PROPOSAL PENELITIAN HIBAH BERSAING
PENGEMBANGAN ASESMEN OTENTIK DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS VIDEO PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKS
Peneliti: Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd. (Ketua) Ghullam Hamdu, M.Pd. (Anggota) Desiani Natalina M, M.Pd. (Anggota)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS TASIKMALAYA Jl. Dadaha No. 18 Tasikmalaya 46115 No. Telp. 0265 - 331860 April 2015 1
Abstrak Berlakunya kurikulum 2013 akan memberikan dampak kepada cara pembelajaran dan penilaian yang akan dirancang dan dilaksanakan oleh guru di kelas. Terdapat beberapa perbedaan antara kurikulum 2013 dengan sebelumnya, antara lain pelaksanaan pembelajaran bersifat tematik untuk tiap jenjang kelas di SD dan mengharuskan guru untuk menggunakan asesmen otentik pada pembelajaran tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang asesmen otentik pada pembelajaran berbasis konteks yang diamatkan oleh kurikulum 2013 dengan produk yang dihasilkan berupa pengembangan beberapa bentuk asesmen otentik pada pembelajaran berbasis konteks sebagai implementasi kurikulum tersebut. Salah satu alasan besar pengembangan asesmen otentik perlu dikembangkan adalah peneliti menganggap untuk mendeskripsikan kompetensi dari siswa, memerlukan data otentik yang dikemas dalam bentuk pembelajaran dan asesmen yang otentik pula. Untuk mendapatkan beberapa bentuk asesmen otentik pada pembelajaran berbasis konteks tersebut dilakukan beberapa uji coba kepada beberapa sekolah dengan mengadopsi pendekatan DBR (Design-Based research) Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis konteks, tematik, asesmen otentik
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan tematik-terpadu dari Kelas I sampai Kelas VI (Salinan lampiran permendikbud no. 67 tahun 2013 tentang kurikulum SD). Dengan demikian pembelajaran pada kurikulum 2013 dilakukan dengan mengaitkan berbagai kompetensi dasar atau mata pelajaran yang masih satu konsep dalam satu tema tertentu. Pembelajaran dilakukan secara tematik agar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai suatu konsep dapat menyeluruh tidak terpisah pisah. Agar pembelajaran lebih bermakna pembelajaran harus dikaitan dengan beberapa konteks masalah yang biasa dihadapi siswa sehari-hari. Untuk menemukan solusi dari permasalahan diperlukan pengetahuan dan proses belajar yang menyeluruh dan otentik dari suatu konsep. Selain itu, tuntutan penilaian dalam kurikulum pun mengharuskan menggunakan penilaian otentik. Pembelajaran merupakan prosedur dan metode yang ditempuh oleh guru untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. (Oemar Hamalik dalam Henawan et.al, 2009). Guru perlu menghadirkan dan menghubungkan dengan sejumlah konteks yang diperlukan dan harus diketahui oleh siswa karena berkaitan dengan apa yang sedang atau akan dialami oleh siswa. Pembelajaran yang tidak dihubungkan kepada konteks yang dekat dengan siswa akan menghasilkan pembelajaran yang bias, tidak bermakna dan tidak “berbekas”. Pembelajaran berbasis konteks memberikan arahan yang lebih komprehensif bahwa pembelajaran memang diperlukan siswa sehingga “perlu untuk siswa ketahui” karena akan berkaitan dengan sesuatu hal penting yang dekat dengan siswa. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Johnson (2002) semakin mampu para siswa mengaitkan pelajaran akademis mereka dengan konteks ini, semakin banyak makna yang mereka dapatkan dari pelajaran tersebut. Keotentikan pelaksanaan pembelajaran berbasis berbasis konteks menjadi benar/otentik jika memperhatikan karakteristik dan tahapan dari pembelajaran tersebut. Jika pembelajaran berbasis konteks ini dilakukan dengan benar maka pencapaian hasil belajar dari karakteristik tersebut dapat diidentifikasi oleh guru secara baik, mulai dari awal sampai akhir pembelajaran. Dengan demikian, keotentikan guru dalam menilai siswa
3
bisa terjamin sesuai karakteristik hasil belajar yang diharapkan pada pembelajaran, dalam penelitian ini diarahkan kepada karakteristik dari pembelajaran berbasis konteks. Istilah asesmen dalam penilaian yang digunakan tidak sebatas pada lingkup pemahaman terhadap konsep yang cenderung tidak menggambarkan secara utuh siswa belajar, namun asesmen yang diharapkan adalah penilaian/asesmen yang “nyata atau sebenarnya atau otentik”. Torulf Palm (2009) mengusulkan bahwa agar dapat menjadi nyata atau sebenarnya perlu melibatkan berbagai konteks. Ia juga menyimpulkan bahwa otentik yang didefinisikan sebagai asesmen perlu dikaitkan dengan proses dan produk, kondisi asesmen atau mempresentasikan berbagai konteks, kehidupan diluar sekolah, kurikulum dan pengalaman kelas, pembelajaran dan pengajaran. Hal sama pun yang diungkapkan oleh Johnson (2002) bahwa penilaian otentik mengajak para siswa untuk menggunakan pengetahuan akademik dalam konteks dunia nyata untuk tujuan yang bermakna. Penilaian otentik yang dimaksud adalah dihubungkan dengan karakteristik dan konteks pada pemecahan masalah pada implementasi pembelajaran berbasis konteks yang otentik (sesuai karakteristik). Permasalahan yang muncul kemudian guru dilapangan sulit sekali untuk memaknai mengembangkannya dan menggunakannya di sekolah. Banyak memaknai bahwa penggunaan asesmen otentik sebagai penggunaan asesmen alternatif yang bentuknya asesmen kinerja. Namun menurut Torulf Palm (2009) asesmen kinerja atau asesmen alternatif tidak menjadi otentik jika permasalahan yang dinilai bukan masalah yang nyata. Jadi bisa saja sebagaimana yang diungkapkan oleh Chang dan Chiu (2005) bahwa Format asesmen otentik dapat dikembangkan berupa soal-soal multiple-choice, open-ended, dan hands-on test untuk memperlihatkan evaluasi kognitif siswa dengan memperhatikan karakteritik keotentikanya. Karet & Hubbell (2003) mengungkapkan bahwa Penggunaan asesmen otentik dapat dipadukan berdasarkan taksonomi Bloom. Namun menurut pendapatnya akan lebih tepat jika memandang paduan dengan taksonomi bloom tersebut dimulai dari tahapan menerapkan (C3) hingga sintesis (C6). Alasanya, mereka berpandangan bahwa taksonomi Bloom dari menerapkan hingga sintesis lebih menggambarkan kemampuan secara nyata keterampilan untuk berfikir. Atas dasar tersebut maka perlunya pemahaman yang benar tentang memaknai penggunaan asesmen otentik pada pembelajaran, khususnya pada pembelajaran berbasis konteks. Penelitian ini dilakukan sebagai sarana untuk memberikan contoh tentang bagaimana bentuk dan penggunaan asesmen otentik pada pembelajaran berbasis konteks melalui analisis video pelaksanaan pembelajaran. 4
B. PEMBATASAN MASALAH Penelitian ini berorientasi untuk mengembangkan
asesmen Otentik dan
penggunaannya pada pembelajaran berbasis konteks akan dilaksanakan dengan beberapa pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Asesmen Otentik dianalisis berdasarkan dimensi pengembangan asesmen Otentik pada pembelajaran berbasis konteks 2. Pembelajaran berbasis konteks merupakan kajian proses pembelajaran dari sekian banyak dari tahapan pembelajaran lainnya untuk dikembangkan beberapa bentuk asesmen Otentiknya 3. Kurikulum yang digunakan untuk mengembangkan dan implemetasi asesmen Otentik adalah kurikulum 2013
C. PERUMUSAN MASALAH Adanya perubahan kurikulum memberikan kosekwensi bahwa guru harus mampu menilai kompetensi siswa secara nyata (otentik) Namun permasalahan muncul guru belum mampu memahami asesmen yang otentik, mengembangkan hingga mengimplemetasikan asesmen otentik tersebut di lapangan. Implementasi penggunaan asesmen otentik menuntut pula pengembangan pembelajaran yang otentik sesuai dengan karakteristik dan tahapannya pada pembelajaran tersebut. Analisis penggunaan asesmen selama ini sebagian besar berorientasi pada pengamatan pembelajaran secara langsung, sehingga memungkinkan sekali beberapa penilaian dari hasil belajar siswa tidak terjangkau secara maksimal. Oleh sebab itu, untuk memaksimalkan untuk mengembangkan beberapa bentuk penilaian yang dapat digunakan pada pembelajaran perlu dilakukan analisis proses pelaksanaan pembelajaran secara seksama. Dalam penelitian ini digunakan rekaman Video pelaksanaan pembelajaran. Oleh sebab itu penelitian ini dapat dirumuskan dengan: Bagaimana bentuk asesmen otentik dengan menggunakan analisis video pelaksanaan pembelajaran berbasis konteks di sekolah dasar?
D. ASUMSI Adapun asumsi penelitian ini adalah: 1. Pembelajaran tematik di SD dapat dilakukan di kelas tinggi (4, 5 dan 6) berdasarkan anjuran kurikulum 2013
5
2. Penggunaan asesmen yang tepat sangat diperlukan guru untuk mendeskripsikan kompetensi nyata dari siswa 3. Pembelajaran berbasis konteks dapat dilakukan di jenjang sekolah dasar sesuai dengan perkembangan psikologi siswa SD
E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah: 1. mengetahui penggunaan asesmen pada pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas 2. mendeskripsikan bentuk asesmen Otentik pada pembelajaran berbasis konteks 3. memperoleh gambaran tentang keefektifan penggunaan rancangan asesmen Otentik pada pembelajaran berbasis konteks 4. menghasilkan bentuk asesmen Otentik dan penggunaannya pada pembelajaran berbasis konteks
F. URGENSI PENELITIAN Hadirnya kurikulum 2013 berimplikasi pada tindakan guru dalam melakukan pembelajaran secara tematik dan menggunakan asesmen otentik di kelas. Untuk dapat mengimplementasikan pembelajaran dan asesmen otentik tersebut diperlukan persiapan yang matang sehingga sesuai dengan harapan dan tujuan dari kurikulum tersebut. Beberapa kasus di lapangan, para guru mengalami kesulitan untuk mengembangkan asesmen otentik pada pembelajaran. Pemaknaan pada arti asesmen otentik sendiri mengalami kesulitan apalagi jika harus mengimplementasi Asesmen otentik ini, menajadi sangat sulit untuk dilakukan. Sedangkan penilaian dari tuntutan kurikulum mewajibkan seorang guru mengembangkan asesmen secara otentik. Oleh sebab itu, Penelitian ini menjadi penting dilakukan karena akan memberikan gambaran dan contoh bagaimana mengembangkan dan menggunakan asesmen otentik secara lebih khusus pada pembelajaran berbasis konteks yang dilakukan secara tematik sehingga sesuai kurikulum. G. Luaran Penelitian Luaran dari penelitian yang akan dihasikan berupa: 1. Analisis pembelajaran berbasis konteks sebagai implementasi kurikulum 2013 yang Otentik melalui Video pelaksanaan pembelajaran 2. Bentuk Asesmen Otentik dan penggunaannya pada pembelajaran berbasis konteks sebagai implementasi kurikulum 2013 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Berbasis Konteks Pembelajaran berbasis konteks merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi nyata siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Pilot dan Bulte (2006) Konteks sebagai suatu instrumen menyediakan pengertian yang didefinisikan sebagai suatu “bidang peristiwa”. Suatu konteks harus relevan dan dikenal oleh siswa. Konteks harus menyebutkan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan suatu basis rasa ingin tahu, harus dibangun dari pengetahuan yang telah mereka miliki, dan harus bertujuan pada peningkatan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar (Bennet dkk., 2005; Bulte dkk.,2006; Bennett dkk.,2007 dalam Martin Vos. et al, 2010). Lebih lanjut bahwa pendekatan berbasis konteks juga berimplikasi pada orientasi peningkatan aktivitas yang berpusat pada siswa daripada berpusat pada guru. (Martin Vos. et al, 2010). Donna King et al .(2007) dalam risetnya mengelompokan empat isu utama yang penting bagi guru dan peneliti dalam hubungannya dengan kurikulum pada pembelajaran dengan berbasis konteks yang dihasilkan dari literatur terkait dan penelitiannya. Empat isu tersebut adalah : Hubungan dengan dunia nyata, Hubungan dari Investigasi eksperimental yang Diperluas, Menghubungan Konteks dan Konsep, Koherensi kurikuler. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berbasis konteks, Crawford, M.L (2001) mengajukkan strategi pembelajaran melalui tahapan yang disebut dengan REACT. Adapun tahapan tersebut antara lain: Relating (Menghubungkan), Experiencing (Mengalami/mencoba), Applying (Menerapkan), Cooperating (Bekerja sama), Transferring (Memindahkan)
B. Pengertian Asesmen Otentik Doran et al (2002) menjelaskan bahwa “Otentik” adalah suatu istilah asesmen yang menunjuk pada situasi “dunia nyata” atau konteks, yang secara umum membutuhkan suatu pendekatan yang bervariasi untuk pemecahan masalah dan masalah apa yang memungkinkan adanya lebih dari satu solusi untuk pemecahan masalah. Jadi asesmen dikatakan otentik menurut Torulf Palm (2009) nyata dalam istilah proses dan produk, mempresentasikan produk, nyata dalam kehidupan di luar kehidupan sekolah, kurikulum dan pembelajaran atau pengajaran. Sehingga latihan otentik asesmen dalam pendidikan 7
menurut NSES (1996) menghendaki siswa untuk menggunakan pengetahuan ilmiahnya dan memberikan alasan terhadap situasi yang mirip ketika mereka akan menghadapi masalah di luar kelas, sebagaimana pendekatan situasi yang dialami oleh seorang saintis bekerja. Dari sudut pandang filosofi pendidikan, menurut Nitko (1996) otentik dalam asesmen otentik biasa diartikan mempresentasikan siswa dengan tugas yang secara langsung mendidik dengan penuh arti atau mendidik tidak secara langsung penuh dengan arti. Contohnya, membaca beberapa pekerjaan yang panjang dan menggunakannya untuk membandingkan dan mencari perbedaan sudut pandang sosial yang secara langsung memiliki banyak arti, karena ini adalah suatu jenis membaca mendalam yang dilakukan orang terpelajar. Dengan demikian pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut maka asesmen otentik ini dapat dikatakan baik jika sejalan dengan tujuan dan karakteristik yang dituliskan dalam rancangan pembelajaran dan tuntutan kurikulum.
C. Dimensi Pengembangan Asesmen Otentik Terdapat kebimbangan dan banyak berbeda pendapat mengenai apa sebenarnya asesmen otentik, dan elemen asesmen yang manakah yang penting untuk mempertahankan keotentikan. Gagasan otentifikasi yang diungkapkan dari hasil kajian Gulikers, J.T.M., Bastiaens, T.J. and Kirschaner, P.A. (2004) berikut adalah suatu rangkaian kesatuan menjadi hasil dari konseptualisasi kelima aspek ini sebagai dimensi yang dapat bervariasi sesuai tingkat keotentikannya. 1. Task (Tugas). Sebuah tugas otentik adalah sebuah tugas dalam bentuk permasalahan yang mengkonfrontasi siswa dengan aktivitas yang muncul dari praktek sebenarnya. Jadi, peran tugas otentik sangat penting untuk asesmen otentik. Lebih jauh lagi, tugas asesmen seharusnya menyerupai kompleksitas dari kriteria tugas. Tapi tidak berarti bahwa setiap tugas harus selalu kompleks. Kebutuhan yang sama akan persamaan juga dimilki oleh kepemilikan dari tugas dan proses pengembangan sebuah solusi. 2. Physical Content (Lingkungan Fisik). Lingkungan fisik dari asesmen otantik seharusnya merefleksikan jalannya pengetahuan, skill, dan perilaku yang akan digunakan dalam profesional (sebenarnya). Oleh sebab itu, akan menjadi tidak otentik bila menghilangkan sumber daya pada siswa, karena professional bergantung pada 8
sumberdaya. Karakteristik yang penting lainnya untuk menyediakan lingkungan fisik yang otentik adalah waktu yang diberikan bagi para siswa untuk mengerjakan tugas. Dengan kata lain, sebuah asesmen otentik seharusnya tidak bergantung pada rintangan waktu yang tidak realistis. Singkatnya, level keotentikan dari lingkungan fisik ditentukan oleh kemiripan elemen-elemen yang mempunyai kriteria sesuai situasi. 3. Social Context (Konteks Sosial). Tidak hanya lingkungan fisik, tapi juga konteks sosial mempengaruhi keotentikan sebuah asesmen. Dalam kehidupan nyata, bekerja bersama kadang adalah sebuah aturan yang tidak ada pengecualiannya, dan sekolah dalam proses pembelajaran merupakan tempat dalam sistem sosial. Oleh karena itu, sebuah model untuk asesmen otentik seharusnya mempertimbangkan proses sosial yang terdapat di konteks dunia nyata. 4. Assessment result or form (Hasil atau bentuk Asesmen). Sebuah asesmen melibatkan sebuah penetapan hasil asesmen (dalam suatu lingkungan fisik dan konteks sosial) yang kemudian dievaluasi terhadap beberap kriteria asesmen tertentu. Hasil Asesmen berhubungan dengan jenis dan jumlah output dari tugas asesmen, tidak bergantung pada konten asesmen. 5. Criteria and Standards (Kriteria dan Standar). Kriteria adalah karakteristikkarakteristik dari hasil asesmen yang bernilai; standar adalah level performa yang diharapkan dari berbagai tingkat dan usia siswa. Menentukan kriteria (rubrik) dan membuatnya eksplisit serta transparan sebelumnya bagi siswa penting dalam otentik asesmen, karena ini akan menuntun pembelajaran. Setelah itu, dalam kehidupan nyata, para siswa akan lebih mengetahui pada kriteria apa saja akan dinilai. Ini berimplikasi bahwa otentik asesmen mengharuskan kriteria penilaian yang jelas. Selain mendasarkan kriteria pada situasi dalam dunia nyata, kriteria dari sebuah asesmen otentik dapat juga berdasar pada interpretasi dari empat dimensi di atas. Contohnya, apabila lingkungan fisik menentukan bahwa sebuah asesmen otentik dari suatu kompetensi membutuhkan waktu satu jam, salah satu kriteria seharusnya adalah bahwa siswa perlu menghasilkan hasil asesmen dalam satu jam.
D. Bentuk dan Pengembangan Kriteria dari Asesmen Otentik Karet & Hubbell (2003) mengungkapkan bahwa Penggunaan asesmen otentik dapat dipadukan berdasarkan taksonomi Bloom. Namun menurut pendapatnya akan lebih tepat jika memandang paduan dengan taksonomi bloom tersebut dimulai dari tahapan menerapkan (C3) hingga sintesis (C6). Alasanya, mereka berpandangan bahwa taksonomi 9
Bloom dari menerapkan hingga sintesis lebih menggambarkan kemampuan secara nyata keterampilan untuk berfikir. Format asesmen otentik dalam penelitian dari Chang dan Chiu (2005) dapat dikembangkan berupa soal-soal multiple-choice, open-ended, dan hands-on test untuk memperlihatkan evaluasi kognitif siswa dalam IPA. Asesmen otentik lebih menekankan siswa untuk dapat mendemostrasikan keterampilan dan pengetahuannya untuk menjawab sejumlah pertanyaan. Untuk dapat mendemostrasikan keterampilan dan pengetahuannya maka dirancang tugas yang perlu diselesaikan selama pembelajaran. Tugas ini harus sejalan dengan aktivitas hidup-riil atau masalah nyata siswa. Jawaban dari tugas tersebut memungkinkan ada lebih dari satu benar jawaban atau mengoreksi jawaban dari tugas untuk lebih meyakinkan. Contoh bentuk tugas dari asesmen otentik antara lain: percobaan IPA, proyek penelitian, presentasi, memberi pelajaran, memecahkan permasalahan hidup yang nyata, dan portfolio. Doran, et. al (2002) memberikan contoh dari asesmen otentik antara lain: membuat grafik (seperti: peta konsep, diagram ven), portofolio, persentasi langsung dan debat, wawancara dan konferensi, ceklis kemampuan, evaluasi teman sebaya dan evaluasi diri, aplikasi dari teknologi. Di lain pihak Mueller (2011) berpendapat bahwa asesmen otentik meliputi tugas seperti: kinerja, produk dan item pertanyaan yang dibangun untuk ditanggapi yang secara khas memerlukan aplikasi yang lebih langsung dari pengetahuan serta keterampilan. Mueller pun membaginya dalam beberapa bentuk antara lain: Asesmen kinerja, Asesmen Portfolio, Asesmen Diri, Wawancara, Menceritakan kembali, Demonstrasi, Proyek/ Presentasi, Membangun tanggapan, Observasi, dan Menulis Artikel. Asesmen otentik secara khas merupakan suatu pengukuran yang mengacu kepada kriteria. Pekerjaan siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru dinilai sesuai dengan kinerja siswa. Kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas didefinisikan berdasarkan kinerja siswa terhadap suatu kumpulan kriteria dari keberhasilan dalam melakukan kinerja. Untuk mengukur kinerja dari siswa dikembangkanlah rubrik penilaian berdasarkan pencapaian dari kinerja dengan menggunakan berbagai kriteria. (Mueller, 2011). Mertler (2001) memberikan pengertian rubrik yaitu skala rating sebagai kebalikan dari ceklis yang digunakan dalam menilai kinerja. Rubrik secara formal didefinisikan sebagai petunjuk skoring, terdiri dari kriteria spesifik dari kinerja yang sebelumnya telah ditetapkan, dan digunakan dalam mengevaluasi pekerjaan siswa dalam menilai kinerja. Rubrik memiliki dua tipe yaitu holistik dan analitik. Rubrik holistik mengharuskan guru untuk memberi skor keseluruhan proses atau produk sebagai suatu keseluruhan, tanpa menghakimi bagian-bagian komponen secara terpisah (Nitko, 2001 dalam Metler, 2001). 10
Sebaliknya, dengan rubrik analitik, guru memberi skor secara terpisah, bagian-bagian individu dari produk atau kinerja terlebih dahulu, kemudian menjumlahkan skor individual untuk menghasilkan skor total (Moskal, 2000; Nitko, 2001 dalam Mertler, 2001).
E. Pembelajaran Tematik Kurikulum 2013 menamanatkan bahwa proses belajar mengajar di SD untuk setiap jenjang kelas dilakukan dengan menggunakan pembelajaran tematik. Departemen Pendidikan Nasional (2009) mendefinisikan pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalam bermakna kepada siswa. Tema itu sendiri menurut Poerwadarminta dalam Departemen Pendidikan Nasional (2009) adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Sukayati (dalam Prastowo, 2013) mengemukakan tujuan pembelajaran tematik, antara lain: a. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna. b. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi. c. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan. d. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial seperti kerja sama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain. e. Meningkatkan gairah dalam belajar. f. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para siswa. F. Kajian kurikulum 2013 Peraturan Pemerintah No 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah kurikulum 2013. Dalam penjabaran standar kompetensi lulusan kurikulum 2013 tidak ada lagi standar kompetensi namun berganti menjadi kompetensi inti. Terdapat empat kelompok kompetensi inti di setiap kelas diantaranya sikap keagamaan/kompetensi inti 1. sikap sosial/kompetensi inti 2. pengetahuan/kompetensi inti 3. penerapan pengetahuan/kompetensi inti 4. kompetensi inti dijabarkan menjadi beberapa kompetensi dasar disesuaikan dengan kelompok kompetensi intinya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 77B ayat 2 Tentang 11
Standar Nasional Pendidikan menjabarkan bahwa: Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap tingkat kelas atau program yang menjadi landasan Pengembangan Kompetensi dasar. Sementara itu, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 77B ayat 3 Tentang Standar Nasional Pendidikan menjabarkan bahwa : Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada Kompetensi inti. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar dijadikan sebagai pedoman guru untuk merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pelaksanaan pembelajaran dalam mencapai KI dan KD tersebut dilakukan secara tematik untuk setiap jenjang kelas di tingkat sekolah dasar.
12
ROAD MAP: MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DAN ASESMENNYA BERDASARKAN KURIKULUM 2013 DI TINGKAT SEKOLAH DASAR
Orientasi pembelajaran
2013
tematik yang dilakukan guru
Analisis Masalah awal pelaksanaan pembelajaran tematik di SD
2014
Pengembangan Perangkat
-
Pembelajaran Tematik
2015
berdasarkan Kurikulum
Perangkat pembelajaran tematik berdasarkan beberapa pendekatan, misalnya: PBL, Kontekstual, saintifik
Pengembangan Asesmen pada
2015
Pengembangan asemen otentik (kinerja, fortofolio, afektif) dan
pembelajaran tematik
HOT pada pembelajaran
berdasarkan kurikulum
2016
tematik berdasarkan kurikulum 2013
Implentasi produk pembelajaran
2017
tematik dan asesmen berdasarkan
Uji coba secara meluas terhadap produk yang telah
hasil penelitian
dihasilkan pada penelitian sebelumnya
Pengembangan Model
Merefleksikan hasil uji coba
2018
Pembelajaran Tematik dan
untuk mengembangkan suatu model yang tepat untuk
asesmen berdasarkan
pembelajaran tematik dan
kurikulum
asesmennya berdasarkan kurikulum 2013
13
G. Deskripsi Road Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa rangkaian/tahapan untuk mendapatkan hasil yang baik berupa dengan Model Pembelajaran Tematik dan Asesmennya Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Tingkat Sekolah Dasar. Penelitian ini dilakukan sebagai antisipasi terhadap implementasi kurikulum 2013 yang akan segera diberlakukan secara luas yang mengharuskan pembelajaran secara tematik di setiap jenjang kelas di sekolah dasar. Penelitian tahap 1 dilakukan dalam rangka untuk mendapatkan kondisi objektif di sekolah tentang pembelajaran tematik yang biasa dilakukan. Fokus tahapan penelitian ini mengakaji secara menyeluruh berdasarkan beberapa hasil penelitian berdasarkan payung penelitian yang telah dikembangkan di UPI Kampus Tasikmalaya dan observasi lapangan secara langsung dilaksanakan yang berkaitan dengan pembelajaran tematik dan asesmen yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah. Dan hasil dari tahap 1 ini sebagai dasar pengembangan model pembelajaran tematik dan asesmennya untuk pelaksanaan tahapan penelitian selanjutnya. Walaupun demikian tahap 2, 3, 4, dan 5 tidak menutup kemungkinan dilakukan orientasi pendahuluan di lapangan untuk setiap tahap penelitian. Penelitian tahap 2 dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan pembelajaran tematik dengan menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran, seperti PBL dan kontekstual. Penelitian tahap 3 dilakukan secara khusus untuk mengembangkan beberapa contoh bentuk asesmen otentik yang dapat dikembangkan berdasarkan pembelajaran tematik dengan menggunakan kurikulum 2013. Proposal penelitian yang diajukkan berada pada tahap ke 3. Penelitian Tahap 4 dilakukan untuk mengimplementasikan secara meluas untuk beberapa pembelajaran tematik dan asesmen yang telah dihasilkan di tahapan 2 dan 3. Pelaksanaan penelitian sedapat mungkin menggunakan sampel yang lebih banyak lagi. Penelitian Tahap 5 dilakukan sebagai merefleksikan hasil uji coba untuk mengembangkan suatu model yang tepat untuk pembelajaran tematik dan asesmennya berdasarkan kurikulum 2013. Tahapan ini dilakukan untuk menganalisis dan menghasilakan suatu model yang tepat untuk Pembelajaran Tematik Dan Asesmennya Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Tingkat Sekolah Dasar. Semua perangkat yang dihasilkan dalam penelitian tahap ini sudah teruji dengan tahapan penelitian dengan menganalisis faktor kelemahan dan kelebihan, faktor pendukung dan penghambat dari pelasanaan model yang dihasilkan.
14
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan DBR (Design-Based research). DBR didefinisikan oleh Barab and Squire (2004) dalam Herrington, et.al (2007) sebagai “a series of approaches, with the intent of producing new theories, artifacts, and practices that account for and potentially impact learning and teaching in naturalistic settings”. Dengan mengadopsi dan memodifikasi dari desain penelitian yang diberikan oleh Reeves, 2006 (dalam Jan van Akker, 2010), maka penelitian ini dibagi menjadi 4 tahap, yaitu Identifikasi dan Analisis masalah, Pengembangan prototype program, Uji Coba dan implementasi Prototype Program, dan refleksi untuk mendapatkan prinsip desain yang diharapkan dan mengatasi berbagai permasalahan yang muncul. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.1.
Produk Akhir Berupa: Bentuk Asesmen Otentik dan penggunaannya pada Pembelajaran Berbasis konteks
Gambar 3.1. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
15
B.
Waktu dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan selama 8 bulan dengan menggunakan analisis pelaksanaan
pembelajaran berbasis konteks. Pengamatan terhadap beberapa video pelaksanaan pembelajaran berbasis konteks yang dilakukan di kelas 4 sekolah dasar. Sehingga sebelum dilakukan analisis asesmen otentik terhadap pembelajaran berbasis konteks, dilakukan terlebih dahulu proses pelaksanaan pembelajaran berbasis konteks oleh guru di dalam kelas. Penelitian ini dibantu oleh 4 orang mahasiswa yang sedang interes dalam melakukan penelitian pada bidang asesmen. C.
Instrumen Pengumpul Data
No
Jenis Instrumen
1.
Angket
Kegunaan -
Studi
Pendahuluan
Menjaring data
tentang
kondisi di lapangan dari guru dan siswa tentang pelaksanaan pembelajaran dan penilaiannya yang biasa dilakukan 2
Lembar Observasi
-
Untuk
menggambarkan
interaksi
pada
pelaksanaan inplementasi penggunaan asesmen Otentik pada pembelajaran berbasis konteks -
Menggambarkan bentuk asesmen yang biasa dibuat oleh guru
3
Perangkat Pembelajaran -
Sebagai
pedoman
dalam
melaksakan
pembelajaran berbasis konteks 4
5
Lembar Penilaian dari
-
Sebagai pedoman untuk menilai penggunaan
Penggunaan Asesmen
pembelajaran berbasis konteks dan penggunaan
Otentik pada pembelajaran
asesmen yang telah dikembangkan yang akan
berbasis konteks
direfleksi untuk perbaikan untuk uji coba produk
Video pelaksanaan
-
pembelajaran berbasis konteks
Untuk bahan analisis untuk mendeskripsikan bentuk asesmen yang akan dikembangkan
-
Bahan
untuk
perbaikkan
dari
penggunaan
asesmen otentik pada pembelajaran 6
Portofolio hasil kinerja siswa
Untuk menggambarkan hasil kinerja siswa selama mengikuti pembelajaran berbasis konteks
16
7
Catatan Lapangan
Catatan peneliti tentang pelaksanaan penelitian , faktor pendukung, kendala yang dihadapi selama penelitian, dan hal lain yang tidak terangkum dalam instrumen lain
D.
Rancangan Penelitian Berikut ini rancangan penelitian yang dibuat secara bagan alur penelitian sebagai
berikut: Analisis kebutuhan/Masalah: Analisis Proses Pembelajaran di Kelas. Analisis Siswa Analisis Materi Pembelajaran Analisis Penggunaan Asesmen Kajian Literatur
Pengembangan rancangan untuk video pelaksanaan pembelajaran berbasis konteks dan validasi
Analisis Video 1 Analisis penggunaan asesmen pada pembelajaran berbasis konteks 1 Refleksi dan Revisi I
Analisis Video 2 Analisis penggunaan asesmen pada pembelajaran berbasis konteks 2 Refleksi dan Revisi 2
Analisis Video 3 Analisis penggunaan asesmen pada pembelajaran berbasis konteks 3 Refleksi dan Revisi 3
17
Implementasi rancangan pelaksanaan pembelajaran berbasis konteks dan perekaman Video
Produk Akhir Berupa: Bentuk Asesmen Otentik dan penggunaannya pada Pembelajaran Berbasis konteks
Gambar 3.2. Alur Rancangan Penelitian
E. Jadwal Penelitian No
Bulan ke .... Tahun 2015)
Kegiatan
1
1
Orientasi masalah, analisis kebutuhan dan pengajian literatur mengenai pembelajaran berbasis konteks, Beberapa bentuk asesmen yang otentik, pembelajaran tematik dan pengkajian terhadap kurikulum 2013, analisis video pembelajaran yang telah ada.
2
Pengembangan rancangan untuk video pelaksanaan pembelajaran berbasis konteks dan validasi
3
Implementasi rancangan pembelajaran dan perekaman video
4
Analisis Video Analisis pengembangan dan penggunaan asesmen pada pembelajaran berbasis konteks 1 Refleksi dan Revisi I
5
Analisis Video 2 Analisis pengembangan dan penggunaan asesmen pada pembelajaran berbasis konteks 2 Refleksi dan Revisi 2
6
Analisis Video 3 Analisis pengembangan dan penggunaan asesmen pada pembelajaran berbasis konteks 3 Refleksi dan Revisi 3
7
Pengolahan hasil Penelitian secara Keseluruhan dan Pelaporan
18
2
3
4
5
6
7
8
Daftar Pustaka Chang, S. N., & Chiu, M. H. (2005). The development of authentic assessments to investigate ninth graders' scientific literacy: In the case of scientific cognitionconcerning the concepts of chemistry and physics. International Journal of Science and Mathematics Education, 3(1), 117-140 BSNP. (2013). Salinan lampiran peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan nomor 67 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta. Crawford, M.L (2001). Teaching Contextually Research, Rationale, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in Mathematics and Science. CORD, Published and distributed by: CCI Publishing, Inc. Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Tematik. Jakarta Donna king,. Et al, (2007). Making Connections: Learning and teaching Chemistry in Context. Res. Sci. Educ, 38, 365-384. Springer. Doran R., et al.,(2002). Science educator’s Guide to: Laboratory Assessment. NSTA Press: Virginia Gulikers, J.T.M., Bastiaens, T.J. and Kirschaner, P.A. (2004). A Five-Dimensional Framework for Authentic Assessment. Educational Technology Research and Development, Vol. 52, No. 3, pp. 67-86: Springer. Tersedia: www.racetothetopvolusia.wikispaces.com/file/view/A+Five+Dimensional+Framewo rk+for+Authentic+Assessment. [30 Maret 2012] Hernawan, A.H. (2009). Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Di Kelas Awal Sekolah Dasar. Makalah disajikan dalam Seminar di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI. Jakarta: 15 Oktober. Herrington,J.,et. al. (2007). Design-based research and doctoral students: Guidelines for preparing adissertation proposal. InC. Montgomerie & J.Seale (Eds.) ,Proceedings of World Conferenceon Educational Multimedia, Hypermedia and Telecommunications 2007(pp.4089-4097). Tersedia:http://ro.ecu.edu.au/ecuworks/1612 [12 Januari 2013] Jan van den Akker, et. al. (2010). An Introduction to Educational Design Research. the Netherlands: Netzodruk, Enschede. Tersedia: www.slo.nl/organisatie/international/publications [12 Januari 2013] Johnson, Elaine B (2002) Contextual Teaching and Learning: What it is and why its here to stay. Corwin Press, Inc: California Karet, N & Hubbell, E. S. (2003) Authentic Assessment. IT 6750 current trands and issues instructional technology (ISTE NETS). Tersedia: http://cnets.jste.org. [9 April 2011] Mertler, C. A. (2001) Designing Scoring Rubrics for Your Classroom. Practical Assessment, Research & Evaluation, electronic jounal. Tersedia: http://pareonline.net/getvn.asp.?v=7&n=25. [29 Maret 2011] Martin A. J. Vos,. Et al. (2010). Teacher implementing context-based teaching material: a framework for case-analysis in chemistry. Chem. Educ. Rec. Pract. 11, 193-206. Tersedia: www.rsc.org/cerp. [18 September 2010] Mendikbud. (2013). Surat Edaran tentang Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Mueller, J. (2011). Authentic Assessment Toolboox. Tersedia: http://jfmueller.faculty.noctrl.edu/toolbox. [24 Agustus 2011] Nitko, A. J. (1996). Curriculum-Based Assessment. Workshop Paper No 1 and 2. Junior Secondary Educatinal Project NSES (1996). National Science Educational Standard. USA: National Academy of Science. 19
Prastowo, Andi. (2013). Pengembangan BahanAjar Tematik: Panduan Lengkap Aplikatif. Yogyakarta: DIVAPress. Permendibud No. 32 dan 62 Tahun 2013 tentang Kurikulum SD (kompetensi inti dan kompetensi dasar) Pilot, A & Bulte, A. M. W (2006). The use of “Context” as a Challenge for the chemistry Curriculum: Its successes and the need for futher development and understanding. International Journal of science of Science Educations. Vol. 28, No. 9, 14 july, pp 1087 – 112. Torulf Palm (2009). Performance Assessment and Authentic Assessment: A Conceptual Analysis of the Literature. Electronic Journal of Practical Assessment, Research & Evaluation, Vol 13, No 4.
20
PEMBIAYAAN PENELITIAN
Komponen 1: Biaya Persiapan 1 rapat tim dan koordinasi dengan instansi terkait (Kampus, Mahasiswa dan Sekolah) 2 pengurusan surat izin penelitian 3 pembuatan dan penggandaan proposal penelitian 4 pengkajian literatur Jumlah Komponen 1
Rp Rp Rp Rp Rp
1.500.000,00 500.000,00 1.000.000,00 2.000.000,00 5.000.000,00
Komponen 2: Peralatan 1 sewa 3 buah handycam 3 kali (perekaman untuk video pembelajaran) @ Rp.400.000,00 2 flash disk sebagai penyimpanan data sementara 3 buah @Rp. 200.000,00 3 sewa beberapa printer untuk mencetak master perangkat pembelajaran dan bentuk asesmen 4 Sewa Laptop/komputer untuk analisis video pembelajaran berkaitan dengan asesmen 5 sewa infokus untk analisis video secara bersama-sama 6 media dan alat peraga pembelajaran Jumlah Komponen 2
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
3.600.000,00 600.000,00 1.000.000,00 1.500.000,00 2.000.000,00 3.000.000,00 11.700.000,00
Komponen 3: Insentif implementasi untuk perancagan dan uji coba perangkat pembelajaran 1 insentif mahasiswa dalam pengembangan penelitian 3 orang @Rp. 1.000.000,00 2 insentif peneliti dalam pengembangan dan analisis video pembelajaran berbasis konteks 3 insentif 3 sekolah sebagai uji coba perangkat pembelajaran @Rp. 750.000,00 Jumlah Komponen 3
Rp Rp Rp Rp
3.000.000,00 9.000.000,00 2.250.000,00 14.250.000,00
Komponen 4: Bahan Habis Pakai 1 perbanyakan bahan perangkat pembelajaran dan video dari kinerja siswa selama pembelajaran 2 ATK untuk perencanaan dan ujicoba perangkat pembelajaran (kertas, tinta print, dll) Jumlah Komponen 4
Rp 3.500.000,00 Rp 2.000.000,00 Rp 5.500.000,00
21
Komponen 5: Perjalanan 1 transport presentasi proposal, laporan kemajuan dan penyerahan laporan penelitian 2 transpor 6 orang untuk merancang perangkat & pengembangan asesmen serta analisis video
Rp 3.500.000,00
3 Biaya seminar/lokakarya hasil penelitian Jumlah Komponen 5
Rp 3.600.000,00 Rp 3.500.000,00 Rp 10.600.000,00
Komponen 6: Biaya pengolahan data/penulisan dan perbanyakan laporan 1 tabulasi data 2 jasa editing video pelaksanaan pembelajaran 3 kali @Rp. 600.000,00 3 analisis data hasil penelitian 4 penulisan dan jasa pengetikan laporan 5 penggandaan laporan, produk perangkat pembelajaran dan video pelaksanaan pembelajaran Jumlah Komponen 6
Rp 500.000,00 Rp 1.800.000,00 Rp 500.000,00 Rp 750.000,00 Rp 2.600.000,00 Rp 6.150.000,00
Komponen 7: sosialisasi internal, publikasi dan artikel hasil penelitian 1 sosialisasi internal hasil penelitian kepada sekolah hasil uji coba dan kampus 2 biaya rencana publikasi dan artikel hasil penelitian dalam jurnal Jumlah Komponen 7
Rp 3.500.000,00 Rp 4.000.000,00 Rp 7.500.000,00
JUSTIFIKASI BIAYA PENELITIAN 1 Komponen 1: Biaya Persiapan 2 Komponen 2: Peralatan 3 Komponen 3: Insentif implementasi untuk perancangan dan uji coba perangkat pembelajaran 4 Komponen 4: Bahan Habis Pakai 5 Komponen 5: Perjalanan 6 Komponen 6: Biaya pengolahan data/penulisan dan perbanyakan laporan 7 Komponen 7: sosialisasi internal, publikasi dan artikel hasil penelitian TOTAL BIAYA PENELITIAN
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
pembelajaran berbasis konteks sebanyak 6 kali @ Rp. 100.000,-
22
5.000.000,00 11.700.000,00 14.250.000,00 5.500.000,00 10.600.000,00 6.150.000,00 7.500.000,00 60.700.000,00
CURRICULUM VITAE KETUA PENELITI
A. Identitas Pribadi 1. Nama lengkap (dengan gelar) : Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd. 2. Tempat, Tanggal Lahir
: Tasikmalaya, 25 Agustus 1960
3. NIP
: 196008251986031002
4. Pangkat/Golongan/Jabatan
: Pembina/IV.a/Lektor Kepala
5. Unit Kerja
: UPI Kampus Tasikmalaya
6. Alamat Rumah
: Kp. Legok Oncom RT/RW. 002/007 Sukamulya Singaparna 46416
7. Nomor Telepon
: (0265) 545956 - 081323354222
8. E-mail
: edihendri @yahoo.com,
[email protected]
B. Riwayat Pendidikan No.
Jenjang
Bidang Studi
Tahun Lulus Perguruan Tinggi
1
S2
Pendidikan IPA SD
1997
UPI Bandung
2
S1
Pendidikan Fisika
1985
IKIP Bandung
C. Bidang/spesialisasi keilmuan yang ditekuni - Konsep Dasar IPA di Sekolah Dasar - Metodologi Pendidikan IPA di Sekolah Dasar - Penelitian Pendidikan / Penelitian Tindakan Kelas - Pembelajaran Terpadu - Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran
23
D. Matakuliah yang diampu dalam 3 tahun terakhir No.
Jenjang S1
1
Konsep Dasar IPA
2
Konsep Dasar Fisika di Sekolah Dasar
3
Metodologi Pendidikan IPA di SD
4
Metode Penelitian
5
Penelitian di Sekolah Dasar
6
Perkembangan Peserta Didik
7
Pembelajaran Terpadu
E. Kegiatan penelitian yang sedang/pernah dilakukan dalam 3 tahun terakhir 1. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Mahasiswa 2. Optimalisasi Penggunaan Asesmen Otentik untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Siswa pada Pembelajaran Sains di SDN Puncakmulya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 3. Profil Kinerja Mahasiswa dalam Melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan untuk Penyelesaian Studi Program D2 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya 4.
Ketua Pelatihan Lesson Study Berbasis KKG dan Berbasis Sekolah” di Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya tahun 2010
5. Pengembangan Pembekalan Asesmen Pada Pembelajaran IPA untuk Mahasiswa Calon Guru SD F. Kegiatan pengabdian masyarakat yang sedang/pernah dilakukan dalam 3 tahun terakhir 1. Sosialisasi Karakteristik Pembelajaran IPA SD berdasarkan KTSP bagi Guru-guru SD se-Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya. 2. Pembinaan Terhadap Guru-guru SD Tentang Strategi Pembelajaran Inquiri Discovery Bidang Studi di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 3. Pembelajaran Konsep Benda Melalui Model Siklus Belajar untuk meningkatkan Kemampuan Berpikir Konservasi Kuantitas dan Berat Siswa Kelas III SD 4. Pelatihan Pemuatan Alat Peraga Sederhana dalam Pengajaran IPA SD di Wilayah Kecamatan Cibeureum dan Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya 5. Ketua Pelaksana dalam Program Kemitraan UPI Kampus Tasikmalaya Melalui Lesson Study Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar
24
Nopember, 2010 6. Implementasi Pembelajaran IPA menurut Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Pangandaran G. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal 1. Jurnal Saung Guru; Guru Berkualitas Profesional dan Cerdas Emosi 2. Psikologi Belajar Alternatif dalam Strategi Pembelajaran Partisipatif (Jurnal Pendidikan Dasar Vol.II No. 3 April 2005) H. Buku yang ditulis 1. Konsep Dasar IPA untuk PGSD – UPI Press 2. Konsep Dasar Fisika untuk PGSD – UPI Press 3. Metodologi Pembelajaran IPA SD I. Seminar dalam bidang keilmuan/kepakaran Respon Kritis dan Antisipatif terhadap pemberlakukan KTSP di Sekolah Dasar (Penyaji) J. Kerja sama yang pernah dilakukan Pelatihan metode dan alat peraga IPA SD bagi guru-guru di Kabupaten dan kota Tasikmalaya untuk: 1. Dinas Kecamatan Kawalu 2. Dinas Kecamatan Manonjaya 3. Dinas Kecamatan Cipedes Tasikmalaya, Februari 2014
Drs. Edi Hendri Mulyana, M.Pd
25
CURRICULUM VITAE ANGGOTA PENELITI
A. Identitas Pribadi 9. Nama lengkap (dengan gelar) 10. Tempat, Tanggal Lahir 11. NIP 12. Pangkat/Golongan/Jabatan 13. Unit Kerja 14. Alamat Rumah
: Ghullam Hamdu, M.Pd. : Pemangkat, 22 Juni 1980 : 198006222008011004 : Penata /III.c/Lektor : UPI Kampus Tasikmalaya : Jl. Cihanjuang Gg. Kananga No. 79 RT/RW 02/03 Kel. Cibabat Kec. Cimahi Utara Kota Cimahi 40513 : 022 – 6649998, 085294819001 :
[email protected]
15. Nomor Telepon 16. E-mail B. Riwayat Pendidikan No.
Jenjang
Bidang Studi
Tahun
Perguruan
Lulus
Tinggi
1
S3
-
-
-
2
S2
Pendidikan IPA
2007
UPI Bandung
3
S1
2003
UPI Bandung
Pendidikan Kimia
E. Riwayat Kegiatan penelitian yang sedang/pernah dilakukan 1. Pengembangan Pembinaan Budaya Organisasi Sekolah 2. Kemampuan Kelompok Siswa Dalam Dimensi Memahami dan Menganalisis Konsep Tentang Kenampakan Benda Langit dengan Model Inkuiri (Mandiri) 3. Deskripsi Pengembangan Asesmen oleh Mahasiswa sebagai Guru SD pada Pembelajaran IPA Berbasis Konteks (anggota, Dana RKAT UPI Kampus Tasikmalaya) 4. Pengembangan Pembekalan Asesmen Pada Pembelajaran IPA untuk Mahasiswa Calon Guru SD 5. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah Dengan Tema Bermain Dengan Benda-Benda Sekitar Sebagai Implementasi Kurikulum 2013 F. Riwayat Kegiatan pengabdian masyarakat yang sedang/pernah dilakukan 1. Kegiatan Pelatihan dan Pembahasan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) SMP. Judul Makalah: Ujian Nasional? Siapa Takut! 2. Kegiatan Pengembangan Kinerja Pengajar (SSC Asrama Putri Darul Hikam 26
Bandung). Judul Makalah: `Aplikasi Asesmen Alternatif Dalam Pembelajaran. 3. Implementasi Pembelajaran IPA menurut Kurikulum 2013 Tingkat Sekolah Dasar di Kabupaten Pangandaran
G. Artikel yang pernah diterbitkan dalam jurnal dan Prossiding 1. Buku Pintar. Esensial Ujian Nasional dan Ujian Sekolah untuk SMP/MTs 2. Pengaruh Motivasi Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar 3. Implementing Core Value of Basic Education As A Means Of Improving The Quality of Human Resources In Facing Global Challenges (Pemakalah Pendamping, dengan judul makalah: Hasil Belajar Kognitif Siswa Tentang Daur Air Melalui Strategi Belajar Modalitas) 4. Analsis Karakter Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi Berdasarkan Grafologi 5. Kemampuan Kelompok Siswa Dalam Keterampilan Mengamati dan Menginterperensi pada Konsep Daur Air Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi. 6. The development of pre-training Assessment in Science learning of PGSD students H. Seminar dalam bidang keilmuan/kepakaran 1. Curriculum Development of Science Education in 21 th Century. (Participant) 2. Kegiatan Pembinaan dan Pengembangan Keterampilan Layanan Bimbingan Bagi Dosen Pembimbing Akademik 3. Pendidikan Dasar Kewirausahaan (Kemenko Bidang Perekonomian RI). Peserta 4. The International Workshop In Science Education: Improving Science Theacher Profesionalism Through Innovative Research Result. (Participant) 5. Pengembangan Profesionalisme Guru Berbasis Penilaian Kinerja Tasikmalaya, Februari 2015
Ghullam Hamdu, M.Pd 198006222008011004
27
CURRICULUM VITAE ANGGOTA PENELITI Identitas Diri 1. Nama Lengkap 2. Tempat/Tanggal Lahir 3. NIP / NIK NIDN
: Desiani Natalina Muliasari : Bandung, 22 Desember 1977 : 197712222005012002 0022127704
4. Alamat
: Sarijadi Blok 12 No. 115 Gg. Sarimanah XI RT 07 RW. 08 Bandung Indonesia 40151 : Lektor / IIIc
5. Jabatan/ Golongan 6. Jenis Kelamin 7. Keahlian 8. Telp dan email
: Perempuan : Pendidikan Bahasa Inggris : 08562292996 /
[email protected] : Universitas Pendidikan Indonesi a Kampus Tasikmalaya : S1 PGSD : Jl. Dadaha no 18 Tasikmalaya : Tasikmalaya/ Jawa Barat : (0265) 331860
9. Kantor a) Jurusan b) c) d)
Alamat Kota/Propinsi Telp
RIWAYAT PENELITIAN TIGA TAHUN TERAKHIR
NO
1
2
3
TAHUN
SUMBER DANA
JUDUL PENELITIAN
PERAN
Hibah Bersaing
Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Indonesia Siswa Berbasiskan Media Film Kartun di Sekolah Dasar
Anggota
2010
Hibah Bersaing
Penerapan Metode "Phonics" dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SDN 1 Dadaha Kota Tasikmalaya
Anggota
2010
Studi Deskriptif Strategi Belajar Siswa dalam RKAT 2010 UPI Menulis Kalimat Present Kampus Continous Tanse pada Tasikmalaya Pembelajaran Bahasa Inggris di SDN Kota Tasikmalaya
Anggota
2010
28
NO
TAHUN
2012
4
SUMBER DANA
JUDUL PENELITIAN
PERAN
RKAT 2012 UPI Teaching Reading to Kampus students of elementary Tasikmalaya schools using SSR
Anggota
RIWAYAT KARYA ILMIAH NO
JENIS
JUDUL KARYA
TAHUN
KETERANGAN
1
Jurnal
Folklore sebagai Landas Tumpu Pembelajaran Keterampilan Menyimak di SD
2
Jurnal
The Internet as an Aid in developing Writing Skill
2009
Educationist UPI
3
Makalah
The Internet as an Aid in Developing Writing Skill
2009
Seminar Internasional di PGSD UPI
Jurnal
Penerapan Metode Phonics dalam pembelajaran Bahasa Inggris di SDN 1 Dadaha kota Tasikmalaya
2011
PGSD UNESA
Makalah
Penerapan Direct Method pada Pembelajaran Bahasa Inggris di Kota Banjar
2011
Seminar Internasional PGSD UPI Kampus Sumedang
Makalah
Teaching Phonics to students of elementary school at SDN 1 Dadaha Kota Tasikmalaya
2011
CONAPLIN International Seminar oleh Balai Bahasa UPI
4
5
6
2009
PGSD UPI
RIWAYAT PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT NO
TAHUN
JENIS/NAMA KEGIATAN
PERAN
1
2009
Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini
Pembicara
Kec. Sindangkasih Kabupaten Ciamis
2
2010
Pelatihan Lesson Study
panitia
Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya
3
2011
Vigotsky in Action
Anggota, pembicara
Kota Tasikmalaya
4
2011
Penyuluhan Pemanfaatan ASI
Pembicara
Kec.
29
TEMPAT
Rajapolah
NO
TAHUN
JENIS/NAMA KEGIATAN
PERAN
untuk Ibu Bekerja 5
6
TEMPAT kabupaten Tasikmalaya
2012
Expo Sains untuk Anak Usia Dini
Pembicara
Desa SinarTanjung Kec. Pataruman Kota Banjar
2012
Pelatihan Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Anak Usia Dini
Pembicara
Kec. Langensari Kota Banjar
Tasikmalaya, Februari 2014
Desiani Natalina M., M.Pd
30