BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK Menkes No. 450 / Men. Kes / SK / IV / 2004 telah menetapkan bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung zat gizi yang sesuai untuk pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan bayi yang optimal. ASI diberikan secara eksklusif sampai umur 6 bulandan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 tahun. Menyusui secara eksklusif merupakan cara pemberian makan yang alamiah, namun seringkali ibu – ibu kurang mendapat informasi bahkan seringkali mendapat informasi yang salah tentang manfaat ASI eksklusif, tentang bagaimana cara menyusui yang benar dan apa yang dilakukan bila timbul kesukaran dalam menyusui bayinya ( Arini, 2012). ASI yang terbaik untuk bayi, sehingga dalam kondisi apapun ASI tetap cocok. Misalnya, bayi yang lahir prematur maka ASI yang keluar dari payudara ibu telah disesuaikan dengan kondisi bayi tersebut. ASI mengandung lebih banyak zat lemak, protein, natrium, klorida, dan besi untuk memenuhi kebutuhan bayi yang prematur. Bahkan, telah dibuktikan bahwa fungsi mata bayi berkembang lebih baik pada bayi – bayi prematur yang diberi ASI dan memberikan kecakapan yang lebih baik dalam tes kecerdasan ( Khamzah, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Bayi harus mendapatkan ASI termasuk bayi yang lahir prematur, serta bayi yang lahir dengan kondisi lemah. Jika bayi tidak bisa meminumnya langsung dari ibu, ASI dapat diberikan melalui selang. Bayi mesti memperoleh ASI karena mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk bertahan hidup pada enam bulan pertama, yaitu hormon, antibodi, faktor kekebalan, dan antioksidan. Selain itu, pemberian ASI kepada bayi akan mempererat hubungan batin ibu dan bayi. Apalagi bila ditambah dengan kontak fisik yang diwujudkan melalui belaian ataupun usapan lembut ibu saat menyusui bayinya (Prasetyono, 2012). Pemberian ASI eksklusif menurut banyak penelitian memberikan manfaat bagi ibu dan bayi, terutama pemberian ASI secara dini pada hari – hari pertama kelahiran dimana terdapat kolostrum yang terbukti sangat kaya akan zat antibodi yang dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas pada bayi dan balita. Selain kolostrum, pemberian ASI dini terutama pada 30 menit setelah kelahiran akan merangsang pengeluaran ASI dan berhubungan erat dengan kesuksesan menyusui ( Meri, 2012) Banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan pemberian ASI eksklusif. Salah satu faktor yang mempengaruhi kegagalan pelaksanaan pemberian ASI eksklusif adalah faktor pemberian makanan tambahan. Pemberian makanan tambahan dipengaruhi banyak faktor antara lain pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, Inisiasi Menyusui Dini, penolong persalinan dan tempat persalinan. Pemberian informasi yang baik tentang ASI eksklusif dan pelarangan pemberian makanan tambahan oleh penolong persalinan terutama saat ANC sangat berpengaruh dalam keberhasilan ASI eksklusif sehingga ibu tidak memberikan makanan tambahan pada bayi (Fikawati&Syafiq, 2009).
Universitas Sumatera Utara
Program ASI eksklusif sangat penting manfaatnya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi ternyata masih kurang mendapat respon yang baik dari masyarakat. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009 menunjukkan bahwa cakupan ASI eksklusif pada bayi umur 0-6 bulan sebesar 61,33% (Susenas, 2010). Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari 39,5% tahun 2003, menjadi 32% pada tahun 2007 dan 27,1% pada tahun 2012. Berdasarkan data Riset Kesehatan (RISKESDAS, 2013) cakupan ASI eksklusif di Indonesia mencapai 30,2%. Cakupan ASI eksklusif di Indonesia juga belum mencapai angka yang diharapkan yaitu sebesar 80%. Data dari badan penelitian dan pengembangan kesehatan 2010 menunjukkan bayi yang mendapatkan ASI eksklusif di Indonesia hanya 15,3%.Target Millenium Development Goals (MDGs) ke 4 adalah menurunkan AKB dan Balita menjadi 2/3 dalam kurun waktu 1990 – 2015. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun disamping pemberian Makanan Pendamping ASI (MP – ASI) secara adekuat terbukti merupakan salah satu intervensi efektif yang dapat menurunkan Angka Kematian Bayi. Cakupan pemberian ASI eksklusif untuk provinsi DKI Jakarta tahun 2011 sebesar 38,6%. Data Susenas pada Sumatera Utara cakupan ASI eksklusif pada tahun 2010 sebesar 56,6%. Di kota Medan, berdasarkan profil Dinas Kota Medan pada bulan Agustus 2011 dari 39 Puskesmas yang ada di Medan terdapat 174 (4,08%) bayi yang diberi ASI eksklusif dan terdapat 4089 (95,9%) bayi yang tidak diberi ASI eksklusif dari data Puskesmas Mandala tahun 2011 hanya 48 bayi (1,7%) yang diberi
Universitas Sumatera Utara
ASI ekskusif dan pada bulan Januari sampai Agustus 2012 hanya 25 (1,6%) bayi yang diberi ASI eksklusif sementara target 80% tahun 2012. Menurut hasil penelitian Elfira (2005) di Puskesmas Karawang bahwa jika bayi belum mau menyusui, ibunya akan mengoleskan madu pada puting susunya yang ditujukan untuk menghilangkan rasa amis pada susu kuning (kolostrum) dan memberikan susu formula dengan alasan ASI belum keluar agar bayi tidak lapar. Dari hasil penelitian yang dilakukan Ningsih (2014) pengetahuan tentang ASI eksklusif di Kelurahan Pekan Bahorok sangat baik, dilihat dari jawaban responden mengenai kapan sebaiknya ASI pertama kali diberikan. Rata-rata ibu sudah mengetahuinya yaitu begitu lahir langsung diberi ASI, tetapi yang menjadi halangan jika ASI tidak langsung keluar begitu bayi lahir yang menyebabkan ibu memberikan bayi susu formula terlebih dahulu. Dari hasil survei pendahuluan di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara pada bulan Januari 2015 yang dilakukan pada 5 orang ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan, diketahui yang tidak mendapatkan ASI eksklusif berdasarkan umur 0-1 bulan sebanyak 3 orang, umur 2 bulan hanya 1 orang dan yang mendapatkan ASI eksklusif umur >6 bulan hanya 1 orang. Rendahnya cakupan ASI eksklusif disebabkan oleh pemberian susu formula yang didukung oleh tenaga kesehatan dan budaya di desa pangirkiran seperti pemberian gula pada saat bayi memasuki rumah setelah kembali dari rumah bersalin untuk penyambutan keluarga baru serta pemberian madu pada bayi sebelum menyusui pertama kali. Hal ini sangat mendukung terjadinya kegagalan pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Yang Mempunyai Bayi 7-12 Bulan Dalam Pemberian ASI Eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan rendahnya cakupan ASI eksklusif dan apakah ada faktor-faktor yang mempengaruhi ibu yang mempunyai bayi 7-12 bulan dalam pemberian ASI eksklusif Di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2015. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu tehadap pemberian ASI eksklusif 2. Untuk mengetahui pengaruh sikap ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 3. Untuk mengetahui pengaruh informasi tenaga kesehatan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 4. Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 5. Untuk mengetahui pengaruh kondisi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 6. Untuk mengetahui pengaruh budaya terhadap pemberian ASI eksklusif
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara
yang
kebenarannya
akan
dibuktikan
dalam
penelitian
tersebut
(Notoatadmojo, 2005), dengan demikian dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 1. Ada pengaruh pengetahuan terhadap pemberian ASI eksklusif 2. Ada pengaruh sikap terhadap pemberian ASI eksklusif 3. Ada pengaruh informasi petugas kesehatan terhadap pemberian ASI eksklusif 4. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap pemberian ASI eksklusif 5. Ada pengaruh kondisi ibu terhadap pemberian ASI eksklusif 6. Ada pengaruh budaya terhadap pemberian ASI eksklusif 1.5 Manfaat Penelitian Sebagai bahan informasi bagi ibu khususnya pada ibu yang menyusui dan pada masyarakat di Desa Pangirkiran Kecamatan Halongonan Kabupaten Padang Lawas Utara agar menjadi masukan bagi bidan desa untuk meningkatkan penyuluhan ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara