ISSN 2460-6472
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015
Identifikasi Kandungan Kortikosteroid (Deksametason, Fenilbutason, Dan Prednison) Dalam Kandungan Jamu Pegal Linu Yang Beredar Di Empat Pasar Kota Bandung 1
1,2,3
Efi Widyawati, 2Bertha Rusdi 3Indra T. Maulana Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 email:
[email protected],
[email protected], 3
[email protected]
Abstrak: Sesuai keputusan PerMenKes RI No. 007 tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional. Bahwa obat tradsional dilarang mengandung bahan kimia obat hasil isolasi atau yang sintetik berkhasiat obat. Jamu pegal linu merupakan salah satu jamu yang sering ditambahkan bahan kimia obat. Bahan kimia obat yang biasa ditambahkan diantaranya adalah penambahan golongan kortikosteroid (deksametason, fenilbutason dan prednison). Pada Penelitian telah dilakukan survei yang bersifat deskriptif terhadap jamu pegal linu yang beredar di empat pasar di kota Bandung yaitu pasar Kosambi, pasar Cicadas, pasar Cihaurgeulis dan pasar Caringin. Setiap sampel jamu yang akan diuji diberi inisial A-J. Pengujian sampel jamu meliputi uji nomor registrasi, uji organoleptis, uji mikroskopik dan uji KLT. Hasil uji nomor registrasi menunjukan bahwa dari 40 sampel ternyata hanya terdapat 8 sampel yang memiliki nomor registrasi yang terdaftar di BPOM. Hasil uji organoleptis menyatakan bahwa umumnya sampel memilki bentuk sediaan kaspul, warna bervariasi dari yang terkumpul. Dari hasil uji mikroskopik menunjukan 14 dari 40 sampel terlihat kristal yang serupa bahan kimia obat. Hasil tersebut selaras dengan hasil uji KLT, teridentifikasi sampel positif mengandung bahan kimia obat sebanyak 14 sampel yaitu sampel dari pasar Kosambi (A1) mengandung deksametason, sampel mengandung fenilbutason terdapat pada pasar Kosambi (F1, G1, H1, I1, J1), pasar Cicadas ( D2, E2), pasar Cihaurgeulis (B3, E3) dan pasar Caringin (A4, H4), dari pasar Kosambi (A1) dan pasar Caringin (C4,D4) mengandung prednison. . Kata kunci : Pegal linu, bahan kimia obat, kortikosteroid, kromatografi lapis tipis
A.
Pendahuluan
Pasar merupakan salah satu kawasan yang menjadi sasaran untuk pemasaran obat tradisional termasuk jamu pegal linu yang mengandung bahan kimia obat. Dipasar banyak pekerja seperti kuli maupun pedagang yang merupakan sasaran utama para produsen obat tradisional palsu. Hal ini tentu saja perlu mendapatkan perhatian lebih, dikarenakan dalam jangka waktu panjang mengkonsumsi obat tradisional palsu akan berdampak pada kesahatan konsumen. Oleh karena itu perlu adanya survei obat tradisional di beberapa pasar di kota Bandung, terkait ada tidaknya kandungan obat golongan kortikosterid dalam obat tradisional. Disamping itu, perlu juga disusun tatalaksana proses identifikasi obat tradisional dari tahapan yang paling mudah hingga tahapan uji di laboratorium sehingga masyarakat awam mampu secara mandiri menguji dan mengetahui keasliaan dari obat tradisional yang di konsumsi. Berdasarkan paparan diatas, maka pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi golongan kortikosteroid (Deksametason, Fenilbutason, dan Prednison) BKO dalam jamu pegal linu yang beredar di empat lokasi pasar yang ada di kota Bandung. Identifikasi BKO tersebut akan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Wisnuwardani et al., (2013). Berdasarkan hal tersebut, tujuan penelitian ini untuk menganalisis secara kualitatif jenis kortikosteroid yang sering digunakan dalam jamu pegal linu yang beredar di empat lokasi pasar di kota Bandung. Maka dengan penelitian tersebut
525
526 |
Efi Widyawati, et al.
diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan informasi yang tepat mengenai kandungan BKO dalam jamu, khususnya kandungan kortikosteroid dalam jamu pegal linu. B.
Landasan Teori
Obat Tradisional Obat tradisional atau jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 2009:3). Salah satu prinsip kerja obat tradisional adalah proses (reaksinya) yang lambat (namun bersifat konstruktif), tidak seperti obat kimia yang bias langsung bereaksi (tapi bersifat kuratif). Hal ini karena obat tradisional bukan senyawa aktif. Karena itu, jika efek kesembuhan langsung muncul begitu obat tradisional diminum, maka layak dicurigai karena pasti ada sesuatu. Itulah yang terjadi pada obat-obatan tradisional yang diberi obat-obat kimia. Tanpa penelitian, dimasukkan begitu saja sehingga menjadi berbahaya karena dosisnya tidak diketahui dan tanpa pengawasan dokter (Vapriati, 2009:1). Sesuai dengan Keputusan peraturan Mentri Kesehatan RI no 007 tahun 2012 Tentang Registrasi Obat Tradisional, bahwa obat tradisional dilarang mengandung : 1. Etil alkoho lebih dari 1%, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaiannya dengen pengenceran. 2. Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkasiat obat. 3. Narkotika atau psikotropika. 4. Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan atau berdasarkan penelitian yang membahayakan kesehatan. Jamu telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh bahkan beratus tahun. Pada umumnya, jamu mengarah pada resep penggalaman leluhur. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris dan turun temurun (Thomas, 1983:3). Menurut peraturan peringatan nomor K.H.00.01.1.5116 tentang obat tradisional mengandung bahan kimia obat (BKO), memgkonsumsi obat tradisional dengan mengandung bahan kimia obat keras dapat membahayakan kesehatan bahkan mematikan. Pemakaian obat keras harus melalui resep dokter. BKO merupakan senyawa sintetis atau bias juga produk kimiawi yang berasal dari bahan alam yang umumnya digunakan untuk pengobatan modern. Penggunaan BKO pada pengobatan modern selalu disertai takaran atau dosis, aturan pakai yang jelas dan peringatanpenringatan akan bahaya dalam penggunaannya demi menjaga keamanan penggunanya (BPOM, 2010).
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)
Identifikasi Kandungan Kortikosteroid (Deksametason, Fenilbutason, Dan Prednison)... | 527
Kegunaan Obat Tradisional
BKO yang sering Ditambahkan
Pelangsing
Fenilbutason, metampiron, diklofenaksodium, piroksikam, parasetamol, prednison atau deksametason Sibutramin hidroklorida
peningkat stamina/obat kuat
Sildenafil sitrat
Kencing manis/diabetes
Glibengklamid
Sesak nafas
Teofilin
Pegel linu/encok/rematik
Tabel I.1 Jenis obat tradisional yang mengandung BKO (badan POM, 2006)
Jamu Jamu telah digunakan secara turun temurun selama berpuluh bahkan beratus tahun. Pada umumnya, jamu mengarah pada resep penggalaman leluhur. Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris dan turun temurun (Thomas, 1983:3). Bahan-bahan yang digunakan tidak mengandung bahan kimia sintetik melainkan menggunakan bermacam-macam tumbuhan yang diambil langsung dari alam dan efek sampingnya relatif lebih kecil dibanding obat medis (Hermanto, 2007:13).
Gambar 1.1. Logo pada jamu
Bahan Kimia Obat Bahan kimia obat merupakan senyawa kimia obat yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam jamu, dengan tujuan agar efek yang diinginkan tercapai lebih cepat dari biasanya. Kroamtografi lapis tipis adalah kromatografi yang dapat digunakan untuk identifikasi dan pemisahan. Senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis diidenfikasi dengan melihat flouroresensi dalam sinar ultraviolet dan mencari harga Rf (Depkes RI,1995:1004). Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi di anatra dua fase, satu diantranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
528 |
Efi Widyawati, et al.
terelusi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh aliran sautu pelarut berbentuk cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai fase zat penjerap, seperti halnya penjerap alumina yang diaktifkan, silikia gel dan resin penukar ion atau dapat bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Depkes RI, 1995:10020). C.
Hasil Penelitian
Deskripsi Sediaan dan Uji Nomor Registrasi Dengan menggunakan 40 sampel jamu pegal linu yang diperoleh dari empat lokasi pasar yang ada di kota Bandung. Pengambilan sampel jamu pegal linu dilakukan secara acak. Tahap awal dalam penelitian ini dengan memastikan sampel yang terkumpul sudah tedaftar, dengan melakukan uji nomor registrasi pada situs resmi BPOM. Dari 40 sampel yang terkumpul ternyata hanya terdapat 8 sampel jamu pegal linu yang memiliki nomor registrasi yang sesuai dengan data BPOM, sedangkan untuk 32 sampel lainnya nomor yang tertera tidak terdapat didatabase BPOM. Hal ini menunjukkan masih tingginya peredaran jamu pegal linu illegal sehingga perlu perhatian pemerintah maupun masyarakat khususnya konsumen jamu. Uji Organoleptis Jamu sampel umumnya memiliki bentuk sediaan kapsul, warna dari sampel yang terkumpul bervariasi dari yang berwarna putih menyerupai warna bahan kimia obat, namun ada pula yang memiliki warna kuning pucat, coklat kekuningan dan coklat. Umumnya sampel berbau khas jamu dan rasa cenderung pahit. Identifikasi Mikroskopik Identifikasi mikroskopik terhadap sampel jamu pegal linu, selain bertujuan untuk menjamin kebenaran dari simplisia juga bertujuan untuk mengidentifikasi keberadaan kristal BKO dalam sampel jamu. Hasil pengamatan terhadap jamu yang mengandung bahan Curcuma rhizome (temu lawak), Curcuma domesticate rhizomae (kunyit) dan Zingiberis rhizome (jahe), menunjukkan adanya fragmen penanda berupa pembuluh kayu, serabut, rambut penutup dan berkas pengangkut dari ketiga simpilia yang biasa digunakan sebagai bahan dasar pembuatan jamu pegal linu. Terlihat adanya fragmen penanda untuk Curcuma rhizomae, Curcuma domesticate rhizomae dan Zingiberis rhizomae sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan untuk pembuatan jamu simulasi dipastikan kebenarannya berdasarkan litreratur Farmakope Herbal Indonesia dan Materia Medika Indonesia, dari hasil pengamatan secara mikroskopik pada sampel menunjukan adanya kesamaan kristal – kristal dalam sampel dengan kristal bahan kimia obat pembanding (Deksametason, Fenilbutason dan Prednison), serta adanya beberapa kristal yang tidak memiliki kesamaan dengan bahan kimia pembanding. Sampel (A4) terlihat adanya kesamaan kristal dengan pembanding deksametason, serta untuk sampel (F1, G1, H1, I1, J1), sampel (B2, C2) dan (B3, E3) kristal terlihat sama dengan kristal fenilbutason. Sedangkan untuk kristal sampel (A1) terlihat adanya kesamaan dengan kristal dari pembandin prednison. Pada sampel (C1, E1, F2, I2) terlihat jelas adanya kristal, dari kristal yang terlihat tidak menunjukkan adanya kesamaan dengan kristral ketiga pembanding bahan kimia obat (Deksametason, Fenilbutason dan Prednison) yang digunakan.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)
Identifikasi Kandungan Kortikosteroid (Deksametason, Fenilbutason, Dan Prednison)... | 529
Analisis Kualitatif Deksametason, Fenilbutason dan Prednison Dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis Dari semua hasil Kromatografi Lapis Tipis pada sampel yang berhasil terkumpul sebanyak 40 sampel dari empat lokasi pasar di kota Bandung yaitu pasar Kosambi, pasar Cicadas, pasar Cihaurgeulis dan pasar Caringin. Terdapat beberapa sampel yang menunjukan adanya bercak yang sejajar dengan bercak pembanding bahan kimia obat dari golongan kortikosteroid (Deksametason, Fenilbutason dan Prednison). Seperti pada bercak pembading deksametason terdapat satu sampel yang memiliki bercak sejajar, sampel bercak yang memiliki kesamaan dengan pembanding fenilbutason yang paling banyak yaitu terdapat sebanyak sebelas sampel, untuk bercak yang memiliki kesamaan dengan bercak prednison terdapat dua bercak sampel. Tabel V.1 Hasil identifikasi sampel jamu pegal linu dari empat pasar di kota Bandung Pasar
Kosambi
Cicadas
Cihaurgeulis
Caringin
Nomor Sampel
A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 JI A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2 H2 I2 J2 A3 B3 C3 D3 E3 F3 G3 H3 I3 J3 A4 B4 C4 D4 E4 F4 G4 H4 I4 J4
Hasil Identifikasi Bahan Kimia Obat Deksametason
Fenilbutason
Prednison
+ -
+ + + + + + + + + + + -
+ + + -
Pasar yang teridentifikasi banyaknya sampel positif mengandung BKO yaitu pada pasar Kosambi dengan terlihatnya bercak sampel sejajar pembanding fenilbutason dan prednison. Selain adanya bercak yang memilki kesamaan dengan pembanding masih terlihat banyak bercak yang timbul pada plat KLT yang kemungkinan merupakan bahan kimia obat lainnya yang bukan termasuk dari bahan kimia obat golongan kortikosteroid (deksametason, fenilbutason dan prednison). D.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil identifikasi kualitatif yang dilakukan terhadap 40 sampel jamu pegel linu, hasil menunjukan masih ada jamu pegel linu yang mengandung golongnan kortikosteroid (deksametason, phenilbutason ataupun prednison).
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
530 |
Efi Widyawati, et al.
Terdapat satu buah sampel positif mengandung deksametason dengan kode A4 dari pasar Caringin. Terdapat sebelas buah sampel positif mengandung fenilbutason, lima sampel (F1, G1, H1, I1, dan J1) positif dari pasar Kosambi dua sampel (D2 dan E2) dari pasar Cicadas, dua sampel (B3 dan E3) dari pasar Cihaurgeulis dan dua sampel (A4 dan H4) dari pasar Caringin. Terdapat tiga buah sampel positif mengandung prednison, satu sampel (A1) dari pasar Kosambi dan dua (C4 dan D4) sampel positif dari pasar Caringin. Daftar Pustaka Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006). Bahaya Bahan Kimia Obat (BKO) yang Dibubuhkan Kedalam Obat Tradisional (Jamu), Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Dalam www.pom.go.id diakses pada tanggal 3 Januari 2014. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009).Public warning/Peringatan Nomor:KH.00.01.1.5116 Tentang Obat Tradisional Mengandung Bahan Kimia Obat, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2010). Kumpulan Peraturan PerundangUndangan dibidang Obat Tradisional, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Permenkes R.I. No. 007/Menkes/VII/2012. Tentang Registrasi Obat Tradisional. Depkes R.I. Jakarta. Vapriati, N. (2009). Analisis Sediaan Jamu, dalam (http://mynewsdigest.com/health/Medicine/AnalisisSediaanJamu%28141815%29. htm) diunduh pada tanggal 3 Desember 2014. Wisnuwardhani, Hilda Aprilia., Irda Fidrianny, Selamet Ibrahim. (2013). Method Development for Simultaneous Analysis of Steroid and Non Steroid Antiinflamatory Substances in Jamu Pegel Linu Using TLCspectrophotodensitometry, International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol.5, NO.4, hal 749-753.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)