Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6
EVALUASI KERAGAAN PERTUMBUHAN BENIH JERUK 15 VARIETAS KEPROK DAN 7 VARIETAS MANIS DI DUA KETINGGIAN (KEBUN PERCOBAAN TLEKUNG 950 M DPL DAN KEBUN PERCOBAAN BANJARSARI 2 M DPL) Emi Budiyati* dan Jati Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Jl. Raya Tlekung No. 1 Junrejo, Batu, Jatim *e-mail :
[email protected] ABSTRAK Tanaman jeruk menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hasil eksplorasi jenis-jenis jeruk dan kerabat liarnya menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan plasma nutfah, untuk itu diperlukan Evaluasi keragaan pertumbuhan vegetatif 15 asesi jenis keprok dan 7 asesi jenis manis baik di dataran tinggi maupun rendah untuk mengetahui sebarannya sesuai lingkungan yang dikehendaki dua jenis jeruk tersebut. Penelitian di susun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok, diulangi 3 kali dengan unit percobaan 1 tanaman. Hasil menunjukkan bahwa secara umum pertumbuhan di KP Banjarsari (dataran rendah) menunjukkan pertumbuhan yang optimal dibanding di KP Tlekung (dataran tinggi) baik tinggi tanaman maupun diameter batang dan lebar tajuk. Hasil data statistik menunjukkan bahwa Keprok Gayo, Blinyu, Freemont, Siompu, Maseh, Pachuan, Berkerah, Chokkun, Thay Ayam, Maga, dan Selayar adalah plasma nutfah jeruk keprok yang mudah terkonservasi karena memiliki nilai perbedaan yang tidak signifikan antara dataran tinggi dan dataran rendah. Sedangkan varietas jeruk manis yang mudah terkonservasi adalah Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, dan Manis Thomson. Kata Kunci : Jeruk keprok, Jeruk manis, varietas, dataran rendah, dataran tinggi PENDAHULUAN Plasma nutfah adalah suatu salah satu sumber daya yang penting untuk dilestarikan setelah air, tanah, dan udara (BPTP Sumatera Selatan, 2011). Plasma nutfah juga merupakan koleksi sumber daya genetik yang tediri atas keanekaragaman tumbuhan, hewan, atau jasad renik untuk banyak tujuan. Kekayaan plasma nutfah di alam memiliki potensi dalam industri pertanian. Hal ini dikarenakan plasma nutfah merupakan sumber gen yang berguna bagi perbaikan tanaman seperti gen untuk ketahanan terhadap penyakit, serangga, gulma, atau gen yang mampu bertahan pada cekaman lingkungan. Salah satu yang memiliki keragaman gen paling tinggi adalah tanaman jeruk (Cottin, 1997 dalam Karsinah et al., 2002). Tanaman jeruk menyebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Hasil eksplorasi jenis-jenis jeruk dan kerabat liarnya menunjukkan bahwa Indonesia kaya akan plasma nutfah (Surgiyanto dan Supriyanto, 1992 dalam Karsinah et al., 2002). Dari sekitar 91 Kode Aksesi Tanaman Jeruk yang ditanam di Kebun Percobaan (KP) Tlekung-Batu dan 70 Kode Aksesi Di Kebun Percobaan (KP) Banjarsari-Probolinggo, akan dikarakterisasi secara vegetatif pada dua varietas jeruk yaitu jeruk keprok dan jeruk manis pada dataran tinggi dan dataran rendah. Keragaman sumber daya genetic jeruk sangat tinggi, hal ini terbukti dengan banyaknya asesi atau varietas yang telah dikoleksi di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) Batu, Jawa Timur yang berasal dari hasil eksplorasi maupun hasil introduksi. Saat ini, Indonesia memiliki beberapa varietas unggul jeruk keprok yang kualitasnya dapat menandingi jeruk impor. Beberapa varietas jeruk keprok komersial hasil seleksi Balitjestro maupun dari Pemerintah Daerah yang sudah dilepas oleh Kementrian Pertanian dengan kualitas buah yang tidak kalah dengan jeruk impor antara lain Keprok Batu 55 berasal; dari Batu, Jawa Timur, keprok Garut dari Jawa Barat, keprok Pulung dari Jawa Timur, keprok Tawangmangu dari Jawa Tengah, dan keprok SOE dari NTT. Jenis keprok lainnya seperti keprok Tejakula (Bali), keprok Madura, keprok Borneo Prima (Kaltim) dan keprok Trigas (Kalbar) tampaknya juga dapat berpotensi untuk dikembangkan di masa mendatang khususnya untuk dataran rendah ( Budiyati, E. 2013) Selain varietas – varietas unggul yang sudah didaftrakan tersebut diatas, masih banyak varietas varietas jeruk harapan pada koleksi Balitjestro yang masih belum dievaluasi keunggulannya, baik secara produktivitas maupun kualitasnya apabila ditanam di berbagai ketinggian. Untuk itu dibutuhkan evaluasi varietas- varietas harapan baik jeruk keprok maupun jeruk manis di dataran tinggi maupun dataran rendah untuk diketahui potensi keunggulannnya sehingga bisa dikembangkan sesuai habitatnya.
906
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6 BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Tlekung (950 m dpl ) dan Kebun Percobaan Banjarsari (2 m dpl) dengan menggunakan benih tanaman rekoleksi jeruk keprok dan manis yang berumur 8 bulan setelah tanam. Penelitian di susun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok, diulangi 3 kali dengan unit percobaan 1 tanaman. Pengamatan karakterisasi vegetatif dilakukan dengan pengukuran diameter batang bawah, diameter batang atas, panjang tajuk, dan tinggi tanaman. Selanjutnya analisa statistik menggunakan T-test.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pertumbuhan tinggi tanaman di KP Tlekung dan KP Banjarsari dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2. Pada gambar 3.2.1 dibawah ini grafik plasma nutfah tanaman jeruk keprok yang dapat tumbuh paling optimum, sedang, dan kurang optimum di dataran rendah (KP Banjarasari) dan 3.2.2 di dataran tinggi (KP Tlekung) seperti pada Lampiran tabel Sedangkan pada gambar 3.2.3 dibawah ini plasma nutfah tanaman jeruk manis yang dapat tumbuh paling optimum, sedang, dan kurang optimum di dataran rendah (KP Banjarasari) dan 3.2.4 di dataran tinggi (KP Tlekung) yang didapat Tabel 1. Keragaan pertumbuhan tinggi tanaman (15 Varietas jeruk keprok yang ditanam
pada dua ketinggian yang berbeda ( KP Tlekung 950 m dpl dan KP Banjarsari 15 m dpl) Varietas No.
Tinggi tanaman (cm) KP Tlekung
KP Banjarsasi
1
K. Madura
60,99
28,70
2
K. Maga
35,99
16,42
3
K. Selayar
45,69
35,40
4
K. Maseh
40,16
25,48
5
K. Pachuan
33,40
27,61
6
K. Tai Ayam
49,87
31,30
7
K. Chokun
50,04
26,64
8
K. Grabag
58,70
26,93
9
K. Berkerah
42,44
21,74
10
K. Siompu
30,31
31,49
11
K. Kinabalu
50,33
26,16
12
K. Freemon
49,55
20,31
13
K. Komun
66,35
29,55
14
K. Blinyu
47,58
24,16
15
K. Gayo
43,75
31,43
907
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6
Dari gambar 3.2.1 diatas, menunjukkan bahwa tanaman jeruk keprok yang pertumbuhannya paling optimum di dataran rendah (KP Banjarsari) adalah Keprok Komun, yaitu 66,353 cm ditinjau dari rata-rata diameter batang bawah, diameter batang atas, tinggi tanaman, dan tajuk. Untuk yang pertumbuhannya sedang adalah Keprok Blinyu, yaitu 47,578 cm dan yang kurang optimum adalah Keprok Siompu yaitu 30,54 cm. Pada gambar 3.2.2 dibawah ini yang memiliki pertumbuhan optimum, sedang, dan kurang optimum secara berurutan yaitu Keprok Selayar (35,4 cm), Keprok Grabag (26,933 cm), dan Keprok Maga (16,42 cm). Sehingga gambar tersebut menunjukkan bahwa jeruk keprok mempunyai perbedaan yang cukup jauh antara dataran tinggi dan dataran rendah kecuali pada Keprok Siompu yang memiliki nilai pada grafik cukup stabil. Hal ini sesuai pendapat (Webber dan Swingle, 1967a). Bawa varietas jeruk keprok mampu hidup di dataran tinggi maupun dataran rendah karena mampu hidup di daerah kering, namun lebih optimum tumbuh di dataran rendah. Varietas jeruk keprok mampu tumbuh di daerah Subtropis seperti Indonesia dan juga di daerah tropis (Davies dan Albrigo, 2003). Begitu juga dengan varietas jeruk manis yang tumbuh optimum di dataran rendah, namun masih bisa tumbuh di dataran yang lebih tinggi (Webber dan Swingle, 1967b).
908
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6 Tabel 2. Keragaan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (7 Varietas jeruk Jeruk Manis yang Ditanam Pada Dua Ketinggian yang Berbeda ( KP Tlekung 950 m dpl dan KP Banjarsari 15 m dpl) Varietas Tinggi Tanaman (cm) No.
KP Tlekung
KP Banjarsasi
1
Manis Pineaple
44,24
18,693
2
Manis Shagz Bonanza
54,88
28,847
3
Manis Thomson Navel
55,16
27,273
4
Manis Moo
57,72
34,88
5
Manis Robinson Navel
59,793
27,613
6
Manis Jemari Taji
63,42
26,113
7
Manis Laukawar
64,947
30,673
909
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6 Sedang untuk Jeruk manis menunjukkan bahwa pertumbuhan paling optimum, sedang, dan kurang optimum antara dataran rendah dan dataran tinggi secara berurutan pada gambar 3.2.3 yaitu Manis Laukawar (64,947 cm), Manis Moo (57,72 cm), dan Manis Pineapple (44,24). Sedangkan pada gambar 3.2.4 yaitu Manis Moo (34,88 cm), Manis Robinson Navel (27,613 cm), dan Manis Pineapple (18,693 cm). Dari hasil tersebut terlihat jeruk dengan varietas Manis Moo mampu tumbuh cukup baik di daerah dataran tinggi dengan optimum dan dataran rendah cukup optimum hal yang sama menurut Davies dan Albrigo (2003) jeruk manis mampu tumbuh di daerah subtropis. Hasil T-Test plasma nutfah jeruk keprok seperti pada Lampiran 1, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pertumbuhan dataran tinggi dan dataran rendah pada beberapa varietas jeruk keprok antara lain Keprok Madura dengan nilai 0,05, Keprok Grabag (0,05), Keprok Kinabalu (0,05), dan Keprok Komun (0,01). Sedangakan yang memiliki perbedaan pertumbuhan secara tidak signifikan adalah Keprok Gayo, Keprok Blinyu, Keprok Freemont, Keprok Siompu, Keprok Maseh, Keprok Pachuan, Keprok Berkerah, Keprok Chokkun, Keprok Thay Ayam, Keprok Maga, dan Keprok Maga. Pada hasil data statistik 7 varietas jeruk manis seperti pada Lampiran 2, didapat hasil varietas manis beserta nilai signifikan yang memiliki perbedaan signifikan yaitu Manis Jemari Taji (0,01), Manis Pineapple (0,05), Manis Shagz Bonanza (0,01), dan Manis Moo (0,04). Sedangkan Pada jeruk Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, dan Thomson navel memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Dari 15 varietas jeruk keprok yang mudah terkonservasi adalah yang tidak memiliki nilaii perbedaan signifikan anata dataran tinggi dan dataran rendah. Munculnya perbedaan tersebut terjadi karena adanya faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah karena adanya perbedaan kontur atau kondisi lahan penanaman yang akhirnya mempengaruhi gengen yang bekerja saat pertumbuhan, sehingga karakteristik vegetatif tanaman antara tanaman yang berada di dataran rendah (KP Banjarsari) dan dataran tinggi (KP Tlekung) berbeda. Seperti yang dijelaskan oleh Mangoendidjojo (2003) , faktor lingkungan (cekaman, kondisi lahan, maupun organisme pengganggu) mempengaruhi pola pewarisan sifat dari karakter KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis 15 varietas jeruk keprok dan 7 varietas jeruk manis di dataran tinggi (KP Tlekung) dan dataran rendah (KP Banjarsari), didapatkan beberapa kesimpulan,
Bahwa 15 varietas jeruk keprok yang memiliki keragaan paling optimum di dataran tinggi (Kebun Percobaan Tlekung) secara berurutan adalah Keprok Selayar, Keprok Grabag, dan Keprok Maga, pada 7 varietas jeruk manis adalah: Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, Manis Pineapple. Sedangkan yang memiliki keagaan optimum di dataran rendah (Kebun Percobaan Banjarsari-Probolinggo) adalah Keprok Komun dan Manis Moo. Hasil data statistik menunjukkan bahwa Keprok Gayo, Blinyu, Freemont, Siompu, Maseh, Pachuan, Berkerah, Chokkun, Thay Ayam, Maga, dan Selayar adalah plasma nutfah jeruk keprok yang mudah terkonservasi karena memiliki nilai perbedaan yang tidak signifikan antara dataran tinggi dan dataran rendah. Sedangkan varietas jeruk manis yang mudah terkonservasi adalah Manis Laukawar, Manis Robinson Navel, dan Manis Thomson
DAFTAR PUSTAKA Balitjestro, 2014a. KP Banjarsari. [online] http://balitjestro.litbang.deptan.go.id /id/banjarsari .html. Diakses pada 30 Juni 2014. Balitjestro, 2014c. KP Punten. [online] http://balitjestro.litbang.deptan.go.id/id/ punten.html. Diakses pada 30 Juni 2014. Balitjestro, 2014d. Profil Balitjestro [online] http://balitjestro.litbang.deptan. go.id/id/tlekung. html. Diakses pada 26 Juni 2014.E Budiyati E, 213. Potensi Pengembangan Varietas-Varietas Jeruk Unggul Indonesia Sebagai Subtitusi Impor, Poceding semnas Perhorti 2013. Halaman 141-150 BPTP Sumatera Selatan, 2011. Plasma Nutfah. [online] http://sumsel.litbang. deptan.go. id/index.php/plasma-nutfah. Diakses pada 26 Juni 2014. Davies, Frederick S. dan Albrigo, L. Gene. 2003. Citrus. UK : University Press. Cambridge. Halaman 23-30. Karsinah, Sudarsono, Setyobudi, Lilik., Aswidinnoor, Hajrial. 2002. Keragaman Genetik Plasma Nutfah Jeruk Berdasarkan Analisis Penanda RAPD. Jurnal Biologi Pertanian Vol 7 , No.1, pp. 816.
910
Prosiding Seminar Nasional PERHORTI 2014, Malang 5-7 November 2014 ISBN 978-979-508-017-6 Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar – Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta : Kanisius. Halaman 56. Diakses dari http://www.google.co.id/books? id=BoM_ENK4gqkC&printsec=frontcover#v=onepage&q&f=false. Diakses pada 3 Juli 2014. Webber, H.J. dan Swingle, W. T. 1967a. The Citrus Industry. University of California : United States of America. Halaman : 442. Webber, H.J. dan Swingle, W. T. 1967b. The Citrus Industry. University of California : United States of America. Halaman : 490.
911