OPTIMALISASI PROSES GERINDA UNTUK PERMUKAAN Arya Mahendra Sakti Jurusan Teknik Mesin FT-Unesa Kampus Unesa Ketintang Surabaya E-mail:
[email protected]
Abstrak Pada dasarnya, gerinda permukaan adalah proses mekanik yang menghasilkan temperatur tinggi dan reaksi kimia pada permukaan benda kerja. Pada proses ini, energi panas dikeluarkan di sepanjang permukaan benda kerja. Sebagian energi akan diubah bentuk menjadi serpihan material dan sebagian yang lain akan tetap berada lingkungan kerja, di antara gerinda dan benda kerja. Penggunaan pendingin di permukaan benda kerja berfungsi sebagai pelumas, yang mana dapat mengurangi gesekan antara gerinda dan benda kerja. Lebih jauh lagi, pada proses gerinda, pendinginan dapat berdampak pada temperatur dan kekasaran permukaan. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen faktor 2x3x3 untuk mengevaluasi efek beberapa variabel proses, seperti kecepatan, kedalaman pemotongan, dan juga metode pendinginan pada temperatur dan kekasaran permukaan. Udara bertekanan tinggi dan udara pada temperatur ruangan adalah jenis metode yang digunakan pada proses ini. Hasil penelitian ini akan dianalisis dengan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa temperatur yang dihasilkan pada udara bertekanan tinggi lebih rendah daripada udara pada temperatur ruangan. Benda kerja yang digerinda dengan metode pendinginan udara menghasilkan kekasaran permukaan terendah. Semakin cepat kecepatan meja mesin gerinda, semakin rendah temperatur gerinda yang dihasilkan dan semakin rendah pula kekasaran permukaannya. Lebih jauh lagi, semakin besar kedalaman pemotongan, semakin besar pula temperatur yang dihasilkan dan semakin besar pula kekasaran permukaannya. Kata kunci: gerinda permukaan, temperatur gerinda, kekasaran permukaan
Abstract Basically, surface grinding is mechanical process that result high temperature and chemical reaction on surface work piece. On this process, the heat energy has been released along of the surface. A part of the energy would be transferred to chip and the other would be continued to the environment by grinder and work piece. Use of coolant on the surface of the object will be function as lubricant, which can reduce friction between grinder and the object. Moreover, in grinding process, cooling can effect on temperature and surface roughness. This research used factorial design 2x3x3 to evaluate the effect some variables process such as table speed, depth of cut also cooling method on temperature and surface roughness. High pressure air and air in room temperature are kinds of cooling method in the process, the result of experiment would be analysis by ANOVA. The experiment shows that temperature in air cooling method it is lower than by air of room temperature cooling method. The surface roughness of the work piece in air cooling method is the lowest. The faster table speed of grinding machine caused that the lower of the grinding temperature and the work piece surface roughness. Moreover, the higher depth of cut would cause the higher grinding temperature and surface roughness. Keywords: surface grinding, grinding temperature, surface roughness
PENDAHULUAN Gerinda pada dasarnya adalah proses mekanik yang menimbulkan temperatur tinggi dan reaksi kimia pada permukaan benda kerja. Proses gerinda permukaan terdapat energi yang dikeluarkan dalam bentuk perpindahan panas di sepanjang permukaan benda kerja. Guo (1996) menjelaskan proses penghalusan permukaan memerlukan suatu masukan energi yang sangat besar dari tenaga per volume satuan dari bahan yang dipakai. Panas yang dihasilkan pada proses gerinda permukaan akan berpengaruh terhadap hasil kekasaran permukaan 26
benda kerja. Untuk proses gerinda permukaan hampir sebagian besar panas (80% sampai dengan 85%) mengalir melalui benda kerja. Babic (2000) menjelaskan kekasaran permukaan proses gerinda dilihat dari temperatur tinggi di sepanjang permukaan benda kerja. Melihat temperatur lokal yang tertinggi dapat diketahui titik mana saja yang menyebabkan terjadinya pendistribusian panas tertinggi pada permukaan benda kerja yang mengalami pengerjaan gerinda permukaan. Pemakaian cairan pendingin akan berpengaruh terhadap hasil kekasaran permukaan benda kerja.
Cairan pendingin yang diberikan pada permukaan benda kerja akan berfungsi sebagai pelumas, sehingga dapat mengurangi gesekan antara pahat gerinda dengan benda kerja. Jannone (2002) menjelaskan bahwa cairan pendingin yang digunakan pada proses penggerindaan akan memengaruhi hasil permukaan pemotongan benda kerja, dan menggunakan empat macam cairan pendingin yang berbeda, yaitu synthetic, semi synthetic, soluble oil, cutting oil, serta menggunakan dua macam batu gerinda yaitu alumina dan CBN (Cubic Boron Nitride). Kedalaman pemakanan juga berpengaruh terhadap kakasaran permukaan. Semakin besar kedalaman pemakanan yang digunakan, maka tingkat kekasaran permukaan benda kerja akan semakin besar atau kasar. Nguyen (2003) menjelaskan bahwa selain perbedaan cairan pendingin yang sangat berpengaruh terhadap permukaan hasil penggerindaan, kedalaman pemotongan juga berperan terhadap penyebaran panas yang ditimbulkan pada permukaan hasil pemotongan. Dhar (2006) menjelaskan bahan cairan pendingin yang disemprotkan dengan tekanan tinggi akan membantu proses penggerindaan secara menyeluruh. Penggunaan cairan pendingin bertekanan tinggi akan mengurangi penyebaran distribusi panas dan mengurangi pengikisan batu gerinda. Pendinginan dengan tekanan tinggi juga akan membuat cairan pendingin berfungsi sebagai pelumas pada permukaan benda kerja. Melihat hasil-hasil penelitian terdahulu, maka perlu dilakukan suatu penelitian lanjutan untuk mengetahui pengaruh dari metode pendinginan, kedalaman pemakanan, dan kecepatan meja terhadap temperatur daerah penggerindaan dan kekasaran permukaan yang terjadi pada proses gerinda permukaan baja AISI 1045. Tujuan penelitian ini dapat mengetahui keterkaitan antara perbedaan kedalaman pemakanan, kecepatan meja, dan pendinginan dengan temperatur penggerindaan dan kekasaran permukaan pada proses gerinda permukaan. Sehingga bisa mendapatkan cara terbaik untuk memperoleh setting alat yang bisa menghsilkan temperatur permukaan dan kekasaran permukaan benda kerja yang terendah. METODE Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari penggunaan udara bertekanan tinggi (UBT), kecepatan meja benda kerja dan kedalaman pemakanan terhadap temperatur dan kekasaran permukaan hasil penggerindaan dengan gerinda permukaan (surface grinding). Sebagai pembanding, juga dilakukan eksperimen penggerindaan tanpa menggunakan Sakti: Optimalisasi Proses Gerinda
cairan pendingin atau dalam kondisi kering. Oleh karena itu, rancangan eksperimen yang digunakan adalah rancangan faktorial 2 × 3 × 3 model efek tetap. Variabel respon pada penelitian ini adalah temperatur dan kekasaran permukaan benda kerja hasil penggerindaan. Sebagai variabel bebas adalah kondisi penggerindaan, kecepatan meja dan kedalaman pemakanan. Kondisi penggerindaan memiliki dua level, yaitu UBT dan kering. Ada tiga level kecepatan meja benda kerja, yaitu 132 mm/s, 191 mm/s dan 250 mm/s. Kedalaman pemakanan juga memiliki tiga level, yaitu 0.01 mm, 0.02 mm dan 0.03 mm. Eksperimen dilakukan secara acak tanpa replikasi. Dengan demikian diperoleh 18 observasi untuk eksperimen. Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah menyiapkan benda kerja dengan ukuran 50 mm × 20 mm × 20 mm, dan juga siapkan peralatan surface grinding, kompresor udara, dan data akusisi temperatur. Pasang termokopel ke dalam benda kerja dan sambungkan dengan data akusisi temperatur, serta pasang benda kerja ke ragum yang menempel ke permukaan meja benda kerja yang mengandung magnet. Lakukan setting peralatan sesuai variabel yang diinginkan dan juga kalibrasi pada perangkat data akusisi temperatur. Pengambilan data temperatur dimulai dari spesimen kering, dan dilanjutkan dengan udara bertekanan tinggi. Bersihkan permukaan benda kerja sampai bersih dan kering, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data kekasaran permukaan benda kerja. Data temperatur dan kekasaran permukaan yang telah kita peroleh dilakukan analisis menggunakan software minitab 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan penelitian dengan prosedur yang diuraikan apada metode, didapatkan hasil bahwa faktor kondisi penggerindaan dan kecepatan meja tidak berpengaruh, akan tetapi pada kedalaman pemakanan berpengaruh, secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada alpha = 10%. Hal ini diketahui dengan menggunakan analisis variansi yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 1. Kemudian, dilakukan Uji Duncan untuk mengetahui pengaruh kecepatan meja dan kedalaman pemakanan. Hasil dari Uji Duncan disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Hasil uji Duncan yang ditunjukkan pada Tabel 2 bahwa ketiga level kecepatan meja adalah sama. Sedangkan pada tabel 3 menunjukkan level 0,01 dan 0,02 pada kedalaman pemakanan adalah sama, tetapi berbeda dengan kedalaman pemakanan pada level 0,03. Gambar 1 menunjukkan temperatur hasil penggerindaan dengan menggunakan UBT dan penggerindaan kering, masing-masing pada tiga 27
oC)
480 320 0.02
0.03
400
oC)
0.01
KEDALAMANPEMAKANAN(mm)
TK UBT
TEMPERATUR(
TEMPERATUR (
440
UBT
360
320 400
0.01
0.02
TK UBT
360
420 300
0.03
KEDALAMANPEMAKANAN(mm)
UBT
340
TEMPERATUR ( oC)
360
TEMPERATUR(
UBT
oC)
TEMPERATUR (
DF 2 2 2 12 17 DF
TEMPERATUR ( oC)
Seq SS Adj MS F P 210.1 210.1 0.67 0.428 Tabel 3. H a139.8 s i l uj i D u n 0.45 c a n p a0.649 da Kedalaman 279.6 Pemakanan 7730..2 3865.1 12.41 0.001 3738.6Kedalaman311.5 Subset N 11958.5 Pemakanan 1 2 Seq SS Adj MS F P Kecepatan Fixed Jenis3Pendinginan 132, 191, 250 0.01 6 356.1333 2 210.1 210.1 0.67 0.428 Meja Kemudian, dilakukan Uji Duncan untuk mengetahui kecepatan meja dan0.649 kedalaman 0.02 139.8 6 371.5833 Kecepatan meja 2 279.6 pengaruh 0.45 Kedalaman FixedHasil dari 3 0.01, 0.02, disajikan pada Tabel 2 dan tabel pemakanan. Uji Duncan 0.03 3. 6 405.7333 Kedalaman Pemakanan 2 7730..2 3865.1 12.41 0.001 Pemakanan 0.03 Sig. .155 1���� .000 Error 12 3738.6 311.5 Tabel 2. Hasil 17 Uji Duncan Pada Kecepatan Meja Total 11958.5 Source DF Seq SS Adj MS F P N Subset KECEPATAN MEJA Gambar 2 menunjukkan temperatur permukaan Jenis 2 210.1 210.1 0.67 0.428 1 Kemudian, dilakukan Uji Duncan untuk mengetahui pengaruh kecepatan meja menggunakan dan kedalaman UBT Pendinginan hasil penggerindaan dengan 250 6dan tabel 3.374.4667 pemakanan. Hasil dari Uji Duncan disajikan pada Tabel 2 Kecepatan 2 279.6 139.8 0.45 0.649 dan 191 6 penggerindaan 375.6333kering, masing-masing pada meja tiga level kedalaman pemakanan dan satu level 132 6 Kecepatan 385.3500 Tabel 2. Hasil Duncan Pada Meja Kedalaman 2 7730..2 3865.1 12.41 Uji 0.001 kecepatan meja. Dari gambar 2 terlihat bahwa kedua Sig. .423 Pemakanan N Subset KECEPATAN MEJA cara penggerindaan mempunyai kecenderungan Error 12 3738.6 311.5 1 menghasilkan temperatur permukaan yang Total 17 11958.5 250 6 374.4667 Tabel 3. Hasil uji Duncan pada Kedalaman Pemakanan meningkat pada ketiga level kecepatan meja. 191 6 375.6333 N Subset Untuk temperatur permukaan, penggerindaan 132 6 385.3500 KEDALAMAN PEMAKANAN 1.423 2 Tabel 2. Hasil Uji Duncan pada Kecepatan dengan UBT menghasilkan kekasaran permukaan Sig.Meja 0.01 6 356.1333 ya ng lebih renda h d iba nd ingk a n denga n Kecepatan Meja N 0.02 Subset 1 6 371.5833 penggerindaan kering. UBT berfungsi sebagai 250 6 374.4667 0.03 6 405.7333 Tabel 3. Hasil uji Duncan pada Kedalaman Pemakanan pendingin yang efisien, mengurangi friksi antara 191 6 375.6333 Sig. .155 1.000 N kerja dan Subset benda gerinda, menghilangkan geram dari 132 6 385.3500 KEDALAMAN PEMAKANAN 1 2 Sig. .423 daerah penggerindaan, geram dari Hasil uji Duncan yang 2 bahwa ketiga level menghilangkan kecepatan meja adalah 0.01ditunjukkan pada Tabel 6 356.1333 ruangan diantara grit batu gerinda. Dengan demikian sama. Sedangkan pada tabel 0.02 3 menunjukkan level 0,01 6dan 0,02371.5833 pada kedalaman pemakanan adalah gerinda akan tetap tajam sehingga memungkinkan sama, tetapi berbeda dengan kedalaman pemakanan pada level level kecepatan meja dan satu level kedalaman 0.03 6 0,03. 405.7333 untuk mengambil material dengan cara shearing, pemakanan. Dari gambar 1 terlihat bahwa kedua Sig. .155 1.000 dan sebagian dengan pematahan. Oleh karena itu, cara penggerindaan mempunyai kecenderungan 420 480 temperatur yang dihasilkan menjadi untuk menghasilkan permukaan benda Hasil ujitemperatur Duncan yang ditunjukkan pada Tabel 2 bahwa permukaan ketiga level kecepatan meja adalah 400 440 berkurang dibandingkan dengan penggerindaan kerja yang kedalaman sama. menurun Sedangkanpada pada ketiga tabel 3level menunjukkan level 0,01 dan 0,02jika pada 380 kedalaman pemakanan adalah TK TK TK kering. sama,400tetapi berbeda dengan kedalaman pemakanan pada level 0,03. pemakanan. oC)
Source Jenis Pendinginan Tabel 1. Analisis Varian pada Temperatur Kecepatan meja Kedalaman Pemakanan Faktor Type Levels Values Jenis Fixed 2 Error 1, 2 Total Pendinginan Source
380
0.01
0.02
0.03
KEDALAMAN PEMAKANAN (mm)
UBT
Gambar 1. Grafik temperatur dengan kecepatan meja 132 mm/s, 191 mm/s, 340 dan 250 mm/s
360
320
320
TK
300
0.01 0.02 0.03 0.01 0.02 0.03 0.02 0.03 Gambar 1 menunjukkan temperatur hasil penggerindaan dengan0.01menggunakan UBT dan KEDALAMANPEMAKANAN(mm) KEDALAMANPEMAKANAN(mm) PEMAKANAN (mm) penggerindaan kering, masing-masing pada tiga level kecepatan meja KEDALAMAN dan satu level kedalaman pemakanan. Dari gambar terlihat bahwa kedua cara penggerindaan untuk Gambar 1. 1Grafik temperatur dengan kecepatan meja 132mempunyai mm/s, 191 kecenderungan mm/s, Gambar 1. temperatur Grafik temperatur dengan meja 132 mm/s, 191 mm/s, dan 250 mm/s menghasilkan permukaan bendakecepatan kerja yang menurun pada ketiga level kedalaman pemakanan. dan 250 mm/s
400 132
191
TEMPERATUR (
KECEPATANMEJA (mm/s)
TK
360
UBT
0 C)
TEMPERATUR (
350 400 340 390
250
oC)
380
TEMPERATUR (
oC)
320
360
380
132
191
250
KECEPATANMEJA (mm/s)
0 C)
340
TK
370
UBT
TEMPERATUR (
TEMPERATUR (
TEMPERATUR (
oC)
oC)
400 400 Gambar 1 menunjukkan temperatur 440 hasil penggerindaan dengan menggunakan UBT dan 430 penggerindaan kering, masing-masing390 pada tiga level kecepatan meja dan satu level kedalaman 380 420 380 pemakanan. Dari gambar 1 terlihat bahwa kedua cara penggerindaan mempunyai kecenderungan untuk 410 TK TK TK menghasilkan temperatur permukaan benda kerja yang menurun pada ketiga level kedalaman pemakanan. 360 370 400 UBT UBT UBT
390
380 440 370 430 360 420
132
191
250
KECEPATAN MEJA (mm/s)
410
TK
400
UBT
390
360 Gambar 2. Grafik temperatur dengan kedalaman pemakanan380 0,01 mm, 0,02 mm, dan 340 350 0,03 mm 370
320
340
132
28
191 KECEPATANMEJA (mm/s)
250
132
191
250
360 132
191
250
MEJA (mm/s) Jurnal Teknik Industri, Vol.KECEPATAN 11, No. 1, Februari 2010: 26–30
KECEPATANMEJA (mm/s)
Tabel 4. Analisis Varian pada kekasaran permukaan Faktor Type Jenis Fixed Pendinginan Kecepatan Fixed Meja Kedalaman Fixed Pemakanan
Values 1, 2
3
132, 191, 250
3
0.01, 0.02, 0.03
DF 2
Seq SS 0.0053389
Adj MS 0.0053389
F P 67.84 0.000
2
0.0040333
0.0020167
25.62 0.000
2
0.0065333
0.0032667
41.51 0.000
12 17
0.0009444 0.0168500
0.0000787
N
250.00 191.00 132.00 Sig.
9 9 9
Kedalaman Pemakanan 0.01 0.02 0.03 Sig.
0.54
0.54
0.52
UBT
0.54 0.48 0.52 0.46
TK
0.44 0.5
0.48 0.46 0.44
0.01
0.02
0.03
UBT
KEDALAMAN PEMAKANAN (mm)
KEKASARAN PERMUKAAN KEKASARAN PERMUKAAN (um) (um)
0.56
TK
0.52 0.5 0.56 0.48 0.54 0.46 0.52 0.44 0.5 0.42 0.48
0.46 0.44
TK UBT
TK 0.01
.4917 .5100 .219
N 9 9 9
Subset 1 .4967 .4917 .4867 .514
serta kedalaman pemakanan pada masing-masing level adalah sama. Gambar 3 menunjukkan kekasaran permukaan hasil penggerindaan dengan menggunakan UBT dan penggerindaan kering, masing-masing pada tiga level kecepatan meja dan satu level kedalaman pemakanan. Dari gambar 3 terlihat bahwa kedua cara penggerindaan mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan kekasaran permukaan benda kerja yang menurun pada ketiga level kedalaman pemakanan.
0.54 0.52
2
.219
0.56
0.56 0.5
Subset 1 .4733 .4917
Tabel 6. H a s i l uj i D u nc a n p a d a K e d a l a m a n Pemakanan
Dengan menggunakan analisis variansi yang hasilnya ditunjukkan pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa ketiga faktor, yaitu kondisi penggerindaan, kecepatan meja dan kedalaman pemakanan, secara statistik mempunyai pengaruh yang signifikan pada alpha = 10%. Hasil uji Duncan yang ditunjukkan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa kedua faktor kecepatan meja 132 dan 191 adalah sama, 191 dan 250 adalah sama, tetapi kecepatan meja 132 berbeda dengan 250. KEKASARAN PERMUKAAN KEKASARAN PERMUKAAN (um) (um)
Kecepatan Meja
0.02
0.03
UBT
KEDALAMAN PEMAKANAN (mm)
KEKASARAN PERMUKAAN KEKASARAN PERMUKAAN (um) (um)
Source Jenis Pendinginan Kecepatan meja Kedalaman Pemakanan Error Total
Levels 2
Tabel 5. Hasil Uji Duncan Pada Kecepatan Meja
0.5 0.48 0.54
TK
0.46 0.52
UBT
0.44 0.5 0.42 0.48 0.4 0.46
TK UBT 0.01
0.02
0.03
0.44 KEDALAM AN PEM AKANAN (m m ) 0.42
0.42 Gambar 3. Grafik kekasaran permukaan dengan kecepatan meja 132 mm/s, 0.4 0.01 0.02 0.03 0.01 0.02 0.03 0.01 0.02 0.03 191(mm) mm/s, dan 250 mm/s KEDALAMAN PEMAKANAN (mm) KEDALAMAN PEMAKANAN KEDALAM AN PEM AKANAN (m m )
0.44 0.42 0.4
TK UBT
TK 132
191
250
KECEPATANMEJA (mm/s)
UBT
0.5 TK
0.48 0.54
UBT
0.46 0.52 0.44 0.5 0.42 0.48
0.46 0.44
TK 132
191
250
KECEPATAN MEJA (mm/s)
UBT
KEKASARAN PERMUKAAN (um) KEKASARAN PERMUKAAN (um)
0.48
0.46 0.52 0.44 0.5 0.42 0.48 0.4 0.46
KEKASARAN PERMUKAAN (um) KEKASARAN PERMUKAAN (um)
KEKASARAN PERMUKAAN KEKASARAN PERMUKAAN (um) (um)
Gambar 3 menunjukkan kekasaranpermukaan permukaandengan hasil penggerindaan dengan menggunakan UBT Gambar 3. Grafik kekasaran kecepatan meja 132 mm/s, Gambar 3. Grafik permukaan kecepatan meja 132dan mm/s, mm/s, dan dan penggerindaan kering, masing-masing tiga level kecepatan meja satu191 level kedalaman 191 kekasaran mm/s, dan 250 mm/spadadengan 250 mm/s pemakanan. Dari gambar 3 terlihat bahwa kedua cara penggerindaan mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan kekasaran permukaan benda kerja yang menurun pada ketiga level kedalaman pemakanan. Gambar 3 menunjukkan kekasaran permukaan hasil penggerindaan dengan menggunakan UBT dan penggerindaan kering, masing-masing pada tiga level kecepatan meja dan satu level kedalaman pemakanan. Dari gambar 3 terlihat bahwa kedua cara penggerindaan mempunyai kecenderungan untuk 0.54 0.56 0.52 menghasilkan kekasaran permukaan benda 0.52 kerja yang menurun pada ketiga 0.54 level kedalaman pemakanan. 0.5 0.52 TK
0.5 0.56
UBT
0.48 0.54 0.46 0.52 0.44 0.5
0.48
TK 132
191
250
UBT
kECEPATAN MEJA (mm/s)
0.46
0.42 permukaan dengan kedalaman pemakanan 0.44 Gambar 4. 250 Grafik kekasaran 0,01 mm, 191 132 191 250 kedalaman pemakanan 132 191 0,01250 Gambar1324. 0,02 Grafik kekasaran permukaan dengan mm, 0,02 mm, dan 0,03 mm KECEPATANMEJA (mm/s) KECEPATAN MEJA (mm/s) kECEPATAN MEJA (mm/s) mm, dan 0,03 mm
Gambar 4 menunjukkan kekasaran permukaan hasilkedalaman penggerindaan dengan0,01 menggunakan UBT Gambar 4. Grafik kekasaran permukaan dengan pemakanan mm, dan penggerindaan kering, masing-masing pada tiga level kedalaman pemakanan dan satu level kecepatan 0,02 mm, dan 0,03 mm meja. Dari Gambar 4 terlihat bahwa kedua cara penggerindaan mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan kekasaran permukaan yang meningkat padahasil ketiga level kecepatan meja.menggunakan UBT Gambar 4 menunjukkan kekasaran permukaan penggerindaan dengan Sakti: Optimalisasi Proses Gerinda Jenis pendinginan dengan menggunakan udara bertekanan tinggi (UBT) akanlevel menghasilkan dan penggerindaan kering, masing-masing pada tiga level kedalaman pemakanan dan satu kecepatan kekasaran lebihbahwa rendah kedua dibandingkan dengan penggerindaan dengan temperatur kamar meja. Daripermukaan Gambar 4yang terlihat cara penggerindaan mempunyai kecenderungan untuk (TK). Penambahan kecepatan meja yang akan meningkat membuat pada kekasaran yang meja. dihasilkan pada proses menghasilkan kekasaran permukaan ketigapermukaan level kecepatan penggerindaan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan dengan penambahan kecepatan meja akan Jenis pendinginan dengan menggunakan udara bertekanan tinggi (UBT) akan menghasilkan membuat temperatur penggerindaan semakin menurun. Dengan rendahnya temperatur penggerindaan kekasaran permukaan yang lebih rendah dibandingkan dengan penggerindaan dengan temperatur kamar yang terjadi, maka kekasaran permukaan yang terjadi akan semakin rendah. Dengan semakin besar
29
Gambar 4 menunjukkan kekasaran permukaan hasil penggerindaan dengan menggunakan UBT dan penggerindaan kering, masing-masing pada tiga level kedalaman pemakanan dan satu level kecepatan meja. Dari Gambar 4 terlihat bahwa kedua cara penggerindaan mempunyai kecenderungan untuk menghasilkan kekasaran permukaan yang meningkat pada ketiga level kecepatan meja. Jenis pendinginan dengan menggunakan udara bertekanan tinggi (UBT) akan menghasilkan kekasa ra n permuka a n ya ng lebih renda h dibandingkan dengan penggerindaan dengan temperatur kamar (TK). Penambahan kecepatan meja akan membuat kekasaran permukaan yang dihasilkan pada proses penggerindaan akan semakin rendah. Hal ini disebabkan dengan penambahan kecepatan meja akan membuat temperatur penggerindaan semakin menurun. Dengan rendahnya temperatur penggerindaan yang terjadi, maka kekasaran permukaan yang terjadi akan semakin rendah. Dengan semakin besar kecepatan meja, maka semakin cepat gesekan yang terjadi antara permukaan benda kerja dengan batu gerinda. Hal ini akan berakibat terhadap semakin rendahnya kekasaran permukaan yang terjadi pada proses penggerindaan. Selain itu bila kedalaman pemakanan bertambah, permukaan benda kerja akan semakin bertambah kekasarannya. Bertambahnya kekasaran ini disebabkan oleh adanya penambahan luas bidang kontak antara batu gerinda dengan benda kerja. Penambahan luasan benda kerja yang bergesekan dengan batu gerinda akan menurunkan kecepatan meja, sehingga kekasaran permukaan benda kerja pada proses penggerindaan akan semakin tinggi. Ng uyen (2003) menjelaskan pengg unaan kedalaman pemakanan yang besar akan membuat kekasaran permukaan akan semakin tinggi (kasar). Pemakaian kedalaman pemakanan yang kecil, akan membuat mata potong yang terdapat di permukaan batu gerinda akan sedikit yang bergesekan dengan benda kerja. Gesekan yang kecil itu akan menyebabkan permukaan hasil penggerindaan mempunyai celah yang kecil, sehingga hasil penggerindaan akan berpengaruh pada harga kekasaran permukaan yang semakin halus. Akan tetapi sebaliknya dengan pemakaian kedalaman pemakanan yang besar, maka mata potong yang terdapat di permukaan batu gerinda akan lebih banyak yang bergesekan dengan benda kerja. Sehingga akan menyebabkan permukaan hasil penggerindaan mempunyai celah yang besar, sehingga hasil penggerindaan berpengaruh terhadap harga kekasaran permukaan yang semakin tinggi. Hasil penelitian Janone (2002) menjelaskan penggunaan cairan pendingin yang sesuai akan
30
berfungsi sebagai pelumas yang sangat efektif. Cairan pendingin dengan udara bertekanan tinggi (UBT) akan berfungsi sebagai pendingin yang efisien, mengurangi friksi antara benda kerja dan batu gerinda, menghilangkan geram dari daerah penggerindaan, dan menghilangkan geram dari ruangan diantara grit-grit batu gerinda. Dhar (2006) menjelaskan penggunaan cairan pendingin bertekanan tinggi akan mengurangi pengikisan pada batu gerinda. Hal ini akan membuat batu gerinda akan tetap tajam sehingga memungkinkan untuk mengambil material dengan cara shearing, dan sebagian dengan pematahan. ����������������� Pemakaian cairan pendingin bertekanan tinggi dapat menghasilkan kekasaran permukaan benda kerja yang rendah. Kekasaran permukaan yang rendah ini diakibatkan oleh masuknya sebagian cairan pendingin ke dalam celah-celah yang ada pada permukaan benda kerja. SIMPULAN Hasil penelitian yang telah dilakukan tentang proses gerinda permukaan menggunakan kedalaman pemakanan, kecepatan meja, dan cairan pendingin bertekanan tinggi adalah semakin tinggi temperatur penggerindaan dipengaruhi oleh semakin besar kedalaman pemakanan, tanpa menggunakan cairan pendingin, dan kecepatan meja tidak berpengaruh terhadap temperatur penggerindaan. Sedangkan semakin rendah kekasaran permukaan dipengaruhi oleh semakin tinggi kecepatan meja, semakin kecil kedalaman pemakanan dan penggunaan cairan pendingin. DAFTAR PUSTAKA Babic, D.M., A.A. Torrance, and D.B. Murray, 2000. Soap Mist Jet Cooling of Grinding Processes, Journal of Machine Tool Manufacture Design and Research 2000. Dhar, N.R., A.T. Siddiqui, and M.H. Rashid, 2006. Effect of High-Pressure Coolant Jet on Grinding Temperature, Chip and Surface Roughness in Grinding AISI-1040 Steel, ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol. 1: 22–28. Guo, C, and S. Malkin, 1996. Inverse Heat Transfer Analysis of Grinding, Part 2: Aplications, Journal of Engineering for Industry, Vol. 118: 143–149. Jannone, E, da Silva., Eduardo, C.B., Joao, F.G, de Oliveira, and Paulo, R, de Aguiar, 2002. The Inlet Engine Valve Grinding Using Different Types of Cutting Fluids and Grinding Wheels, Materials Research, Vol. 5, No. 2, 187–194. Nguyen, T, and L.C. Zhang, 2003. An Assessment of the Applicability of Cold Air and Oil Mist in Surface Grinding, Journal of Materials Processing Technology 140: 224–230.
Jurnal Teknik Industri, Vol. 11, No. 1, Februari 2010: 26–30