PROSES KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SD INTEGRAL LUQMAN AL HAKIMSURABAYA. Syamsul Alam Jaga STAI Luqman Al-Hakim Surabaya

Proses Komunikasi Guru dan Siswa dalam Pendidikan Karakter SD Integral Luqman al Hakim Surabaya

PROSES KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SD INTEGRAL LUQMAN AL HAKIMSURABAYA Syamsul Alam Jaga STAI Luqman Al-Hakim Surabaya ABSTRACT Communication is one tool that is very important and can not be eliminated in the continuity of an educational institution. With the presence of healthy communication among teachers and students, the goals that school have been programmed will be achieved well. Communications made teachers and students will affect school programs, especially in character education . Character education, in the integration between school programs that based on the Islamic teachings and the character of the program from the government (Ministry of Education). In character education that have been enacted, is very influenced by communication running among teachers and students. Therefore communication among teachers and students must be supported to achieve these objectives. This study conducted to determine how the teachers and students communicate. Do the communication process has been instrumental teachers and students. And is there barrier in the communication process among teachers and students? This research was conducted in SD Integral Luqman Al- Hakim Surabaya . The type of research used in this study is descriptive qualitative. So the research carried out by interviewing techniques that dig through specific case studies, or in-depth interviews, and observation (active participation model) against a phenomenon, event ( the incident), certain behaviors or attitudes in an attempt to approach the informant (respondent) as the object in question qualitative research . The results show that the process of communication among teachers and students in character education in elementary Integral Luqman AlHakim Surabaya is already running and is in conformity with the theory, although it still needs improvement. Key words :Communication among teachers and students in character education

37


A. Latar Belakang Sejak 2500 tahun lalu, Socrates telah berkata bahwa tujuan paling mendasar dari pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart. Dalam sejarah islam, sekitar 1400 tahun lalu, Muhammad saw. Sang Nabi terakhir dalam ajaran Islam, juga menegaskan bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character). Berikutnya, ribuan tahun setelah itu, rumusan tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan kepribadian manusia yang baik.(Abdul Majid dan Dian Andayani. 2011) Thomas Lickona dalam Muslich Masnur(2011), seorang profesor pendidikan dari Cortland University, mengungkapkan bahwa ada sepuluh tanda-tanda zaman yang harus diwapadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada. Tanda-tanda yang dimaksud adalah (1) meningkatnya kekerasan di kalangan para remaja, (2) penggunaan kata-kata atau bahasa yang buruk, (3) pengaruh peergroup yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan rokok, narkoba dan seks bebbas, (5) semakin kaburnya pedoman baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada guru dan orang tua, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayanya ketidakjujuran, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama. Sepuluh tanda-tanda zaman tersebut, masalah lain yang tengah dihadapi oleh Bangsa Indonesia adalah sistem pendidikan

38


dini ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektik, empati, dan rasa) .padahal pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”) (Muslich Masnur, 2011), Dalam konteks pendidikan karakter, keberadaan guru bagi siswa menjadi sangat penting adanya, apalagi proses pendidikan karakter tersebut dibingkai dengan komunikasi yang baik. Dalam pendidikan karakter, berkomunikasi menjadi tugas guru.Arti berkomunikasi

di

sini

adalah

bagaimana

seorang

guru

menyampaikan pelajaran atau ilmu kepada murid dengan landasan sifat Allah swt. Dia akan mendekati murid-muridnya dengan senang hati dan rasa tanggung jawab. Komunikasi yang dibangun adalah komunikasi dua arah, sehingga murid menjadi penerima yang aktif.Bukan komunikasi searah (one way), yang tidak memberikan kesempatan kepada murid

untuk

bertanya,

saran.Berkomunikasi

bagi

mengkritisi seorang

guru

atau adalah

memberi sebuah

keharusan.Karena guru merupakan bagian dari agen perubahan. Proses komunikasi guru dan siswa di Sekolah SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya menggunakan berbagai teknik komunikasi untuk mencapai tujuan demi terbentuknya karakter positif dalam diri siswa. Komunikasi interpersonal yang bersifat dialogis, penuh keterbukaan, berempati kepada siswa, memberikan

39


dukungan , dan adanya kesamaan atau kesetaraan siswa dalam segala aspek memberikan ciri khusus bahwa SD Integral Luqman Al Hakim bersungguh-sungguh dalam mendidik siswa. Para guru SD Integral Luqman Al Hakim dalam memberikan

materi

pelajaran

kepada

siswa

tidak

hanya

memberikan aspek pengetahuan semata, akan tetapi siswa diajak untuk mempraktekkan langsung apa yang telah diketahui, sehingga teori dan praktek menjadi satu kesatuan dalam diri siswa. Dalam pembelajaran seperti inilah, komunikasi antara guru dan siswa terbangun dan terjadi dialog yang tidak hanya pada saat pembelajaran akan tetapi berlangsung di luar pembelajaran. B. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui proses komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter di Sekolah Dasar Integral Luqman Al Hakim Surabaya. 2. Untuk mengetahui apakah dalam proses komunikasi guru dan siswa sudah sesuai dalam pendidikan karakter di Sekolah Dasar Integral Luqman Al Hakim Surabaya. 3. Untuk mengetahui faktor penghambat proses komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter di Sekolah Dasar Integral Luqman Al Hakim Surabaya.

40


C. KERANGKA TEORI 1. Komunikasi

Bernard Berelson dan Barry A. Stainer dalam Human Behaviour sebagaimana dikutip oleh O.U. Effendy, 1992:48, kemudian dikutip kembali oleh May Rudy (2005:1). “Komunikasi adalah

proses

penyampaian

informasi,

gagasan,

emosi,

keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan bahasa, gambar-gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain. Kegiatan atau proses penyampaian itulah yang biasanya dinamakan komunikasi.” (May Rudy, Teuku. 2005.) William Albig, dalam Djoenarsih, 1991:16 dan dikutip oleh May Rudy (2005:1). “communication is the process of transmitting meaningful syimbols

between

individuals”

(komunikasi

adalah

proses

penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna diantara individu-individu.) 2. Fungsi Komunikasi Ahli psikologi Edward Tolman memandang komunikasi itu sebagai perilaku alat, ia menganggap ucapan manusia tidak lain adalah “suatu alat yang sebetulnya tidak berbeda dengan alat-alat lain, seperti; benang, tongkat, kotak dan sebagainya.” Sehingga komunikasi itu merupakan alat manusia untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara ucapan/kata-kata baik terhadap dirinya sendiri (intrapersonal) ataupun kepada sesama manusia.( http://edukasi. Kompasiana.com.) Sedangkan menurut Thomas M. Scheidel

“kita berkomunikasi

terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas-diri, untuk

41


membangun kontak social dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti yang kita inginkan dan Menurut Gordon I. Zimmerman “ tujuan komunikasi dibagi menjadi dua kategori. Pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan kita – untuk memberi makan dan pakaian kepada diri-sendiri, memuaskan kepenasaran kita akan lingkungan, dan menikmati hidup. Kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang

lain

(http://fudican.wordpress.com/2013/04/26/fungsi-fungsi-

komunikasi) 3. Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan.Manusia sebagai makhluk sosial tentunya tidak dapat hidup sendiri, dan tidak dapat memenuhi kebutuhannya tanpa bantuan manusia lainnya. Sebagai makhluk sosial, tentunya kita selalu berkeinginan berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain, paling tidak dimulai dengan keluarga, teman kerja, dan orang lain yang baru kita kenal. Komunikasi interpersonal pada hakikatnya adalah suatu proses. Kata lain dari proses adalah sebagai sebuah transaksi dan interaksi. Transaksi mengenai gagasan, ide, pesan, simbol, informasi atau message.Sedangkan interaksi mengesankan adanya suatu tindakan yang beralasan. Dengan kata lain suatu proses hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi.di dalam kata proses terdapat pula makna adanya aktivitas, ialah aktivitas

42


menciptakan, mengirimkan, menerima, dan menginterpretasi pesan.( Suranto Aw. 2011) 3.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Deddy Mulyana (2008) dalam Suranto Aw (2011) bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. Menurut

Devito

dalam

dalam

Suranto

Aw

(2011)

komunikasi interpersonal adalah penyampaianpesan oleh satu orang dan penerimaan pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan

berbagai

dampaknya

dan

dengan

peluang

untuk

memberikan umpan balik segera. 3.2. Karakteristik Komunikasi Interpesonal Karakteristik

komunikasi

antarpribasi

atau

interpersonal

menurut Dasrun Hidayat (2012) ada 9 sebagai berikut: 1. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis Komunikasi interpesonal bersifat dialogis, dalam arti arus balik antara komunikator dengan komunikan terjadi langsung (face to face) atau tatap muka sehingga pada saat itu juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negatif, dan berhasil atau tidak. 2. Komunikasi interpersonal melibatkan jumlah orang terbatas. Komunikasi antarpribadi hanya melibatkan dua orang, tiga orang lebih dalam berkomunikasi.jumlah yang terbatas

43


ini mendorong terjadinya ikatan secara intim atau dekat dengan lawan komunikasi. 3. Komunikasi interpersonal terjadi secara spontan. Terjadinya komunikasi antarpribadi sering tanpa ada perencanaan

atau

direncanakan.Sebaliknya

komunikasi

sering terjadi secara tiba-tiba, sambil lalu, tanpa terstruktur dan mengalir secara dinamis. 4. Komunikasi interpersonal menggunakan media dan nirmedia. sering kita beranggapan bahwa komunikasi antarpribadi berlangsung secara tatap muka dan langsung, harus berhadapan

langsung

secara

fisik,

padaahal

dalam

pelaksanaannya yang dimaksud langsung dan tatap muka bisa saja melalui atau menggunakan saluran yaitu media. Media yang sering digunakan seperti telepon, internet, teleconfrence, dan lain sebagainya. 5. Komunikasi interpersonal bersifat keterbukaan (openess) Yaitu

kemauan

menanggapi

dengan

senang

hati

informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi.Keterbukaan

atau

sifat

terbuka

sangat

berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi antarpribadi yang efektif. Keterbukaan adalah ungkapan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan serta memberikan tanggapan kita di masa kini .

44


6. Komunikasi interpersonal bersifat empati (emphaty) Yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung kondusif apabila komunikator menunjukkan rasa empati pada komunikan. 7. Komunikasi interpersonal bersifat dukungan (Supportiveness) Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung

efektif.Dalam

komunikasi

antarpribadi

diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. 8. Komunikasi interpersonal bersifat positif Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu bertindak berdfasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi diri orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi untuk mengatasi persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial yang diterima. 9. Komunikasi interpersonal bersifat kesamaan atau kesetaraan (equality). Kesetaraan merupakan perasaan sama dengan orang lain, sebagai dalam kemampuan tertentu, latar belakang keluarga atau sikap orang lain terhadapnya. Dalam persamaan tidak mempertegas perbedaan, artinya tidak menggurui, tetapi berbincang pada tingkat yang sama, yaitu mengomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada

45


perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.( Hidayat Dasrun. 2012) 4. Guru 4.1.Pengertian Guru Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannnya mengajar dan dimaknai sebagai tugas profesi. Dalam pandangan Moh. Uzer Usman (1992: 4), guru merupakan profesi, jabatan, dan pekerjaan yang memerlukan keahlian. Menurutnya, jenis pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di

luar bidang pendididikan, meskipun

kenyataannya masih didapati guru yang berasal dari luar bidang pendidikan (Muh. Uzer Usman.1992). Sementara menurut pandangan Sukadi dalam bukunya Guru Powerful mengatakan bahwa guru sebagai tugas profesi, yaitu orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik dalam pendidikan formal. Akan tetapi, pembatasan pengartian guru menurutnya bukan berarti terlepas sama sekali dari pengertian guru sebagai sosok yang patut digugu dan ditiru, sebab, seorang guru dalam melaksanakan tugasnya tidak terbatas pada menyampaikan materi saja, tetapi juga mendidik dan melatih peserta didik. Dalam melaksanakan tugasnya, guru yang ucapan dan tingkah lakunya tidak dapat digugu dan ditiru, tidaka akan dapat memerankan tugasnya dengan baik. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya mengajar, mendidik, dan

46


melatih peserta didik, serta memenuhi kompotensi sebagai orang yang patut digugu dan ditiru dalam ucapan dan tingkah lakunya.( Sukadi.2006) Dalam pandangan Masruri direktur KPI mengatakan bahwa menjadi guru yang baik bagi anak memang tidak cukup dengan didaktik metodik dan seperangkat kurikulum, tetapi kita harus memberi bekal kepada mereka agar menjadi idola dan panutan bagi murid-muridnya.Agar guru bisa menjadi panutan/teladanbagi anak sehingga apapun yang dikatakan gurunya didengar dan diikuti maka guru harus mendidik dirinya sendiri agar memiliki kepribadian yang mempesona dan dicinai anak. Sayyidina Ali ra pernah berkata bahwa orang yang mengajar dirinya sendiri lebih berhak dimuliakan dan dihargai daripada orang yang hanya menasehati orang lain. Oleh karena itu kita harus ingat ketika keteladanan tidak ada maka semua upaya menjadi tidak berarti.(Masruri, 2007) 4.2.Peran dan Fungsi Guru. Menurut Sukadi dalam bukunya Guru Powerful ada empat peran guru; 1. Peran guru sebagai demonstrator Guru adalah seorang pengajar dari bidang ilmu yang ia kuasai. Oleh karena itu, agar dapat melaksanakan perannya dengan baik, seorang guru harus menguasai bahan pelajaran yang ia ajarkan. Agar ilmu pengetahuan dapat disampaikan kepada siswa dengan baik, seorang guru

harus

termpil

dalam

memahami

kurikulum,

47


menjabarkannya dalam tuuan-tujuan operasional, serta mampu menggunakan metodologi dan saran pemelajaran secara optimal. 2. Peran guru sebagai pengelola kelas Sebagai pengelola kelas, seorang guru harus mampu menciptakan suasana atau kondisi belajardi kelas. Ia harus mapu merangsang siswa untuk aktif dalam proses pemelajaran, terampil dalam mengendalikan suasana kelas agar tetap hangat, aman, menarik dan kondusif. 3. Peran guru sebagai mediator dan fasilitator Guru dituntut memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan sebagai alat komunikasi dalam proses pemelajaran. Guru harus terampil memilih, menggunakan, dan mengusahakan media pendidikan , serta mampu menjadi perantara (media) dalam hubungan antar siswa dalam proses belajar mengajar. 4. Peran guru sebagai evaluator Sebagai evaluator, seorang guru dituntut mampu melakukan proses evaluasi, baik untuk mengetahui keberhasilan dirinya dalam melaksanakan pemelajaran (feed

back)

maupun

untuk

meniai

hasil

belajar

siswa.(Muh. Uzer Usman.1992) Sedangakan menurut Sai‟d Hawwa dalam bukunya dalam Tazkiyatun Nafs intisari Ihya Ulumuddin, ada delapan tugas yang harus dimiliki seorang guru atau pengajar.

48


Tugas pertama, belas kasih terhadap murid atau siswadan memperlakukan mereka seperti anakanaknya sendiri.hal ini lebi penting ari sekedar penyelamatanorang tua terhadap anaknya dari api dunia. Oleh karenanya, hak guru lebih besar daripada hak kedua orang tua.Orang

tua

merupakan

sebab

keberadaan

di

alam

fanasekarang, sedangkan guru merupakan sebab kehidupan yang kekal, yaitu akhirat. Tugas kedua, meneladani Rasulullah saw, yaitu dengan tidak meminta upah pengajaran, tidak bermaksud mencari imbalan ataupun ucapan terima kasih melainkan semata-mata karena Allah dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.selain itu juga tidak merasa perlu penghargaan dari para murid walaupun hal itu adalah kewajiban mereka. Tugas ketiga,

selalu menasehati murid atau siswa,

misalnya melarang beralih ke tingkatan yang lebih tinggi sebelum dapat memasuki tingkatan itu atau melarangnya untuk mendalami ilmu yang tersembunyi sebelum menguasai ilmu yang jelas.selain itu juga mengingatkannya bahwa tujuan mencari ilmu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untu mencari kekuasaan, membanggakan diri, atau persaingan, juga sedapat mungkin menjelaskan dampak jelek dari hal itu bagi dirinya. Tugas keempat, mencegah siswa dari akhlak tercela dengan sindiran secara tidak langsung, sebisa mungkin tidak secara terang-terangan dan dengan penuh kasih sayang, bukan celaan.

49


Tugas kelima, guru yang menguasai beberapa ilmu saja hendaknya tidak ilmu-ilmu yang lain dihadapan muridnya. Tugas keenam, memberikan ilmu kepada murid sesuai dengan daya pahamnya. Tidak menyampaikan kepada siswa sebuah penjelasan yang belum dapat diterima oleh akalnya, karena jika hal itu dilakukan maka hanya akan menjadikan siswanya berpaling atau terbebani. Tugas

ketujuh,

kepada

siswa

yng

terbatas

kemampuannya sebaiknya disampaikan kepadanya hal-hal yang jelas dan layak baginya dan tidak disebutkan bahwa sebenarnya dibalik itu ada sesuatu yang tidak diungkapkan oleh guru. Apabila hal itudilakukan

hanya akan dapat mematahkan

semangatnya, menjadikan hatinya goyah, dan menyangka bahwa guru itu pelit karena tidak mau mejelaskan kepadanya. Tugas kedelapan, seorang hendaknya mengamalkan dan melaksanakan

ilmunnya,

jadi

amal

perbuatannya

tidak

mendustakan perkataannya karena ilmu diketahui oleh mata hati sedangkan amal perbuatan diketahui oleh mata dan orang yang memiliki mata jauh lebih banyak, apabila amal perbuatan tidak sesuai dengan ilmu maka kebenaran tidak akan perrnah tercapai.( Said Hawwa.) 5. Pengertian Siswa Pengertian Siswa / Murid / Peserta Didik. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang (anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah).(Dep. Pend. Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990, h. 601)

50


Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, pengertian siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Siswa atau peserta didik adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan di sekolah, dengan tujuan untuk menjadi manusia

yang

berilmu

pengetahuan,

berketerampilan,

berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia, dan mandiri. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnsya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.( Shafique Ali Khan, 2005, h. 62) 6. Karakter. 6.1.Pengertian Karakter Hornby & Parnwell (1972) dalam Majid & Andayani (2011)

seperti

dikutip

dalam

skripsi

Ratnawati

(2012)

menyebutkan bahwa karakter adalah kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi. Kertajaya (2010) dalam Majid & Andayani (2011) seperti dikutip dalam skripsi Ratnawati (2012) mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimiliki suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut dan merupakan „mesin‟ pendorong bagaiman seseorang bertindak, bersikap, berujar, dan merespon sesuatu.(Majid, Abdul; Andayani, 2011)

51


Menurut Megawangi (2004) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.( Megawangi, Ratna. 2004) Lebih lanjut Kesuma dkk (2011),

mendefinisikan

pendidikan karakter dalam segmen sekolah sebagai pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan anak secara utuh yang didasarkan pada nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah, definisi ini mengandung makna : 1) pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran. 2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara utuh. Asumsinya anak memiliki potensi yang dikuatkan dan dikembangkan. 3) Penguatan dan pengembangan prilaku didasari oleh nilai yang dirujuk sekolah (lembaga).(Kesuma, Darma,; Triatna Cepi; Permana, Johar. 2011) 6.2. Tujuan Pendidikan karakter Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan

pengetahuannya,

mengkaji

dan

52


menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari (Mulyasa, 2011), sedangkan menurut UUSPN No.20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Adapun tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah menurut Kesuma dkk (2011) adalah : 1. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah. Penguatan dan pengembangan memiliki makna bahwa pendidikan dalam seting sekolah bukanlah sekedar suatu dogmatisasi nilai kepada peserta didik tetepi sebuah proses yang membawa peserta didik untuk memahami dan merefleksikan bagaimana suatu nilai menjadi penting untuk diwujudkan dalam perilaku keseharian manusia, termasuk bagi anak. Penguatan juga mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses pembiasaan yang dilakukan oleh sekolah baik dalam seting kelas maupun sekolah. Penguatan pun memiliki makna adanya

53


hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan pembiasaan di rumah. 2. Mengkoreksi perilaku peseta didik

yang tidak bersesuaian

dengan nilai-nulai yang dikembangkan sekolah. Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif. 3. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. Tujuan ini memiliki makna bahwa proses pendidikan karakter di

sekolah harus dihubungkan

dengan proses pendidikan di keluaraga. 6.3. Pilar-Pilar Pendidikan Karakter Dalam pendidikan karakter, terdapat 3 komponen karakter yang penting untuk diajarkan yaitu (Majid & Andayani,2011): 1. Moral Knowing yaitu pengetahuan tentang moral yang memiliki 6 unsur sebagai berikut: a) Kesadaran moral (moral awareness); b) Pengetahuan tentang nilai-nilai moral (knowing moral values) c) Penentuan sudut pandang (perspective taking) d) Logika moral (moral reasoning) e) Keberanian mengambil menentukan sikap (decision making) f) Pengenalan diri (self knowledge) 2. Moral Loving atau Moral Feeling

54


Moral loving merupakan penguatan aspek emosi siswa untuk menjadi manusia berkarakter. Penguatan ini berkaitan dengan bentuk-bentuk sikap yang harus dirasakan oleh siswa, yaitu kesadaran akan jati diri, yaitu: a) Percaya diri (self esteem) b) Kepekaan terhadap orang lain (empathy) c) Cinta kebenaran (loving the good) d) Pengengalian diri (self control) e) Kerendahan hati (humility) 3. Moral Doing / Acting Moral actiaon / acting

adalah bagaimana membuat

pengetahuan moral dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata. Setelah dua aspek tadi terwujud , maka moral acting sebagai outcome akan dengan mudah muncul dari para siswa sehingga perilaku yang muncul benar-benar sebuah karakter bukan topeng. 6.4. Butir-butir Nilai / Karakter Indonesia Heritage Foundation (Megawangi, 2004) merumuskan sembilan karakter dasar yang menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan karakter tersebut yaitu: 1. Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya 2. Tanggung jawab, disiplin dan mandiri 3. Jujur 4. Hormat dan santun 5. Kasih sayang, peduli dan kerja sama

55


6. Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah 7. Keadilan dan kepemimpinan 8. Baik dan rendah hati 9. Toleransi, cinta damai dan persatuan. Sementara Character Counts dalam Majid & Andayani (2011) di Amerika mengidentifikasikan bahwa karakterkarakter yang menjadi pilar yaitu:1. Dapat di percaya (trustworthiness), 2.Rasa hormat dan perhatian (respect), 3.Tanggung jawab (responsibility), 4.Jujur (fairness), 5.Peduli (caring),

6.Kewarganegaraan

(citizenship),

7.Ketulusan

(honesty), 8.Berani (courage, 9.Tekun (diligence), 10.Integritas Kemudian Ginanjar (2001) mengemukakan

bahwa

setiap karakter positif akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-asmaul husna yang terangkum dalam 7 karakter dasar yaitu: 1. Jujur, 2.Tanggung jawab, 3.Disiplin, 4.Visioner, 5. Adil, 6. Peduli, 7. Kerja sama. Selanjutnya

Kementrian

dan

Dinas

Pendidikan

merumuskan nilai-nilai dan karakter bangsa yang dapat ditanamkan pada peserta didik yaitu: 1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. 2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

56


3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. 4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5. Kerja keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. 6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. 7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. 8. Demokratis:

Cara

berfikir,

bersikap,

dan

bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. 9. Rasa ingin tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. 10. Semangat kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan

yang

menempatkan

57


kepentingan

bangsa

dan

negara

di

atas

kepentingan diri dan kelompoknya. 11. Cinta tanah air: Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan bahasa,

yang tinggi terhadap

lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, dan politik bangsa. 12. Menghargai prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. 13. Bersahabat/

komunikatif:

Tindakan

yang

memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. 14. Cinta damai: Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. 15. Gemar membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk

membaca

berbagai

bacaan

yang

memberikan kebajikan bagi dirinya. 16. Peduli lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan

alam

mengembangkan

di

sekitarnya,

upaya-upaya

dan untuk

memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

58


17. Peduli social: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. 18. Tanggung jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. 6.5. Elemen-Elemen Dalam Penelitian 1. Komunikasi interpersonal pada hakikatnya adalah suatu proses. Kata lain dari proses adalah sebagai sebuah transaksi dan interaksi. 2. Komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun nonverbal. 3. Komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera. 4. Komunikasi interpersonal bersifat dialogis 5. Komunikasi interpersonal melibatkan jumlah orang terbatas. 6. Komunikasi interpersonal terjadi secara spontan. 7. Komunikasi interpersonal menggunakan media dan nirmedia. 8. Komunikasi interpersonal bersifat keterbukaan (openess) 9. Komunikasi interpersonal bersifat empati (emphaty) 10. Komunikasi interpersonal bersifat dukungan (Supportiveness)

59


11. Komunikasi interpersonal bersifat positif 12. Komunikasi interpersonal bersifat kesamaan atau kesetaraan (equality). 13. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. 14. Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan

bangsa,

bertujuan

untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 15. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah. 16. Mengoreksi perilaku peseta didik

yang tidak bersesuaian

dengan nilai-nulai yang dikembangkan sekolah. 17. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama. 18. Memberikan pengetahuan tentang moral, penguatan aspek emosi, dan dapat diwujudkan menjadi tindakan nyata.

60


19. Setiap karakter positif akan merujuk kepada sifat-sifat mulia Allah, yaitu al-asmaul husna yang terangkum dalam 7 karakter dasar yaitu: 1. Jujur, 2.Tanggung jawab, 3.Disiplin, 4.Visioner, 5. Adil, 6. Peduli, 7. Kerja sama. D.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menghasilkan

kesimpulan sebagai berikut: 1. Dalam melakukan kegiatan proses komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya melihat faktor-faktor pendukung dan penghambat. Seperti faktor sumber daya manusia dalam hal ini guru pengajar, tingkat keilmuan para guru dalam komunikasi, latar belakang guru dan siswa, pengadaan evaluasi program karakter. 2. Dalam pelaksanaan proses komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter di SD Integral Luqman AlHakim Surabaya dilaksanakan di Sekolah melalui proses pembelajaran di kelas atau sekolah (pendidikan formal). 3. Dalam pelaksanaan proses komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter di SD Integral Luqman AlHakim

Surabaya

lebih

dominan

menggunakan

komunikasi verbal, hal itu disebabkan karena intensitas pertemuan guru dan siswa lebih banyak di kelas atau dalam

pembagian

kelompok.

Selain

itu

proses

komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter di SD Integral Luqman Al-Hakim lebih menggunakan

61


komunikasi nirmedia. Adapaun penggunaan komunikasi media oleh guru dan siswa terjalin apabila ada hal serius yang dibicarakan dan tidak memungkinkan dilaksanakan di sekolah, atau karena ada tugas yang belum dimengerti oleh siswa. 4. Dari seluruh komunikasi interpersonal yang telah kami sebutkan, maka komunikasi interpersonal yang paling dominan

dipergunakan

komunikasi

yang

menurut

bersifat

informan

verbal

adalah

dan

equality

(persamaan atau kesetaraan). 5. Komunikasi

guru

dan

siswa

dalam

penanaman

pendidikan karakter di SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya berupaya memberikan dan menanamkan rasa positif dalam diri setiap siswa. Para guru dalam membawakan

setiap

materi

pelajaran

berupaya

memunculkan sifat-sifat positif dalam diri siswa. Selain itu SD Integral Luqman Al Hakim dalam proses komunikasi

menggunakan

(persamaan/kesetaraan).

para

sifat guru

tidak

equality pernah

membeda-bedakan status siswa, latar belakang keluarga siswa ataupun tingkat sosial yang dimiliki siswa. 6. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, SD Integral Luqman Al Hakim Surabaya mengintegrasikan antara pendidikan karakter agama yang berasaskan ajaran islam dan program karakter yang berasal dari Diknas yang bersifat umum.

62


7. Dalam pengontrolan pendidikan karakter, SD Integral Luqman Al Hakim bekerjasama antara guru dan orang tua. apabila disekolah maka dengan pembiasaan dan kontroling

dengan

dilakukan

oleh

semua

guru,

sedangkan di rumah diadakan kerjasama dengan orang tua siswa atau wali siswa, bentuk kerjasa sama dengan orang tua dengan adanya Buku Penghubung (BP) dan Praying Schedule (jadwal sholat lima waktu). 8.

Dalam pendidikan karakter, siswa tidak hanya diberikan pengetahuan, akan tetapi siswa diajak praktek langsung dengn

program-program

yang

telah

dilaksanakan

sekolah. Dari uraian diatas,

SD Integral Luqman AL

Hakim dalam proses komunikasi guru dan siswa telah melakukan sebagian besar komunikasi interpersonal dalam teori Dasrun Hidayat, Suranto Aw, dan Deddy Mulyana, dan teori pendidikan karakter Mulyasa, Kesuma, majid & Andayani, serta Ary Ginanjar. Dari hasil pelaksanaan komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter sudah berjalan meskipun belum mencapai hasil yang maksimal.Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa kegiatan komunikasi guru dan siswa dalam pendidikan karakter di SD Integral Luqman Al Hakim cukup baik, meskipun masih perlu perbaikan dan peningkatan.

63


DAFTAR PUSTAKA Jalaluddin Rahmat, 2008, Psikologi Komunikasi, Remaja Rosda Karya, Bandung. Kesuma, Darma; Triatna Cepi ; Permana, Johar. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Muh. Uzer Usman.1992. Menjadi Guru Profesional,Bandung: Remaja Rosda Karya. Masruri, Majalah Inspirasi Guru dan Sekolah, April 2007. Majid, Abdul; Andayani, 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. May Rudy, Teuku. 2005. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional, Bandung: Refika Aditama. Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter Solusi Yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Bogor. Indonesia Heritage Foundation. . Mulyasa. 2011. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Mulyana Dedy.2002. Metode penelitian kualitatif, Bandung. PT Rosda Karya. Nazir Moh. 2002. Metode Penelitian, Bogor. Ghalia Indonesia. Ruslan Rosady. 2004. Metode Penelitian Public relations dan Komunikasi. Jakarta. PT RajaGrafindo Persada. Sukadi.2006.Guru Powerful,Guru Masa Depan,Bandung:Qolbu. Suprapto, J. 1998. Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. Suranto Aw, 2010, Komunikasi Sosial Budaya, Graha Ilmu, Yogyakarta.

64

PROSES KOMUNIKASI GURU DAN SISWA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER SD INTEGRAL LUQMAN AL HAKIMSURABAYA. Syamsul Alam Jaga STAI Luqman Al-Hakim Surabaya

Recommend Documents