dan tugas tertentu, meliputi: melaksanakan proses pembelajaran bagi Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran; melaksanakan proses bimbingan, bagi Guru Bimbingan dan Konseling; dan melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah (3) pengembangan keprofesian berkelanjutan, meliputi: (a) pengembangan diri yang meliputi diklat fungsional dan kegiatan kolektif Guru yang meningkatkan kompetensi dan/ atau keprofesian Guru (b) publikasi ilmiah (d) karya inovatif, dan (4) penunjang tugas guru yang meliputi memperoleh gelar/ijazah yang tidak sesuai dengan bidang yang diampunya; memperoleh penghargaan/tanda jasa; dan melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas Guru. Jika kita cermati peraturan di atas, jelas bahwa semua kegiatan guru dihargai melalui angka kredit sehingga karir kepangkatan dan jabatan guru dapat meningkat. Inilah yang membedakan karir guru yang satu dengan yang lainnya. Ada yang karirnya meningkat, cepat naik pangkat tetapi ada yang tidak. Guru yang melakukan semua kewajibannya tetapi tidak mengajukan penilaian angka kreditnya tentu tidak dapat naik pangkat. Berbeda jika Guru itu melakukan kewajiban dan mengajukan penilaian angka kreditnya, peluang karir kepangkatan dan jabatannya meningkat jauh lebih besar. Ini berarti pak Umar yang disebutkan pada puisi di atas sudah delapan tahun tidak naik pangkat kemungkinan besar tidak (rajin) mengajukan angka kredit. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) juga merupakan suatu kewajiban bagi Guru seperti yang disebutkan dalam peraturan yang sama pasal 16 ayat 2. Kriteria nilai angka kredit PKB berbeda-beda untuk tiap golongan yang akan naik ke tingkat yang lebih tinggi. Kriteria ini diatur dalam pasal 17. Program guru pembelajar daring (dalam jaringan) baik daring murni maupun daring kombinasi merupakan program PKB yang dikoordinir oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan melalui Pusat Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) agar guru meningkat kompetensi pedagogik dan profesionalnya. Program ini diluncurkan sebagai tindak lanjut dari Uji Kompetensi Guru (UKG) tahun 2015 yang meliputi 10 kelompok kompetensi (KK), dimana masing-masing KK memuat kompetensi pedagogik dan profesional. Moda program Guru Pembelajar ada 3, yaitu tatap muka, daring kombinasi, dan daring murni. Moda tatap muka ditujukan untuk Guru yang harus meningkatkan 8 - 10 KK. Moda daring kombinasi ditujukan untuk Guru yang harus meningkatkan 6 - 7 KK, dan moda daring murni untuk Guru yang harus meningkatkan 3 -5 KK. Grafik 1 menunjukkan hasil rerata nilai UKG tahun 2015. Banyaknya guru semua jenjang yang mengikuti uji kompetensi ini 2.699.516 orang dengan nilai rerata 56,69. Nilai rerata ini sudah melampau target rerata tahun 2015 yaitu 55. 3
Grafik 1. Nilai UKG tahun 2015 Sumber Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (2016)
Bu Nining yang disebutkan pada puisi di atas harus mengerjakan tugas daring. Tidak jelas apakah Bu Nining termasuk peserta guru pembelajar daring kombinasi atau daring murni. Berdasarkan kriteria peserta moda daring, ini berarti kompetensi yang harus ditingkatkan Bu Nining antara 3-7 KK. Dengan demikian, Bu Nining masih harus meningkatkan kompetensinya menjadi peserta guru pembelajar daring. Semoga saja bukan belajar yang menjadi beban bagi bu Nining pada kalimat “Ada tugas Daring, yang bikin kepala pusing”. Semoga saja hal-hal lain, misalnya perkara jaringan internet yang kurang (tidak) stabil yang membuat kepala Bu Nining pusing. Guru seperti juga siswa harus terus belajar untuk meningkatkan kualitasnya. Tidak hanya materi pelajaran yang harus dipelajari, tetapi juga tren-tren baru di dunia pendidikan termasuk mengenai penerapan informasi dan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar. John Hattie (2003) dari University of Auckland menyebutkan prestasi siswa ditentukan 50% oleh kemampuan siswa, 30% oleh guru dan sisanya dari berbagai faktor. Besarnya pengaruh guru ini dikuatkan oleh Kevin Carey (2004) (dalam Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga
4
Kependidikan, 2016) yang menyatakan bahwa “The effect of teachers accumulates: 4th graders of all abilities who have 3 years of effective teachers in a row for the 5th, 6th and 7th grades will pass a 7th grade math test” atau pengaruh guru sangat besar: siswa kelas 4 dengan beragam kemampuan yang diajar oleh guru-guru dengan kualitas bagus selama 3 tahun berturut-turut akan lulus tes matematika di kelas 7. Selain itu, ada perbedaan 53 poin persentil antara siswasiswa yang diajar oleh guru dengan kualitas tinggi dan rendah. Student performance on Standardized Exam th
100 percentile th
After 3 years with high quality teachers
90 percentile
53 percentile point difference
th
50 percentile th
37 percentile
After 3 years of low quality teachers
th
0 percentile Age 8
Age 11
Grafik 2. Pencapaian Siswa Pada Ujian Terstandar Sumber Kevin Carey (dalam Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan, 2016)
Guru yang tidak mau/ingin meningkatkan kompetensinya padahal kompetensinya masih kurang, berdasarkan hasil penelitian di atas dapat menyebabkan siswa tidak meningkat kemampuannya. Ini sangat memprihatinkan, karena siswa Indonesia menjadi kurang mampu bersaing di lingkup global. Hasil PISA 2015 yang baru saja dikeluarkan Desember 2016, memperlihatkan siswa Indonesia masih kurang sekali dalam bidang membaca, matematika dan sains. PISA (Programme for International Student Asessment) merupakan suatu program penilaian kemampuan siswa berusia 15 tahun dalam bidang membaca, matematika dan sains yang diselenggarakan setiap 3 tahun. Menurut OECD (2016: 5-9), dari 70 negara yang berpartisipasi dalam PISA 2015, Indonesia dalam bidang sains menempati ranking 62 dengan skor 403 dari rerata 493, dalam bidang membaca ranking 64 dengan skor 397 dari rerata 493, dan dalam bidang matematika ranking 63 dengan skor 397 dari rerata 490. 5
Hasil ini menunjukkan Indonesia masih tertinggal dari negara-negara lain, bahkan masih jauh di bawah nilai rerata. Diperlukan guru-guru yang kualitasnya bagus, guru-guru yang mau belajar, selalu meningkatkan kompetensinya, untuk membimbing para siswa supaya siswa Indonesia bisa meningkat kemampuannya sehingga dapat bersaing di lingkup global. Menurut Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I pasal 1, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya pada pasal 4 dikatakan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Pada Bab III pasal 7 ayat 1 disebutkan “Profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa,dan idealisme; b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru. Pada puisi “Derita Guruku”, Pak Umar, Bu Nining, dan Pak Ramzi, terkesan “mengabaikan tanggungjawabnya” yang “bertentangan” dengan pasal 1 dan pasal 7e. Mereka seharusnya bertugas membimbing siswanya di kelasnya masing-masing, bukannya “mengungsi” di perpustakaan, di ruang komputer, dan di ruang guru sementara siswa-siswanya diberi tugas di kelas. Pak Umar, Bu Nining, dan Pak Ramzi, secara implisit sudah diberi kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan sesuai dengan pasal 7g. Kesempatan itu akan sia-sia bila tidak digunakan sebaik-baiknya.
6
Salah satu tanggapan puisi “Derita Guruku” datang dari Pak Hendrik Tobing, guru matematika SMA Xaverius 1 Palembang. Pak Hendrik juga merupakan peserta pelatihan Instruktur Nasional Angkatan 47 Guru Pembelajar Matematika Jenjang SMA Region Sumatera B yang diselenggarakan oleh PPPPTK Matematika. Tanggapan Pak Hendrik berseberangan dengan isi puisi itu. Menurut beliau, ”Itulah salah guru, seharusnya menghitung angka kredit bisa di rumah. Di sekolah hanya mencocokkan dengan aturan. UKG seharusnya guru tidak belajar lagi karena bahan UKG adalah pelajaran sehari-hari yang sudah ngelotok. Terus guru tidak usah didoain siswa karena seharusnya guru yang doain siswa biar tidak remedial. Soal daring bisa sore hingga malam, bila perlu jam 3 dinihari, toh situsnya tidak ditutup. Jadi emang guru tiap hal dijadikan alasan, tapi soal tunjangan tidak mau kurang. Waduh-waduh mau dibawa kemana Indonesia ya”. Mengenai keluh kesah guru, Pak Hendrik menyatakan “di grup Guru Pembelajar daring, saya sedih melihat keluh kesah yang saya pikir tidak seberapa berat tetapi dibuat berat. Gimana siswa mau jadi semangat jika gurunya kelihatan tidak semangat”. Wahai guru, marilah terus belajar, tetap semangat berjuang untuk selalu meningkatkan kompetensi dan kualitas agar menjadi teladan bagi siswa-siswa. Guru itu besar pengaruhnya terhadap siswa!
Daftar Pustaka Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. 2016. “Guru Pembelajar. Perubahan Paradigma PKB”. Tayangan Power Point disajikan dalam pelatihan Nara Sumber Guru Pembelajar Matematika tanggal 18 Mei 2016 di Hotel Neo+ Awana Yogyakarta Hattie, John. 2003. "Teachers Make a Difference, What is the research evidence?" Makalah dalam Research Conference 2003, 19 - 21st October 2003 Carlton Crest Hotel, Melbourne. http://research.acer.edu.au/research_conference_2003 diakses tanggal 19 Desember 2016 pukul 14.20 OECD. 2016. PISA 2015: PISA Results in Focus. http://www.oecd.org/pisa diakses tanggal 9 Desember 2016 pukul 16.15 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 16 Tahun 2009
Tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Profil Satuan Pendidikan/Lembaga. Data Referensi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
7
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/tabs.php?npsn=20217384, diakses tanggal 18 Desember 2016 pukul 10.25 Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
8