Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora
ISSN 2089-3590 | EISSN 2303-2472
PERBEDAAN TENTANG DERAJAR KESABARAN DALAM BERBISNIS PADA PARA PENGUSAHA KOMUNITAS TDA (TANGAN DI ATAS) KOTA BANDUNG (STUDI KOMPARATIF ANTARA SUKU SUNDA, JAWA DAN MINANGKABAU) 1
Umar Yusuf, 2Resthi Dwi Fauzia, dan 3Rossy Rosada
1,2,3
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No 1 Bandung 40116 e-mail: 1kr_umar @yahoo.co.id
Abstrak. Penelitian ini adalah berupa penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan dari ketiga etnis tersebut.Adapun untuk memperoleh data empiris dari ketiga etnis, digunakan angket yang dibuat oleh penulis sendiri yang diturunkan dari konsep kesabaran (Umar Yusuf, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa derajat kesabaran etnis minangkabau lebih tinggi dari kedua etnis sunda dan jawa (di mana 82 % etnis minangkabau menunjukkan derajat kesabaran tinggi dalam berbisnis, dan l6% menunjukkan derajat kesabaran. Sedangkan untuk etnis sunda dan jawa menunjukkan derajat kesabaran tinggi 68 % dan 32 % derajat kesabaran sedang. Meskipun perbedaan antara etnis jawa dan etnis minangkabau tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan, sedangkan untuk etnis sunda dan etnis minangkabau terdapat perbedaan yang signifikan. Kata kunci: kesabaran, teguh, tabah, dan tekun
1.
Pendahuluan
Perilaku secara umum terbentuk dari hasil proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Hal ini dapat kita lihat pada perilaku ketiga etnis yaitu Sunda, Jawa dan Minangkabau. Orang sunda banyak dipersepsi memiliki karakteristik sebagai berikut: memilikikarsa (etos kerja) yang relatif lemah. Lemahnya karsa orang Sunda dapat dirujuk melalui indikator-indikator sebagai berikut: (1) tidak ada orientasi ke masa depan, (2) tidak ada growth philosophy, (3) cepat menyerah, (4) berpaling ke akhirat, (inerta atau lamban) (Herman Suwardi, 2001). Sedangkan Ayip Rosidi (2011) mengatakan bahwa orang sunda suka mengalah, selalu mendahulukan orang lain, dan tidak haus kekuasaan, kurang daya kompetisi, dan cenderung lebih suka menempatkan diri jadi bawahan, daripada menjadi pemimpin. Hal yang sama dikemukakan oleh Tjetje H. Padmawinata (2012) bahwa orang sunda kurang daya juang, kurang memiliki daya kompetisi, dan tidak punya ambisi untuk menguasai orang lain. Berbeda dengan suku Jawa yang banyak diidentikkan dengan sikap sopan, segan, menyembunyikan perasaan alias tidak suka berbicara secara spontan ataulangsung untuk mengutarakan isi hatinya, suka menjaga etika ketika mereka berbicara dengan orang lain, baikmenyangkut isi pembicaraan dan atau bahasayang digunakan dengan orang-orang yangdiajak bicara. Suka menampik tawaran orang lain dengan halus, hanya semata-mata demi etika dan sopan santun. Sikap hidupnya cenderung serba pasrah dengan segala keputusan yang ditentukan oleh Tuhan. Dalam relasi sosial orang Jawa sangat memegang teguh pepatah yang mengatakan: ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Ini merupakan konsep dasar hidup bersama yang penuh kesadaran dan tanggungjawab. Dalam interaksi antar personal di masyarakat pada orang Jawa, mereka selalu saling menjaga segala kata dan perbuatan untuk tidak menyakiti hati orang lain (Ikhwan Yulianto Minggu, 27 Januari 2013) 189
190 | Umar Yusuf, et al. Lain halnya karakteritik dari orang minangkabau yang biasanya ditandai olehsifat-sifat seperti berani, rajin, adil, setia, tenggang rasa, hemat, pandai, dan bisa juga licik (Amri MS; Mei 2013). Namun ada yang berpendapat karakteristik orang minangkabau menunjukkan (gigih), karengkang, kareh kapalo (kopig, keras kepala, kepala batu, tak mau kalah), egois (suka menang sendiri dan mendahulukan kepentingan sendiri), rancak di labuah(selalu ingin terlihat bagus), jinaha (licik dan licin) (Admin 2010). Kesabaran merupakan salah satu faktor penting untuk menjembatasi kesuksesan seseorang.Karena sabar merupakan suatu sifat (psychological trait), yang penting dalam perilaku, karena sabar adalah kemampuan mengatur, mengendalikan, mengarahkan (pikiran, perasaan dan tindakan), serta mengatasi berbagai kesulitan secara komprehensif dan integratif (Umar Yusuf, 2010).Selain itu di dalam sabar menggambarkan adanya ketekunan, ketabahan, keteguhan dalam melaksanakan/ mencapai kesuksesan. Dengan demikian sabar merupakan psychological trait yang tepat untuk didalami dan dikembangkan sampai pada penerapannya di Indonesia bahkan di dunia (Sutardjo A Wiramiharja, 2014). Penelitian yang dilakukan adalah merupakan penelitian komparatif, yaitu penelitian yang bersifat membandingkan. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Mohammad Nasir (1988 : 68) mengatakan bahwa “Studi atau penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang sebab akibat, dengan menganalisa faktorfaktor penyebab terjadinya atau munculnya suatu fenomena tertentu”. 2.
Definisi Sabar
Pengertian kesabaran dalam penelitian ini adalah kemampuan individu untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan dan mengatasi berbagai kebutuhan/ permasalahan atau kesulitan yang dihadapi, secara komprehensif dan integratif dengan 3 kunci utama yaitu teguh pada prinsip, tabah dan tekun (Umar Yusuf, 2010). Teguh pada prinsif adalah menggambarkan keyakinan seseorang dalam menjalankan kehidupan yang dihadapinya dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1991) teguh pada prinsif.adalah kukuh (pada perbuatan), kuat berpegang (janji, perkataan), tetap dan tidak berubah (pendirian, keyakinan, kesetiaan). Aspek kedua dari sabar adalah tabah. Tabah adalah kekuatan dalam menghadapi (cobaan, bahaya,ujian, kesulitan) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991). Tabah juga diartikan tetap dan kuat hati (dl menghadapi bahaya dsb); berani: kita harus - dl menghadapi berbagai cobaan (ujian, kesulitan). Dalam kata tabah terkandung berbagai indikator perilaku sebagai berikut: daya juang, daya tahan, toleransi terhadap frustrasi, mampu belajar dari kegagalan, dan bersedia menerima umpan balik untuk memperbaiki diri.Daya juang yaitu kegigihan dalam mencapai tujuan. Selanjutnya aspek ketiga dalam kesabaran adalah tekun. Di da lam ketekunan terkandung adanya antisipasi atau kesiagaan, perencanaan, dan adanya aktivittas yang terarah terhadap pencapaian tujuan. Dalam perspektif Islam untuk menjadi orang sukses, seseorang harus tetap berkonsentrasi dan terarah serta tidak bertindak setengah-setengah,meskipun mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Dalam melaksanakan tugas mereka harus senantiasa
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora
Perbedaan Tentang Derajar Kesabaran dalam Berbisnis pada ...
| 191
manfaatkan waktu dengan baik dalam mensinergikan kemampuan fisik dan mental untuk mencapai sukses. Hal ini sesuai dengan Hadist Rasulullah saw dari Aisyah yang artinya: Sesungguhnya Allah mencintai setiap kalian yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan, maka ia menyempurnakannya (H.R Thabrani) Secara umum kiat dalam meraih sukses adalah sebagai berikut: (1) Berani mengambil risiko. Keteladanan tentang pengambilan resiko ini dapat pula kita lihat dari Rasulullah saw, sebagaimana diriwyatkan oleh (HR Al-Baghawi dan Muslim) “Ketika perang sedang berkecamuk dan dua pasukan telah saling membunuh, kami para sahabat berlindung di balik Rasulullah dan tidak ada seorangpun yang lebih dekat kepada musuh kecuali beliau.” (HR Al-Baghawi dan Muslim). (2) Percaya diri dan merasakan bahwa dirinya berbuat sesuatu untuk dunia. Masalah kepercayaan diri ini Rasulullah saw sengat tegas seperti apa yang disampaikan oleh Saat al Khudri: ia melihat ada sesuatu yang harus dikatakan karena Allah, tetapi dia tidak mengatakannya. Maka Allah swt berfirman, apa yang menghalangi engkau untuk mengatakan itu. Karena takut kepada manusia. (3) Menikmati apa yang sedang mereka lakukan. Orang sukses mampu melihat pekerjaan sebagai kesenangan; mereka memilih bekerja di mana mereka dapat unggul (Mc. Cleland) (4) Orang sukses akan menjadi pelajar seumur hidup. Hadist : barangsiapa yang hariharinya sama, maka ia sangat merugi (Bani salim) (5) Berpandangan positif terhadap apa yang dapat dikerjakan. Orang sukses berbuat bagaikan pelatih bagi orang lain, dengan menyuguhkan pesan-pesan positif dalam kehidupan sehari-hari. (6) Memotivasi diri sendiri. Orang sukses mempunyai banyak cara untuk memotivasi diri sendiri sehingga dapat terus berkarya lebih baik dari yang lain. Hadist Rasulullah saw dari Ibnu Umar:Sesungguhnya Allah mencintai orang mukmin yang profesional. (7) Tidak bekerja setengah- setengah. Orang sukses menyelesaikan tugas tidak dengan setengah-setengah. Hadist Rasulullah saw dari Aisyah: Sesungguhnya Allah mencintai setiap kalian yang apabila mengerjakan suatu pekerjaan, maka ia menyempurnakannya 3.
Penelitian dan Pembahasan
3.1
Perbedaan Tingkat Kesabaran Pengusaha Suku Minang dan Sunda Berdasarkan hasil uji statistik tentang perhedaan dari kedua suku yaitu suku Minang dan suku Sunda diperoleh uji beda sebesar 0.019. Di sini didapat probabilitasnya di atas 0,05. Maka H0 ditolak atau tingkat kesabaran pengusaha TDA yang bersuku Minang dan Sunda memiliki perbedaan yang signifikan 3.2
Perbedaan tingkat kesabaran suku Minang dengan Jawa Berdasarkan hasil uji perbedaan diperoleh hasil sebesar 0.097. Di sinii didapat probabilitasnya di atas 0,05. Maka H0 diterima atau tingkat kesabaran pengusaha TDA yang bersuku Minang dan Jawa tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
ISSN 2089-3590, EISSN 2303-2472 | Vol 4, No.1, Th, 2014
192 | Umar Yusuf, et al.
3.3
Perbedaan Tingkat Kesabaran Pengusaha Suku Sunda dan Jawa Berdasarkan hasil uji statistik tentang perbedaan derajat kesabaran antara suku Sunda dan Jawa diperoleh 0.312. Di sini didapat probabilitasnya di atas 0,05. Maka H0 diterima atau tingkat kesabaran pengusaha TDA yang bersuku Sunda dan Jawa tidak memiliki perbedaan yang signifikan.
Aspek Ketabahan 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Rendah Sedang Tinggi
MINANG
SUNDA
JAWA
Grafik 2: Perbandingan ketabahan pada suku Sunda, Jawa, dan Minangkabau
Aspek Ketekunan 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Rendah Sedang Tinggi
MINANG
SUNDA
JAWA
Grafik 3: Perbandingan aspek ketekunan suku Sunda, Jawa, dan Minang
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora
Perbedaan Tentang Derajar Kesabaran dalam Berbisnis pada ...
| 193
100% 80% 60% 40% 20% 0% MINANG Tinggi MINANG Sedang
Grafik 4: Perbandingan antar indikator dari suku Sunda, Jawa, Minangkabau
4.
Pembahasan
Hasil analisis data menggambarkan bahwa suku Minangkabau menunjukkan derajat kesabaran tinggi sebanyak 82%, sedangkan untuk suku sunda dan jawa yang menunjukkan kesabaran tinggi adalah sebanyak 68%. Demikian pula dalam hal keteguhan, ketabahan dan ketekunan, tampaknya suku minangkabau menunjukkan tingkat keteguhan tinggi, yaitu sebanyak 82 % menunjukkan keteguhan tinggi, sedangkan sunda dan jawa menunjukkan keteguhan tinggi sebanyak 68%. Sedangkan untuk ketabahan suku minangkabau menunjukkan ketabahan tinggi sebesar 82%, suku sunda hanya 59%, suku jawa 72%. Adapun untuk ketekunan suku minangkabau menunjukkan derajat ketekunan tinggi sebanyak 86 %, sedangkan untuk suku sunda 72%, sedangkan suku jawa 77%. Hasil penelitian ini mendukung gambaran tentang karakteristik masing-masing suku sebagaimana yang dikemukakan pada tinjauan teoretis sebelumnya. Adapun suku Sunda dan Jawa sebagaimana digambarkan di atas sangat berbeda dengan suku minangkabau yang memiliki sifat-sifat seperti berani, rajin, adil, setia, tenggang rasa, hemat, pandai, dan bisa juga licik (Amri MS; Mei 2013).Namun ada yang berpendapat karakteristik orang minangkabau menunjukkan (gigih), karengkang, kareh kapalo (kopig, keras kepala, kepala batu, tak mau kalah), egois (suka menang sendiri dan mendahulukan kepentingan sendiri), rancak di labuah(selalu ingin terlihat bagus), jinaha (licik dan licin) (Admin 2010). Dengan demikian hasil penelitian ini sekaligus memperkuat asumsi-asumsi sebagaimana apa yang tertera di atas di mana orang-orang minangkabau menunjukkan sifat kompetitif yang sangat tinggi dan juga ambisi yang sangat tinggi pula.
5.
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa Tingkat kesabaran pengusaha etnis Minangkabau menunjukkan derajat kesabaran tinggi sebanyak 82%, dengan keteguhan tinggi sebanyak 82%, dan ketabahan tinggi sebanyak 82%, serta ketekunan yang tinggi sebanyak 86%, jika dibandingkan dengan dua etnis lainnya yang hanya 68% respondeen yang menunjukkan derajat kesabaran tinggi. Adapunberdasarkan hasil pengolahan data menggunakanMann-Whitney bahwa terdapat perbedaan signifikan tenttang derajat kesabaran berbisnis antara etnis Minang dan Sunda, sedangkan pada etnis Minang dan Jawa ataupunetnis Sunda dan Jawa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Tingginya derajat kesabaran berbisnis pada pengusaha etnis Minangkabau, juga
ISSN 2089-3590, EISSN 2303-2472 | Vol 4, No.1, Th, 2014
194 | Umar Yusuf, et al. tampakhampir pada semua indicator yang diukur. Hasil ini berbeda dengan etnis Sunda yang lebih banyak menempati kategori sedang dari setiap indikatornya. 5.1
Saran untuk Kepentingan Penelitian Bagi peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian yang sama dapat dilakukan penelitian pada etnis lain yang jumlahnya sangat beragam di Indonesia, sehingga melalui penelitian tersebutakan diperoehdata tentang derajat kesabaran dan indikator-indikator perilaku yang dapat mendorong kesukesan seseorang,, serta upaya apa yang sebaiknya dilakukan untuk menetapkan kebijakan dalam meningkatkan daya saing bangsa ditingkat nasional ataupun global. 5.2
Saran Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan daya saing masing-masing etnis, terutama untuk kualitas sumber daya manusia, khususnya untuk memasuki pasar global yang telah disepakati oleh pemerintah Indonesia dengan negara-negara Asian lainnya. Daftar Pustaka Anonim.2007.Minangkabau-Indonesia.http://id.wikipedia.org/wiki/MinangkabauIndonesia/ diakses 24 November 2008. _______. 2008. About Minangkabau: Adat Budaya Minangkabau ndak lakang Dek Pareh, Ndak Lapuak Dek Hujan. http//palantaminangwordpress.com/about/, diakses 24 November 2008 _______. 2008. Kewirausahaan dari Persfektif Psikolog http://terminalinfo. blogspot.com/ diakses 18 November 2008 Djamaludin, E. Mengapa Urang Minang Senang Berdagang. http://cimbuak.net.content/ view/1190 28 Maret 2008 Halimi, Agus. 2010. Sabar dalam pendidikan menurut Al-Qur’an. Diktat Panduan Kuliah Kapita Selekta Perilaku Islami Fakultas Psikologi UNISBA. Koentjoroningrat. 1978. Kebudayaan Jawa. Jakarta:PN Balai Pustaka Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991). Balai Pustaka Jakarta. Noor, Hasanuddin M.Sc (2009). Psikometri (aplikasi dalam penyusunan instrument pengukuran perilaku Padmawinata, Cece (2012). Pandangan Hidup Orang Sunda, Seminar Tentang Perilaku dan Budaya Sunda. Fakultas Psikologi Unisba. Qoyyim, Ibnu al-Jauziyah (2009): Nikmatnya sabar: Senayan Publishing Cerdas dan Berkualitas. Jakarta. Rosidi Ayip. 2003. “Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Nampak dalam Peribahasa”. Makalah dalam Workshop Strategi Penelitian Islam-Sunda Lembaga Penelitian IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, Garut, 20-22 Juli 2003 Santoso, B. Potret Wirausahawan. http.//www. Pengusaha-Indonesia.com/showthread. Diakses 24 November 2008 Sukardi.2003.Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sumardi Suryabrata.2008.Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Soewardi Herman, 2001. “Etos Kerja Orang Sunda”. Makalah pada Konferensi Internasional Budaya Sunda I, Bandung, 22-25 Agustus. Yusuf, Umar. 2010. Makalah Sabar. Diktat Panduan Kuliah Kapita Selekta Perilaku Islami Fakultas Psikologi UNISBA.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sosial, Ekonomi dan Humaniora