ANTIDEPRESAN NON-PSIKOTROPIK KOMBINASI EKSTRAK AIR RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN EKSTRAK ASETON KULIT PISANG (Musa paradisiaca L.) SEBAGAI MOODBOOSTER PADA MENCIT STRES KRONIS RINGAN
PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Fakultas Farmasi
Oleh: WINDA KAMARATIH DWIPRASETYA K 100 130 070
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016
i
ii
iii
ANTIDEPRESAN NON-PSIKOTROPIK KOMBINASI EKSTRAK AIR RIMPANG KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN EKSTRAK ASETON KULIT PISANG (Musa paradisiaca L.) SEBAGAI MOODBOOSTER PADA MENCIT STRES KRONIS RINGAN Abstrak
Ekstrak air rimpang kunyit tunggal dan ekstrak aseton kulit pisang tunggal memiliki aktivitas antidepresan yang telah diuji secara invivo. Penelitian ini bertujuan untuk mengkombinasikan ekstrak air rimpang kunyit dan ekstrak aseton kulit untuk meningkatkan aktivitas antidepresan. Induksi stres kronik ringan (CMS) dilakukan selama 5 minggu dengan variasi stressor yaitu mempuasakan mencit 12 jam, memberi suara predator, inversi siklus gelap/ terang, mengotorkan kandang, membasahi serbuk gergaji, mengurangi serbuk gergaji dan mengguncangkan kandang 15 menit. Subjek penelitian menggunakan 5 kelompok mencit yaitu CMC-Na 0,5%, Sertralin 6,5 mg/ kgBB, ekstrak kunyit 560 mg/ kgBB, ekstrak kulit pisang 200 mg/ kgBB, dan kombinasi ekstrak kunyit 560 mg/ kgBB-kulit pisang 200 mg/ kgBB yang diberikan selama 7 hari. Untuk efek antidepresan diukur dengan durasi immobility time (TST dan FST), climbing (FST), rearing, grooming, dan durasi aktivitas melewati central square (OFT) dianalisis mengunakan uji Multivariate-ANOVA dan Least Significant Difference dengan taraf kepercayaan 95%. Kombinasi ekstrak air rimpang kunyit-ekstrak aseton kulit pisang signifikan mereduksi lama immobility time mencit (p<0,05) pada uji TST dan FST masing-masing sebesar 35,66% dan 78,95% dan lebih poten dibandingkan ekstrak tunggalnya sebagai moodbooster, namun tidak signifikan mereduksi lama climbing dan tidak signifikan meningkatkan lama gerakan rearing, grooming, dan melewati central square (lokomotor). Kata Kunci: aktivitas antidepresan, immobility time, kombinasi ektrak kunyit dan kulit pisang, moodbooster Abstract
Turmeric rhizome water extracts alone and banana peels acetone extracts alone has antidepressant activity which have been tested in vivo. This study aimed to combined the Turmeric rhizome water extracts and banana peel acetone extracts to increased the activity of antidepressants. Induction chronic mild stress (CMS) 5 weeks with variety stressors: deprivation mice 12 hours, gave voice predator, cycle inversion dark / light, discolour cage, wet sawdust, reduced sawdust and shaked the cage 15 minutes. Subjects were used 5 groups that given CMC-Na 0,5%, Sertraline 6.5 mg / kg, turmeric extract 560 mg / kg, banana peel extract 200 mg / kg, and combination extract turmeric 560 mg/ kgBB-banana peels 200 mg/ kgBB during 7 days. Antidepressant effect was measured by the duration of immobility time (TST and FST), climbing (FST), rearing, grooming, and activity passed central square (OFT) which analyzed using Multivariate-ANOVA and LSD at 95% confidenced level. The combination extract turmeric-banana peels significantly reduced immobility time (p <0.05) in TST (35.66%) and FST (78.95%) and was more potent than single extracts as moodbooster, but didn’t significantly reduce duration climbing and didn’t significantly increase duration rearing, grooming, and pass central square (locomotor). Keywords: antidepressant activity, immobility time, a combination of extracts of turmeric and banana peels, moodbooster 1
1. PENDAHULUAN Depresi yaitu penyakit kejiwaan akibat stresor psikososial dan kurangnya kadar serotonin dan norepinefrin di otak. Depresi atipikal dan bipolar masing-masing dialami oleh 33% dan 1% populasi penduduk dunia (Parker et al., 2002; Grande et al., 2016) . Kurkumin yang terdapat didalam ekstrak air rimpang kunyit 560 mg/kgBB diduga menjadi zat yang berperan secara signifikan menghambat monoamine oxidize (MAO) tipe A (46,8%) dan B (37,3%) sehingga kadar neurotransmiter otak meningkat selama 2 minggu terapi, sehingga dapat mereduksi lama immobility time mencit pada uji Tail Suspension Test (TST) sebesar 57,62% dan Forced Swimming Test (FST) sebesar 67,76% ,namun tidak signifikan meningkatkan aktivitas lokomotor pada uji OFT (Yu et al., 2002). Ekstrak aseton kulit pisang ambon muda beraksi sebagai antidepresan dengan cara memasok senyawa triptofan dan serotonin ke otak (Ittiyavirah and Anurenj, 2014). Ekstrak tersebut signifikan meningkatkan kadar triptofan di otak tikus sebanyak 30,59 µg/g setelah 5 minggu pemberian dengan dosis 200 mg/kgBB, sehingga dapat meningkatkan durasi rearing yang signifikan pada uji open field test (OFT) sebesar 37,69%, mereduksi lama immobility time pada uji FST dan TST masing-masing sebesar 17,36% dan 24,11% pada mencit stres kronis. Pengujian kombinasi ekstrak air rimpang kunyit dan ekstrak aseton kulit pisang perlu dilakukan untuk mengetahui peningkatan efek antidepresan melebihi ekstrak tunggalnya karena dapat meningkatkan kadar neurotransmiter (serotonin, norepinefrin dan dopamin) melalui penghambatan MAO dan peningkatan kadar serotonin diotak dari pasokan triptofan. Mekanisme peningkatan antidepresan kombinasi ekstrak tersebut diharapkan peningkatan kadar serotonin beserta neurotransmiter lain dapat tersebar melalui aliran darah ke bagian dorsal, amigdala, korteks, dan hippocampus otak sehingga kemampuan kognitif, peningkatan mood (moodbooster) untuk beraktivitas menjadi lebih baik dan optimal. 2. METODE PENELITIAN Kategori penelitian ini kuantitatif eksperimental dengan desain pretest-posttest with control. 2.1 Variabel Penelitian Variabel bebas
:
Mencit diberi perlakuan dengan pemberian kontrol negatif (CMC Na 0,5%), kontrol positif (Sertralin 6,5 mg/ kgBB), ekstrak air rimpang kunyit 560 mg/ kgBB, ekstrak aseton kulit pisang (200 mg/ kgBB) dan kombinasi ekstrak air rimpang kunyit-aseton kulit pisang muda.
Variabel terikat
:
Durasi immobility time dan durasi climbing serta durasi aktivitas lokomotor (rearing, grooming, dan aktivitas central square).
2
Variabel terkontrol :
1.
Sampel : pisang ambon usia ±3 bulan dan rimpang kunyit usia tua ±10 bulan
2.
Hewan uji : mencit putih jantan galur Swiss ± 3 bulan
3.
Induksi
stres
kronis
ringan
(CMS)
selama
5
minggu:
mengguncangkan kadang, mengotorkan kandang, mengurangi serbuk gergaji, membasahi serbuk gergaji, inversi siklus gelap/terang, mempuasakan mencit 12 jam, dan memberi suara predator, 2.2 Alat Lampu UV (Vilber Lourmat) 254 dan 366 nm (alat uji spot warna KLT), Alat uji depresi: Seperangkat alat uji FST (akuarium 44 x 20,5 x 23 cm beserta jaring panjat), seperangkat alat uji OFT (kotak tanpa tutup 40 x 40 x 40 cm dan isolasi hitam sebagai penanda central square) dan seperangkat alat uji TST (tiang penjepit ekor hewan uji), handphone Xperia Sony (berisi Voice recorder suara anjing dan kucing), alat-alat gelas Pyrex (bekker glass, gelas ukur, pipet tetes, pipet volum), spuit injeksi oral (Terumo), alat sentrifugasi (TOHO), alat freeze- dryer untuk liofilisasi (Alpha 1-2 LO plus) dan alat pemekatan ekstrak (rotary evaporator (Stuart). 2.3 Bahan Rimpang kunyit 2 kg (±10 bulan) dan kulit pisang muda berumur ±3 bulansebanyak 600 g (bahan uji ekstrak), mencit jantan galur Swiss (berumur 3 bulan), aquadest, CMC Na 0,5%, obat Sertraline 50 mg, bahan-bahan fase gerak uji KLT (aquadest (teknis), metanol p.a, butanol p.a, asam asetat glasial p.a, etil asetat p.a, ammonia 28% p.a, natrium hipoklorit, metanol p.a), aseton 70% (teknis), serbuk magnesium p.a dan NaCl p.a (seperangkat bahan kimia untuk uji flavonoid), reagen Wagner dan reagen Hager (seperangkat bahan kimia untuk uji alkaloid). 2.4 Determinasi Sampel Determinasi tanaman kunyit dan pisang dilakukan di Fakultas Biologi UMS. 2.5 Ekstraksi Rimpang Kunyit Ekstraksi rimpang kunyit dengan cara merebus 1 kg rimpang kunyit kering menggunakan 8 L air panas (penjagaan suhu 85oC - 95oC) sambil diaduk 2 jam, lalu ekstrak air dipisahkan dari ampasnya. Cara ekstraksi metode dekokta ini diulang dua kali (diperoleh ekstrak air ke-1 dan ke-2). Hasil ekstrak pertama dan kedua digabungkan, lalu diserbukkan menggunakan alat Freeze-dryer (Yu et al., 2002). Prinsip kerja alat Freeze-dryer (liofilisasi) yaitu menghilangkan pelarut air dari produk yang telah dibekukan dan ditempatkan dibawah vakum. melalui proses sublimasi air pada suhu dan tekanan dibawah triple point seperti 4,579 mmHg dan 0,0099oC (Nireesha et al., 2013). 2.6 Ekstraksi Kulit Pisang Ambon Muda
3
Ekstraksi kulit pisang ambon muda menggunakan metode maserasi. Kulit pisang ambon ditimbang 600 g lalu dirajang, kemudian dipanaskan 2 menit dengan air mendidih yang dijaga pada suhu 80oC. Kulit pisang diambil dan diblender 2x dengan aseton 70% q.s. Hasil kulit pisang yang telah diblender disentrifugasi 6000 rpm selama 10 menit. Maserat pada lapisan atas diambil lalu dipekatkan dengan rotatory evaporator pada suhu 50oC hingga diperoleh ekstrak pekat (Tee and Hassan, 2011). 2.7 Uji Kualitatif Ekstrak Air Rimpang Kunyit (Flavonoid) dan Ekstrak Aseton Kulit Pisang (Asam Amino/ Alkaloid Indol) Tabel 1. Uji kualitatif pada sampel ekstrak air rimpang kunyit dan ekstrak aseton kulit pisang Uji metabolit sekunder
Sampel
Ekstrak air rimpang kunyit
Metode uji
Shinoda Flavonoid Alkali
Ekstrak aseton kulit pisang
Asam amino/ alkaloid indol
Perubahan warna yang diamati
Cara kerja 2 mL larutan sampel dimasukkan serbuk magnesium dan diteteskan HCl secara perlahan. 2 mL larutan sampel ditambah NaCl
Hager
1 mL ekstrak diteteskan reagen Hager
Wagner
1 mL ekstrak diteteskan reagen Wagner
Merah tua (Mukherjee, 2002)
Kuning (Mukherjee, 2002) Endapan kuning (Sawant and Godghate, 2013) Endapan merah kecoklatan (Sawant and Godghate, 2013)
2.8 Induksi Stres Kronis Ringan (CMS) Masing-masing kelompok hewan uji dipapar stres selama 5 minggu. Hewan uji diberikan 2-3 jenis stresor yang berbeda setiap harinya dalam 1 minggu yang disajikan pada tabel 1 (Sun et al., 2013). Tabel 2. Jadwal paparan stres Hari ke-
Jenis Stressor
1
Puasa 12 jam Suara Predator
Guncangan kandang 15 menit
Mengotorkan kandang
Menggunakan serbuk gergaji basah Pergantian siklus gelap-terang secara mendadak Mengurangi serbuk gergaji
2
3
4
5
6
7
2.9 Pengujian Ekstrak Kombinasi dan Ekstrak Tunggal Kunyit dan Kulit Pisang sebagai Antidepresan Uji metode stressor (CMS) digunakan 5 ekor mencit. Uji perlakuan ekstrak, menggunakan 25 ekor mencit yang sudah stres dibagi kedalam 5 kelompok, yaitu: 4
Kontrol negatif
:
CMC Na 0,5%.
Kontrol positif
:
obat Sertraline dengan dosis 6,5 mg/ kgBB mencit p.o.
Ekstrak air rimpang kunyit
:
ekstrak air rimpang kunyit dengan dosis 560 mg/kgBB p.o.
Ekstrak aseton kulit pisang
:
ekstrak aseton kulit pisang dengan dosis 200 mg/kgBB p.o.
Ekstrak kombinasi air rimpang ekstrak kombinasi ekstrak air rimpang kunyit-aseton kulit kunyit-aseton kulit pisang 2.10
:
pisang.
Metode Uji Depresi/ Antidepresan
A. Tail Suspension Test (TST) Batang panjang (50 cm) diletakkan secara horizontal diatas meja. Ekor mencit digantung menggunakan alat perekat antar ekor dan ujung kayu (jarak 1 cm). Pengamatan uji TST selama 5 menit baik pretest maupun posttest dengan pengukuran durasi immobility time mencit (Buccafusco, 2009). B. Open Field Test (OFT) Mencit dimasukan ke dalam kotak tanpa tutup dan diamati selama 5 menit sebelum diberi perlakuan (pretest) dan setelah diberi perlakuan (posttest). Pengukuran depresi/ antidepresan melalui durasi aktivitas central square, rearing, dan grooming (Anas et al., 2013). C. Forced Swimming Test (FST) Mencit direnangkan pada air di akuarium dan dipantau durasi immobility time (keadaan mencit menggerakan kepalanya agar tetap diatas air) dan mobility mencit berupa renang dan memanjat Pengukuran durasi ini dapat disimpulkan meningkat/ menurun melalui uji pre-test dan posttest (Buccafusco, 2009). 2.11
Analisis Data
Uji T-paired pada data pretest-posttest (basal sebelum induksi CMS dan basal setelah induksi CMS) untk menguji hasil model stressor CMS 5 minggu. Hasil data post-tes pengukuran depresi/ antidepresan berupa durasi immobility time (IT) pada uji TST dan FST, climbing (FST), serta peningkatan rearing, grooming, dan melewati central square (CS) pada uji OFT kombinasi ekstrak kunyit-kulit pisang pada posttest hari ke-7 dibandingkan dengan posttest hari ke-7 ekstrak tunggalnya. Pengambilan kesimpulan untuk melihat perbedaan hasil antar kelompok mencit pada setiap pengukuran antidepresan diolah menggunakan MANOVA-LSD dengan taraf kepercayaan 95%. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Determinasi Tanaman Sampel Rimpang kunyit merupakan spesies Curcuma domestica Val. (sinonim Curcuma longa L.) dan kulit pisang ambon muda merupakan spesies Musa paradisiaca L. (sinonim Musa sapientum L.). 5
3.2 Hasil Rendemen Ekstrak Ekstrak air rimpang kunyit menghasilkan serbuk ekstrak sebanyak 3,75 g (rendemen sebesar 112 % b/b), hal ini menandakan bahwa pengadukan dan pemanasan pada proses ekstraksi dengan metode dekokta menyebabkan pelarut dapat mengekstraksi seluruh komponen pada sampel. Maserasi singkat dalam mengekstraksi kulit pisang yang menggunakan sentrifugasi diduga agar senyawa asam amino triptofan keluar dari sel dan ikut tersari (Bacher and Ellington, 2007). Ekstrak kental yang diperoleh sebesar 7,315 g (rendemen sebesar 1,22% b/b). Kecilnya hasil rendemen diduga akibat waktu kontak pelarut dengan sampel terlalu singkat akibat kekuatan sentrifugasi 6000 rpm yang termasuk kategori sedang sehingga pelarut tidak maksimal mengekstraksi seluruh senyawa metabolit sekunder. 3.3 Hasil Uji Kualitatif Ekstrak Ekstrak aseton kulit pisang positif mengandung senyawa asam amino dan alkaloid akibat reaksi asam pikrat jenuh yang mengandung gugus H+ disumbangkan ke gugus NH pada struktur asam amino sehingga menghasilkan endapan berwarna kuning pada uji Hager, selain itu kalium iodida menyumbangkan gugus K+ ke struktur asam amino sehingga terjadi endapan alkaloid dan menghasilkan reaksi peruraian KI yaitu I3- yang berwarna coklat sehingga terbentuk endapan coklat kemerahan pada uji Wagner (Mamonto et al., 2008; El-shenawy et al., 2015). Hasil ini sejalan dengan penelitian Ittiyavirah and Anurenj (2014) serta Akula et al.(2011) yang menyatakan bahwa kulit pisang ambon mengandung senyawa asam amino triptofan dan alkaloid indol, serotonin. Tabel 3. Hasil identifikasi senyawa flavonoid dan alkaloid Senyawa
Metode Uji Hager
Alkaloid/ asam amino
Wagner
Hasil Endapan
berwarna
kuning Endapan
Rujukan
Identifikasi
Endapan berwarna kuning (Sawant and Godghate, 2013)
berwarna
Endapan
berwarna
Alkaloid/ merah
merah kecoklatan
(Sawant and Godghate, 2013)
Shinoda
Merah tua
Merah tua (Mukherjee, 2002)
Alkali
Kuning
Kuning/ merah (Mukherjee, 2002)
Flavonoid
kecoklatan
asam amino
Flavonoid
6
3.4 Hasil Pengamatan Subjektif 5 Kelompok Perlakuan Stressor Minggu ke-5 Tabel 3. Pengaruh pemberian ekstrak dan obat pada 5 kelompok perlakuan terhadap hasil pengamatan subjektif
Kelompok Perlakuan
Basal sebelum paparan stres
Pengamatan Subjektif
Basal setelah paparan stres
Pemberian Ekstrak dan Obat pada paparan stres minggu ke-5 Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 7
Persentase mencit (%)
Perilaku Kontrol negatif (CMC Na 0,5%) n=5
BAB
Nafsu makan
Perilaku Kontrol positif (Sertralin 6,5 mg/ kgBB) n=5
BAB
Nafsu makan
Perilaku EK (560 mg/ kgBB) n=5 BAB
Perilaku EKP (200 mg/ kgBB) n=5
BAB
Nafsu makan
Perilaku EKKP n=5
BAB
Nafsu makan
Normal
100
0
40
40
20
Agresif
0
20
Pasif
0
80
0 60
0 60
0 80
Normal
100
40
20
40
0
Sulit
0
60
80
60
100
Bertambah
100
20
40
60
0
Berkurang
0
80
60
40
100
Normal
100
0
60
0
60
Agresif
0
0
20
40
40
Pasif
0
100
20
60
0
Normal
100
20
40
60
80
Sulit
0
80
60
40
20
Bertambah
100
20
40
60
80
Berkurang
0
80
60
40
20
Normal
100
20
40
0
80
Agresif
0
0
0
40
20
Pasif
0
80
60
60
0
Normal
100
0
60
40
100
Sulit
0
100
40
60
0
Normal
100
20
40
20
80
Agresif
0
0
0
0
0
Pasif
0
80
60
80
20
Normal
100
40
40
60
80
Sulit
0
60
60
40
20
Bertambah
100
40
40
60
100
Berkurang
0
60
60
40
0
Normal
100
40
60
60
60
Agresif
0
0
20
40
40
Pasif
0
60
20
0
0
Normal
100
20
60
60
100
Sulit
0
80
40
40
0
Bertambah
100
40
60
60
80
Berkurang
0
60
40
40
20
Pemberian CMC Na 0,5% selama 7 hari mengakibatkan 100% mencit sulit BAB, nafsu makan berkurang dan berperilaku pasif (tabel 3). Pemberian obat Sertralin selama 1 hari mulai berefek menormalkan perilaku dan BAB serta meningkatkan nafsu makan pada 60% mencit dan setelah 7 7
hari pemberian 80% mencit nafsu makannya bertambah dan BAB normal (tabel 3). Pemberian EK selama 1 minggu efektif meningkatkan nafsu makan dan menormalkan BAB sebesar 100% serta menormalkan perilaku 80% mencit. Pemberian EKP selama 1 hari mulai efektif menormalkan 40% mencit dan setelah 1 minggu pemberian, mencit yang normal sebesar 60%, 80% mencit BABnya normal, dan 100% mencit nafsu makan bertambah. Pemberian EKKP selama 1 minggu stabil menormalkan perilaku (60%) dan BAB (80%) serta meningkatkan nafsu makan pada 100% mencit (tabel 3). Pemberian EK dengan dosis 560 mg/ kgBB selama 1 minggu lebih efektif menormalkan perilaku, BAB, dan meningkatkan nafsu dibandingkan kelompok perlakuan lain. Kelompok EKKP diduga memiliki tingkat stres yang tinggi sehingga kombinasi EKKP kurang efektif dibandingkan pemberian EK. 3.5 Hasil Pengukuran Antidepresan Pada 5 Kelompok Perlakuan Tabel 4. Durasi immobility time 5 kelompok perlakuan pada uji TST Durasi immobility time (IT) Basal sebelum induksi CMS
Kelompok perlakuan
Basal setelah Induksi CMS
Pengamatan minggu ke 5 induksi CMS Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 7
120,3±13,2
155,5±32,1
49,9±29,5
31,6±14,6
x ±SD (detik) Kontrol (-) CMC Na 0,5%
84,2±9,7
123,9±28,2
121,8±35,8 a
Kontrol (+) Sertralin 6,5 mg/ kgBB
72,4±7,3
118,1±45,2
84,7±27,9
EK 560 mg/ kgBB
86,4±23,2
133,1±51
142±14,9
EKP 200 mg/ kgBB
103,9±6,8
162,5±41,4
133±49,7
EKKP
57,5±10,4
91,3±5,5
91±35,9
ab b
ac
127,7±14,5
b
105,3±50,3 70,3±37,2
bd
67,7±42,5 87±48,8 37±16,7
a
ab
a
acd
Keterangan. a, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (-). b, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (+). c, P<0,05 yang dibandingkan dengan EK.d p<0,05 yang dibandingkan dengan EKP Tabel 5. Durasi climbing 5 kelompok perlakuan pada uji FST Durasi climbing Kelompok perlakuan
Basal sebelum induksi CMS
Basal setelah Induksi CMS
Pengamatan minggu ke 5 induksi CMS Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 7
x ±SD (detik) Kontrol (-) CMC Na 0,5% Kontrol (+) Sertralin 6,5 mg/ kgBB EK 560 mg/ kgBB
86,8±6,1
123,8±12,4
146,3±16,6
157,1±7,8
172,9±3,6
106,4±9,4
113,5±42,4
161,3±16,2
166,2±4,8
149,2±9,7
116,2±11,7
130,4±57,8
156,8±20,8
140,4±18,9
136,8±34,5
EKP 200 mg/ kgBB
108,9±17,7
122,2±12,8
158,5±25,7
159,6±12,7
165,1±12,1
EKKP
96,7±35,7
130,4±57,8
160±8
130±42,2
bd
117±51,3
ad
Keterangan. a, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (-). b, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (+). c, P<0,05 yang dibandingkan dengan EK.d p<0,05 yang dibandingkan dengan EKP.
8
Tabel 6. Durasi immobility time 5 kelompok perlakuan pada uji FST Durasi immobility time (IT) Basal sebelum induksi CMS
Kelompok perlakuan
Pengamatan minggu ke 5 induksi CMS
Basal setelah Induksi CMS
Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 7
x ±SD (detik) b
Kontrol (-) CMC Na 0,5% Kontrol (+) Sertralin 6,5 mg/ kgBB EK 560 mg/ kgBB
12±14,7
11,5±13,7
58,4±29,3
73,8±47,3
53,7±51,4
67,2±42,4
72,4±39
145±83,3
42,7±29,8
56,6±30,7
8,6±8,1
ab
24,6±5,9
b
11,8±3,7
EKP 200 mg/ kgBB
30,9±14,7
42,3±22,8
36,8±47,8
13,8±7,7
b
3,7±1,2
a
17,6±21
22,5±25,1
0,8±0,4
b
3,7±2,6
a
EKKP
ab
58,6±46,5
51,3±15,8 a
149,2±9,7
a
Keterangan. a, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (-). b, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (+). c, P<0,05 yang dibandingkan dengan EK.d p<0,05 yang dibandingkan dengan EKP. Tabel 7. Durasi grooming 5 kelompok perlakuan pada uji OFT Durasi grooming Basal sebelum induksi CMS
Basal setelah Induksi CMS
Kontrol (-) CMC Na 0,5%
28,6±7,4
7±6,8
Kontrol (+) Sertralin 6,5 mg/ kgBB
53,2±5,7
EK 560 mg/ kgBB
36,8±6,7
Kelompok perlakuan
Pengamatan minggu ke 5 induksi CMS Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 7
16,4±14,5
46,6±39
66,1±39,6
32,6±4,2
30,1±8,9
34,4±26
41,1±9
33,4±6,8
43,1±44,1
38,1±6,4
43,1±344,1
53,2±40
90,6±46,7
x ±SD (detik)
EKP 200 mg/ kgBB EKKP
57,1±18
23,6±11,9
38,3±24,2
10,1±12,1
8,8±0,7
a bcd
135,7±17,2a
a
10,1±12,1
d
bc
60,5±6,7
b
Keterangan. , P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (-). , P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (+). c, P<0,05 yang dibandingkan dengan EK.d p<0,05 yang dibandingkan dengan EKP. Tabel 8. Durasi rearing 5 kelompok perlakuan pada uji OFT Durasi rearing Basal sebelum induksi CMS
Basal setelah Induksi CMS
Kontrol (-) CMC Na 0,5%
48,5±23,8
7,3±7,4
Kontrol (+) Sertralin 6,5 mg/ kgBB
50,8±11,6
17,3±6,7
Kelompok perlakuan
Pengamatan minggu ke 5 induksi CMS Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 7
14,8±16
45,2±36,1
25,8±17,4
29,3±14,4
x ±SD (detik) 22,9±32,4
45,1±20,6
b
35,7±36,7
64,4±6,6
b
22,8±4,7
29,5±20,5
a
35,7±36,9
EK 560 mg/ kgBB
32,1±11,7
11,8±9,6
4,8±1,6
EKP 200 mg/ kgBB
36,3±14
13,1±3,9
14,7±2
EKKP
51,9±15,9
11,8±9,6
a
16,5±10,5
7,6±1,4
b
a d
Keterangan. , P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (-). , P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (+). c, P<0,05 yang dibandingkan dengan EK.d p<0,05 yang dibandingkan dengan EKP. 9
Tabel 9. Durasi melintasi central square 5 kelompok perlakuan pada uji OFT Durasi melintasi central square (CS) Kelompok perlakuan
Basal sebelum induksi CMS
Basal setelah Induksi CMS
Pengamatan minggu ke 5 induksi CMS Hari ke 1
Hari ke 3
Hari ke 7
9,1±4,7
10,5±5,6
x ±SD (detik) Kontrol (-) CMC Na 0,5% Kontrol (+) Sertralin 6,5 mg/ kgBB EK 560 mg/ kgBB
16,2±6,5 10±5,8 19,5±4,3
0,7±0,5
0,8±0,4
3,8±3,7
a
10,7±8,4
b
15,4±2,5
a
c
1,8±0,6
10±6,4
2,3±0,5
EKP 200 mg/ kgBB
15,7±11,2
12,4±10,3
4,9±2,6
7,8±2,6
EKKP
18,2±5,9
1,8±0,6
6,4±6,8
2,2±2,2abc
8,2±6,4 13,9±2,9 9,3±9,3
9,5±6,9
Keterangan. a, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (-). b, P<0,05 yang dibandingkan dengan kontrol (+). c, P<0,05 yang dibandingkan dengan EK.d p<0,05 yang dibandingkan dengan EKP. Induksi CMS selama 4 minggu pada seluruh kelompok mencit signifikan (p<0,05) membuat mencit stres dan depresi (tabel 4-9) yang ditinjau dari penurunan durasi IT (TST dan FST), climbing (FST), rearing, grooming, dan durasi melintasi CS. Pemberian CMC Na 0,5% (tabel 4-5) selama 7 hari tidak memiliki efek yang signifikan (p>0,05) untuk menurunkan durasi IT (TST dan FST) serta climbing (FST). Pemberian CMC Na 0,5% (tabel 7-9) selama 3 hari signifikan meningkatkan durasi grooming 541,7% (p=0,026) dan meningkatkan rearing 519,2% secara signifikan (p=0,14), dan meningkatkan durasi mencit melintasi CS 1.037,5% signifikan (p=0,006) hingga pemberian hari ke7. Hal ini diduga mencit kontrol negatif memiliki tingkat stres yang rendah saat ditempatkan pada kotak OFT. Pemberian Sertralin (tabel 4-6) dapat meningkatkan kadar serotonin yang terlihat dari penurunan signifikan (p=0,043) durasi IT (TST) sebesar 57,73% selama 3 hari dan semakin menurun hingga pemberian hari ke-7. Pemberian Sertralin selama 7 hari tidak signifikan (p<0,05) menurunkan durasi IT dan climbing (FST). Hasil ini sejalan dengan teoritis Bilge and Erol (2012) bahwa Sertralin memiliki efek melawan ESO berupa ekstrapiramidal sehingga dapat meningkatkan durasi climbing dan IT pada pemberian berulang. Pemberian Sertralin dari hari ke-1 hingga ke-7 tidak signifikan (p>0,05) meningkatkan durasi rearing, grooming, dan aktivitas CS pada uji OFT (tabel 7-9) yang diduga kurang efektif menstabilkan kadar serotonin di bagian dorsal, amigdala dan hippocampus otak sehingga tidak mempengaruhi uji OFT . Pemberian EK dapat meningkatkan kadar neurotransmiter otak melalui penghambatan MAO-A dan B yang terlihat dari penurunan IT (FST) sebesar 84,79% yang signifikan (p=0,001) sejak pemberian hari pertama dan terus berlanjut hingga 7 hari pemberian serta signifikan (p=0,023) menurunkan durasi IT (TST) 73,24%, dan signifikan meningkatkan durasi rearing 446,33% (p=0,000) setelah 7 hari pemberian (tabel 4,6,8). Namun tidak efektif (p>0,05) menurunkan durasi climbing (FST) dan 10
tidak signifikan meningkatkan durasi grooming dan aktivitas CS (tabel 5,7,9). Hal tersebut diduga, penghambatan MAO oleh kurkumin dari EK masih kurang efektif meningkatkan kadar serotonin dan dopamin hingga ke seluruh saraf otak. Pemberian EKP selama 7 hari dapat memasok triptofan ke otak mencit yang ditinjau dari penurunan IT pada uji TST (35,18%, p=0,016) dan FST (91,30%, p=0,023) yang signifikan dan peningkatan durasi rearing sebesar 125,6% (p=0,035) (tabel 4,6,8). Namun untuk menurunkan durasi climbing serta meningkatkan lama grooming dan aktivitas CS tidak signifikan (tabel 5,7,9). Hasil pemberian EKP selama 7 hari sesuai dengan penelitian Ittiyavirah and Anurenj (2014) yang menyatakan bahwa ekstrak aseton kulit pisang dapat menurunkan depresi yang ditinjau dari penurunan IT (TST dan FST) serta meningkatkan rearing (OFT) secara signifikan. Pemberian kombinasi EKKP diduga dapat meningkatkan kadar neurotransmiter otak melalui penghambatan MAO dan meningkatkan serotonin dari pasokan triptofan sehingga menurunkan depresi yang terlihat pada penurunan lama IT (FST) sebesar 96,35% selama 3 hari pemberian dan terus menurun hinngga hari ke-7 (tabel 6) serta signifikan (0,003) menurunkan IT (TST) 59,44% selama 7 hari pemberian (tabel 4) serta lebih unggul daripada ekstrak tunggalnya dan Sertralin, hal ini menunjukkan bahwa kombinasi EKKP berkhasiat sebagai moodbooster pada mencit stres kronis ringan. Namun penurunan durasi climbing 10,28% (tabel 5) pada uji FST tidak signifikan (p<0,05). Pemberian kombinasi EKKP selama 1 minggu tidak signifikan (p>0,05) efektif menaikkan durasi grooming, rearing, dan melewati CS (tabel 7-9). 3.6 Pengaruh Pemberian 5 Perlakuan Terhadap Berat Badan 5 Kelompok Mencit
Gambar 1. Profil berat badan mencit pada basal sebelum dan selama masa induksi CMS serta efek setelah diberi 5 perlakuan pada minggu ke-5 Pada gambar 1 menunjukkan induksi CMS selama 4 minggu menurunkan berat badan mencit pada 5 kelompok perlakuan secara signifikan (p=0,018). Pemberian 5 perlakuan (CMC Na 0,5%, Sertralin,
11
EK, EKP, dan EKKP) signifikan (p<0,05) meningkatkan berat badan mencit pada minggu ke-5. Efek peningkatan berat badan mencit yang diberi EK selama 1 minggu memiliki efek yang sama pada mencit yang diberi Sertralin. Mekanisme kombinasi EKKP yang diduga menghambat MAO dan memasok triptofan sehingga kadar serotonin di celah sinaps tinggi menyebabkan reseptor postsinaptik menjadi jenuh sehingga efek peningkatan berat badan yang diberi EKKP setara dengan mencit yang diberi EKP. Peningkatan berat badan akibat pemberian CMC Na 0,5% selama 1 minggu tetap lebih rendah dibandingkan mencit yang diberi ekstrak dan obat. 3.7 Hasil Peningkatan Kombinasi Ekstrak Kunyit-Kulit Pisang (EKKP) yang dibandingkan dengan Ekstrak Tunggalnya Tabel 10. Hasil respon uji antidepresan kombinasi EKKP yang dibandingkan dengan ekstrak tunggalnya pada pemberian hari ke-7
Uji antidepresan
TST-Immobility time (IT)
Ekstrak tunggal
Respon (detik)
x ±SD
EK
67,7±42,5
EKP
87±48,8
EK
136,8±34,5
EKP
165,1±12,1
EK
11,8±3,7
Keterangan
x ±SD EKKP menurunkan IT 2x lipat dibandingkan EK 37±16,7
FST-Climbing
FST-Immobility time (IT)
Respon EKKP (detik)
EKKP menurunkan IT 2x lipat dibandingkan EKP
117±51,
EKKP menurunkan lama climbing 1,2x lipat dibandingkan EK EKKP menurunkan lama climbing 1,4x lipat dibandingkan EKP EKKP menurunkan lama IT 3x lipat dibandingkan EK
3,7±2,6
EKP
3,7±1,2
EK
43,1±344,1
OFT-Grooming
EKKP menurunkan lama IT sama dengan EKP
60,5±6,7
EKP
90,6±46,7
EK
64,4±6,6
EKP
29,5±20,5
EK
13,9±2,9
OFT-Rearing
35,7±36,9
OFT-Central square
9,5±6,9
EKP
9,3±9,3
EKKP menaikkan lama grooming 1,4x lipat dibandingkan EK EKKP menaikkan lama grooming lebih rendah 1,5x lipat dibandingkan EKP EKKP menaikkan lama rearing lebih rendah 2x lipat dibandingkan EK EKKP menaikkan lama rearing lebih tinggi 1,2x lipat dibandingkan EKP EKKP menaikkan aktivitas central square lebih rendah 1,5x lipat dibandingkan EK EKKP menaikkan aktivitas central square lebih tinggi 0,9x dibandingkan EKP
Pemberian kombinasi EKKP selama 7 hari dapat meningkatkan aktivitas antidepresan dalam menurunkan IT (TST) yang 2x lebih efektif dibandingkan ekstrak tunggalnya, menurunkan durasi climbing (FST) 1,2x lebih efektif dari pemberian EK dan 1,4x dibandingkan EKP serta menurunkan IT (FST) 3x lebih efektif dibandingkan pemberian EK. Pemberian EKKP selama 1 minggu tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan rearing, grooming, dan aktivitas central square (tabel 10). 12
4. PENUTUP Kombinasi ekstrak kunyit 560 mg/ kgBB-kulit pisang 200 mg/ kgBB meningkatkan efektifitas antidepresan terhadap mencit stres kronis ringan pada penurunan lama IT (TST) yang signifikan 2x lebih unggul dibandingkan ekstrak tunggal kunyit dan ekstrak tunggal kulit pisang serta penurunan lama IT (FST) yang signifikan 3x lebih unggul sebagai moodbooster dibandingkan ekstrak tunggal kulit pisang. Penurunan lama IT (TST) yang diterapi EKKP pada posttest hari ke-7 setara dengan kontrol positif, namun tidak signifikan meningkatkan aktivitas lokomotor (rearing, grooming, dan melewati CS) pada uji OFT dan tidak signifikan menurunkan lama climbing (FST). Saran bagi penelitian ini yaitu perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengujian kadar serotonin, triptofan, dan kurkumin pada otak mencit dan didalam kombinasi ekstrak, pengkombinasian dengan ekstrak yang meningkatkan kadar norepinefrin di otak hewan uji serta pemberian sediaan pada jangka waktu kronis (2-3 minggu). DAFTAR PUSTAKA Akula R., Giridhar P. and Ravishankar G.A., 2011, Phytoserotonin, Plant Signaling & Behavior, 6 (6), 800–809. Anas Y., Puspitasari N. and Nuria M.C., Syzygium aromaticum ( L ) Merr. & Perry . Pada Mencit Jantan Galur Swiss, pp. 13–22. Bacher J.M. and Ellington A.D., 2007, Global Incorporation of Unnatural Amino Acids in, Methods in Molecular Biology, 352 (2), 23–34. Bilge U. and Erol K., 2012, Effects of Sertraline on Experimental Mouse Models of Psychosis., Neurosciences (Riyadh, Saudi Arabia), 17 (1), 32–38. Bliss D.Z., Savik K., Jung H.J.G., Whitebird R., Lowry A. and Sheng X., 2014, Dietary Fiber Supplementation for Fecal Incontinence: a Randomized Clinical Trial., Research in Nursing & Health, 37 (5), 67–78. Buccafusco, 2009, Methods of Behavior Analysis in Neuroscience Second Edition, Taylor and Francis Group, London. El-shenawy A.I., Atta A.H. and Refat M.S., 2015, Studies of Physical and Chemical Compounds Charge Transfer Between Amino Acids and Iodine and its Applications in the Industry of Unconventional Organic Connectors, 4 (4), 1281–1287. Grande I., Berk M., Birmaher B. and Vieta E., 2016, Bipolar Disorder, The Lancet, 387 (10027), 1561–1572. .Ittiyavirah S. and Anurenj D., 2014, Adaptogenic Studies of Acetone Extract of Musa paradisiaca L. fruit peels in Albino Wistar rats, International Journal of Nutrition, Pharmacology, Neurological Diseases, 4 (2), 88. Mamonto S., Wenny J.A. and Mardjan P., 2008, Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Alkaloid dari Ekstrak Daun Keji Beling, Geoacta, 43–47. Mukherjee, P.K., 2002, Quality control of Herbal Drugs, Business Horizons, New Delhi, pp. 186191. 13
Nireesha G.R., Divya L., Sowmya C., Venkateshan N., Babu M.N. and Lavakumar V., 2013, Lyophilization / Freeze Drying - An Review, 3 (4), 87–98. Parker G., Roy K., Mitchell P., Wilhelm K. and Hadzi-pavlovic D, 2002, Reviews and Overviews Atypical Depression : A Reappraisal, pp. 1470–1479. Sawant R.S. and Godghate G., 2013, Qualitative Phytochemical Screening of Rhizomes of, International Journal of Science, Environment and Technology, 2 (4), 634–641. Sun X., Li S., Shi Z., Li T., Pan R., Chang Q., Qin C. and Liu X., 2013, Antidepressant-like Effects and Memory Enhancement of a Herbal Formula in Mice Exposed to Chronic Mild Stress, 29 (6), 737–744. Tee T.P. and Hassan H., 2011, Antidepressant-Like Activity of Banana Peel Extract in Mice, Department of Health Sciences, Faculty of Health and Life Sciences, Management and Science University, 2 (2), 59–64. Yu Z.F., Kong L.D. and Chen Y., 2002, Antidepressant Activity of Aqueous Extracts of Curcuma longa in Mice, 83, 161–165.
14