PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, VITAMIN C, DAN KEBIASAAN MINUM TEH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
Skripsi ini Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Ijazah S1Gizi
Disusun Oleh : GULIT DANAN PRASETYO UTOMO J 310 070 050
PROGRAM STUDI GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
HALAMAN PENGESAHAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Judul Skripsi
: Hubungan antara asupan Protein, Vitamin C, dan kebiasaan minum teh dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
Nama Mahasiswa
: Gulit Danan PU
Nomor Induk Mahasiswa
: J310070050
Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir . Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya.
Surakarta, 12 Juli 2013 Penguji I
: Endang Nur W, M.Si, Med
(
)
Penguji II
: Dyah Widowati SKM
(
)
Penguji III
: Pramudya Kurnia STP, M. Arg
(
)
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, VITAMIN C, DAN KEBIASAAN MINUM TEH DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO, JAWA TENGAH GULIT DANAN PRASETYO UTOMO GULIT DANAN PRASETYO UTOMO
J 310 070 050
CORRELATION INTAKE PROTEIN, VITAMIN C, AND DRINKING HABITS OF TEA WITH HEMOGLOBIN LEVELS IN FEMALES STUDENT AT STATE 1 HIGH SCHOOL OF MOJOLABAN SUKOHARJO REGENCY Background: Anemia is cused by lack of hemoglobin, which means also lack of oxygen throughout the body. Women are more prone to anemia, especially in adolescence. Prevalence of anemia data was taken from health department of Sukoharjo in 2008 as many as 28%, in 2009 asa many as 33,84%, and in 2010 as many as 48%. Purpose: To know correlation between intake protein, vitamin C, and drinking habits of tea with Hemoglobin Levels in females student at state 1 high school of Mojolaban sukoharjo regency. Method of the Research: The research implemented a surveyobservational with cross-sectional approach. Subject of the research is 33 individuals selected by using propotional random sampling. Data of intake protein, vitamin C, and drinking habits of tea was taken by recall procedures with 3x24 hour by random day and data of hemoglobin concentration by hemoque methode. Data is analyzed by using correlation test of Pearson-product moment. Result: Based on univariate analysis, most levels of protein intake are included in the category of research subjects less as many as 81.8%, most of the intake levels of vitamin C research subjects included in the category of less as many as 63.6%, research subjects with daily consumption of tea as much as 60.6%. The results of hemoglobin levels 36.4% of normal subjects, whereas hemoglobin levels are not normally subject to 63.6%. The results of Pearson product moment correlation test p value = 0.870, p=0,198, p=0,455 Conclusion: It can be concluded that there is no correlation between intake protein, vitamin C, and drinking habits of tea with hemoglobin levels in females student at state 1 high school of Mojolaban Sukoharjo regency.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 3
Key words : Intake protein, vitamin C, and drinking habits of tea, adolescent girls, hemoglobin levels References : 28 (1996-2010)
PENDAHULUAN
tahun 2008 sebesar 48,5 % dan pada
Anemia gizi adalah kekurangan
tahun 2009 sebesar 33, 84 % (Dinkes
kadar hemoglobin (Hb) dalam darah
Sukoharjo, 2009). Prevalensi anemia
yang disebabkan kurangnya zat gizi
wanita
yang diperlukan dalam pembentukan
Mojolaban pada tahun 2010 adalah
Hb (Depkes RI, 2008). Kurangnya
sebesar 48 % (Dinkes Sukoharjo,
hemoglobin berarti minimnya oksigen
2011).
di dalam tubuh. Apabila oksigen
usia
subur untuk
daerah
Anemia, selain disebabkan oleh
berkurang tubuh akan menjadi lemah,
defisiensi
lesu, dan tidak bergairah. Wanita
disebabkan oleh defisiensi berbagai
lebih
anemia,
zat gizi yang memberikan kontribusi
terutama pada masa remaja. Hal ini
terhadap metabolisme zat besi di
terlihat
dalam
rentan
mengalami
dari
masih
tingginya
zat
besi
tubuh
juga
(Patimah,
dapat
2007).
prevalensi kejadian anemia gizi besi
Penyebab
pada remaja putri. Menurut Survei
anemia antara lain, defisiensi asupan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di
gizi dari makanan (zat besi, asam
Indonesia tahun 2004, prevalensi
folat, protein, vitamin C, riboflavin,
anemia gizi pada balita 40,5%, ibu
vitamin A, seng dan vitamin B12),
hamil 50,5%, ibu nifas 45,1%, remaja
konsumsi
putri usia (10-18 tahun) 57,1% dan
penyerapan besi seperti teh, penyakit
usia 19-45 tahun 39,5%. Semua
infeksi, malabsorpsi, perdarahan dan
kelompok
peningkatan
umur
tersebut,
wanita
langsung
zat-zat
terjadinya
penghambat
kebutuhan
mempunyai risiko paling tinggi untuk
(Ramakrishnan,
menderita anemia terutama pada
merupakan
saat usia remaja.
kekurangan Fe. Ada beberapa zat
Menurut Kesehatan
data Kabupaten
dari
Dinas
Sukoharjo,
prevalensi anemia wanita usia subur
2001).
gejala
Anemia
awal
dari
gizi dalam makanan yang dapat meningkatkan
ketersediaan/daya
guna/penyerapan Fe yaitu vitamin C,
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
Page 4
beberapa asam amino, dan protein
sebesar
makanan pada umumnya
secara bersama-sama.
(Linder,
79-94%
jika
Berdasarkan
2006).
dikonsumsi
hasil
penelitian
selain
Dinas Kesehatan sukoharjo tahun
dipengaruhi oleh asupan protein juga
2011 yang dilakukan di SMA Negeri 1
dapat
Mojolaban, menunjukkan bahwa dari
Kejadian
anemia
dipengaruhi
oleh
asupan
vitamin C. Vitamin C merupakan
100
pendorong yang kuat untuk absorpsi
hemoglobinnya, ada 35 % siswi yang
besi non heme yang pada umumnya
memiliki kadar hemoglobin dibawah
berasal
angka
dari
sumber
nabati.
siswi
yang
normal.
diperiksa
kadar
Berdasarkan
Mekanisme absorpsi ini termasuk
belakang
mereduksi ferri menjadi bentuk ferro
tertarik untuk melakukan penelitian
dalam lambung (Gillespie, 1998).
terhadap
Makanan di Indonesia banyak
tersebut,
maka
latar
Hubungan
peneliti
Asupan
Konsumsi Protein, Vitamin C dan
mengandung inhibitor seperti phytate
Kebiasaan
dan polyphenols. Sumber inhibitor
Kejadian Anemia Pada Remaja Putri
tersebut antara lain beras, protein
di
kedelaei,
Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
kacang
tanah,
kacang-
kacangan, teh, kopi dan bayam. Kebiasaan yang sering dilakukan
SMA
Minum
Negeri
Teh
1
dengan
Mojolaban,
TINJAUAN PUSTAKA
Masa peralihan antara masa
pada
anak-anak menuju dewasa antara
umumnya adalah mengkonsumsi teh
usia 10 sampai 19 tahun inilah yang
setiap pagi dan setelah makan. Teh
disebut dengan remaja (Proverawati,
mempunyai
2009). Remaja putri sering kurang
oleh
masyarakat
Indonesia
banyak
manfaat
kesehatan, namun ternyata teh juga
memperhatikan
diketahui menghambat penyerapan
sehingga masalah gizi sering muncul
zat besi yang bersumber dari bukan
antara lain kurang energi protein
hem (non-heme iron). Hurrell RF., et
(KEP) dan anemia yang disebabkan
all (1999) melaporkan bahwa teh
oleh kurangnya asupan zat besi.
hitam
Aktivitas
penyerapan
dapat zat
menghambat besi
non-heme
fisik
asupan
yang
lebih
gizinya
tinggi
dibandingkan dengan usia lainnya
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 5
menyebabkan pada usia ini seorang
jaringan-jaringan,
dan
melalui
remaja
lebih
membran
dalam
sel-sel.
gizinya.
Sebagian
putri
memperhatikan
harus asupan
sel
ke
besar
bahan
yang
Cepat lambatnya pertumbuhan yang
mengangkut zat-zat gizi ini adalah
dialami oleh seorang remaja sangat
protein. Alat angkut protein ini dapat
dipengaruuhi
yang
bertindak secara khusus, misalnya
masuk kedalam tubuhnya, zat gizi ini
protein pengikatan retinol yang hanya
diperlukan untuk peningkatan berat
mengangkut vitamin A atau dapat
badan, tinggi badan, dan peningkatan
mengangkut beberapa jenis zat gizi
jumlah serta ukuran jaringan sel
seperti zat besi. Kekurangan protein
tubuh (Waryono, 2010).
menyebabkan
oleh
zat
gizi
Anemia merupakan akibat dari berkurangnya
sel
darah
merah
gangguan
pada
absorpsi dan transportasi zat-zat gizi (Almatsier, 2009).
(eritrosit) yang ada didalam sirkulasi
Vitamin C membantu mereduksi
darah, karena cadangan besi kosong
besi feri menjadi fero dalam usus
(depleted
pada
halus sehingga mudah diabsorbsi.
mengakibatkan
Vitamin C menghambat pembentukan
pembentukan hemoglobin berkurang
hemosederin yang sukar dimobilisasi
sehingga tidak mampu memenuhi
untuk
fungsinya sebagai pembawa oksigen
diperlukan.
keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007).
bentuk bukan hem (non-heme iron)
Definisi
anemia
meningkat empat kali lipat bila ada
menurunnya
vitamin C. Vitamin C berperan dalam
kadar hemoglobin, hematokrit, dan
memindahkan besi dari transferin di
jumlah sel darah merah di bawah nilai
dalam plasma 34 ke feritin hati
normal yang menjadi batas normal
(Almatsier, 2009 ; De Maeyer, 1996).
serorang (Arisman, 2009).
Dapat disimpulkan vitamin C sangat
iron
akhirnya
lain
merupakan
store)
yang
menyatakan keadaan
Protein memiliki peranan penting
membebaskan
berperan
Absorbsi
dalam
besi besi
bila dalam
pembentukan
dalam pengangkutan zat-zat gizi dari
hemoglobin. Selain itu vitamin C
saluran cerna melalui dinding saluran
dapat membantu absorpsi kalium
cerna kedalam darah, dari darah ke *Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 6
dengan menjaga agar kalium tetap
dengan dasar pertimbangan jumlah
dalam bentuk larutan.
remaja putri yang anemia cukup
Penyerapan zat besi didalam tubuh
tidak
hanya
dikarenakan
banyak serta belum pernah dilakukan penelitian tentang status gizi pada
kurangnya asupan gizi tetapi juga
remaja
putri
disebabkan karena adanya zat yang
Mojolaban.
di
SMA
Negeri
Pengambilan
dapat menghambat penyerapan zat
1
sampel
gizi tersebut. Teh apabila dikonsumsi
dilakukan dengan cara proposional
secara bersamaan dengan zat gizi
random sampling yaitu pengambilan
tertentu maka dapat menyebabkan
sempel
sel darah merah terganggu. Hal ini
dengan
disebabkan
setiap
karena
adanya
secara
proposi
mengambil kelas
dilakukan
subyek
ditentukan
dari
dengan
kandungan senyawa tanin didalam
banyaknya subyek dalam masing-
teh yang berlebihan dalam darah
masing strata atau kelas.
dapat mengikat mineral seperti (Fe,
Data primer pada penelitian ini
akan
didapatkan dari responden secara
mengganggu penyerapan zat besi
langsung dengan metode wawancara
(Soehardi, 2004).
mengenai karakteristik subjek yaitu
METODE PENELITIAN
nama, kelas, tanggal lahir, jenis
Ca,
dan
Zn)
sehingga
Jenis penelitian ini bersifat observasional
dengan
pendekatan
kelamin, umur, nama sekolah dan alamat
rumah.
Data
kadar
Hb
cross sectional. Variabel yang diambil
diperoleh
oleh peneliti yaitu kejadian anemia
sampel
pada remaja putri sebagai variable
dilakukan
terikat sedangkan asupan protein,
dengan menggunakan alat hemoque.
vitamin C dan kebiasaan minum teh
Data konsumsi protein, vitamin C,
sebagai variabel bebas. Penelitian ini
dan kebiasaan minum teh diperoleh
dilaksanakan pada bulan Juli sampai
melalui
November
menggunakan form recall konsumsi
dilaksanakan Mojolaban
2011. di
Penelitian SMA
Kabupaten
Negeri
ini 1
Sukoharjo
makanan
dari
hasil
pengambilan
darah
pada
siswi
oleh
analis
wawancara
dalam
waktu
yang
kesehatan
dengan
24
jam
terakhir selama 3 hari secara acak.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 7
Data sekunder adalah data
Dari tabel diatas diketahui bahwa
yang diperoleh bukan dengan cara
sebagian besar asupan protein dan
observasi langsung atau wawancara.
vitamin C subjek penelitian termasuk
Data sekunder pada penelitian ini
dalam
meliputi: gambaran umum sekolah,
sebanyak 81,8% dan 36,4%. Hal ini
keadaan
disebabkan karena subjek penelitian
gedung,
sarana
dan
kategori
kurang
yaitu
prasarana, dan data jumlah siswa.
mempunyai kebiasaan makan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
belum baik atau teratur, dapat dilihat
A. Karakteristik
dari
Subjek
Menurut
subjek
penelitian
sering
Usia.
mengkonsumsi
Subjek dalam penelitian ini sesuai
kurang memenuhi kandungan zat gizi
makanan
dengan kriteria inklusi dan ekslusi
maupun
diambil sebanyak 33 siswi dari kelas
makanan
X.
melakukan sarapan.
Karakteristik
subjek
penelitian
zat
gizi
yang
mikro,
seperti
dan
jarang
ringan
berdasarkan usia yaitu rata-rata usia
Vitamin C membantu mereduksi
yaitu 15,39 ± 0,56, untuk usia minimal
besi feri menjadi fero dalam usus
subjek penelitian adalah 14 tahun
halus sehingga mudah diabsorbsi.
dan usia maksimal 16 tahun. Subjek
Vitamin C menghambat pembentukan
penelitian yang usianya 14 tahun
hemosederin yang sukar digerakan
sebanyak 1 (3%) siswi, 15 tahun ada
untuk
18 (54,5%) siswi, dan 16 tahun
diperlukan.
sebanyak 14 (42,4%) siswi.
bentuk nonhem meningkat empat kali
B. Karakteristik Asupan Vitamin C
lipat bila ada vitamin C. Vitamin C
Subjek Menurut Protein dan
Distribusi Asupan Protein dan Vitamin C Asupan Zat Gizi Protein
Vitamin C
Kategori Baik Kurang Total Baik Kurang Total
Jumlah (n) 6 27 33 12 21 33
Persentase (%) 18,2 81,8 100,0 36,4 63,6 100,0
membebaskan Absorbsi
besi besi
bila dalam
berperan dalam memindahkan besi dari transferin di dalam plasma ke feritin hati (Almatsier, 2009). C. Karakteristik Subjek Penelitian Menurut Kebiasaan Minum Teh Distribusi Kebiasaan Minum Teh Kategori Tiap hari Kadang-kadang
Jumlah (n) 20 9
Persentase (%) 60,6 27,3
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 8
Tidak Pernah Total
Subjek
4 33
penelitian
dengan
konsumsi teh tiap hari
sebanyak
60,6%,
subjek
konsumsi
penelitian
teh
responden memiliki status anemia ,
12.1 100,0
dan sebanyak 36,4% memiliki status tidak
tidak
terkena
kadang-kadang
sebanyak menyukai
pernah 12,1%
teh.
minum karena
Teh
haid.
tidak
banyaknya
tentang
yang
dapat
teh
akan
Seorang
kehilangan
2004).
terjadinya
angka
prevalensi
perbedaan
atau dapat disebabkan karena siklus
Jumlah
menstruasinya
12
36,4
g/dl.
Sebanyak
teratur
Kejadian Anemia
Asupan Protein Anemia N
mempunyai rata-rata 11,42 ± 1,25
15,10
tidak
E. Hubungan Asupan Protein dengan Kadar Hemoglobin
Kadar hemoglobin subjek penelitian
9,20 g/dl dan nilai maksimal sebesar
yang
(Tarwoto, 2007).
Berdasarkan parameter statistik
g/dl, dengan nilai minimal sebesar
metode
berbeda di dalam suatu penelitian
Tabel ditribusi Kadar Hemoglobin
Tidak anemia
karena
pemeriksaan kadar hemoglobin yang
D. Karakteristik Subjek Penelitian Menurut Kadar Hemoglobin
63,6
sehingga
Penyebab
kemungkinan
21
besi,
hanya tiga hari dan sedikit (Arisman,
2004).
Anemia
yang
banyak daripada wanita yang haidnya
penyerapan zat besi 80% (Guthrie,
(%)
wanita
membutuhkan besi pengganti lebih
Tannin pada teh dapat menurunkan
(n)
remaja
lebih dari lima hari dikhawatirkan
mengganggu penyerapan zat besi.
Kadar Hemoglobin
daripada
mengalami haid yang banyak selama
mengandung
spesifik
anemia
bulan pada remaja putri mengalami
teh
penyerapan zat besi. Namun belum penjelasan
putri
putra. Alasan pertama karena setiap
tannin sehingga dapat menghambat
ada
Remaja
mempunyai risiko yang lebih tinggi
dengan
sebanyak 27,3%, subjek penelitian yang
anemia.
1 2
%
Tidak anemia N %
Baik 5 23,8 1 8,3 Kurang 16 76,2 11 91,7 *Uji Korelasi Product Moment
p
Total N
%
6 27
100 100
*
0,870*
63,6%
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 9
Tabel
diatas
menunjukkan
bahwa terdapat 16 siswi (76,2%) yang anemia memiliki asupan protein kurang dan 5 siswi (23,8%) dengan asupan baik. Siswi yang tidak anemia dengan
asupan
protein
kurang
sebanyak 11 siswi (91,7%) dan 1 siswi (8,3%) dengan asupan baik. Diperoleh nilai p = 0,870, karena nilai p > 0,05 berarti, Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara asupan
sejalan
penelitian
dengan
ini
tidak
penelitian
yang
dilakukan oleh Harnany (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan tingkat
konsumsi
kadar
hemoglobin.
menunjukkan
protein
dengan
Penelitian
rata-rata
ini
tingkat
kecukupan protein sebesar 87,4%. Terdapat 26,6% yang mengkonsumsi protein bahkan
kurang
80%
terdapat
dari
21,5%
AKG, subjek
penelitian termasuk kategori defisit. Hal ini disebabkan karena subjek penelitian melakukan praktek tabu terhadap
jenis
makanan
sebagai
Kejadian Anemia
N
%
9 12
42,9 57,1
Tidak anemia N %
N
%
3 9
12 21
100 100
25 75
Total
Tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat
12
siswi
(57,1%)
yang
anemia memiliki asupan vitamin C kurang dan 9 siswi (42,9%) dengan asupan cukup. Siswi
yang tidak
anemia dengan asupan vitamin C
siswi (25%) dengan asupan baik. Diperoleh nilai p = 0,198, karena nilai p > 0,05 berarti, Ho diterima sehingga tidak ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Argana (2004) yang menyatakan bahwa konsumsi vitamin C juga tidak berhubungan secara bermakna dengan kadar hemoglobin, sehingga hasil ini berbeda dengan hasil penelitian ini Farida (2007) dengan
hasil
penelitian
C
yang
menunjukan bahwa ada hubungan
besi, vitamin A, dan vitamin C), pola menstruasi,
dan
kejadian
*
0,198*
tingkat konsumsi gizi (energi, protein,
sumber protein dan besi hem. F. Hubungan Asupan Vitamin dengan Kadar Hemoglobin
Baik Kurang
Anemia
kurang sebanyak 9 siswi (75%) dan 3
protein dengan kadar hemoglobin. Hasil
p
Asupan Vitamin C
infeksi
dengan kejadian anemia pada remaja
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 10
putri.
Vitamin
C dapat
berperan
p > 0,05 berarti, Ho diterima sehingga
meningkatkan absorbs zat besi non
tidak
heme
Kebiasaan minum teh dengan kadar
menjadi
empat
kali
lipat,
ada
hubungan
antara
vitamin C dan zat besi membentuk
hemoglobin.
senyawa
kompleks
Hasil penelitian ini tidak sejalan yang
mudah
dilakukan oleh Akhmadi (2003) yaitu
diabsorbsi (Proverawati & Asfuah,
ada hubungan kebiasaan minum teh
2009).
dengan
yang
absorbs
mudah
besi
larut
dan
G. Hubungan Kebiasaan Minum Teh dengan Kadar Hemoglobin Kejadian Anemia
Kebiasaan minum teh Anemia
Sering Kadangkadang Tidak pernah
kejadian
anemia,
menyatakan bahwa kebiasaan minum teh dan kopi berselang kurang 2 jam dari saat makan mempunyai resiko
p
menderita anemia hampir 2 kalinya
Tidak anemia N %
Total N
%
(1,84%).
N
%
13 6
61,9 28,6
7 3
58,3 25
20 9
100 100
2
9,5
2
16,7
4
100
*
0,455*
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan
penelitian
dapat
disimpulkan sebagai berikut :
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat
13
siswi
(61,9%)
yang
anemia mengkonsumsi teh sering, 6 siswi (28,6%) dengan konsumsi teh kadang-kadang, 2 siswi (9,5%) yang tidak
pernah
Siswi
yang
mengkonsumsi
mengkonsumsi tidak teh
teh.
anemia
yang
setiap
hari
sebanyak 7 siswi (58,3%), siswi yang mengkonsumsi teh kadang-kadang sebanyak 3 siswi (25%)
dan yang
tidak pernah mengkonsumsi teh 2 siswi (16,7%) dengan asupan baik. Diperoleh nilai p = 0,455, karena nilai
1. Berdasarkan hasil food recall 3x24 jam dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat asupan protein
subjek
penelitian
termasuk dalam kategori kurang yaitu
sebanyak
sedangkan
yang
81,8%, termasuk
kategori baik hanya 18,2% subjek penelitian. 2. Berdasarkan hasil food recall 3x24 jam dapat diketahui bahwa sebagian besar tingkat asupan vitamin
C
subjek
penelitian
termasuk dalam kategori kurang
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 11
yaitu
sebanyak
sedangkan
yang
63,6%, termasuk
kategori baik hanya 36,4% subjek penelitian.
teh pada subjek penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 yaitu subjek penelitian dengan konsumsi teh tiap hari sebanyak 60,6%, subjek penelitian dengan konsumsi teh kadang-kadang
sebanyak
27,3%, subjek penelitian yang tidak pernah minum teh sebanyak 12,1% karena tidak menyukai teh. 63,6%
responden
memiliki status anemia , dan sebanyak 36,4% memiliki status tidak anemia. ada
memberikan siswi
menyisipkan
informasi
misalnya
dengan
materi
anemia
dalam pelajaran. 2. Pihak instansi Dinas Kesehatan dapat mencanangkan program mendeteksi dini kejadian anemia agar angka anemia siswi yang cukup
tinggi
dapat
segera
ditanggulangi. 3. Siswi diharapkan dapat lebih bisa
menjaga atau lebih peduli dengan
antara
hemoglobin, diperoleh nilai p = 0,870 ada
hubungan
antara
asupan vitamin C dengan kadar hemoglobin, diperoleh nilai p = 0,198. ada
hubungan
antara
Kebiasaan minum teh dengan kadar hemoglobin, diperoleh nilai p = 0,455.
diterapkan
di
rumah
maupun
disekolah, sehingga zat-zat gizi yang dikonsumsi dapat terserap dengan
hubungan
asupan protein dengan kadar
7. Tidak
dalam
pola makan yang baik untuk bisa
4. Sebanyak
6. Tidak
1. Pihak sekolah harus lebih intensif
pada
3. Hasil penelitian kebiasaan minum
5. Tidak
B. Saran
baik
dan
memenuhi
kebutuhan tubuh. DAFTAR PUSTAKA 1. Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT.Gramedia. Jakarta. 2. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. EGC. Jakarta. 3. Besral., Meilianingsih, L., dan Junaiti, S. 2007. Pengaruh Minum Teh Terhadap Kejadian Anemia Pada Usila di Kota Bandung. Abstrak. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok. 4. Briawan D, Harahap H, Martianto D, Hubungan Konsumsi Pangan dan Status Gizi dengan Body Images
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 12
pada Remaja di Bogor. Gizi Indonesia 2008: 31 (1): 49-59. 5. DeMaeyer, EM.1996. Pencegahan dan Pengawasan Anemia Defisiensi Besi. Widya Medika. Jakarta. 6. Depkes RI. 2008. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Ditjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. 7. Depkes RI. 2003. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS). Ditjen Gizi. Jakarta. 8. Farida, I. 2007. Determinan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri di Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 9. Gibson RS. 2005. Principles of Nutritional Assesment. Oxford University Press. New York. 10. Gropper, SS., Smith, JL., Groff, JL. 2009. Advance Nutrition and Human Metabolisme Fifth edition. Wordworth Cengage Learning. Canada. 11. Halberg. 2003. Iron Nutrition in Health and Disease. The Swedish Nutrition Foundation. 12. Hardinsyah, Dodik, B., Retnaningsih, Tin, H. 2004. Modul Penelitian Ketahanan Pangan “Analisis Kebutuhan Konsumsi Pangan”. Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi. Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat Institut Pertanian Bogor. Bogor. 13. Hartoyo, A. 2003. Teh dan Khasiatnya Bagi Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta. 14. Hurrel R F., Reddy M., Cook JD.1999. Inhibibition of Nonhem Iron
Absorpton in Man by Polypenolic Containing Bevergas. British Journal of Nutrition. (81):289-295. 15. Kaur, S., Garg, BS. Epidemiological 2006. Correlates Of Nutritional Anemia In Adolsecent Girls In Rural Wardha. Indian Journal of Community Medicine. 31(4):255-8 16. Krummer, Debra L, Kris Etherton, 2006, Nutrition in Women Health, an Aspen Publication, Aspen Publishers Inc. Gaitherburtg Maryland. 17. Lameshow, S. 1997. Besar Sampel untuk Penelitian Kesehatan (terjemahan). UGM Press. Yogyakarta. 18. Linder, MC. 2006. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Universitas Indonesia Press. Jakarta. 19. Patimah, St. 2007. Pola Konsumsi Ibu Hamil Dan Hubungannya Dengan Kejadian Anemia Defisiensi Besi, J. Sains & Teknologi, Desember 2007. Vol. 7 No. 3 : 137152. 20. Proverawati, A & Asfuah, S, 2009, Gizi untuk Kebidanan, Muha medika : Yogyakarta. 21. Qin, Y. dkk. 2009. Dietary intake of zinc in the population of Jiangsu Province, China. Asia Pac J Clin Nutr 2009;18 (2): 193-199 22. Ramakrishnan,U. 2001. Nutritional Anemias. CRC Press, Boca London, New York Washingon,DC. 23. Sudoyo, AW., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, MK dan Setiati, S. 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 24. Supariasa., IDN., Bakri B., dan Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC. Jakarta.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 13
25. Soehardi, S. 2004. Memelihara Kesehatan Jasmani Melalui Makanan. ITB. Bandung: 235-238. 26. Soerjodibroto. 2004. Asupan Serat Makanan Remaja di Jakarta. Majalah Kedokteran Indonesia. Jakarta Volum 54 Nomor 10.Oktober 2004: 397-401. 27. Tarwoto, Ns., dan Wasnidar. 2007. Anemia Pada Ibu Hamil. Trans Info Media. Jakarta. 28. Wahyuni, AS. 2004. Anemia Defisiensi Besi Pada Balita. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Pencegahan/Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas Sumatra Utara. 29. Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Pustaka Rihama : Yogyakarta. 30. Yatni, T. 2006. Perbedaan Kadar Hb pada Remaja Putri SMU Kota dan SMU Desa di Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: Fakultas Ilmu Kedokteran UMS.
*Mahasiswa S-1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Page 14