ISSN 2460-6472
Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015
Uji Efek Antihiperglikemia Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat dan Biji Alpukat (Persea Americana Mill) terhadap Mencit Jantan (Mus Musculus) Swiss Webster yang Diinduksi Aloksan 1
Luthpi Widya Putri, 2Umi Yuniarni, 3 Siti Hazar 1,2,3 Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116 e-mail:
[email protected],
[email protected] [email protected] Abstrak: Daun alpukat dan biji alpukat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit salah satunya adalah sebagai antihiperglikemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek kombinasi dari ekstrak etanol daun alpukat, dan biji alpukat sebagai antihiperglikemia pada mencit putih jantan Swiss Webster. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode induksi aloksan dan diukur menggunakan glukometer. Mencit dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kontrol positif, kontrol negatif, pembanding glibenklamid, ekstrak etanol daun alpukat 100 mg/0,002 kgBB dan biji alpukat 315 mg/0,002 kgBB, serta kombinasinya 50 mg/0,002 kgBB : 157,5 mg/0,002 kgBB. Parameter yang diamati yaitu kadar glukosa darah puasa. Uji statistika menggunakan ANOVA uji lanjut Dunnet, uji lanjut Tukey. Hasil penelitian menunjukkan presentase kadar glukosa darah sediaan uji terhadap pembanding pada kelompok kombinasi mempunyai penurunan yang lebih tinggi. Pada uji kombinasi secara praklinis menurunkan kadar glukosa darah yang signifikan yaitu ada perbedaan dibandingkan sediaan daun dan biji. Secara statistik sediaan biji dan daun menunujukan sig. 0,940>0,05 tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan, sediaan daun dan kombinasi menunjukan sig.0,058>0,05 tidak siginifikan artinya tidak ada perbedaan, dan sediaan biji dan kombinasi menunjukan sig. 0,032<0,05 signifikan artinya ada perbedaan antara biji dan kombinasi. Kata kunci: Persea americana Mill, antihiperglikemia, aloksan, glibenklamid, mencit Swiss Webster jantan
A.
Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu kumpulan gejala klinis (sindromaklinis) yang timbul karena adanya peningkatan kadar glukosa darah kronis akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Katzung, 2002). Umumnya diabetes melitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil atau sebagian besar dari sel-sel betha dari pulau-pulau Langerhans pada pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Disamping itu diabetes melitus juga dapat terjadi karena gangguan terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa ke dalam sel (Sack, 2001). Diabetes Melitus menjadi salah satu masalah kesehatan yang besar. Data dari studi global menunjukan bahwa jumlah penderita DM pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara. Berbagai pengobatan untuk mencegah dan mengatasi Diabetes Melitus telah dikembangkan, termasuk pula penggunaan berbagai macam obat herbal. Dari sekian banyak tanaman herbal tanaman yang berkhasiat obat yang diyakini oleh masyarakat dapat menurunkan kadar glukosa darah salah satu tanaman yang telah banyak digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah yaitu daun dan biji alpukat (Persea americana Mill) (Larasati, 2012 dan Anggraeni, 2006). B.
Landasan Teori
Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) Deskripsi Tanaman Alpukat (Persea americana Mill) Divisi : Spermatophyta
210
Uji Efek Antihiperglikemia Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat dan Biji Alpukat ...
Subdivisi Kelas Bangsa Suku Marga Jenis Sinonim
| 211
: Angiospermae : Dicotyledoneae : Ranuculales : Lauraceae : Persea : Persea americana Mill : Persea gratissima Gaertn (Depkes RI, 2001)
Kandungan Kimia dan Kegunaan Kandungan kimia dari daging buah dan daun mengandung saponin, alkaloida, dan flavonoid, selain itu juga buah mengandung tanin dan daunnya mengandung polifenol, quersetin dan gula alkohol persiit (Yuniarti, 2008). Pada ekstrak air daun alpukat (Persea americana Mill) mengandung saponin, tanin, phlobatanin, flavonoid, alkaloid, polisakarida (Antia et al, 2005). Biji alpukat mengandung 13,6 % tannin, 13,25 % amilum. Tannin atau asam tanik atau gallotani, biasa disebut juga coritagen, yang terkandung dalam biji alpukat mempunyai kemampuan sebagai astringen yang dapat mengendapkan atau mempresipitasikan protein selaput lendir di permukaan usus halus dan membentuk suatu lapisan yang melindungi usus, sehingga menghambat absorpsi glukosa dan laju peningkatan glukosa darah tidak terlalu tinggi (Anggraeni, 2006). Diabetes Melitus Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular dan makrovaskular (DiPiro et al, 2005) Patofisiologi Diabetes Melitus Diabetes melitus1 Tipe ini disebabkan kerusakan sel-sel β pulau Langerhans yang disebabkan oleh reaksi otoimun. Pada pulau Langerhans kelenjar pankreas terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel β memproduksi insulin, sel-sel α memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel σ memproduksi hormon somastatin. (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005). Diabetes melitus tipe 2 Penyebab dari DM tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resietensi insulin. (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005). Diabetes melitus tipe 3 Diabetes mellitus gestasional adalah keadaaan diabetes yang timbul selama masa kehamilan, dan biasanya berlangsung hanya sementara. Keadaan ini terjadi karena pembentukan hormon pada ibu hamil yang menyebabkan resistensi insulin (Tandra, 2008). Diagnosis Apabila penderita telah menunjukan gejala DM yang khas, hasil pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl telah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga dapat digunakan sebagai patokan diagnosis DM (Departemen Kesehatan RI, 2005; Price, 2000).
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
212 |
Luthpi Widya Putri, et al.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis diabetes melitus antara lain adalah pemeriksaan urin untuk mendeteksi adanya glukosuria, pemeriksaan darah yang meliputi glukosa darah puasa, glukosa darah sewaktu, tes toleransi glukosa oral (TTGO), glukosa darah kapiler, dan tes glikohemoglobin (HbA1c ) (Porth and Matfin, 2009). Terapi Diabetes Melitus Terapi pada Diabetes Melitus terdiri dari terapi non Farmakologi dan terapi Farmokologi. 1) Terapi Non Farmakologi a) Diet b) Olahraga 2) Terapi farmakologi Obat-obat Antidiabetes Sulfonilurea,Biguanida,Glukosidase-inhibitors,Thiazolidindion,Penghambat DPP-4 (dipeptidylpeptidase-4blockers) Metode Uji Diabetes Aloksan Prinsip metode ini yaitu pemberian aloksan secara parenteral. Hewan uji yang berbeda dengan kondisi yang berbeda akan menghasilkan dosis yang berbeda. Aloksan diberikan dalam larutan konsentrasi 5% b/v dan injeksikan secara intravena melalui vena telinga kelinci atau secara intraperitoneal untuk tikus dan mencit (Etuk, 2010). Metode Tes Toleansi Glukosa Peroral (TTGO) Pengujian dilakukan dengan memberikan beban glukosa untuk melihat pengaruh terhadap toleransi glukosa. Pada pengujian ini, hiperglikemia hanya berlangsung beberapa jam setelah pemberian glukosa sebagai diabetagon. Prinsip metode ini adalah hewan uji dipuasakan selama 16-20 jam tetapi tetap diberi minum, kemudian diambil cuplikan darah vena lalu diberikan sediaan obat yang diuji secara oral. Setengah hingga 1 jam setelah pemberian sediaan obat, hewan uji diberikan larutan glukosa secara oral. Pengambilan cuplikan darah vena diulangi setelah perlakuan pada waktu-waktu tertentu (Etuk, 2010). Prinsip Pengukuran Kadar Glukosa Darah Prinsip pemeriksaan kadar gula darah adalah berdasarkan reaksi oksidasi enzimatik yaitu sampel darah vena dalam reagen strip yang mengandung glukosa oksidase (GOD) dan potassium ferrisianida. Gula darah didalam reagen strip bereaksi dengan potassium ferisianida sehingga terbentuk potassium ferosianida. Banyaknya potassium ferosianida akan menghasilkan arus listrik yang dapat dideteksi oleh alat dan kemudian diubah menjadi angka yang ditampilakan pada layar (Etuk, 2010). C.
Hasil dan Pembahasan
Pengumpulan Tanaman Pada penelitian ini digunakan Persea americana Mill yang diperoleh dari perkebunan Manoko, Lembang, sebanyak 800 gram daun alpukat dan 800 gram biji alpukat. Pada tahap awal dilakukan determinasi tanaman yang dilakukan di Herbarium Bandung, Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung, Pembuatan Simplisia
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)
Uji Efek Antihiperglikemia Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat dan Biji Alpukat ...
| 213
Pembuatan simplisia daun alpukat dan biji alpukat tersebut dibersihkan dengan cara dicuci dengan air yang mengalir untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel di simplisia tersebut, kemudian disortasi basah dan dikeringkan pada oven dengan suhu 50°-60°C. Pengeringan tersebut bertujuan untuk mengurangi kadar air pada daun alpukat dan biji alpukat tersebut. Simplisia yang sudah dikeringkan kemudian diserbukkan menggunakan blender. Proses penghalusan ini dilakukan agar memperkecil ukuran partikel dan memperbesar luas permukaan sehingga pada saat dilakukan proses ekstraksi, luas permukaan yang besar akan membuat pelarut masuk ke dalam simplisia dan dapat menarik semua zat aktif yang ada didalamnya secara maksimal. Dari hasil pengeringan didapat daun alpukat 800 gram, dan biji alpukat kering 800 gram kemudian dilakukan pengepakan dan penyimpanan didalam plastik yang kedap udara dan kering. Ekstraksi Tahap selanjutnya yaitu proses ekstraksi. Ekstraksi ini bertujuan untuk penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair (DepKes RI, 2000:1). Simplisia dari daun alpukat dan biji alpukat diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut etanol 96% masing-masing sebanyak 14 L untuk daun alpukat dan 6 L untuk biji alpukat dengan pergantian pelarut setiap 24 jam sekali secara terus-menerus sampai 3 hari. Pelarut etanol digunakan karena etanol dengan konsentrasi 96% tersebut dapat lebih mudah berpenetrasi kedalam sel serta mempunyai kemampuan ekstraksi yang lebih baik dibandingkan dengan etanol konsentrasi rendah. Etanol dipilih karena bersifat universal yang mampu menarik semua jenis zat aktif, baik bersifat polar, semi polar dan non polar serta absorbsinya baik dan kadar toksisitasnya relatif rendah terhadap makhluk hidup (Depkes RI, 1986). Etanol hasil ekstraksi mudah diuapkan dengan rotary evaporator sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan konsistensi ekstrak yang diinginkan. Kemudian ekstrak cair tersebut disaring dan filtratnya dipekatkan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 50○C dimana merupakan suhu dibawah titik didih etanol bertujuan agar pemanasan dibawah titik didih pelarut dapat melindungi senyawa yang terkandung dalam pelarut. Didapat ekstrak kental masing-masing sebanyak 60,0281 gram untuk daun alpukat dan 94,6201 gram untuk biji alpukat dengan randemen ekstrak daun alpukat 7,5% dan biji alpukat 11,5%. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Awal Simplisia Penetapan batas minimal kandungan air bertujuan untuk menjaga kualitas simplisia dari pertumbuhan mikroba atau jamur selama proses penyimpanan. Hasil penetapan kadar air pada simplisia daun alpukat dan biji alpukat diperoleh sebesar 5,096% dan 5,88%, dimana batasan kadar air simplisia yang digunakan dalam sediaan obat yaitu kurang dari 10%. Penapisan Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Penapisan fitokimia ini dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam simplisia tersebut dimana dapat dijadikan sebagai parameter mutu yang erat kaitannya dengan efek farmakologis. Hasil penapisan fitokimia tersebut dapat dilihat pada tabel V.1
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
214 |
Luthpi Widya Putri, et al.
Tabel V.1 Hasil Penapisan Fitokimia (daun alpukat dan biji alpukat)
Keterangan: (+) = terdeteksi (-) = tidak terdeteksi Pengujian Aktivitas Antihiperglikemia Pada penelitian ini digunakan hewan uji yaitu mencit putih jantan galur Swiss Webster. Hewan mencit ini dipilih dalam pengujian karena mencit mempunyai kemampuan dan keunggulan sebagai objek penelitian, karena mudah diberi perlakuan, mudah diternakkan, mudah didapat dan harganya relatif murah. Mencit yang digunakan yaitu galur Swiss Webster karena merupakan mencit SPF (Spesific Pathogen Free) yang artinya mencit tersebut sudah memenuhi persyaratan bebas dari penyakit yang dapat ditularkan pada manusia. Pengujian dilakukan dengan metode induksi aloksan terhadap 6 kelompok mencit. Kelompok I kontrol negatif, kelompok II kontrol positif, kelompok III sediaan biji I, kelompok IV sediaan daun, kelompok V kombinasi daun dan biji, kelompok VI pembanding. Pembanding yang digunakan adalah glibenklamid, karena glibenklamid mempunyai mekanisme kerja merangsang sekresi hormon insulin dari granul-granul sel β Langerhans pankreas. Selain itu, glibenklamid merupakan salah satu golongan obat yang kuat, yang banyak digunakan di dunia medis serta merupakan produk obat inovator. Perlakuan pertama mencit sebelum induksi dipuasakan terlebih dahulu selama 18 jam, ini bertujuan untuk menghindari adanya kemungkinan interaksi ekstrak dan makanan dan gangguan adsorpsi. Induksi aloksan dilakukan terhadap semua kelompok kecuali kelompok kontrol negatif, dilakukan secara intravena di suntikan melalui ekor mencit. Induksi aloksan dilakukan selama 3 hari kemudian dilihat kadar glukosanya naik atau tidak, setelah 3 hari tidak memberikan efek terhadap mencit sehingga induksi gagal dan dilakukan induksi kembali kemudian dilihat lagi pada hari ke 7. Pengecekan dilakukan pada hari ke 7 dan kadar glukosa darah pada mencit meningkat dari kadar normalnya. Setelah naik setiap kelompok langsung diberikan sediaan uji. Hasil pengamatan berupa rata-rata kadar glukosa darah, dapat dilihat pada tabel V.2.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)
Uji Efek Antihiperglikemia Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat dan Biji Alpukat ...
| 215
Tabel V.2 Rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah induksi aloksan dan setelah diberi sediaan uji
Dilihat dari tabel diatas, sebelum dan sesudah induksi aloksan signifikan menaikan kadar glukosa darah, pada uji 3 yaitu kombinasi secara praklinis menurunkan kadar glukosa yang signifikan dibandingkan sediaan tunggal sehingga memliki efek farmakologi yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan daun dan biji. Tetapi secara statistika sediaan biji dan daun tidak signifikan, tidak ada perbedaan. Sediaan daun dan sediaan kombinasi tidak signifikan, tidak ada perbedaan. Sediaan biji dan sediaan kombinasi signifikan, ada perbedaan. D.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa pada uji efek antihiperglikemia metode induksi aloksan : 1. Ekstrak etanol daun alpukat biji alpukat, serta kombinasinya, berbeda signifikan terhadap kontrol positif (p<0,05) sehingga memiliki efek sebagai antihiperglikemia. 2. Pada uji 3 yaitu kombinasi secara praklinis menurunkan kadar glukosa yang signifikan dibandingkan sediaan tunggal sehingga memliki efek farmakologi yang lebih baik dibandingkan dengan sediaan daun dan biji. Tetapi secara statistika sediaan biji dan daun tidak signifikan, tidak ada perbedaan. Sediaan daun dan sediaan kombinasi tidak signifikan, tidak ada perbedaan. Sediaan biji dan sediaan kombinasi signifikan, ada perbedaan antara biji dan daun. Daftar Pustaka Anggraeni, Arsita Dian. Pengaruh Pemberian Infusa Biji Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar Yang Diberi Beban Glukosa (Skripsi) Semarang : Universitas Diponegoro, 2006. Departemen Kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 549-553. Departemen Kesehatan RI. 2001. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta. DiPiro, J,T., Talbert, L, R., Yess, C, G., Matzke, R, G., Wells, G. B., Posey, M. L. (2005). Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach (6th Ed). New York: Me Graw Hill, 1334-1337.
Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015
216 |
Luthpi Widya Putri, et al.
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes. (2005). Pharmaceutical Care untuk penyakitDiabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 9, 29, 30, 32, 39, 43 Etuk. (2010). Animals Models for Studying Diabetes Mellitus. Agriculture andBiology Journal of North America 1 (2), 130-134. Carol Mattson Porth, Glenn Matfin. 2009. Pathophysiology: Concepts of Altered Healt States, 8th Edition Larasati, Prawita Lintang. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) dan Buah Oyong (Luffa acutangula (L). Roxb) Pada Mencit Putih Jantan yang dibebani Glukosa (Skripsi). Depok : Universitas Indonesia, 2012.
Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)