ISBN 978-979-3819-83-9
Prosiding SEMINAR NASIONAL PERANAN HASIL LITBANG HASIL HUTAN BUKAN KAYU DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KEHUTANAN Mataram, 12 September 2012
Editor: Agustinus P. Tampubolon Tati Rostiwati Budi Leksono Totok K Waluyo Maman Turjaman Rachman Effendi Sofwan Bustomi
KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN 2013
TUMBUHAN PENYEMBUH LUKA DARI TANA ULEN, DESA SETULANG, MALINAU oleh: Karmilasanti dan Andrian Fernandes Balai Besar Penelitian Dipterokarpa, Jl. A W Syahranie no. 68, Samarinda Email :
[email protected],
[email protected]
ABSTRAK Luka pada manusia dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Masyarakat perkotaan sering menggunakan “obat merah”, Povidone-iodine untuk menyembuhkan luka. Sedangkan masyarakat adat dayak yang tinggal di desa Setulang mengenal tiga jenis tumbuhan obat yang digunakan untuk penyembuh luka yang telah digunakan secara turun menurun, yaitu Save Bali (Bauhinia dipteral), Opa (Alocasia sp.) dan U‟de pa‟deng (Paspalum conjugatum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelompok senyawa dari tiga jenis tumbuhan obat penyembuh luka tersebut dengan analisis fitokimia menggunakan metode Harbone dan Kokate. Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa ketiga jenis tumbuhan obat penyembuh luka tersebut mengandung kelompok senyawa flavonoid, tannin, alkaloid dan steroid. Kata kunci: penyembuh luka, Save Bali, Opa, U’de pa’deng, fitokimia
I.
PENDAHULUAN
Luka dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Luka dan kerusakan kulit mendapatkan perhatian penting dalam industri kesehatan termasuk di dalamnya adalah mekanisme penyembuhannya (Anonim, 2008). Sheila dan Kramer (1999) menyebutkan bahwa Povidone-iodine telah digunakan secara luas di masyarakat sebagai obat luka dan bersifat antiseptik topikal yang mampu membunuh mikroorganisme dalam waktu 3-5 menit. Zat ini memiliki kemampuan penetrasi yang cepat menembus membran sel mikroorganisme dan menginaktivasi substrat sitoplasma dari mikroorganisme sehingga luka menjadi cepat sembuh. Di desa Setulang, masyarakat adat Dayak setempat mengenal tumbuhan obat untuk menyembuhkan luka. Tumbuhan obat tersebut diperoleh dari Tana Ulen (kawasan hutan adat desa Setulang) dan telah dipergunakan secara turun-temurun. Jenis tumbuhan obat penyembuh luka adalahSave bali, Opa dan U‟de pa‟deng. Tumbuhan obat luka tersebut memiliki sifat mudah tumbuh sehingga dapat ditanam sebagai Tanaman Obat Keluarga (TOGA). Mengingat manfaat tumbuhan tersebut sebagai obat penyembuh luka (Etnobotani), maka perlu diketahui kelompok-kelompok senyawa yang terkandung dalam tumbuhan tersebut.
345
Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil Litbang HHBK Dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan
II. METODE PENELITIAN Tiga jenis tumbuhan yang sering digunakan sebagai obat luka dicari di kawasan Tana Ulen, kemudian dibuat herbariumnya. Herbarium diidentifikasi di Herbarium Wanariset Samboja. Simplisia atau contoh uji tumbuhan obat luka yang diambil untuk diuji fitokimianya, berupa daun Save Bali, tangkai daun Opa dan daun Ude pa‟deng. Pengujian fitokimia dilaksanakan di Lab Kimia Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Simplisia dikeringkan pada suhu kamar dan dibuat menjadi serbuk kasar. Serbuk diekstraksi dengan heksana untuk menghilangkan lemak. Kemudian disaring dan filtrat dibuang. Residu ini berturut-turut diekstraksi dengan etil asetat dan metanol menggunakan metode perkolasi dingin (Evans, 2002). Satu gram ekstrak etil asetat dan metanol dilarutkan dalam 100 ml pelarut etil asetat dan metanol untuk memperoleh suatu persediaan konsentrasi 1% (v/v). Ekstrak yang diperoleh digunakan sebagai bahan untuk pengujian fitokimia. Uji fitokimia yang dilakukan mengacu pada metode yang dikemukakan oleh Harborne (1998) dan Kokate (2001). Analisis dilakukan terhadap komponen kimia simplisia yaitu: 1. Uji flavonoid: kedalam 1 ml ekstrakditambahkan beberapa tetes larutan sodium hidroksida.Adanya perubahan warna menjadi warna kuning menunjukkan adanya flavonoid. 2. Uji saponin: Adanya senyawa saponin ditunjukkan dengan adanya pembentukan busa dari pengocokan ekstrak (yang telah diencerkan dengan 20 ml air suling selama 15 menit. 3. Uji steroid: 1 ml ekstrak yang dilarutkan dalam 10 ml volume kloroform dan kemudian ditambahkan asam sulfat pekat melalui sisi tabung reaksi pada volume yang sama akan membentuk lapisan yang berubah merah dan lapisan asam sulfatnya menunjukkan warna kuning dengan flourescense hijau. Perubahan tersebut menunjukkan adanya steroid. 4. Uji tanin: Endapan kuning yang terbentukdari penambahan beberapa tetes timbal asetat 1% pada lima (5) ml ekstrak menunjukkan adanya senyawa tanin. 5. Uji triterpenoid: sepuluh (10) mg ekstrak dilarutkan dalam 1 ml kloroform,setelah penambahan 2 ml larutan H2SO4kedalam1 ml asetat anhidrida membentuk warna ungu kemerahan yang menunjukkan adanya triterpenoid. 6. Uji alkaloid: lima (5) ml dari ekstrak ditambahkan 2 ml HCl. Satuml pereaksi Dragendroff ditambahkan ke dalam larutan asam tersebut dan terbentuknya endapan oranye atau merah menunjukkan adanya alkaloid. 7. Uji glikosida : ekstrak dihidrolisis dengan HCl pada pemanas air. Setelah itu ditambahkan 1 ml piridin dan beberapa tetes larutan natrium nitroprusside ke dalam hidrolisat tersebut, setelah itu ditetesi larutan alkali sodium hidroksida. Terbentuknya warna pink hingga warna merah menunjukkan adanya glikosida.
Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil Litbang HHBK Dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan
346
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Ketiga jenis tumbuhan obat luka ditemukan di daerah sekitar sungai. Daun save bali diperoleh pada koordinat GPS N 3042‟ 11,1” ; E 116045‟37,7”, Opa pada koordinat N 3042‟16,8” ; E 116045‟26,7” dan Ude pa‟deng diambil pada N 3043‟04,1” ; E 116047‟00,0”. Contoh tumbuhan obat yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 1,sedangkan cara penggunaannya tercantum pada Tabel 1.
Gambar 1. Daun Save Bali, herba Opa dan herba Ude Pa‟deng (dari kiri ke kanan) Tabel 1. Jenis dan cara penggunaan tumbuhan obat luka yang digunakan di Desa Setulang Nama Lokal
Jenis Obat
Save bali
Luar
Opa
Luar
U'de pa'deng
Luar
Cara Penggunaan Ditumbuk dan dibalurkan pada permukaan kulit yang terluka. Tangkai daun diremas hingga keluar getahnya dan dioleskan pada luka yang baru. Daunnya ditumbuk halus, ditapel dan dioleskan pada bagian yang luka kena benda tajam.
Hasil identifikasi terhadap tiga jenis tumbuhan obat luka di herbarium Wanariset Samboja dapat dilihat pada Tabel 2. Sementara itu, Hasil analisis fitokimia tumbuhan obat luka dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Nama ilmiah dan habitus tumbuhan obat luka Nama Lokal
Nama Ilmiah
Famili/Suku
Habitus
Save bali Opa
Bauhinia diptera Alocasia sp
Leguminosae Araceae
Liana Herba
Ude pa'deng
Paspalum conjugatum Graminae
Herba
Tabel 3 menunjukkan bahwa daun Save Bali, tangkai daun Opa dan daun Ude pa‟deng mengandung flavonoid, tannin, alkaloid dan steroid. Reddy, et al. (2012) menyebutkan bahwa keberadaan flavonoid, alkaloid, saponin dan tannin dalam
347
Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil Litbang HHBK Dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan
mekanisme penyembuhan luka adalah dengan cara mensintesa kolagen untuk meningkatkan pembentukan jaringan epitel. Dengan terbentuknya jaringan epitel maka luka pada kulit akan tertutup. Tabel 3. Hasil analisis fitokimia tumbuhan obat luka
Nama Lokal Save bali Opa Ude pa'deng
Bagian yang dianalisis fitokimia Daun Tangkai daun Daun
Hasil Analisis Fitokimia Sa -
F + + +
Ta + + +
A + + +
St + + +
Tr -
Keterangan : Sa = saponin, F = Flavonoid, Ta = Tanin, A = Alkaloid, St = Steroid, Tr = Triterpenoid + = mengandung senyawa fitokimia uji - = tidak mengandung senyawa uji fitokimia
Evans dan Packer (2003) menyebutkan bahwa flavonoid merupakan pigmen bertanggung jawab atas warna kuning, oranye, dan merah pada tanaman berbunga. Mereka juga faktor penting bagi pertumbuhan tanaman, pembangunan, dan pertahanan. Banyak flavonoid berpengaruh dalam kegiatan biologis, seperti antiinflamasi, antiallergic, antischemic, antiplatelet, imunomodulator, dan kegiatan antitumoral. Secara biologis kegiatan flavonoid memiliki andil yang besar dalam kegiatan biologis terutama karena sifat antioksidannya, yang ditampilkan dengan membatasi pelepasan dan pengikatan oksigen yang bersifat radikal dalam tubuh. Mackay dan Miller (2003) menjelaskan cara kerja antioksidan adalah dengan memutus reaksi berantai dari radikal bebas sehingga dapat mencegah kerusakan pada jaringan. Hal inilah yang diduga dapat berperan dalam kecepatan proses penyembuhan luka. Alkaloid berfungsi untuk anti tumor, anti protozoa, anti bakteria (Tillequin, et al, 1998).Azeez, et al (2007) menjelaskan bahwa alkaloid bersama-sama dengan fraksi polifenol dapat meningkatkan kekuatan jaringan baru saat penutupan luka. Tanin merupakan salah satu zat yang bertanggung jawab untuk penyembuhan luka karena berfungsi sebagai zat anti mikroorganisme (Soni dan Singhai, 2012).Choudhary (2008) menjelaskan bahwa tannin memacu penyembuhan luka melalui beberapa mekanisme seluler. Tannin mengikat radikal bebas dan oksigen reaktif, memacu kontraksi luka dan meningkatkan pembentukan pembuluh kapiler dan fibroblast. Burns, Mancoll dan Phillips (2003) menyebutkan bahwa steroid berfungsi untuk menstabilkan mebran lisosom sel yang merupakan proses awal dalam penyembuhan luka. Steroid bila digunakan pada dosis yang tidak tepat akan memakan waktu lama hingga satu tahun untuk menyembuhkan luka. Demling (2005) menjelaskan steroid bekerja dalam sintesis protein dan pembentukan jaringan baru pada tubuh.
Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil Litbang HHBK Dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan
348
IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Tumbuhan obat yang digunakan masyarakat adat dayak di desa Setulang untuk menyembuh luka, yaitu Save Bali (Bauhinia dipteral), Opa (Alocasia sp.) dan U‟de pa‟deng (Paspalum conjugatum) mengandung kelompok senyawa flavonoid, tannin, alkaloid dan steroid. 2. Tumbuhan obat tersebut diharapkan dapat dibudidayakan sebagai TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Ucapan Terima Kasih Pak Kole, Pak Mudi, Mas Fuat dan teman-teman lain yang telah membantu dalam penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2008. Mechanisms Involved in Wound Healing. Focusing on Injuries. The Biomedical Scientist Journal. p. 609-615. Azeez, S., S Amudhan, S. Adiga, N. Rao, N. Rao, dan L. A. Udupa. 2007. Wound Healing Profile of Areca catechu Extracts on Different Wound Models in Wistar Rats. Kuwait Medical Journal. Vol. 39 (1) : 48-52. Burns, J. L., J. S. Mancoll dan L. G. Phillips. 2003. Impairments to Wound Healing. Clinics in Plastic Surgery Journal. Vol. 30 : 47-56. Choudhary, G. P. 2008. Wound Healing Activity of the Ethanol Extract of Terminalia bellirica Roxb. Fruits. Natural Product Radiance. Vol. 7 (1) : 19-21. Demling, R. H. 2005. The Role of Anabolic Hormones for Wound Healing in Catabolic State. Journal of Burns and Wounds. Vol. 4 : 46-62. Evans, C A R dan L Packer. 2003. Flavonoids in Health and Disease, 2nd Ed. Marcel Dekker, Inc. USA. Harbone, J. B. 1998. Phytochemical Methods. Aguide to Modern Techniques of Plant Analysis. 3rd Ed. New York : Chapman and Hall Int. Ed. Kokate, C. K. 2001. Pharmacohnosy. 16th Ed. India : Nirali Prakasham. Mackay D, dan A L Miller. 2003. Nutritional support for wound healing. Alternat Med Rev 8(4): 359-377. Reddy, G. A. K, B Priyanka, C. S. Saranya dan C. K. A. Kumar. 2012. Woundhealing Potential of Indian Medicinal Plants. International Journal of Pharmacy Review and Research. Vol. 2 (2) : 75-87. Sheila A, dan R N Kramer. 1999. Effect of Povidone Iodine on Wound Healing: A review. J Vasc Nurs (17): 17-21 Soni, H. dan A. K. Singhai. 2012. A Recent Update of Botanicals for Wound Healing Activity. International Research Journal of Pharmacy. Vol. 3 (7) : 1-7. Tillequin, F, S Michel, dan A L Skaltsounis. 1998. Acronycine-Tipe Alkaloids : Chemistry and Biology. Alkaloids : Chemical and Biological Perspectives. Editor : S. William Pelletier, Elsevier science Ltd. Oxford, Inggris.
349
Prosiding Seminar Nasional Peranan Hasil Litbang HHBK Dalam Mendukung Pembangunan Kehutanan