PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN NATROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR
Disusun Oleh: AFFIANI AZIZATI J 310 080 002
PROGRAM STUDI ILMU GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015
2
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Affiani Azizati (J310 080 002) Pembimbing :Dr.Mutalazimah ,SKM.,M.Kes Fitriana Mustikaningrum,S.Gz.,M.Sc *Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] ABSTRAK AFFIANI AZIZATI J310 080 002 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Pendahuluan:Status gizi pada balita dapat diketahui dengan melakukan pengukuran antropometri.Pengukuran antropometri pada balita sering dilakukan di Posyandu .Posyandu sangat tergantung pada peran kader.Pengukuran kader dalam penggunaan antropometri ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan lamanya menjadi kader. Tujuan:Mengetahui hubungan tingkat pendidikan dan lama menjadi kader dengan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri di posyandu desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar Metode Penelitian : Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross sectional yang akan menjelaskan hubungan tingkat pendidikan dan lama menjadi kader sebagai variabel independen dan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri di posyandu sebagai variabel dependen.Jumlah subyek penelitian ada 50 kader posyandu.Analisis data di lakukan dengan uji Rank Spearman Hasil :Berdasarkan analisis univariat tingkat pendidikan kader sebagian adalah SMA sebesar 42%.Lama menjadi kader sebesar 56% adalah lebih dari 5 tahun dan keterampilan kader dalam pengukuran antropometri baik adalah 34%.Analisis Bivariat menunjukkan ada hubungan tingkat pendidikan dengan keterampilan pengukuran antropometri kurang yaitu sebesar 63.6%. Ada hubungan lama menjadi kader dengan keterampilan pengukuran antropometri yaitu ≥ 5 tahun menjadi kader keterampilan pengukuran antropometri sebesar 50%. Kesimpulan :Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan tingkat pendidikan dan lama menjadi kader dengan keterampilan pengukuran antropometri di posyandu desa Gawanan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar. Kata Kunci :Tingkat Pendidikan ,lama menjadi kader, pengukuran antropometri Daftar Pustaka :24:1989-2014
iii
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN LAMA MENJADI KADER DENGAN KETERAMPILAN KADER DALAM PENGUKURAN ANTROPOMETRI DI POSYANDU DESA GAWANAN KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR Affiani Azizati (J310 080 002) Pembimbing :Dr.Mutalazimah ,SKM.,M.Kes Fitriana Mustikaningrum,S.Gz.,M.Sc *Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected]
ABSTRACT Introduction: The nutritional status in infants can be determinedby performing antropometric measurement.Antropometri measurement in infact is often done IHC.IHC is highly dependent on the role cadres .Cadres in the use of antropometric measurement can be influenced level and duration in ti cadres Objective: To determine in the relationship long been a cadre of education and the skills of cadres in antropometric measurement in the village Posyandu Gawanan Subdistrict Colomadu Karanganyar Regency. Methods:The study is an observational study with Cross Sectional method that would explain the relation ship between the level education and long been cadre with the skills measuring antropometric.Total study object there are 50 cadre posyandu.Data analis was done by Spearmen Rank test. Result :Based on univariat analysis education level cadres are mostly high school by 42%.Long been a cadre of 56% is more than 5 years and the skills of cadre in good anthropometric measuring is 34%.Bivariat analysis showed no with elementary 63.6%.There is a long standing relation ship with skills measuring cadre anthropometry in > 5 years as a cadre of skilled measuring good anthropometry by 50%. Conclusion:The Conclusion of this study is that there is a relation level long been a cadre of education and skills in antropometric measurement cadres in Posyandu Gawanan Village Colomadu Subdistrict Karanganyar Regency. Keyword :Tertiary education,long been a cadre,antropometric measurement
iv 4
Pengukuran antropometri pada
PENDAHULUAN Berdasarkan hasil pada
tahun
balita sering dilakukan di Posyandu.
Riskesdas
2013
Posyandu
merupakan
merupakan
salah
satu
prevalensi balita terhadap gizi buruk
bentuk upaya kesehatan bersumber
dan kurang sebesar 19,6 %. Hal ini
daya masyarakat yang diselenggarakan
masih sangat perlu adanya upaya dari
dari,
pemerintah Indonesia yang berkaitan
masyarakat
dengan penanggulangan masalah gizi
pembangunan
kurang antara lain penyelenggaraan
memberdayakan
posyandu, pemberian ASI eksklusif
memberikan
kemudahan
dan MP ASI serta tatalaksana gizi
masyarakat
dalam
buruk. Gizi sangat berperan pada
pelayanan kesehatan dasar, utamanya
manusia khususnya bagi bayi dan
untuk mempercepat penurunan angka
balita.
kematian ibu dan bayi (Rahayu dkk,
Gizi
berpengaruh
terhadap
oleh,
untuk dalam
dan
bersama
penyelenggaraan
kesehatan, masyarakat
guna dan kepada
memperoleh
2005)
tumbuh kembang bayi dan balita serta
Posyandu sangat
memberikan kekebalan tubuh terhadap
tergantung
pada peran kader. Pada umumnya
kuman penyakit (Aritonang, 1999).
Kader
Gizi sering dianggap sebagai
posyandu ini adalah relawan
tidak
yang berasal dari masyaraat yang di
langsung terhadap kematian balita.
pandang memiliki kemampuan lebih di
Kematian balita dapat dicegah dan
banding anggota masyarakat lainnya.
dihindari jika segera diketahui status
Kader inilah yang memiliki potensi
gizi
dan
besar dalam memperlancar proses
pemberian makanan seimbang. Status
pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,
gizi pada balita dapat diketahui dengan
keberadaan kader relatif labil karena
melakukan pengukuran antropometri.
partisipasi bersifat sukarela sehingga
Pengukuran
tidak ada jaminan bahwa para kader
penyebab
langsung
balita
secara
dan
berkala
antropometri
yang
dilakukan meliputi pengukuran berat
akan
badan dan tinggi badan pada bayi dan
dengan baik seperti yang di harapkan.
balita. Pengukuran antropometri harus
Jika
dilakukan dengan tepat agar hasil
keluarga ataupun kepentingan yang
yang didapat tidak salah sehingga
lain maka posyandu akan di tinggalkan
tidak
dalam
(Rahayu dkk, 2005)
menentukan asupan makanan pada
Kemampuan
terjadi
kesalahan
tetap suatu
meliputi
bayi dan balita (Aritonang, 1999)
1
menjalankan saat
ada
fungsinya
kepentingan
kader
yang
pengetahuan
dan
keterampilan berbeda satu dengan
balita di karenakan ada yang tidak
yang
dikarenakan
melepas baju atau pakaian yang cukup
pengetahuan dan pengalaman yang
tebal pada menimbang,tidak melepas
berbeda.
dan
sandal/sepatu saat pengukuran tinggi
oleh
badan.
lain.
Hal
ini
Pengetahuan
keterampilan
ini
dipengaruhi
karakteristik responden, seperti umur, tingkat
pendidikan,
lama
menjadi
METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan
kader, dan pelatihan (Bertens, 2009) yang
Cukup tingginya jumlah kader
dalam
masih
observasional dengan metode cross
pengukuran
mengalami
kesalahan
antropometri
ini
ada
penelitian
dilakukan
pendidikan
Kecamatan
dan
lamanya
menjadi
adalah
penelitian
sectional.Lokasi
kemungkinan berkaitan dengan tingkat
ini
di
ini
Desa
Gawanan
Colomadu
Kabupaten
Waktu
penelitian
kader. Tingkat pendidikan yang tinggi
Karanganyar.
akan
pemahaman
dilaksanakn pada tanggal 25 Maret-18
seseorang dalam pembelajaran dan
April 2015.Penentuan sampel dilakukan
kebiasaan yang lama seorang kader
simple random sampling berdasarkan
dalam melakukan
posyandu, setiap posyandu yang telah
mempengaruhi
pengukuran
penimbangan dan
tinggi badan
meningkatakan
akan
keterampilan kader
.Berdasarkan hasil penelitian
ditentukan
memeiliki
yang sama
untuk dijadikan sampel
yang
yang
sesuia
kesempatan
kriteria
inklusi
dan
dilakukan oleh Novvita dkk, 2014
eksklusi. Sampel
dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan
adalah kader posyandu
antar pendidikan dengan keterampilan
Gawanan
kader yaitu 78,79% kader dengan
Kabupaten Karanganyar dengan jumlah
tingkat pendidikan (Novvita, Herawati,
sampel 50 kader posyandu.
di Desa
Kecamatan
Colomadu
Data identitas subjek diperoleh
Agus,(2014) secara
Berdasarkan hasil survey awal
langsung
dari
responden
yang dilakukan peneliti di posyandu
dengan cara wawancara dengan alat
wilayah Desa Gawanan Kecamatan
bantu kuesioner. Data tersebut meliputi
Colomadu
karakteristik kader, keterampilan kader
Kabupaten
Karanganyar
terdiri dari 10 orang kader posyandu
dalam
ada
umur,nama
terampil
30%
yang masih
dalam pengukuran
kurang
pengukuran
pekerjaan.
dan
penimbangan berat badan bayi dan
2
kader
antropometri,
posyandu,
usia,
Analisis
data
SPSS 17. Analisis
2. Lama Menjadi Kader
menggunakan data
meliputi
Tabel 2 Distribusi Lama Menjadi Kader Lama Total Menjadi Jumlah Presentase Kader (N) (%) 50 <5 tahun 22 44.0 50 ≥5 tahun 28 56.0
analisis bivariat dan univariat. Analisis Univariat di lakukan pada data yang di analisis secara deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi. Data yang di olah antara lain tingkat pendidikan, lama menjadi dalam
kader,
keterampilan
pengukuran
kenormalan
data
Berdasarkan Tabel 2 diketahui
kader
bahwa sebagian besar responden lama
antropometri.Uji
menggunakan
menjadi kader ≥ 5 tahun yaitu sebanyak
Uji
28 orang (56,0%) dan sebagian kecil <
Pearson Product Moment. Hasil Uji kenormalan data
menunjukkan
5 tahun yaitu sebanyak 22 orang
data
(44,0%).
berdistribusi tidak normal ,sehingga
3. Keterampilan
menggunakan Uji Spearmen Rank.
Antropometri Kader Tabel 3 Distribusi Keterampilan Kader Pengukuran Antropometri
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Distribusi
Tingkat
Keterampilan Pengukuran Antropometri Kurang Cukup Baik Total
Pendidikan
Responden Kader Tabel 1 Distribusi Tingkat Pendidikan Responden Kader Tingkat Pendidikan
Jumlah (N) 11 9 21 9 50
SD SMP SMA PT Total
Pengkuran
Presentase (%) 22.0 18.0 42.0 18.0 100
Jumlah (N)
Presentase (%)
17 16 17 50
34.0 32.0 34.0 100.0
Berdasarkan Tabel 3 diketahui bahwa
keterampilan
pengukuran
antropometri kader sebagian besar baik dan kurang yantiu masing-masing 17
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa
sebagian
besar
orang (34,0%), sedangkan sebagian
responden
kecil dalam kategori cukup, yaitu 16
berpendidikan SMA yaitu sebesar 21
orang (32,0%).
orang (42,0%) sedangkan sebagian
4. Analisis Univariat Tabel 4 Diskripsi Data Penelitian
kecil responden berpendidikan SMP
Variabel Tingkat Pendidikan (Tahun) Lama menjadi kader (Tahun) Keterampilan Pengukuran Antropometri (%)
dan PT, yaitu masing-masing 9 orang (18,0%). Berdasarkan uraian
diatas
diketahui
besar
responden
bahwa
sebagian
telah
melampauhi
pendidikan dasar 9 tahun.
3
N Min Max Rata‐rata SD 50 6 17 10.76 3.420 50
1
26
50 25 100
8.58
6.280
62.25 24.15
Berdasarkan tabel 4 di ketahui
semakin lama atau semakin tinggi
bahwa tingkat pendidikan atau lama
tingkat pendidikan seseorang maka
menempuh pendidikan paling rendah
semakin
adalah 6 tahun dan paling tinggi adalah
pengukuran
17
dilakukan
tahun
dengan
rata-rata
tingkat
baik
pula
keterampilan
antropometri oleh
yang
seorang
kader.
pendidikan 10.76 ±3.420 tahun.Lama
Berdasarkan uraian diatas maka dapat
menjadi
diketahui bahwa terdapat hubungan
kader
dari
50
responden
diketahui paling rendah 1 tahun dan
yang
paling lama 26 tahun dengan rata-rata
pendidikan
dengan
8.58±
pengukuran
antropometri
6.280
tahun.Keterampilan
signifikan
antara
tingkat
keterampilan dengan
paling
tingkat hubungan rendah. Rendahnya
rendah 25% sesuai dengan prosedur
hubungan ini karena banyaknya faktor
dan paling tinggi adalah 100% dengan
yang
prosedur,rata-rata
pengukuran antropometri di luar model
pengukuran
pengukuran
antropometri
keterampilan
antropometri
mempengaruhi
keterampilan
yang diteliti. Hubungan yang signifikan
62.25±
artinya dimana jika semakin lama atau
24.15%. 5. Hubungan
tingkat
semakin
pendidikan
tinggi
tingkat
pendidikan
dengan keterampilan pengukuran
seseorang maka semakin baik pula
antropometri
keterampilan pengukuran antropometri
Tabel 5 Hubungan tingkat pendidikan dengan keterampilan pengukuran antropometri Keterampilan Pengukuran Total Antropometri (%) Tingkat Baik Pendidikan Kurang Cukup % N % N % N % N SD SMP
7 63.6 1
9.1
3
2 22.2 4 44.4 3
SMA
5 23.8 9 42.9 7
PT
3 33.3 2 22.2 4
Total
yang dilakukan oleh seorang kader 6. Hubungan lama menjadi dengan keterampilan pengukuran antropometri
Nilai p
kader kader
Tabel 6 Hubungan lama menjadi kader dengan keterampilan pengukuran antropometri
27.3 11 100.0 0.009 33.3 9 100.0 33.3 21 100.0 44.4 9 100.0
Keterampilan Pengukuran Lama Antropometri menjadi Baik Cukup Kader Kurang
17 34.0 16 32.0 17 34.0 50 100.0
N
%
N
%
N
%
Total Nilai P N
%
<5 Tahun 13 59.1 6 27.3 3 13.6 11 100 0.000 ≥ 5 tahun 4 14.3 10 35.7 4 50.0 9 100 Total 17 34.0 16 32.0 17 34.0 50 100
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa nilai koefisien korelasi sebesar
Berdasarkan Tabel 6 diketahui
0,368 dengan nilai p = 0,009 (p< 0,05)
bahwa nilai koefisien korelasi sebesar
yang artinya terdapat hubungan tingkat
0,555 dengan nilai p= 0,000 (p< 0,05)
pendidikan
dengan
yang artinya terdapat hubungan yang
pengukuran
antropometri
keterampilan
signifikan antara lama menjadi kader
dengan
dengan
tingkat hubungan rendah, dimana jika
4
keterampilan
pengukuran
antropometri dengan tingkat hubungan
kurang dan baik sebnayak 34,0%
rendah, dimana jika semakin lama
,sedangkan
kader
posyandu
menjadi kader maka semakin baik pula
dalam kategori cukup
sebanyak
keterampilan pengukuran antropometri
32,0% 4. Ada hubungan tingkat pendidikan
yang dilakukan oleh seorang kader. Keterampilan
dalam
dan lama menjadi kader dengan
melaksanakan
keterampilan
kader
parameter hasil kerja, hal ini dapat
pengukuran
antropometri
dilihat dari lamanya seseorang bekerja.
Posyandu
Begitu juga dengan kader posyandu,
Kecamatan Colomadu Kabupaten
semakin lama seseorang menjadi kader
Karanganyar
tugas
dapat
dijadikan
sebagai
Desa
dalam di
Gawanan
posyandu maka keterampilan dalam melaksanakan
tugas
pada
saat
B.Saran 1. Bagi kader
kegiatan posyandu akan semakin tinggi sehingga
partisipasi
kader
Diharapkan
dalam
kader
untuk
selalu
kegiatan posyandu akan semakin baik
meningkatkan
keterampilan
(Widiastuti dalam Sandiyani, 2011).
pengukuran antropometri dengan mengikuti pelatihan yang diadakan oleh petugas kesehatan.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Tingkat
pendidikan
atau
2. Bagi Petugas Kesehatan
lama
menempuh pendidikan SMA yaitu
Bagi petugas kesehatan diharapkan
42,0% sedangkan
untuk selalu memantau kerja kader
sebagian kecil
berpendidikan SMA dan PT yaitu
posyandu
18%.
dan
2. Lama
menjadi
responden sebagian besar
di
kader
dari
Desa
<
5
tahun
kader
Bertens, K. 2009. Pengantar Etika Bisnis. Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.
dalam
pengukuran antropometri sebagian besar keterampilan
yang
yang
Aritonang I,1999. Penilaian Status Gizi Balita. Jakarta
sebanyak 44,0% 3. Keterampilan
antropometri
tentang
DAFTAR PUSTAKA
kader ≥ 5 tahun sebanyak 56,0% yang
edukasi
sebagian
yang telah lama menjadi
sedangkan
mendampingi
benar.
Gawanan
responden
memberi
pengukuran
50
dengan
Novvita, WS., Herawati, Agus,W,. 2014 Karakteristik Dan Ketrampilan Kader Dalam Penimbangan
mengalami
dengan
kategori
5
Rahayu B,. 2005. Buku Pegangan Kader Posyandu. Surabaya:Dinkes Propinsi Jawa Timur.
Balita Di Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Gamping II Sleman Yogyakarta. http://jurnal.poltekkesjogja.ac.id/ karakteristik-dan-ketrampilankader-dalam-penimbanganbalita-di-posyandu-wilayahkerja-puskesmas-gamping-iisleman-yogyakarta.html. Diakses tanggal 20 Februari 2015
Sandiyani,R.A.2011 Lama Menjadi Kader, Frekuensi Pelatihan, Pengetahuan Gizi, Dan Sikap Kader Posyandu Dengan Perilaku Penyampaian Informasi Tentang Pesan Gizi Seimbang. Artikel Penelitian. Undip
6