Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
PROSES PENGERASAN PERMUKAAN UNTUK MENINGKATKAN NILAI KEKERASAN DAN KETAHANAN AUS PADA PISAU BAJAK ROTARI
ANDRI YONO E-mail:
[email protected] Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Musamus Merauke
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kekerasan dan ketahanan aus mata bajak rotary hand traktor yang telah diberi perlakuan celup cepat (proses quenching). Proses celup cepat ini dilakukan dengan temperature austenite (± 9120 C). Pengerasan permukaan pada besi / baja dapat dilakukan dengan cara memanaskan besi/baja, kemudian didinginkan dengan cepat pada media pendingin seperti air, air garam ataupun dengan oli bekas. Pengerasan permukaan ini biasa disebut proses Quenching, dimana pada permukaan baja/besi nilai kekerasannya bertambah sedangkan pada bagian dalam / inti logam masih tetap bersifat sebelum diberi perlakuan pengerasan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Metallurgi Fakultas Teknik Mesin Universitas Hasanuddin, bengkel Pande Besi Desa Muram Sari dan lahan persawahan Padang Raharja Kurik, Merauke. Metode pengujian adalah dengan metode eksperimental dilapangan. Hasil penelitian diperoleh Nilai Kekerasan meningkat dari 50.9 HV menjadi 59.1 HV, sedangkan Laju ketahanan aus untuk raw material sebesar 6.29 %, sedangkan untuk material yang mengalami proses quench sebesar 3.28 %. Kata-kata kunci-About : Mata Bajak Rotari, Proses Quenching, Laju Ketahanan Aus. peralatan
PENDAHULUAN
pertanian
ini
sangat
susah
Masyarakat di Kabupaten Merauke
diperoleh oleh para petani di Kabupaten
kebanyakan berprofesi sebagai petani padi
Merauke karena kebanyakan peralatan ini
modern,
dimana
sebagian
besar
alat
pertaniannya
didatangkan dari luar pulau. Seperti halnya
sudah
menggunakan
untuk penggantian sukucadang mata pisau
permesinan. Dari alat pengolah lahan
bajak rotari harus didatangkan dari luar
(tanah), alat pemotong padi (Reaper)
pulau,
sampai pada alat perontok (Treasher)
ekonomisnya sangat tinggi. Untuk itu,
hampir semuanya sudah menggunakan
perlu adanya suatu cara bagaimana agar
mesin. Banyaknya lahan sawah garapan
mata pisau bajak rotari
tidak sesuai dengan jumlah
petaninya
tahan aus dan mempunyai umur pakai
sendiri. Rata – rata setiap satu kepala
yang lebih lama. Peningkatan kekerasan
keluarga sanggup mengerjakan 2 ha
dari suatu material (baja) dapat menambah
sawah.
ketahanan aus dari material itu sendiri.
Namun
demikian
pengadaan
sehingga
secara
waktu
dan
ini dapat lebih
73
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
Beberapa cara peningkatan kekerasan
1. Bagi akademisi, dapat memberikan
untuk mata bajak rotari ini yaitu dengan
konstribusi ilmiah tentang pengaruh
perlakuan celup cepat (Quenching). Hal ini
proses quench pada mata bajak rotari
dapat dilakukan karena kebanyakan bahan
terhadap
mata pisau bajak rotari terbuat dari baja
ketahanan ausnya.
carbon tinggi.
yang menjadi permasalahan adalah : Bagaimana
Bagaimana
dan
meningkatkan
acuan pemilihan bahan. 3. Bagi peneliti, dapat dijadikan sebagai
nilai
acuan
kekerasan mata bajak rotari. 2.
kekerasannya
2. Bagi industri, dapat dijadikan sebagai
Berdasarkan latar belakang diatas maka
1.
nilai
melakukan
dan
perbandingan
penelitian pengujian
laboratorium (uji kekerasan sebelum
untuk
selanjutnya
yang
berhubungan dengan obyek ini. 4. Bagi masyarakat khususnya masyarakat
dan sesudah proses quench).
petani di Kabupaten Merauke, dapat
3. Bagaimana melakukan pengujian di
meningkatkan nilai ekonomis dan
lapangan untuk mendapatkan sifat
umur
pakai
ketahanan aus (membandingkan mata
rotarinya.
mata
pisau
bajak
bajak tanpa quench dengan mata bajak
Penelitian ini difokuskan pada :
yang diquenching ).
1. Proses quenching pada mata pisau bajak rotari.
1. Mendapatkan
peningkatan
nilai
2. Pengujian nilai kekerasan sebelum dan
kekerasan mata pisau bajak rotari
sesudah proses quenching.
setelah proses quenching. 2. Mendapatkan perbedaan nilai kekerasan mata pisau bajak rotari sebelum dan
3.
Pengujian
di
lapangan
terhadap
ketahanan aus mata pisau bajak rotari.
sesudah proses quenching. 3. Melakukan pengujian di lapangan untuk mengetahui ketahanan aus mata pisau bajak rotari sebelum dan sesudah proses quenching.
TINJAUAN PUSTAKA Bajak Tangan (Hand Tracktor) Bajak merupakan alat pertanian yang paling tua, telah dipergunakan sejak 6000th SM di Egypt. Pada awal mulanya
Dengan diketahuinya perbedaan nilai kekerasan dan ketahanan aus mata pisau bajak rotari hand tractor ini, diharapkan :
bajak sepenuhnya ditarik oleh tenaga manusia,
dengan
bntuk
yang
sangat
sederhana. Kemudian Thomas Jefferson 74
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
merancang secara istimewa dengan prinsip
yang masih cukup besar, biasanya masih
perhitungan matematika. Untuk pertama
diperlukan tambahan pengerjaan untuk
kalinya alat pengolahan tanah ini dibuat
mendapatkan keadaan tanah yang lebih
dari kayu kemudian dari besi tuang sebagai
halus lagi. Dengan menggunakan bajak
bahan utamanya, selanjutnya dibuat dari
putar
baja. Penggunaan sistem dua mata bajak
dilakukan
(bottom)
1865,
putar/bajak rotary dapat digunakan untuk
kemudian diikuti dengan pemakaian tiga
pengolahan tanah kering ataupun tanah
mata bajak dan seterusnya, tergantung
sawah. Kadang-kadang bajak putar ini
pada
digunakan untuk mengerjakan tanah kedua
dimulau
besarnya
sejak
daya
tahun
penarik
yang
maka
pengerjaan sekali
juga
dapat
tanah
dapat
tempuh.
Bajak
digunakan.(FJ Daywin, 2008). Banyak
dan
digunakan
dijumpai berbagai bentuk rancangan bajak,
melakukan
hal ini pada umumnya dimaksudkan untuk
pendangiran.
dapat memperoleh penyesuaian antara
untuk pengolahan tanah dapat diharapkan
tujuan pengolahan tanah dan peralatan
hasilnya baik, bila tanah dalam keadaan
yang dipergunakan. Berdasarkan bentuk
cukup kering atau basah sama sekali.
dan kegunaannya, secara garis besar bajak
Untuk mengatasi lengketnya tanah pada
dibedakan atas beberapa jenis, yaitu:
pisau dapat dilakukan dengan mengurangi
penyiangan Penggunaan
untuk ataupun
bajak
putar
jumlah pisau dan mempercepat putaran dari rotor dan memperlambat gerakan 1. Peralatan pengolahan tanah pertama :
maju. Makin cepat perputaran rotor akan
a)
Bajak singkal
lebih banyak daya yang digunakan tetapi
b)
Bajak piringan
diperoleh hasil penggemburan yang lebih
c)
Bajak putar / bajak rotari.
halus.
d)
Bajak pahat
pengambilan daya untuk menggerakkan
e)
Bajak tanah
rotor
2. Peralatan pengolahan tanah kedua :
Berdasarkan
atas
sistem
dan pisau dari bajak putar, jenis
bajak putar secara garis besar dibedakan
a)
Garu piringan
menjadi dua, yaitu:
b)
Garu sisir
a. bajak putar dengan tenaga pemutar
c)
Garu bergigi per
pisau dari mesin tersendiri terpisah dari
3. Bajak putar (rotary plow)
tenaga traktor sebagai sumber daya
Pengolahan tanah dengan menggunakan
penariknya (self propelled unit).
bajak, akan diperoleh bongkah-bongkah 75
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
b. bajak putar dengan tenaga pemutar
jumlah pisau disesuaikan dengan daya
pisau dari pto traktor, yang sekaligus
penggerak dan keperluannya.
traktor tersebut sebagai sumber daya
ii. Poros putar, berfungsi untuk memutar
penariknya (pto drives tractor).
rotor-rotor bajak putar.
4. Prinsip kerja bajak putar
iii.
Rotor,
berfungsi
sebagai
tempat
Pisau-pisau dipasang pada rotor secara
pemasangan pisau-pisau dari bajak
melingkar hingga beban terhadap mesin
putar.
merata dan dapat memotong tanah secara
iv.
Penutup
bertahap. Pada waktu rotor berputar dan
berfungsi
alat bergerak maju pisau akan memotong
tanah.
tanah. Luas tanah yang terpotong dalam sekali
pemotongan
tergantung
pada
kedalaman dan kecepatan maju. Gerakan
belakang
(rear
membantu
shield),
penghancuran
v. Roda dukung (land wheel), berfungsi untuk mengatur kedalaman pengolahan tanah.
putaran rotor yang memutar pisau-pisau diakibatkan
daya
dari
motor
yang
5. Sistem pemasangan pisau
diteruskan melalui sistem penerusan daya
Pemasangan pisau dengan jumlah
khusus sampai ke rotor tersebut. Sistem
yang lebih sedikit akan memperoleh
penerusan daya untuk ukuran bajak putar
sedikit hambatan karena adanya seresah
kecil yang digerakkan dengan traktor
pada tanah dan pisau dapat masuk lebih
tangan biasanya menggunakan sistem
dalam pada tanah sehingga seresah dapat
hubungan roda cakra dengan rantai. Untuk
bercampur dengan tanah. Juga dapat
bajak putar ukuran besar yang digerakkan
mengurangi kemungkinan macetnya alat
dengan
pada waktu kerja di tanah yang basah dan
traktor
besar,
biasanya
menggunakan universal joint. Bagian-
lengket.
Namun
hasil
pengolahan
bagian bajak putar antara lain :
diperoleh bongkah yang lebih besar.
i. Pisau, berfungsi untuk mencacah tanah
6. Kecepatan perputaran pisau
pada waktu pengolahan tanah dengan
Pada kecepatan maju tetap, makin cepat
bajak putar dilakukan. Pisau ini juga
perputaran
cukup baik untuk mencacah gulma
pemotongan yang semakin halus; makin
maupun seresah, namun tidak dapat
lambat
menutupnya dengan tanah secara baik
pemotongan
akan
seperti bila menggunakan bajak singkal
kecepatan
rendah,
maupun bajak piringan. Besar dan
penyumbatan oleh tanah dan seresah
pisau
perputaran
akan
pisau
diperoleh
maka
hasil
besar-besar.
Pada
kemungkinan
76
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
makin besar tetapi kecepatannya yang
media celup harus merata agar dapat
besar akan dapat merusak struktur tanah
dicapai pendinginan yang merata pula.
dan mengurangi umur pemakaian pisau.
Media pendinginan yang digunakan dalam
7. Posisi penutup (rear shield)
produksi
Adanya penutup akan memungkinkan
perlengkapan pendinginan. spesimen uji di
tanah lebih hancur karena tanah yang
panaskan pada temperatur 8400C ,dan
terlempar
dari
penutup.
Posisi
harus
selama
dilengkapi
20
pisau
terbentur
pada
ditahan
dari
penutup
akan
diquenching secara bersamaan ke dalam
mempengaruhi benturan tanah terhadap
air bersuhu 270C. Lawrence H.Van Vlack
penutupnya.
(2001)
dalam
menit
dengan
teorinya
kemampuannya
Quench (celup cepat) adalah salah perlakuan
dengan
(hardenability)
sangat cepat pada proses heat treatment
laju
mempunyai kekerasan maksimum dan
pendinginan cepat yang dilakukan dalam
pendinginan secara perlahan menghasilkan
suatu media pendingin misal air atau oli
kekerasan lebih rendah. Hal ini berlaku
untuk memperoleh sifat mekanik yang
untuk baja karbon, baja tahan karat , baja
lebih keras. Untuk baja karbon rendah dan
paduan dan besi cor.
Jadi
baja karbon sedang, lazim dilakukan
dilakukan
panas
pencelupan dengan air. Untuk baja karbon
treatment) dan didinginkan cepat, material
tinggi dan baja paduan biasanya digunakan
mengalami peningkatan harga kekerasan
minyak
pada
sebagai
panas
tentang
menyimpulkan bahwa pendinginan yang
Quenching (Pendinginan Cepat)
satu
kemudian
media
pencelupan,
perlakuan
permukaan
baja.
setelah (heat
Mekanisme
pendinginannya tidak secepat air. Tersedia
pendinginan cepat dapat dilihat pada
berbagai jenis minyak, seperti minyak
gambar dibawah ini :
mineral dengan kecepatan pendinginan yang berlainan sehingga dapat diperoleh baja dengan berbagai tingkat kekerasan. Untuk pendinginan yang cepat dapat digunakan air garam
atau air
yang
disemprotkan. Beberapa jenis logam dapat dikeraskan melalui pendinginan udara terlalu lambat. Benda yang agak besar biasanya dicelup dalam minyak. Suhu 77
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
II.3 Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan menggunakan mikro vickers dengan beban 1 kg dan dilakukan berdasarkan standar ASTM E92-82.
Uji
kekarasan
Vickers
menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya berbentuk bujur sangkar. Angka kekerasan piramida intan yang disarnya berbentuk bujur sangkar. Angka kekerasan piramida intan (DPH) aatu angka kekerasan Vickers ( VHN atau VPH ), di defenisikan sebagai beban di bagiluas permukaan lekuka. Luas ini di hitung `dari pengukuran mikroskopik panjang diagonal jejak.
DPH
dapat
ditentukan
persamaan
berikut(Surdia,
Kekerasan
indentasi
dari
1994)
Vickers
:
(VHN)
dihitung dengan menggunakan persamaan
Langkah –langkah penyiapan specimen untuk pengujian kekerasan adalah sebagai berikut : 1. Spesimen di potong dengan gergaji sehingga berbentuk ukuran diameter 22 mm dan panjang 30 mm. 2. Specimen diamplas hingga rata dan
: VHN = 2P sin (θ/2) / d2 (kg/mm2)
300, 500, 800, 1000, kemudian di poles.
dimana :
3. Permukaan yang di uji adalah
P = beban indentasi (kg) d
halus menggunakan kertas amplas no
=
diagonal
rata-rata
penekanan (mm) θ = sudut puncak = 1360
bekas
permukaan yang pinggir. 4. Specimen siap di uji kekerasannya dengn metode Vickers.
Sehingga diperoleh : VHN = 1.854 P / d2 (kg/mm2)
Ketahanan Aus Ketahanan aus / laju keausan suatu bahan / material dapat dinyatakan dengan jumlah kehilangan / pengurangan material ( massa, volume atau ketebalan) tiap satuan panjang luncuran atau waktu. Dalam hal ini ketahanan aus akan dipakai 78
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
pengurangan massa (kg) per satuan waktu (menit). W = m1 – m2 / t Dimana : w = laju keausan (kg/menit) m1 = massa material sebelum pengujian keausan (kg)
b. Alat
m2 = massa material setelah pengujian keausan (kg) t
= waktu / lamanya pengujian (detik/
menit/jam) Keausan dapat juga dinyatakan dengan keausan
spesifik.
Keausan
spesifik
dihitung berdasarkan keausan benda uji yang
termakan
oleh
pengaus
1. Bajak Hand Tracktor 2. Mesin Uji Kekerasan Vickers
6. Jangka sorong 7. Amplas Gosok
3. Oven Pemanas s/d 11000 C
8. Timbangan Digital
4. Bak air
9. Pencatat Waktu 10. Tang penjepit
yang 5. Mesin Grindling
berputar.
Proses Quenching a. Proses quenching dilakukan pada mata pisau bajak rotari (9 buah). Sisanya (9 buah) tidak diberi perlakuan. b. Bersihkan material (mata pisau bajak rotari) dari kotoran dan minyak. Gambar prinsip pengujian ketahanan aus / laju keausan
c. Berikan pemanasan awal (± 2500C) pada oven pemanas selama 5 menit. d. Masukkan material ke dalam oven
METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat a. Bahan 1.Satu (1) set mata pisau bajak rotary
pemanas,
lalu
tambahkan
temperaturnya secara berkala, sampai mendapatkan temperatur 8400C. e. Setelah tercapai temperatur 8400 C, pertahankan
temperatur
selama
20
menit.
79
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
f. Dengan
menggunakan tang penjepit,
Pengujian Kekerasan
ambillah material dari dalam oven, kemudian lakukan proses quenching
a. Bersihkan material dari kotoran dan minyak bekas proses quench.
pada media air. b.
Beri
tanda
untuk
masing-masing
material (tanpa perlakuan dan dengan perlakuan). c. Dengan menggunakan mesin grindling, bersihkan permukaan yang akan diuji kekerasannya. d. Penggunaan amplas gosok pada mesin grindling dari yang paling kasar (no Proses Pembakaran
100) ke yang paling halus (1000).
Pencelupan Proses Grindling e. Material siap diuji kekerasannya.
Proses pendinginan cepat pada air
80
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
Mesin Uji Kekerasan Rockwell
Timbangan Digital
Proses Pengujian Kekerasan Rockwell. IV. 4. UJi Ketahanan Aus a. Beri tanda nomor pada semua mata pisau bajak rotari untuk mempermudah pengecekan dan penimbangan. b. Timbanglah masing-masing material. c. Pasang mata pisau bajak rotari pada
Proses Penimbangan Mata Pisau Rotari
hand tracktor dengan saling silang yaitu pertama
adalah
material
tanpa
perlakuan, kemudian material dengan quenching, selanjutnya tanpa perlakuan dilanjutkan
dengan
perlakuan
dan
seterusnya. d.
Hand
tracktor
siap
diuji
untuk
membajak sawah. e. Setelah pembajakan sawah selesai ( 1 ha / 6 jam pembajakan), lepaskan mata pisau bajaknya, lalu bersihkan dari kotoran dan air. f.
Timbang
kembali
masing
Proses Pemasangan Pisau Rotari
masing
material, lalu catat beratnya. 81
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kekerasan Setelah quenching
dengan
diperoleh
hasil
dilakukan media pengujian
proses air
tawar,
kekerasan
dengan metode Rockwell skala C sebagai berikut :
Proses Pembajakan
No
Bahan Raw Material
1 2 3 4 5 Ratarata
48.6 51.1 50.4 52.2 51.3 50.7 HRC
Bahan dengan Proses Quenching 61.3 58.5 60.1 57.6 57.8 59.1 HRC
Pengujian Ketahanan Aus Pengujian
ketahanan
aus
ini
dilakukan pada lahan ladang perkebunan selama 18 jam (± 3 ha lahan). Adapun hasil dari pengujian adalah berat dari mata Proses Pembajakan
pisau. a. Berat mata pisau tanpa perlakuan quenching (dalam gram)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sebelum Penguian 423 431 420 440 419 426 418 421 416
Sesudah Pengujian 402 408 400 414 392 401 390 395 388
Pembongkaran Pisau Rotari setelah Pemakaian 6 jam 82
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
Dengan menggunakan persamaan : W = [[
𝑚1 −𝑚2 𝑚2
] 𝑥100%]/t
Dimana :
3 4 5 6 7 8 9
441 448 433 421 443 431 424
429 429 419 409 433 416 416
W = Laju keausan m1 = Berat material sebelum
Dengan menggunakan persamaan :
pengujian
W = [[
𝑚1 −𝑚2 𝑚2
m2 = Berat material sesudah Dimana :
pengujian t
W = Laju keausan
= Lama pengujian (jam)
m1 = Berat material sebelum
Sehingga diperoleh Laju Keausan Mata
pengujian
Pisau adalah : W = [[
m2 = Berat material sesudah
423−402 402
] 𝑥 100%]/18 jam
pengujian
W = 5.22 %/18 jam
t
Tabel Laju Keausan Mata Pisau tanpa perlakuan panas setelah Pengujian18 jam No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Selisih Berat 21 23 20 26 27 25 28 26 28 Rata -Rata
Laju Keausan ( %) (/18 jam) 5.22 6.12 5.00 6.28 6.88 6.23 7.17 6.58 7.21 6.29
b. Berat Mata pisau dengan Perlakuan Quenching (dalam gram)
No 1 2
] 𝑥100%]/t
Sebelum Penguian 431 428
Sesudah Pengujian 416 409
= Lama pengujian (jam)
Sehingga diperoleh Laju Keausan Mata Pisau adalah : W = [[
431−416 416
] 𝑥 100%]/18 jam
W = 3.60 %/18 jam Tabel Laju Keausan Pisau Rotari dengan perlakuan panas Quenching :
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Selisih Laju Keausan ( %) Berat (/18 jam) 15 3.60 19 4.64 12 2.79 19 4.42 14 3.34 12 2.93 10 2.30 15 3.60 8 1.92 Rata -Rata 3.28
83
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
Pembahasan
PENUTUP
Dari data – data hasil pengujian
Kesimpulan
yang telah dilakukan diperoleh nilai
Dari
kekerasan dari mata pisau rotari bertambah
kesimpulan antara lain :
setelah proses Quenching yaitu bertambah
1. Proses Quenching untuk peningkatan
dari 50.7 skala HRC menjadi 59.1 skala
nilai kekerasan dapat dilakukan pada
HRC. Hal ini dapat terjadi karena pada
mata pisau rotari.
umumnya bahan untuk pisau rotari ini terbuat dari baja karbon menengah, dimana
hasil
penelitian
ini
diperoleh
2. Nilai kekerasan meningkat dari 50.9 HRC menjadi 59.1 HRC
jika diberi proses quench (pendinginan
3. Laju ketahanan aus untuk raw material
cepat), maka atom – atom C (carbon)
sebesar 6.29 %, sedangkan untuk
terperangkap pada kisi – kisi atom Fe dan
material
membentuk
quench sebesar 3.28 %.
struktur
martensit
yang
yang
mengalami
proses
bersifat keras dan getas. Pembentukan struktur
martensit
inilah
yang
meningkatkan nilai kekerasan dari mata pisau rotari ini. Untuk laju keausan mata pisau rotari terdapat perbedaan yang nyata antara material yang mengalami proses quench
Saran 1. Dalam
proses
quenching
perlu
diperhatikan proses pencelupan dari material agar dapat diperoleh kekerasan yang seragam. 2. Jika peningkatan kekerasan yang terlalu
dengan raw materialnya. Untuk raw
tinggi,
perlu
dilakukan
proses
material laju keausan diperoleh nilai rata-
normalizing pada material agar nilai
rata 6.29 %. Sedangkan untuk material
kegetasan material tidak terlalu tinggi
dengan proses quench diperoleh laju
sehinggga material mudah patah dapat
keausan yang lebih kecil yaitu 3.28 %. Hal
dihindari.
ini membuktikan bahwa semakin keras suatu material maka laju keausannya akan
DAFTAR PUSTAKA
semakin kecil atau ketahanan ausnya lebih
1. B.J.M. Beumer. 1994. Ilmu Bahan
baik.
Logam Jilid I, II, III.: Bhratara, Jakarta. 2. Saito, Shinroki., Surdia Tata. (1999). Pengetahuan
Bahan
Teknik.
PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
84
Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 1, April 2014 ISSN 2089-6697
3. Schönmetz Alois,Ing. Karl Gruber. (1994).Pengetahuan
Bahan
dalam
Pengerjaan Logam. Angkasa, Bandung. 4. Smallman R.E, Bishop R.J . (1999). Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Materia. PT. Erlangga, Jakarta. 5. Sugiyono
Agus,Ir.
Teknologi Konversi dan Konservasi Energi
Deputi
Informasi,
Bidang
Energi,
Teknologi
Material
dan
Lingkungan: BPPT. 6. Vlack Van. (1990). Ilmu dan Teknologi Bahan. PT. Erlangga, Jakarta Vlack
M.Eng.
(2000).
Pemasangan
dan
7. Elemen-elemen Ilmu dan Rekayasa
Pengoperasian Tungku Perlakuan Panas
Material.6th Edition: PT. Erlangga,
untuk
Jakarta.
Pembuatan,
Pande
Besi.
Direktorat
Van. 2004.
85