Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
EVALUASI PENGEMBANGAN KEGIATAN BERBASIS PARTISIPATIF PADA PROGRAM ADIWIYATA DI SMP MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Evaluation Of Development Activities Based Participatory On Adiwiyata Program In Muhammadiyah Junior High School Yogyakarta Nani Aprilia Biology Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, Universitas Ahmad Dahlan, Jalan Prof. Dr. Soepomo Warungboto, Yogyakarta, Indonesia. Email :
[email protected], CP: 085868415542 Abstrak Pendidikan lingkungan hidup merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah lingkungan, memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru. Di Indonesia, kerjasama antara Kementerian Pendidikan dan Kementerian Lingkungan hidup mencanangkan Program sekolah Berwawasan lingkungan (Adiwiyata). Program sekolah berwawasan lingkungan (Adiwiyata) adalah salah satu program dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengembangan kegiatan berbasis partisipatif pada program Adiwiyata di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Kementerian Pendidikan & Kebudayaan dan Kementerian Lingkungan Hidup dalam menyusun rencana ke depan terkait dengan pengembangan kegiatan berbasis parsipatif pada program Adiwiyata. Penelitian ini merupakan jenis penelitian evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh komponen dan sub komponen dari pengembangan kegiatan berbasis partisipatif pada program Adiwiyata pada SMP Muhammadiyah di Kota Yogyakarta telah memenuhi sebagian besar indikator yang dipersyaratkan bagi sekolah berbasis lingkungan. Kendala yang di hadapi tiga sekolah hampir sama pada setiap komponen yang di evaluasi. Upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah tetap menjaga komitmen untuk melaksanakan program Adiwiyata. Kata kunci: implementasi, sekolah berwawasan lingkungan, pengembangan kegiatan berbasis partisipatif Abstract Education of environment is a processs for pupil‘s world create to concern for environmental issues, provide solutions to environmental problems that exist and to avoid new environmental problems. In Indonesia, collaboration between Ministry of Education and Ministry of Environment to making school environmentally program (Adiwiyata). School Environmentally Program (Adiwiyata) is one of the program to support create of knowledge and awareness of school community in environmental protection. The goal from this research is to know development activities based participatory on Adiwiyata program in Muhammadiyah Junior High School in Yogyakarta. The result of research is hoping expected to be input to the District Education Office of Yogyakarta, the Ministry of Education and Culture and the Ministry of Environment in preparing future plans related to Adiwiyata program. This study is an evaluation research. This research to show all of the component and sub-component from development activities based participatory on Adiwiyata program in Muhammadiyah Junior High School in Yogyakarta have been to need more than bigger for Prerequisite indicators to school based environment. Constraints faced almost the same three schools on every component in the evaluation. The efforts to 690
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
be made by the school is maintaining its commitment to implement the Adiwiyata program. Key word: implementation, environmentally school, development of activites based participatory PENDAHULUAN Program adiwiyata merupakan program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Dalam pelaksanaannya kementrian lingkungan hidup berkerjasama dengan para stakeholder, menggulirkan program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar dengan mengaitkan materi lingkungan hidup, turut berpartisipasi aktif melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya. Program Adiwiyata ini bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan (Hasyim, 2012). Adiwiyata mempunyai makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar bagi manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan menuju cita-cita pembangunan berkelanjutan. (Anonim, 2012). Sekolah sebagai instansi pelaksanaan program Adiwiyata mempunyai amanah untuk menciptakan warga sekolah yang sadar akan cinta lingkungan, serta memiliki kepekaan untuk selalu menjaga lingkungan sekitar demi kelangsungan hidup dibumi. Kesadaran ini hanya bisa di bentuk melalui pendidikan. Sekolah dalam implementasi program Adiwiyata tersebut terdapat beberapa indikator yang harus dipenuhi, salah satunya yaitu pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif. Indikator tersebut dituangkan dalam berbagai kebijakan dan kegiatan pengembangan untuk menjamin terwujudnya tujuan sekolah Adiwiyata (Muhjidin, dkk, 2009). Pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif sangat diperlukan sebagai pendukung program berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan sekolah yang mengembangkan kegiatan yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas yang mendukung pembelajaran berbasis lingkungan. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat sekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Upaya sekolah dalam mengembangkan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif yaitu dengan menciptakan kegiatan ekstrakulikuler/kokulikuler di bidang lingkungan hidup berbasis partisipatif di sekolah, mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar, dan membangun kegiatan kemitraan atau memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah. Penelitian tentang evaluasi program Adiwiyata pada sekolah menengah khususnya terkait pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisiatif belum pernah dilakukan. Swasdita A, Fridantara 691
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
(2016) mengungkapkan bahwa hasil penelitian yang terkait evaluasi program Adiwiyata di SMA Klaten diperoleh sekolah berhasil melaksanakan program Adiwiyata dengan cukup baik, tetapi masih dijumpai beberapa kendala yang dihadapi. Adapun kendala yang dihadapi adalah kurangnya kerjasama dan kurangnya personel dalam pemeliharaan sarana. Selanjutnya menurut Landryani (2014) bahwasanya masih dijumpai berbagai situasi permasalahan yang menghambat pelaksanaan adiwiyata, seperti satuan tugas yang tidak tepat waktu serta ada kelompok siswa yang masih belum sadar dalam memahami konsep sekolah berwawasan lingkungan hidup, masalah pendanaan, dan dukungan masyarakat serta instansi lain yang masih rendah. Selain temuan penelitian yang telah dipaparkan, untuk penelitian evaluasi terhadap pengembangan lingkungan berbasis partisipatif ini juga belum pernah diteliti, padahal hal tersebut merupakan indikator bagi sekolah dalam menentukan keberhasilan dalam menjalankan program. Dengan pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif secara tidak langsung sangat berperan dalam menjaga dan melestraikan lingkungan. Selain itu melalui kegiatan ini sebagai bukti nyata peran sekolah dalam menjaga lingkungan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam implementasi sekolah adiwiyata di wilayah Yogyakarta. Masalah-masalah tersebut antara lain, masih dijumpai guru yang kebingungan dalam mengintegrasikan kurikulum berbasis lingkungan kedalam mata pelajaran yang diampu baik secara perencanaan maupun ketika implementasi, sarana yang ada belum bisa dimanfaatkan karena ketidakpahaman atau kebingungan guru dalam mengintegrasikan conten cinta lingkungan kedalam mata pelajaran, masih kurangnya kesadaran untuk mencintai lingkungan sekitar, serta masih kurangnya role model yang dapat dijadikan teladan untuk peduli terhadap lingkungan. Hal-hal tersebut mendorong perlunya dilakukan penelitian terkait pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif di sekolah Adiwiyata di kota Yogyakarta pada SMP Muhammadiyah. (Aprilia, 2015). Berdasarkan paparan di atas, permasalahan yang telah di teliti terkait permasalahan yang umum dalam sebuah program Adiwiyata. Dalam artikel ini akan menjelaskan tentang sesuatu yang khusus yang mendukung pelaksanaan program sekolah Adiwiyata yaitu terkait dengan pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif pada sekolah menengah Muhammadiyah di kota Yogyakarta . Hasil penelitian ini akan dijadikan rekomendasi bagi pengambil kebijakan tentang implementasi sekolah adiwiyata di kota Yogyakarta. METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian evaluasi. Penelitian evaluasi adalah suatu penelitian yang dilakukan bertujuan untuk pembuatan keputusan dengan membandingkan suatu kejadian, kegiatan dan produk dengan standar dan program yang telah ditetapkan berdasarkan fenomena (Sugiyono, 2005). Objek penelitian adalah SMP Muhammadiyah yang berada di kota Yogyakarta. Responden penelitian adalah guru yang ditunjuk oleh kepala sekolah sebagai pendamping penelitian sekaligus sumber data utama untuk memberikan data tentang pelaksanaan program Adiwiyata. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, dan wawancara. Untuk instrumen penelitian dikembangkan dari Peraturan Mentri Negara Lingkungan hidup nomor 5 tahun 2013 692
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
tentang pelaksanaan program adiwiyata. Untuk menjaga kesahihan instrumen dalam dalam penelitian ini adalah: (1) menyusun butir-butir instrumen berdasarkan indikator yang telah ditentukan untuk masing-masing aspek yang akan diteliti, (2) konsultasi melalui expert judgment untuk memeriksa isi instrumen secara sistematis serta melihat relevansi dengan aspek/komponen yang akan diukur. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Untuk menghitung persentase implementasi sekolah berwawasan lingkungan menggunakan bantuan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus : P = n/f x 100, dimana P = Persentase; n = Jumlah skor yang diperoleh; dan f = Jumlah skor keseluruhan Tabel 3. Kategori Penilaian Sekolah Berwawasan Lingkungan Tingkat Penilaian Kategori 51 % - 100 % Baik 0 % - 50% Tidak Baik (Sugiyono, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN Pendidikan lingkungan bertujuan utuk menghasilkan peserta didik yang tidak saja mempunyai kognisi dan sikap yang ramah lingkungan, tetapi juga membentuk kepribadian dan perilaku/budaya ramah lingkungan sejak dini. Melalui kegiatan lingkungan yang berbasis partisipatif diharapkan mewujudkan beberapa sasaran yaitu dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang ramah lingkungan, dan budaya/prilaku ramah lingkungan. Indikator evaluasi untuk melihat pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatip dikembangkan dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2013 tentang pelaksanaan program Adiwiyata. Dalam aspek pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif terdiri dari tiga komponen dan dua puluh deapan sub komponen. Komponen-komponen tersebut dapat dijleaskan sebagai berikut : komponen pertama, kegiatan ekstrakulikuler/kokulikuler terdiri dari dua sub komponen yaitu a) kegiatan ekstrakurikuler ( kegiatan yg diminati siswa : HW, KIR, DokCil, PMR, pecinta alam; mading; b) kegiatan kokurikuler ( kegiatan pembelajaran diluar mata pelajaran ; MOS, pesantren kilat, karya wisata, piket kebersihan, jumat bersih, lomba kebersihan, taman/toga dan lain-lain). Komponen kedua, keikutsertaan sekolah pada aksi lingkungan yang dilaksanakan pihak luar terdiri dari empat sub komponen yaitu : a) aktif mengikuti kegiatan aksi lingkungan yg dilaksanakan pihak luar; b) kegiatan aksi lingkungan yg pernah diikuti; c) Pihak luar adalah pemerintah, LSM lingkungan, Organisasi masyarakat, industri dan masyarakat lainnya; d) Mendokumentasikan undangan, surat dan foto-foto kegiatan. Komponen ketiga, kemitraan dengan pihak luar terdiri dari tiga sub komponen yaitu : a) Kemitraan adalah kerjasama sekolah dengan pihak luar (pemerintah, LSM, Ormas,Industri/swasta); b) kerjasama diarahkan pada pembinaan/ pengembangan PLH c) Kemitraan di buktikan dengan Mou dan ada lebih dari 3 kegiatan/Mou. Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara dan observasi langsung di lapangan. Dari data yang didapat diketahui bahwa komponen dan sub komponen yang disyaratkan bagi sekolah berwawasan lingkungan pada aspek
693
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatif pada SMP Muhammadiyah di Kota Yogyakarta belum sepenuhnya dapat menerapkan komponen yang dipersyaratkan. SMP (1) pada komponen pertama, terkait dengan kegiatan ekstrakulikuler/kokulikuler sekolah telah sepenuhnya memenuhi persyaratan sehingga diperoleh persentase 100%, komponen tersebut dibagi menjadi subkomponen yaitu a) kegiatan ekstrakurikuler ( kegiatan yang diminati siswa : HW, KIR, DokCil, PMR, pecinta alam; mading; b) kegiatan kokurikuler ( kegiatan pembelajaran diluar mata pelajaran ; MOS, pesantren kilat, karya wisata, piket kebersihan, jumat bersih, lomba kebersihan, taman/toga dan lain-lain). Komponen kedua, terkait keikutsertaan sekolah pada aksi lingkungan yang dilaksanakan pihak luar telah sepenuhnya dapat dilakukan oleh pihak sekolah, sehingga memperoleh persentase 100%. Sedangkan pada komponen ketiga, terkait menjalin kemitraan dengan pihak lain dalam PPLH memperoleh persentase sebesar 90,1%, pada komponen ini terdapat satu sub komponen yang belum sepenuhnya dapat di selenggrakan oleh pihak sekolah. Hal yang dimaksud adalah pengembangan kerjasama diarahkan pada pembinaan/ pengembangan PPLH pada instansi swasta. Kendala tersebut disebabkan karena instansi swasta masih sulit untuk melakukan kerjasama dan respon yang diberikan kepada pihak sekolah lama, sehingga sekolah lebih mengarahkan pada kerjasama terhadap lembaga pemerintah, karena perinjinan yang mudah dan mendapatkan respon yang cepat. (hasil wawancara, 10 Desember 2014).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.
SMP (2) pada komponen pertama, terkait dengan kegiatan ekstrakulikuler/kokulikuler. Pada aspek ini diperoleh persentase sebesar 83,33%, pada aspek ini ada beberapa hal yang belum bisa dilaksanakan oleh pihak sekolah. Beberapa hal yang belm bisa terpenuhi adalah tidak adanya majalah dinding di sekolah, HW dan program pencinta alam. Sekolah terus berupaya untuk mengadakan program tersebut. Misalkan kegiatan pramuka/HW belum sepenuhnya diikuti dengan sukarela oleh seluruh siswa. Siswa masih terpaksa dengan mengikuti jadwal. Berdasarkan wawancara dengan Pembina pramuka/HW bahwa kegiatan pramuka/HW ini memang belum sepenuhnya dapat mengimplementasikan atau mewujudkan atau mendukung keinginan sekolah terkait dengan SBL banyak kendala yang dihadapi terutama masalah biaya (hasil wawancara, 2 Desember 2014). Hal senada pula disampaikan oleh kepala sekolah bahwasanya pramuka/HW yang diadakan masih sebatas pengenalan dan penanaman jiwa pramuka lebih ditekankan pada jiwa kedisiplinan baru harapannya dapat dikembangkan menjadi jiwa peduli lingkungan‖. (hasil wawancara, 8 Desember 2014). Komponen kedua, terkait 694
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
keikutsertaan sekolah pada aksi lingkungan yang dilaksanakan pihak luar telah sepenuhnya dapat dilakukan oleh pihak sekolah, sehingga memperoleh persentase 100%. Sedangkan pada komponen ketiga, terkait menjalin kemitraan dengan pihak lain dalam PPLH mendapatkan persentase sebesar 90%, dari sebelas sub komponen sepuluh komponen bisa dipenuhi bahkan sampai di luar negeri sedangkan satu sub komponen yang belum terpenuhi yaitu adanya warga sekolah untuk memberi dukungan ke sekolah lain, karena belum sampai pada hal ini, karena belum adanya sekolah binaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.
SMP (3) pada komponen pertama, terkait dengan kegiatan ekstrakurikuler/kokurikuler dan komponen kedua, terkait keikutsertaan sekolah pada aksi lingkungan yang dilaksanakan pihak luar telah sepenuhnya dapat dilakukan oleh pihak sekolah, sehingga memperoleh persentase 100%. Sedangkan pada komponen ketiga, terkait menjalin kemitraan dengan pihak lain dalam PPLH memperoleh persentase sebesar 90%. Pada komponen ketiga sekolah belum mampu mengimplmentasikan program secara penuh. Kendala yang dihadapi hampir sama dengan yang dihadapi sekolah lain, untuk kerjasama dengan pihak swasta untuk mendukung program cinta lingkungan memerlukan respon yang lama dari pihak tersebut. Sehingga sekolah lebih memilih untuk bekerjasama dengan instansi pemerintah.
Kendala yang di hadapi tiga sekolah hampir sama satu dengan lainnya. Dari ketiga komponen dan dua puluh delapan sub komponen pada aspek pengembangan kegiatan lingkungan berbasis partisipatip. Adapun kendala umum yang dihadapi adalah 1) pada aspek komponen pertama, kendala yang paling dominan adalah masalah pendanaan untuk operasional untuk kegiatan ekstrakurikuler/kokulikuler, dan 2) terkait komponen ketiga, membangun kerjasama dengan instansi swasta dalam PPLH. Kendala ini seharusnya tidak 695
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
muncul jika setiap masyarakat memiliki kesadaran yang nyata untuk menjaga lingkungan. Menurut Ozsoy, dkk (2011), salah satu komitmen masyarakat dan pemerintah internasional dalam menjaga bumi dari pencemaran dan kerusakan adalah melalui pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup (Environment Education), yang merupakan kunci untuk mempersiapkan masyarakat dengan pengetahuan, keahlian, nilai dan sikap peduli lingkungan sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam memecahkan masalah lingkungan. Upaya yang diusahakan sekolah adalah berusaha menganggarkan pendanaan untuk melaksanakan sub komponen yang belum terlaksana dan menanamkan komitmen yang tinggi untuk penyelenggaraan program Adiwiyata. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO di Tbilisi (1997) yaitu untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan peduli terhadap masalah-masalah yang terkait di dalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup baru. PENUTUP Seluruh sekolah penyelenggara program Adiwiyata pada SMP Muhammadiyah di Kota Yogyakarta telah memenuhi sebagian besar komponen dan sub komponen yang dipersyaratkan. Adapun komponen komponen adalah sebagai berikut komponen pertama, kegiatan ekstrakulikuler/kokulikuler. Komponen kedua, keikutsertaan sekolah pada aksi lingkungan yang dilaksanakan pihak luar terdiri dari empat sub komponen Komponen ketiga, kemitraan dengan pihak luar. Kendala yang di hadapi tiga sekolah hampir sama satu pada setiap komponen yang di evaluasi. Upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah adalah tetap menjaga komitmen untuk melaksanakan program Adiwiyata. DAFTAR PUSTAKA Angga Swasdita, Fridantara. 2016. Implementasi Program Adiwiyata di SMA N 2 Klaten. Tesis. Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Aprilia, Nani. 2015. Evaluasi pengelolaan sarana pendukung yang ramah lingkunganpada program adiwiyata di SMP Muhammadiyah Yogyakarta. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, yang diselenggarakan oleh Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Malang, tema: ―Peran Biologi dan Pendidikan Biologi dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan Berdaya Saing Global‖, Malang, 21 Maret 2015 Ellen Landruany. 2014. Implementasi kebijakan adiwiyata dalam upaya mewujudkan pendidikan lingkungan hidup di kota Malang . Jurnal kebijakan dan pengembangan pendidikan. Vol 2, Nomor 1, Januari 2014. ISSN ISSN: 2337 7623; EISSN: 23377615. Hasyim, Chaeruddin .2012. Program Adiwiyata Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup, Jakarta Miles, M.B.& Huberman, A.M. (1994). Qualitative data analysis. Beverly Hills: Sage Publication. 696
Prosiding Seminar Nasional II Tahun 2016, Kerjasama Prodi Pendidikan Biologi FKIP dengan Pusat Studi Lingkungan dan Kependudukan (PSLK) Universitas Muhammadiyah Malang Malang, 26 Maret 2016
Muhjidin, dkk. 2009. Lembaga Lingkungan Hidup Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta : HSN Publishing Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta. Sibel Ozsoy, Hamide Ertepinar, dan Necdet Saglam, ―Can Eco-Schools Improve Elementary School Students‘ Environmental Literacy Levels?‖dalam Jurnal: AsiaPacific Forum on Science Learning and Teaching, Vol. 13 Issue 2 UNESCO. 2007. The UN Decade of Education for Sustainable Development. The First Two Years. (Paris: UNESCO, 2007) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta, Kementerian Lingkungan Hidup.
697