Proses Pengolahan Air Buangan Industri Tapioka Bud; Santoso
Fakultas Teknik Industri Universitas Gunadanna
[email protected] Abstrak Pene/itian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penurunan kadar zat pencemar air buangan industri tapioka terhadap waktu aerasi, tekanan udara yang diaerasikan, dan konsentrasi lumpur aktif. Pene/itian dilakukan di Laboratorium dan hasilnya diana/isa dengan metode Winkler berupa BOD, COD, Padatan Tersuspensi Total (TSS), Sianida (CN), pH. Basil pene/itian didapat waktu aerasi terbaik adalah 5jam, tekanan udara yang diaerasikan 8 psi, dan konsentrasi lumpur aktif2500 mg/L. Kala kunci: Aerasi, lumpur aktif, pencemaran,
tersuspensi, air buangan, industri tapioka
Wastewater Treatment Process in Tapioca Industry Abstract This research aim to explore the influence of water contaminant level in tapioca industry to aeration time, aerated air pressure, and concentrated active sludge. The research was conducted in laboratory and the result was analyzed using Winkler Method. The research parameter were BOD, COD, Total Suspended Solids (TSS), Cyanide (CN), and pH. The result shows that the best aeration time was 5 hours, aerated air pressure at 8 psi, and concentrated active sludge at 2500 mgl/. Keywords: aeration, active sludge, contamination, suspension, wastewater, tapioca industry
PENDAHULUAN Industri tapioka adalah tergolong industri yang dikelola dalam bentuk industri kecil, industri menengah maupun industri besar. Di Indonesia industri tapioka ini terdapat di berbagai daerah dalam potensi yang cukup besar, misalnya di daerah Pati, Batang, Temanggung, Wonosobo, dan D.I. Yogyakarta. Tapioka tennasuk salah satu komoditi yang akan terns berkembang. Per-kembangan ini tentu saja akan memberikan dampak positif di berbagai bidang yang bisa dirasakan oleh masyarakat luas. Pengaruh tersebut antara lain meningkatnya kesempatan kerja, juga bertambahnya pendapatan masyarakat dan kaum pengusaha. Namun selain memberi dampak positif, keberadaan industri tapioka juga menimbulkan dampak negatif. Salah satunya adalah pencemaran lingkungan yang
Santoso, Proses pengolahan...
~
diakibatkan oleh air buang-an dari industri tapioka. . Proses pembuatan tapioka mempergunakan air yang relatif banyak. Setiap ton ketela pohon membutuhkan 6 - 9 m3 air. Air buangan industri tapioka masih mengandung bahan-bahan organik dan total solid yang cukup tinggi, di atas batas persyaratan air buangan industri yang diijinkan. Tingginya kadar zat pencemar air buangan tapioka yang melebihi ambang batas menuntut diIakukannya penelitian terhadap proses pengolahan air buangan industri tapioka dengan proses lumpur aktif secara aerob. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi waktu aerasi, tekanan udara, konsentrasi lumpur aktif, dan waktu penurunan yang akan menurunkan kadar zat pencemar air buangan tapioka secara optimal. Dengan mengeta-
213
hui variabel-variabel tersebut, industri tapioka akan dapat mengolah limbahnya dengan lebih baik. Dengan cara ini air buangan yang keluar memenuhi syarat sebagi air buangan yang diperkenankan sesuai baku mutu Keputusan Menteri KLH No. Kep-03/MEN-KLH/ 11I1991. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Labo-ratorium LPP UPN Yogyakarta. Variabel penelitian yang digunakan adalah pengaruh waktu aerasi terhadap penurunan zat pencemar air buangan tapioka, pengaruh udara yang diaerasikan terhadap penurunan kadar zat pencemar air buangan tapioka, dan pengaruh konsentrasi lumpur aktif terhadap penurunan kadar zat pencemar air buangan tapioka. Bahan baku yang digunakan adalah air buangan industri tapioka di daerah Tulung, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, D.I Yogyakarta. Parameter yang akan dianalisa adalah BOD,
COD, Padatan tersuspensi total (TSS), CN (sianida), dan pH. Sedangkan lumpur aktif sebagai sumber mikroba diambil dari pabrik Susu "Sari Husada" Yogyakarta. Air buangan industri tapioka diambil sebanyak 35 Liter. Dari sejumlah 35 liter tersebut kemudian diambil 1 liter untuk dianalisa kandungan polutan yang ada pada air buangan tersebut. Selebihnya disimpan dalam lemari es, agar kandungan polutannya tidak berubah. Langkah selanjutnya adalah mengambil sampel sebanyak 5 liter, kemudian dimasukkan dalam bak pengumpan dan ditambahkan lumpur aktif dengan konsentrasi antara 1500 - 4000 mg/L. Campuran tersebut lalu diaduk hingga homogen, setelah itu dialirkan dalam bak aerasi dengan waktu aerasi 2, 3, 4, 4.5, 5, dan 6 jam. Udara yang diaerasikan bertekanan 4 - 9 psi. Air buangan dialirkan ke dalam bak pengendap untuk diendapkan selama 45 menit setelah melewati proses aerasi, kemudian dialirkan ke bak penyaring. Sebagai media
Bahan baku: air buangan industrri tapioka Cara pengambilan: diambil 35 L kemudian diawetkan dalam lemari es
Analisa I
Airbuanganindustti tapioka 5000 L
Lumpuraktifdengan Konsentrasi 1500-4000 mgIL---+
I
Bak Pengumpan
.
Proses Aerasi waktu aerasi: 2, 3, 4, 4.5, 5, 6 jam
PENGENDAPAN
waktu: 45 menit
Air buangan industri yang sudah diolah kemudian ditampung
---+
AnalisaII
Keterangan: Analisa I: BOD, COD, TSS, CN, pH Analisa II : BOD, COD, TSS, CN, pH Gambar 1. Skema Percobaan
214
Jurnal Ilmiah Teknologi & Rekayasa, Volume15 No.3, Desember 2010
1
Tabel 1. Persyaratan Baku Mutu Limbah Cair lndustri Tapioka Parameter
Kadar Maksimum
BOD5 COD Padatan terlarut CN (sianida) pH
200 mg/L 400 mg/L 150 mg/L 0,5 mg/L 6-9
Beban Pencemaran Maksimum 12,0 kg/ton 24,0 kg/ton 9,0 kg/ton 0,03 kg/ton
Sumber: Keputusan Menten KLH No. Kep-03 /MEN-KLH/II/1991
kulit
Ketela pohon
Air
Air
Air buangan
. Pengendapan
ampas/onggok & Pemisahan Pati
I~
Air buangan
Debu Gambar 2. Skema Proses Pembuatan Tepung Tapioka Sumber: Ginting (1992)
penyaring digunakan ijuk, kerikil, dan pasir. Tinggi ijuk dan pasir ditambah kerikil adalah 5 em. Setelah mengendap, dilakukan analisa terhadap kadar zat peneemarnya. (BOD, COD, TSS, CN, pH). Gambar 1 memperlihatkan skema pereobaan yang dilakukan. Sebagai bahan perbandingan untuk menganalisa polutan yang ada dalam air buangan industri tapioka telah memenuhi atau tidak, disesuaikan dengan Keputusan Menteri KLH No. Kep-03/Men-KLH/IV 1991. Tabel 1 memperlihatkan persyaratan baku mutu limbah eair industri tapioka berdasarkan Kepmen KLH tersebut.
Santoso, Proses pengo/ahan...
Parameter yang diukur sebagaimana terlihat pada Tabel 1 merupakan faktor penting yang menentukan kualitas air buangan industri tapioka. Padatan tersuspensi mempengaruhi kekeruhan dan warna air. Apabila teIjadi pengendapan dan pembusukan zat-zat tersebut di badan air peneemar, maka air buangan akan mengurangi nilai guna perairan tersebut. (Betty & Waniati, 1993). Perubahan pH (derajat keasaman) air buangan tapioka menandakan bahwa sudah teIjadi aktifitas jasad renik mengubah bahan-bahan organik yang mudah terurai menjadi asam. Air buangan yang masih segar mempunyai
215
pH 6 - 7,5 dan akan turnn menjadi 4. (Betty & Waniati,1993). BOD (Biochemical Oxygen Demand) mengukur kebutuhan oksigen terlarut dalam air buangan yang dipergunakan untuk menguraikan senyawa organik dengan bantuan mikroorganisme pada kondisi tertentu. Pada umumnya proses penguraian teIjadi secara baik pada suhu 20°C dan waktu 5 hari (Ginting, 1992). COD (Chemical Oxygen Demand) adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengok-sidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Pengoksidasi KMnO4 digunakan sebagai sumber oksigen. Parameter ini tercepat dan termudah dilakukan untuk mengukur tingkat pencemaran air, sehingga paling banyak digunakan (Alaerts, 1984). PEMBAHASAN Air buangan adalah limbah yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Sebagaimana terlihat pada Gambar 2, proses pengolahan tapioka mengeluarkan dua macam limbah, yaitu limbah padat dan limbah cairo Limbah padat berasal dari proses pengupasan ketela serta proses pemerasan dan penyaringan, sedangkan limbah cair atau air buangan berasal dari proses pen-cucian ketela pohon dan proses pengendapan atau pemisahan pati. Air buangan industri tapioka masih mengandung BOD dan COD yang cukup tinggi. Jika air buangan tersebut langsung dibuang ke perairan, maka perairan akan kekurangan oksigen sehingga akan teIjadi proses anaerob. Dampaknya akan teIjadi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh bau dari mikroba yang mati dan membusuk (Betty dan Rahayu,1993). Air buangan tapioka masih mengandung bahan-bahan organik dan total solid yang cukup tinggi. Air buangan tapioka mengandung BODs antara 2000 hingga 5000 mgIL, tingkat COD antara 4000 hingga 30.000 mgIL, tingkat padatan tersuspensi total antara 1500 hingga 5000 mgIL, tingkat sianida (CN) antara 0 hingga 15 mgIL, dan pH 4,0 hingga 6,5 (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang, 1990). Dari gambaran ini
216
jelas bahwa tingkat pencemaran oleh industri tapioka mencapai pencemaran yang sangat berat terhadap lingkungan hidup. Kualitas air buangan secara umum dapat dinilai dari tiga faktor, yaitu kekeruhan, warna, dan bau. Kekeruhan bukan polutan, namun sifat ini disebabkan oleh adanya bahan tersuspensi. Kekeruhan merupakan sifat fisik yang paling mudah dilihat untuk menilai kualitas air buangan. Semakin keruh air buangan, semakin tinggi tingkat pencemarannya (Betty & Waniati, 1993). Warna pada air disebabkan adanya zat padat terlarut atau zat padat tersuspensi. Jika warna air berubah berarti ada polusi. Adanya warna akan menghalangi masuknya sinar matahari kedalam air, sehingga fotosintetis dalam tumbuhan air tidak akan berlangsung. Tumbuhan air membantu adanya 02 terlarut dalam air (Suhenry, 1993). Bau air yang berubah berarti ada pencemaran. Bau disebabkan adanya bahanbahan kimia yang terlarut atau tersuspensi dan terdapatnya ganggang, plankton, hewan air yang sudah mati atau membusuk. (Suhenry, 1993). Pengolahan Air Buangan Industri Tapioka Secara Aerob Ditinjau dari kandungan bahan yang ada didalamnya, air buangan industri tapioka termasuk buangan yang bersifat bio-degradable, yaitu buangan yang secara alami dapat atau mudah diurai olehjasad renik (mikroba). Peran mikroorganisme sangat menentukan dalam proses biologi secara aerob. Mikroorganisme menggunakan limbah untuk mensintesis bahan seluler baru dan menyediakan energi untuk sintetis. Organisme juga dapat menggunakan suplai makanan yang sebelumnya sudah teraku-mulasi secara internal atau endogenes untuk respirasi. Sintesis dan respirasi endogenes berlangsung secara simultan dalam sistem biologik dengan sintesis yang berlangsung lebih banyak bila terdapat makanan ekso-genes yang berlebihan dan respirasi endo-genes akan mendominasi bila suplai ma-kanan eksogenes sedikit atau tidak ada Bila pertumbuhan terhenti, mikroorganisme mati dan lisis melepaskan nutrien dari protoplasmanya untuk digunakan oleh
Jurnaillmiah Teknologi & Rekayasa, Volume15 No.3, Desember 2010
1
sel-sel yang masih hidup dalam suatu proses respirasi selular autoksidatif atau endogenes. Dengan adanya bahan limbah (mikroba), metabolisme mikroba akan berlangsung memproduksi sel-sel barn dan energi dan padatan mikroba akan meningkat. Bila tidak ada makanan, respirasi endogenes akan berlangsung lebih banyak dan akan terjadi pengurangan padatan mikroba. Massa mikroba tidak akan berkurang hingga nol bahkan bila periode respirasi endogenes berlangsung lama. Residu sekitar 20 - 25% massa mikroba akan tertinggal. Bahkan dalam sistem penangan biologik akanterjadi akumulasi padatan dengan laju minimum. Padatan ini harus dikeluarkan dari instalasi. (Betty Winiati,1993). Oksigen memegang peranan yang penting di dalam proses biologi aerob. Pada saat oksigen bertindak sebagai aseptor hidrogen akhir, mikroorganisme akan memperoleh energi maksimum. Untuk memperta-hankan sistem aerobik diperlukan konsen-trasi oksigen terlarut minimum antara 0,2 - 0,6 mg/L. Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka konsentrasi oksigen terlarut harns dijaga diats 1,0 mg/L bila pembatasan oksigen ingin dihindarkan. (Betty & Winiati, 1993). Sistem yang banyak digunakan di dalam pengolahan secara aerobik adalah peng-olahan secara aerob dengan lumpur aktif (activated sludge). Lumpur aktif adalah flok (kumpulan) mikroba baik yang hidup dan mati dalam air limbah, berupa gumpaIan yang dapat menangkap bahan-bahan organik larut/koloidltersuspensi maupun bahan anor-ganik dalam air limbah. Proses lumpur aktif adalah proses biologis aerob yang melibat-kan reaksi-reaksi metabolik mikrobia untuk mencapai kualitas efluen dengan meng-hilangkan substansi, menggunakan oksigen. Lumpur aktif yang terdapat dalam bak reaktor disebut MLSS dan MLVSS yang sebagian besar terdiri dari mikrobia, bahan inert dan bahan yang tidak dapat terdegradasi secara biologis. Mikroba pendegradasi terdiri dari 70 - 90% bahan orga-nik dan 10 - 30% anorganik. (Grady & Henry, 1980). Dengan pengaturan dan peng-awasan yang baik, cara pengolahan limbah cair dengan lumpur aktif dapat berjalan dengan baik pula. Hampir segala macam limbah cair dapat diolah secara
Santoso, Proses pengolahan...
lumpur aktif, demikian juga halnya dengan limbah tapioka. Mikroba yang digunakan dalam pengolahan lumpur aktif adalah untuk mengubah bahan organik karbon yang larut dan bersifat koloid menjadi macam-macam gas dan membnetuk sel baru. Karena itu sel mikroba mempunyai berat jenis sedikit lebih besar daripada air. Proses pengolahan lum-pur aktif ini berjalan secara aerob dengan tujuan untuk menghilangkan bahan organik karbon dari dalam air limbah yang umum-nya dinyatakan sebagai BOD dan COD (Dep. Perindustrian Jakarta, 1984). Proses yang baik berjalan pada pH 6,5 - 9,0 dan suhu 28 - 30 oC dan oksigen terlatut (DO) didalam larutan antara 1 - 2 mg/L (Betty & Winiati, 1993). Proses lumpur aktif adalah proses biologik aerobik yang dapat digunakan untuk menangani berbagai jenis limbah. Prosesnya serba guna, fleksibel, dan limbah dengan mutu tertentu yang diinginkan dapat dihasilkan dengan mengubah parameter proses. Di dalam proses ini mikroba yang aktif adalah mikroba yang hidup dengan adanya oksigen dari udara. Oleh karena itu suplay oksigen merupakan faktor yang paling penting didalam proses ini. Mikroba aerob akan berkembang biak dengan baik apabila suplay. oksigen dan nutrisi mencu-kupi. Reaksi secara umum dapat terlihat pada Persamaan 1. Bahan orgap.i~+ mikroba + 02 -7 C02 + H20 + mikroba (1) (Betty & Winiati,1993) Faktor-faktor yang mempengarnhi pengolahan secara biologis sistem aerob dengan lumpur aktif adalah konsentrasi lumpur aktif. ltu adalah sumber mikrobia yang berfungsi untuk mengubah bahan organik yang larut di dalam air limbah menjadi macammacam gas dan membentuk sel baru. Perlu diingat bahwa pemakaian lumpur aktif yang besar akan menyulitkan dalam pengendapan setelah aerasi selesai. Faktor kedua adalah banyaknya oksigen yang terkandung di dalam air limbah, diukur dalam satuan mg/L. Kebutuhan oksigen terlarut pada mikroorganisme bervariasi tergantung pada jenis, stadia dan aktifitasnya. Makin besar nilai BOD dalam
217
sistem air, maka persediaan oksigen terlarut (DO) yang berada di dalamnya semakin kecil. Antara BOD dan DO terdapat perbandingan yang terbalik. Faktor terakhir adalah pH. Air buangan yang baik untuk pengolahan secara biologi dengan proses lumpur aktif memiliki pH antara 6,5 - 9,0. pH air limbah ini akan berpengaruh terhadap aktifitas mikro-organisme dalam penguraian zat organik. Pengaruh Waktu Aerasi Terhadap Penurun an Zat Pencemar Air Buangan Tapioka Tabel 2 menunjukkan hubungan pengaruh waktu aerasi terhadap penurunan kadar zat pencemar air buangan tapioka. Volume air buangan yang diukur adalah 5000 mL, konsentrasi lumpur aktif (MLVSS) sebesar 2500 mg/L, sementara udara diaerasikan pada tekanan 7 psi. Terlihat pada Tabel 2 bahwa
dengan bertambahnya waktu aerasi, semakin besar juga penurunan kadar zat pencemarnya yaitu BOD dari air buangan tapioka tersebut. Waktu aerasi terbaik selama 5 jam menghasilkan penurunan zat pencemar, ditandai dengan BOD yang sudah meme-nuhi syarat baku mutu. Pengaruh Tekanan Udara Yang Diaerasikan Terhadap Penurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka Tabel 3 menunjukkan hubungan pengaruh tekanan udara yang diaerasikan terhadap penurunan kadar zat pencemar air buangan tapioka. Volume air buangan yang diukur adalah sebesar 5000 mL, konsentrasi lumpur aktif (MLVSS) sebesar 2500 mg/L dengan waktu aerasi selama 5 jam. Terlihat pada Tabel 3 bahwa makin besar tekanan udara yang diaerasikan, semakin besar juga penurunan
Tabel 2. Pengaruh Waktu Aerasi Terhadap Penurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka Waktu Aerasi Parameter, mg/L MLVSS TSS CN BOD COD pH Uam) 2 3 4 4.5 5 6 .()
1800,146 276,500 212,038 205,210 170,445 197,000
2991,450 584,110 462,960 421,940 394,196 374,016
4 5 6 7 8 9
0,318 0,218 0,070 0,051 0,021 0,Q18
7,0 7,0 8,0 7,0 7,0 7,0
2928,819 3066,150 3194,671 3204,441 3317,766 3236,589
Tabel3. Pengaruh Tekanan Udara Yang Diaerasikan Terhadap Penurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka Parameter, mglL
Tekanan, pSI
167,37 86,0 12,0 11,0 8,0 6,0
BOD 405,205 233,970 238,042 258,529 183,912 142,458
COD 745,674 477,231 407,635 417,577 367,866 293,298
TSS 23,0 16,0 13,0 12,0 9,0 7,0
CN 0,231 0,204 0,184 0,162 0,125 0,096
pH 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
MLVSS 2856,982 2964,764 3173,813 3256,416 3394,567 3426,816
Tabel 4. Pengaruh Konsentrasi Lumpur Aktif Terhadap Penurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka Konsentrasi Lumpur aktif, mglL 1500 2000 2500 3000 3500 4000
218
BOD
COD
Parameter, mg/L CN TSS
558,437 308,687 287,357 212,174 187,357 172,174
907,842 862,744 518,154 462,675 377,231 352,732
260,0 224,0 59,0 39,0 15,0 28,0
0,169 0,138 0,124 0,113 0,096 0,087
pH
MLVSS
7,0 7,0 7,0 7,0 7,0 7,0
1643,650 2281,560 2764,671 3283,962 3856,874 4263,863
Jurnal Ilmiah Teknologi & Rekayasa, Volume15 No.3, Desember 2010
kadar zat pencemarnya, yaitu BOD dari air buangan tapioka tersebut. Hal ini disebabkan karena semakin besar udara yang diaerasikan makin besar oksigen yang terlarut, sehingga mikroba akan berkembang biak dengan baik sebagai pengurai zat organik. Tekanan udara terbaik adalah 8 psi, dimana pada kondisi ini diperoleh penu-runan zat pencemar yaitu COD yang sudah memenuhi syarat baku mutu. Pengaruh Konsentrasi Lumpur Aktif Terhadap Penurunan Zat Pencemar Air Buangan Tapioka Tabel 4 menunjukkan hubungan pengaruh lumpur aktif terhadap penurunan kadar zat pencemar air buangan tapioka. Volumeair buangan yang dipergunakan adalah 5000 mL, waktu aerasi selama 5 jam dengan tekanan udara yang diaerasikan adalah sebesar 8 psi. Terlihat pada Tabel 4 bahwa makin bertambahnya konsentrasi lumpur aktif semakin besar juga penurunan kadar zat pencemarnya yaitu BOD dari air buangan tapioka tersebut. Hal ini disebabkan karena lumpur aktif sebagai sumber mikroba bertambah besar, maka mikroba sebagai zat pengurai makin banyak, sehingga zat pence-mar akan terurai dengan baik. Pada konsen-trasi lumpur aktif 3500 mgIL penurunan BOD telah memenuhi persyaratan baku mutu yang diijinkan. SIMPULAN
DAN SARAN
Hasil percobaan pengolahan air buangan tapioka yang meliputi proses aerasi, pengendapan dan penyaringan, setelah dianalisa di Lab. LPP UPN Yogyakarta dengan metode Winkler, menunjukkan bahwa waktu aerasi yang lama akan menu-runkan kadar zat pencemar air buangan tapioka. Pada waktu aerasi 5 jam didapat kualitas air buangan tapioka yang sudah memenuhi persyaratan baku mutu yang diijinkan. Bertambahnya tekanan udara yang diaerasikan akan menurunkan kadar zat pencemar air buangan tapioka. Pada tekanan udara 8 psi yang diaerasikan didapat kualitas untuk air buangan tapioka yang sudah memenuhi persyaratan baku mutu yang diijinkan.
Santoso, Proses pengolahan...
Bertambahnya konsentrasi lumpur aktif akan menurunkan kadar zat pencemar air buangan tapioka. Pada konsentrasi lumpur aktif 3500 mgIL didapatkan hasil yang sudah memenuhi persyaratan baku mutu yang berlaku untuk kualitas air buangan. Analisis hasil penelitian ini menunjukkan penurunan yang terbaik terjadi sela-ma waktu aerasi 5 jam, konsentrasi lumpur aktif 2500 mgIL, dan tekanan udara yang diaerasikan 8 psi, dengan kualitas air buangan BOD 142,458 mgIL, COD 293 mgIL, TSS 7 mgIL, dan Sianida (CN) 0,096 mgIL. Penurunan zat pencemar ini sudah memenuhi syarat sebagai air buangan tapioka yang berlaku, sesuai ketentuan: Keputusan Mentri KLH No. Kep-03/ MEN -KLH/II/ 1991.
Disarankan kepada Industri Tapioka untuk mengolah air buangan industri tapioka sesuai dengan kondisi yang ditemukan pada penelitian ini. Pada saat ini hampir semua industri tapioka masih membuang air buangan industri tapiokanya langsung ke sungai terdekat karena begitu tingginya dan besar kandungan zat pencemar yang terkan-dung dalam air buangan industri tapioka. DAFTAR PUSTAKA Alaerts. G dan Sumestri, Sri. 1984. Metode Penelitian Air. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Betty, Sri L.J. dan Winiati, Pujdi Rahayu. 1983. Penanganan Limbah Industri Pangan. PAU Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Departemen Perindustrian. 1984. Buku Panduan Pencegahan dan penanggulan Pencemaran Industri Fermentasi. Deprin. Jakarta. Fair, Gordon M. 1968. Waste And Wastewater Treatment. Toppan Company, Limited. Tokyo, Japan. Ginting, Perdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Grady, Leslie dan Henry, C. 1980. Biological Wastewater Treatment Theory and Application. New York dan Basel. Rifai, A. Pengolahan Air Buangan di Pabrik. Prosiding Seminar Pengendalian Pence-
219
maran Air Buangan. DPMABandung. Reynold, TD. 1982. Unit Operation and Processes in Environmental Engineer-
220
ing. Brooks Cole Engineering Division. Monterey, California.
Jurnal I/miah Teknologi & Rekayasa, VolumeJ5 No.3, Desember 2010