PUBLIKASI JURNAL PENGARUH PENERAPAN SELF-AFFIRMATION DAN NEUROREHABILITASI TERHADAP PEMULIHAN KEMAMPUAN MOTORIK PASIEN PASCA STROKE Hendri Kurniawan Kementerian Kesehatan, Politeknik Kesehatan Surakarta, Jurusan Okupasi Terapi Abstrak Latar Belakang. Pemulihan kemampuan fungsional pasca stroke terkait dengan plastisitas neuron di otak. Neurorehabilitasi berperan penting pada sebagian besar pemulihan pasien pasca stroke. Self-affirmation adalah teknik psikologi yang efektif untuk membantu proses penerimaan seseorang terhadap suatu informasi atau proses intervensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji integrasi self-affirmation dengan neurorehabilitasi terhadap pemulihan kemampuan motorik pasien pasca stroke iskemik. Metode Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan quasi experiment dengan control group pretest-post test design. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling. Sampel pada penelitian ini adalah pasien pasca stroke iskemik, onset kurang dari 3 tahun dan berusia < 65 tahun. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi : Modified Motor Assessment Scale (MMAS). Analisis data menggunakan uji komparasi dengan memakai program SPSS versi 16.0 Hasil Penelitian. Nilai rata-rata perubahan skor MMAS pasca intervensi (4,4) lebih tinggi setelah diintervensi integrasi self-affirmation dengan neurorehabilitasi. Hasil analisis komparatif menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p-value<0,05) antara perubahan skor MMAS antara kelompok perlakuan dengan kontrol. Kesimpulan. Integrasi self-affirmation dengan neurorehabilitasi memberikan efek yang signifikan terhadap pemulihan kemampuan motorik pasien pasca stroke. Daftar Pustaka : 71 (1987-2013) Kata kunci : self-affirmation, neurorehabilitasi
66 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017
I. PENDAHULUAN Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah di pembuluh darah otak karena adanya sumbatan (stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke haemoragik) (Tortora & Derrickson, 2009 ; Junaidi, 2011). Gangguan sirkulasi tersebut menyebabkan minimnya suplai oksigen dan glukosa. Akibatnya neuron tidak dapat mempertahankan trans-membrane ionic gradients yang selanjutnya memicu kaskade apoptosis dan kematian jaringan saraf di otak (Murphy & Corbett, 2009). Kematian jaringan saraf di otak menimbulkan gangguan fungsi sensorimotor yang spesifik pada salah satu sisi tubuh (Hosp & Luft, 2011). Gangguan sensorimotor dapat berupa abnormalitas tonus otot, (hemiparesis / hemiplegia) (Woodson, 2002). Gangguan sensorimotor berdampak pada kemampuan motorik. Pemulihan fungsional pasca stroke dapat terjadi secara spontan, namun umumnya jarang terjadi dan tidak cukup untuk mengembalikan ke fungsi normal (Duncan et al., 2000). Beberapa studi telah menunjukkan bahwa penanganan neurorehabilitasi berperan penting pada sebagian besar pemulihan kemampuan fungsional pasien pasca stroke (Maclean et al., 2000 ; Murphy & Corbett, 2009). Neurorehabilitasi menuntun pemulihan fungsional melalui manipulasi sensorimotor (Danzl et al., 2012). Input somatosensoris ke cortex motorik berperan penting (kritis) dalam proses pembelajaran kembali kemampuan motorik (motor relearning) pada pasien pasca stroke. Peningkatan respon cortex terhadap stimulasi somatosensoris berkontribusi terhadap perbaikan atau pemulihan kemampuan motorik (motor recovery) (Schaechter et al., 2004). Area cortex di otak dapat dimodifikasi oleh input somatosensoris, pengalaman dan belajar serta respon terhadap injuri (Nudo, 2007 ; Purves et al., 2008). Input sensorimotor akan mempengaruhi aktivitas (eksitasi) neuron di otak yang kemudian akan meningkatkan transkripsi BDNF (brain-derived neurotrophic factor) di postsinaps melalui Ca2+- dependent transcription factors (Yang et al., 2009). Beberapa studi menunjukkan bahwa BDNF merupakan regulator pertumbuhan yang berperan penting dalam kelangsungan hidup neuron (neuronal survival), diferensiasi, pertumbuhan neuron, proses perkembangan sinaps dan plastisitas melalui aktivitas (Reichardt, 2006). Pemulihan fungsional pasca stroke berhubungan dengan reorganisasi otak (Emerick & Kartje, 2004). Mekanisme pembelajaran kembali kemampuan motorik membutuhkan modifikasi plastisitas yang kurang lebih sama dengan pembelajaran motorik
Hendri Kurniawan *Pengaruh Panerapan … 67
di awal dan selama tahap perkembangan (Carr & Shepherd, 2003).7 Kerusakan saraf pasca stroke menyebabkan gangguan informasi sensorimotor yang telah tersimpan di otak. Pembentukan informasi sensorimotor dilakukan dengan pembelajaran kembali melalui manipulasi sensorimotor pada ekstremitas yang sakit sehingga memicu terjadinya reorganisasi aktivitas cortex (Jaillard et al., 2005). Pembelajaran motorik pasca stroke melibatkan proses kognitif dan ilmu perilaku serta psikologi. Hal ini didasarkan pada hasil studi yang menemukan bahwasanya dalam pembelajaran motorik diawali oleh fase kognitif dan selanjutnya berkembang menjadi otomatis (Schumway-Cook & Woollacott, 2001). Fase kognitif menekankan pada pentingnya kesadaran pasien untuk menyadari bagian tubuh yang mengalami gangguan dan berusaha untuk mengetahui gerakan yang dilatihkan pada ekstremitas yang terganggu. Upaya tersebut akan meningkatkan input sensoris dan sekaligus feedback ke otak, yang menjadi dasar dalam kontrol motorik atau pembelajaran gerak sadar (Tortora & Derrickson, 2009). Dengan demikian, penerimaan atau upaya untuk menyadari instruksi atau latihan gerak pada pasien pasca stroke menjadi sangat krusial dalam pembelajaran motorik. Self-affirmation adalah teknik psikologi yang efektif untuk membantu proses penerimaan seseorang terhadap suatu informasi atau proses intervensi (Sweeny & Moyer, 2014). Self-affirmation akan mempengaruhi keinginan atau kesungguhan (passion) seseorang untuk melakukan perubahan perilaku atau melakukan suatu aktivitas. Perubahan pada diri seseorang tersebut diawali proses membuka diri terhadap suatu informasi dan selanjutnya akan mempengaruhi sistem saraf pusat untuk mengatur mekanisme yang diperlukan sehingga menghasilkan respon yang diharapkan. Hasil beberapa studi menunjukkan bahwa self-affirmation dapat mengurangi resistensi seseorang terhadap suatu suatu informasi atau perlakuan dan self-affirmation terbukti dapat meningkatkan efektivitas suatu tindakan terapi kesehatan (Cooke et al., 2014). Namun kajian tentang penerapan self-affirmation dalam program rehabilitasi pasien pasca stroke belum dilakukan, terutama terkait pengaruhnya pada proses pemulihan kemampuan motorik. Berpijak pada hal tersebut, maka penting untuk dilakukan kajian lebih lanjut mengenai pengaruh penerapan self-affirmation dalam neurorehabilitasi terhadap pemulihan kemampuan motorik pasien pasca stroke.
68 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan rancangan quasi experiment dengan control group pretest-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pasca stroke yang memperoleh penanganan okupasi terapi di RS. dr. Oen Surakarta. Pengambilan sampel menggunakan teknik quota sampling. Data penelitian berupa perkembangan komponen motorik dan kualitas kemampuan fungsional pasien pasca stroke yang diperoleh melalui proses pengukuran secara langsung menggunakan instrumen Modified Motor Assessment Scale (MMAS). Data penelitian dianalisis menggunakan uji komparasi dengan memakai program SPSS versi 16.0. III. HASIL PENELITIAN Nilai rata-rata skor MMAS sebelum dan sesudah intervensi (tabel 1), dapat diketahui bahwa secara umum pasien pasca stroke mengalami perkembangan kemampuan motorik (MMAS), baik pada kelompok perlakuan / intervensi maupun kelompok kontrol. Namun rata-rata perubahan yang paling besar terjadi pada kelompok intervensi (tabel 2). Tabel 1. Distribusi nilai rata-rata skor MMAS sebelum dan sesudah intervensi Kelompok
Intervensi Kontrol
Rata-rata Skor Sebelum Sesudah Intervensi Intervensi 34,1 38,5 31,7 33,9
Tabel 2. Distribusi nilai rata-rata selisih skor MMAS sebelum dan sesudah intervensi Kelompok Rata-rata Selisih Skor Intervensi 4,4 Kontrol 2,2 Tabel 3. Hasil analisis komparatif kemampuan motorik (MMAS) sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi dan control Kelompok Intervensi Kontrol
n 15 15
p-value 0,001 0,000
Hendri Kurniawan *Pengaruh Panerapan … 69
Hasil uji komparatif pada tabel 3 menunjukkan nilai signifikan pada p-7 value < 0,05. Hasil ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan motorik (MMAS) pasien pasca stroke sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Tabel 4. Hasil analisis komparatif perubahan kemampuan motorik (MMAS) antara kelompok intervensi dan control Komparatif ∆ MMAS Kelompok Perlakuan - Kontrol
p-value 0,031
Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara perubahan kemampuan motorik (MMAS) antara kelompok yang diintervensi dengan integrasi self-affirmation dan neurorehabilitasi dibandingkan yang hanya diintervensi dengan neurorehabilitasi (p-value = 0,031). IV. PEMBAHASAN Lesi pada cortex akibat stroke menyebabkan gangguan pada jalur motor desenden (desending motor pathway), yang disebut UMN (upper motor neuron) syndrome, sehingga mempengaruhi kemampuan motorik atau kontrol gerak. (Barnes, 2001 ; Sheean, 2001). Permasalahan motorik atau kontrol gerak pasca stroke pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan fungsional, baik pad area activity of daily living, productivity, maupun leisure (Trombly, 2002). Gangguan pada komponen motorik meliputi gangguan pada kemampuan trunk control hingga kemampuan koordinasi tangan. Pembelajaran motorik (implicit learning) pasca stroke berawal dari mempelajari bagaimana gerakan dilakukan menjadi gerakan yang kurang terkontrol hingga pada tahap akhir menjadi gerakan yang terampil, terkontrol dan otomatis. Krakauer (2006) menemukan bahwa pemulihan fungsional pasca stroke mengikuti aturan pembelajaran secara psikologis yang mengindikasikan bahwa prinsip pembelajaran dan memori dapat melandasi pemulihan perilaku. Kesamaan antara pola pembelajaran, memori dan pemulihan stroke menandakan bahwa sistem molekular memori memainkan peran dalam pemulihan stroke (Clarkson et al., 2011). Latihan neurorehabilitasi menekankan pada bagaimana gerakan dihasilkan dan bagaimana gerakan dipelajari (Shumway-Cook & Woollacot, 2007), sehingga partisipasi aktif pasien untuk melakukan suatu gerakan secara sadar sangat diperlukan dan menentukan performa fungsional (Raine et al., 2007). Selain itu, perhatian pasien secara penuh terhadap gerakan yang
70 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017
dilakukan mampu mempengaruhi terjadinya peningkatan kemampuan motorik yang lebih tinggi (Cirstea & Levin, 2007). Hal tersebut dikarenakan kontrol terhadap suatu kemampuan motorik (gerakan) agar efisien memerlukan perhatian atau kesadaran pasien terhadap informasi visual, vestibular dan somatosensori (Kandel et al., 2000). Dengan demikian, latihan gerak secara sadar pada neurorehabilitasi dapat menstimulasi terjadinya modifikasi struktur pada sirkuit saraf dan perubahan ini mempengaruhi pembelajaran motorik pasca stroke (Askim et al., 2009). Hasil studi tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 1, tabel 2 dan tabel 3 yang menunjukkan adanya perubahan signifikan pada kemampuan motorik pasca intervensi. Afirmasi merupakan teknik untuk memberdayakan pikiran bawah sadar. sehingga memungkinkan orang untuk percaya pada diri mereka sendiri dan untuk menempatkan pikiran mereka ke dalam tindakan (Benor, 2002). Penerapan teknik ini memungkinkan seseorang untuk lebih menyadari diri dan sesuatu yang dilakukannya. Kesadaran akan diri selanjutnya akan mengkondisikan individu menjadi lebih responsif terhadap input somatosensoris. Input somatosensoris ke cortex motorik berperan penting (kritis) dalam proses pembelajaran kembali kemampuan motorik (motor relearning) pada pasien pasca stroke. Peningkatan respon cortex sensorimotor terhadap stimulasi somatosensoris berkontribusi terhadap perbaikan kemampuan motorik (motor recovery) (Schaechter et al., 2002). Hasil analisis data pada penelitian ini menunjukkan temuan yang sesuai dengan hasil studi Schaechter et al. (2002). Perubahan kemampuan motorik lebih banyak dialami oleh pasien yang memperoleh intervensi integrasi self-affirmation dengan neurorehabilitasi (tabel 2). Lebih lanjut pada tabel 3 dan tabel 4 menunjukkan bahwa pasien pasca stroke yang memperoleh intervensi integrasi self-affirmation dengan neurorehabilitasi memberikan perbedaan yang signifikan dalam perubahan kemampuan motorik dibandingkan dengan kelompok pasien yang hanya diintervensi dengan neurorehabilitasi. Menurut Schaechter et al. (2004), peningkatan aktivitas pada area sensorimotor telah terbukti berkorelasi dengan peningkatan pemulihan pasien pasca stroke. Latihan gerak secara aktif dapat meningkatkan interaksi antara cortex cerebri, basal ganglia, brain stem dan cerebellum yang berperan penting terhadap perkembangan kemampuan motorik dan pengaturan gerak. Latihan gerak yang melibatkan bagian tubuh yang sakit dan bersifat repetitif akan membantu pasien pasca stroke untuk memperoleh pemahaman kembali bagaimana suatu aktivitas dilakukan dan perbaikan terhadap kemampuan fungsional (optimizing functional recovery) (Carr & Shephred, 2003). Hal ini mengingat perubahan saraf berkorelasi dengan aktivitas sinaps yang berkaitan dengan pengulangan aktivitas (repetitif) (Wong & Ghosh, 2002). Hasil studi
Hendri Kurniawan *Pengaruh Panerapan … 71
yang dilakukan Clarkson et al. (2011) juga menunjukkan bahwa latihan gerak7 yang spesifik dan dilakukan secara berulang (task-specific repetitive movements) pada pasien stroke dapat mengaktivasi periinfarct cortex yang dapat meningkatkan perbaikan kemampuan fungsional. Intervensi yang diberikan ke pasien pasca stroke dalam penelitian ini diketahui mampu meningkatkan kemampuan motorik yang berkontribusi terhadap peningkatkan kemampuan fungsional (tabel 1 dan tabel 3). V. KESIMPULAN DAN SARAN Penerapan self-affirmation dalam neurorehabilitasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pemulihan kemampuan motorik pasien pasca stroke (p-value = 0,031).
72 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017
DAFTAR PUSTAKA Askim, T., Indredavik, B., Vangberg, T., Haberg, A. 2009. Motor network changes associated with successful motor skill relearning after acute ischemic stroke : a longitudinal functional magnetic resonance imaging study. Neurorehabil.Neural.Repair. 23(3): 295-304. Barnes, M.P. 2001. An overview of the clinical management of spasticity. In: Barnes, M.P. & Johnson, G.R. (Eds.). Upper motor neuron syndrome and spaticity: clinical management and neurophysiology. pp.1-11. Cambridge: Cambridge University Press. Benor, D. 2002. Self-healing: meridian-based therapies and EMDR. Dalam Willem Lammers & Beate Kircher (Eds.). The Energy Odyssey : New Directions in energy psychology. Las Publication : Bahnhofstrasse. Carr, J.H., Shepherd, R.B. 2003. A motor relearning programme for stroke. Butterworth Heinemann, Oxford, UK. Cirstea, M.C., Levin, M.F. 2007. Improvement of arm movement patterns and end-point control depends on type of feedback during practice in stroke survivors. Neurorehab.Neural.Repair. 21: 398-411. Clarkson, A.N., Overman, J.J., Zhong, S., Mueller, R., Lynch, G., Carmichael. 2011. AMPA receptor-induced local brain-derived neurotrophic factor signaling mediates motor recovery after stroke. J.Neurosci. 31(10): 37663775. Cooke, R., Trebaczyk, H., Harris, P., & Wright, A.J. 2014. Self-affirmation promotes physical activity. J.Sport.Exerc.Psychol, 36(2): 217-223 Danzl, M.M., Etter, N.M., Andreatta, R.D., Kitzman, P.H. 2012. Facilitating neurorehabilitation through principles of engagement. J.Allied.Health. 41(1): 35-41. Duncan, P.W., Lai, S.M., Keighley, J. 2000. Defining post-stroke recovery: implications for design and interpretation of drug trials. Neuropharmacology. 39(5):835–841. Emerick, A.J., Kartje, G. L. 2004. Behavioral recovery and anatomical plasticity in adult rats after cortical lesion and treatment with monoclonal antibody IN-1. Behav.Brain.Res. 152(2): 315–325. Hosp, J.A., Luft, A.R. 2011. Review article: cortical plasticity during motor learning and recovery after ischemic stroke. Neural.Plasticity. ID 871296: 1-9.
Hendri Kurniawan *Pengaruh Panerapan … 73
Jailard, A., Martin, C.D., Garambois, K., Lebas, J.F., Hommel, M. 2005.7 Vicarious function within the human primary motor cortex ? A longitudinal fMRI stroke study. Brain. 128: 1122-1138. Junaidi, I. 2011. Stroke waspadai ancamannya. Yogyakarta: Andi Press. Krakauer, J.W. 2006. Motor learning: its relevance to stroke recovery and neurorehabilitation. Curr.Opin.Neurol. 19: 84 –90. Maclean N, Pound P, Wolfe C., Rudd A. 2000. Qualitative analysis of stroke patients' motivation for rehabilitation. BMJ. 321(7268): 1051-1054. Murphy, T. H., Corbett, D. 2009. Plasticity during stroke recovery: from synapse to behavior. Nat.Rev.Neurosci. 10: 861-872. Nudo, R.J. 2007. Post-infarct cortical plasticity and behavioral recovery. Stroke. 38(2): 840-845. Purves, D., Augustine, G.J., Fitzpatrick, D., Hall, W.C., LaMantia, A.S., McNamara, J.O., White, L.E. 2008. Neuroscience. 4th eds. Massachusetts: Sinauer Associates Inc. Raine, S. 2007. Current theoretical assumptions of the Bobath concept as determined by the members of BBTA. Physio.Theo.Prac. 23(3): 137-152. Reichardt, L.F. 2006. Neurotrophin-regulated signaling Philos.Trans.R.Soc.Lond.B.Biol.Sci. 361:1545-1564.
pathways.
Schaechter, J.D. 2004. Motor rehabilitation and brain plasticity after hemiparetic stroke. J.Pneurobio. 73: 61-72. Schaechter, J.D., van Oers, C.A., Groisser, B.N., Salles, S.S., Vangel, M.G., Moore, C.I., Dijkhuizen, R.M. 2002. Increase in Sensorimotor Cortex Response to Somatosensory Stimulation Over Subacute Poststroke Period Correlates With Motor Recovery in Hemiparetic Patients. Neurorehab Neural Repair. 16: 326-338. Sheean, G. 2001. Neurophysiology of spastisity. In: Barnes, M.P. & Johnson, G.R. (Eds.). Upper motor neuron syndrome and spaticity : clinical management and neurophysiology. pp.12-78. Cambridge : Cambridge University Press Shumway-Cook, A., Woollacott, M.H. 2007. Motor control: theory and practical applications. 3rd eds. Baltimore : Lippincott, Williams & Wilkins Sweeney, A.M., & Moyer, A. 2014. Self-affirmation and responses to health messages: A meta-analysis on intentionand behavior. Health Psychol Tortora, G.J., Derrickson, B.H. 2009. Principlesof Anatomy and Physiology 12th eds. Internasional Students Version. Danvers : John Wiley & Sons, Inc.
74 MOTORIK, VOL .12 NOMOR 24, FEBRUARI 2017
Trombly, C.A., Radomski, M.V. 2002. Occupational Therapy for Physical Dysfunction. 5th eds. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins. Wong, R.O., Ghosh, A. 2002. Activity-dependent regulation of dendritic growth and patterning. Nat.Rev.Neurosci. 3: 803-8012. Woodson, A.M. 2002. Stroke. In : Trombly, C.A., Radomski, M.V. (Eds.). Occupational therapy for physical dysfunction 5th eds. Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins. Yang, G., Pan, F., Gan, W.B. 2009. Stably maintained dendritic spines are associated with life long memories. Nature. 462: 920–924.