PROSPEKTUS PENDIDIKAN PETUGAS LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN SAYUR (KENTANG DAN KUBIS)
1. LATAR BELAKANG Perkembangan
penduduk
Indonesia
yang
terus
mengalami
peningkatan, berimplikasi pada peningkatan akan kebutuhan sayuran bagi masyarakat. Namun sayang petani Indonesia
belum mampu
memenuhi kebutuhan sayuran tersebut baik secara kuantitas maupun kualitas. Sehingga untuk pemenuhan kebutuhan tersebut harus mendatangkan dari negara lain. Berdasarkan kondisi tersebut maka sayuran merupakan komoditas yang memiliki prospek yang cukup menjanjikan. Upaya pemenuhan kebutuhan sayuran tersebut mengalami hambatan, karena
pemerintah memandang komoditas kurang menguntungkan,
bila dibandingkan dengan tanaman panagan (padi dan palawija). Padahal menurut kajian partisipatif tentang komoditas sayuran ( kentang dan Kubis) di Indonesia yang dilakukan oleh CIP tahun 19981999, komoditas ini merupakan andalan bagi petani pada daerah dataran tinggi ( lebih dari 800 m diatas permukaan air laut) yang tersebar di
Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara. Keunggulan sayuran ( kentang dan kubis) dibandingkan dengan tanaman lainnya adalah mempunyai produktivitas yang tinggi, pemasaran mudah, dan mempunyai
harga
yang relatif
stabil,
sehingga
dari
ekonomi
menguntungkan. Pengelolaan sayuran dengan menggunakan input kimia yang tinggi, tidak tersedianya bibit yang berkualitas di tingkat petani dan tingkat serangan hama dan penyakit yang cukup tinggi. Dampak yang
ditimbulkan kualitas sayuran rendah/kurang sehat, biaya produksi tinggi,
resiko
gagal
panen cukup
tinggi.
Hal
ini disebabkan
kemampuan petani dalam pengelolaan sayuran yang ramah lingkungan dan lebih efisien rendah. Namun permasalahan diatas belum dapat dipecahkan karena; 1) kebijakan pemerintah masih terfokus pada komoditas pangan utama yaitu padi, sayuran masih dianggap komoditas yang belum penting sehingga terkesampingkan dari kebijakan.; 2) belum banyak lembaga pemerintah dan LSM yang melakukan pendampingan kepada petani kentang secara intensif yang mempunyai kapasitas teknis dan strategis; 3 Selama ini, permasalahan sayuran hanya dilihat sebagai permasalahan teknis dan mengabaikan permasalahan non teknis. Sehingga
pendekatan
yang
dilakukan
dalam
penyelesaiannya
cenderung dengan pada pendekatan teknis. Model pendekatan ini hanya mampu menyelesaikan permasalahan teknis yang bersifat sementara dan tidak mampu melakukan perubahan mendasar tentang penyelesaian permasalahan budidaya tanaman kentang itu sendiri. Model pendekatan yang tidak mampu melakukan perubahan mendasar tersebut, sebagai akibat dari model pendidikan konvensional yang dilakukan oleh LSM maupun
pemerintah pada petani.
Model
pendidikan tersebut cenderung bersifat elitis, dimana memisahkan secara jelas antar teori dan praktek Dan belum didasari pada visi, paradigma, dan teori yang mendukung terjadinya transformasi sosial, Sehingga cenderung melahirkan lulusan yang verbalis disatu sisi dan menjadi tukang disisi yang lain. Pendidikan menjadi
alat sangat efektif untuk mempengaruhi
pemikiran – pemikiran para aktivis. Selanjutnya, pendidikan tersebut menentukan model yang akan dilakukan mengarahkan dan mamacu suatu perubahan sosial ditingkat petani. Perubahan sosial berarti perubahan secara mendasar dalam relasi – relasi politik, sosial Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
4
ekonomi, lingkungan hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi, gender, dan untuk mejadikan posisi tawar – menawar dari bagian – bagian sistem sosial yang ada, sehingga akan menjadi seimbang. Dengan demikian model pendidikan yang akan dikembangkan di tingkat masyarakat oleh para aktivis baik LSM maupun pemerintah, minimal memiliki aspek – aspek; pertama, model pendidikan harus mampu meningkatkan kesadaran kritis aktivis terhadap marginalisasi peran dan kemampuan dalam menganalisis hubungan-hubungan politik, sosial – ekonomi, kebudayaan, gender, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta lingkungan hidup. Kedua, model pendidikan harus melahirkan kader – kader profesional yang mampu memfasilitasi aksiaksi untuk meningkatkan kesadaran petani. Ketiga, model pendidikan harus mampu menjembatani lahirnya jaringan kerjasama pada semua level, untuk mendorong terjadinya transformasi sosial yang sistematis dan terencana. Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, maka sebagai upaya mempercepat proses perubahan di tingkat petani, LPTP – WE - CIP menyelengarakan TOT bagi Pendamping petani kentang. Kerjasama tersebut dibangun mengingat masing –masing lembaga memiliki kemampuan khusus sehingga akan terjadi proses saling memperkuat satu sama lain dan dapat menghasilkan alumni yang berkualitas. Adapun kemampuan dan pengalaman masing – masing lembaga sebagai berikut :
1.1. LPTP (Lembaga Pengembangan Teknologi Perdesaan) Sejak tahun 1989, LPTP secara terus menerus berupaya untuk memperkuat program – program lapangan dengan pendekatan– Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
5
pendekatan yang lebih profesional, baik di sektor pendesaan maupun perkotaan. Di sektor pedesaan, model pendampingan untuk pengendalian hama terpadu (PHT) telah melahirkan pusat-pusat belajar ditingkat petani yang tersebar dibeberapa wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Beberapa pengalaman LPT
yang
lain,
mengembangkan
pada program
tahun
1989-1992
Pendidikan
LPTP
telah
Participatory
Action
Reseach (PAR) untk aktifis LSM dan perguruan tinggi. Pendidikan yang telah melahirkan aktifis yang memiliki ideologi dan kemampuan analisisi metodologi partisipatif yang kuat. Tahun 1993-1995, LPTP juga memprakarsai program pendidikan aktivis LSM. Pendidikan tersebut melahirkan aktifis yang memiliki kemampuan melakukan pengorganisasian masyarakat dengan muatan
politis
yang
lebih
baik.
LPTP
dengan
lembaga
pendidikan yang ada SUSDEC ( Sustainable Education Center) telah menyelenggarakan 4 periode pendidikan untuk aktivis untuk program pertanian berkelanjutan. 1.2. WE (World Education) World
Education
(WE)
merupakan
lembaga
sawadaya
masyarakat Internasional yang cukup memiliki pengalaman dalam bidang Sekolah Lapangan Pengendalian Hama terpadu (SLPHT). Baik untuk komoditas padi , palawija maupun kentang. Khusus
untuk
tanaman
kentang
WE
sendiri
telah
mngembangkan SLPHT kentang sejak tahun 1990-an di Sumatera dan dibeberapa daerah di Indonesia lainnya. Lembaga ini juga cukup memiliki SDM yang berkualitas dan jaringan yang cukup luas.
1.3. CIP (International Potato Center) International Potato Center (CIP) adalah lembaga non-profit yang
bergerak
pada
pengembangan
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
tanaman
ubi-ubian, 6
termasuk kentang dan ubi jalar. Salah satu programnya adalah pengembangan SLPHT kentang. Program dimulai tahun 1998 dengan studi identifikasi permasalahan kentang dan peluang pemecahannya, terapan.
dilanjutkan
dengan
penelitian
dasar
dan
Penelitian mencakup pada permasalahan hama
penyakit, produksi bibit sehat dan pengambangan modul-modul pembelajaran di tingkat petani. Dalam program tersebut, CIP bekerjasama dengan lembaga pemerintah non pemerintah. Sedangkan pendidikan ini didesain dengan menggabungkan aspek teori kritis, metodologi partisipatif dan pengalaman praktis. Hal ini diharapkan dapat dihasilkan alumni yang berkualitas yang menguasai aspek praktis dan teoritis. 2. TUJUAN 1. Secara
umum:
Untuk
mendidik
fasilitator
masyarakat agar memiliki kesadaran, visi, dan
pemberdayaan misi dalam
mewujudkan sistem pertanian yang ramah lingkungan, memiliki kemampuan dasar analisi sosial, dan metodologi pemberdayaan petani.
2. Secara khusus, peserta diharapkan memiliki etos kerja yang tinggi dan performance kerja yang memadai sebagai pekerja lapangan LSM /pemerintah sebagai pemandu lapangan, dibidang PHT (Pegendalian Hama Terpadu ) Kentang. Maka pendidikan ini juga memberikan pengalaman bekerja secara parktis di lapangan, yakni dengan cara bekerja langsung (Field Training) dengan petani.
3. SASARAN 1. Staf LSM yang memiliki kepedulian terhadap permasalahan petani 2. Staf instansi pemerintah di bidang pertanian Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
7
3. Informal leader dari komunitas Petani yang berasal dari kelompok yang memiliki kemampuan dalam pengelolaan budidaya tanaman kentang. 3. Peneliti/ perguruan tinggi yang concern terhadap SLPHT sayuran
4. PERAN, TUGAS DAN FUNGSI Setelah mendapatkan pelatihan, peserta tersebut mempunyai peran, tugas dan fungsi sebagai berikut : 1. Peran ; a.
Menjadi motivator dalam masyarakat untuk mendorong tumbuhnya kesadaran kritis dalam menyikapi proses perubahan kebijakan.
b.
Menjadi dinamisator dalam masyarakat untuk meningkatkan participation petani dalam kegiatan pengembangan pertanian berkelanjutan .
c. Menjadi pendamping masyarakat yang berperan dalam membimbing dan membina komunitas dalam berbagai bentuk kegiatan.
2. Tugas ; a. Menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah, perguruan tinggi, organisasi petani dan stake holder yag lain untuk mewujudkan gerakan pertanian yang ramah lingkungan b. Menumbuhkan dan mendorong partisipasi masyarakat dalam berbagai
kegiatan
pembangunan
untuk
mewujudkan
pengelolaan pertanian yang ramah lingkungan.
c. Melakukan penyebarluasan pengetahuan yang didapatkan selama pelatihan dan melakukan pendampingan kepada komunitasnya terutama tentang aspek SLPHT kentang yang baik. Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
8
3. Fungsi ; a. Sebagai simpul jaringan kelompok masyarakat (focal point) yang membantu petani dalam menyelesaikan permasalahan – permasalahan tanaman kentang. b. Pelatih, pembimbing dan pendamping masyarakat dalam mewujudkan sistem pertanian yang ramah lingkungan.
c. Pendorong dan penggerak semangat kebersamaan dalam rangka
kerjasama
pembangunan
dengan
kelompok
kepentingan masyarakat yang lain.
5. HASIL YANG DIHARAPKAN Kegiatan ini diharapkan akan menghasilkan 20 orang (laki-laki dan Perempuan) yang terlatih, memiliki kapasitas dan kapabilitas yang memadai untuk memfasilitasi proses SLPHT Kentang, dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Peserta memiliki kemampuan teknisk budidaya sayuran (kentang dan Kubis) b. Peserta memiliki kemampuan merumuskan kurikulum c. Terumuskan perencanaan /workplan pasca pelatihan d. Peserta mampu menyelenggarakan SLPHT bersama masyarakat e. Memiliki visi dan misi yang jelas, kesadaran kritis terhadap perubahan sosial, kemampuan analisis sosial yang baik. f.
Memiliki kemampuan untuk merencanakan dan memfasilitasi proses belajar dan pelatihan pada tingkat masyarakat.
g. Memiliki
kemampuan
menggerakkan
masyarakat
untuk
berpartisipasi dan membangun jaringan dengan stakeholder’s yang lain untuk mewujudkan pengelolaan pertanian yang ramah lingkungan .
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
9
6. METODOLOGI PELATIHAN Prinsip dasar pendekatan pelatihan akan menggunakan model pendidikan kritis. Asas pendidikan kritis adalah: a. Belajar dari Realitas atau Pengalaman Yang dipelajari bukanlah hanya teori yang tidak ada kaitan dengan ralitas dan kebutuhan melainkan berangkat dari realitas dan kebutuhan.
Konsep teori dipakai untuk membantu dalam
menganalisa realitas dan kebutuhan.
Konsekuensinya, tidak ada
otoritas pengetahuan seseorang lebih tinggi dari yang lainnya. Keabsahan
pengetahuan
seseorang
ditentukan
oleh
pembuktiannya dalam realitas tindakan nyata atau pengalaman langsung, bukan pada retorika teoritik atau “kepintaran omong” nya b. Tidak Menggurui; Karena itu, tak ada “guru” dan tak ada “murid yang digurui”. Semua orang yang ter-libat dalam proses pendidikan ini adalah “guru sekaligus murid” pada saat yang bersamaan. Keduanya sama-sama mencurahkan perhatian pada obyek yang sedang dikaji. c. Dialogis; Karena tidak ada lagi guru atau murid, maka proses yang berlangsung bukan lagi proses “mengajar-belajar” yang bersifat satu-arah, tetapi proses “komunikasi” dalam berbagai bentuk kegiatan (diskusi kelompok, diskusi pleno, bermain peran, dsb) dan media (peraga, grafika, audio-visual, dsb) yang lebih memungkinkan terjadinya dialog kritis antara semua orang yang terlibat dalam proses belajar. Adapun proses belajar yang akan digunakan dalam pelatihan adalah proses belajar terstruktur dengan daur belajar sebagai berikut : Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
10
Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses belajar tersebut adalah: Mengalami/Melakukan Proses “mengalami” yakni memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk memiliki atau merasakan suatu pengalaman. Ini Berarti memberikan pengalaman langsung bagi warga belajar Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
11
dilibatkan dan bertindak untuk merasakan dan mengalami langsung. Pengalaman ini yang akan menjadi guru dan pangkal tolak kegiatan selanjutnya. Mengungkapkan Dari pengalaman tersebut warga belajar menguingkapkan segenap apa yang sudah dialami, atau kesan dari perasaannya, termasuk pengalaman dari Warga belajar lain. Pengalaman ini selanjutnya menjadi data untuk diolah selanjutnya. Mengolah dan menganalisis Warga belajar kemudian mengkaji semua data yang telah diungkapkan
yang
berdasarkan
pada
pengalaman
tersebut,
kemudian mengaitkannya dengan pengalaman baru untuk dibahas dan dianalisis. Menyimpulkan dan Menerapkan Ahirnya peserta sendiri yang diharapkan memetik kesimpulan dari analisa yang mereka telah lakukan. Tujuan utama dari langkah menyimpulkan
ini
adalah
menuju
pada
aksi
pelaksanaan,
penerapan, atau implementasi dari apa yang warga belajar telah diskusikan. Model ini dikenal dengan praksis yang penerapannya dilakukan dengan kuliah inclass dan out class. Kegiatan inclass dimaksudkan untuk mendiskusikan tentang teori – teori perubahan sosial , termasuk paradigma kelilmuannya, filsafat yang mendasarinya, metodologinya. Inclass refleksi dimaksudkan untuk mendiskusikan hasil temuan lapangan dan rencana lapangan selanjutnya. Kegiatan out calss adalah implementasi dilapangan yang dilakukan bersama nara sumber lokal. Kuliah out class lebih menekankan pada
penguasaan
teknis,
serta
pengembangan
interaksi
masyarakat dampingan. Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
12
7. PROSES PENDIDIKAN Model yang dikembangkan dalam TOT adalah model In class : clasikal learning prosess (CLP) - Out class : experiential learning prosess (ELP)
a. Clasical learning process (CLP) Clasical learning process (CLP) adalah kegiatan inclas yang dilakukan secara tersentral dipusat belajar yang memadukan antara teori dengan praktek.
Didalam pusat belajar ini akan
dilakukan proses belajar di kelas untuk memperkaya wacana kritis Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
13
bagi peserta baik yang berkaitan dengan materi teknis maupun non teknis. Kegiatan yang dilakukan dengan pemberiaan materi – materi yang bersifat teoritis. Disamping untuk memberikan pengalaman empiris yang berkaitan dengan teknis budidaya sayuran, maka disediakan lahan belajar yang dapat digunakan untuk melakukan implementasi teori dan melakukan riset untuk memecahkan permasalahan teknis yang dihadapi secara langsung. Sedangkan untuk melakukan pendalaman materi sehingga peserta benar – benar menguasai
materi tersebut maka di bentuk
kelompok belajar yang terdiri dari 5 orang. Sehingga peserta akan terbiasa berdiskusi dan memecahkan masalah secara bersama. Dengan demikian diharapkan peserta memiliki kemampuan kritis dalam menyikapi permasalahan dan memiliki kemampuan teknis yang cukup memadai. b. Experiential learning process (ELP) Experiential learning process (ELP) adalah kegiatan yang dilakukan peserta
untuk
kelompok.
meningkatkan
Pada
kegiatan
kemampuan ini
peserta
dalam
mengelola
akan
melakukan
pendampinga langsung kepada petani. Mulai dari pembentukan kelompok sampai pada pengelolaan kelompok. Peserta akan disebar dibeberapa wilayah program. Kegiatan ini dilakukan 2 hari sekali tiap akhir minggu. Peserta melakukan proses pendampingan kepada kelompok tani, sehingga ketika pasca pelatihan merekan langsung terjun mampu melakukan proses pendampingan.Kegiatan ini akan diampu oleh seorang fasilitator yang akan melakukan asistensi untuk mengawal proses pendampingan.
9. MATERI PELATIHAN
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
14
Materi pelatihan Training Of Trainer (TOT) SLPHT sayuran
dibagi
menjadi 3 golongan besar, yakni materi yang berhubungan dengan aspek
pengetahuan,
materi
yang
berhubungan
dengan
aspek
keterampilan dan materi yang berhubungan dengan aspek sikap. Materi pelatihan 25% merupakan materi non teknis sedangkan 75 % merupakan materi teknis. Secara rinci materi pelatihan dapat dilihat pda kurikulum halaman selanjutnya.
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
15
No.
POKOK BAHASAN
TUJUAN
SUB POKOK BAHASAN
ORIENTASI BELAJAR 1.
Orientasi belajar
TEKNIS BUDIDAYA KENTANG 2. Teknis budidaya tanaman kentang dan kubis
Terciptanya suasana belajar ang kondusif Peserta memahami konsep dan gambaran metode pelatihan Terciptanya kesamaan persepsi tentang kerangka dasar pelatihan TOT Disepakatinya Agenda Pelatihan TOT Disepakatinya Pembagian peran antar peserta dan pengelola latihan
Peserta paham dam mampu melakukan analisa agroekosistem Peserta memahami tahap-tahap perkembangan tanaman kentang dan kubis Peserta memahami dan menguasai strategi pengelolaan tanaman kentang dan kubis Peserta memahami ekologi dan pengelolaan penyakit tanaman kentang dan kubis Peserta memahami pengelolaan pasac apanen dan alur pemasaran Peserta memahami teknik analisa usaha tani kentang dan kubis
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
Perkenalan Penjelasan konsep pendidikan Kontrak Belajar (menyusun Harapan, kekhawatian) Penyusunan jadwal dan tata tertib
Analisa agroekosistem Perkembangan tanaman kentang Strategi pengelolaan tanaman kentang Pengelolaan hama dan penyakit Panen dan pasca panen Analisa usaha tani
16
No. 3.
POKOK BAHASAN Riset kentang
TUJUAN
Peserta memahami tahapan-tahapan riset Peserta mampu merancang dan melaksanakan riset Peserta mampu menganalisis, membahas dan meyimpulkan hasil riset
SUB POKOK BAHASAN
4.
METODOLOGI PENDAMPINGAN PETANI Pendidikan Orang Peserta memahami falsafah dan prinsip-prinsip pendidikan Dewasa
5.
Komunikasi yang baik
6.
Teknik fasilitasi
7.
Advokasi
orang dewasa (andragogy) Peserta bisa mempraktekan memfasilitasi dengan menggunakan pendekatan andragogy Peserta memahami prinsip-prinsip komunikasi yang efektif Peserta bisa menggunakan komunikasi sebagai media untuk menyampaikan informasi Peserta mengerti sikap dasar seorang fasilitator Peserta bisa mempraktekkan teknik-teknik fasilitasi Bisa menjadi fasilitator Peserta mengetahui dasar-dasar SLPHT Peserta menguasai teknik-teknik SLPHT Peserta mengetahui pengertian tentang dan teknik-teknik advokasi Peserta mampu melakukan advokasi
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
Metodologi riset Riset pengelolaan busuk daun Riset pengelolaan penyakit layu bakteri Riset penggunaan GV untuk pengelolaan hama penggerek umbi kentang Riset pemupukan Riset pembuatan & seleksi bibit Riset peran musuh alami
Filosofi Pendidikan Orang Dewasa Prinsip-prinsip Pendidikan Orang Dewasa
Prinsip-prinsip dasar komunikasi Teknik membangun komunikasi dua arah Sikap dasar fasilitator Teknik-teknik memfasilitasi Dasar-dasar SLPHT Persiapan SLPHT Pelaksanaan SLPHT Prinsip dasar advokasi Teknik-teknik advokasi
17
10. BIAYA PENDIDIKAN Penyelenggara akan menanggung seluruh proses belajar yang terdiri dari
biaya pendidikan selama
biaya proses belajar, akomodasi,
konsumsi, dan transportasi lokal. Sedangkan transportasi peserta dari daerah asal dan perdiem menjadi tanggungjawab peserta sendiri atau lembaga yang bersangkutan. Peserta akan memperoleh : 1. Buku – buku modul teknis dan SLPHT Kentang 2. Sertifikat 3. Hasil studi lapangan peserta 4. Foto dokumentasi kenang – kenangan 5. Block note, tas, kaos 6. Makan dan snack selama out class Fasilitas yang disediakan penyelenggara adalah : 1. Perpustakaan dengan bahan penunjang yang lengkap 2. Laboratorium lapangan, baik lahan maupun peralatan 3. Ruang belajar yang nyaman 4. Tempat tinggal selama inclas dan out class selama mengikuti pelatihan 5. Fasilitas komputer untuk membuat laporan 11. NARA SUMBER, FASILITATOR DAN ORGANISER Nara sumber dan fasilitator mempunyai latar belakang yang beragam (Akademisi universitas, saktivis senior, LSM, dan tenaga ahli), yaitu:
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
18
No. 1. 2.
Nama Ir. Warsito Tantowijoyo Ir. Handoko Widagdo
Lembaga CIP WE
Keahlian Riset dan SLPHT Kentang Penelitian partisipatif dan Pertanian
3. 4.
A. Mahmudi, SH Ir. A. Gunawan Wibisono
LPTP SUSDEC
Berkelanjutan Analisa Sosial Analisa kebijakan dan
5. 6.
Rahardi, Spd Purnomo WS.
WE LPTP
Advokasi Pendidikan Kritis Metodologi Pendampingan
7. 8. 9.
Drs. MS. Agung Wahyana Sumino Eko Istiyanto, SP
LPTP LPTP LPTP
Partisipatif Manajemen Program Kepemanduan Manajemen Kelompok
10. 11.
Sri Wahyuning, SH Zamzaini
LPTP LPTP
SLPHT Manajemen Training Monitoring dan evaluasi
12. 13.
Gunawan Wiyanto
Petani Mitra
partisipatif Teknik Budidaya Kentang Membangun Organisasi
14.
Zakaria
Tani SUSDEC
Petani Membangun Organisasi
15. 16.
Ir. Sutoyo Wawan Yuwono
WE LPTP
Petani Kepemanduan MIS (Sistem Informasi
17.
Kelompok SLPHT Kentang
Kelompok
Manajemen) Pengelolaan SLPHT
Ngargoyoso
Tani
Pendidikan
diorganisir
oleh
Departement
Sustainable
Agriculture
(Pertanian Berkelanjutan) LPTP Surakarta.
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
19
12. WAKTU DAN TEMPAT PENDIDIKAN ; Pendidikan dilaksanakan selama 180 hari (3 bulan)
dimulai
bulan
Maret - Mei 2004 bertempat di Tawangmangu, Karanganyar.
13. WAKTU DAN TEMPAT PENDAFTARAN a. Waktu pendafataran bisa dilakukan paling lambat tanggal 1 Nopember 2003 – 29 Pembruari 2004 b. Tempat Pendaftaran : LPTP : JL. Nuri. Nuri IV No. 11, Sambeng, Mangkubumen, Surakarta. PO. BOX : 313 Solo 57103, Central Java, Indonesia Phone : 62-271-712049,710141,731207, Fax :62-271 731208 ; Email :
[email protected],
[email protected] Pendaftaran bisa dilakukan dengan cara : 1. Datang sendiri/perwakilan ke tempat pendaftaran pada alamat tersebut 2. Dikirim melalui pos
14. PERSYARATAN PESERTA : a. Jumlah peserta pendidikan maksimal 20 orang b. Diutamakan dari LSM, Petani, PPL atau PHP c. Peserta ditugaskan atau setidaknya diproyeksikan menjadi fasilitator PHT di lembaga tempat bekerja d. Membuat daftar riwayat hidup sistematika terlampir
peserta paling tidak sesuai
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
20
15. CRUCULUM VITAE : Curicukum Vitae (CV) disusun dengan sistematika, sebagai berikut : 1. Identitas pribadi 2. Riwayat hidup 3. Pengalaman organisasi 4. Training yang pernah diikuti 5. Pertemuan ilmiah yang pernah diikuti 6. Pengalaman kerja 7. Tulisan, Artikel, yang pernah dibuat 8. Keahlian dan Keterampilan yang dimiliki 9. Bahasa yang dikuasai 10. Keanggotaan Jaringan
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
21
16. FORMULIR PENDAFTARAN : Yang bertanda tangan dibawah ini Nama lengkap
:
Tempat/Tanggal Lahir
:
Alamat Tempat Tingga
:
Lembaga/Organisasi Tempat Bekerja : Jabatan di Lembaga saat ini
:
Setelah membaca prospektus ini, saya menyatakan berniat mengikuti “ TOT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu ) Tanaman Kentang “. Untuk itu mohon dapat didaftarkan sebagai calon peserta. Saya menyatakan bersedia mengikuti pendidikan sampai selesai.
…………………………., 200… Hormat Kami
(………………………..) calon peserta
*) Pendaftaran harus dilampirkan : CV, Pas Photo ukuran 3x4 sebanyak 4 lembar
Prospektus Pendidikan Petugas Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Tanaman Sayur (Kentang dan Kubis)
22